Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009)
-
Upload
akbar-suwardi -
Category
Documents
-
view
295 -
download
0
description
Transcript of Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009)
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 1/13
1
Terwujudnya Pelayanan Publik yang
Kompetitif dan Profesional1
Akbar Suwardi2
I. Pendahuluan
Kondisi perekonomian disetiap negara tidaklah hanya dipenagaruhi oleh satu
faktor saja, misalnya hanya perbankakn. Namun, banyak sektor yang mempenagruhi
kondisi tersebut, sebut saja pelayanan publik di negara tersebut. Di Indonesia, selama ini
pelayanan publik berupa barang dan jasa tidaklah memuaskan, hal ini seringkali dapat
menjadi hambatan dalam mencapai produktifitas yang efisien di kalangan pelaku
ekonomi di dalama negeri. Buruknya fasilitas berupa barang publik yang disediakan
seperti, jalan raya, pelabuhan, dan lainnya. Serta lambanya birokrasi dalam pelayanan
jasa, merupakan contoh permasalahan dari Pelayanan Publik
Untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang sustainable dan mandiri, barang
publik yang disediakan oleh pemerintah haruslah kompetitif dan profesional. Kompetitif
berarti barang publik dalam pelayanan dan kegunaanya terhadap pelaku bisnis danmasyarakat dapat berkompitisi dengan barang private yang disediakan oleh swasta.
Prefesional berarti barang publik dalam pengadaannya harus menggunakan pendekatan
organisatif dan sistemastis. Dalam penerapannya, barang publik yang kompetitif dan
profesional haruslah diterapkan di segala sektor, baik sektor yang sifatnya pelayanan
umum berupa jasa ataupun berupa barang, agar dapat terwujud secara menyeluruh dan
komprehensif.
Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk menjelaskan penegertian atas
pelayanan publik dan barang publik, keterkaiatan atas pelayanan publik dan barang
publik atas kondisi perekonomian atau pada kondisi iklim investasi, permasalahan –
1Tulisan ini adalah bahan diskusi Tim Perumus Simposium Ekonomi Nasional 2009 oleh BEM FEUI
2Mahasisawa Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 2/13
2
permasalahan atas pelayanan publik berupa barang dan jasa, dan penjabaran atas upaya
yang telah digagas oleh ahlli ekonomi publik dalam memperbaiaki pelayanan publik
II. Tinjauan Literatur
II.1. Pelayanan Publik
Pelayanan Publik merupakan sebuah kewajiban yang dilakukan oleh sebuah
kepemerintahan suatu negara tas negara yang dikelolonya. Dan dari sisi mayarkayt
merupakan sebuah Ha yang harus di terima. Hudges (1992) mengatakan bahwa
Organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik, dan karenanya harus bertanggung
jawab kepada publik.
Pada dasarnya pelayanan public adalah kepercayaan publik. “Public service is a
public trust. Citizens expect public servants to serve the public interest with fairness and
to manage public resources properly on a daily basis. Fair and reliable public services
inspire public trust and create a favourable environment for businesses, thus contributing
to well-functioning markets and economic growth,” Dengan demikian, kualitas pelayanan
publik merupakan salah satu strategic issue bagi aparatur negara yang harus
diaktualisasikan dalam kerangka membangun kepercacayaan public. ( OECD (2000))
3
Negara dalam upaya mencapai tujuannya, pastilah memerlukan perangkat negara
yang disebut dengan pemerintah dan pemerintahannya. Dalam hal ini pemerintah pada
hakekatnya adalah pelayanan kepada masyarakat. Ia tidaklah diadakan untuk melayani
dirinya sendiri, tetapi melayani masyarakat serta menciptakan kondisi agar setiap anggota
masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya (Rasyid, 1998:139).
Etika pelayanan publik adalah: ”suatu cara dalam melayani publik dengan
menggunakan kebiasaan-kebiasaan yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau
norma-norma yang mengatur tingkah laku manusia yang dianggap baik” (Kumorotomo,
1996:7). Lebih lanjut dikatakan oleh Putra Fadillah (2001:27), etika pelayanan publik
adalah: ”suatu cara dalam melayani publik dengan menggunakan kebiasaan-kebiasaan
yang mengandung nilai-nilai hidup dan hukum atau norma yang mengatur tingkah laku
3 Dimensi Kepemimpinan Aparatur dalam Perspektif Pelayanan Publik: Building the Trust, Oleh A. Aziz Sanapiah
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 3/13
3
manusia yang dianggap baik”. Sedangkan etika dalam konteks birokrasi menurut
Dwiyanto (2002:188): ”Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu panduan norma bagi
aparat birokrasi dalam menjalankan tugas pelayanan pada masyarakat. Etika birokrasi
harus menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi, kelompok, dan
organisasnya. Etika harus diarahkan pada pilihan-pilihan kebijakan yang benar-benar
mengutamakan kepentingan masyarakat luas”.4
II.2. Pengertian barang publik
Barang publik secara umum diartikan berdasarkan tingkat dua karakteristik utama
yang dimilikinya : (1) konsumsi bersama (non rivalry) dan (2) non eksklusif.5
Konsumsi bersama mengacu pada ide bahwa ada beberapa barang yang
manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu orang pada waktu yang sama. Misalnya,
budi dan tedi dapat menikmati oksigen di udara di kantor mereka secara bersamaan.
Konsumsi budi terhadap oksigen di udara tidak akan mengurangi jumlah oksigen yang
tersedia bagi tedi. Dalam kasus ini, konsumsi budi dan konsumsi tedi dikatakan non-rival.
Ada banyak contoh barang yang menawarkan konsumsi non-rival. Dua orang dapat
menonton sepak bola tanpa mengurangi kenikmatan orang lain. Para densusu 88 yang
berkerja menangkap para teroris untuk keamana masyarakat. Pekerjaan seorang diplomatatau perlindungan kapal nuklir dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, dan manfaat
yang diterima seseorang tidak mengurangi manfaat yang diterima orang lain.
Ada beberapa barang yang tidak bersifat konsumsi bersama. Dua orang tidak
dapat mengkonsumsi ketoprak secara bersama-sama. Manfaat dan kepuasan budi
memakan ketoprak tidak akan tersedia bagi tedi. Karena jika memeng terjadi, budi dan
tedi memakan ketoprak tersebut bersama-sama, maka kepuasann yang akan terjadi akan
berbeda atau kurang dibandingkan jika sendiri – sendiri. Oleh karena itu, ketika konsumsi
barang oleh seseorang tidak dapat dikonsumsi oleh orang lain, konsumsi dua orang
tersebut disebut rival.
4 Mewujudkan Birokrasi Yang Mengedepankan Etika Pelayanan Ublik , Oleh I Wayan Sudana 5
Economics of The Public sector, by Joseph E. Stiglitz
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 4/13
4
Karakteristik kedua yang membedakan barang publik dengan barang swasta
adalah non-eksklusifitas. Untuk beberapa barang, kemampuan teknik untuk
mengecualikan konsumsi orang-orang yang tidak membayar merupakan hal rutin. Untuk
barang lain, pengecualian tersebut tidak dimungkinkan. Hanya karena terdapat suplai
lontong sayur tidak berarti semua orang dapat menikmatinya. Jika anda tidak membayar
penjual lontong sayur, anda tidak akan mendapat lontong sayur tersebut tersebut.
Non-eksklusifitas terjadi ketika seseorang dapat menikmati manfaat barang baik
dengan membayar maupun tidak. Misalnya, jika lingkungan telah menyemprot nyamuk,
sulit untuk mencegah orang lain yang tidak membayar untuk menikmati hasil semprotan
tersebut. Atau dengan skala yang lebih luas, jika terdapat sistem pertahanan negara,
semua penduduk dapat memperoleh manfaat baik membayar pajak atau tidak. Ini tidak
berarti bahwa perusahaan pencari-keuntungan akan mensuplai barang yang bersifat non-
eksklusifitas.
II.3. Efisiensi Pareto
Efisiensi Pareto menyatakan bahwa suatu keadaan lebih diinginkan dibandingkan
yang lain jika menghasilkan perbaikan satu individu atau lebih tanpa merugikan
kesejahteraan orang lain. Ketika satu titik dicapai dimana memperbaiki sejumlah orangakan merugikan kesejahteraan orang lain, dikatakan telah mencapai titik optimal Pareto.
Optimalitas Pareto merupakan kriteria hati-hati. Ia menolak setiap gerakan yang
membahayakan setiap orang meski manfaat untuk beberapa orang akan merugikan orang
lain.6
Optimalitas Pareto merupakan sasaran sistem pertukaran sukarela. Dalam kasus
barang swasta, mengapa dua individu bebas melakukan transaksi kecuali keduanya
merasa situasi ekonomi mereka akan meningkat? Jika masyarakat merasa keadaan
ekonomi mereka akan memburuk dengan melakukan kontrak, mereka tidak akan
melakukannya. Jika kita menganggap transaksi ekonomi sebagai bentuk sistem
pemilikan, kita dapat mengatakan bahwa keputusan pertukaran sukarela dibuat atas dasar
kesepakatan bersama.
6Economics of The Public sector, by Joseph E. Stiglitz
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 5/13
5
III. Kondisi Pelayanan Publik di Indonesia
1. High Cost Economy
Iklim Investasiyang merupakan salah satau faktor penting bagi perekonomian
seuatau negara juga dipengaruhi oleh pelayanan publik dalam pemprosesannya atau
birokarsi. Lamanya waktu yang terbuang serta tingginya biaya yang dikeluarkan untuk
memulai suatu usaha baru di Indonesia. Baik bagi sisi Asing ataupun dalam negeri,
merupakan suatu yang perlu dipertimbangkan.
Tabel 1.1 Hambatan Jalannya Bisnis7
Indonesia Pakistan Philipina Banglades CinaAnti Kompetisi 17.3 21.3 24.3 29.3 17.6
Lisensi Bisnis dan Izin Usaha 17.5 14.5 13.5 16.5 15.9
Korupsi 38.2 40.4 35.2 57.8 22.4
Pungutan liar 3.4 2.0 1.9 2.5 1.8
terhadap Penerimaan
Dilihat pada Tabel 1.1, pada anti kompetisi Indonesia menduduki peringkat
terakhir. Lama nya Lisensi Bisnis dan Izin Usaha pada urutan yang pertama, hal ini
menandakan sulitnya para Investor dalam menginvestasikan dananya ke Indonesia, danahal ini pula yang dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan memperburuk
iklim Insvestasi dalam negeri. Sedangkan jika dibandingkan neagara berkembanga
lainnya di Asia, Indonesia menempati posisi teraats dalam hal pembuatan izin usaha
paliing lama dan panjangnya prosedur yang harus dilalui perusahan dalam memulai usaha
baru.
Korupsi, seperti yang kita ketahui tingkat korupsi merupakan hal penting dalam
memeperhatiakan ketidaka efisienan suatu negara, namun sangat memprihatinkan
ternyata Indonesia mempati posisi ketiga ketiga tertinggi dalam hal Korupsi (The
Investment Climate Study, 2005) setelah Banglades dan Pakistan,
“korupsi merupakan titik kulminasi dari proses hubungan kolusi yang
sistemik antara pelaku institusi politik (baik politikus atau birokrat) dengan
7Laporan ADB dan Bank Dunia, May 2005
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 6/13
6
pelaku ekonomi (baik ekonomi privat atau masyarakat biasa) yang relatif
kontinyu sehingga menghasilkan semacam situasi dilematis (reconfusion)
dalam menentukan batas-batas ruang lingkup „publik‟ dan „privat”‟.8
Kata kolusi di atas merujuk pada pengertian adanya kesepakatan rahasia untuk
kepentingan kedua belah pihak yang biasanya bersifat ilegal atau pemalsuan, sementara
bentuk titik kulminasi di atas misalnya skandal terbuka, kebangkrutan ekonomi negara,
bahkan kudeta, atau revolusi sosial.
Pungutan Liar terhadap penerimaan pada urutan tertinggi, yang menandakan
bahwa banyaknya adaministratif yang ilegal yang pada nyatanya sangat membebankan
para perusahaan dalam pengoprasian produksinya.
2. Penyediaan barang Publik
Kondisi barang publik yang diberikan oleh pemerintah tidaklah disertai dengan
perawatan oleh pemerintah, akibatnya selain habisnya dana yang besar dalam
membangun hal tersebut, namun juga mengganngu jalannya perekonomian, sebagai salah
satu contoh, jalan raya, jalan raya sangatlah diperlukan oleh para pengusaha dalam
memproduksi.
Pada dasarnya, penyediaan barang publik dapat dikatagorikan pada menajadi dua,
yaitu yang terlibat lagsung dan yang tidak terlibat langsung bagi perekonomian. Bagi
Barang publik yang tidak terlibat langsung dalam perekonomian, karena butuh waktu
atau proses yang lama untuk merasakan hasil atas kebijakan tersebut, seperti pada Sektor
Kesehatan dan Pendidikan. Sektor Kesehatan: Rumah sakit, puskesmas, Sektor
Pendidikan : Bangunan Sekolahan, Perpustakaan Umum. Penyediaan barang publik
berupa Infrastruktur yang terlibat langsung daam perekonomian, seperti pembangunan
Pasar, Baik Tradisional atau yang modern, Pembangunan jalan buat transportasi bahan
baku serta barang jadi bagi kegiatan perkeonomian, pelabuhan dan airport yang
digunakan sebagai tempat ekspor dan impor.
8 Ahmad Zaenal Fanani, SHI “Optimalisasi Pelayanan Publik; Persepektif David Osborne
dan Ted Gaebler”
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 7/13
7
Penyedian barang publik atas perekonomian sebuah negara sanagatlah vital atau
penting keberadaanya. Di Indonesia, belanja keperluan publik telah menyerap sekitar 30-
40% dari anggaran belanja negara. Pada beberapa departemen pemerintah, seperti
Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Pendidikan Nasional, pengeluaran
pengadaan barang dan jasa publik berkisar antara 60 % - 70% setiap tahun anggaran.
Oleh sebab itu, belanja negara dalam pengadaan barang dan jasa publik harus disertai
dengan proses yang jujur dan pengelolaan secara tepat. Berbagai langkah harus diambil
untuk mengurangi dan meminimalisir potensipenyimpangan dan pelanggaran. Besarnya
angka belanja negara dalam pengadaan barang dan jasa sangat rentan korupsi. Menteri
Negara BUMN, Soegiharto, memprakirakan bahwa 80% dari korupsi dan penyelewengan
di BUMN terjadi di bidang pengadaan barang dan jasa. Menurut Indeks Pembayaran
Suap TI tahun 2002, sektor bisnis yang rawan terjadi suap adalah: Pekerjaan
Umum/konstruksi (46%); senjata dan pertahanan (38%); minyak dan gas (21%);
keuangan (15%); dan perumahan (11%).
IV. Upaya Perbaikan Pelayanan Publik di Indonesia
IV.1. Upaya Perbaikan Pelayanan Publik atas jasa
1. Reinventing Government dan Optimalisasi Pelayanan9
Gagasan Reinventing Government yang dicetuskan oleh David osborne dan Ted
Gaebler (1992) adalah gagasan mutakhir yang mengkritisi dan memperbaiki konsep-
konsep dan teori-teori klasik untuk optimalisasi pelayanan publik. Gagasan-gagasan
Osborne dan Gaebler tentang Reinventing Government mencakup 10 prinsip untuk
mewirausahakan birokrasi dan mengoptimalisasi pelayanan Publik. Adapun 10 prinsip
tersebut adalah:
Pertama, pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh. Artinya,
jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai
9 Ulasan 10 prinsip Reinventing Government ini secara utuh bisa dilihat dalam David Osborne dan Ted Gaebler,
Reinventing; atau terjemahannya Mewirausahakan, hlm. 29-343. sebagai bahan pelengkap juga baca David
osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul
Rasyid dan Ramelan, Jakarta: PPM, 2000.- Optimalisasi Pelayanan Publik: Perspektif David Osborne Dan
Ted Gaebler Oleh: Ahmad Zaenal Fanani, Shi., M.Si
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 8/13
8
pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang
mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih
berkonsentrasi pada pembuatan kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada
disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis pelayanan (mengayuh).
Kedua, pemerintahan milik rakyat: memberi wewenang ketimbang melayani.
Artinya, birokrasi pemerintahan yang berkonsentrasi pada pelayanan menghasilkan
ketergantungan dari rakyat. Hal ini bertentangan dengan kemerdekaan sosial ekonomi
mereka. Oleh karena itu, pendekatan pelayanan harus diganti dengan menumbuhkan
inisiatif dari mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat, kelompok-kelompok
persaudaraan, organisasi sosial, untuk menjadi sumber dari penyelesaian masalah mereka
sendiri. Pemberdayaan semacam ini nantinya akan menciptakan iklim partisipasi aktif
rakyat untuk mengontrol pemerintah dan menumbuhkan kesadaran bahwa pemerintah
sebenarnya adalah milik rakyat.
Ketiga, pemerintahan yang kompetitif : menyuntikkan persaingan ke dalam
pemberian pelayanan. Artinya, berusaha memberikan seluruh pelayanan tidak hanya
menyebabkan resources pemerintah menjadi habis terkuras, tetapi juga menyebabkan
pelayanan yang harus disediakan semakin berkembang melebihi kemampuan pemerintah
(organisasi publik), hal ini tentunya mengakibatkan buruknya kualitas dan efektifitas
pelayanan publik yang dilakukan mereka. Oleh karena itu, pemerintah harusmengembangkan kompetisi (persaingan) di antara masyarakat, swasta dan organisasi non
pemerintah yang lain dalam pelayanan publik. Hasilnya diharapkan efisiensi yang lebih
besar, tanggung jawab yang lebih besar dan terbentuknya lingkungan yang lebih inovatif.
Keempat , pemerintahan yang digerakkan oleh misi: mengubah organisasi yang
digerakkan oleh peraturan. Artinya, pemerintahan yang dijalankan berdasarkan peraturan
akan tidak efektif dan kurang efisien, karena bekerjanya lamban dan bertele-tele. Oleh
karena itu, pemerintahan harus digerakkan oleh misi sebagai tujuan dasarnya sehingga
akan berjalan lebih efektif dan efisien. Karena dengan mendudukkan misi organisasi
sebagai tujuan, birokrat pemerintahan dapat mengembangkan sistem anggaran dan
peraturan sendiri yang memberi keleluasaan kepada karyawannya untuk mencapai misi
organisasi tersebut.
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 9/13
9
Kelima, pemerintahan yang berorientasi hasil : membiayai hasil, bukan
masukan. Artinya, bila lembaga-lembaga pemerintah dibiayai berdasarkan masukan
(income), maka sedikit sekali alasan mereka untuk berusaha keras mendapatkan kinerja
yang lebih baik. Tetapi jika mereka dibiayai berdasarkan hasil (outcome), mereka
menjadi obsesif pada prestasi. Sistem penggajian dan penghargaan, misalnya, seharusnya
didasarkan atas kualitas hasil kerja bukan pada masa kerja, besar anggaran dan tingkat
otoritas.
Keenam, pemerintahan berorientasi pelanggan: memenuhi kebutuhan
pelanggan, bukan boirokrasi. Artinya, pemerintah harus belajar dari sektor bisnis di
mana jika tidak fokus dan perhatian pada pelanggan (customer ), maka warga negara tidak
akan puas dengan pelayanan yang ada atau tidak bahagia. Oleh karena itu, pemerintah
harus menempatkan rakyat sebagai pelanggan yang harus diperhatikan kebutuhannya.
Pemerintah harus mulai mendengarkan secara cermat para pelanggannya, melaui survei
pelanggan, kelompok fokus dan berbagai metode yang lain.
Ketujuh, pemerintahan wirausaha: menghasilkan ketimbang membelanjakan.
Artinya, sebenarnya pemerintah mengalami masalah yang sama dengan sektor bisnis,
yaitu keterbatasan akan keuangan, tetapi mereka berbeda dalam respon yang diberikan.
Daripada menaikkan pajak atau memotong program publik, pemerintah wirausaha harus
berinovasi bagaimana menjalankan program publik dengan dengan sumber dayakeuangan yang sedikit tersebut. Dengan melembagakan konsep profit motif dalam dunia
publik, sebagai contoh menetapkan biaya untuk public service dan dana yang terkumpul
digunakan untuk investasi membiayai inoasi-inovasi di bidang pelayanan publik yang
lain. Dengan cara ini, pemerintah mampu menciptakan nilai tambah dan menjamin hasil,
meski dalam situasi keuangan yang sulit.
Kedelapan, pemerintahan antisipatif : mencegah daripada mengobati. Artinya,
pemerintahan tradisional yang birokratis memusatkan pada penyediaan jasa untuk
memerangi masalah. Misalnya, untuk menghadapi sakit, mereka mendanai perawatan
kesehatan. Untuk menghadapi kejahatan, mereka mendanai lebih banyak polisi. Untuk
memerangi kebakaran, mereka membeli lebih banyak truk pemadam kebakaran. Pola
pemerintahan semacam ini harus diubah dengan lebih memusatkan atau berkonsentrasi
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 10/13
10
pada pencegahan. Misalnya, membangun sistem air dan pembuangan air kotor, untuk
mencegah penyakit; dan membuat peraturan bangunan, untuk mencegah kebakaran.
Kesembilan, pemerintahan desentralisasi: dari hierarki menuju partisipasi dan
tim kerja. Artinya, pada saat teknologi masih primitif, komunikasi antar berbagai lokasi
masih lamban, dan pekerja publik relatif belum terdidik, maka sistem sentralisasi sangat
diperlukan. Akan tetapi, sekarang abad informasi dan teknologi sudah mengalami
perkembangan pesat, komunikasi antar daerah yang terpencil bisa mengalir seketika,
banyak pegawai negeri yang terdidik dan kondisi berubah dengan kecepatan yang luar
biasa, maka pemerintahan desentralisasilah yang paling diperlukan.
Dan prinsip yang kesepuluh adalah pemerintahan berorientasi pasar:
mendongkrak perubahan melalui pasar . Artinya, daripada beroperasi sebagai pemasok
masal barang atau jasa tertentu, pemerintahan atau organisasi publik lebih baik berfungsi
sebagai fasilitator dan pialang dan menyemai pemodal pada pasar yang telah ada atau
yang baru tumbuh. Pemerintahan entrepreneur merespon perubahan lingkungan bukan
dengan pendekatan tradisional lagi, seperti berusaha mengontrol lingkungan, tetapi lebih
kepada strategi yang inovatif untuk membentuk lingkungan yang memungkinkan
kekuatan pasar berlaku. Pasar di luar kontrol dari hanya institusi politik, sehingga strategi
yang digunakan adalah membentuk lingkungan sehingga pasar dapat beroperasi dengan
efisien dan menjamin kualitas hidup dan kesempatan ekonomi yang sama.
10
2. Pembentukan Komisi Kepegawaian untuk Mereformasi Birokrasi
Salah satu yang menyumbangkan atas permasalahan buruknya pelayan Publik di
Indonesia baik barang dan jasa adalah banyaknya para aparatur – aparatur pemerintah
atau PNS tidaklah berkerjseacara profesionalisme maka merelesaikan Gagasan
pembentukan komisi kepegawaian untuk mereformasika Birokrasi dijalankan. Gagasan
tersebut , yang mana merupakan salah satu hasil penelitian The Habibie Center yang
disampaikan dalam acara Refleksi Akhir Tahun 2005 dan Perspektif Awal Tahun
2006,pernah dicetuskan oleh Direktur Program dan Riset The Habibie Center Dr Dewi
Fortuna Anwar.
10ibid
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 11/13
11
IV.2. Upaya Perbaikan Pelayanan Publik atas barang
1. Pemantauan dan Perbaikan Barang Publik
Pemantauan dan Perbaikan atas Barang publik yang telah ada sanagatlah
dibutuhkan, mengingat dana yanf dikeluarkan atas pembuatan barang tersebuat
tidakalah murah. Selaian itu, jika kondisi barang publik tidak baikan atau rusak, maka
akan mempengaruhi produktivitas perekonomian negara tersebut.
2. Transparansi seleksi atas penyedian barang publik
Dengan Transparansi seleksi atas penyediaan barang publik diharapakan dalampengadaan barang publik tidak terjadi kecurangan – kecurangan seperti Korupsi, Kolusi,
Nepotisme (KKN), yan semua itu dapat merugikan negara dan perekonomian. Barang
publik yang sediakan dapat menghabiskan biaya tinggi, namun nilai keguanan serta
kualitas yang dirasakan sanagatlah rendah.
V. Kesimpulan
Pelayanan Publik atas barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah haruslah
kompetitif dan profesional. Kompetitif berarti barang publik dalam pelayanan dan
kegunaanya terhadap pelaku bisnis dan masyarakat dapat berkompitisi dengan barang
private yang disediakan oleh swasta. Prefesional berarti barang publik dalam
pengadaannya harus menggunakan pendekatan organisatif dan sistemastis. Dalam
penerapannya, barang publik yang kompetitif dan profesional haruslah diterapkan di
segala sektor, baik sektor yang sifatnya pelayanan umum berupa jasa ataupun berupa
barang, agar dapat terwujud secara menyeluruh dan komprehensif.
Dalam pelayanan publik, kita harus ingat, bahwa Pemerintah sanalah seperti
Organisasi publik, yang mana Organisasi publik dibuat oleh publik, untuk publik, dan
karenanya harus bertanggung jawab kepada publik. Barang publik secara umum diartikan
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 12/13
12
berdasarkan tingkat dua karakteristik utama yang dimilikinya : (1) konsumsi bersama
(non rivalry) dan (2) non eksklusif
Kondisi Pelayanan Publik Di Indonesia yang masih belum dikatagorikan baik ini,
turut menyumbang lemahnya pertembuhan ekonomi di tanaha air, dari sisi anti
Kompetisi, lisensi Bisnis dan Izin Usaha, Korupsi, Pungutan Liar. Indonesia diantara
negara – neagra lainnya bukanlah termassuk dalam katagori yang dapat di contoh. Dalam
hal penyediaan barang publik, jangan membedakan anatara pelayanan barang publik yang
langsung mempengaruhi perekonomian denga yang tidak langsung, karena negara ini
tidaklah dibangun dan berjalan 10 atau sampai 100 tahun saja.
Reinventing Government yang digagas oleh David Osborne dan Ted Gaebler
menemukan titik relevansinya dalam konteks optimalisasi pelayanan publik. 10 prinsip
yang terkandung di dalamnya, yakni pemerintah seharusnya lebih berfungsi mengarahkan
ketimbang mengayuh, memberi wewenang ketimbang melayani, menyuktikkan
persaingan (kompetisi) dalam pemberian pelayanan.
Dalam hal, memantau serta meningkatkan kinerja dari aparatur pemeritaha maka
Pembentukan Komisi Kepegawaian untuk Mereformasi Birokrasi perlu dilaksanakan.
Dan untuk memperbaiki kualitas dan menekan biaya atas penyediaan baranf publik maka
perlu adanya pemantauan serta transparansi dalam penyediaan arang publik.
5/11/2018 Terwujudnya Pelayanan Publik yang Kompetitif dan Profesional (2009) - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/terwujudnya-pelayanan-publik-yang-kompetitif-dan-profesional-2009 13/13
13
Daftar Pustaka
David osborne dan Peter Plastrik, Memangkas Birokrasi: Lima Strategis Menuju
Pemerintahan Wirausaha, terj. Abdul Rasyid dan Ramelan, Jakarta: PPM, 2000.
Ahmad Zaenal Fanani, SHI “Optimalisasi Pelayanan Publik; Persepektif David
Osborne dan Ted Gaebler”
Inu Kencana Syafi'i, dkk., Ilmu Administrasi Publik , Jakarta: Rineka cipta, 1999.
World Bank, (2007), Indonesia Public Expenditure Review , Conference Edition.
I Wayan Sudana, “Mewujudkan birokrasi yang menegdepankan Etika Pelayanan
Publik”.
Stiglitz, Joseph E. Economics of The Public Sector , New York : W.W. Norton &
Company, 2000.