Tes Dan Interpretasi Feses

9
TES DAN INTERPRETASI FECES Pendahuluan Feces ( tinja) normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Orang dewasa normal mengeluarkan 100 – 300 gram tinja per hari. Dari jumlah tesebut 60- 70% merupakan air dan sisanya terdiri dari substansi solid (10- 20%) yang terdiri dari makanan yang tidak tercerna (selulosa), sisa makanan yang tidak terabsorbsi, sel- sel saluran pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri dan unsur- unsur lain (+ 30%). Tinja yang dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter cairan masuk dalam saluran cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran liang kolon. Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan klinik pada umumnya masih kurang. Berlainan dengan pemeriksaan cairan tubuh lainnya, sampel tinja biasanya tidak dapat dikeluarkan pada waktu hendak diperiksa dan penderita biasanya enggan untuk mengumpulkan dan mengirimkannya untuk pemeriksaan. Hal yang sama dirasakan pula bila dokter, perawat atau pegawai laboratorium lain diminta untuk melakukan pemeriksaan tinja. Tinja merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada tinja umumnya meliputi : Tes makroskopi, tes mikroskopi, tes kimia dan tes mikrobiologi. Metode – metode 1. Tes Makroskopi 1. Pra Analitik a. Persiapan pasien : Pasien tidak dibenarkan makan obat pencehar sebelumnya. Preparat besi akan mempengaruhi warna tinja dan sebaiknya dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan obat- obat antidiare, golongan

Transcript of Tes Dan Interpretasi Feses

Page 1: Tes Dan Interpretasi Feses

TES DAN INTERPRETASI   FECES

Pendahuluan

Feces ( tinja) normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Orang dewasa normal mengeluarkan 100 – 300 gram tinja per hari. Dari jumlah tesebut 60- 70% merupakan air dan sisanya terdiri dari substansi solid (10-20%) yang terdiri dari makanan yang tidak tercerna (selulosa), sisa makanan yang tidak terabsorbsi, sel- sel saluran pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri dan unsur- unsur lain (+ 30%). Tinja yang dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter cairan masuk dalam saluran cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran liang kolon.

Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan klinik pada umumnya masih kurang. Berlainan dengan pemeriksaan cairan tubuh lainnya, sampel tinja biasanya tidak dapat dikeluarkan pada waktu hendak diperiksa dan penderita biasanya enggan untuk mengumpulkan dan mengirimkannya untuk pemeriksaan. Hal yang sama dirasakan pula bila dokter, perawat atau pegawai laboratorium lain diminta untuk melakukan pemeriksaan tinja.

Tinja merupakan spesimen yang penting untuk diagnosis adanya kelainan pada system traktus gastrointestinal seperti diare, infeksi parasit, pendarahan gastrointestinal, ulkus peptikum, karsinoma dan sindroma malabsorbsi. Pemeriksaan dan tes yang dapat dilakukan pada tinja umumnya meliputi : Tes makroskopi, tes mikroskopi, tes kimia dan tes mikrobiologi.

Metode – metode

1. Tes Makroskopi

1. Pra Analitik

a. Persiapan pasien : Pasien tidak dibenarkan makan obat pencehar sebelumnya. Preparat besi akan mempengaruhi warna tinja dan sebaiknya dihentikan 4-6 hari sebelum pengambilan sampel. Begitupun dengan obat- obat antidiare, golongan tetracycline, barium, bismuth, minyak atau magnesium akan mempengaruhi hasil pemeriksaan.

b. Persiapan sampel : Sampel sebaiknya tinja segar (pagi hari) sebelum sarapan pagi, atau tinja baru, defekasi spontan dan diperiksa dilaboratorium dalam waktu 2-3 jam setelah defekasi (warm stool).

Pasien diberitahu agar sampel tinja jangan tercampur dengan urin atau sekresi tubuh lainnya. Bila sarana laboratorium jauh dan membutuhkan waktu yang lebih lama, sampel sebaiknya diberi pengawet buffered glycerol saline.

c. Pengumpulan/ pengambilan sampel

1. Wadah : Pot plastik yang bermulut lebar, tertutup rapat dan bersih. Beri label : nama, tanggal, nomor pasien, jenis kelamin, umur, diagnosis awal. Tinja tidak boleh mengenai

Page 2: Tes Dan Interpretasi Feses

bagian luar wadah dan diisi jangan terlalu penuh. Kertas toilet tidak dibenarkan sebagai wadah tinja oleh karena mengandung bismuth.

2. Cara pengambilan :

a. Tinja segar : sebaiknya tinja pagi hari atau tinja baru dan defekasi spontan. Ambil tinja bagian tengahnya sebesar ujung ibu jari, masukkan kedalam wadah  dan tutup  rapat.

b. Rectal swab

c. Anal swab ( jarang dilakukan )

2. Analitik

Alat

1. Lidi atau spatel kayu2. Kapas lidi

Cara kerja

1. Sampel diperiksa ditempat yang terang2. Perhatikan warna, bau, konsistensi, adanya darah, lender, nanah, cacing dll.

3. Pasca Analitik

Hasil dan interpretasi

1. Warna : normal tinja berwarna kuning coklat. Warna tinja yang abnormal dapat disebabkan atau berubah oleh pengaruh jenis makanan, obat- obatan dan adanya perdarahan pada saluran pencernaan

2. Bau : bau normal tinja disebabkan olah indol, skatol dan asam butirat. Tinja yang abnormal mempunyai bau tengik, asam, basi.

3. Konsistensi : tinja normal agak lunak dan mempunyai bentuk seperti sosis

4. Lendir : Adanya lendir berarti ada iritasi atau radang dinding usus. Lendir pada bagian luar tinja, lokasi iritasi mungkin pada usus besar dan bila bercampur dengan tinja, iritasi mungkin pada usus kecil.

5. Darah : Normal tinja tidak mengandung darah. Perhatikan apakah darah itu segar (merah muda), coklat atau hitam, apakah bercampur atau hanya dibagian luar tinja saja.

6. Parasit : Cacing mungkin dapat terlihat

Warna Tidak Patologis Patologis

Coklat, Coklat tua, kuning coklat, coklat tua sekali

Oksidasi normal dari pigmen empedu

 

Page 3: Tes Dan Interpretasi Feses

Dibiarkan lama diudara

Makanan yang mengandung banyak daging

Hitam Makanan mengandung zat besi , bismuth

Pendarahan disaluran cerna bagian proksimal

Abu- abu / putih Makanan mengandung coklat Steatore (konsistensi  seperti bubur dan berbuih)

Abu- abu muda sekali Makanan mengandung banyak bahan susu barium

Obstruksi saluran empedu

Hijau atau kuning hijau Makanan mengandung banyak bayam, sayuran hijau lain. Pencahar berasal dari sayuran.

Makanan melalui usus dalam waktu cepat hingga pigmen empedu belum sempat teroksidasi

Merah Makanan yang mengandung banyak lobak merah (bit)

Pendarahan yang berasal dari saluran cerna bagian distal

Tabel 1. Keadaan yang mempengaruhi warna tinja

1. Tes Mikroskopi2. Pra Analitik

Persiapan sampel dan persiapan pasien sama dengan tes makroskopi

1. Analitik 1. Alat

1. Lidi/ kapas lidi

2. Kaca objek

3. Kaca penutup

4. Mikroskop

5. Reagen : Larutan eosin 2%, larutan lugol, larutan NaCl 0,9%

2. Cara kerja

1. Tetesi kaca objek disebelah kiri dengan 1 tetes NaCl 0,9% dan sebelah kanan dengan 1 tetes larutan eosin 2% atau larutan lugol

2. Ambil tinja dibagian tengahnya atau pada permukaan yang mengandung lendir, darah atau nanah + seujung lidi

3. Aduk sampai rata pada masing- masing larutan

4. Tutupi dengan kaca penutup

Page 4: Tes Dan Interpretasi Feses

5. Periksa dibawah mikroskop, mula- mula dengan pembesaran 10x kemudian 40x.  Amati apakah ada telur cacing, amuba, eritrosit, leukkosit, sel epitel, Kristal, sisa makanan dll

1. Pasca Analitik

Hasil dan interpretasi

1. Sel epitel. Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proksimal, sel- sel itu sebagian atau seluruhnya rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus.

2. Makrofag. Sel- sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis, dalam plasmanya sering dilihat sel- sel lain (leukosit, eritrosit) atau benda- benda lain. Dalam preparat natif ( tanpa pewarnaan) sel- sel itu menyerupai amuba : perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.

3. Lekosit. Lebih jelas terlihat kalau tinja dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan lain- lain, jumlah lekosit yang ditemukan banyak menjadi besar.

4. Eritrosit. Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi dalam kolon, rectum atau anus. Keadaan ini selalu bersifat patologis.

5. Kristal- Kristal. Pada umumnya tidakk banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat Kristal- Kristal tripelfosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai Kristal Charcot-Leyden dan Kristal hematoidin. Kristal Charcot-Leyden biasanya ditemukan pada keadaan kelainan  ulseratif usus, khususnya amubiasis. Kristal hematoidin dapat ditemukan pada perdarahan usus.

6. Sisa makanan. Hampir selalu dapat ditemukan tertentu dikaitkan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun- daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari makanan daun- daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat otot, serat elastic, dll. Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol : pati (amilum) yang tidak sempurna dicerna tampak seperti butir- butir biru atau merah. Larutan jenuh Sudan III dan Sudan IV dalam alcohol 70% juga dipakai : lemak netral menjadi tetes- tetes merah atau jingga.

7. Telur cacing. Ascaris lumricoides, Necator  americanus, Enterobius vermicularis Trichiurus trichiura, Strongyloides stercoralis, dan sebagainya, juga yang termasuk genus cestodas dan trematodas mungkin didapat.

Makroskopi/ Mikroskopi Penyebab

Butir, kecil, keras, warna tua Konstipasi

Volume besar, berbau dan mengambang Malabsorbsi zat lemak atau protein

Rapuh dengan lendir tanpa darah Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan jonjot- jonjot

Page 5: Tes Dan Interpretasi Feses

Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata) Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas

Hitam, mudah melekat seperti ter Perdarahan saluran cerna bagian atas

Volume besar, cair, sisa padat sedikit Infeksi non-invasif (kolera, E.coli  keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus, radang selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)

Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik

Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit

Agak lunak, putih abu- abu sedikit Obstruksi jaundice, alkoholik

Cair bercampur lendir dan eritrosit Tifoid, kolera, amubiasis

Cair bercampur lendir dan leukosit Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus

Lendir dengan nanah dan darah Kolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC akut

Tabel 2. Beberapa diagnostic pada tes makroskopik dan mikroskopik tinja

1. TES KIMIA

Tes darah samar ( Occult blood Test ) cara Guaiac

1. Pra Analitik 1. Tujuan  : Untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat

dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopi.

2. Persiapan pasien : perlu dihindari zat- zat yang mengandung besi, vitamin c, bromide, iodide, makanan yang mengandung mioglobin (daging), klorofil dan peroksidase tumbuhan selama 2-3 hari. bila ditakutkan adanya perdarahan gusi yang mungkin tertelan, penderita sebaiiknya tidak gosok gigi. perlu diperhatikan juga agar tinja tidak tercampur dengan urin. Beberapa obat- obat dapat memberikan hasil positif palsu, misalnya aspirin, salisilat, steroid, indometasid, NSAIDS, antikoagulan, preparat besi, iodium.

3. Persiapan Sampel : Tidak ada persiapan khusus

4. Prinsip : Pembebasan O2 dari H2O2 menunjukkan adanya aktifitas peroksidase molekul hemoglobin dan pelepasan oxidizes gum guaiac akan menghasilkan produk oksidasi yang berwarna biru.

5. Analitik

1. Alat dan Bahan

1. Tabung Reaksi

2. Aquadest atau larutan NaCl 0,9 %

3. Serbuk Gum guaiac 3 gram

4. Alkohol 95 %

Page 6: Tes Dan Interpretasi Feses

5. Asam asetat glasial

6. Hidrogen peroksidase (H2O2) 3%

2. Cara Kerja

1. Buatlah emulsi tiinja dalam tabung reaksi dengan air atau dengan larutan garam kira- kira 5-10 ml dan panaskan hingga mendidih

2. Saringlah emulsi yang masih panas dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin, dan tambahkan 1 ml asam asetat glasial, campur

3. Dalam tabung reaksi kedua masukkan sepucuk pisau serbuk guaiac dan 2 ml alcohol 95% campur.

4. Tuanglah secara hati- hati isi tabung kedua kedalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis campuran tetap sebagai lapisan terpisah

5. Berikan 1 ml hydrogen peroksidase 3%, campur.

6. Hasil positif  terlihat dari warna biru yang terjadi pada batas kadua lapisan itu

7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit (jangan lebih lama), perhatikan warna yang timbul.

3. Interpretasi Hasil

negative   : tidak ada perubahan warna atau hijau samar- samar

Positif 1    : hijau

Positif 2    : Biru- hijau

Positif 3    : Biru

Positif 4    : biru tua

1. Pasca Analitik 1. Interpretasi klinik :

Tes darah samar positif mungkin disebabkan oleh : karsinoma kolon, Colitis ulcerative, Adenoma, Hernia diapragmatik, karsinoma lambung, Divertikulitis, Ulkus lambung.

DAFTAR PUSTAKA

Narang B,S and Reynolds T. Stool Examination, In Medical Laboratory Technology A Procedure manual for Ruotine Diagnoctic Test, Vol.II, Tata Mc Graw hill Publisching Co Limited, New Delhi, 1988 ; 880-891

Widmann FK. Tinjauan Klinis atas Hasil pemeriksaan Laboratorium, Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1995 ; 571- 584

Page 7: Tes Dan Interpretasi Feses

Fischbach FT.Stool Examination, In A of Laboratory and Diagnostic Test, Ed V, Lippincott Philadelphia, New York, 1998; 254-276

Herry J.B. et al. Examination of feces, in Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, Nine Ed, WB Saunder Co, Philadelphia, 1996 ; 537-541

Burtis CA. Fecal Collection in Tietz Fundamentals of Clinical Chemistry, Fourth Ed, WB Sounders Company, 1996; 722-723.

Pemeriksaan tinja. Dalam Petunjuk Pemeriksaan Laboratorium puskesmas, Pusat Lab. Kesehatan Bekerja sama dengan  Dit. jend. Binkesmas, Jakarta, 1991 ; 63-67

Ganda Subrata. R. Penuntun Laboratorium Klinik, Cetakan ke-9, Dian Rakjat, Jakarta, 1999; 180- 185

Standar Pelayanan Medis FK-UNPAD-RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung, 1996; 38-40

Prianto J, dkk. Atlas Parasitologi Kedokteran, Cetakan ketiga, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999.