Tesis Atraumatic Care 1
-
Upload
ayuda-nia-agustina -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Tesis Atraumatic Care 1
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
1/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik
Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Sri Kurniawati
Skripsi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Medan, 2009
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
2/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
Judul : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik
Pada Anak Di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan
Nama : Sri Kurniawati
NIM : 071101076Tahun Akademik : 2008/2009
Pembimbing Penguji
................................. ................................... Penguji 1
Cholina T Srg, M.Kep, Sp. KMB Cholina T Srg, M.Kep, Sp. KMBNIP. 132 299 795 NIP. 132 299 795
.................................. Penguji 2
Reni Asmara A, S.Kp, MARSNIP. 132 296 508
................................... Penguji 3
Farida L. S Srg, S.Kep, M.Kep
NIP. 132 307 220
Program Studi Ilmu Keperawatan telah menyetujui ini sebagai bagian persyaratan
kelulusan untuk Sarjana Keperawatan
................................. ...................................................
(Erniyati, S.Kp, MNS) Prof. Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K)
NIP. 132 238 510 NIP. 140 105 363
Ketua PSIK FK USU Pembantu Dekan 1 FK USU
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
3/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
Judul : Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
pada anak di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi
Medan
Peneliti : Sri Kurniawati
Nim : 071101076
Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokeran
Universitas Sumatera Utara
Tahun Akademik : 2008/2009
ABSTRAK
Perawatan atraumatik adalah perawatan terapeutik yang diberikan kepadaanak sebagai intervensi terpenting dalam perawatan anak untuk mencapai tumbuh
kembang optimal ketika berada di rumah sakit. Apabila seorang perawat memilikipersepsi yang baik, maka perawat juga akan bersikap dan berperilaku baik dalam
memberikan asuhan keperawatan. Prinsip perawatan atraumatik meliputi 5komponen yaitu mencegah dampak dari perpisahan keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah terjadinyatrauma dan mengurangi nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi persepsi perawat
terhadap 5 prinsip perawatan atraumatik di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan jumlah sampel 25
orang dengan teknik total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakankuesioner yang terdiri dari data demografi perawat dan persepsi perawat terhadap
prinsip perawatan atraumatik pada anak.
Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik secara keseluruhan
menunjukkan bahwa 16 (64%) perawat telah memiliki persepsi cukup baik dan 9
(36%) perawat yang memiliki persepsi baik. Analisa perkomponen dapat dilihat
dari persepsi perawat cukup baik (60%) berkaitan dengan mencegah dampak dari
perpisahan keluarga, persepsi perawat cukup baik (68%) berkaitan denganmeningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, persepsi
perawat cukup baik (96%) dalam mencegah cedera dan mengurangi nyeri pada
anak, dan persepsi perawat cukup baik (80%) terhadap modifikasi lingkunag fisik.
Untuk itu diharapkan kepada perawat agar lebih memahami prinsip perawatan
atraumatik dan dapat menerapkannya sebagai intervensi terpenting dalam
melakukan perawatan anak di rumah sakit dan dapat mempercepat proses
penyembuhan dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
Kata Kunci : Persepsi Perawat, Prinsip perawatan atraumatik pada anak
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
4/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya yang tidak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan Judul Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak
di Ruang III Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan, yang merupakan salah
satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga dengan kerendahan hati penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Gontar A. Siregar. Sp. PD-KGEH
selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof.
Guslihan Dasa Tjipta, Sp.A (K) selaku pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara, Ibu Cholina
Trisa Siregar. S.Kep, M.Kep Sp. KMB selaku dosen pembimbing dan penguji I
sidang skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan dan arahan serta memberikan sumbangsih pikiran kepada penulis, ibu
Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen penguji II dan Ibu Farida L.S.
S.Kep, M.Kep selaku penguji III, ibu Anna Kasfi, S.Kep, Ns selaku dosen
Pembimbing Akademik, dan seluruh staf pengajar Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bapak direktur
RSU Dr.Pirngadi Medan, seluruh staf keperawatan maupun administrasi RSUDr.Pirngadi Medan dan seluruh perawat yang bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini
Teristimewa buat kedua orang tuaku, Ayahanda tersayang Eri Wahyu
Widayatman, Ibunda tersayang Zulhayati S.Pdi yang tidak pernah bosan
mencurahkan perhatian, doa dan pengorbanan baik moril maupum meteril, yang
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
5/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
kesemua itu tidak mampu ku ungkapkan dan ku lukiskan lewat kata dan lisanku,
untuk setiap belaian sayang dan pengorbanan panjangmu, aku tahu bahwa setiap
langkah berbalut peluh engkau simpan sejuta harapan untuk kebahagiaanku, aku
juga tahu hidup ini sangat singkat untuk berfikir kerdil, untuk itu aku ingin
menjadi seseorang yang pantas engkau banggakan dan kebanggaan terbesarku
adalah karena akun terlahir sebagai putrimu. Abang ku (Syafriadi, S.E) dan adik-
adikku (Arif Kurniawan Hidayatullah, A.Md, Nurhidayati dan Ilham Rabikhi)
tersayang yang selalu senantiasa menghadiahkan keceriaan, dorongan serta
semangat ketika aku menghadapi semua masalah dan menjadi alasan bagi ku
untuk tetap semangat, terus maju dan berusaha, dan kepada Irwan, S.T adalah
seseorang yang menjadi inspirasi penulis dan memberikan semangat serta
dorongan dalam menyelesaikan Skripsi ini, dan tidak lupa juga kepada kak Ana
dan Bapak Syarif Purba dan adik-adikku di kos (Ety, Inoer, Ummil yang usil
abiez), dan sahabat-sahabatku tersayang Boreg, Arika, Rina, dan seluruh sahabat
PSIK-B Stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan bantuan serta sama-
sama berjuang di PSIK FK USU. Semoga persahabatan kita tetap abadi. Harapan
penulis semoga skripsi ini bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pegetahuan
khususnya ilmu keperawatan.
Medan, 12 Maret 2009
Penulis
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
6/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN i
ABSTRAK.............................................................................................. ii
KATA PENGANTAR........................................................................... iii
DAFTARISI.......................................................................................... v
DAFTAR SKEMA................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUANA. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian.............................................................. 4C. TujuanPenelitian....................................................................... 4
a. Tujuan Umum..................................................................... 4b. Tujuan Khusus.................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 5a. Praktek Keperawatan......................................................... 5
b. Pendidikan Keperawatan................................................... 5c. Rumah Sakit....................................................................... 5
d. Penelitian Keperawatan...................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi................................................................................... 7a. Defenisi Persepsi................................................................ 7
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi...................... 8
B. Perawat..................................................................................... 9
a. Defenisi Perawat................................................................. 9
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Perawat
dalam Asuhan Keperawatan Bermutu............................. 10
c. Peran Perawat Anak........................................................... 10
d. Persepsi Perawat Terhadap Prinsip PerawatanAtraumatik pada Anak....................................................... 12
C. Konsep Anak.......... ................................................................. 14
a. Paradigma Keperawatan Anak.......................................... 14
b. Asuhan yang Berpusat pada Keluarga............................... 15
c. Prinsip-prinsip Perawatan Anak......................................... 15
D. Konsep Keamanan Fisik......................................................... 17
a. Pengertian Keamanan Fisik................................................ 17
b. Karakteristik Keamanan..................................................... 18
c. Jenis-jenis Bahaya yang Mengancam Keamanan Fisik...... 19
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
7/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
D. Perawatan Atraumatik pada Anak........................................... 21
a. Defenisi Perawatan Atraumatik.......................................... 21
b. Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak.......................... 22
c. Prosedur yang Berhubungan dengan Mempertahankan
Keamanan ........................................................................... 27d. Pencegahan Kecelakaan Pada Anak................................... 28
e. Pengelompokan Masalah Keperawatan Anak yang
Dirawat di Rumah Sakit...................................................... 29
f. Pedoman Orientasi Ruangan pada Penderita Anak............. 29
BAB 3 KERANGKA PENELITIANA. Kerangka Konseptual.. ............................................................ 31
B. Defenisi Operasional... ............................................................ 32
BAB 4 METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................. 34B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 34
a. Populasi Penelitian............................................................. 34b. Sampe Penelitian............................................................... 34
C. LokasidanWaktuPenelitian............................. ......................... 34D. Pertimbangan Etik................................................................... 35
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 35a. Kuesiuner Data Demografi................................................. 35
b. Kuesioner Persepsi Perawat............................................... 36F. Validitas Instrumen................................................................. . 36
G. Uji Reliabilitas......................................................................... 37H. Pengumpulan Data.................................................................. 37
I. Analisa Data.............................................................................. 38
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian....................................................................... 40
a. Karakteristik Responden.................................................... 40
c. Persepsi Perawat berkaitan dengan Mencegah
Dampak dari Perpisahan Keluarga...................................... 41
d. Persepsi Perawat berkaitan dengan Meningkatkan
KemampuanOrang Tua dalam MengontrolPerawatan Anak................................................................... 42
e. Persepsi Perawat dalam Mencegah Cedera (injury)
dan Mengurangi Nyeri (dampak psikologis)....................... 42
f. Persepsi Perawat berkaitan dengan Tidak Melakukan
Kekerasan pada Anak.......................................................... 43
g. Persepsi Perawat Terhadap Modifikasi
Lingkungan Fisik................................................................. 43
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
8/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
h. Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan
Atraumatik pada Anak........................................................ 44
B. Pembahasan............................................................................ . 44
a. Karakteristik Responden..................................................... 44
b. Persepsi Perawat berkaitan dengan Mencegah
Dampak dari Perpisahan Keluarga...................................... 47
c. Persepsi Perawat berkaitan dengan Meningkatkan
KemampuanOrang Tua dalam Mengontrol
Perawatan Anak................................................................... 48
d. Persepsi Perawat dalam Mencegah Cedera (injury)dan Mengurangi Nyeri (dampak psikologis..................... 49
e. Persepsi Perawat berkaitan dengan
Tidak Melakukan Kekerasan pada Anak.......................... 50
f. Persepsi Perawat Terhadap ModifikasiLingkungan Fisik............................................................. 51
g. Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan
Atraumatik pada Anak..................................................... 52
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASIA. Kesimpulan............................................................................. 53
B. Rekomendasi.......................................................................... . 53a. Praktek Keperawatan......................................................... 53
b. Institusi Pendidikan Keperawatan...................................... 54
c. Penelitian Keperawatan Selanjutnya.................................. 54
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir persetujuan menjadi responden penelitan2. Instrumen penelitian3. Uji reliabilitas kuesioner persepsi perawat terhadap prinsip perawatan
atraumatik pada anak
4. Hasil pengolahan data demografi responden5. Hasil pengolahan data persepsi perawat terhadap prinsip perawatan
atraumatik pada anak
6. Surat izin penelitian dari PSIK FK USU7. Surat keterangan penelitian dari RSU Dr.Pirngadi Medan
8. Curiculum vitae
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
9/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
DAFTAR SKEMA
Skema Halaman
1. Keranka konseptual penelitian perseps perawatterhadap prinsip perawatan atraumatik di Ruang III
Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan...................................... 31
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
10/79
Sri Kurniawati : Persepsi Perawat Terhadap Prinsip Perawatan Atraumatik Pada Anak Di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan, 2009.USU Repository 2009
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1. Defenisi operasional variabel dan Sub variabel penelitian.... 32
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2009 (N=25)................................................................. 41
Tabel 5.2. Distribusi dan persentase persepsi perawat
perawat dalam mencegah dampak dari perpisahan
keluarga di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2009 (N=25)................................................................. 41
Tabel 5.3. Distribusi dan persentase persepsi perawat berkaitanDengan meningkatkan kemampuan orang tua dalam
Mengontrol perawatan anak di Ruang IIIRSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009 (N=25)......................... 42
Tabel 5.4. Distribusi dan persentase persepsi perawat dalam
mencegah terjadinya cedera (injury) dan menguranginyeri (dampak psikologis) di Ruang III
RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009 (N=25)........................ 43
Tabel 5.5. Distrbusi dan persentase persepsi perawat berkaitandengan tidak melakukan kekerasan pada anak
di Ruang III RSU Dr.Pirngadi MedanTahun 2009 (N=25)................................................................. 43
Tabel 5.6. Distribusi dan persentase persepsi perawat terhadap
modifikasi lingkungan fisik di Ruang III
RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009 (N=25)........................ 44
Tabel 5.7. Distibusi dan persentase persepsi perawat terhadapprinsip perawatan atraumatik pada anak di Ruang III
RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009 (N=25)........................ 44
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
11/79
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang apa yang kita inginkan, orang
lain tahu maksud kita. Kenyataannya, tidak semua orang yang kita harapkan
mengert i, Begitu juga berhadapan dengan pasien, dan yang perlu kita tanyakan
apakah yang dimaksud pasien sama yang kita pikirkan. Karena persepsi yang
salah dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang, tidak suka, tidak
nyaman, dan tidak puas, oleh karena itu kita perlu memahami persepsi
(Mustikasar, 2006).
Seorang perawat adalah individu yang bertanggung jawab dan
berwewenang memberikan pelayanan keperawatan, akan tetapi memiliki
persepsi yang berbeda. Karena persepsi dapat dipengaruhi oleh individu yang
bersangkutan, sasaran persepsi dan situasi (Siagian, 2004). Apabila seorang
perawat memiliki persepsi yang positf, maka perawat juga akan bersikap dan
berperilaku yang positif dalam memberikan asuhan keperawatan (Satiadarma,
2001).
Salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi perawat pelaksana dalam
asuhan keperawatan adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dapat
memperlancar kegiatan keperawatan seperti peralatan medik (obat-obatan, set
infus, kateter), peralatan keperawatan (materi pencegahan infeksi, pencegahan
trauma), dan peralatan pendukung keperawatan (Herymrt, 2008).
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
12/79
2
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah. Selama
proses tersebut, anak dapat mengalami berbagai kejadian yang menunjukkan
pengalaman yang sangat trauma dan penuh dengan stres (Nursalam, 2005).
Tindakan yang dilakukan dalam mengatasi masalah anak, apapun
bentuknya harus berlandaskan pada prinsip atraumatik care atau asuhan yang
terapuetik karena bertujuan sebagai terapi bagi anak. Perawatan atraumatik
pada anak tidak terlepas dari peran serta orang tua (Supartini, 2004). Sebuah
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hanna dan Sherlock (1989) menyebutkan
bahwa 90 % anak yang berusia 4 sampai 11 tahun menginginkan orang tua
mereka menemani selama proses perawatan di rumah sakit (Wong, 2002).
Hasil penelitian dari Sherlock (1990) dalam Supartini (2007)
menunjukkan bahwa lingkungan rumah sakit yang dapat menimbulkan trauma
pada anak adalah lingkungan fisik rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari
sikap maupun pakaian putih, alat-alat yang digunakan dan lingkungan sosial
antar sesama pasien. Dengan adanya stresor tersebut, distres yang dapat
dialami anak adalah gangguan tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan
suara bising sedangkan distres psikologis mencakup kecemasan, takut marah,
kecewa, sedih, malu, dan rasa bersalah.
Lingkungan fisik dan psikososial rumah sakit dapat menjadi stresor bagi
anak untuk menimbulkan trauma. Prinsip dasar dari perawatan atraumatik
yang harus dimiliki oleh setiap perawat anak terdiri dari 5 komponen yang
meliputi menurunkan atau mencegah perpisahan dari keluarga, meningkatkan
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
13/79
3
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah atau
mengurangi cedera dan nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik. Selain itu perilaku petugas dan ruangan
perawatan anak tidak dapat disamakan seperti orang dewasa (Hidayat, 2005).
Oleh karena itu perlunya peran serta perawat dan persepsi yang baik
terhadap perawatan atraumatik yang bertujuan untuk tidak terjadinya trauma
pada anak baik fisik maupun psikis (Supartini, 2004). Dari hasil penelitan
yang dilakukan oleh (Sitio, 2008) menyebutkan bahwa 11 orang (44%)
perawat memiliki persepsi yang baik dan 14 orang (56%) perawat yang
memiliki persepsi cukup baik terhadap keterlibatan orang tua dalam perawatan
anak yang merupakan salah satu prinsip perawatan atraumatik pada anak.
Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan merupakan salah satu rumah
sakit yang memberikan pelayanan keperawatan anak, dari hasil wawancara
pada 4 orang anak berumur 5-7 tahun yang di rawat di ruang III dan diperoleh
mereka merasa takut dan terasa sakit ketika diberikan tindakan medis
misalnya pemberian obat melalui injeksi, pembersihan luka, dan lain-lain. Hal
ini menunjukkan mereka masih mengalami trauma fisik dan psikis.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti
bagaimana persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak
di ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan yang merupakan salah satu rumah sakit
rujukan di kota Medan.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
14/79
4
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
pada anak di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan.
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengidentifikasi persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
pada anak di Ruang III RSU Dr. Pirngadi Medan.
b.Tujuan Khusus
1.Untuk mengidentifikasi karakteristik demografi perawat yang berada di
Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan.
2.Untuk mengidentifikasi persepsi perawat mengenai pencegahan dampak
dari perpisahan keluarga.
3.Untuk mengidentifikasi persepsi perawat mengenai peningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak.
4.Untuk mengidentifikasi persepsi perawat mengenai pencegahan cederaatau pengurangan nyeri.
5.Untuk mengidentifikasi persepsi perawat berkaitan dengan tidak
melakukan kekerasan pada anak.
6.Untuk mengidentifikasi persepsi perawat berkaitan dengan memodifikasi
lingkungan fisik rumah sakit.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
15/79
5
D. Manfaat penelitian
a. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi
perawat untuk melakukan peraktek keperawatan profesional dalam upaya
meningkatkan pelayanan keperawatan khususnya pemberian perawatan
atraumatik pada anak.
b. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pendidikan
perawatan tentang gambaran praktek keperawatan yang ada di rumah sakit,.
Sehingga dapat memotivasi pendidikan keperawatan untuk menciptakan
lulusan perawat yang siap mengimplementasikan praktek keperawatan
professional khususnya dalam keperawatan anak.
c. Rumah Sakit
Hasil peneitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
mengimplementasikan perawatan atraumatik pada anak di RSU Dr. Pringadi
Medan.
d. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber data dan data dasar
bagi penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
16/79
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
a. Defenisi persepsi
Ada banyak ahli yang mendefenisikan persepsi. Desiderato (1976)
mendefenisisikan persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan atau memberikan makna pada stimulasi indera
(Rahmat, 2005).
Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan aktivis yang
integrated dalam diri individu (Bimo, 2001 dalam Sunaryo, 2004).
Menurut Maramis (1999, dikutip dari Sunaryo, 2004) persepsi adalah
daya mengenal barang, kualitas atau hubungan, dan perbedaan antara hai
ini melalui proses mengamati, mengetahui, atau mengartikan setelah
pancainderanya mendapat rangsang. Dengan demikian, persepsi dapat
diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindera yang
didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui
mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada di
luar maupun yang ada di dalam diri individu.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
17/79
7
Demikian juga disampaikan oleh Hanna bahwa persepsi adalah proses
menyeleksi, mengorganisir, dan menginterpretasikan stimulus, untuk
membentuk gambaran yang berkaitan dan memiliki arti (Wozniak, 2001).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Siagian (2004), menyatakkan bahwa diri orang yang bersangkutan,
sasaran persepsi, dan faktor situasi merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi seseorang.
1. Diri orang yang bersangkutan sendiri
Apabila seseorang melihat sesuatu dan berusaha memberikan
interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu. Dalam hal ini yang
berpengaruh adalah karakteristik individual sikap, motif, kepentingan,
minat, pengalaman dan pengharapan. Melalui pengalaman, seseorang bisa
mendapatkan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Langsung artinya pengalaman tertentu dialami sendiri oleh individu yang
bersangkutan dan tidak langsung artinya individu yang bersangkutan
memperoeh informasi dari buku atau sumber lain
2. Sasaran persepsi tersebut
Yang menjadi sasaran persepsi dapat berupa orang, benda atau
peristiwa, dimana sifat-sifat dari sasaran persepsi dapat mempengaruhi
persepsi orang yang melihatnya. Hal-hal lain yang ikut menentukan
persepsi seseorang adalah gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan ciri-
ciri lain dari sasaran persepsi.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
18/79
8
3. Faktor situasi
Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi
mana persepsi itu timbul perlu pula mendapatkan perhatian memiliki
hubungan yang bersifat timbal balik. Persepsi tentang sesuatu hal akan
mengarahkan seseorang untuk memperhatikan hal-hal tertentu. Sebaliknya,
apabila seseorang menaruh perhatian pada suatu hal tertentu maka
perhatian seseorang tersebut akan mempengaruhi persepsinya (Satiadarma,
2001). Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam penumbuhan
persepsi seseorang. Misalnya, seorang anak akan menunjukkan suatu pola
prilaku tertentu bila berhadapan dengan orang tua seperti sopan, tertib dan
sejenisnya, berbeda dengan prilakunya apabila berada di tengah-tengah
rekan sebayanya.
B. Perawat
a. Defenisi perawat
Menurut Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 23/1992
mendefenisikan perawat sebagai orang yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh dari pendidikan keperawatan (Gaffar, 1999)
Sedangkan keperawatan adalah suatu profesi. Melalui Seminar
Nasional Keperawatan pengertian keperawatan yaitu suatu bentuk
pelayanan profesional sabagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang meliputi aspek bio-psiko-sosio-spritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit yang
mencakup siklus hidup manusia (Gaffar, 1999).
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
19/79
9
Pelayanan keperawatan dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta
pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan
kesehatan utama untuk memungkinkan setiap penduduk mencapai
kemampuan hidup sehat dan produktif yang dilakukan sesuai dengan
wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan (Gaffar, 1999).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi perawat dalam asuhan
keperawatan Bermutu (Herymrt, 2008).
1. Pemberian kewenangan utuh untuk mendesain, mengatur, melaksanakan,
dan mengevaluasi pelayanan keperawatan karena hanya perawat yang
tahu kondisi pasien dan lingkungan sekitarnya.
2. Pelayanan keperawatan diberikan dalam lingkungan kerja pratek
profesional
3. Kualifikasi keperawatan yang memadai ini bertujuan untuk
mengoptimalkan pelayanan pada pasien di rumah sakit
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang dapat mempelancar kegiatan
keperawatan seperti peralatan keperawatan (alat tenun yang cukup,
meteri pencegah infeksi, pencegahan trauma).
5. Diberlakukannya sistem penghargaan (promosi dan kompensasi)
memadai yang memungkinkan perawat tidak harus berfikir tentang
kepentingan sendiri, pendidikan, dan masa depan karirnya.
c. Peran perawat anak
Beberapa peran penting seorang perawat anak menurut (Nursalam,
2005) yaitu sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
20/79
10
penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara
tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya. Tiga domain yang dapat diubah oleh
perawat melalui pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan,
serta sikap keluarga dalam hal kesehatan, khususnya perawatan anak sakit.
Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis
berupa dukungan atau dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat
memberi konseling keperawatan ketika anak dan orang tuanya
membutuhkan.
Perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator
pelayanan kesehatan karena 24 jam berada disamping pasien. Keluarga
adalah mitra perawat, oleh karea itu kerja sama dengan keluarga juga harus
terbina dengan baik, tidak hanya saat perawat membutuhkan informasi dari
keluarga saja, melainkan rangkaian proses perawatan anak harus melibatkan
keluarga secara aktif. Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan
koordinasi dan kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dengan tujuan
terlaksananya asuhan yang holistik dan komprehensif.
Perawat dituntut untuk dapat berperan sebagai pembuat keputusan etik
dengan berdasarkan pada nilai moral yang diyakini dengan penekanan pada
hak pasien untuk mendapat otonomi, menghindari hal-hal yang merugikan
pasien, dan asuhan keperawatan, yaitu meningkatkan kesejahteraan pasien.
Perawat yang paling mengerti tentang layanan keperawatan anak. Oleh
karena itu, perawat harus dapat meyakinkan pemegang kebijakan bahwa
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
21/79
11
usulan tentang perencanaan pelayanan keperawatan yang diajukan dapat
memberikan dampak terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan.
Perawat juga berperan sebagai peneliti, yang membutuhkan
keterlibatan penuh dalam upaya menemukan masalah-masalah keperawatan
anak yang harus diteliti, melaksanakan penelitian langsung, menggunakan
hasil penelitian kesehatan atau keperawatan anak dengan tujuan
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada anak.
d. Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada
anak
Perawat memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap prinsip
perawatan atraumatik pada anak orang tua dalam melakukan perawatan
anak di rumah sakit. Ada perawat yang memiliki persepsi yang baik, artinya
perawat tersebut memiliki pendapat yang baik terhadap prinsip perawatan
atraumatik pada anak sedangkan persepsi tidak baik yaitu tidak sependapat
dengan prinsip perawatan atraumatik (Herymrt, 2008). Menurut (Carpenito
1995 dalam tobing, 2007), ternyata tingkat pendidikan dapat mempengaruhi
seseorang dalam melakukan tindakan terhadap kliennya, karena semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang perawat maka semakin tinggi tingkat
pengetahuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Pengalaman
dalam bekerja juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang, hal ini sesuai
dengan pendapat (Rahmat, 1992) bahwa pengalaman seseorang dalam
bekerja dapat mempengaruhi persepsi.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
22/79
12
Atraumatic care atau asuhan yang tidak menimbulkan trauma pada
anak da keluarganya merupakan asuhan yang terapeutik karena bertujuan
sebagai terapi bagi anak. Dasar pemikiran pentingnya asuhan terapeutik ini
adalah bahwa walaupun ilmu pegetahuan dan teknologi di bidang pediatrik
telah berkembang pesat, tindakan yang dilakukan pada anak tetap
menimbulkan trauma, rasa nyeri, marah, cemas dan takut pada anak. Sangat
disadari bahwa sampai saat ini belum ada teknologi yang dapat mengatasi
masalah yang timbul sebagai dampak perawatan tersebut diatas. Hal ini
memerlukan perhatian khusus dari tenaga kesehatan, khususnya perawat
dalam melaksanakan tindakan pada anak dan orang tua (Supartini, 2004).
Dan hasi penelitian yang dilakukan oleh (Sitio, 2008) yang berjudul
persepsi perawat terhadap keterlibatan orang tua dalam perawatan anak
menyebutkan 11 orang (44%) perawat memiliki persepsi yang baik dan 14
orang (56%) perawat yang memiliki persepsi cukup baik yang merupakan
salah satu prinsip dari perawatan atraumatik pada anak.
Beberapa bukti penelitian menunjukkan bahwa lingkungan rumah
sakit yang dapat menimbulkan trauma bagi anak adalah lingkungan fisik
rumah sakit, tenaga kesehatan baik dari sikap maupun pakaian putih, alat-
alat yang digunakan, dan lingkunagan sosial antar sesama pasien. Dengan
adanya streor tersebut, distres yang dapat dialami anak adalah gangguan
tidur, pembatasan aktivitas, perasaan nyeri, dan suara bising, sedangkan
dostres psikologis mencakup kecemasan, takut, marah, kecewa, sedih, malu,
dan rasa bersalah (Supartini,2004).
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
23/79
13
C. Konsep anak
a. Paradigma keperawatan anak
Paradigma keperawatan anak menurut (Supartini, 2004)
dikelompokkan 4 komponen yaitu:
1. Manusia (Anak)
Manusia sebagai klien dalam keperwatan anak adalah individu yang
berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang sedang dalam proses tumbuh
kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologik, dan
spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
2. Sehat
Sehat dalam keperawatan anak adalah sehat dalam rentang sehat-sakit.
Sehat adalah keadaan kesejahteraan optimal antara fisik, mental, dan sosial
yang harus dicapai sepanjang kehidupan anak dalam rangka mencapai
tingkat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sesuai dengan
usianya.
3. Lingkungan
Lingkungan terdiri atas lingkungan interna dan lingkungan eksternal
yang dapat mempengaruhi kesehatan anak. Lingkungan interna, yaitu
genetik (keturunan), kematangan biologis, jenis kelamin, intelektual, emosi,
dan adanya predisposisi atau resistensi terhadap penyakit. Lingkungan
eksternal yaitu status nutrisi, orang tua, saudara sekandung (sibling),
masyarakat atau kelompok sekolah dan lain-lain.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
24/79
14
4. Keperawatan
Untuk memperoleh pertumbuhan dan perkembangan yang optimal,
perawat dapat membantu anak dan keluarganya memenuhi kebutuhan yang
spesifik dengan cara membina hubungan terapeutik dengan anak atau
keluarga melalui perannya sebagai pembela, pemulih atau pemelihara
kesehatan, koordinator, kolabolator, pembuat keputusan etik dan
perencana kesehatan.
b. Asuhan yang berpusat pada keluarga
Hal ini bertujuan agar dengan difasilitasnya hubungan antara orang
tua dan anaknya, orang tua diharapkan mempunyai kesempatan untuk
meneruskan peran dan tugasnya merawat anak selama di rumah sakit.
Perawat juga mempunyai peran penting untuk meningkatkan kemampuan
orang tua dalam merawat anaknya ( Supartini, 2004).
Elemen pokok yang berpusat pada keluarga menurut (Supartini, 2004).
1. Hubungan anak dan orang tua adalah unik, berbeda antara yang satu dan
yang lainnya. Setiap anak mempunyai karakteristik yang berbeda dan
berespon terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit secara berbeda
pula. Demikian pula orang tua mempunyai latar belakang individu yang
berbeda dalam berespon terhadap kondisi anak dan perawatan di rumah
sakit.
2. Orang tua dapat memberikan asuhan yang efektif selama hospitalisasi
anaknya. Telah terbukti dalam beberapa penelitian bahwa anak akan
merasa nyaman apabila berada di samping orang tuanya, terlebih lagi
pada saat menghadapi situasi menakutkan seperti dilakukan prosedur
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
25/79
15
invasive. Dengan demikian, tujuan asuhan akan tercapai dengan baik
apabila ada kerja sama yang baik antara perawat dan orang tua.
3. Kerja sama dalam model asuhan adalah fleksibel dan menggunakan
konsep dasar asuhan keperawatan anak yaitu perawat dapat melakukan
asuhan keluarga dan keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan.
4. Keberhasilan dari pendekatan ini bergantung pada kesepakatan tim
kesehatan untuk mendukung kerja sama yang aktif dari orang tua.
Kesepakatan untuk menggunakan pendekatan Family centred tidak
cukup hanya dari perawat, tetapi juga seluruh petugas kesehatan yang
lain.
c. Prinsip-prinsip perawatan anak
Diantara prinsip dalam asuhan keperawatan anak menurut (Hidayat, 2005).
1. Anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik.
Prinsip ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari
ukuran fisik saja, karena anak mempunyai pola pertumbuhan dan
perkembangan menuju proses kematangan
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan.
3. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian.
4.Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus
pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggungjawab
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
26/79
16
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak misalnya
anak tidakmerasakan gangguan psikologis, rasa cemas dan takut.
5. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga
untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang
sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
6.Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sabagai
makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan
masyarakat.
7. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatan anak berfokus
pada ilmu tumbuh kembang .
D. Konsep keamanan fisik
a. Pengertian keamanan fisik
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua
berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus
terpenuhi selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap
individu dapat berkarya dengan optimal dalam hidupnya. Ilmu keperawatan
sebagai ilmu yang berfokus pada manusia dan kebutuhan dasarnya
memiliki tanggung jawab dalam mencegah terjadinya kecelakaan dan
cedera sebagaimana merawat klien yang telah cedera tidak hanya di
lingkungan rumah sakit tapi juga di rumah, tempat kerja, dan komunitas.
(Patmawati, 2007).
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
27/79
17
Secara umum keamanan (safety) adalah status seseorang dalam
keadaan aman, kondisi yang terlindungi secara fisik, sosial, spiritual,
finansial, politik, emosi, pekerjaan, psikologis atau berbagai akibat dari
sebuah kegagalan, kerusakan, kecelakaan, atau berbagai keadaan yang
tidak diinginkan. Menurut Craven (2000) keamanan tidak hanya mencegah
rasa sakit dan cedera tetapi juga membuat individu merasa aman dalam
aktifitasnya. Keamanan dapat mengurangi stres dan meningkatkan
kesehatan umum (Patmawati, 2007).
b. Karakteristik keamanan
Menurut Fatmawati (2007) ada 3 karakteristik keamanan yaitu:
1. Periveness (insidensi) keamanan bersifat pervasive artinya luas
mempengaruhi semua hal. Artinya klien membutuhkan keamanan pada
seluruh aktifitasnya seperti makan, bernafas, kerja, dan bermain.
2. Perception (persepsi) persepsi seseorang tentang keamanan dan bahaya
mempengaruhi aplikasi keamanan dalam aktifitas sehari-harinya.
Tindakan penjagaan keamanan dapat efektif jika individu mengerti dan
menerima bahaya secara akurat.
3. Management (pengaturan) ketika individu mengenali bahaya pada
lingkungan klien akan melakukan tindakan pencegahan agar bahaya
tidak terjadi dan itulah praktek keamanan. Pencegahan adalah
karakteristik dari keamanan.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
28/79
18
c. Jenis-jenis bahaya yang mengancam keamanan fisik
Beberapa bahaya yang sering mengancam klien baik yang berada di
tempat pelayanan kesehatan, rumah, maupun komunitas diantaranya
(Patmawati, 2007).
1. Api atau kebakaran.
Api adalah bahaya umum baik di rumah maupun rumah sakit.
Penyebab kebakaran yang paling sering adalah rokok dan hubungan pendek
arus listrik. Kebakaran dapat terjadi jika terdapat tiga elemen sebagai
berikut: panas yang cukup, bahan yang mudah terbakar, dan oksigen yang
tidak cukup.
2. Luka bakar (scalds and burns).
Scald adalah luka bakar yang diakibatkan oleh cairan atau uap panas,
seperti uap air panas. Burn adalah luka bakar diakibatkan terpapar oleh
panas tnggi, bahan kimia, listrik, atau agen radioaktif. Klien di rumah sakit
yang berisiko terhadap luka bakar adalah klien yang mengalami penurunan
sensasi suhu dipermukaan kulit.
3. Jatuh.
Terjatuh bisa terjadi pada siapa saja terutama bayi dan lansia. Jatuh
dapat terjadi akibat lantai licin dan berair, alat-alat yang berantakan,
lingkungan dengan pencahayaan yang kurang.
4. Keracunan.
Racun adalah semua zat yang dapat mencederai atau membunuh
melalui aktivitas kimianya jika dihisap, disuntikkan, digunakan, atau
diserap dalam jumlah yang cukup sedikit. Penyebab utama keracunan pada
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
29/79
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
30/79
20
fluoroscopy, dan pengobatan nuklir. Contoh isotop yang sering digunakan
adalah calsium, iodine, danfosfor .
8. Suffocation (asfiksia) atau choking (tersedak).
Tersedak (suffocation atau asphyxiation) adalah keadaan kekurangan
oksigen akibat gangguan dalam bernafas. Suffocation bisa terjadi jika
sumber udara terhambat atau terhenti contoh pada klien tenggelam atau
kepalanya terbungkus plastik. Suffocation juga bisa disebabkan oleh
adanya benda asing di saluran nafas atas yang menghalangi udara masuk ke
paru-paru. Jika klien tidak segera ditolong bisa terjadi henti nafas dan henti
jantung serta kematian.
9. Lain-lain
Kecelakaan bisa juga disebabkan oleh alat-alat medis yang tidak
berfungsi dengan baik (equipment-related accidents) dan kesalahan
prosedur yang tidak disengaja (procedure-related equipment).
E. Perawatan atraumatik pada anak
a. Defenisi perawatan atraumatik pada anak
Menurut Hidayat (2005), atraumatik care adalah perawatan yang
tidak menimbulkan adanya trauma pada anak maupun keluarga. Perawatan
tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan
bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus kepada anak sebagai
individu yang masih dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena
masa anak merupakan proses menuju kematangan.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
31/79
21
Dengan demikian, atraumatik care sebagai bentuk perawatan
terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga dengan mengurangi
dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan seperti
memperhatikan dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma
(Hidayat, 2005).
Menurut (Whaley and Wong 1995) dalam Wong (2005) atraumatic
care merupakan sebagai ketetapan dan kepedulian dari tim pelayanan
kesehatan melalui intervensi yang meminimalkan atau meniadakan stressor
yang dialami oleh anak dan keluarga di rumah sakit baik fisik maupun
psikis. Perawatan atraumatik juga disebut dengan perawatan yang terapeutik
yang meliputi pada pencegahan trauma, hasil diagnosa, dan mengurangi
dampak kondisi-kondisi yang akut maupun kronis. Dan Wiggins (1994)
dalam (Wong, 2005) mengungkapkan bahwa stresor lingkungan yang sering
dialami oleh anak adalah lingkungan rumah sakit yang tidak nyaman bagi
mereka yang mengakibatkatkan anak stress selam dirawat dirumah sakit.
b. Prinsip Perawatan Atraumatik pada Anak
Pada umumnya anak yang dirawat di rumah sakit akan timbul rasa
takut baik pada dokter maupun perawat, apalagi jika anak telah mempunyai
pengalaman mendapatkan imunisasi. Dalam bayangannya, perawat atau
dokter akan menyakiti dan menyuntik. Selain itu anak juga merasa
terganggu hubungannya dengan orang tua dan saudaranya. Lingkungan di
rumah tentu berbeda bentuk dan suasananya dengan ruang perawatan.
Reaksi pertama selain ketakutan, tidak mau makan dan minum bahkan
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
32/79
22
menangis. Untuk mengatasi masalah tersebut adalah memberikan perawatan
atraumatik.
Ada beberapa prinsip perawatan atraumatik yang harus dimiliki oleh
perawat anak (Hidayat, 2005).
1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
Dampak perpisahan dari keluarga, anak akan mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangmya kasih sayang,
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Bila anak dirawat di
rumah sakit dan selama itu tidak boleh berhubungan dengan orang tuanya,
maka ia akan merasa ditolak oleh keluarga dan mengakibatkan anak
cendrung emosi saat kembali pada keluarganya. Pada umumnya anak
bereaksi negatif waktu pulang ke rumah (Mc.Ghie, 1996) dalam Juli (2008).
Selama anak mengalami hospitalisasi, keluarga memainkan peran bersifat
dukungan moril seperti kasih sayang, perhatian, rasa aman, dan dukungan
materil berupa usaha keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga. Jika dukungan tersebut tidak ada, maka keberhasilan untuk
penyembuhan sangat berkurang.
Untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dari
keluarga dapat dilakukan dengan cara melibatkan orang tua berperan aktif
dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal
bersama anak selama 24 jam (rooming in), jika tidak mungkin untuk
rooming in, beri kesempatan orang tua untuk melihat anak setiap saat
dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka dan mempertahankan
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
33/79
23
kontak dengan kegiatan sekolah, diantaranya dengan memfasilitasi
pertemuan dengan guru, teman sekolah dan lain-lain (Supartini, 2004).
2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak.
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak
mampu dalam kehidupannya. Anak akan selalu berhati-hati dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, selalu bersikap waspada dalam segala hal.
Serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan orang tua dalam
mengawasi perawatan anak. Dan fokuskan intervensi keperawatan pada
upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberi kesempatan
anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua.
3. Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis)
Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam
keperawatan anak. Proses pengurangan rasa nyeri tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai teknik misalnya,
distraksi, relaksasi, imaginary. Apabila tindakan pencegahan tidak
dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak
sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
dilakukan dengan cara mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk
tindakan prosedur yang mnimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan
apa yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang
tua. Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
34/79
24
anak, misalnya dengan bercerita yang berkaitan dengan tindakan atau
prosedur yang akan dilakukan pada anak.
Aktivitas bermain dilakukan perawat pada anak akan memberikan
keuntungan seperti meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga
dan perawat karena bermain merupakan alat komunikasi yang efektif antara
perawat dan klien, aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan
perasaan mandiri pada anak, dan bisa mengekspresikan perasaan anak.
Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan atau
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan
diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada
anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada perawat sebagai
pendamping anak.
Tunjukkan sikap empati sabagai pendekatan utama dalam mengurangi
rasa takut akibat prosedur yang menyakitkanPada tindakan pembedahan
elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila
memungkinkan. Misalnya, dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan
yang akan dilakukan dan lain-lain.
4. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Secara umum kekerasan didefenisikan sebagai sutu tindakan yang
dilakukan oleh individu terhadap individu lain yang mengakibatkan
gangguan fisik dan psikis. Kekerasan pada anak adalah tindakan yang
dilakukan seseorang atau individu pada mereka yang belum genap berusia
18 tahun yang menyebabkan kondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno,
2007).
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
35/79
25
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang
sangat berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak
dalam proses tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan
akan terhambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat
tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak seperti melakukan
tindakan keperawatan yang berulang-ulang (dalam pemasangan IVFD).
5. Modifikasi lingkungan fisik.
Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit yang bernuansa anak
dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan
anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman di
lingkungannya. Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi
ruang rawat seperti di rumah dan Ruangan tersebut memerlukan dekorasi
yang penuh dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding berupa
gambar binatang, bunga, tirai dan sprei serta sarung bantal yang berwarna
dan bercorak binatang atau bunga, cat dinding yang berwarna, serta tangga
yang pegangannya berwarna ceria.
Wong (2005) mengungkapkan ada 3 prinsip perawatan atraumatik
yang harus dimiliki oleh tim kesehatan dalam merawat pasien anak yaitu
diantaranya adalah mencegah atau meiminimalkan stressor fisik dan psikis
yang meliputi prosedur yang menyakitkan seperti suntikan, kegelisahan,
ketidakberdayaan, tidur yang tidak nyaman, pengekangan, suara bising, bau
yang tidak sedap dan lain-lain, mencegah dampak perpisahan orang tua dan
anggota keluarga yang lain, bersikap empati kepada keluarga dan anak yang
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
36/79
26
sedang dirawat serta memberikan pendidikan kesehatan tentang kondisi
sakit yang dialami anak.
c. Prosedur-prosedur yang berhubungan dengan mempertahankan
keamanan menurut (Wong, 2003)
1. Pastikan bahwa tindakan penjagaan keamanan lingkungan sudah
dilakukan misalnya : kebiasaan tidak merokok, pencahayaan baik, dan
lantai tidak licin dan lain-lain.
2. Tempat tidur pasien ambulasi dikunci pada ketinggian yang
memungkinkan akses mudah ke lantai.
3. Tempatkan anak yang dapat memanjat di atas sisi boks yang dirancang
khusus yang bagian atasnya ditutupi dengan jaring pengaman. Ikatkan
jaring tersebut ke kerangka tempat tidur untuk bersiap-siap jika terjadi
suatu kegawatan.
4. Kaji keamanan mainan yang dibawa ke rumah sakit dengan orang tua dan
tentukan apakah mainan tersebut sesuai dengan usia dan kondisi anak.
5. Jaga terus bayi atau anak kecil yang ada di boks yang pagarnya tidak
terpasang tanpa mempertahankan kontak dengan punggung dan abdomen
agar anak tidak terguling, merangkak atau melompat dari boks yang.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
37/79
27
d. Pencegahan kecelakaan pada anak
Ada beberapa cara pencegahan kecelakaan terhadap anak sebagai berikut
(Sacharin, 1996).
1. Jatuh dari tempat tidur
Hal ini merupakan kecelakaan yang umum terjadi pada anak-anak di
bangsal rumah sakit. Tempat tidur harus dirancang sehingga bagian sisi
tempat tidur dapat dikunci dan cukup tinggi sehingga anak yang mulai
berjalan tidak dapat memanjat keluar. Karena itu perawat harus menjamin
bahwa sisi tempat tidur terkunci setelah menyelesaikan suatu tindakan.
2. Mandi
Terseduh air panas dan tenggelam merupakan konsekuensi dari
perencanaan dan prosedur yang sembrono. Olek karena itu suhu air harus
aman bagi anak. Untuk mencegah tenggelam maka diperlukan pengawasan
yang konstan selama mandi. Tidak selalu memungkinkan untuk mencegah
anak masuk kamar mandi, karena hal ini sebagian besar tergantung pada
penataan bangsal.
3. Obat-obatan
Penyimpanan obat-obatan secara aman merupakan ketentuan hukum
yang mengikat semua perawat. Selama pembagian obat harus dibawah
pengawasan perawat.
4. Peralatan (rumah sakit)
Setiap peralatan yang digunakan harus dalam keadaan dapat dipakai
dan secara mekanis dan listrik dalam keadaan aman seperti termometer,
mainan dari rumah sakit, spuit, dan lain-lain.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
38/79
28
e. Pengelompokan Masalah Keperawatan Anak yang Dirawat di
Rumah Sakit (Nursalam, 2004).
1. Masalah fisik
Masalah fisik yan terjadi bisa berupa perubahan tanda- tanda vital :
suhu, pernafasan, nadi dan tekanan darah, gangguan terhadap kebutuhan
cairan dan nutrisi, gangguan terhadap aktivitas dan istirahat, penurunan
respon imun.
2. Masalah psikis
Masalah psikis pada anak yang sering terjadi adalah perasaan tidak
berdaya karena perpisahan dengan keluarga atau pengasuh (caregiver),
protes, apatis (despair), penolakan, Cemas serta takut terhadap lingkungan
baru (alat- alat, peraturan, dan sikap petugas kesehatan).
Masalah sosial yang sering terjadi pada anak adalah perasaan
terisolasi dan suka menyendiri. Sedangkan masalah ketergantungan bisa
berupa perasaan bersalah, dan memerlukan pertolongan.
f. Pedoman orientasi ruangan pada penderita anak( Dikembangkan
dari Skripsi Agung P, 2001, dalam Nursalam, 2004).
1. Mengenalkan kepada perawat jaga.
2. Perawat memberikan orientasi ruangan kepada pasien seperti tempat tidur
(tempat tidur dan fasilitas lainnya), cara memanggil petugas ( tombol atau
lampu ), hiburan (TV, jika ada ), kamar mandi dan penggunaan telepon
3. Memperkenalkan dengan teman sekamar.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
39/79
29
4. Menunjukkan tempat khusus : tempat bermain, tindakan medis, dapur,
dan ruangan lain.
5. Memberitahukan peraturan di rumah sakit : jam berkunjung, siapa yang
boleh berkunjung jam makan dan aturan membawa makanan, waktu
istirahat, dll.
6. Melaksanakan kegiatan rutin : observasi tanda tanda vital dan hal hal
yang lain
7.Memberikan peraturan mengenai peran keluarga dalam perawatan anak.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
40/79
30
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
A.Kerangka Penelitian
Perawatan atraumatik pada anak adalah merupakan asuhan keperawatan
yang terapeutik yaitu perawatan yang tidak menimbulkan trauma bagi anak.
Skema 1: Kerangka Konsep Persepsi Perawat Terhadap Perawatan
Atraumatik Pada Anak di Ruang III RSU Dr. Pringadi Medan.
Keterangan:
: Variabel yang di teliti
: Variabel yang tidak diteliti
Faktor-faktor yang
mempengaruhi persepsi:
1. Diri orang yangbersangkutan
2. Sasaran persepsitersebut
3. Faktor situasi
Karakteristik
Demografi Perawat
Prinsip Perawatan Atraumatik
1. Menurunkan atau mencegahdampak dari perpisahan keluarga
2. Meningkatkan kemampuanorangtua dalam mengontrol
perawatan pada anak.
3. Mencegah atau mengurangicedera dan nyeri.
4. Tidak melakukan kekerasanpada anak.
5. Modifikasi lingkungan fisik.
Persepsi Perawat- Baik
- Cukup baik
- Kurang baik- Tidak baik
Tidak terjadi
trauma fisik danpsikis pada
anak
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
41/79
31
B. Defenisi Operasional
Tabel 1. Uraian variabel dan sub variabel penelitian
Variabel DefenisiOperasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
- Prinsip
perawatan
atraumatik pada
anak.
a). Mencegah
dampak
perpisahan
keluarga
b).Meningkatkan
kemampuan
orang tua
dalam
mengontrol
perawatan
pada anak
c). Mencegah
atau
mengurangi
cedera dan
nyeri
Suatu aturan yang
harus dipatuhi
perawat untuk
melakukanperawatan yang
tidak menimbulkantrauma pada anak
yang terdiri dari 5komopnen.
Kuesiner yang
terdiri dari 20
pernyataan
dengan pilihanjawaban:
1= Sangat TidakSetuju
= Tidak Setuju3= Setuju
= Sangat Setuju
Kuesioner terdiri
4 pernyataan
Kuesioner terdiri
dari 4 peryataan
Kuesioner terdiri
dari 5 pernyataan
-Baik :66-80
-Cukup baik:
51-65- Kurang
baik: 36-50- Tidak baik:
20-35
-Baik:14-16
-Cukup baik:11-13
-Kurangbaik: 8-10
-Tidak baik:4-7
-Baik:14-16
-Cukup baik:11-13
-Kurangbaik: 8-10
-Tidak baik:
4-7
-Baik: 18-20
-Cukup baik:14-17
-Kurangbaik: 10-13
-Tidak baik:5-9
asio
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
42/79
32
). Tidak
melakukankekerasan
pada anak
e). Modifikasi
lingkungan
fisik
Kuesioner
terdiri dari 3pernyataan
Kuesioner
terdiri dari 4
pernyataan
-Baik:
10-12-Cukup baik:
8-9
-Kurangbaik:6-7
-Tidak baik:3-5
-Baik:14-16
-Cukup baik:11-13
-Kurangbaik: 8-10
-Tidak baik:4-7
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
43/79
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
44/79
35
D. Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara dan
Direktur RSU Dr. Pringadi Medan. Kemudian peneliti mendekati calon
responden penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka akan dijelaskan
tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian, kemudian responden dipersilahkan
menandatangani Informed Consent. Tetapi jika calon responden tidak
bersedia, maka responden berhak menolak.
Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama lengkap tapi hanya mencantumkan inisial nama
responden atau memberi kode pada masing-masing lembar kuesioner.
Kerahasiaan informasi dijamin oleh responden hanya diberikan oleh
responden hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja.
Selama proses pengambilan data tidak akan menimbulkan tekanan
psikologis pada responden yang akan diteliti, sehingga tidak menimbulkan
efek yang merugikan terhadap responden.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dibuat berdasarkan studi kepustakaan dan
dimodifikasi oleh peneliti. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang
dibagi menjadi 2(dua) bagian, yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner
persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik pada anak.
a.Kuesioner data demografi
Bagian yang pertama adalah kuesioner data demografi yang meliputi ,
umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja dan jabatan.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
45/79
36
b. Kuesioner persepsi perawat
Bagian kedua adalah kuesioner persepsi perawat tentang prinsip
perawatan atraumatik pada anak yang meliputi 5 aspek, yaitu komponen
perawatan atraumatik yang meliputi: (1) menurunkan atau mencegah dampak
perpisahan dari keluarga, yang terdiri dari 4 pernyataan, yaitu nomor 1 sampai
nomor 4; (2) meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak, yang terdiri dari 4 pernyataan, yaitu nomor 5 sampai
nomor 8; (3) mencegah dan mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak
psikologis), yang terdiri dari 5 pernyataan, yaitu nomor 9 sampai nomor 13; (4)
tidak melakukan kekerasan fisik pada anak, yang terdiri dari 3 pernyataan,
yaitu nomor 14 sampai nomor16; (5) modifikasi lingkungan fisik, yang terdiri
dari 3 pernyataan, yaitu nomor 17 sampai nomor 20. pernyataan dibuat 2 jenis,
yaitu pernyataan positif yang terdiri dari nomor 1,4,5,7,10,11,13,14,17,18, dan
pernyataan negatif yaitu 2,3,6,8,9,12,15,16,19 dan 20. Masing-masing
pernyataan menggunakan skala likert dengan penilaian untuk pernyataan
positif, jawaban Sangat Tidak Setuju = 1; Tidak Setuju = 2; Setuju = 3; Sangat
Setuju = 4. Sedangkan penilaian untuk pernyataan negatif, jawaban Sangat
Tidak Setuju =4; Tidak Setuju =3; Setuju =2; Sangat Setuju = 1.
F.Validitas Instrumen
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau
sahih mempunyai validitas tinggi atau sebaliknya insrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
46/79
37
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data
dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunto, 2006).
Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas instrumen yaitu suatu
pengujian apakah instrumen dapat menggali yang diinginkan oleh sipeneliti
atau untuk menilai apakah instrumen itu valid atau tidak (Arikunto, 2006). Uji
validitas intrumen dilakukan dengan uji content validity yaitu suatu pengujian
instrument dilakukan oleh orang yang ahli dibidangnya dalam hal ini instrumen
diuji oleh salah satu tim Keperawatan Anak PSIK - FK USU Medan.
G. Uji Reliabilitas
Alat ukur yang baik adalah alat ujur yang memberikan hasil yang sama
meskipun digunakan beberapa kali pada kelompok sanpel (Ritonga, 2003). Uji
reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi untuk
analisis Cronchbach Alpa mengenai persepsi perawat tentang prinsip perwatan
atraumatik di rumah sakit. Untuk instrumen yang baru akan reliabel jika
memiliki reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Berdasarkan uji
reliabilitas yang telah dilakukan dan diperoleh hasil 0,750, dengan demikian
instrumen ini reliabel untuk digunakan.
H. Pengumpulan Data
Ada beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu:
a. Mengajukan permohonan izin kepada Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
b. Mengajukan permohonan izin kepada direktur RSU Dr. Pirngadi Medan.
c. Setelah mendapat izin dari RSUD. Pirngadi Medan, peneliti kemudian
melaksanankan pengumpulan data penelitian.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
47/79
38
d. Peneliti mendekati kepala ruangan kemudian menjelaskan tentang tujuan
penelitian dan menyerahkanInformed Consen kepada perawat.
e. Menyerahkan kuesioner melalui kepala ruangan untuk diisi oleh perawat
yang ada di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan.
f. Pengolahan atau analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan
terkumpul.
I. Analisa data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui baberapa
tahap dimulai dari editing untuk memeriksa kelengkapan data, kemudian
memberi kode (coding) untuk memudahkan melakukan tabulasi. Selanjutnya
memasukkan (entry) data kedalam komputer dan dilakukan pengolahan data
dengan teknik komputerisasi dimana data akan dianalisa secara statistik
deskriptif dan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi
(Arikunto, 2006).
Berdasarkan rumus statiska P = Rentang/Banyak kelas (Sudjana, 2002),
dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang kelas (nilai tertinggi
dikurangi nilai terendah) sebesar 60 dan 4 kategori kelas untuk persepsi
perawat tentang perawatan atraumatik pada anak dengan tingkat persepsi (baik,
cukup baik, kurang baik, tidak baik) menggunakan P=15 dan nilai terendah 20
sebagai batas kelas interval pertama, dan tentang persepsi perawat terhadap
perawatan atraumatik pada anak di RSU Dr. Pirngadi Medan. Dikategorikan
atas kelas interval sebagai berikut:
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
48/79
39
66-80: Baik
51-65: Cukup Baik
36-50: Kurang Baik
20-35 : Tidak baik
Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program
SPSS untuk mengetahui frekuensi dan persentase data. Hasil analisa data
demografi dan persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
49/79
40
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penenelitian
Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian serta hasil pembahasan
penelitian mengenai persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
pada anak di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan.
a. Karakteistik Responden
Deskripsi karakteristik responden mencakup umur, jenis kelamin,
pendidikan terakhir, lama bekerja dan jabatan dapat dilihat pada tabel 5.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh responden adalah perempuan.
Berdasarkan umur responden, jumlah yang terbanyak berada dalam kelompok
37-42 tahun yaitu 10 orang ( 40% ), umur termuda 25 tahun dan umur tertua
adalah 54 tahun. Latar belakang pendidikan terbanyak yaitu DIII Keperawatan
sebesar 15 orang (60%), S1 Kep sebanyak 5 orang (20%), dan SPK sebanyak
5 orang (20%). Lama waktu bekerja yang paling tinggi yaitu antara 12-16
tahun sebanyak 8 orang (32%) dan hanya 2 orang (8%) yang telah bekerja
antara 17-21 tahun.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
50/79
41
Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden di
Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan Tahun 2009 (N=25).
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Usia- 25-30- 31-36- 37-42- 43-48- 49-54
Jenis Kelamin
- PerempuanPendidikan Terakhir
- SPK- D.III
- S1Lama Bekerja
- 2 thn-6 thn- 7 thn-11thn- 12thn-16thn- 17thn-21thn- 22thn-26thn
4
4
10
5
2
25
515
5
75
82
3
16,0
16,0
40,0
20,0
8,0
100
20,060,0
20,0
28,020,0
32,08,0
12,0
b.Persepsi perawat berkaitan dengan mencegah dampak dariperpisahan keluarga
Dari hasil penelitian diperoleh data perawat sebagian besar memiliki
persepsi cukup baik sebanyak 15 orang (60%). Data tentang persepsi perawat
mengenai dampak perpisahan keluarga dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi dan persentase tentang persepsi perawat dalam
mencegah dampak perpisahan keluarga di Ruang III RSU Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2009 (N=25)
Prinsip perawatan atraumatik F (%)
Mencegah dampak dari perpisahan keluarga
- Persepsi baik- Persepsi cukup baik- Pesepsi kurang baik- Persepsi tidak baik
10
15
0
0
40,0
60,0
0
0
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
51/79
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
52/79
43
e. Persepsi perawat berkaitan dengan tidak melakukan kekerasan pada
anak
Dari hasil penelitian diperoeh data perawat sebagian besar memiliki
persepsi cukup baik sebannyak 14 orang (56%). Data perespsi perawat
berkaitan dengan tidak melakukan kekerasan pada anak dapat dilihat pada
tabel 5.5.
Tabel 5.5. Distribusi dan persentase persepsi perawat berkaitan dengan
tidak melakukan kekerasan pada anak di Ruang III RSU Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2009 (N=25)
Prinsip perawatan atraumatik F (%)
Tidak melakukan kekerasan pada anak- Persepsi baik- Persepsi cukup baik- Pesepsi kurang baik- Persepsi tidak baik
10
141
0
40,0
56,04
0
f.Persepsi perawat terhadap modifikasi lingkungan fisik
Dari hasil penelitian diperoleh data perawat yang memiliki persepsi
cukup baik cukup baik sebanyak 20 orang (80%). Data tentang persepsi
perawat terhadap modifikasi lingkungan fisik dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6 Distribusi dan persentase persepsi perawat terhadap modifikasi
lingkungan fisik di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan
Tahun 2009 (N=25)
Prinsip perawatan atraumatik F (%)
Tidak melakukan kekerasan pada anak- Persepsi baik- Persepsi cukup baik- Pesepsi kurang baik- Persepsi tidak baik
5
200
0
20,0
80,00
0
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
53/79
44
g. Persepsi perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik
Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada 25 orang perawat
yang bekerja di ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan diperoleh perawat yang
mempunyai persepsi baik sebanyak 9 orang (36%), memiliki persepsi cukup
baik sebanyak 16 orang ( 64%). Bukti kelengkapan data tentang persepsi
perawat terhadap prinsip perawatan atraumatik dapat dilihat pada tabel 5.7.
Tabel 5.7 Distribusi dan persentase tentang persepsi perawat
terhadap prinsip perawatan atraumatik di Ruang III RSU Dr.Pirngadi
Medan Tahun 2009 (N=25)
Prinsip Perawatan Atraumatik pada anak F (%)
-Persepsi baik-Persepsi cukup baik-Persepsi kurang baik-Persepsi tidak baik
916
00
36.064,0
00
B.Pembahasan
Persepsi merupakan suatu bentuk kesesuaian antara reaksi dengan
stimulus. Proses terjadinya persepsi diperoleh dari adanya rangsangan melalui
panca indera yang didahului oleh perhatian tentang hal yang diamati. Dengan
persepsi seseorang dapat menyadari dan mengerti tentang apa yang ada di
sekitarnya. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang persepsi perawat
terhadap prinsip perawatan atraumatik di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan.
a. Karakteristik Perawat
Karakteritik perawat yang bekerja di Ruang III RSU Dr.Pirngadi medan,
jika dilihat dari rentang usia terbanyak yaitu pada rentang usia 37-42 tahun
sebanyak 10 orang (40%) dan rentang usia paling sedikit yaitu pada rentang
49-54 tahun sebanyak 2 orang (8%), ini menandakan bahwa perawat yang
bekerja di ruangan III RSU Dr.Pirngadi Medan telah memahami tentang
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
54/79
45
perawatan anak, ini dikarenakan pada usia tersebut rata-rata perawat atau pada
umumnya wanita telah mempunyai anak.
Begitu juga dengan persepsi seorang perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan dapat dipengaruhi oleh usianya (Kusnanto, 2007). Karena
semakin tinggi umur seseorang maka akan memiliki daya analistis yang lebih
tinggi sehingga persepsi yang dihasilkan juga berbeda. Pernyataan yang sama
diungkapkan oleh Sofiana (2004) bahwa perawat yang berusia diatas 30 tahun
memiliki daya analistis yang lebih tinggi dari pada kelompok umur yang
lainnya.
Jika dilihat dari jenis kelamin responden semuanya adalah perempuan
yaitu sebanyak 25 orang (100%), kemungkinan ini terjadi karena dunia
keperawatan identik dengan ibu atau wanita yang lebih dikenal dengan mother
instinc. Sehingga untuk mencari perawat yang berjenis kelamin laki-laki
sangatlah terbatas. Ditambah lagi output perawat yang dihasilkan dari
perguruan tinggi yang rata-rata juga wanita lebih banyak dibandingkan dengan
laki-laki. Oleh karena wanita memiliki naluri seorang ibu, sehingga ia lebih
menyayangi anak-anak walupun bukan anaknya sendiri. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Sularyo (2005) bahwa perempuan lebih menyayangi dan
lebih memahami sifat anak dari pada laki-laki.
Pendidikan perawat terbanyak yaitu dari DIII keperawatan sebanyak 15
orang (60%), dari SPK 5 orang (20%) dan dari S1 Kep 5 orang (20%). ini
menandakan bahwa RSU Dr.Pirngadi Medan telah menyiapkan pegawainya
untuk profesional dibidangnya. Mereka yang masih berpendidikan SPK diberi
kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan DIII Keperawatan,
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
55/79
46
sedangkan yang berpendidikan DIII Keperawatan diberi kesempatan untuk
melanjutkan studi S1 keperawatan dengan izin belajar, tetapi ada juga perawat
yang tidak mau melanjutkan studi yang lebih tinggi dikarenakan alasan usia.
Tingkat pendidikan seseorang perawat akan mempengaruhi persepsinya
dalam melakukan tindakan keperawatan dalam hal ini perawatan pada anak.
Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi
pula tingkat pengetahuannya dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal
senada juga diungkapkan oleh (Carpenito, 1995 dalam Tobing, 2007) bahwa
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi seorang dalam melakukan tindakan
keperawatan terhadap kliennya
Apabila dilihat dari pengalaman bekerja, rata-rata perawat yang
mempunyai pengalaman bekerja paling lama yaitu pada rentang 12-16 tahun
sebanyak 8 orang (32%) dan paling sedikit yaitu pada rentang 17-21 tahun
sebanyak 2 orang (8%). Adanya variasi pengalaman kerja ini diharapkan para
perawat dapat bertukar pendapat baik ilmu maupun keterampilan antar sesama
perawat. Perawat yang sudah banyak berpengalaman dapat memberikan
masukan dalam hal keterampilanpada perawat yang masih baru, begitu juga
dengan perawat yang masih baru, bisa saja mereka memberikan masukan
terhadap para perawat yang sudah lama tentang perkembangan terkini ilmu
keperawatan. Hal yang sama diutarakan oleh Sujono (2005) yaitu dengan
adanya saling menukar pengalaman keterampilan maupun ilmu pengetahuan
terkini akan membuat perawat semakin menyukai profesinya. Pengalaman
seorang perawat dalam bekerja dapat mempengaruhi persepsinya dalam
melakukan tindakan keperawatan khususnya pada anak karena semakin lama
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
56/79
47
pengalaman dalam bekerja maka akan semakin profesional seorang perawat
dalam menjalani profesinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahmad (1992)
bahwa pengalaman seseorang dalam bekerja dapat mempengaruhi persepsinya
dalam melakukan suatu tindakan keperawatan.
Jika dilihat dari jabatan perawat rata-rata adalah perawat pelaksana
sebanyak 24 orang (96%) dan 1 orang (4%) sebagai kepala ruangan. Ini
menandakan bahwa di Ruang III RSU Dr.Pirngadi Medan telah memperhatikan
tingkat ketergantungan pasien anak dengan jumlah perawat yang ada di
ruangan tersebut dalam memberikan asuhan keperawatan. Hal ini bisa dilihat
dari rata-rata jumlah pasien anak perbulan pada tahun 2008 yaitu sekitar 255
pasien, jadi jumlah pasien anak rata-rata perhari bisa sekitar 8 atau 9 pasien. Ini
sesuai dengan perhitungan jumlah pasien dan jumlah tenaga yang dibutuhkan
menurut rumus perhitungan tenaga keperawatan (Dep.Kes RI, 2002) dengan
hasil 10-11 orang perawat yang dibutuhkan dalam merawat anak perhari.
a. Persepsi perawat berkaitan dengan mencegah dampak dari perpisahankeluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi yang baik berkaitan
dengan mencegah dampak dari perpisahan keluarga sebanyak 10 orang (40%)
dan persepsi cukup baik sebanyak 15 orang (60%). Hal ini sesuai dengan
pendapat Platt (1959) dalam Supartini (2004) yaitu pada dasarnya setiap
asuhan yang diberikan pada anak di rumah sakit memerlukan keterlibatan
orang tua, keberadaan anggota keluarga yang lain, dan waktu kunjungan bagi
orang tua terhadap anaknya harus terbuka selama 24 jam karena anak
membutuhkan orang tua selama proses hospitalisasi.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
57/79
48
Friedman (1999) menambahkan bahwa keluarga dapat menjadi sumber
kesehatan yang efektif dan utama dalam proses perawatan atraumatik pada
anak. Akan tetapi jika tidak memungkinkan untuk rooming in beri
kesempatan kepada orang tua untuk melihat anak setiap saat guna
mempertahankan kontak antara mereka (Supartini, 2004). Sebaliknya jika
selama anak dirawat di rumah sakit diberi batasan untuk berhubungan dengan
orang tuanya maka akan terjadi jarak antara anak dan orang tua yang nantinya
akan memperlambat proses penyembuhan dan tumbuh kembang anak.
Hal senada juga diungkapkan oleh Hidayat (2005) bahwa selama anak di
rumah sakit, ia akan merasa dikucilkan oleh keluarga dan teman-temannya
oleh karena itu memfasilitasi pertemuan dengan guru dan teman-teman
sekolah merupakan upaya agar tidak terjadi gangguan psikologis yang akan
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak selama dirawat.
b. Persepsi perawat dalam meningkatkan kemampuan orang tua dalammengontrol perawatan anak
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi yang baik terhadap
peningkatan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak
sebanyak 8 orang (32%) dan persepsi cukup baik sebanyak 17 orang (68%).
Pentingnya penyuluhan atau pendidikan kesehatan pada orang tua anak yang
dirawat akan menolong orang tua memahami pengobatan dan perawatan pada
anaknya. Hal yang sama diungkapkan oleh Suparini (2004) bahwa kebutuhan
orang tua terhadap pendidikan kesehatan meliputi pengertian dasar tentang
penyakit anaknya, perawatan anak selama di rumah sakit, serta perawatan
lanjut untuk persiapan pulang kerumah.
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
58/79
49
Mefokuskan intervensi perawatan dengan mengurangi ketergantungan
pada perawat merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan orang tua
dalam merawat anaknya. Hidayat (2005) menambahkan bahwa melalui
peningkatan kontrol orang tua pada perawatan anak diharapkan anak mampu
dalam kehidupannya dan anak akan selalu berhati-hati dalam melakukan
aktivitas sehari-hari yaitu dengan cara memberi kesempatan pada orang tua
untuk mengambil keputusan dalam perawatan anak
c. Persepsi perawat dalam mencegah atau mengurangi cedera (injury)dan nyeri (dampak psikologis)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi yang baik dalam
mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis)
sebanyak 1 orang (4%) dan persepsi cukup baik sebanyak 24 orang (96%).
Untuk mencegah terjadinya cedera (injury) dan mengurangi nyeri (dampak
psikologis) pada anak tidak mudah dilakukan. karena hanya perawat yang
keterampilan khusus dan profesinal yang bisa melakukan hal tersebut. Hal ini
juga terkait dengan informasi yang sangat diperlukan oleh orang tua selama
proses perawatan anaknya dan orang tua perlu mengetahui tentang kondisi
anaknya serta tindakan medis yang akan dilakukan pada anaknya (Nursalam,
2003).
Hal yang sama diungkapkan oleh Supartini (2004) bahwa proses
pengurangan nyeri tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary
dan apabila pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan
berlangsung lama sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
59/79
50
perkembangan anak. Dalam melakukan perawatan anak, seorang perawat
harus mempertimbangan untuk menghadirkan orang tua pada saat dilakukan
prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, apabila mereka tidak dapat menahan
diri bahkan menangis bila melihatnya, dalam kondisi ini tawarkan pada orang
tua untuk mempercayakan perawat serta tunjukkan sikap empati sebagai
pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur yang
menyakitkan (Hidayat, 2005).
d. Persepsi perawat berkaitan dengan tidak melakukan kekerasan pada
anak
Berdasarkan hasil penelitian persepsi yang baik berkaitan dengan tidak
melakukan kekerasan pada anak sebanyak 10 orang (40%), persepsi cukup
baik sebanyak 14 orang (56%) dan persepsi kurang baik sebanyak 1 orang
(4%). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa masih ada perawat yang mempunyai
persepsi yang kurang baik walaupun hanya 1 orang (4%) kemungkinan ini
terjadi masih kurangnya pemahaman prinsip perawatan atraumatik mengenai
tidak melakukan kekerasan pada anak dan ini didukung oleh hasil wawancara
peneliti pada 4 orang anak yang berusia 5-7 tahun yang dirawat di ruang III
bahwa mereka merasa takut kepada petugas kesehatan dan merasa sakit
ketika diberikan tindakan medis misalnya pemberian obat melalui suntikan,
pembersihan luka, dan lain-lain.
Kekerasan pada anak adalah tindakan yang dilakukan seseorang atau
individu pada anak yang belum genap berusia 18 tahun yang menyebabkan
kondisi fisik dan psikis terganggu (Sugiarno, 2007). Membuat anak stres di
rumah sakit merupakan salah satu tindakan kekerasan pada anak seperti
-
7/27/2019 Tesis Atraumatic Care 1
60/79
51
memaksa anak ketika makan atau minum obat, merestrein anak terlalu lama,
hal ini bisa ditandai dengan menangis terus menerus, tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan, penolakan dalam melakukan tindakan, dan lain-
lain sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hal serupa diungkapkan oleh Hidayat (2005) bahwa kekerasan pada
anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam
kehidupan anak dan apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh
kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan akan mengakibatkan kondisi anak
semakin berat.
e. Persepsi perawat terhadap modifikasi lingkunga fisik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi yang baik terhadap
modifikasi lingkungan fisik sebanyak 5 orang (20%) dan cukup baik
sebanyak 20 orang (80%). Melalui modifikasi lingkungan fisik rumah sakit
yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan, perasaan aman dan
nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan merasa
nyaman dilingkungannya, akan tetapi jika lingkungan tidak nyaman seperti
suara bising, tercium bau yang tidak sedap ini akan mengakibatkan anak
menjadi stress dan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan
(Supartini, 2004) .
Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat
seperti di rumah dan ruangan tersebut memerlukan dekorasi yang penuh
dengan nuansa anak, seperti adanya gambar dinding berupa gambar binatang,
-
7/27/20