TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

81
PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KONSELING ISLAMI UNTUK LANJUT USIA SEBAGAI UPAYA MEMBANTU LANSIA MEMPERSIAPKAN BEKAL MENGHADAPI KEMATIAN TESIS diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh Widya Safitri 0105516021 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

Page 1: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KONSELING

ISLAMI UNTUK LANJUT USIA SEBAGAI UPAYA

MEMBANTU LANSIA MEMPERSIAPKAN BEKAL

MENGHADAPI KEMATIAN

TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling

oleh

Widya Safitri

0105516021

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

i

Page 3: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

ii

PENGESAHAN

Tesis berjudul Pengembangan Model Bimbingan Konseling Islami Untuk Lansia

Sebagai Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal Menghadapi Kematian

karya Widya Safitri NIM. 0105516021 ini telah dipertahankan dalam Ujian Tesis

Pascasarjana Universitas Negeri Semarang pada tanggal 4 maret 2019 dan disahkan

oleh Panitia Ujian.

Semarang, 04 Maret 2019

Ketua

Prof. Dr. Tri Joko Raharjo, M. Pd.

NIP. 195903011985111001

Sekertaris

Prof. Mungin Eddy Wibowo, M. Pd., Kons.

NIP. 195211201977031002

Penguji I

Mulawarman, S. Pd., M. Pd., Ph.D.

NIP. 197712232005011001

Penguji II

Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd.

NIP. 195811031986011001

Penguji III

Prof. Dr. Dwi Yuwono Puji Sugiharto, M.Pd., Kons. NIP. 196112011986011001

Page 4: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

PERNYATAAN KEASLIAN

iii

Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip

atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap

menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya pelanggaran

terhadap etika keilmuan dalam karya ini.

Semarang, Februari 2019

Yang membuat pernyataan,

Widya Safitri

NIM. 0105516021

Page 5: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

Moto dan Persembahan

iv

MOTTO

“Hidup Bukan Hanya Sekedar Untuk Mencari Kebahagiaan, Tetapi Juga Untuk

Mempersipakan Bekal Menjemput Kematian.” (Widya Safitri)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini dipersembahkan untuk:

❖ Prodi Bimbingan Konseling PPs UNNES

❖ Almamater Universitas Negeri Semarang

Page 6: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

PRAKATA

v

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat, karunia, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

tesis yang berjudul “Pengembangan Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia Sebagai Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal Menghadapi

Kematian”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar

Magister Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini dapat diselesaikan

berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan

terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang

telah membantu penyelesaian penelitian ini.Ucapan terimakasih peneliti sampaikan

pertama kali kepada para pembimbing: Prof. Dr. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons.

(pembimbing I) dan Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd. (Pembimbing II), yangtelah sabar

membimbing dan memotivasi peneliti. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan

juga kepada semua pihak yang telah membantu selama proses penyelesaian studi,

di antaranya:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang,

yang telah memberikan kesempatan penulis menyelesaikan studi di UNNES.

2. Prof. Dr. Achmad Slamet, M.Si., Direktur Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan kesempatan serta arahan selama proses

pendidikan, penelitian dan penulisan tesis ini.

3. Prof. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd. Kons., Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah

memberikan kesempatan serta arahan selama proses pendidikan, penelitian,

dan penulisan tesisi ini.

Page 7: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

vi

4. Dr. Awalya, M.Pd, Kons., Sekretaris Program Studi Bimbingan dan konseling

Universitas Negeri Semarang, yang telah memberikan kesempatan dan arahan

dalam penulisan tesis ini.

5. Seluruh dosen Bimbingan dan Konseling Pascasarjana Universitas Negeri

Semarang, yang telah banyak memberikan bimbingan dan ilmu kepada peneliti

selama menempuh pendidikan.

6. Seluruh staff dan pengurus Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang yang

telah memberikan arahan, dukungan, serta bantuan selama pelaksanaan

penelitian ini.

7. Bapak dan ibu tersayang, suami tercinta, serta keluargaku, atas semua doa,

semangat dan dukungannya selama mengikuti pendidikan.

8. Sahabat seperjuangan, para senior, teman-teman mahasiswa Pascasarjana

Universitas Negeri Semarang, atas bantuan dan kerjasama yang telah dilalui

bersama.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Peneliti menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan dalam tesis ini. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat

diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi

bagi pengembangan konsep dan praktik layanan bimbingan dan konseling.

Semarang, Februari 2019

Widya Safitri

NIM. 0105516021

Page 8: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

ABSTRAK

vii

Safitri, Widya. 2019. “Pengembangan Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia Sebagai Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal

Menghadapi Kematian.” Tesis. Program Studi Bimbingan dan konseling.

Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. DYP

Sugiharto, M.Pd.,Kons., Pembimbing II Dr. Anwar Sutoyo, M.Pd.

Kata Kunci: Bimbingan Konseling Islam, Lansia, Kematian

Setiap individu terutama lansia membutuhkan bimbingan terutama dalam

mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Bimbingan ini diharapkan dapat

membantu lansia dalam mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Tujuan

penelitian ini adalah untuk menghasilkan model bimbingan konseling Islami untuk

lansia yang memiliki nilai kebermanfaatan, kemudahan, kepatutan dan ketelitian

untuk membantu lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian dan pengembangan (Research

and Development) dangan langkah-langkah: (1) studi pendahuluan, (2) merancang

model hipotetik, (3) uji kelayakan model hipotetik, (4) merancang model “akhir”.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan

FGD. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model

interaktif menurut Miles & Huberman yaitu, pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, dan penarikan kesimpulan, dan verifikasi.

Hasil penelitian ini yaitu: (1) Lansia pada umumnya memiliki hambatan

dalam mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Hambatan tersebut berupa

permasalahan lansia yang disebabkan oleh pengalaman-pengalaman di masa lalu

yang belum terselesaikan, sehingga sering menyebabkan lansia sulit menerima dan

fokus pada kondisi saat ini, (2) Pendampingan kepada lansia di wisma lansia Husnul

Khatimah Semarang sudah dilaksanakan dengan baik. namun pendampingan yang

diberikan lebih cenderung pada aspek fisik. sedangkan pendampingan dari sisi

spiritual dan psikis yang dibutuhkan oleh lansia sering terabaikan karena sumber

daya manusia yang kurang memadai, (3) model bimbingan konseling Islami untuk

lansia yang terdiri dari 10 komponen, yaitu: rasional, tujuan, visi dan misi, bidang

bimbingan, jenis layanan, isi model, kualifikasi dan peran konselor, evaluasi, tindak

lanjut, rekomendasi. Kelayakan model tersebut telah divalidasi oleh 4 orang

pakar/ahli bimbingan dan konseling dan 1 orang pakar/ahli agama islam, serta 8

orang praktisi yang merupakan perawat, ustadzah dan beberapa pengurus. Uji

kelayakan dilakukan untuk memperoleh tanggapan, saran, dan masukan dari

praktisi Bimbingan dan Konseling di lapangan mengenai model yang

dikembangkan oleh peneliti. Hasil uji kelayakan yang divalidasi oleh ahli/ pakar

dan praktisi menunjukkan bahwa model yang dirancang layak untuk

diimplementasikan.

Page 9: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

ABSTRACT

viii

Safitri, Widya. 2019. "Islamic Guidance and Counseling Model for Elderly at

Husnul Khatimah Elderly Guesthouse Semarang." Thesis. Guidance and

counseling study program. Postgraduate. Semarang State University.

Advisor I Prof. DYP Sugiharto, M.Pd., Kons., Supervisor II Dr. Anwar

Sutoyo, M.Pd.

Keyword: Islamic guidance and counseling, elderly, dead.

Everyone, especially the elderly, needs guidance in preparing provisions for

facing death. This guidances expected to help them in preparing the provision. This

study conducted to produce an Islamic guidance and counseling model for the

elderly. The model expected has usefulness, convenience, propriety and

thoroughness value to help the elderly preparing provisions for facing death.

This study conduct research and development design with steps: (1)

preliminary study, (2) designing a hypothetical model, (3) feasibility test of a

hypothetical model, (4) designing a "final" model. Data collection used interviews,

observation, and focus group discussion (FGD). Data analysis conducted with

interactive model data analysis techniques according to Miles & Huberman,

including data collection, reduction, presentation, conclusion, and verification.

The study showed some result, (1) in general, the elderly have some

obstacles in preparing provisions for facing death. Some obstacles that the elderly

facing caused by unresolved past experiences, so it difficult in accepting and

focusing on the current conditions, (2) Elderly mentoring at Husnul Khatimah

elderly guesthouse Semarang has been well implemented. However, the assistance

provided is more likely to be physical aspect. Meanwhile, the spiritual and

psychological assistances aspect needed by the elderly often overlooked due to

inadequate human resources, (3) Islamic guidance and counseling model for the

elderly consisting of 10 components, namely: rational, purpose, vision and mission,

field of guidance, type services, content of the model, qualifications and role of the

counselor, evaluation, follow-up, recommendations. The feasibility of the model

has been validated by 4 guidance and counseling experts and 1 Islamic expert, 8

practitioners who are nurses, religious teachers and some administrators gave their

judgement. Feasibility test conducted to obtain responses, suggestions, and input

from Guidance and Counseling practitioners regarding to the models developement.

The feasibility test result show that the model design is feasible to be implemented.

DAFTAR ISI

Page 10: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

ix

Halaman

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ i

PERSETUJUAN PENGUJI DRAFT TESIS ...................................................... ii

PENGESAHAN UJIAN TESIS ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................ iv

MOTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

ABSTRACT ....................................................................................................... viii

PRAKATA ......................................................................................................... ix

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................. 10

1.3 Cakupan Masalah ................................................................................. 11

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................ 11

1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12

1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ............................................. 14

1.8 Asumsi dan Keterbatasan ..................................................................... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN KERANGKA

BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka ...................................................................................... 16

2.2 Kerangka Teoretis ................................................................................ 24

2.2.1 Bimbingan dan konseling Islam .................................................. 24

2.2.1.1 Pengertian Bimbingan dan konseling Islam ........................ 24

2.2.1.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ............................. 25

2.2.1.3 Karakteristik Konselor ......................................................... 27

2.2.1.4 Prosedur Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami .... 29

2.2.2 Tinjauan Tentang Lanjut Usia ..................................................... 29

2.2.2.1 Pengertian Lansia ................................................................ 29

2.2.2.2 Karakteristik Lansia ............................................................. 31

Page 11: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

x

2.2.2.3 Permasalahan Pada Lansia ................................................... 34

2.2.3 Kajian Tentang Kematian ........................................................... 38

2.2.3.1 Hakikat Kematian ................................................................ 38

2.2.3.2 Proses Menuju Kematian ..................................................... 40

2.2.3.3 Pentingnya Mempersiapkan Bekal Menuju Kematian ........ 42

2.2.4 Model Bimbingan Konseling Islami bagi Lansia ........................ 44

2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................ 48

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 51

3.2 Prosedur Penelitian ............................................................................... 53

3.2.1 Tahap I: Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi ............... 55

3.2.2 Tahap II: Perencanaan ................................................................. 56

3.2.3 Tahap III: Pengembangan Produk Awal ..................................... 57

3.2.4 Tahap IV: Uji Lapangan Awal .................................................... 57

3.2.5 Tahap V: Revisi Produk Utama ................................................... 57

3.3 Sumber Data dan Subjek Pengembanga ............................................... 58

3.3.1 Sumber Data ................................................................................ 58

3.3.2 Subjek Penelitian ......................................................................... 59

3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ........................................... 59

3.4.1 Wawancara .................................................................................. 60

3.4.2 Observasi ..................................................................................... 62

3.4.3 Studi Literasi ............................................................................... 64

3.4.4 Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) .............................................. 65

3.5 Uji Keabsahan Data Kuantitatif ........................................................... 68

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................ 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian .................................................................................... 74

4.1.1 Deskripsi Kondisi Fisik, Organisasi dan SDM di Wisma

Lansia Husnul Khatimah Semarang ............................................ 75

4.1.1.1 Kondisi Fisik Wisma Lansia Husnul Khatimah ................... 75

4.1.1.2 Organisasi ............................................................................. 77

4.1.1.3 Sumber Daya Manusia .......................................................... 79

4.1.2 Pendampingan Pada Lansia......................................................... 82

4.1.2.1 Pendampingan dalam Bidang Kesehatan............................. 84

4.1.2.2 Pendampingan dalam Bidang Psikologis ............................. 85

4.1.2.3 Pendampingan dalam Bidang Keagamaan .......................... 87

4.1.3 Kebutuhan Akan Model Bimbingan Konsesling Islami untuk

Lansia .......................................................................................... 91

4.1.4 Fisibilitas Model Bimbingan Konseling Islam Untuk Lansia

Sebagai Upaya Mempersiapkan Bekal Kematian ....................... 92

4.1.5 Model Bimbingan Konseling Islami untuk Lansia ..................... 93

4.1.5.1 Strategi Desain Model Hipotetik ......................................... 93

4.1.5.2 Desain Model Hipotetik ....................................................... 94

4.1.5.3 Uji Kelayakan Model: Hasil Validasi Ahli dan Praktisi ...... 95

4.1.5.4 Strategi Uji Kelayakan ......................................................... 96

4.1.5.5 Hasil Uji Ahli ....................................................................... 96

Page 12: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xi

4.1.5.6 Hasil Uji Praktisi ................................................................. 102

4.1.5.7 Perbaikan Model Hipotetik .................................................. 105

4.1.5.5 Model Akhir: Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia .............................................................................................. 107

4.2 Pembahasan .......................................................................................... 138

4.2.1 Kondisi Fisik, Organisasi, dan SDM di Wisma Lansia Husnul

Khatimah Semarang .................................................................. 138

4.2.2 Pendampingan Pada Lansia......................................................... 139

4.2.3 Kebutuhan akan Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia ....................................................................................... 141

4.2.3 Model Bimbingan Konseling Islami untuk Lansia...................... 141

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan .............................................................................................. 145

5.2 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... 147

5.3 Saran ..................................................................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 150

LAMPIRAN ..................................................................................................... 159

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Page 13: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xii

Tabel 3.1 Jenis dan Instrumen Pengumpul Data

.......................................................................................................

55

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penyusunan Model Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

.......................................................................................................

56

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kondisi Lingkungan di Wisma

Lansia Husnul Khatimah

Semarang

.......................................................................................................

57

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kondisi Lansia di Wisma Lansia

Husnul Khatimah Semarang

.......................................................................................................

58

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Literasi Penyusunan Model Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

.......................................................................................................

60

Tabel 4.1 Data kondisi fisik wisma

lansia

......................................................................................................

71

Tabel 4.2 Data Kepengurusan Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang

.......................................................................................................

76

Tabel 4.3 Data jumlah perawat dan lansia di wisma lansia Husnul Khatimah

Semarang

.......................................................................................................

77

Tabel 4.4 Pola Permasalahan Lansia

.......................................................................................................

79

Tabel 4.5 jawdal kegiatan pendampingan perawat kepada

lansia

.......................................................................................................

80

Page 14: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xiii

Tabel 4.6 Pendampingan Spiritual Pada Lansia

.......................................................................................................

83

Tabel 4.7 Validator Ahli Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia

.......................................................................................................

93

Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Model Bimbingan Konseling Islami Untuk

Lansia

.......................................................................................................

95

Tabel 4.9 Rakuman Hasil Validasi Ahli Model Bimbingan Konseling

Islami untuk Lansia

.......................................................................................................

97

Tabel 4.10 Validator Praktisi Model Bimbingan Konseling Islami untuk

Lansia sebagai Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal

Menghadapi Kematian

.......................................................................................................

99

Tabel 4.11 Hasil Validasi Praktisi ......................................................................... 99

Tabel 4.12 Perbaikan Model Awal (Model Hipotetik) ...................................... 102

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Pikir Model Bimbingan Konseling Islam Untuk Lansia . 47

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Model Bimbingan dan

Konseling Islami untuk Lansia .................................................. 49

Gambar 3.4 Model Analisis Miles dan Huberman ........................................ 66

Page 15: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Penyusunan Program

Bimbingan Konseling Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

154

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Penyusunan Model Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

155

Lampiran 3 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Kondisi Lingkungan Di Wisma

Lansia

Page 16: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xv

..................................................................................................

158

Lampiran 4 Pedoman Observasi Kondisi Lingkungan Di Wisma Lansia

Husnul Khatimah Semarang

..................................................................................................

159

Lampiran 5 Kisi-Kisi Pedoman Observasi Aktivitas Keagamaan Lansia Di

Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang

..................................................................................................

161

Lampiran 6 Pedoman Observasi Aktivitas Keagamaan Lansia Di Wisma

Lansia Husnul Khatimah Semarang

..................................................................................................

163

Lampiran 7 Kisi-Kisi Pedoman Literasi Penyusunan Program Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

165

Lampiran 8 Rangkuman Hasil Wawancara

..................................................................................................

166

Lampiran 9 Daftar Hadir Pelaksanaan

FGD

..................................................................................................

175

Lampiran 10 Laporan Hasil Pelaksanaan

FGD

..................................................................................................

176

Lampiran 11 Tabel Pola Permasalahan

Lansia

..................................................................................................

180

Lampiran 12 Lembar Penilaian Validator Ahli Model Bimbingan Konseling

Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

181

Lampiran 13 Hasil Validasi Model Bimbingan Konseling Islami Untuk

Lansia

..................................................................................................

183

Lampiran 14 Lembar Penilaian Validator Praktisi Model Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

185

Page 17: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

xvi

Lampiran 15 Hasil Penilaian Praktisi Terhadap Model Bimbingan

Konseling Islami Untuk Lansia

..................................................................................................

187

Lampiran 16 Model “Akhir” Bimbingan Konseling Islami Untuk

Lansia

..................................................................................................

189

Lampiran

17

..................................................................................................

Dokumentasi

..................................................................................................

225

Lampiran 18 Bukti

Akreditasi

..................................................................................................

230

Lampiran 19 Surat Keterangan Izin

Penelitian

..................................................................................................

231

Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melaksanakan

Penelitian

..................................................................................................

232

Page 18: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu memiliki siklus kehidupan menuju tua yang diawali dengan

proses kelahiran, tumbuh menjadi dewasa, selanjutnya menjadi semakin tua dan

akan meninggal dunia. Pengertian menua oleh Laslett dalam Suardiman, (2016: 1)

yang menyatakan bahwa menjadi tua (aging) merupakan proses perubahan biologis

secara terus-menerus yang dialami manusia pada semua tigkatan umur dan waktu,

sedangkan usia lanjut (old age) adalah istilah akhir untuk tahap penuaan tersebut.

Setiap Negara memiliki batasan yang berbeda dalam menentukan usia individu. Di

Indonesia, seperti yang tercantum dalam UU Nomor 13 Tahun 1998 menyatakan

bahwa lanjut usia merupakan indidivu yang telah mencapai usia enam puluh tahun

ke atas. Sedangkan di Negara-negara maju yang berada di benua Eropa

menggunakan batasan usia 65 tahun dalam menggolongkan individu memasuki

masa lanjut usia (Papalia, 2008).

Dalam bukunya, Suardiman (2016: 3) menyebutkan bahwa terdapat dua

pendekatan yang sering digunakan untuk menyebut individu sebagai lansia, yaitu

pendekatan biologis atau disebut usia biologis yang didasarkan pada kapasitas fisik

seseorang dan kronologis atau usia kronologis yang didasarkan pada hitungan umur

seseorang. Untuk mempermudah dalam mengidentifikasi seseorang tergolong

lanjut usia adalah berdasarkan usia kronologis, yang didasarkan pada umur

kalender, umur dari ulang tahun terkahir.

Page 19: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

2

Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Secara

umum penuaan fisik lebih cepat dari pada penuaan mental, walaupun hal sebaliknya

juga terkadaang sering terjadi (Hurlock, 2011: 381). Proses penuaan yang terjadi

pada Inividu mengharuskan mereka melakukan penyesuaian diri dengan mengatasi

hal-hal yang terjadi pada masa lansia. Menurut harvigust dalam Gladding (2012:

124), lansia dituntut agar dapat mengatasi (a) meninggalnya teman dan pasangan,

(b) menurunnya kekuatan fisik, (c) pensiunan dan berkurangnya pendapatan, (d)

waktu bersantai yang lebih banyak dan saat untuk mencari teman baru, (e)

berkembangnya peran sosial baru, (f) berhadapan dengan anak yang mendewasa,

(g) membuat perencanaan yang memuaskan.

Penuaan merupakan masa transisi “positif dan negatif” bagi lansia, transisi

positif ditunjukkan dengan menjadi kakek atau nenek, sedangkan transisi negatif

biasanya dikaitkan dengan kematian pasangan, hilangnya pekerjaan, atau terkena

penyakit berat. Masalah utama yang sering terjadi pada masa ini yaitu kesepian,

penyakit, kehilangan, dan kekerasan (Gladding, 2012). Hal tersebut salah satunya

juga mempengaruhi minat individu terhadap keagamaan, terutama untuk menjawab

pertanyaan tentang kehidupan setelah mati dan seperti apakah keidupan tersebut

(Hurlock, 2011: 403). Namun, yang menjadi salah satu keprihatinan paling penting

bagi orang-orang yang mendekati akhir kehidupan adalah tekanan spiritual

(Cheragi et al, 2005). Sehingga mempengaruhi gagasan dan perasaan tentang

Tuhan, agama, dan iman (Scarlett & Warren, 2010). Mereka memiliki efek yang

kuat pada kesehatan mental, sehingga penekanan terhadap hal ini harus diutamakan

untuk kesehatan mental orang dewasa seiring bertambahnya usia.

Page 20: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

3

Dari sudut pandang agama, agar manusia bisa kembali ke akhirat dengan

selamat maka memerlukan bekal, bekal itu adalah “takwa”. Esensi takwa adalah

segala bentuk ketundukan dan kepatuhan kepada aturan Allah, baik itu berupa

perintah maupun larangan-Nya. Selain itu takwa juga merupakan bentuk

manifestasi keimanan individu. Keimanan sebagai ruh bagi perilaku takwa yang

menjadi syarat individu dapat kembali dengan keadaan yang sebaik-baiknya. Di sisi

lain, meski aturan Allah itu sudah ada, tetapi faktanya belum semua orang

memahaminya. Akhirnya sampai masa tua, bahkan sampai akhir kehidupannya

orang itu belum melaksanakan perintah Allah atau belum meninggalkan apa yang

dilarang oleh-Nya.

Kematian merupakan suatu yang pasti terjadi pada setiap manusia, namun

tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan dan bagaimana kematian itu datang.

Sebagian orang mengira kematian sebagai kelenyapan, dan bahwa tidak ada

kebangkitan ataupun pengumpulan, juga tidak ada pembalasan atas kebaikan

ataupun kejahatan. Padahal, pernyataan ayat Al-Qur’an dan banyak Hadis bersaksi

bahwa kematian berarti perubahan keadaan, dan bahwa setelah meninggalkan jasad,

ruh manusia tetap hidup merasakan siksaan atau kebahagiaan (Al-Ghazali, 2014).

Terkadang manusia takut akan sesuatu yang sudah pasti terjadi, namun

mereka sering mengingkarinya. Bila melihat keniscayaan tentang mati, semestinya

tidak perlu takut. Hal yang perlu ditakutkan semestinya adalah kehidupan setelah

kematian karena tidak ada yang tahu pasti akan hidup abadi di mana, surga atau

neraka (Al-Qarni, 2008). Oleh karena itu, manusia perlu persiapan menuju

kehidupan abadi itu, merancang secara matang bekal apa saja yang perlu

Page 21: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

4

dipersiapkan untuk menuju ke sana. Namun, pada kenyataannya banyak orang yang

cenderung menjalani kehidupan dengan orientasi “saat ini dan di sini”, tanpa

memperdulikan bahwa setiap perbuatan ada pertanggung- jawabannya. Sehingga

kebanyakan orang tidak memiliki persiapan dalam menghadapi sakaratul maut

yang pasti terjadi pada setiap individu baik di usia muda, atau lansia.

Masa lansia seharusnya berfokus pada pemusatan perhatian untuk

mengumpulkan bekal kembali kepada Allah SWT dan tidak lagi disibukkan dengan

hal-hal yang bersifat duniawi. Namun, setiap individu pasti memiliki berbagai

permasalahan dalam hidupnya seperti masalah ekonomi karena sampai saat ini

masih harus mencari nafkah sendiri, termasuk dalam hal keluarga yakni anak yang

tidak mau tahu akan kebutuhan dan kondisi orang tuanya, dan ada pula yang tidak

memiliki keluarga yang dapat mendampingi di hari tuanya. Hal ini dapat

menimbulkan rasa kesepian pada lansia. kesepian pada lansia merupakan fenomena

kompeks yang digambarkan oleh orang tua sebagai pengalaman tidak stabil dan

dikaitkan dengan kejadian-kejadian di masa lalunya (Sullivan et al, 2016). Sehingga

tanpa disadari semakin memperburuk optimisme lansia untuk hidup sejahtera tidak

hanya di dunia melainkan juga saat lansia tutup usia dan kehidupan setelahnya.

Penuaan penduduk berdampak di segala aspek, baik kesehatan, sosial,

ekonomi maupun lingkungan (BPS, 2018). Lanjut usia pada umumnya memiliki

keterbatasan dalam beraktifitas akibat sakit ataupun menyandang disabilitas.

Dampak dari peningkatan jumlah penduduk lansia adalah peningkatan rasio

ketergantungan usia lanjut (old age dependency ratio), dimana setiap penduduk usia

produktif akan menanggung semakin banyak penduduk usia lanjut. Kemiskinan

Page 22: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

5

anak dan keluarga mereka juga memperbesar resiko lanjut usia untuk mengalami

eksklusi sosial dan ketelantaran dalam kehidupan sehari-hari (Bappenas, 2018).

Populasi lansia di Indonesia berdasarkan data proyeksi penduduk,

diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa (9,03%). Diprediksi jumlah

penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030

(40,95 juta) dan tahun 2035 (48,19 juta) (Kemenkes, R.I: 2017). Menurut Soewono

dalam (Kemenkes, R.I: 2017), suatu negara dikatakan berstruktur tua jika

mempunyai populasi lansia di atas 7% (tujuh persen). Data tersebut

memperlihatkan persentase lansia di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03%

dari keseluruhan penduduk. Data di atas menunjukkan keberadaan lansia perlu

mendapatkan perhatian, khususnya dari pemerintah karena telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah bahwa kesejahteraan lansia merupakan tanggung jawab

Negara (Permen RI No.43 Th 2004).

Berdasarkan kajian awal, di Wisma Lansia Husnul Khatimah menunjukkan

bahwa, lansia cenderung putus asa terhadap dirinya, terlihat dari kesedihan berlarut-

larut, sering berteriak dan menolak pelayanan dari para perawat. Selanjutnya,

berdasarkan informasi yang diperoleh, pihak keluarga mengalami kendala dalam

merawat para lansia sehingga menitipkan lansia di wisma lansia Husnul Khatimah

Semarang. Dengan harapan bahwa lansia dapat memperoleh pendampingan yang

baik di akhir sisa hidupnya. Alasan pelembagaan orang tua sebagian besar

mengarah kepada harapan agar lansia tidak hidup terlantar.

Dengan pelembagaan, lansia diharapkan dapat memperoleh intervensi yang

dapat membantu mereka memahami, menerima serta mengoptimalkan diri terhadap

Page 23: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

6

kondisi mereka saat ini. Dalam hal ini, layanan Bimbingan Konseling dirasa dapat

membantu lansia memahami dirinya, menerima kondisi serta mengoptimalkan diri

mempersiapkan bekal menuju kematian yang semakin dekat. Konseling sebagai

profesi yang menyeluruh, memberikan gambaran bahwa layanan yang diberikan

dapat membantu lansia menemukan tujuan hidup di akhir usia individu. Intervensi

bimbingan konseling, juga memiliki berbagai pendekatan dalam memahami

individu, salah satunya adalah pendekatan Islam yang berusaha memahami individu

dari sudut pandang agama.

Bimbingan dan Konseling Islami merupakan salah satu pendekatan yang

saat ini banyak berkembang di masyarakat, terutama institusi-institusi Islam.

Perkembangan ilmu bimbingan dan konseling Islami digunakan untuk mengatasi

permasalahan individu dengan memberdayakan fitrah yang telah dikaruniakan

Allah SWT kepada manusia. Bimbingan dan konseling Islami juga membantu

lansia yang belum memahami kebutuhannya atau telah memahami tetapi tidak

mengerti cara untuk memenuhinya. Agar layanan bimbingan konseling dapat

berjalan dengan optimal, maka perlu disesuaikan dengan kebutuhan lansia terutama

dalam menghadapi kematian. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk penyusunan

model bimbingan konseling Islami bagi lansia dalam mempersiapkan diri menuju

kematian.

Dalam bimbingan konseling Islam, konselor hendaknya memiliki

keterampilan dalam mengelola masalah klien terkait kematian, dengan berdasarkan

Al-Qur’an maupun keilmuan secara umum atau sering disebut death competence.

Terdapat dua hal penting dalam death competence yaitu, emotional competence dan

Page 24: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

7

cognitive competence. Emotional competence mengacu kepada kapasitas konselor

dalam menanggung kuatnya emosi klien dalam proses terapi. Sedangkan cognitive

competence mengacu kepada kapasitas konselor dalam melaksanakan praktik di

lapangan dan serangkaian keterampilan konselor yang merupakan dasar

professional disiplin keilmuan (Gamino & Ritter, 2012). Agama sebenarnya telah

memberikan pelajaran kepada umat manusia tentang hal-hal yang harus

dipersiapkan untuk menghadapi akhir kehidupan dan pasca kehidupan di dunia ini,

namun tidak semua orang mengetahui hal itu, sehingga mereka banyak yang tidak

punya persiapan apa-apa untuk menghadapi hal tersebut. Oleh sebab itu, perlu

dipersiapkan model bimbingan yang berlandaskan ajaran agama agar mereka

selamat di dunia dan di akhirat.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan observasi,

wawancara dan dokumentasi, di Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang,

peneliti menemukan beberapa hal menarik yang dapat dikaji sebagai gambaran

mengenai pendampingan yang tepat bagi para lansia. Kehidupan di Wisma Lansia

Husnul Khatimah Semarang, memberikan gambaran kepada peneliti mengenai

bagaimana pola kehidupan lansia sehari-hari untuk memanfaatkan sisa usia yang

dimiliki dengan hal-hal yang bermanfaat untuk mempersiapkan kehidupan di dunia

dan di akhirat. Hasil Pengamatan menunjukkan bahwa kegiatan sehari-hari, dimulai

dari bangun tidur hingga menjelang tidur kembali. Hal tersebut juga diceritakan

oleh beberapa pengurus yang bertanggung jawab atas kehidupan di dalam wisma

tersebut, serta berdasarkan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti.

Page 25: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

8

Setiap kegiatan yang dilakukan di Wisma tersebut disesuaikan dengan

kondisi fisik para lansia. Selain itu, syariat Islam menjadi pedoman dalam setiap

aktivitasnya, dalam salah satu kunjungan, peneliti pernah mendapati klien yang

sedang berada pada masa kritis. Saat itu, para staf pegawai terus mendampingi klien

secara bergantian menuntun klien membaca kalimat syahadat untuk

menghantarkan klien berpulang dengan tenang dan Husnul Khatimah.

Sebagaimana dalam sebuah penelitian yang menyatakan bahwa "Seorang pasien

Muslim yang sedang sekarat, harus dibaringkan sedemikian rupa sehingga telapak

kakinya akan menghadap Kiblat (arah menuju Mekah)." Selama sakit, umat Islam

diharapkan mencari bantuan Allah dengan kesabaran dan doa. Sebelum berdoa,

umat Islam membutuhkan akses ke air untuk mencuci baik di kamar mandi atau di

mangkuk, jika di tempat tidur (Cheragi et al, 2005).

Bimbingan tidak hanya diberikan kepada para lansia tetapi juga kepada

keluarga atau kerabat yang bertanggung jawab. Terutama saat kematian mendekat,

seorang pasien memerlukan paliasi dan dukungan dari keluarga (Rome et al., 2011).

Hal tersebut sebagai salah satu usaha yang dapat menyelamatkan para lansia di

akhir hayatnya dan juga kehidupan setelahnya. Karena setiap doa dari sanak

saudara dapat memberikan kemudahan urusan para lansia di alam kubur. Seperti

yang pernah diceritakan oleh salah satu keluarga klien, bahwa mereka menitipkan

keluarganya di wisma tersebut karena ada kekhawatiran jika tidak dapat merawat

bibi nya dengan baik di rumah akibat kesibukannya. Berdasarkan pernyataan di

atas, lembaga penitipan lansia dapat menjadi tempat tinggal yang efektif manakala

Page 26: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

9

keluarga merasa khawatir terhadap kehidupan individu disisa usianya karena

keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki untuk merawat para lansia.

Pada akhirnya, Model Bimbingan Konseling Islam untuk Lansia sangat

dibutuhkan, mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh para lansia untuk

menemukan kembali jalannya sebagai seorang muslim agar dapat kembali dengan

selamat. Selain itu, model bimbingan dan konseling Islam sangat diperlukan

sebagai suatu acuan bagi kegiatan lansia, agar mereka dapat menjalani hidupnya

dengan penuh tanggung jawab sebagai khalifah di dunia yang sementara ini.

Bidang bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan lansia

menghadapi kematian yakni bidang bimbingan pribadi dan sosial. Bimbingan

pribadi diberikan agar lansia memiliki kesadaran serta pengetahuan dalam

mempersiapkan bekal menuju kematian. Bimbingan sosial diberikan agar lansia

dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungan serta kerabat sebelum akhir

hayatnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait Model Bimbingan dan Konseling Islam yang dirancang bagi

lansia untuk menemukan sebuah model yang nantinya dapat dikembangkan dan

dapat digunakan oleh berbagai pihak dalam menangani permasalahan para lansia

khususnya. Oleh karena itu peneliti mengupayakan penelitian yang berjudul

“Pengembangan Model Bimbingan Konseling Islami untuk Lansia Sebagai

Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal Menghadapi Kematian”,

dengan harapan bahwa Model Konseling Islami dapat membantu lansia dalam

mempersiapkan bekal untuk selamat di dunia dan di akhirat, bekal tersebut berupa

Page 27: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

10

ketaqwaan yakni setiap perbuatan yang dilakukan sesuai dengan aturan Allah dan

dinyatakan untuk mencari ridho Allah dengan menggunakan segenap potensi yang

dikaruniakan Allah kepada manusia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan

sebagai berikut:

1. Konsep kehidupan manusia saat ini lebih condong kepada pernyataan “here

and now”, sehingga kehidupan seolah-olah hanya sebatas pada perannya

selama di dunia. Padahal, sejatinya kehidupan di dunia hanyalah sementara,

dan yang kekal adalah kehidupan setelahnya.

2. Para lansia secara usia seharusnya telah mempersiapkan bekal untuk menuju

kematian. Bekal berupa pengetahuan tentang kehidupan setelah mati yang

diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, banyak lansia

yang masih belum mengetahui serta mempersiapkan bekal untuk menuju

kematian.

3. Dalam mempersiapkan bekal menuju kematian, para lansia membutuhkan

pendampingan yang tepat dan intensif, khususnya dalam hal agama. Namun,

banyak lansia yang tidak memiliki keluarga yang dapat mendampinginya di

hari akhirnya.

4. Panti lansia dapat menjadi alternatif yang baik bagi lansia dalam mendampingi

mereka menjelang tutup usia. Namun, tidak banyak panti lansia yang dapat

memberikan pendampingan khususnya dalam aspek agama.

Page 28: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

11

1.3 Cakupan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang yang telah dipaparkan

di atas, untuk membatasi pembahasan mengenai model bimbingan konseling Islami

untuk lansia, maka penelitian pengembangan ini perlu ditegaskan hanya mencakup

pada model bimbingan konseling Islami untuk lansia sebagai upaya membantu

lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Kemudian, model bimbingan

konseling Islami yang tepat untuk membantu para lansia dalam mempersiapkan diri

menuju akhir kehidupan yang baik adalah dengan berfokus pada hal-hal yang dapat

membantu lansia menghadapi kematian dengan segenap potensi lansia yang akan

dimanifestasikan sesuai dengan Rukun Iman, Rukun Islam dan Ihsan.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi faktual lansia di wisma lansia Husnul Khatimah Semarang?

2. Bagaimana pendampingan yang diberikan kepada lansia di wisma lansia Husnul

Khatimah Semarang?

3. Bagaimanakah kebutuhan lapangan terhadap model bimbingan konseling

Islami untuk lansia?

4. Bagaimanakah kelayakan model bimbingan konseling Islami untuk lansia

ditinjau dari segi kebermanfaatan, kemudahan, kepatutan dan ketelitian untuk

membantu lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian?

Page 29: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

12

1.5 Tujuan penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka tujuan penelitian

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kondisi faktual lansia di wisma lansia Husnul Khatimah

Semarang.

2. Menganalisis pendampingan yang diberikan kepada lansia di wisma lansia

Husnul Khatimah Semarang.

3. Menganalisis kebutuhan lapangan terhadap model bimbingan konseling Islami

untuk lansia di wisma lansia Husnul Khatimah Semarang.

4. Menghasilkan model bimbingan konseling Islami untuk lansia ditinjau yang

memiliki nilai kebermanfaatan, kemudahan, kepatutan dan ketelitian untuk

membantu lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian.

1.6 Manfaat penelitian

Hasil penelitian berupa “Pengembangan Model Bimbingan Konseling

Islami untuk Lansia Sebagai Upaya Membantu Lansia Mempersiapkan Bekal

Menghadapi Kematian,” diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis, sebagai

berikut:

1.6.1 Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Konseling di Indonesia, khususnya

dalam hal pelaksanaan konseling bagi lansia.

Page 30: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

13

1.6.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dalam penelitian ini dapat dipandang berdasarkan subjek

penerima manfaat, antara lain:

1.6.2.1 Bagi panti lansia

Produk penelitian pengembangan ini diharapkan dapat menjadi rujukan

dalam memberikan pelayanan bimbingan konseling Islam di panti lansia.

1.6.2.2 Bagi Praktisi Bimbingan dan Konseling

Produk penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberi masukan

kepada para praktisi bimbingan dan konseling dalam melaksanakan praktik

bimbingan konseling terhadap lansia.

1.6.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Model Bimbingan Konseling Islam ini diharapkan menambah khasanah

keilmuan bagi para peneliti yang akan mengkaji tentang pelayanan bimbingan

konseling terhadap lansia.

1.7 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: Model Bimbingan

Konseling Bagi Lansia yang berbasis ajaran agama Islam sebagai dasar dalam

memahami individu sesuai tugas perkembangan secara psikologis maupun sesuai

dengan tujuan penciptaan yang ada di dalam Al-Qur’an. Produk yang

dikembangkan juga memiliki nilai kebermanfaatan, kemudahan, kepatutan dan

ketelitian setelah divalidasi oleh para ahli dan praktisi di lapangan. Selain itu,

produk yang dihasilkan juga dilengkapi dengan panduan pelaksanaan untuk

memudahkan para praktisi dalam penerapannya di lapangan.

Page 31: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

14

1.8 Asumsi dan Keterbatasan

1.8.1 Asumsi penelitian

Berikut adalah beberapa asumsi – Pengembangan Model Bimbingan dan

Konseling Islam Bagi Lansia dalam mengatasi permasalah para lansia di Wisma

Lansia Husnul Khatimah Semarang, antara lain:

1. Kematian merupakan hal yang pasti terjadi dan datang secara tiba-tiba. Setiap

manusia khususnya orang muslim, mereka bercita-cita untuk mendapatkan

akhir kehidupan yang baik dan selamat baik di kehidupan dunia maupun

akhirat.

2. Kehidupan di dunia adalah bersifat sementara, sedangkan yang kekal abadi

adalah kehidupan akhirat. Untuk menuju kehidupan yang kekal setiap manusia

membutuhkan bekal sesuai yang diajarkan agama.

3. Bekal yang perlu dipersiapkan dan terbaik adalah “Taqwa” yakni setiap

perbuatan yang dilakukan sesuai dengan aturan Allah dan dinyatakan untuk

mencari ridho Allah dengan mendayagunakan segenap potensi yang

dikarunikan dari Allah SWT. kepada manusia.

4. Beberapa lansia yang belum mengetahui pentingnya mempersiapkan bekal

menuju kematian.

5. Adapun lansia yang sudah mengetahui namun tidak memahami cara untuk

mempersiapkan bekal menuju kematian.

1.8.2 Keterbatasan Penelitian

Page 32: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

15

Berikut adalah beberapa keterbatasan “Model Bimbingan Konseling Islami

untuk Lansia,” antara lain:

1. Pengembangan model ini hanya terbatas berdasarkan hasil studi kasus di

Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang. Sehingga diperlukan penelitian

lanjutan untuk dimplementasikan pada tataran yang lebih luas.

2. Model bimbingan ini hanya terbatas pada bimbingan konseling bagi lansia.

Sehingga kurang tepat jika diaplikasikan pada jenjang usia yang berbeda.

3. Pada hakikatnya yang mengalami lansia tidak hanya orang muslim. Namun

model ini dirancang bagi orang muslim, sehingga kurang tepat jika digunakan

bagi lansia non-muslim.

Page 33: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

16

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, DAN

KERANGKA BERFIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Terkait dengan penelitian pengembangan Model Bimbingan Konseling

Islam untuk lansia, terdapat beberapa penelitian terdahulu yang menurut kajian

peneliti memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Penelitian-penelitian yang

dimaksud akan dipaparkan di sini untuk menegaskan posisi penelitian ini.

Pembahasan mengenai kematian dan kehidupan setelah mati merupakan

sebuah konsep abstrak yang perlu dimiliki oleh setiap individu, baik muda maupun

lansia. hal tersebut sering menimbulkan kecemasan yang berlebihan bagi sebagian

orang, dan cenderung dihindari. Dalam sebuah penelitian tentang pengembangan

modul panduan kelompok untuk pengembangan diri siswa berdasarkan teori

Gestalt, menganggap hal tersebut sebagai “overzelaus thingking of one’s future”

yaitu suatu pemikiran yang dianggap berlebihan (Arip dkk, 2013). Namun, terdapat

kritik yang membantah konsep dari Barat tersebut. Dalam bukunya (Ancok &

Suroso, 2011) menganggap hal tersebut dapat menimbulkan perilaku hedonis yang

mementingkan ke-kini-dan di-sini-an. Kritik tersebut berdasarkan pemikiran bahwa

manusia berkehendak untuk mengabdi kepada Tuhannya dengan tulus, ikhlas dan

penuh kepasrahan.

Dalam penelitian lain tentang belajar tentang kehidupan dan kehidupan

dalam kematian menunjukkan bahwa individu perlu menyadari akan beberapa hal,

16

Page 34: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

17

yaitu: (1) Control and Limitation, yang menunjukan bahwa setiap manusia dapat

melakukan apapun yang dia inginkan semasa hidupnya, namun di sisi lain ia juga

perlu menyadari bahwa dirinya memiliki keterbatasan khususnya ketika diri

menghadapi sekarat, (2) individual and communities, bahwa setiap individu sehebat

apapun tidak bisa menetapkan kematian seseorang, (3) Vulnerability and resilience,

sehebat dan sekuat apapun individu akan tetap mengalami ketidakberdayaan dalam

menghadapi kematian, (4) Quality in living and the human search for meaning,

setiap individu perlu memahami hakikat kematian, hal tersebut dapat menimbulkan

gairah serta sumber inspirasi religius untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang

(Corr, 2016).

Beberapa penelitian tersebut menunjukkan perbedaan mendasar konsep

kematian yang merupakan bagian dari masa depan individu di kemudian hari. Teori

Barat yang berorientasi pada kehidupan dunia cenderung menghindari pembahasan

mengenai kematian karena merupakan hal yang abstrak. Sedangkan dalam islam

mengabaikan pemikiran tentang kematian merupakan bentuk pengingkaran

manusia terhadap keimanan. Seperti yang jelaskan dalam salah satu ayat Al-Qur’an

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu

secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”

(QS. Al Mukminun:115). Sedangkan pada ayat yang lain dijelaskan maksud

penciptaan manusia “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia,

melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (QS. Adz Dzariyat: 56). Hal ini

menunjukkan bahwa, individu perlu mempersiapkan diri akan datangnya kematian

secara tiba-tiba.

Page 35: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

18

Sebuah jurnal Forensik oleh Suryadi (2017), menyebutkan bahwa kematian

dapat terjadi secara perlahan menurut alamiah penyakitnya namun dapat pula terjadi

secara mendadak. Hasil penelitian tersebut menjelaskan sebuah kasus laki-laki

berusia 42 tahun meninggal secara mendadak setelah mengalami kejang-kejang dan

tidak sadarkan diri, sebab kematian adalah akibat kegagalan sistem kardiovaskuler

yang terjadi secara mendadak. Berdasarkan penelitian tersebut, kematian pasti

menimpa siapa saja baik muda maupun lansia dan datang secara tiba-tiba. Hasil

penelitian tersebut menegaskan pentingnya pemahaman konsep kematian pada

individu, agar dapat mempersiapkan diri ketika tiba saat kematian padanya.

Dalam Islam, peringatan tentang kematian bahkan telah ada dalam Al-

Qur’an yang menegaskan hakikat kematian yang pasti terjadi pada setiap manusia.

Seperti kandungan (QS. Luqman: 33) yang menjelaskan lima hal terkait kematian,

kelima hal tersebut antara lain: (1) Akan datang saatnya seorang anak tidak mampu

menolong ayahnya dan juga seorang ayah tidak mampu menolong anaknya, (2)

Jangan sampai dilalikan oleh kehidupan dunia dan jangan pula dilalaikan oleh

syaitan, (3) Sehebat apapun mahluk tidak akan mampu mengalahkan malaikat

Allah SWT, (5) Kita semua pada hakikatnya sedang berjalan ke kuburan. Kelima

hal di atas, mengisyaratkan pentingnya bekal untuk kematian dan kehidupan

setelahnya.

Kembali mengulas mengenai pentingnya mempersiapkan bekal kematian

bagi siapa saja. Terutama bagi lansia, yang mengalami kemunduran dalam setiap

aspek kehidupannya. Dalam penelitiannya (Rohmah et al, 2012) penelitian tentang

kualitas hidup lansia, hasil penelitian menunjukkan faktor psikologis menjadi faktor

Page 36: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

19

dominan yang mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia di Panti Werdha Hargo

Dedali Surabaya karena memiliki koefisien korelasi yang paling besar. Terdapat

penelitian lain yang menyebutkan bahwa masalah psikososial utama orang tua

adalah sosio-ekonomi, isolasi sosial, kesehatan dan masalah emosi (Omorogiuwa,

2016). Kualitas hidup lansia dipengaruhi berbagai faktor seperti kesehatan fisik,

kesehatan psikologis, hubungan sosial dan lingkungan (Kiik, et al, 2018).

Orang dewasa yang lebih tua tidak hanya diidentifikasi berdasarkan usia

sinkronisasi mereka, tetapi juga berdasarkan usia historis mereka yang mengalami

peristiwa besar pada waktu yang hampir bersamaan, dan menafsirkan peristiwa dari

sudut pandang yang berbeda sesuai masa yang dilaluinya (Konrad, 2015).

Perspektif mereka terus dikembangkan sepanjang hidup (Knapp & Pruett, 2006)

melalui dukungan keluarga, sosial, budaya, politik, dan intelektual (Binstock &

George, 2011). Penelitian yang dilakukan Larocca & Scogin ( 2016), tentang

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Kualitas Hidup pada Orang Dewasa Tua

dengan Terapi Perilaku Kognitif, Dengan meningkatkan dukungan sosial, klien

dapat memperoleh manfaat lebih dari perawatan CBT, di mana klien menjadi

semakin siap untuk menerapkan perilaku dan cara berpikir yang baru dipelajari.

Lansia yang tinggal di rumah dan lansia yang tinggal di panti memiliki perbedaan

dalam interaksi sosial, konsep agama dan ketuhanan (Naftali, 2017), (Putri et al,

2015).

Disfungsi kognitif menjadi salah satu masalah umum yang terjadi pada

lansia, semakin meningkatnya usia dikaitkan dengan peningkatan masalah

kesehatan yang cukup kompleks, sehingga membutuhkan bantuan orang lain untuk

Page 37: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

20

perawatan dan melakukan kegiatan sehari-hari (Akdag, Telci, & Cavlak, 2013).

Selain permasalahan kognitif, lansia juga rentan akan penyakit yang berhubungan

dengan penuaan seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung coroner, rematik dan

asma (Afrizal, 2018). Penurunan aktifitas fisik serta kurangnya pengetahuan

tentang hidup sehat juga dapat memperburuk kondisi kesehatan dan kualitas hidup

lansia (Dewi, 2018), (Masyudi, 2018).

Permasalahan lain yang dialami lansia adalah penelantaran yang dilakukan

oleh keluarga karena beberapa faktor seperti masalah ekonomi, ketidak harmonisan,

dan kesibukan menjadikan lansia masih perlu mencari nafkah di sisa usianya

(Nurhardanti, 2015). Hal tersebut sering pula menimbulkan keputusaan dan merasa

tidak berguna (Prawitasari, 1994). Terkait permasalahan di atas, keluarga dapat

mengurangi isolasi sosial yang diperlukan untuk memperbaiki permasalahan lansia

(Dickens & Richards, 2011). Dukungan sosial dan kesabaran juga dapat menjadi

prediksi kualitas hidup lansia (Sari et al, 2018), (Yuliatun, 2015), (Desiningrum,

2014). Di sisi lain, kesejahteraan lansia merupakan bagian dari kesejahteraan

Bangsa. Seperti dalam UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang

berbunyi “bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada

hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa”.

Tidak sedikit lansia yang membutuhkan bantuan dari lembaga sosial di sisa

hidupnya. Namun, Pelembagaan menyebabkan depresi, sehingga terjadi

pembatasan kontak sosial, kehilangan minat masuk berbagai aktivitas, ingin segera

mati dan pikiran untuk bunuh diri (Runcan, 2012). Padahal dengan memperbaki

hubungan dengan sesama manusia dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang

Page 38: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

21

(Arsaudi, 2017). Sehingga intervensi konseling dibutuhkan dalam membantu

individu untuk memiliki kondisi psikis yang stabil. Karena kondisi psikis dapat

menjadi imun bagi individu terhadap proses penyembuhan (Yuliatun, 2015). Dalam

sebuah penelitian oleh (Carmen, 2013), pelembagaan orang tua identik dengan

masalah depresi dan isolasi, sehigga konseling sangat dibutuhkan dalam situasi ini

terutama bagi pihak keluarga, yang pada akhirnya memberikan kesimpulan

terhadap keputusan mengenai urgensi untuk melembagakan orang tua mereka.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dukungan sosial berupa pelembagaan bagi

lansia dapat membantu lansia di sisa hidupnya. Namun, pelembagaan bagi lansia

perlu memperhatikan kebutuhan lansia, terutama dalam mempersiapkan kematian.

Hal ini sangat penting bagi lansia,agar dapat mempersiapkan bekal menghadapi

kematian untuk memperoleh keselamatan di dunia dan akhirat.

Bekal yang perlu dimiliki individu berupa takwa, sebagaimana dalam

firman-Nya “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”

(QS. Al-Baqarah: 197). Pada hakikatnya, takwa merupakan setiap perbuatan yang

dilakukan sesuai dengan aturan Allah dan dinyatakan untuk mencari ridho Allah

dengan mendayagunakan segenap potensi yang dikarunikan dari Allah SWT.

kepada manusia. Individu yang bertakwa akan diberikan jalan keluar atas

permasalahannya,hal ini disebutkan di dalam Al-Quran yang berbunyi “ Barang

siapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya,

dan Dia memberinya rejeki dari arah yang tidak disangkanya….” (Qs At Thalaq,

2-3). Dengan ketakwaan, individu memiliki motor penggerak yang dapat

Page 39: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

22

menuntunnya pada perbuatan ma’ruf (baik) dan mencegah dari perbuatan mungkar

(jahat) untuk keselamatan di dunia dan di akhirat (Wahyudi, 2016).

Agama, memiliki peran penting bagi individu jika ditinjau dari sudut

pandang sekuler (Nelson, 2009) menjelaskan agama sebagai fenomena sosial

dengan dimensi tertentu: (1) ritualistik, (2) pengalaman, (3) intelektual, dan (4)

konsekuensial, yaitu berimplikasi pada perilaku dan etika. Mengingat pentingnya

pemahaman hakikat kematian oleh lansia, agama menjadi dasar utama bagi lansia

dalam berprilaku dan ber-etika agar mempersiapkan bekal untuk kembali dengan

sebaik-baiknya. Hal tersebut dikarenakan Agama menjadi prediktor atas

kesejahteraan subjektif dari setiap individu (Velasco-Gonzalez & Rioux, 2014).

Diperkuat dengan pendapat (Nahdirin, 2018) yang menyatakan bahwa konseling

keagamaan bagi lansia memberikan bantuan terkait proses pemantapan, pertaubatan

dan penyempurnaan amalan agama yang dilandasi oleh kesadaran.

Islam memiliki prinsip-prinsip yang menjadi acuan dalam berkomunikasi

antar sesama manusia, sehingga setiap komunikasi yang dilakukan memiliki dasar

yang jelas serta bertujuan untuk mencari ridho Allah SWT (Jannati, 2016).

Sebagaimana dalam islam, individu dianjurkan untuk senantiasa mengingat Allah

dengan shalat dan berdzikir terutama untuk penderita psikoneurotik (Riyadi, 2014)

serta untuk menciptakan sikap optimism pada lansia (Khoirun Nida, 2014), (Astuti,

2016). Dalam bimbingan konseling Islam komunikasi yang dilakukan adalah

diniatkan untuk Allah SWT, dengan cara-cara Allah SWT, dan untuk mencari ridho

Allah SWT.

Page 40: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

23

Berbeda dengan konseling pada umumnya yang cenderung mengabaikan

aspek spiritualitas dalam praktiknya, Konseling Islam cenderung memanfaatkan

dimensi spiritualitas individu untuk memperoleh keseimbangan antara kehidupan

di dunia dan di akhirat ( Subhi, 2016). Untuk menunjang keberhasilan konseling

berdasarkan ajaran Islam, maka diperlukan model yang dapat menjadi pedoman

pelaksaan kegiatan bimbingan konseling bagi lansia dalam mempersiapkan bekal

menuju kematian. Tersusun dan terlaksananya program BK dengan baik akan lebih

menjamin pencapaian tujuan kegiatan pada khususnya (Sugiyo, 2012: 48).

Dalam penelitian lain, tentang Inovasi Konseling Islam oleh (Baqutayan,

2011), pengobatan terbukti tidak efisien dalam menangani penyebab awal stres,

juga tidak bisa menghilangkan semua gejalanya secara memadai. Oleh sebab itu

Konseling Islam sebagai jalan hidup dan berdasarkan pada aktifitas Shalat,

"dzikir", wudhu 'dan Tasbih menghasilkan perubahan mental dan bahkan perilaku

yang ditunjukkan sejak dekade lalu. Meskipun pelaksanaan Konseling Islam tidak

sama profesionalnya dengan konseling dari Barat, namun Konseling Islam

menawarkan praktik terapiutik yang signifikan (El-Aswad, 2017). Pendekatan

keagamaan dapat membantu munculnya koping positif yang mempengaruhi

persepsi lanjut usia dalam memandang masalah (Kurnianto, 2011).

Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dipaparkan, digunakan sebagai

dukungan oleh peneliti dalam penyusunan Model Bimbingan Konseling Islami

untuk Lansia sebagai upaya mempersiapkan bekal menuju kematian dan kehidupan

setelahnya. Terutama dalam membantu mengatasi permasalahan lansia. Penelitian

sebelumnya meunjukkan keefektifan suatu intervensi tertentu yang terkait variabel

Page 41: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

24

dalam penelitian ini dapat membantu lansia mempersiapkan bekal yang dibutuhkan

untuk kembali dengan baik dan selamat. Dengan kata lain, penelitian ini nantinya

akan mengelaborasi hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya yang telah

dipaparkan.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Bimbingan dan konseling islam

1) Pengertian bimbingan dan konseling islam

Menurut Sutoyo (2017: 22), hakikat bimbingan konseling Islami adalah

upaya membantu individu belajar mengembangkan fitrah dan atau kembali kepada

fitrah, dengan cara memberdayakan (empowering) iman, akal, dan kemauan yang

dikaruniakan Allah SWT. Di sisi lain, Ridwan (2018: 64) mengemukakan bahwa

istilah konseling Islami berarti menggunakan nilai-nilai Islam untuk konseling.

Dalam penelitian lain, individu perlu meneladani kehidupan

kaum sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah, agar bisa tumbuh dan

berkembang menjadi pribadi yang ‘alim dan saleh , dan pada akhirnya bisa

hidup bahagia di dunia dan akhirat (Sutoyo, 2017).

Dengan demikian, bimbingan konseling Islam merupakan bentuk bantuan

yang diberikan kepada individu dengan memberdayakan segenap potensi yang

dikaruniakan Allah SWT. dalam memahami, mengarahkan serta mencapai tujuan

yang diharapkan. Bantuan yang diberikan dilakukan berdasarkan tuntunan dari Al-

Qur’an dan Al-Hasdist (Zulkarnain, 2015) sebagai upaya mengaktualisasikan rukun

iman, rukun Islam, serta ikhsan.

Page 42: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

25

2) Tujuan bimbingan dan konseling islam

Setiap manusia pasti akan bertanggung jawab atas segala hal yang

dilakukan. Bimbingan konseling islam pada dasarnya hendak membantu individu

agar dapat mengenali tanggung jawabnya agar dapat mempertanggungjawabkan

setiap perilakunya kelak di hadapan Allah SWT. Menurut Ridwan (2018: 12),

tujuan utama konseling Islam adalah mengajak individu berada di jalan lurus untuk

merasakan yang positif, dan kemudian di jalan itu berupaya untuk terus-menerus

bertindak memperbaiki diri.

Lebih jelas disebutkan, Tujuan yang ingin dicapai melalui bimbingan dan

konseling Islami adalah agar fitrah yang dikaruniakan Allah kepada individu bisa

berkembang dan berfungsi dengan baik, sehingga menjadi pribadi kaffah, dan

secara bertahap mampu mengaktualisasikan apa yang diimaninya itu dalam

kehidupan sehari-hari, yang tampil dalam bentuk kepatuhan terhadap hukum-

hukum Allah dalam melaksanakan tugas kekhalifahan di bumu, dan ketaatan dalam

beribadah dengan mematuhi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-

Nya (Sutoyo, 2017: 207).

Temuan penelitian lain menunjukkan bahwa pendekatan Islam yang

diterapkan dalam konseling dapat dikategorikan menjadi tiga aspek utama: aqidah

(iman), ibadah (ibadah / pengabdian tertinggi dan cinta akan Tuhan) dan akhlaq

(perilaku moral). Temuan juga menunjukkan bahwa konseling dalam aspek ini

sejalan dengan ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Quran dan al-Sunnah

(Hanin Hamjah & Mat Akhir, 2014). Berdasarkan pemaparan di atas, untuk

mencapai tujuan yang diharapkan, maka pelaksanaan konseling harus berdasarkan

Page 43: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

26

Al-Qur’an sebagaimana yang disebutkan oleh (Sutoyo, 2017:37). Berikut

penjelasan yang menjelaskan bahwa, terdapat beberapa alasan pentingnya

menjadikan Al-Qur’an sebagai rujukan dalam konseling:

a. Subjek yang dibimbing adalah manusia, manusia adalah ciptaan Allah SWT.

Allah tentu lebih mengetahui rahasia mahluk ciptaan-Nya, Allah tentu lebih

mengetahui potensi yang dikaruniakan kepada mereka dan bagaimana

pengembangannya, Allah tentu lebih mengetahui pula masalah yang dihadapi

manusia sejak didunia hingga akhirat kelak dan Allah juga lebih mengetahui

bagaimana pula mengatasinya.

b. Informasi-informasi penting untuk membantu mengembangkan dan mengatasi

segala persoalan yang dihadapi manusia itu ada dalam Al-Qur’an yang dibawa

oleh rasul-Nya Muhammad saw. Oleh karena itu, dalam memahami Al-Qur’an

perlu dipahami pula sunnah rasul-Nya.

c. Al-Qur’an didalamnya terkandung pedoman praktis bagi setiap pribadi

didalam hubungannya dengan Tuhannya, lingkungan sekitarnya, keluarganya,

dirinya sendiri, dengan sesama muslim dan juga non-muslim baik yang

berdamai maupun yang memeranginya. Individu yang mengikuti panduan ini

pasti selamat dalam hidupnya di dunia maupun akhirat.

d. Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang dijamin terpelihara keasliannya oleh Allah

(15:9), dan bagi siapa yang hendak memahaminya, Allah memudahkan

pemahamannya (Q.S, 54:17).

Page 44: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

27

e. Al-Qur’an sebagai kitab Allah menempati posisi sebagai sumber pertama dan

utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman

bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

f. Untuk membimbing manusia dibutuhkan “pegangan” berupa rujukan yang

benar lagi kukuh, padahal tidak ada rujukan yang paling benar dan lebih kukuh

selain bersumber dari Allah SWT. yaitu Al-Qur’an.

Oleh sebab itu, memiliki pegangan yang kokoh dalam membantu para lansia

menemukan hakikat kehidupan sebagaimana mestinya, tidak dapat dilakukan

dengan baik manakala praktisi tidak menjadikan Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai

rujukan dalam membantu para lansia mengenal fitrahnya. Model Konseling Islami

merupakan model konseling yang menjadikan keduanya sebagai dasar dalam

memberikan bantuan kepada individu dalam menemukan tujuan hidup yang

sebenarnya. Suatu tujuan yang tidak hanya berbatas waktu oleh kematian tetapi juga

suatu tujuan untuk kehidupan kekal setelah kematian.

3) Karakteristik konselor

Tidak semua konselor dapat menjadi pelaksana bimbingan dan konseling

Islami. Berikut penjelasan mengenai karakteristik konselor dalam bimbingan dan

konseling Islami:

1) Karena konselor dipilih atas dasar kualifikasi keimanan, ketaqwaan dan

pengetahuan –tentang konseling dan syari’at Islam -, serta memiliki

keterampilan dan pendidikan (Sutoyo, 2017: 210).

2) Konselor harus menggunakan penafsiran para ahli dalam merujuk ayat-ayat Al-

Qur’an yang digunakan.

Page 45: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

28

3) Konselor sebaiknya dapat menjadi contoh dari individu yang dibimbing

khususnya tentang keimanan dan ketaqwaan.

4) Konselor dilarang menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan individu

yang dibimbing tanpa persetujuan dari pihak terkait.

5) Konselor perlu menyadari keterbatasan dirinya dalam membantu konseli,

sehingga konselor perlu menjalin kerjasama dengan pihak lain.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, konselor seyogyanya mampu

menguasai terapi melalui pendekatan agama (Risdawati, 2014). Dengan kualifikasi

yang telah ditetapkan tersebut, konselor seyogyanya dapat membantu individu

secara optimal dan tidak mudah berputus asa apabila mengalami kegagalan.

Konselor yang melaksanakan tugas dengan mentaati norma agama memiliki

implikasi dalam setiap tugas dengan ke-ikhlasan (Saliyo, 2017). Keberhasilan

konselor juga dibuktikan dengan pemahaman dan praktik konseli yang memandang

kesalehan tidak hanya berputar pada kesuksesan akhirat, tetapi juga pada

pengelolaan dunia sehingga manusia bisa mengembangkan kehidupan yang ramah

(Falah, 2016). Karena konselor percaya bahwa hasil dari setiap usaha yang telah

dilakukan adalah atas kuasa Allah SWT.

4) Prosedur pelaksanaan bimbingan dan konseling islami

Agar kegiatan konseling dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan

tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya. Dalam bukunya, Ridwan (2018: 129)

memaparkan beberapa tahapan dalam konseling Islam, antara lain: (1) analisis

Page 46: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

29

kebutuhan konseli, (2) proses terapi dengan tadabur ayat dan musyawarah, (3)

pengertian ke tindakan dengan berazam dan bertawakal.

Selain pendapat diatas, bimbingan dan konseling Islami dapat dilakukan

dengan beberapa tahapan yaitu:

1) Meyakinkan individu tentang kedudukan individu sebagai mahluk ciptaan Allah

SWT.

2) Mendorong individu dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama secara

benar.

3) Serta mendorong dan membantu individu memahami dan mengamalkan iman,

Islam, dan ikhsan (Sutoyo, 2017).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

melakukan proses konseling Islami harus memiliki tahapan-tahapan agar dapat

mencapai tujuan yang diharapkan. Tahapan tersebut berupa need assesmen hingga

mendorong individu dalam memahami dan mengamalkan iman, Islam, dan ikhsan

dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.2 Tinjauan tentang lanjut usia (Lansia)

1) Pengertian lansia

Siklus perjlanan hidup manusia dapat diibaratkan garis sisi pada sebuah

trapezium. Garis sisi kiri yang menanjak, menggambarkan masa sejak kelahiran

hingga usia dewasa. Setelah mencapai tingkat kedewasaan, pertumubuhan fisik

sudah mencapai piuncaknya yang ditandai dengan garis lurus. Manakala rentang

usia dewasa berakhir, manusia memasuki awal usia lanjut yang ditandai dengan

lukisan sisi kanan trapezium dan sering disebut dengan perkembangan regresif.

Page 47: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

30

Istilah lanjut usia atau yang sering dikenal dengan “lansia” secara matematis

memiliki nominal yang lebih besar karena berada di rentang terakhir kehidupan

individu. Usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang,

yakni suatu masa di mana seseorang telah “beranjak” dari periode kejayaan yang

menyenangkan menuju masa yang penuh kebermaknaan (Jahja, 2011). Menurut

undang-undang No.43 Tahun 2004 Bab I pasal I yang berbunyi sebagai berikut:

Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 ( enam puluh) tahun ke

atas. Dalam sumber lain, penuaan dibagi menjadi tiga kelompok lansia: “lansia

muda”(young old) individu pada rentang usia 65 sampai 74 tahun, “lansia tua”(old

old) individu pada rentang usia 75 sampai 84 tahun, dan “lansia tertua”(oldest old)

individu berusia 85 tahun keatas (Papalia, 2009).

Istilah lansia dalam psikologi Islam yang dipaparkan oleh (Sapuri,

2009:141) yang menyebutkan fase lanjut usia sebagai fase Ardzal Al-umur yaitu

individu yang berusia mulai dari tujuh puluh tahun hingga meninggal dunia.

Berdasarkan pemaparan di atas, lanjut usia merupakan individu pada rentang usia

60-84 tahun yang berada di periode terakhir kehidupan. Namun, orang dewasa yang

lebih tua tidak hanya diidentifikasi berdasarkan usia sinkronisasi mereka, tetapi

juga berdasarkan usia historis mereka yang mengalami peristiwa besar pada waktu

yang hampir bersamaan, dan menafsirkan peristiwa dari sudut pandang yang

berbeda sesuai masa yang dilaluinya (Konrad, 2015). Hal ini sejalan dengan

pendapat Suardiman (2016: 3) yang menyatakan bahwa terdapat dua pendekatan

yang sering digunakan untuk mengidentifikasi seseorang disebut lansia, yaitu

pendekatan biologis dan kronologis. Pendekatan biologis adalah usia lansia yang

Page 48: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

31

didasarkan pada kapasitas fisik/biologis seseorang. Sedangkan pendekatan

kronologis adalah usia seseorang didasarkan pada hitungan umur. Untuk

mempermudah dalam mengidentifikasi seseorang disebut lansia adalah

berdasarkan usia kronologis atau umur dari ulang tahun terakhir.

2) Karakteristik lansia

Sebelum memasuki pembahasan mengenai lanjut usia secara undang-

undang, terlebih dahulu akan dibahas mengenai fase azm al-‘umur/ syuyukh (tua).

Menurut Sapuri (2009: 140) fase ini disebut dengan “tua” yang ditandai dengan

kematangan, yaitu dimulai sejak usia empat puluh tahun hingga tujuh puluh tahun.

Menurut al-Ghazali, fase ini disebut awliya dan anbiya, karena individu lebih

bijaksana dalam menghadapi hidup. Sebagaimana Konsep diri berhubungan erat

dengan pengalaman masa lalu serta pandangan seseorang tentang dirinya sendiri

(Wibowo, 2015). Oleh sebab itu, individu di usia ini diharapkan dapat mengenal

dirinya dengan baik dan dapat menggali pengalaman dari luar yang kemudian di

transformasikan kepada generasi muda.

Usia lanjut merupakan periode akhir kehidupan yang identik dengan

perubahan yang bersifat menurun dan merupakan masa kritis untuk mengevaluasi

kesuksesan dan kegagalan (Syarif, 2016). Ciri- ciri usia lanjut cenderung menuju

dan mengarah pada penyesuaian diri yang buruk dari pada yang baik dan kepada

kesengsaraan dari pada kebahagiaan, sehingga dalam kebudayaan Amerika periode

ini sering ditakuti (Hurlock, 2011: 380). Pada masa ini, individu mengalami

berbagai kemunduran terutama dalam aspek fisik yang sangat jelas. Seperti dalam

firman Allah SWT. sebagai berikut:

Page 49: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

32

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami

kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak

memikirkan” (QS Yasin: 68).

Dan dalam firman Allah selanjutya:

“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia

menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia

menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha

Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS Ar-Rum:54).

Kedua ayat di atas telah memberikan gambaran, bahwa masa lansia ditandai

dengan kemunduran individu ketika sebelumnya berada di masa kejayaan.

Selanjutnya, (Jahja, 2011) dalam bukunya memaparkan 10 karakteristik usia

madya, yaitu:

1) Usia madya merupakan periode yang paling ditakuti

2) Usia madya merupakan masa transisi

3) Usia madya merupakan masa stress

4) Usia madya merupakan “usia yang berbahaya”

5) Usia madya merupakan”usia canggung”

6) Usia madya merupakan masa berprestasi

7) Usia madya merupakan masa evaluasi

8) Usia madya dievaluasi dengan standar ganda

9) Usia madya merupakan masa sepi

10) Usia madya merupakan masa jenuh.

Terdapat 14 faktor yang mempengaruhi kebahagiaan lanjut usia

(penghasilan, usia, agama, budaya, bersyukur kepada Tuhan, aktivitas fisik,

Page 50: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

33

hubungan sosial, memaafkan, kualitas hidup, silaturahmi, sehat, menikah,

berhubungan baik dengan anak cucu dan menantu, serta berhubungan baik dengan

saudara) (Dipoegoro, 2015). Kebermaknaan hidup lansia juga tidak terlepas dari

pengalaman, kesabaran dan peran lingkungan (Ningsih, 2017), (Triningtyas, 2018),

karena successful aging dapatkan oleh individu yang mampu bermanfaat bagi

lingkungan (Sari, 2002), sebagaimana bersikap arif memiliki pengaruh sebesar

14,3% dalam mengahadpi kecemasan pada lansia (Dinakaramani, 2018).

Dengan demikian, masa usia lanjut merupakan periode akhir dari kehidupan

individu yang ditandai dengan adanya kemunduran dalam berbagai aspek

perkembangan. Namun, lansia yang memiliki penerimaan diri yang baik juga akan

memliki self management yang teratur, sehingga mampu mereduksi permasalahan

terkait fisik (Setyorini, 2018). Terutama kesadaran dekatnya kematian (Ernawati,

2015) dapat menajdi control bagi individu dalam mencapai tujuan hidupnya

(Khoirn Nida, 2014). Karena setelah berada pada masa puncak (masa muda)

individu akan menikmati hasil dari setiap kerja kerasnya di masa lansia. Bagi

individu yang dahulu berjuang keras di masa muda maka akan memperoleh hasil

yang sesuai dengan kerja kerasnya, dan bagi individu yang menjalani masa muda

dengan seadanya maka akan memperoleh hasil sesuai yang dilakukannya.

3) Permasalahan pada lansia

Masalah umum yang sering dihadapi lansia antara lain: (a) masalah

ekonomi, (b) masalah sosial,(c) masalah kesehatan, dan (d) masalah psikologis

(Suardiman, 2016: 9). Selain itu, beberapa faktor yang menyebabkan permasalahan

pada usia lanjut secara fisik dan psikologis adalah pendidikan, pernikahan yang

Page 51: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

34

harmonis, tidak merokok, penghindaran ketergantungan alkohol, olahraga, berat

badan yang ideal (Berkman, Ertel, & Glymour, 2011). Kecakapan sosial atau kelas

sosial orang tua juga dapat memprediksi penuaan yang sehat (McKevitt, 2011).

Kekuatan-kekuatan ini memengaruhi gagasan dan perasaan tentang Tuhan, agama,

dan iman (Scarlett & Warren, 2010). Mereka memiliki efek yang kuat pada

kesehatan mental, sehingga penekanan terhadap hal ini harus diutamakan untuk

kesehatan mental orang dewasa seiring bertambahnya usia.

Selain itu, penelantaran orang tua saat ini diakui secara internasional sebagai

masalah yang meluas dan berkembang, sehingga sangat membutuhkan perhatian

sistem perawatan kesehatan, agen kesejahteraan sosial, pembuat kebijakan, dan

masyarakat umum (Pillemer, Burnes, Riffin, & Lachs, 2016). Lanjut usia pada

umumnya memiliki keterbatasan dalam beraktifitas akibat sakit ataupun

menyandang disabilitas. Hal tersebut berdampak di segala aspek, baik kesehatan,

sosial, ekonomi maupun lingkungan (BPS, 2018).Masa lansia, merupakan masa

yang rentan terhadap kondisi lingkungan sekitar. Misalnya, tidak jarang lansia

dipaksa berhenti sebelum mereka menceritakan kondisi dirinya (JUN, 2010).

Perilaku tersebut merupakan ageisme yakni diskriminasi terhadap seseorang (lanjut

usia) yang didasarkan kepada usia (Papalia, 2008).

Berdasarkan data proyeksi penduduk, diperkirakan tahun 2017 terdapat

23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk

lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan

tahun 2035 (48,19 juta). Menurut Soewono dalam (Kemenkes R.I, 2017), suatu

negara dikatakan berstruktur tua jika mempunyai populasi lansia di atas tujuh

Page 52: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

35

persen. Data tersebut memperlihatkan persentase lansia di Indonesia tahun 2017

telah mencapai 9,03% dari keseluruhan penduduk (Kementrian Kesehatan R.I,

2017).

Analisis baru menunjukkan, alasan utama kesehatan orang lansia buruk

adalah karena penyakit-penyakit tidak menular. Pengucilan, diskriminasi, tidak

adanya dukungan dari keluarga, tempat tinggal yang kurang layak, adalah bagian

dari beberapa masalah sosial yang dialami para lansia (Kemenentrian Kesehatan

R.I, 2017). Bermula dari permasalahan sosial tersebut menjadikan lansia tidak dapat

menjalani masa tuanya dengan optimal. Sehingga sangat dibutuhkan orang-orang

yang memiliki kepedulian terhadap para lansia untuk membantu lansia menjalani

sisa hidupnya dengan optimal.

Selain penjelasan di atas, (Sue, 2007) terdapat beberapa permasalahan yang

sering dialami oleh para lansia, yaitu:

1) Masalah kesehatan fisik dan ekonomi

Sekitar dua puluh lima persen lansia berusia 65-74 tahun mengalami

kemunduran dalam hal pendengaran. Mengalami kesulitan tidur dan juga

membutuhkan bantuan dalam kegiatan sehari-hari. Selain itu masalah kesehatan

juga dipengaruhi oleh kemiskinan, diskriminasi, penolakan dalam mencari

layanan kesehatan dan kondisi hidup yang buruk.

2) Masalah kesehatan mental

Banyak lansia yang mengkonseptualisasikan bahwa masalah kesehatan mental

yang ditunjukkan dengan gejala gangguan fisik bukan merupakan faktor

Page 53: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

36

psikologis. Hal ini ditandai dengan kondisi lansia dengan banyaknya keluhan

fisik dan selalu ingin mendapatkan perhatian (Jannah et al, 2017).

3) Masalah kemunduran mental

Sebagian lansia tidak menyadari ke-pikunannya, sehingga mereka sering kali

menyalahkan kebingungan pereka pada kejadian eksternal. Selain itu,

kurangnya jaminan sosial juga menyebabka gangguan kesehatan mental pada

manula (Supriadi, 2015).

4) Masalah keluarga

Beberapa orang tua dalam suatu keluarga sering menggunakan otonomi untuk

mengatur apapun dalam keluarga. Namun, terkadang lansia sering melupakan

perintah atau keinginan yang telah disebutkan sehingga menimbulkan

kebingungan pada anggota keluarga lainnya. Hal lain berupa tuntutan terhadap

lansia untuk mencari nafkah diusia tua merupakan bentuk interrole-conflict

pada lansia (Pratiwi, 2015).

5) Masalah pelecehan dan seringnya dianggap sebagai perusak keharmonisan

Sebagain orang menganggap keberadaan lansia dalam sebuah keluarga

menimbulkan berbagai permasalahan yang dapat merusak keharmonisan rumah

tangga.

6) Masalah penyalahgunaan obat

Para lansia sering dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan yang terus

menerus sepanjang hari. Selain penggunaan obat-obatan akibat keluhan fisik,

ada juga lansia yang mengkonsumsi alcohol ketika mereka kehilangan

seseorang yang dicintainya meskipun tidak sebanyak anak muda dalam

Page 54: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

37

mengkonsumsi alcohol namun dampaknya sangat besar terhadap kesehatan

para lansia.

7) Masalah depresi dan bunuh diri

Kesejahteraan psikologis lansia ditandai dengan kecakapan dalam mengelola

emosi (Hutapea, 2011). Namun, tingkat depresi lansia cenderung tinggi

dikarenakan penurunan kemampuan fisik serta kemampuan sekual pria

sehingga menimbulkan kecemasan atau kurang cakap dalam mengelola emosi.

8) Masalah seksual

Masalah aktivitas seksual pada lansia dianggap sebagai suatu hal yang tidak

pantas. Namun, minat terhadap aktivitas seksual akan terus berlanjut hingga

usia 80-90 tahun. Sehingga aktivitas seksual masih cukup penting bagi lansia.

9) Masalah diskriminasi dari berbagai pihak.

Masalah diskriminasi beban ganda seringkali dialami oleh para pelaku

homoseksism, karena penolakan dari kelompok mereka. Padahal, lansia

membutuhkan motivasi yang lebih agar tetap dapat merasa bahwa hidupnnya

bermakna bagi orang lain (Wafroh, 2016),(Samper, 2017).

Selain permasalah di atas, (Witono, 2015) dalam disertasinya

mememaparkan masalah kesehatan mental yang diderita para lansia meliputi

kecemasan dan ketakutan akan kematian dan prosesnya (death anxiety); duka

(grief) akibat kehilangan beserta responnya (breavment); dan neurosis. Berdasarkan

pemaparan di atas, jelas bahwa bagi sebagian individu masa lansia cukup menjadi

beban, khususnya ketika para individu yang memasuki masa lansia tidak memiliki

bekal baik secara material, mental dan juga psikis. Sehingga ketika memasuki masa

Page 55: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

38

lansia mereka mengalami kebingungan bahkan menimbulkan keputusasaan akibat

belum terselesaikannya tugas perkembangan di masa sebelumnya.

2.2.3 Kajian tentang kematian

2.2.3.1 Hakikat kematian

Islam memiliki prespektif positif tentang kematian. Karena kehiupan dan

kematian merupakan salah satu tan-tanda kebesaran Allah. Kematian pada dasarnya

adalah sebagai pelajaran bagi manusia agardapat mengambil pelajaran untuk

berbuat baik di muka bumi. Dalam Al-Qur’an dinyatakan:

(Dialah Allah)“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji

kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa

lagi Maha Pengampun.” (QS. Al Mulk: 2)

Kematian merupakan salah satu fase perjalanan manusia sebagai mahluk

ciptaan Allah SWT. dimulai sejak manusia masih menjadi benih yang ada pada

sulbi ayahnya, kemudian berada di rahim ibunya, saat telah lahir kedunia hingga

kematian dan kehidupan setelahnya (Hasan, 2008: 315). Seperti dalam firman-Nya:

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati

(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air

mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air

mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami

jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang

belulang, lalu Hilang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian

Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Mahasucilah Allah,

Page 56: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

39

Pencipta yang paling baik. Kemudian sesungguhnya kamu sekalian akan

dibangkitkan (dari kuburmu) di hari kiamat.” (QS Al-Mukminun: 12-16)

Dalam pembahasan lain, Sapuri (2009: 117-145) menjelaskan bahwa

terdapat sembilan fase pada rentang kehidupan individu. Kesembilan fase tersebut

antara lain: (1) Fase menjadi tanah, (2) fase menjadi nutfah (gamet), (3) fase hidup

di alam rahim (qarar makin/ tube uterine), (4) fase hidup di dunia, (5) fase sakratul

maut, (6) fase kuburan (alam barzah), (7) fase padang mahsyar, (8) fase surga dan

neraka. Individu akan mengalami berbagai hal yang saling berpengaruh pada setiap

fase kehidupan selanjutnya. Sebagaimana masa kehidupan di dunia yang akan

menjadi penentu akhir kehidupan individu hingga dibangkitkan serta fase-fase

selanjutnya. Secara umum, kematian diartikan sebagai kondisi ketidakberfungsian

semua anggota tubuh yang merupakan alat-alat ruh, ruh di sini merupakan abstraksi

yang melaluinya manusia dapat menikmati pengetahuan, rasa sakit dan

kebahagiaan (Al-Ghazali, 2014: 177).Setiap yang bernyawa telah mendapat

kepastian dari Allah, yaitu akan mengalami kematian. Firman-Nya,

“Semua yang ada di bumi itu akan binasa, tetapi wajah Tuhanmu yang

memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.” (QS Ar-Rahman: 26-27).

Keselamatan manusia adalah dengan menyadari bahwa kehidupan dunia

hanyalah sebagai sarana untuk menuju kehidupan akhirat yang kekal (Safaruddin,

2013). Beberapa pandangan kelompok terhadap kematian yaitu : (1) sebagian orang

menganggap kematian sebagai kelenyapan dan tidak ada kebangkitan serta

pembalasan atas kebaikan ataupun kejahatan, (2) Di sisi lain, adanya anggapan

Page 57: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

40

bahwa ruh manusia itu abadi dan tidak musnah bersama kematian, bahkan ruh itulah

yang menjadi objek pemberian pahala atau penjatuhan siksa tanpa jasad yang sama

sekali tidak dibangkitkan kembali (Al-Ghazali, 2014: 176).

2.2.3.3 Proses menuju kematian

Secara biologis, seseorang dianggap meninggal ketika kegiatan listrik di

otak terhenti. Hal ini sejalan dengan pendapat (Senduk & Mallo, 2013) yang

menyatakan bawha, seseorang dinyatakan mati baik dilihat dari segi kedokteran

maupun dari segi hukum bila dokter atas dasar pengetahuan kedokteran yang sesuai

dengan standar profesi tidak lagi menemukan adanya tanda kehidupan spontan,

yang ditandai oleh tidak berfungsinya batang otak dan telah terhentinya peredaran

darah dan pernapasan. Sedangkan dalam Islam, kematian manusia terjadi ketika ruh

terlepas dari tubuh manusia dan tidak kembali lagi (Hasan, 2008: 324). Al-Qur’an

telah menceritakan proses kematian sebagai berikut:

“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai

kerongkongan. Dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat

menyembuhkan”. Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu

perpisahan. Dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan). Dan kepada

Rabbmulah pada hari itu kamu dihalau”. [Al Qiyamah: 26-30]

Islam juga mengajarkan bahwa terdapat dua jenis kematian. Kematian

permanen yang bersifat menetap sampai hari kebangkitan (maut), dan kematian

sementara yakni ketika individu tidur di mana manusia dapat bangun kembali

Page 58: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

41

setelah kehilangan kesadaran saat tidur sebagai bentuk kematian kecil (naum).

Seperti yang terdapat dalam Al-Qur’an:

Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya

dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka

Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia

melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya

pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum

yang berpikir.(QS Az-Zumar: 42).

Individu dapat hidup lebih lama dibandingkan mahluk yang ada di

sekitarnya, sehingga mereka akan melewati usia senja. Di mana usia senja individu

akan mengalami kemunduran kondisi fisik yang nampak jelas. Dalam Al-Qur’an

dinyatakan:

Allah menciptakan kalian, kemudian mewafatkan kalian; dan di antara

kalian ada yang dikembalikan kepada umur yang paling

lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah

diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahakuasa (QS

An-Nahl:70)

Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Akan tetapi mereka akan

memiliki akhir yang berbeda dalam menghadapi sakaratul maut. Ada yang

meninggal dengan tenang, namun adapula yang kesulitan menghadapi sakaratul

maut semua tergantung bagaimana individu dalam kesehariannya. Sebagaimana

sabda Rasulullah SAW berikut:

“Setiap hamba akan dibangkitkan berdasarkan kondisi

meninggalnya” (HR Muslim no 2878)

Page 59: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

42

Perilaku individu yang dilakukan berulang akan menimbulkan kebiasaan,

hal tersebut dapat menghantarkan seseorang pada kematian yang baik ataupun

sebaliknya. Oleh sebab itu, seorang muslim harus memiliki kebiasaan yang baik

sebagai upaya menjemput kematian terbaik.

2.2.3.3 Pentingnya mempersiapkan bekal menuju kematian

Dalam Islam terdapat dua kematian, masing menentukan apakah individu

memiliki akhir yang baik atau buruk (Hasan, 2008: 330). Kematian yang buruk

merupakan kematian yang dialami individu ketika individu dalam keadaan kafir (al

maut ala al kufr). Seperti dalam firman Allah SWT. berikut ini:

“Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir,

mereka itu mendapat laknat Allah, para Malaikat dan manusia

seluruhnya.” (QS Al Baqarah: 161).

Kematian baik merupakan, kondisi di mana individu mengalami kematian

dalam keadaan Islam. Hal ini telah dijelaskan dalam sebuah ayat:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar

takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

keadaan beragama Islam.” (QS Ali Imran: 102).

Ayat tersebut menegaskan bahwa setiap muslim hendaknya mati dalam

keadaan Islam. Untuk mencapai kematian dalam keadaan Islam, maka individu

membutuhkan persiapan yang harus dilakukan semasa hidupnya. Sejalan dengan

pendapat (Jalaluddin, 2009: 187) yang menjelaskan bahwa secara psikologis,

keyakinan akan adanya hari kebangkitan akan berdampak pada perilaku dan sikap

Page 60: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

43

manusia, baik dalam kehidupan individu maupun sosial. Besar kecilnya dampak itu

tergantung dari begaimana individu menghayati tentang hari kebangkitan. Semakin

mendalam keyakinan dan peghayatan, akan semakin tampak jelas pengaruhnya

dalam kehidupan seseorang. Bahkan ada yang bersedia mengorbankan hidupnya

dengan meninggalkan segenap kemewahan dunia untuk berjuang di jalan Allah

SWT.

Setiap individu harus memiliki bekal menuju kematian, dan sebaik-baik

bekal adalah takwa. Seperti dalam firman Allah SWT berikut ini:

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS.

Al-Baqarah: 197).

Al-Qasimi berkata, “Persiapkanlah ketakwaan untuk hari kiamat (yaumul

ma’ad). Karena sudah jadi kepastian bahwa orang yang bersafar di dunia mesti

memiliki bekal. Musafir tersebut membutuhkan makan, minum dan kendaraan.

Sama halnya dengan safar dunia menuju akhirat juga butuh bekal. Bekalnya adalah

dengan ketakwaan pada Allah, amal taat dan menjauhi berbagai larangan Allah.

Bekal ini tentu lebih utama dari bekal saat safar di dunia. Bekal dunia tadi hanya

memenuhi keinginan jiwa dan nafsu syahwat. Sedangkan bekal akhirat (takwa)

akan mengantarkan pada kehidupan abadi di akhirat.” (Mahasin At-Ta’wil, 3: 153.

Dinukil dari Kunuz Riyadh Ash-Shalihin, 10: 125)

Dalam penjelasan lain, (Sutoyo, 2017: 206) memaparkan bahwa Allah SWT

telah mengingatkan manusia agar (1) memeriksa bekal yang telah dipersiapkan

untuk kembali kepada Allah SWT(Qs. 59:18), (2) bekal tersebut berupa takwa(Qs.

2:197), (3) tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu apapun, (4) selalu

Page 61: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

44

mohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT(Qs. 11: 2-3), (5) menjaga

keimanan sampai ajal menghampiri (Qs. 2:132, 3:102), (6) meninggalkan

wasiat kepada kerabat ketika merasa ajal sudah semakin dekat (Qs. 2: 180, 5:106).

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa individu perlu

mempersiapkan bekal berupa takwa yang teraktualisasi dalam bentuk iman, Islam

dan ikhsan.

2.2.4 Model bimbingan konseling islami bagi lansia

Psikologi modern memainkan peran penting dalam membentuk indiviu dan

masyarakat kultural. Namun, sebagai bagian dari modernitas, psikologi modern

berkarakter secular seperti atheism, agnostisisme, dan humanisme. Sehingga

intelektualisme barat cenderung kepada pemikiran materialistik dan sekular. Hal ini

ditunjukkan dengan terabaikannya komponen spiritual inidividu karena dianggap

tidak memiliki standar empirisme yang kaku, yang mempengaruhi ilmu perilaku

dan sosial secara meyeluruh, serta menuntut adanya presisi ilmah dan keakuratan.

Begitu pula dalam bimbingan konseling, yang akar keilmuannya banyak

dipengaruhi oleh ilmu psikologi.

Sedangkan dalam pandangan Islam, manusia dan segala mahluk di di alam

semsesta merupakan ciptaan Allah SWT. kehidupan manusia memiliki tujuan

transcendental, manusia memiliki tugas sebagai khalifah di muka bumi serta

bertanggung jawab atas tugasnya di kemudian hari. Pola kehidupan seorang muslim

secara menyeluruh dipengaruhi oleh cara pandangnya yang diatur dalam pedoman

hidup berupa kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadist, sebagaimana masyarakat barat

yang pola kehidupannya dipengaruhi oleh cara pandang para teoritikusnya. Oleh

Page 62: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

45

sebab itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengembangkan model konseling

dalam prespektif Islam yang paradigm, prinsip, metodologi dan kerangka konsep

atau teoretik harus bertolak dari sudut pandang islam (Hasan, 2008: 5).

Setiap individu pada dasarnya membutuhkan bimbingan yang dapat

menuntunnya menuju akhir kehidupan yang baik. Keselamatan manusia adalah

dengan menyadari bahwa kehidupan dunia hanyalah sebagai sarana untuk menuju

kehidupan akhirat yang kekal (Safaruddin, 2013). Keselamatan hidup di dunia dan

di akhirat tidak didapatkan oleh manusia begitu saja, melainkan perlu usaha untuk

mewujudkannya. Hal tersebut telah diatur secara lengkap dalam sebuah pedoman

penting yang dapat membawa manusia pada keselamatan di dunia dan di akhirat,

yakni pedoman berupa Agama. Karena di dalam Agama, manusia diajarkan

mengenai hal-hal yang harus dilaksanakan dan juga hal-hal yang harus dihindari

untuk memperoleh keselamatan.

Namun dalam perjalanannya, kehidupan manusia tidak jarang mengalami

kendala yang dapat mengganggu tujuannya dalam meraih keselamatan hidup di

dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, beberapa individu membutuhkan bimbingan

yang dapat membantunya dalam meraih tujuannya. Salah satu bentuk bantuan yang

dapat digunakan untuk membantu individu meraih tujuannya adalah bimbingan

konseling. Hubungan konseling dapat membantu lansia untuk bebas

mengekspresikan masalah, kondisi mereka, tanpa memperdulikan lawan bicaranya

(Carmen, 2013). Akan tetapi mengingat waktu yang semakin terbatas, maka

bimbingan yang diberikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan para lansia yakni

bekal kematian dan kehidupan setelahnya.

Page 63: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

46

Bimbingan Konseling Islami dalam hal ini berusaha untuk memahami

hakikat manusia berdasarkan buku pedoman manusia yakni Al-Qur’an dan Al-

Hadis yang mengatur setiap kebutuhan manusia secara menyeluruh. Bimbingan

konseling Islami merupakan upaya membantu individu belajar mengembangkan

fitrah atau kembali pada fitrah, dengan cara memberdayakan iman, akal dan

kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT., untuk mempelajari tuntunan Allah dan

rasul-Nya, agar fitrah yang ada pada individu dapat berkembang dengan benar dan

kukuh sesuai dengan tuntunan Allah SWT (Sutoyo, 2017). Selain itu, bimbingan

dan konseling keagamaan bagi lanjut usia juga membantu lansia agar memiliki

rencana kegiatan yang sistematis dan terencana sebagai proses pemantapan,

pertaubatan dan penyempurnaan ibadah (Nahdirin, 2018).

Layanan Bimbingan Konseling dirasa dapat membantu lansia memahami

dirinya, menerima kondisi serta mengoptimalkan diri mempersiapkan bekal menuju

kematian yang semakin dekat. Desain hipotetik model bimbingan dan konseling

islam untuk lansia terdri dari tujuh komponen yaitu: (1) Rasional, (2) Tujuan,

(3) Visi dan Misi, (4) Isi Model, (5) Kualifikasi dan peran konselor, (6) Evaluasi,

(7) Tindak Lajut, dan (8) Rekomendasi. Komponen-komponen model tersebut

dapat dideskripsikan sebagai berikut:

1) Rasional menjelaskan secara terperinci mengenai alasan peneliti menyusun

model bimbingan konseling islam untuk lansia.

2) Visi dan misi yang mencakup rumusan arah dan fokus model bimbingan

konseling islam untuk lansia.

Page 64: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

47

3) Tujuan yang menjelaskan target yang ingin dicapai dalam pengembangan

model. Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

4) Isi Model yang terfokus pada permasalahan-permasalahan yang dihadapi lansia

serta upaya untuk mengatasi terutama dalam mempersiapkan bekal menuju

kematian.

5) Kualifikasi dan peran konselor menjelaskan kompetensi yang perlu dimiliki

individu sebagai pelaksana layanan bimbingan konseling Islam untuk lansia.

6) Evaluasi terhadap keberhasilan pelaksanaan model bimbingan konseling islam

dengan melakukan penilaian segera (laiseg) untuk mengetahui tingkat

pemahaman, penerimaan serta usaha para lansia dalam mempersiapkan bekal

menuju kematian.

7) Tindak lanjut dilakukan berdasarkan hasil evaluasi agar dapat digunakan untuk

memperbaiki pelaksanaan bimbingan konseling islam untuk lansia terutama

pada setting wisma.

8) Rekomendasi yang dilakukan dimaksudkan untuk menyempurnakan

keterbatasan pelaksanaan layanan bimbingan konseling lansia demi tercapainya

tujuan yang diharapkan.

Model bimbingan dan konseling Islami untuk lansia pada dasarnya sama

dengan model konseling Islami yang sudah ada sebelumnya, namun pada

bimbingan konseling Islami untuk lansia lebih ditekankan pada periode

perkembangan serta permasalahan yang terjadi pada lansia. Demi menunjang ke-

efektifan bimbingan konseling Islami untuk lansia, maka model yang dirancang

Page 65: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

48

sesuai kebutuhan lansia dan dengan memberdayakan fitrah yang dimiliki lansia

dalam upaya meningkatkan iman, islam, dan ikhsan agar dapat memperoleh akhir

yang sebaik-baiknya.

2.3 Kerangka Berpikir

Memasuki masa lansia, kesadaran akan tujuan hidup sangat dibutuhkan

untuk membentuk kematangan individu dalam bersikap. Kematangan dalam

bersikap di usia lansia mencakup hal- hal terkait bagaimana menjaga kesehatan,

mengendalikan emosi, serta menyibukkan diri dalam kegiatan keagamaan. Kondisi

keagamaan menjadi fokus utama yang harus diperhatikan oleh individu karena

menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam menciptakan ketenangan

batin pada masa usia lanjut. Sebagian besar individu memahami akan kebutuhannya

terhadap syariat agama untuk mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Namun

sebagian lain masih meragukan bahkan tidak mengetahui betapa pentingnya syariat

agama yang dapat menghantarkan mereka menuju akhir kehidupan yang baik.

Lansia yang tinggal di wisma cenderung memiliki rasa kesepian yang cukup

tinggi dibandingkan dengan yang tinggal dengan keluarganya. Ditambah minimnya

pengetahuan akan agama, menimbulkan sikap putus asa yang sangat mengganggu

aktifitas sehari-hari lansia. Para lansia cenderung tenggelam dengan pengalaman-

pengalaman masa lalunya, sehingga sulit memahami dan menerima kondisinya saat

ini. Padahal lansia sudah seharusnya fokus mempersiapkan bekal menghadapi

kematian dan kehidupan setelahnya.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan sebuah intervensi dalam membantu

lansia memahami dan menerima kondisi dirinya agar memiliki motivasi yang kuat

Page 66: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

49

untuk memberdayakan dirinya dalam mempersiapkan bekal menghadapi

kematiannya. Model bimbingan konseling dapat dilakukan dengan

mengintegrasikan syariat Islam sebagai dasar pelaksanaan pendampingan kepada

lansia untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan spiritualnya sebagai upaya

mempersiapkan bekal menghadapi kematian.

Dalam penelitian ini model bimbingan konseling Islami membantu lansia

untuk memunculkan dinamika psikologis berupa kesadaran akan tugasnya sebagai

mahluk ciptaan Allah SWT. yang timbul karena individu memiliki pengetahuan

terhadap agama dan berupaya untuk mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun pelaksanaan penelitian berfokus untuk menyusun sebuah model yang dapat

membantu para lansia agar memiliki kehidupan efektif sehari-hari terutama dalam

menjalankan ibadah-ibadah sebagai bentuk usaha mempersiapkan bekal menuju

kehidupan sesudah mati. Dengan memiliki kehidupan efektif dalam beribadah,

diharapkan dapat membantu lansia menjemput kematian yang baik (husnul

khatimah) serta memperoleh keselamatan di akhirat.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disusun kerangka berpikir untuk

menghindari bias atau kesalahan dalam penelitian yang dilakukan. Secara umum

kerangka berfikir penelitian dapat digambarkan seperti pada Gambar 2.1.

Page 67: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

50

Kehidupan efektif

sehari-hari sesuai

dengan aturan agama

(Model BK Islami)

Husnul

Khatimah

Human

Born Life After life

Akhirat

selamat

Die

Su’ul khatimah

Akhirat tidak

selamat

Kehidupan efektif

sehari-hari tanpa

aturan agama

Gambar 2.1. Alur Pikir Model Bimbingan Konseling Islam Untuk Lansia

Page 68: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

145

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, mulai dari studi pendahuluan, tahap

penelitian, sampai pada uji validasi model dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Secara fisik, Wisma Lansia Husnul Khatimah Semarang berada pada

ligkungan yang asri, tenang, udara yang bersih, serta memiliki nuansa

keagamaan yang cukup kental, sehingga sangat kondusif bagi lansia untuk

beristirahat dan mempersiapkan bekal menghadapi kematian. Selain itu,

lembaga ini juga merupakan lembaga yang terdaftar pada Dinas Sosial

Pemerintah Kota Semarang dan terakreditasi baik (B) dari Menteri Sosial

RI.

5.1.2 Pendampingan kepada lansia di wisma lansia Husnul Khatimah Semarang

meliputi 3 bidang, yaitu: (a) kesehatan, (b) psikologis, (c) spiritual.

Pendampingan yang dilakukan sudah berjalan dengan baik, dengan

melibatkan peran staff dan pengurus, yang mendampingi lansia dalam

melaksanakan kegiatan selama 24 jam. Pendampingan dilakukan oleh

tenaga professional yaitu perawat sebagai pendamping di bidang kesehatan

dan ustadzah sebagai pendamping di bidang psikologis dan spiritual.

5.1.3 Latar belakang pendidikan para pendamping adalah Ilmu Umum tentang

Bidang Kesehatan, yang lebih berfokus pada hal-hal yang bersifat fisik.

Sehingga mereka sering mengalami kendala dalam menghadapi lansia,

145

Page 69: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

146

karena kurangnya pengetahuan tentang kondisi psikis dan hal- hal yang

berkaitan dengan kebutuhan spiritual lansia utamanya dalam menghadapi

kematian dan kehidupan sesudah mati. Selain itu, sebagian besar lansia

belum mengetahui apa yang sebenarnya mereka butuhkan di akhir usia

mereka. Padahal sejatinya masa usia lanjut adalah masa di mana individu

harus berfokus untuk mengumpulkan bekal menghadapi kematian dan

kehidupan sesudah mati.

5.1.4 Telah dihasilkan model bimbingan konseling Islami untuk lansia sebagai

upaya membantu lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian yang

terdiri dari 10 komponen, yaitu: (a) rasional, (b) tujuan, (c) visi dan misi,

(d) bidang bimbingan, (e) jenis layanan, (f) isi model, (g) kualifikasi dan

peran konselor, (h) evaluasi model, (i) tindak lanjut, (j) rekomendasi. Model

ini juga dilengkapi dengan panduan pelaksanaan Bimbingan Konseling

Islami untuk Lansia sebagai upaya mempersiapkan bekal menghadapi

kematian (model selengkapnya terlampir). Hasil uji kelayakan divalidasi

oleh ahli/ pakar dan praktisi secara kualitatif menunjukkan bahwa model

yang dirancang layak untuk diimplementasikan.

Page 70: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

147

5.2 Implikasi Hasil Penelitian

Implikasi hasil penelitian model bimbingan konseling Islami untuk lansia

sebagai upaya membantu lansia mempersiapkan bekal menghadapi kematian antara

lain sebagai berikut:

5.2.1 Model bimbingan konseling Islami untuk lansia yang dikembangkan dapat

mendorong praktisi bimbingan konseling secara terus menerus berusaha

meningkatkan kompetensinya, terutama tentang pengetahuan dan

keterampilan dalam melaksanakan layanan bimbingan terhadap lansia

muslim agar lansia dapat mempersiapkan bekal menghadapi kematian.

5.2.2 Model bimbingan konseling untuk lansia sebagai upaya membantu lansia

mempersiapkan bekal menghadapi kematian dapat dikembangkan dan

dimodifikasi secara lebih lanjut oleh peneliti selanjutnya dengan

memperluas komponen model dan menambah materi lainnya tentang ajaran

Islam serta melibatkan stakeholder yang lain seperti pihak keluarga maupun

masyarakat sehingga program layanan bimbingan dan konseling menjadi

lebih komperhensif.

5.2.3 Model ini secara lebih luas dapat diterapkan pada lembaga-lembaga sosial

yang menangani masalah kesejahteraan lansia berkaitan dalam usaha

menjaga aqidah di usia senja, sehingga model lebih tepat diterapkan pada

lembaga-lembaga yang melayani lansia beragama Islam sebagai pedoman

untuk memberikan pendampingan pada lansia.

Page 71: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

148

5.3 Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, maka beberapa saran yang dapat

diberikan antara lain:

5.3.1 Bagi lembaga

Lembaga diharapakan dapat memberikan kesempatan, dukungan, dan

fasilitasi kepada para perawat dan pendamping untuk merujuk pada bimbingan

konseling Islami kepada para lansia. Agar pendampingan yang dilakukan dapat

sesuai dengan kebutuhan para lansia.

5.3.2 Bagi praktisi bimbingan dan konseling

1. Praktisi bimbingan dan konseling diharapkan dapat mempertimbangkan

upaya untuk meningkatkan semangat lansia dalam mempersiapkan bekal

menghadapi kematian dengan menggunakan model bimbingan konseling

Islami untuk lansia yang dirancang sesuai kebutuhan dan kondisi lansia agar

lansia dapat mempersiapkan bekal secara optimal dalam menjemput

kematian.

2. Dalam menerapkan model bimbingan konseling Islami untuk lansia, praktisi

bimbingan konseling hendaknya memenuhi kompetensi yang dipersyaratkan

pada subtansi model yang dikembangkan.

3. Praktisi bimbingan konseling Islami untuk lansia diharapkan dapat menjalin

kerja sama yang baik dengan tenaga kesehatan, psikolog, keluarga dari lansia,

tokoh agama, serta warga sekitar agar dapat mendukung terlaksananya model

bimbingan konseling Islami untuk lansia sebagai upaya membantu lansia

mempersiapkan bekal menghadapi kematian.

Page 72: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

149

5.3.3 Bagi peneliti selanjutnya

5.3.1 Hasil penelitian ini secara konseptual memberikan kontribusi sebagai

perluasan khasanah keilmuan tentang konsep dan praktik bimbingan dan

konseling, khususnya dalam layanan yang kepada lansia, sehingga dapat

dijadikan sebagai salah satu referensi oleh peneliti di masa mendatang.

Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat mengkaji ulang penelitian ini pada

aspek perkembangan individu di masa lanjut usia.

5.3.2 Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanan uji coba model yang

diberikan kepada lansia baik yang berada di wisma lansia Husnul Khatimah

Semarang, maupun lansia beragama Islam yang berada di lembaga-

lembaga sosial maupun perorangan.

Page 73: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

150

AFTAR PUSTAKA

AL-QUR’AN DAN TERJEMAHNYA, PT Syaamil Cipta Media. Departmen

Agama Republik Indonesia.

Afrizal. (2018). Permasalahan Yang dialami Lansia dalam menyesuaikan diri

terhadap penguasaan tugas-tugas perkembangannya. Jurnal bimbingan dan

konseling Islam. Vol. 2, no.2. pISSN 2580-3638;

http://journal.staincurup.ac.id/index.php/JBK

Agli, O., Bailly, N., & Ferrand, C. (2014). Spirituality and religion in older adults

with dementia : a. Article in International Psychologeriatric Association,

(August), 1–11. https://doi.org/10.1017/S1041610214001665

Akdag, B., Telci, E. A., & Cavlak, U. (2013). Factors affecting cognitive function

in older adults: A turkish sample. International Journal of Gerontology,

7(3), 137–141. https://doi.org/10.1016/j.ijge.2013.01.002

Al-Ghazali. (2014). Metode Menjemput Maut: MenyikapiKematiandalam

Perspektif Sufistik. Bandung: Mizan Media Utama.

Al-Qarni, A. (2008). IF WE DIE: Saat Maut Menjemput. Jakarta: Al Qalam.

Ancok, D. D., & Suroso, F. N. (2011). Psikologi Islami Solusi Islam atas Problem-

problem Psikologi. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Arip, M. A. S. M., Bakar, R. B. A., Ahmad, A. B., & Jais, S. M. (2013). The

Development of a Group Guidance Module for Student Self-development

based on Gestalt Theory. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 84,

1310–1316. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.06.748

Armenta et al. (2017). Gratitude Motivates Self-Improvement. Article in Emotion

Review. DOI: 10.1177/1754073916669596

Arsaudi. (2017). Penerapan layanan konseling individu dalam mengatasi kesulitan

mengemukakan pendapat pada siswa. Jurnal konseling andi matappa, vol.

1, no. 1,hal.16-29. pISSN: 2549-1857.

https://media.neliti.com/media/publications/177178-ID (diakses pada, 02-

02-2019)

Astuti. Bimbingan Shalat Sebagai Media Perubahan Prilaku. KONSELING

RELIGI Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Date Accessed: 01 Feb.

2019. Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V6i2.1028.

Page 74: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

151

Astuti, Y,D. (2007). Kematian Akibat Bencana Dan Pengaruhnya Pada Kondisi

Psikologis Survivor: Tinjauan Teoritis Tentang Arti Penting Death

Education, 30(66), 363–376.

Badan Pusat Statistik. (2018). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2017. Jakarta: BPS

Baqutayan, S. M. S. (2011). An Innovative Islamic Counseling . The Usages of

Stress in Quran. International Journal of Humanities and Social Science,

1(21), 178–183.

Berkman, L. F., Ertel, K. A., & Glymour, M. M. (2011). Aging and social

intervention: Life course perspectives. In R. H. Binstock & L. K. George

(Eds.), Handbook of aging and the social sciences (7th ed., p. 337–351).

San Diego, CA: Elsevier Academic. doi:10.1016/B978-0-12-380880-

6.00024-1

Binstock, R., & George, L. (Eds.). (2011). Handbook of aging and the social

sciences (7th ed.). San Diego, CA: Elsevier Academic Press

Carmen, S. M. (2013). Importance of Counselling for Elderly Before

Institutionalization. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 84, 1630–

1633. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.004

Cheragi,M.A., Payne, S., & Salsali, M. 2005. Spiritual aspects of end-of-life care

for Muslim patients: experiences from Iran. International Journal of

Palliative Nursing, Vol 11, No 9. DOI: 10.12968/ijpn.2005.11.9.19781

Corr, C. A. (2016). Teaching About Life and Living in Courses on Death and

Dying. Journal of Death and Dying, 73(2), 174–187.

https://doi.org/10.1177/0030222815575902

Creswell, J. (2015). RISET PENDIDIKAN, Perencanaan, Pelaksanaan, dan

Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR

Desiningrum, D,R. (2014). Kesejahteraan psikologis lansia janda/duda ditinjau dari

persepsi terhadap dukungan sosial dan gender. Jurnal psikologi undip, vol.

13, no. 2, hal. 102-106. https://media.neliti.com/media/publications/126643

(diakses pada, 02-02-2019)

Dewi K S., (2018). Level Aktivitas fisik dan kualitas hidup warga lanjut usia. Jurnal

MKMI, vol. 14, no. 3, DOI : http://dx.doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4604

Dickens, A., & Richards, S. (2011). Interventions targeting social isolation in older

people: a systematic review. BMC Public. Retrieved from

https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2458-

11-647

Page 75: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

152

Dinakaramani S., & Aisah I. (2018). Peran Kearifan (Wisdom) Terhadap

Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia. Jurnal Psikologi. Vol.45.

No.3. Hal 181—188. DOI:10.22146/Jpsi.32091

Diponegoro, A,M. & Mulyono. (2015). Faktor-faktor psikologis yang

mempengaruhi kebahagiaan lanjut usia suku jawa di klaten.

Psikopedagogia, vol. 4, no. 1, ISSN: 2301-6167.

journal.uad.ac.id/index.php/Psikopedagogia/article/download/4476/2506

(diakses pada, 02-02-2019)

El-Aswad, E.-S. (2017). Islamic Care and Counseling. Encyclopedia of Psychology

and Religion, (August). https://doi.org/10.4135/9781412959537

Erichsen, N.B., & Arndt, B. 2013. Spiritual Needs of Elderly Living in

Residential/Nursing Homes. Evidence-Based Complementary and

Alternative Medicine. http://dx.doi.org/10.1155/2013/913247

Ernawati.(2015). Kontribusi Kebermaknaan Hidup Bagi Sikap Individu Terhadap

Kematian. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam, [S.L.], V.

5, N. 2, P. 293-312, ISSN 2477-2100.

Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V5i2.1052.

FALAH, Riza Zahriyal.(2016). Membentuk Kesalehan Individual Dan Sosial

Melalui Konseling Multikultural. Konseling Religi Jurnal Bimbingan

Konseling Islam, [S.L.], V. 7, N. 1, P. 163-188. ISSN 2477-2100.

Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V7i1.1666.

Gamino L. A. And Ritter, R. H. Jr. 2012. Death Competence: An Ethical

Imperative. Death Studies, 36: 23–40. DOI:

10.1080/07481187.2011.553503

Gladding, Samuel T, Konseling (Profesi Yang Menyeluruh), edisi ke enam, Jakarta:

Indeks,2012

Hanin Hamjah, S., & Mat Akhir, N. S. (2014). Islamic Approach in Counseling.

Journal of Religion and Health, 53(1), 279–289.

https://doi.org/10.1007/s10943-013-9703-4

Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

Hasan, A. B. (2008). Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta: Raja Grafindo.

Ho, M.Y et al. (2010). The role of meaning in life and optimism in promoting well-

being .Personality and Individual Differences 48 658–663.

doi:10.1016/j.paid.2010.01.008

Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Jalaluddin. (2009). Psikologi Agama. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Kementrian Kesehatan, R.I. (2017). Situasi Lansia Di Indonesia Tahun 2017

Page 76: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

153

Indonesia Gambar Struktur Umur Penduduk Indonesia Tahun 2017.

Khoirun Nida, Fatma Laili. (2014). Peran Kecerdasan Spiritual Dalam Pencapaian

Kebermaknaan Hidup. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling

Islam, v. 4, n. 1, P. 185-200,

DOI:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V4i1.1076.

Khoirun Nida, F.L., (2014) Zikir Sebagai Psikoterapi Dalam Gangguan Kecemasan

Bagi Lansia. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam, V. 5,

N. 1, P. 133-150. Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V5i1.1064.

Kiik S M., Junaiti S., Henny P. (2018). Peningkatan Kualitas Hidup Lanjut Usia

(Lansia) Di Kota Depok Dengan Latihan Keseimbangan. Jurnal

Keperawatan Indonesia, Volume 21 No.2, Hal 109-116 Pissn 1410-4490,

Eissn 2354-9203 DOI: 10.7454/Jki.V21i2.584

Konrad J.N. (2015) Impact of Religion and Spirituality on Older Adulthood,

Journal of Religion, Spirituality & Aging, 27:1, 16-33, DOI:

10.1080/15528030.2014.963907.

Knapp, J. L., & Pruett, C. D. (2006). The graying of the baby boomers: Implications

for senior adult ministry. Journal of Religion, Spirituality & Aging, 19(1),

3–15. doi:10.1300/J496v19n01_02

Kumala, O. D., Kusprayogi, Y., Nashori, F., & Indonesia, U. I. (2017). Efektivitas

Pelatihan Dzikir Dalam Meningkatkan Ketenangan Jiwa Pada Lansia

Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(1), 55–66

Kurnianto S., Purwaningsih., & Hanik E N. (2011). Penurunan Tingkat Depresi

Pada Lansia dengan Pendekatan Bimbingan Spiritual. Jurnal Ners Vol. 6

No. 2 Oktober 2011: 156–163.

https://www.researchgate.net/publication/327392182 (diakses 2-2-2019)

Kurniawati, H. (2015). Studi MetaAnalisis Spiritual Well-being dan Quality of life.

Psychology Forum UMM. mpsi.umm.ac.id/files/file/141147%20Hanie.pdf.

(diakses pada, 29-01-2019)

Larocca, M. A., & Scogin, F. R. (2016). The Effect of Social Support on Quality of

Life in Older Adults Receiving Cognitive Behavioral Therapy, 38(2), 131–

148. Retrieved from [email protected]

Malone, J., & Dadswell, A. (2018). The Role of Religion , Spirituality and / or

Belief in Positive Ageing for Older Adults. Journal of Geriatrics, 1–16.

https://doi.org/10.3390/geriatrics3020028

Masyudi. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Lansia Dalam

Mengendalikan Hipertensi. Jurnal Action: Aceh Nutrition Journal. DOI:

10.30867/Action.V3il.100

McKevitt, G. L. (2011). The gifts of aging: Jesuit elders in their own words. Studies

in the Spirituality of Jesuits, 43(3). Retrieved from

Page 77: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

154

http://www.jesuit.org/jesuits/wp-content/uploads/2011-Studies-autumn.pdf (diakses

pada 05-03-2019)

Miftahul Jannah, Fakhri Yacob & Julianto. (2017) Rentang Kehidupan Manusia

(Life Span Development) Dalam Islam. Gender Equality: International

Journal of Child and Gender Studie. Vol. 3, No. 1. jurnal.ar-

raniry.ac.id/index.php/equality/article/download/1952/1456 (diakses pada,

02-02-2019)

Matthew B. Miles, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

Muhamad Rifa’i Subhi. (2016). Development Of Islamic Counseling Concept (

Spiritual Issues In Counseling ), 13(1), 121–134.

Nadhirin. Bimbingan Dan Konseling Keagamaan Bagi Manusia Usia Lajut Dalam

Islam. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam, V. 9, N. 1, P.

113-136, June 2018. ISSN 2477-2100. Available At:

Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V9i1.3466.

Naftali A R., Et Al. (2017). Kesehatan Spiritual Dan Kesiapan Lansia Dalam

Menghadapi Kematian. Buletin Psikologi, Vol. 25, No. 2, 124 – 135.

DOI:10.22146/Buletinpsikologi.28992

Najamuddin. (2018). Kesabaran dan kesehatan mental dalam bimbingan konseling

islam. TASAMUH: jurnal studi Islam, vol.10, no. 1, pp. 241-272.

http://ejournal.stain.sorong.ac.id/indeks.php/al-riwayah (diakses pada, 02-

02-2019)

Nelson, J. M. (2009). Psychology, Religion, and Spirituality. United States: ©

Springer Science + Business Media, LL. https://doi.org/10.1007/978-0-387-

87573-6

Ningsih, D,A., Iredho, F,R., & Muhamad U. (2017). Kebermaknaan hidup lansia

pemulung yang beragama islam di tempat pembuangan akhir (TPA)

sukajaya kecamatan sukarame Palembang. PSIKIS-Jurnal psikologi Islami,

vol. 3, no. 1, hal. 52-59. ISSN:2502-728x.

http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/psikis/article/download/1394/pdf/

(diakses pada, 02-02-2019)

Nurhardanti, N. (2015). Hak Alimentasi Bagi Orang Tua Lanjut Usia Terlantar

(Studi Kasus Di Panti Werdha Majapahit Kecamatan Sooko Kabupaten

Mojokerto) Jurnal, 1–16. Retrieved From

Http://Linkinghub.Elsevier.Com/Retrieve/Pii/S1877042813018223

Omorogiuwa, T. B. E. (2016). The psychosocial problems of the elderly:

implicationS for social work practice. Journal of Nursing, Social Studies,

Public Health and Rehabilitation, (2006), 111–118.

Papalia, D.E. (2008). Human Development ( Psikologi Perkembangan). Jakarta:

Kencana.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2004 Tentang

Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia,

Page 78: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

155

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 Oktober 2004.

Pratiwi, F,R. & Dian R, S. (2015). Kepuasan pernikahan ditinjau dari konflik peran

pekerjaan-keluarga dan fase perkembangan dewasa pada perawat wanita di

rumah sakit jiwa Prof. Dr. Soeroyo Magelang. Jurnal empati, vol.4, no. 4,

hal. 262-266. https://media.neliti.com/media/publications/60414 (diakses

pada, 02-02-2019)

Prawitasari JE. (1994). Aspek Sosio-Psikologis Lansia Di Indonesia. Buletin

Psikologi 1994 NO.1. 27-34. ISSN : 0215-8884.

Https://Jurnal.Ugm.Ac.Id/Buletinpsikologi/Article/View/13240 (Diakses

31-1-2019)

Putri T S., Lisna A., Ayu N., Afianti S. (2015). Studi Komparatif : Kualitas Hidup

Lansia Yang Tinggal Bersama Keluarga Dan Panti

Https://Www.Researchgate.Net/Publication/322760072. DOI:

10.17509/Jpki.V1i1.1178

Ridwan, M. (2018). Konseling dan Terapi Qur'ani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rime B. (2016). Self-Disclosure. Encyclopedia of Mental Health, Volume 4

doi:10.1016/B978-0-12-397045-9.00075-6

Risdawati. (2014). Upaya Bimbingan Konseling Islam dalam Mengatasi Perilaku

Menyimpang. HIKMAH, Vol. VIII, No. 02 Juli 2014, 74-87. jurnal.iain-

padangsidimpuan.ac.id/index.php/Hik/article/download/49/40 (diakses

pada, 2-1-2019)

Riyadi, Agus. Zikir Dalam Al-Qur’an Sebagai Terapi Psikoneurotik (Analisis

Terhadap Fungsi Bimbingan Dan Konseling Islam). Konseling Religi

Jurnal Bimbingan Konseling Islam, [S.L.], V. 4, N. 1, P. 53-70, Issn 2477-

2100. Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V4i1.1070.

Rohmah, et al (2012). Quality of Life Elderly. JURNAL KEPERAWATAN, 120–132

Rome, R.B., et al. 2011. The Role of Palliative Care at the End of Life. The Ochsner

Journal 11:348–352.

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3241069/pdf/i1524-5012-

11-4-348.

Runcan, P. L. (2012). Elderly institutionalization and depression. Procedia - Social

and Behavioral Sciences, 33, 109–113.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.01.093

Saliyo. Akhlak Konselor Sosial Untuk Pekerjaan Sosial Dalam Perspektif Psikologi

Islam. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam, [S.L.], V. 8,

N. 2, P. 357-378, Dec. 2017. Issn 2477-2100.

Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V8i2.2756

Safaruddin. (2013). Eskatologi Safaruddin. Jurnal Al-Hikmah, XIV(2), 100–111.

Sapuri, R. (2008). Psikologi Islam: Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta:

Rajawali Press.

Page 79: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

156

Samper, P,T., Ori, R.P., & Mario, E,K. (2017). Hubungan interaksi sosial dengan

kualitas hidup lansia di BPLU senja cerah provinsi Sulawesi utara. E-

journal keperawatan (e-KP), vol. 5, no.1.

https://media.neliti.com/media/publications/112291 (diakses pada, 02-02-

2019)

Sari P M D., Canina Y D L., Evan C P., & Fuad N. (2018). Kualitas hidup lansia

ditinjau dari sabar dan dukungan sosial. Jurnal ilmiah psikologi terapan.

Vol.06, no.02. pISSn: 2301-8267.

https://www.researchgate.net/publication/329293271 (diunduh pada 2-2-

2019)

Sari, E,P., & Sartini,N. (2002). Penerimaan diri pada lanjut usia ditinjau dari

kematangan emosi. Jurnal psikologi. No.2, hal.73-88.

https://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7017/5469 (diakses pada, 02-02-

2019)

Scarlett, W., & Warren, A. (2010). Religious and spiritual development across the

life span: A behavioral and social science perspective. In M. E. Lamb, A.

M. Freund, & R. M. Lerner (Eds.), The handbook of life-span development,:

Vol.2, Social and emotional development (pp. 631–682). Hoboken, NJ: John

Wiley & Sons.

https://onlinelibrary.wiley.com/doi/pdf/10.1002/9780470880166.hlsd0020

16

Setyorini, A. (2018). Hubungan self-efficacy dengan self-care management

lansia yang menderita hipertensi di Posyandu Lansia Padukuhan Panggang

III binaan Puskesmas Panggang I Gunungkidul. Health Science and

Pharmacy Journal. Vol. 2, no.2, pp. 58-64.

http://journal.stikessuryaglobal.ac.id (diakses pada, 02-01-2019)

Suardiman, S.P. 2016. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta. Gajah Mada University

Press

Sue, D. W. S. D. (2007). Counseling the Culturally Different. Counseling and

Values (Fifth Edit, Vol. 26). Canada: John Wiley & Sons, Inc., Hoboken,

New Jersey. https://doi.org/10.1002/j.2161-007X 1982.tb00436.

Sugiyo. (2016). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:

Widya Karya.

Sugiyono, P. D. (2015). Metode Penelitian dan Pengembangan (Research and

Development/ R&D). Bandung: Alfabeta.

Sullivan, M.P, Christina Rita Victor, Michael Thomas, (2016) "Understanding and

alleviating loneliness in later life: perspectives of older people", Quality in

Ageing and Older Adults, Vol. 17 Issue: 3, pp.168-

178, https://doi.org/10.1108/QAOA-06-2015-0031

Page 80: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

157

Supriadi. (2015). Lanjut Usia dan Permasalahannya. Jurnal PPKN & hukum, vol.

10, no.2.

https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/download/3651/3557

(diakses pada, 02-02-2019)

Suryadi, T. (2017). Kematian mendadak kardiovaskuler. Jurnal Kedokteran Syiah

Kuala, 17(2), 112–118.

https://doi.org/https://doi.org/10.24815/jks.v17i2.8990

Sutoyo, A. (2015). Manusia dalam Perspektif AL-QUR'AN. Yogyakarta:

PUSTAKA PELAJAR.

Sutoyo, A. (2017). Bimbingan & Konseling Islami (Teori dan Praktik). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Sutoyo, A. (2017). Model Bimbingan dan Konseling Sufistik untuk

Mengembangkan Pribadi yang ‘Alim dan Saleh. Jurnal Bimbingan

Konseling Islam, 8(1), 1–22.

Syarif, T. (2016). Studi Fenomenologi Pada Lansia Pendiri Bank Sampah, 1(2), 83–

98.

Triningtyas, D., & Muhayati, S. (2018). Konseling Lansia: Upaya Lanjut Usia

Dalam Membangun Kemandirian Hidup Dan Penerimaan Diri Terhadap

Kesiapan Memasuki Masa Pensiun (Studi Pada Lansia Di Bina Keluarga

Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten Ngawi). JKI (Jurnal Konseling

Indonesia), 4(1), 16-21. Https://Doi.Org/10.21067/Jki.V4i1.2739

Velasco-Gonzalez, L., & Rioux, L. (2014). The Spiritual Well-Being of Elderly

People: A Study of a French Sample. Journal of Religion and Health, 53(4),

1123–1137. https://doi.org/10.1007/s10943-013-9710-5

Wafroh, S., Herawati., & Dhian, R,L.(2016). dukungan keluarga dengan kualitas

hidup lansia di PTSW budi sejahtera banjarbaru. Dunia Keperawatan, vol.

4, no. 1, hal.60-64. https://www.researchgate.net/publication/327244481

(diakses pada, 02-02-2019)

Wahyudi, A. (2016). Iman Dan Taqwa Bagi Guru Bimbingan. Fokus Konseling,

2(2), 89–98.

Wahyudin, Agus. (2015). Metodologi Penelitian, Penelitian Bisnis & Pendidikan.

Edisi 1. UNNES Press. Semarang.

Wibowo, AD. (2015). Konsep diri perempuan lansia. E-Journal Bimbingan dan

Konseling. Vol. 11.

journal.student.uny.ac.id/ojs/ojs/index.php/fipbk/article/

download/290/264 ((diakses pada, 02-02-2019)

Wilkinson, P. (1997). Cognitive therapy with elderly people, 53–58.

Witono, T. (2015). Spriritualitas untuk Kesehatan Mental Lanjut Usia. Disertasi.

Yuliyatun. Konstribusi Konseling Islam Dalam Penyembuhan Penyakit

Page 81: TESIS gelar Magister Pendidikan Bimbingan dan Konseling oleh

158

Fisik. Konseling Religi Jurnal Bimbingan Konseling Islam, [S.L.], V. 5,

N. 2, P. 335-352, Jan. 2015. ISSN 2477-2100.

Doi:Http://Dx.Doi.Org/10.21043/Kr.V5i2.1054.