Panduan Kompetitif 2012

download Panduan Kompetitif 2012

of 111

Transcript of Panduan Kompetitif 2012

BAB I PENDAHULUAN1.1. LATAR BELAKANG

Kegiatan Kompetitif LIPI merupakan pengejawantahan dari Visi Misi Iptek 2025, Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahap Kedua 20102014, Visi Misi Lembaga Litbang dan Naskah Akademik (Buku Putih Iptek 2025) Sebagaimana dimaklumi, bahwa tahun 2009 merupakan tahun terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahap pertama dari 4 (empat) tahap RPJM yang ada dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005 - 2025. Tahun 2009 juga merupakan tahun terakhir Rencana Strategis LIPI (2005 2009). Oleh karenanya sejak tahun 2011 telah terjadi perubahan-perubahan kegiatan ini dengan penyesuaianpenyesuaian yang terkait. Dalam rumusan RPJM Tahap Kedua (2010 - 2014), pembangunan diarahkan kepada proses pemantapan penataan kembali Indonesia di segala bidang dengan menekankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia termasuk pengembangan kemampuan ilmu dan teknologi serta penguatan daya saing perekonomian. Bidang-bidang yang menjadi sorotan dalam RPJM Tahap Kedua (2010 2014) adalah bidang Pertahanan dan Keamanan, Hukum, Politik, Pelayanan Publik, Kesejahteraan Rakyat, Daya Saing Perekonomian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) dan Lingkungan Hidup (LH). RPJM Nasional II ini menjadi acuan LIPI dalam menyusun Rencana Strategis dan melaksanakan program dan kegiatannya selama 2010 2014 sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. LIPI mengarahkan dirinya untuk menguasai bidang keilmuan untuk menangani masalah yang berhubungan dengan

1

pangan, energi, obat-obatan, transportasi, pertahanan, dan teknologi informasi sesuai dengan dokumen Buku Putih Enam Bidang Prioritas Pembangunan Iptek 20052025 yang dikeluarkan oleh Kementerian Negara Riset dan Teknologi. LIPI memandang penting untuk melanjutkan Agenda Pembangunan Nasional sebagaimana diamanatkan dalam RPJM Nasional I (20052009) yaitu menciptakan Indonesia yang aman dan damai, mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia melalui kegiatan penelitian dan pengembangan Iptek. LIPI akan memperhatikan program prioritas nasional penelitian dan pengembangan iptek sebagaimana tertera dalam dokumen perencanaan pembangunan nasional (Bappenas) dengan tetap memperhatikan aspek sumberdaya alam dan lingkungan hidup dan dinamika politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan, keamanan (poleksosbud-hankam) secara keseluruhan. LIPI menempatkan berbagai agenda pembangunan nasional ke dalam program dan berbagai kegiatan. Selama ini LIPI telah memperlihatkan rekaman jejak berbagai kegiatan riset dan pengembangan disiplin keilmuan yang sangat mendalam dan menekankan pada peningkatan core competence melalui Program Tematiknya. LIPI telah menghasilkan berbagai luaran yang bermutu di berbagai disiplin keilmuan. Melalui pendekatan ini, LIPI menjadi Lembaga Keilmuan yang paling luas spektrumnya di negeri ini. Program Tematik, proposalnya dibuat sesuai dengan minat dan kompetensi masing-masing, disusun secara bottom up sehingga ada kecenderungan bahwa kegiatan LIPI divergen, berskala kecil, dan kurang mampu menjawab sejumlah persoalan mendasar yang dihadapi bangsa dan negara yang saat ini menuntut pendekatan multidisipliner. Berangkat dari kenyataan di atas, sejak 17 April 2002 LIPI memutuskan untuk melaksanakan program baru yaitu Program Kompetitif dengan tema-tema kegiatan yang ditetapkan oleh jajaran Pimpinan LIPI berdasarkan analisis atas isu-isu yang strategis dan/atau mendesak untuk ditangani.

2

Peneliti LIPI dari berbagai disiplin keilmuan diundang untuk ikut serta dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia melalui kegiatan multidisiplin. Seiring dengan perkembangan politik dan keinginan keras dari Pemerintah untuk lebih mengefisienkan seluruh sumber daya yang dimiliki bangsa ini, diputuskan bahwa setiap lembaga Penelitian hanya diberikan jatah untuk mengerjakan satu Program Dasar dan satu Program Teknis. Dengan demikian, nomenklatur Program Kompetitif berubah menjadi Kegiatan Kompetitif. Uraian lebih terinci dari Kegiatan Kompetitif LIPI disajikan dalam buku pedoman ini. Salah satu esensi utama yang ingin diangkat melalui Kegiatan Kompetitif LIPI ini adalah mensinergikan berbagai kemampuan yang dimiliki LIPI, baik secara lintas satuan kerja maupun lintas kedeputian, untuk menjawab suatu permasalahan tertentu atau menghasilkan produk tertentu. Dengan pendekatan multidisipliner ini diharapkan LIPI mampu menghasilkan luaranluaran yang lebih signifikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dan bangsa Indonesia. Melalui mekanisme ini, diharapkan kemampuan LIPI mengharmoniskan antara integritas keilmuan dan tanggung jawab sosial meningkat. Kegiatan Kompetitif LIPI bersifat top down, bersifat strategis, multidimensi, multidisiplin, multiinstitusi, dan multiyears. Panduan ini disusun sebagai sarana sosialisasi Kegiatan Kompetitif dan arahan pelaksanaan kegiatan. Melalui penyempurnaan bertahap dan terus-menerus terhadap seluruh tahapan proses Kegiatan Kompetitif mulai dari proses perencanaan, proses seleksinya, pemantauan, dan evaluasinya, diharapkan pelaksanaan Kegiatan Kompetitif LIPI dapat mencapai sasaran secara lebih efektif, efisien dan taat azas. 1.2. LANDASAN HUKUM

Kegiatan Kompetitif LIPI dilaksanakan mengacu pada peraturan perundang-undangan :

3

- Undang-undang no 17 tahun 2003, tentang Keuangan Negara; - Undang-undang no 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara; - Undang-undang RI no 18 tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; - Peraturan Pemerintahan no 8 tahun 2006 tentang Pelayanan dan Kinerja Instansi Pemerintah; - Peraturan Pemerintah no 20 tahun 2005 tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan; - Keputusan Presiden no 103 tahun 2001 tentang Kdudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen 1.3. VISI DAN MISI LIPI

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dinyatakan bahwa visi pembangunan nasional adalah menuju Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Visi tersebut dicapai melalui 8 (delapan misi pembangunan, yakni (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berlandaskan falsafah Pancasila, (2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) Mewujudkan masyarakat yang demikratis berdasarkan hukum, (4) Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, (5) Mewujudkan pemerataan pembangunan, (6) Mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, (8) Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan internasional. Visi dan misi pembangunan nasional di atas kemudian dijabarkan dalam lingkup penyelenggaraan ilmu pengetahuan

4

dan teknologi di Indonesia. Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) telah merumuskan visi secara nasional, yaitu mengangkat harkat, martabat, dan derajat manusia Indonesia melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kerangka acuan falsafah Pancasila yang dipandang masih relevan dengan keadaan saat ini maupun di masa mendatang. Dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, dinyatakan bahwa Visi RPJMN 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan. Di tengah perubahan dunia yang sangat dinamis, LIPI yang merupakan salah satu garda depan dalam mendorong agar visi pembangunan nasional dapat tercapai melalui landasan keilmuan yang mendasar, mencanangkan Visi : Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, makmur, cerdas, kreatif, dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis. Dalam upaya mencapai visi jangka panjang tersebut, dan sejalan dengan Visi Pembangunan 2010-2014, LIPI menetapkan Visi (target capaian) tahun 2014, sebagai berikut : Menjadi lembaga ilmu pengetahuan yang berada dalam peringkat kelompok terbaik dunia dalam menghasilkan IPTEK guna meningkatkan kualitas SDM dan memperkuat daya saing perekonomian nasional. Untuk mencapai visi tersebut, dan dengan memperhatikan Misi Pembangunan Nasional 2010-2014, maka LIPI menetapkan 5 (lima) misi yang akan dilaksanakan di masa mendatang, yaitu : 1) Menciptakan great science (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional; 2) Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI;

5

3) Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan; 4) Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional; 5) Memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem). 1.4. TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS LIPI Tujuan dan sasaran pada masing-masing misi adalah sebagai berikut : 1) Menciptakan great science (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Tujuan : Memperkuat kompetensi inti (melalui penelitian dan pengembangan) untuk menciptakan dan menemukan pengetahuan baru yang berdampak luas; Meningkatkan nilai invensi (penciptaan) dan penemuan yang diintegrasikan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya inovasi bernilai ekonomi. Sasaran : Meningkatkan kualitas pengetahuan para peneliti yang diukur dari peningkatan pendidikan dan jenjang pada jabatan fungsional; Meningkatkan hasil dan kapasitas penelitian yang diukur dari peningkatan jumlah publikasi dan HKI; Terungkapnya potensi kekayaan alam dan budaya Indonesia yang diukur dari jumlah catatan (record) dan spesies baru.

6

Meningkatnya kreativitas dalam menciptakan iptek yang bernilai ekonomis yang diukur dari jumlah hasil yang dipakai; Memperkuat jaringan antara LIPI dengan industri dan pihak terkait lainnya dalam meningkatkan adopsi inovasi yang diukur dari jumlah kerja sama. 2) Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance memantapkan NKRI. Tujuan : Mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good governance. Sasaran : Tersedianya timbangan ilmiah dan rekomendasi untuk menjawab isu nasional, yang diukur dari jumlah saran kebijakan dan timbangan ilmiah dari LIPI; Mendorong agar hasil kajian kebijakan LIPI dipakai sebagai rujukan, yang diukur dari jumlah hasil kajian kebijakan yang dipakai. 3) Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsipprinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan. Tujuan : Turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) dan humanis melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pengetahuan. Sasaran : Meningkatnya akses terhadap pengetahuan yang diukur dari frekuensi interaksi dan jumlah keikutsertaan dalam aktivitas ilmiah nasional, regional dan internasional;

7

Meningkatnya perilaku rasional dalam masyarakat, yang diukur dari jumlah kegiatan dan peserta berbagai aktivitas pemasyarakatan iptek LIPI. 4) Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional. Tujuan : Turut memperjuangkan kepentingan nasional dan posisi tawar Indonesia di dunia internasional; Meningkatkan kontribusi dan keterlibatan ilmiah Indonesia pada aras internasional. Sasaran : Meningkatnya peran LIPI dalam pergaulan dunia internasional, yang diukur dari jumlah keikutsertaan dalam organisasi dan berbagai pertemuan ilmiah regional dan internasional. 5) Memperkuat infrastruktur dan sistem kelembagaan. Tujuan : Meningkatkan, memelihara dan memanfaatkan sarana atau prasarana penelitian, infrastruktur dan standar ilmiah, dokumentasi dan pemanfaatan informasi ilmiah; Memantapkan sistek manajemen kelembagaan. Sasaran : Tersedianya sarana dan prasarana penelitian yang memenuhi kebutuhan, yang diukur dari jumlah sarana dan prasarana penelitian yang baik yang dipakai untuk kegiatan; Terwujudnya Tata Kelola Organisasi yang Baik (Good Corporate Governance) yang dapat diukur dengan terlaksananya perencanaan, pelaksanaan, dan

8

pengawasan kegiatan yang berkualitas dan akuntabel serta peningkatan status pengelolaan administrasi keuangan dan inventaris LIPI yang tertib dan taat asas sehingga tercapai penilaian Wajar Tanpa Pengecualian; Terbinanya SDM yang diukur dari terpenuhinya kebutuhan kompetensi satuan kerja. 1.5. TANGGUNG JAWAB DAN LANDASAN ETIKA LIPI

Dalam menjalankan misi dan upaya mencapai tujuan, LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan, yang tidak hanya menjalankan tugas kepemerintahan, tetapi juga menjalankan tugas negara, merumuskan posisinya dengan 3 (tiga) tanggung jawab, yaitu: (1) Tanggung jawab kepada dunia ilmu pengetahuan; (2) Tanggung jawab kepada masyarakat; dan (3) Tanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, LIPI memperhatikan hal pokok, yakni Premis Dasar dan Landasan Etika, yaitu : 1) Premis Dasar Beberapa premis dasar perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut : Ilmu pengetahuan bersifat netral dan mengandung nilainilai yang universal; Teknologi, sebagai penerapan dari ilmu pengetahuan, berciri keberpihakan, yang bergantung pada kepentingan yang dibebankan padanya. Sejarah membuktikan bahwa teknologi dapat menjadi wahana bagi pemenuhan kepentingan ekonomi, politik, eksistensi suatu bangsa, termasuk isu-isu global mutakhir (HAM, demokratisasi, lingkungan, dan sebagainya); Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) mempunyai ciri untuk selalu memperbaharui dirinya. Sifatnya yang

9

selalu memperbaharui diri, menghendaki adanya kondisi yang memungkinkan tumbuh berkembangnya iptek secara nasional dan penempatan perannya sebagai unsur pembaharu yang mampu melahirkan karya-karya baru yang dapat memperkuat posisi daya saing bangsa; Kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian, dan kebebasan mimbar dalam rangka penguasaan, penerapan, dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dijamin melalui keberadaan lembaga iptek yang independen; dan Ilmuwan mempunyai posisi ganda (sebagai pelaku yang mencari kebenaran dan mengemban tanggung jawab sosial dalam pembangunan nasional), berpikir dan bertindak obyektif, serta menjunjung tinggi kebenaran 2) Landasan Etika LIPI bersepakat dengan deklarasi para ilmuwan dunia yang dinyatakan dalam World Conference on Science di Budapest pada bulan Juli 1999 mengamanatkan bahwa : Bangsa-bangsa dan ilmuwan dunia mengakui pentingnya penggunaan pengetahuan dari berbagai cabang ilmu pengetahuan secara bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia; Ilmu pengetahuan harus melayani kemanusiaan secara keseluruhan, dan memberikan sumbangsih bagi : pertama, upaya pemahaman yang lebih mendalam oleh setiap orang tentang alam dan masyarakat; kedua, kualitas hidup yang lebih baik; ketiga, lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan bagi generasi kini dan mendatang. LIPI meyakini bahwa landasan etika paling hakiki guna menjamin kemajuan ilmu pengetahuan yang dapat memberikan hasil yang baik dan terandalkan adalah kejujuran para ilmuwan.

10

BAB II KEGIATAN KOMPETITIF LIPI2.1. PENGERTIAN Kegiatan Kompetitif LIPI adalah kegiatan korporat LIPI yang ditetapkan secara topdown dan keluarannya diarahkan untuk dapat memberikan sumbangan bagi solusi masalah nasional dan atau pengembangan keilmuan yang strategis. Kegiatan Kompetitif LIPI dilaksanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini: 1) Keberadaan fenomena alam dan sosial yang memerlukan penelitian mendasar untuk memberikan jawaban tentang khuluknya (nature), proses kejadiannya, dan sifat-sifat mendasar lainnya; 2) Keberadaan sumber daya alam dan manusia (natural and human resources availability) sebagai aset wilayah/daerah yang dapat dijadikan sebagai modal primer dalam menggerakkan roda perekonomian, sekaligus sebagai faktor yang dapat memicu konflik; 3) Lokasi geografis program terpadu yang strategis (strategic location), baik dipandang dari sudut pertahanan, perdagangan regional, maupun pertimbangan lainnya; 4) Daya tarik dalam forum internasional (international attractiveness), baik dalam tataran akademis, lingkungan, geopolitik, dan ekonomi. 2.2. TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Kegiatan Kompetitif LIPI adalah : 1) Memberikan solusi terhadap persoalan nasional dan/atau daerah yang strategis dan berjangka panjang, serta memberikan dampak luas bagi daerah/sektor/disiplin keilmuan tertentu;

11

2) Menghasilkan penemuan baru dalam bidang keilmuan tertentu; 3) Memberikan efek bergulir dalam arti kemungkinan sumber pendanaan, peningkatan pendapatan nasional maupun daerah, penciptaan lapangan kerja; 4) Menggerakkan keterpaduan antar unit penelitian maupun antarpeneliti yang berorientasi pada kebutuhan riil, jangka pendek maupun jangka panjang; 5) Efisiensi alokasi dan penggunaan sumber daya (dana, waktu, sarana, pelaksana penelitian) LIPI dalam melaksanakan visi dan misinya. Sasaran Kegiatan Kompetitif LIPI adalah : 1) Terangkatnya citra LIPI sebagai knowledge-based institution yang mampu memberikan solusi terhadap persoalan-persoalan strategis bangsa dan negara, serta meningkatnya kapasitasnya sebagai lembaga keilmuan dalam tingkat nasional dan internasional; 2) Meningkatnya interaksi kelembagaan, keilmuan, dan personel secara internal LIPI dan dengan berbagai pemangku kepentingan di dalam dan luar negeri; 3) Peningkatan nilai tambah serta solusi strategis terhadap kemungkinan konflik berbasis ekonomi, sumberdaya alam, sumber daya manusia, lokasi geografis, nilai-nilai budaya nasional dan lokal.

2.3. CIRI KEGIATAN KOMPETITIF LIPI 1) Bersifat top-down, ditetapkan oleh Pimpinan LIPI yang disahkan melalui Surat Keputusan Kepala LIPI; 2) Setiap rumpun sub-kegiatan dipimpin oleh peneliti LIPI muda yang mumpuni dalam bidangnya dengan rekam jejak yang jelas dan dipilih oleh pimpinan LIPI; 3) Berorientasi pada kebutuhan riil dalam jangka pendek dan jangka panjang;

12

4) Didukung oleh berbagai keahlian yang berasal dari berbagai disiplin keilmuan (multidisiplin); 5) Diselenggarakan dengan melibatkan lebih dari satu institusi pelaksana (multiinstitutions); 6) Dilaksanakan dalam paket kegiatan secara multiyears (2 sampai dengan 3 tahun dan dapat diperpanjang maksimum sampai dengan 5 tahun) dengan skema pendanaan yang sesuai dengan ketentuan; 7) Mempunyai keluaran yang terukur, berkualitas, dan jelas pengguna akhirnya; 8) Dapat menarik berbagai sumber pendanaan (multi sources funding scheme); 9) Bersinergi dan berbasis pada kapasitas yang telah terbangun melalui program kompetensi inti dari satuan-satuan kerja LIPI. 2.4. INDIKATOR KINERJA Masukan (input factor) 1) Jumlah mitra baik nasional maupun internasional yang dapat digalang terlibat dalam kegiatan penelitian; 2) Jumlah dana atau pembiayaan majemuk (multiple funding scheme probability), baik bersumber dari anggaran pembangunan penerintah pusat, pemerintah daerah, pendanaan co-sharing dari pihak mitra nasional dan internasional, maupun pendanaan dari lembaga penelitian internasional maupun bantuan luar negeri; 3) Derajat keseimbangan antara penelitian yang bersifat action/solution-oriented dengan penelitian mendasar yang memberikan sinergi dan terkait secara tematis/topikal. Keluaran (output factor) 1) Jumlah Publikasi dalam media ilmiah bertaraf nasional dan internasional yang mempunyai nilai akademik dan mempunyai high impact factor tinggi ;

13

2) Jumlah Solusi strategis (strategic solution) dengan dukungan pengetahuan, kompetensi, dan informasi (basic knowledge, competence and information availability) yang dicapai yang dapat diakses oleh masyarakat melalui LIPI; 3) Jumlah keluaran terukur dan valid secara teknis dan ilmiah dalam kurun waktu dan proyek tertentu dalam besaran yang dapat terkelola (measurable output and manageable project size) berupa makalah/publikasi ilmiah (nasional/ internasional), HaKI (nasional/internasional), prototipe/ model/rancang bangun (skala laboratorium/pilot), produk/ proses (skala laboratorium/pilot/komersial), rekomendasi kebijakan (daerah/nasional/internasional), dan konsep pengembangan wilayah. Dampak (impact factor) 1) Mendapatkan pengakuan masyarakat tentang kemampuannya memberikan solusi alternatif terhadap kompleksitas konflik kepentingan di antara stake holders yang terlibat (stake holders conflict complexities); 2) Tingkat penerimaan dan respons masyarakat luas, baik dalam tingkat pusat maupun daerah (public/grassroot acceptance) terhadap rumusan yang disusun LIPI terkait dengan tingkat pengakuan terhadap keberhasilan program kompetitif LIPI (degree of public recognition); 3) Membangkitkan sikap tanggap dan proaktif dari pemerintah daerah (local government responsiveness); 4) Dampak yang dihasilkan dari keberhasilan program terpadu setelah kurun waktu tertentu, baik yang terukur maupun tak terukur, antara lain berupa : a. Pengakuan kalangan akademik nasional maupun internasional terhadap publikasi yang dapat tercermin dari indeks kutipan (citation index); b. Peningkatan pendapatan nasional maupun daerah (income generating); c. Penciptaan lapangan kerja (job creation).

14

2.5. SUB KEGIATAN KOMPETITIF LIPI Menindaklanjuti pembahasan dengan pihak Bappenas, LIPI di samping memiliki ciri kekuatan di berbagai bidang keilmuan (dibina melalui kegiatan penelitian tematis), melalui Kegiatan Kompetitifnya juga akan berupaya untuk mendayagunakan sumberdayanya menghasilkan produk flagship yang menjadi kegiatan prioritas lembaga untuk mengisi RPJM Nasional. Untuk itu pula, LIPI menetapkan tujuh sub kegitan dalam Kegiatan Kompetitif, yaitu : 1) Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur Sumber Daya hayati (Darat dan Laut) Indonesia; 2) Molecular Farming dan Bahan Baku Obat; 3) Material Maju (Advanced Materials) dan Nanoteknologi; 4) Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan; 5) Ketahanan dan Daya Saing Wilayah dan Masyarakat Pesisir; 6) Kebencanaan dan Lingkungan; 7) Critical Stategic Social Issues.

15

16

BAB III SUB KEGIATAN KOMPETITIF LIPI3.1. EKSPLORASI DAN PEMANFAATAN TERUKUR SUMBER DAYA HAYATI (DARAT DAN LAUT) INDONESIA

A. Latar BelakangIndonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keragaman sumberdaya hayati (SDH) yang besar (megabiodiversity), meliputi jenis-jenis yang ada di darat maupun di laut. Keragaman SDH yang tinggi menjadi ciri dari suatu ekosistem yang masih utuh belum terganggu. Pemanfaatan SDH secara berkelanjutan mensyaratkan pemeliharaan ekosistem secara lestari. SDH yang kita miliki telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menunjang kebutuhan dan keperluan hidup sehari-hari dengan intensitas yang berbeda-beda. Hanya sebagian kecil telah dimanfaatkan secara luas dengan nilai ekonomi tinggi, sedangkan sebagian lain hanya dimanfaatkan secara subsisten, sporadis dan asalasalan, dan sebagian besar lain belum diketahui manfaatnya atau mungkin malah belum diketahui keberadaannya. SDH Indonesia yang melimpah dapat disimpulkan belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan perekonomian, taraf hidup dan kesejahteraan bangsa. Indonesia tidak lepas dari permasalahan global yaitu pemanasan dan perubahan iklim global. Perubahan iklim global berimplikasi berubahnya pola dan sebaran wilayah hujan yang berakibat pada perubahan daerah kering dan daerah tergenang (banjir). Pemanasan global yang mencairkan es kutub dan meningkatkan volume air laut berakibat peningkatan permukaan air laut. Peningkatan muka air laut selain mengurangi wilayah daratan terutama pada pulau-pulau kecil dengan pantai yang landai, juga akan menambah areal

17

lahan dengan salinitas tinggi. Areal pertanian dekat pantai kemungkinan akan berubah menjadi daerah dengan salinitas tinggi. Dengan demikian tantangan pertanian dan produksi pangan di masa depan antara lain adalah bertambahnya lahan tergenang, lahan kering dan lahan salin. Selain itu, kemiskinan merupakan masalah besar bagi bangsa Indonesia. Menurut BPS (Maret 2007) jumlah penduduk miskin Indonesia mencapai 37,17 juta jiwa (16,58%) dari total 228 juta jiwa. Jumlah penduduk yang banyak dan kemiskinan akan ikut memberi tekanan lingkungan berupa konversi hutan untuk pertanian atau kerusakan lingkungan lain karena peningkatan kebutuhan akan pangan, papan dan energi. Pengentasan kemiskinan merupakan salah satu tujuan utama dari program Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu faktor penyebab kemiskinan adalah keterbatasan akses terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (lihat Sub Kegiatan Critical Strategic Social Issues) dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia disekitarnya. Karena itu rekayasa dan penyediaan teknologi pemanfaatan sumberdaya hayati yang melimpah disekitar penduduk miskin diharapkan dapat membantu program pengentasan kemiskinan seperti yang digagas dalam MDGs. Kerusakan lingkungan/ekosistem juga terjadi karena tindakan manusia seperti misalnya dalam penambangan atau konversi hutan yang tidak berkelanjutan. Konversi hutan gambut 1 juta ha di Kalimantan adalah contoh klasik kerusakan ekosistem akibat tindakan manusia. Pemanfaatan hutan gambut yang telah rusak tersebut mensyaratkan penjagaan kebasahan lahan gambut tersebut. Pemanfaatan lahan gambut ini secara berkelanjutan dapat ditempuh dengan memanfaatan SDH yang adaptif terhadap kondisi lahan gambut. Pemanfaatan tanaman dari hutan gambut sebagai batang bawah tanaman penghasil buah, sayur atau nut merupakan strategi yang dapat diterapkan untuk menjaga kelestarian atau mengembalikan fungsi hutan lahan gambut. Kerusakan lingkungan dapat terjadi karena adanya tanaman/biota invasif. Pemanfaatan tanaman/biota invasif

18

tersebut merupakan pendekatan yang berkelanjutan dalam menjaga keseimbangan lingkungan/ekosistem. Keong mas, palas (Licula spinosa), nibung ( Oncosperma tigilarium) adalah beberapa contoh spesies invasive yang bisa dimanfaatkan untuk industri pangan yang bernilai ekonomi sekaligus dapat menyelamatkan suatu ekosistem. Sentuhan teknologi pengawetan pangan dan teknologi tepat guna lain dapat membantu usaha pemanfaatan ini. Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang banyak, Indonesia juga menghadapi masalah ketahanan pangan. Salah satu kelemahan sistem pangan kita adalah keragaman pangan yang terbatas. Sumber karbohidrat utama sangat tergantung pada beras. Sementara penelitian perbaikan varietas padi harus terus menerus dilakukan, terutama menggunakan cutting edge technology seperti teknologi molekular, pengembangan sumber karbohidrat alternatif dari sumberdaya lokal yang potensial tetapi belum terjamah iptek harus diupayakan. Umbiumbian yang beragam telah dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat pada saat ketersediaan beras berkurang. Pemanfaatan umbi-umbian ini yang beradaptasi atau supaya dapat beradaptasi pada kondisi kekeringan, salinitas tinggi dan genangan serta cekaman biotik lainnya perlu diupayakan untuk menjaga ketahanan pangan dan mendorong diversifikasi pangan. Sumber karbohidrat non-pati seperti gula juga masih sangat tergantung dari gula tebu. Palem-paleman juga merupakan sumber gula dan yang sudah banyak dimanfaatkan adalah aren dan kelapa sedangkan nipah yang banyak menyebar di daerah dekat pantai perlu dimanfaatkan untuk tujuan ini. Diversifikasi pangan secara luas mencakup penganekaragaman kebutuhan nutrisi yang juga mencakup protein, lemak, vitamin dan mineral serta antioksidan. Penganekaragaman pangan ini seharusnya dapat dipenuhi dengan mudah karena keanekaragaman SDH yang melimpah. Kebutuhan protein dari kebanyakan penduduk dipenuhi dari hanya beberapa jenis ternak seperti ayam, sapi, kambing , babi dan hanya beberapa jenis ikan air tawar seperti ikan mas,

19

gurami, mujair. Sementara masih banyak ikan-ikan air tawar lain yang dapat dibudidayakan dan dapat menjadi sumber protein sekaligus sumber lemak omega 3 yang baik untuk kesehatan, misalnya sidat (Anguila spp.). Daging mamalia lain seperti rusa dapat menjadi alternatif sumber protein yang sehat. Sumberdaya hayati liar lain seperti jenis-jenis moluska, jenis herpet seperti labi-labi dan lain-lain telah dimanfaatkan sebagai sumber protein dan lemak serta menjadi delicatessen di luar negeri, tetapi tenologi budidayanya di dalam negeri belum berkembang karena selama ini produksinya hanya mengandalkan penangkapan dari habitat alaminya yang dapat berakibat kepunahannya. Kebutuhan akan lemak dipenuhi dari minyak sawit dan lemak hewan dari daging yang biasa dikonsumsi. Penganekaragaman jenis minyak yang dikonsumsi terutama minyak tak jenuh seperti asam oleat, asam linoleat sebagai peragam dari asam palmitoleat akan lebih menyehatkan masyarakat. Apokat adalah salah satu sumber lemak tak jenuh (asam oleat). Sumber-sumber lamk nabati lain yang tersimpan dalam biji-biji tanaman Dipterocarpaceae (tengkawang) dan lain-lain perlu dipelajari kegunaannya sebagai sumber pangan sehat. Kebutuhan akan vitamin dan mineral juga banyak dipenuhi dari komoditas yang berasal dari daerah subtropis seperti jenis-jenis kubis, wortel, kentang, tomat sehingga areal budidayanya terbatas pada daerah pegunungan mengakibatkan ketersediaannya terbatas dan usaha perluasannya sering berakibat pada kerusakan lingkungan seperti longsor dan banjir. Sayur-sayur lokal seperti katuk, bayem, pakis dll dapat lebih didorong pemanfaatnnya untuk diversifikasi pangan. Sayuran lokal ini telah dimanfaatkan namun masih terbatas dan tidak menjadi menu umum di rumah makan atau di supermarket bahkan di pasar tradisionalpun tidak selalu dijumpai. Keterbatasan diversifikasi pangan terkait dengan tingkat kemudahan penggunaan sumber pangan menjadi bahan pangan, misalnya dari umbi menjadi tepung (teknologi

20

pengolahan bahan pangan), bahan pangan untuk menjadi pangan, misalnya dari tepung menjadi mie (teknologi kuliner), tingkat produktifitas sumber pangan (teknik budidaya, pembibitan dan pengembangan bibit unggul), pengetahuan atas manfaat dan nilai gizi sumber pangan, nilai budaya terkait sumber, bahan dan bentuk pangan, dan lain-lain.

B. Tujuan dan SasaranTujuan dari sub kegiatan ini adalah mengarusutamakan SDH melalui pemanfaatannya secara berkelanjutan untuk pengentasan kemiskinan, antisipasi perubahan iklim, diversifikasi pangan, menjaga kelestarian lingkungan dan peningkatan nilai tambah melalui pengembangan teknologi tepat guna maupun modern. Sasaran dari sub kegiatan ini adalah pembuatan/pengembangan paket-paket teknologi produksi dan pemanfaatan sumberdaya hayati, galur-galur/varietas unggul hasil manipulasi biologi molekular, rekayasa in vitro, mutasi, seleksi, dan hibridisasi dan domestikasi dan sentuhan iptek. Sasaran-saran tersebut harus dikomunikasikan pada pemangku kepentingan dalam bentuk tulisan ilmiah yang diterbitkan dalam jurnal nasional maupun internasional. Sasaran-sasaran ini sesuai dengan salah satu prioritas Agenda Riset Nasional 2010-2014 yaitu bidang pangan yang meliputi diversifikasi dan ketahanan pangan dan mendukung indikator capaian LIPI seperti tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah 2010-2014 dan Rencana Kerja Kementrian dan Lembaga tahun 2011.

C. Ruang LingkupLingkup topik penelitian yang mendapat prioritas dalam sub Kegiatan Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur SDH Indonedia adalah yang menunjang produksi pangan, ketahanan pangan dan diversifikasi pangan dengan memperhatikan pengaruh perubahan iklim dan atau bermanfaat bagi konservasi lahan gambut. Secara garis besar, prioritas diberikan pada topik penelitian yang bertujuan sebagai berikut:

21

1) Pengembangan teknologi produksi/budidaya dari sumber daya hayati/plasma nutfah yang mempunyai potensi gizi, nutrisi atau ekonomi tinggi namun belum diusahakan secara optimum (domestikasi). Pengembangan teknologi ini membutuhkan penelitian-penelitian dasar yang mencakup ekologi, fisiologi, taksonomi, genetik . Contoh SDH yang perlu dikembangkan misalnya paku-pakuan (Diplazium esculentum), katuk, genjer, ayam lokal, rusa sambar, ikan air tawar, teripang atau biota laut lainnya. 2) Pemanfaatan teknologi biologi molekul, rekayasa in vitro, mutasi, hibridisasi dan teknologi lainya untuk perbaikan atau seleksi sumberdaya hayati /plasma nutfah dengan keragaman tinggi yang atau supaya dapat beradaptasi di daerah gambut, daerah kering, daerah banjir atau salin, tahan terhadap penyakit penting untuk penyediaan dan keamanan pangan. 3) Pengembangan teknologi tepat guna atau pasca panen modern untuk pemanfaatan sumber daya hayati yang melimpah di alam dan yang juga sampai mencapai tingkat invasif dan pemanfaatannya secara berkelanjutan akan melestarikan lingkungan dan menciptakan nilai tambah ekonomi: nipah untuk gula, palem untuk diambil umbut seperti ( Licuala spinosa, Oncosperma tigilarium), pakupakuan yang melimpah di daerah gambut (Stenochaena palustris untuk sayuran). 4) Diversifikasi produk sumberdaya hayati yang telah ada dengan teknologi sederhana maupun modern untuk menghasilkan produk turunan yang kegunaannya lebih beragam dan nilai tambahnya meningkat. Contoh pengolahan pati dari umbi-umbian, pangan fungsional. SDH yang diprioritaskan untuk diteliti dan dikembangkan teknologi pemanfaatannya dalam sub kegiatan ini adalah SDH untuk sumber pangan non-konvensional yang mempunyai potensi tetapi belum mendapat banyak sentuhan iptek yang meliputi sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Sumber karbohidrat yang diprioritaskan

22

meliputi, sumber karbohidrat lainnya, tetapi tidak terbatas pada, umbi-umbian, sagu, pisang, nipah dan tidak termasuk jagung, gandum, sorghum, ubi kayu dan ubi jalar. Sumber protein yang diprioritaskan meliputi sumber protein lainnya, tetapi tidak terbatas pada, ayam lokal, ikan air tawar, ikan air laut, biota laut termasuk teripang, rusa, dan tidak termasuk sapi, kambing/domba, babi, ikan gurami, ikan mujair, ikan nila, ikan mas. Sumber lemak meliputi sumber lemak lainnya, tetapi tidak terbatas pada kacang-kacangan, apokat, nut dari pohon-pohonan seperti tengkawang, Castanopsis, dan lainlain, tetapi tidak termasuk kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau. Sumber vitamin dan mineral meliputi sayuran dan buah-buahan seperti, tetapi tidak terbatas pada, sayur lokal atau sayur hutan antara lain katuk, mangkokan, genjer, pakis, palem, buah lokal antara lain, tetapi tidak terbatas pada pisang, sawo-sawoan, srikaya-srikayaan, tetapi tidak termasuk apel, mangga, manggis, kecuali untuk tujuan khusus seperti rehabilitasi lahan gambut.

D. RoadmapPengarusutamaan SDH untuk pemanfaatan berkelanjutan bertujuan mengembangkan teknologi sehingga sumber daya hayati yang melimpah dalam jumlah atau keragaman dapat ditingkatkan nilai tambahnya sehingga dapat lebih bemanfaat bagi masyarakat. Pencapaian tujuan dan sasaran pengembangan teknologi pemanfaatan SDH tersebut dapat dibagi dalam tahapan yaitu: 1) eksplorasi dan karakterisasi; 2) manipulasi: hibridisasi, seleksi dan mutasi baik pada tingkat gen, sel, jaringan atau orgisma; 3) pengembangan hasil manipulasi SDH dalam bentuk galur, plasma nutfah terkarakterisasi dan teknologi pembibitannya; 4) pengembangan teknologi produksi/budidaya dari galur/plasma nutfah yang telah diseleksi atau telah dikembangkan; 5) teknologi pasca panen; 6) teknologi pengolahan bahan baku menjadi bahan pangan; 7) teknologi pengolahan bahan pangan menjadi pangan dan kuliner; dan 8) diseminasi hasil penelitian /pengembangan teknologi.

23

Suatu kegiatan penelitian tidak harus mencakup keseluruhan tahapan tersebut. Tahapan kegiatan yang dicakup tergantung dari status dan kondisi dari SDH yang akan diteliti. Sebagai contoh, penelitian pemanfaatan nipah untuk gula akan mencakup eksplorasi, karakterisasi biologi dan reproduksi untuk menduga produktifitas tanaman dalam menghasilkan nira per satuan waktu dan luas, dilanjutkan pengembangan teknologi tepat guna untuk masyarakat sekitar. Penelitian ini tidak memerlukan manipulasi SDH untuk perbaikan genetiknya maupun teknologi pembibitannya. Namun penelitian pengembangan varietas/plasma nutfah baru pisang, misalnya, memerlukan eksplorasi keragaman induk persilangan, manipulasi in vitro induk betina, persilangan (hibridisasi), pengembangan hasil persilangan, sampai pada tingkat uji produksi dari hasil persilangan. Sesuai dengan sifatnya yang kompetitif dan evaluasinya yang ketat, diharapkan penelitian yang diajukan untuk pendanaan melalui sub kegiatan ini bukan kegiatan penelitian yang tidak ada penelitian pendahuluannya sama sekali. Penelitian yang telah dimulai pada penelitian tematik atau penelitian lain mempunyai keberhasilan yang lebih karena hasil yang terukur sesuai dengan sasaran sub kegiatan ini dapat diperkirakan tercapai pada alokasi waktu yang tersedia.

24

Tabel 1. Roadmap tahapan jenis kegiatan penelitian sampai terbangun suatu produk yang masak.No 1 2 3 Tahapan Kegiatan Eksplorasi SDH Karakterisasi bioprospeksi SDH indigeneous Manipulasi SDH : Hibridisasi, mutasi, dan seleksi Pengembangan bibit/galur unggul dan teknologi pembibitan Pengembangan teknologi produksi Teknologi pasca panen Teknologi pengolahan bahan baku menjadi bahan pangan Teknologi pengolahan pangan dan kuliner Disseminasi/sosialisasi 1 xxxxxx 2 xxxxxxx Tahun ke3 xxxxxxx xxxxxx xxxxxxx xxxxxxx 4 xxxxxx 5 xxxxxx

4

xxxxxx

xxxxxxx

xxxxxxx

5 6 7

xxxxxxx xxxxxxx

xxxxxxx xxxxxxx

xxxxxx xxxxxx xxxxxx

xxxxxx

8 9

xxxxxx xxxxxxx xxxxxx

xxxxxx xxxxxx

E. Topik Sub Kegiatan 2009-2012Topik-topik penelitian yang diseleksi sampai dengan tahun 2009 masih beragam karena sejarahnya Sub kegiatan ini merupakan gabungan dari dua subkegiatan yang berbeda. Namun sejak seleksi proposal tahun 2010-2011, topik-topik penelitian telah mulai difokuskan pada pemanfaatan sumberdaya hayati untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Topik-topik penelitian yang berhubungan dengan pemanasan global dan perubahan iklim global secara langsung dan bukan berkaitan dengan isu pangan menjadi bagian dari Sub Kegiatan Kebencanaan dan Lingkungan.

25

Tabel 2. Topik-topik penelitian yang sedang dilakukan pada tahun 2011 dari Sub Kegiatan Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur SDH (darat dan laut) IndonesiaNO

TOPIK-TOPIK SUBKEGIATANPengembangan Ikan Puyu (Anabas testudineus), Komoditas Perikanan Lokal Bertoleransi Hidup Tinggi Sebagai Sumber Protein Hewani Kajian Domestikasi dan Bioprospeksi pada Landak Guna Pemanfaatan Berkelanjutan Rekayasa in Vitro Kentang Hitam (Coleus tuberosus BENTH.) untuk Memperoleh Genotipa Tahan Salinitas dan Kekeringan Eksplorasi dan Pemanfaatan Musa Acuminata Liar sebagai Tetua Jantan dalam Pemuliaan Pisang Triploid Tahan Fusarium Karbon Sekuestrasi dan Karbon Sink di Beberapa Tipe Ekosistem Hutan dan Lahan Pertanian Sebagai Dasar Penentuan Carbon Trade Model dan Teknik Sekuestrasi Karbon untuk Clean Development Mechanism (CDM) Eksplorasi stok karbon dan estimasi biomassa pada beberapa tipe ekosistem di cagar biosfer cibodas Studi Pengembangan Kelembagaan Bank Pangan Non Beras di Tingkat Masyarakat Untuk Membangun Ketahanan Pangan di Pedesaan Filogeografi dan Pola Migrasi Ikan Sidat Tropis Pengembangan Teknologi Pengendalian Penyakit Layu Fusarium pada Tanaman Pisang Secara Biologi Berbasis Mikroba Endofit dan Rhizhosfer Pengembangan Teknologi Budidaya Sayuran Lokal (Genjer, Katuk dan Pakis) Secara Organik Hayati Pengembangan Varietas-varietas Avokad Dataran Rendah untuk Ketersediaan Buah Sepanjang Tahun Pengembangan Populasi Tanaman Padi Mutan dengan Insersi Stabil Transposon Ds, Seleksinya untuk Sifat-sifat Terkait dengan Respons terhadap Cekaman Kekeringan dan Salinitas dan Analisa Molekulernya Konstruksi Arming Yeast Enzim Mananase dan Aplikasinya dalam Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Tepung Manan untuk Produksi Pangan Fungsional

DURASI2010-2012 2010-2012 2010-2012 2010-2012

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12

2009-2011 2009-2011 2009-2011 2009-2011 2011-2013 2011-2013 2011-2013 2011-2013

13

2011-2013

14

2011-2013

26

F. Keluaran dan DampakKeluaran dan dampak dari sub kegiatan Eksplorasi dan Pemanfaatan Terukur SDH Indonesia ini juga diarahkan untuk membantu pencapaian target indikator output LIPI yang tersurat dalam Rencana Strategis LIPI 2010-2014. Keluaran yang diharapkan adalah paket-paket teknologi berupa protokol teknologi, produk teknologi, informasi/data untuk aplikasi teknologi tentang pemanfaatan SDH yang berwujud: 1) Plasma nutfah terkarakterisasi, galur harapan, varietas yang dilindungi (HAKI) atau dipublikasi; 2) Proses atau produk teknologi yang baru atau terperbaiki (improved) yang dilindungi (HAKI) atau dipublikasi; 3) Publikasi ilmiah dalam jurnal ilmiah nasional atau internasional berisi informasi ilmiah yang mempunyai kebaruan atau teknologi yang bermanfaat dan mempunyai nilai lebih dari yang telah ada; 4) Buku state of the art dari topik penelitian yang dilakukan; 5) Bahan diseminasi dan sosialisasi; 6) Timbangan ilmiah sebagai bahan rekomendasi kebijakan. Dampak yang diharapkan dalam jangka menengah dan jangka panjang adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim; 2) Menigkatkan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, kesehatan masyarakat dan menurunnya tingkat kemiskinan; 3) Peningkatan konservasi lahan gambut dengan produksi hasil non-kayu secara kerkelanjutan; 4) Meningkatnya keanekaragaman hayati Indonesia yang dimanfaatkan secara lokal, nasional maupun internasional yang tercermin dari keberadaan produk-produknya di pasaran;

27

5) Meningkatnya industri pangan yang berdasarkan keanekaragaman hayati, terutama berkaitan pemanfaatan pangan fungsional dan diversifikasi pangan; 6) Terbitnya kebijakan pemerintah yang melindungi sumberdaya hayati yang bermanfaat bagi sumber pangan dan kebutuhan rakyat Indonesia berdasarkan hasil-hasil penelitian sub kegiatan ini; 7) Pengakuan masyarakat internasional akan peran serta bangsa Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemanusiaan.

3.2.

MOLECULAR FARMING DAN BAHAN BAKU OBAT

A. Latar BelakangSebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah yang bersifat multidimensi. Masalah tersebut antara lain adalah mahalnya biaya kesehatan, tingginya jumlah penduduk dan angka kemiskinan. Dalam jangka panjang masalah ini menjadi semakin kompleks bila dikaitkan dengan adanya perubahan iklim (climate change). Posisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan akan mengalami dampak yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Dampak ini ahirnya akan berujung pada masalah kesehatan dan pangan. Untuk menjawab masalah yang bersifat multidimensi ini maka penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi baru (current technology) merupakan salah satu pilihan utama dan harus dilakukan dengan segera. Dalam dua dekade terahir ini kemajuan global dibidang iptek kesehatan, baik ilmu dasar maupun aplikasi khususnya dalam bidang diagnostik, terapetik dan vaksin meningkat dengan sangat pesat. Dengan jumlah penduduk nomer empat didunia tentunya Indonesia tidak dapat hanya bersandar pada kemajuan negara lain untuk memenuhi kebutuhan obat dalam negeri. Melihat betapa penting dan

28

mendasarnya masalah yang kita hadapi maka pemecahan yang terarah dan sistimatis dan didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan pihak swasta harus dilakukan sekarang juga. Salah satu kendala industri obat di Indonesia adalah ketersediaan bahan baku. Indonesia masih harus mengimpor sebagian besar kebutuhan bahan baku obatnya. Untuk mengurangi besarnya volume impor, kemandirian pengadaan bahan baku obat dan pengembangan bahan fitofarmaka terstandar perlu didorong. Keberadaan perusahaan farmasi asing/multinasional yang diharapkan dapat membantu ternyata kehadiran mereka di Indonesia hanya memperluas jaringan distribusi dan manufaktur, sehingga alih teknologi yang sangat diharapkan dari perusahaan semacam ini tidak terjadi. Untuk menjawab masalah tersebut diatas, LIPI melalui Sub Kegiatan Molecular Farming dan Bahan Baku Obat dalam Kegiatan Kompetitif LIPI diharapkan dapat berperan dalam memberikan solusi dalam bidang kesehatan dan kebutuhan obat yang kita hadapi. Dalam melakukan kegiatannya, secara umum penelitian pada Sub Kegiatan ini menggunakan dua jenis teknologi, yaitu: teknologi yang berbasis pada bioteknologi dan natural product-drug discovery. Kombinasi dua teknologi ini dipilih karena mempunyai pendekatan yang berbeda dan masing-masing mempunyai keunggulan sehingga bersifat complementary. Pada pendekatan pertama, teknologi rekombinan DNA yang merupakan ujung tombak bioteknologi dipilih karena kemampuannya dalam mensintesa produkproduk protein rekombinan dan pemecahan masalah pada tingkat molekular. Dengan semakin berkembangnya ilmu bioinformatika dan meningkatnya data base baik pada tingkat genomik maupun proteomik, bioteknologi modern mampu memberikan solusi kehidupan terutama dalam kaitannya dengan life sciences dengan presisi yang sangat tinggi. Kemampuan memanipulasi materi genetik dan mentransformasikannya pada sistem yang tepat memungkinkan kita untuk memproduksi protein rekombinan yang dapat berfungsi sebagai terapetik, vaksin ataupun

29

diagnostik dengan efisien. Dengan memanfaatkan data base yang ada dimana complete genome dari beberapa organisme telah disekuens dan digabungkan dengan studi bioinformatika, maka kita dapat mempelajari sistim kehidupan dan interaksinya pada tingkat molekular. Studi semacam ini sangat bermanfaat untuk mempelajari fungsi dari suatu gen yang mempunyai implikasi strategis baik secara keilmuan maupun aplikasinya dalam kesehatan. Pendekatan kedua yang digunakan pada Sub Kegiatan ini adalah penelitian dalam bidang penemuan obat berbasis bahan alam (natural product-drug discovery). Teknologi yang tergolong baru pada penelitian bahan obat berbasis bahan alam ini antara lain adalah pemanfatan komputer sebagai alat bantu. Kemampuan komputasi yang meningkat secara eksponensial merupakan peluang untuk mengembangkan simulasi dan kalkulasi dalam merancang obat. Sebagai contoh, pendekatan semacam ini dapat digunakan untuk melakukan studi interaksi antara senyawa-senyawa hipotetik dengan molekul tertentu. Dari studi semacam ini dapat diprediksi aktivitas senyawasenyawa hipotetik dan dapat dieliminasi senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas rendah. Penggunaan teknologi semacam ini jelas akan mempercepat proses drug discovery dengan biaya dan waktu yang lebih efisien bila dibandingkan dengan cara konvensional. Disamping penggunaan teknologi diatas, beberapa pendekatan konvesional seperti fractionation guided assay dan biokonversi/biotransformasi juga sering digunakan pada penelitian obat berbasis bahan alam. Kegiatan penelitian pada Sub Kegiatan Molecular Farming dan Bahan Baku Obat ini diharapkan dapat memberikan solusi terhadap persoalan nasional yang strategis dan berjangka panjang serta dalam waktu yang tidak terlalu lama dapat memberikan dampak yang signifikan. Oleh sebab itu, fokus penelitian yang diajukan harus tajam dengan target yang spesifik dan memungkinkan untuk dicapai dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.

30

B. Tujuan dan Sasarana. Tujuan Memberikan solusi yang strategis terhadap permasalahan nasional pada bidang kesehatan; Mengembangkan kompetensi inti dibidang penelitian molecular farming dan natural product-drug discovery; Mendapatkan bahan baku obat dan fitofarmaka yang terstandar dengan melalui pengujian sesuai aturan yang berlaku. b. Sasaran Diperolehnya produk yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan iptek dan kebutuhan langsung masyarakat dibidang kesehatan; Terjalinnya kerjasama yang produktif antara lembaga penelitian dengan industri; Publikasi pada jurnal internasional atau nasional Paten internasional atau nasional.

C. Ruang LingkupRuang lingkup penelitian pada Sub Kegiatan ini mencakup tiga jenis kegiatan yaitu: Molecular Farming, Natural Product-Drug Discovery dan Pasca Genomic. Untuk lebih mempertajam arah penelitian pada sub kegiatan ini, jenis penyakit yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) penyakit degeneratif (degenerative disease) (contoh: kardiovaskuler, kanker, diabetes, anemia) dan 2) penyakit infeksi (infectious disease) (contoh: flu burung, H1N1 (flu babi), demam berdarah dengue, hepatitis, malaria). Disamping itu sangat terbuka kemungkinan untuk penelitian pada beberapa penyakit lain apabila dapat memberikan potensi yang nyata baik secara teknologi maupun substansi bagi kemajuan penelitian kesehatan di Indonesia.

31

Ruang lingkup dari tiap kegiatan penelitian pada Sub Kegiatan Molecular Farming dan Bahan Baku Obat adalah sebagai berikut: a. Molecular Farming: pengembangan dan penemuan bahan baku obat berdasarkan teknologi rekombinan DNA yang mencakup gene cloning, ekspresi, karakterisasi protein, dan uji biologis yang diekspresikan dengan menggunakan sistim eukaryotik atau prokaryotik untuk tujuan terapi, vaksin, atau diagnostik. b. Pasca Genomic: penemuan gen (gene discovery) atau DNA fragment yang berkaitan dengan kesehatan dan mempunyai nilai aplikasi yang tepat. c. Natural Product-Drug Discovery meliputi: Pengembangan fitofarmaka secara utuh dan berkelanjutan: standardisasi, formulasi, fitokimia dengan senyawa pengarah baru, produksi fitofarmaka/bahan baku terstandar. Disain obat: disain obat baru dengan alat bantu komputer, pengembangan bahan baku obat melalui kimia kombinatorial dan pengembangan evaluasi mekanisme kerja obat baru. Pengembangan bahan baku obat secara fermentasi: produksi, biotransformasi/biokonversi dan advanced microbial bioteknologi. Pengembangan aplikasi hasil penelitian dengan produksi obat melalui cara pembuatan obat yang baik. Pengembangan alat diagnosa.

D. RoadmapRoadmap pada panduan Sub Kegiatan ini sengaja dibuat sederhana dan umum sehingga mudah untuk dimengerti dalam tahapan mencapai target penelitian. Pada roadmap ini terlihat jelas bahwa penelitian yang diajukan harus sudah memiliki data awal. Hal ini sangat penting karena dapat menekan unsur trial and error (unsur coba-coba) dari

32

penelitian yang diajukan sehingga sasaran yang akan dicapai menjadi lebih realistis. Hasil ahir dari penelitian yang diajukan sangat diharapkan tidak hanya publikasi tetapi juga berupa produk yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan iptek dan kebutuhan langsung masyarakat. Roadmap (2009 2013) a. Natural Product Drug Discovery2009 Data awal berupa informasi skrining aktivitas biologi Studi awal Identifikas i industri yang akan terlibat 2010 Pengembanga n kandidat substansi bioaktif 2011 Pengembanga n kandidat substansi bioaktif 2012 Uji Coba Kandida t substans i bioaktif 2013 Tersedianya kandidat substansi bioaktif Pembentuka n kerjasama dengan industri

b. Molecular Farming2009 Data awal berupa informasi sequence Studi awal Identifikas i industri yang akan terlibat 2010 Pengembanga n kandidat terapeutik, vaksin, diagnostik 2011 Pengembanga n kandidat terapeutik, vaksin, diagnostic 2012 Uji Coba kandidat terapeutik , vaksin, diagnosti k 2013 Tersedianya kandidat terapeutik, vaksin, diagnostik Pembentuka n kerjasama dengan industri

33

c. Pasca Genomic2009 Data awal berupa informasi DNA sequence (jika ada) 2010 Identifikasi gen yang strategis 2011 Identifikasi/ pengemban gan gen/protein yang strategis 2012 Uji coba/ pengembanga n gen/protein yang strategis 2013 Tersedianya kandidat gen/protein yang strategis dalam bentuk terapeutik, vaksin, diagnostik, atau dalam bentuk lainnya untuk pengembanga n lebih lanjut Pembentukan kerjasama dengan industri

Studi awal Identifikas i industri yang akan terlibat

d. Pengembangan Alat Diagnosa2009 Informasi dan studi awal Identifikasi industri yang akan terlibat 2010 Pengemban gan alat diagnosa 2011 Pengemban gan alat diagnosa 2012 Uji coba / pengembanga n alat diagnosa 2013 Tersedianya alat diagnosa Pembentukan kerjasama dengan industri

E. Topik Penelitian yang sedang BerjalanTopik penelitian yang sedang berjalan pada Sub Kegiatan Molecular Farming dan Bahan Baku Obat dapat dibagi menjadi dua jenis topik, yaitu: penelitian obat berbasis teknologi rekombinan DNA dan penelitian obat berbasis bahan

34

alam. Judul penelitian yang sedang berjalan dapat dilihat pada Tabel dibawah (Topik penelitian yang sedang berjalan). Topik penelitian yang sedang berjalan:No 1 2 3 Judul Desain Adjuvan Dispersi Nanopartikel Dalam Sistem Emulsi untuk Vaksin Virus Demam Berdarah Dengue Evaluasi In-Vitro dan In-Vivo serta Toksisitas Kandidat Obat Antidaibetes Tipe 2(+)-1,1'- Bislunatin Pengembangan Bahan Baku Obat Kanker dengan Menggunakan Bahan Baku Metil Sinamat Hasil Isolasi dari Minyak Lengkuas (Alpinia Malaccensis) Studi Keragaman Gen HER-2/neu pada Pasien Penderita Kanker Payudara di Indonesia: "Strategi Mendapatkan Obat yang Tepat Sasaran Mengatasi Permasalahan Resistensi dan Toksisitas Transtuzumab" Anti-Reseptor transferrin-Immunoliposom sebagai Sistem Pengantaran Terarah untuk Terapi Kanker Ekstrak Daun Cakar Ayam (Selaginella doederienii Hieron) dan Keladi Tikus (Typhonium divacatum (L.)) Sebagai Obat Herbal Kanker Payudara Sintesis Bahan Obat Kiral Melalui Biotransformasi Mikrobial : ( R )-(-) - Asam Mendelat, Sinton Kiral untuk Bahan Obat Anti Tumor dan Anti Obesitas sebagai Model Purifikasi dan Uji Biologis Recombinant Human Erythropoietin Hasil Ekspresi Pada Yeast Pichia pastoris Evaluasi Aktivitas Antifungal, Antikanker dan Toksisitas (+) -2,2' -Episitoskirin A Serta Optimasi Produksinya Uji Efektifitas dan Keamanan Pada Hewan Uji Turunan Salisil Amida sebagai Analog UK-3A untuk Obat Antikanker Penelusuran Varian Baru Human Papilloma Virus Tipe Onkogenik Pada Kasus Kanker Laher Rahim di Indonesia Ekspresi Gen Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg) pada Tanaman Pisang Transgenik untuk Molecular Farming Vaksin Produksi Artemisinin dan Analognya dari Tanaman Artemisia Annua L. Asteraceae Tahun Berahir 2013 2012 2012

4

2012

5 6

2012 2012

7

2012

8

2011

9

2011

10

2011

11

2011

12 13

2011 2011

35

F. Topik Penelitian Prioritas Tahun 2012Topik penelitian yang diprioritaskan pada Kegiatan Molecular Farming dan Bahan Baku Obat tahun 2012 tidak jauh berbeda seperti yang telah tertulis bagian Ruang Lingkup. Proposal penelitian dengan data yang berpotensi dan akan dapat memberikan outcome jelas akan diprioritaskan. Sub pada pada awal yang

G. Keluaran dan Dampak yang Diharapkana. Dikembangkannya bahan baku obat baru melalui pengujian sesuai aturan yang berlaku; b. Dikembangkannya produksi obat skala pilot dengan cara pembuatan obat yang baik; c. Ditemukannya sumber baru yang unggul untuk bahan obat; d. Tersedianya prototipe bahan baku terapeutik, vaksin, diagnostik dan fitofarmaka yang terstandar yang telah melalui validasi; e. Isolasi, karakterisasi dan ekspresi gen bermanfaat untuk kesehatan; f. Publikasi pada jurnal internasional atau nasional; g. Paten internasional atau nasional.

3.3.

MATERIAL MAJU (ADVANCED MATERIALS) DAN NANOTEKNOLOGI

A. Latar BelakangKetersediaan sumberdaya mineral yang melimpah menjadikan Indonesia sebagai negara berpotensi signifikan dalam pengembangan material baru dan maju (new and advanced materials). Hal ini didukung pula oleh keberadaan sumberdaya manusia dan sarana penelitian yang tersebar di berbagai lembaga penelitian, perguruan tinggi, serta industri. Dalam rangka memasuki kancah globalisasi dan pasar bebas dunia, perlu adanya nilai tambah (added values) yang sangat

36

signifikan bagi sumberdaya mineral Indonesia tersebut untuk menghasilkan luaran dengan nilai inovasi dan tekno-ekonomi tinggi sebagai modal daya saing dan kemandirian nasional. Dalam rangka memasuki era global dan pasar bebas dunia, perlu adanya nilai tambah (added values) yang sangat signifikan bagi sumberdaya mineral Indonesia tersebut guna menghasilkan luaran dengan nilai inovasi dan tekno-ekonomi tinggi sebagai modal daya saing dan kemandirian nasional. Di sisi lain, lemahnya daya saing industry manufuktur nasional juga disebabkan karena ketergantungan terhadap bahan baku industry yang diperoleh melalui impor dengan biaya yang relative mahal. Dari sisi aplikasi material, mayoritas industri yang ada di Indonesia selama ini belum mampu menyediakan dukungan yang mencukupi untuk melakukan penelitian dan pengembangan material. Hal ini disebabkan industri di Indonesia umumnya masih dalam tingkat manufaktur yang kerapkali berinduk pada prinsipalnya. Salah satu cara yang paling efektif untuk membuat industri menjadi kompetitif adalah dengan melakukan penelitian dan pengembangan yang sifatnya pendalaman ilmu dan teknologi material, yaitu suatu upaya pencarian inti teknologi material yang spesifik, yang merupakan limit dari suatu proses. Dengan mengacu pada kebutuhan industri saat ini, maka penelitian dan pengembangan yang berorientasi pada pendalaman teknologi diiringi dengan inovasi baru dalam aplikasi material itulah yang sangat dibutuhkan oleh kalangan industri. Di sisi lain, pemanfaatan sumberdaya mineral Indonesia yang berpotensi sebagai bahan baku advanced material perlu mendapat penekanan. Untuk itu diperlukan suatu tahapan riset dan pengembangan di bidang material yang dilakukan secara koheren, bertahap, sistematik, berkesinambungan, dan integratif. Perkembangan material maju dewasa ini tidak terlepas dari interaksi dengan nanoteknologi. Nanoteknologi merupakan suatu metode kreasi dan/atau manipulasi material pada skala nanometer (nm), yang dilakukan dengan scaling-up

37

grup atom atau refining material utuh (bulk). Nanoteknologi bukanlah disiplin ilmu tunggal. Nanoteknologi merupakan suatu kelompok multi-disiplin yang mencakup aspek: ilmu dasar, material, proses, rekayasa, serta aplikasi, di mana karakteristik utama yang berperan adalah skala ukuran 100 nm. Nanoteknologi (selanjutnya disingkat menjadi NT) dapat menjadi sarana penunjang penguasaan dan pengembangan teknologi material. Aspek lain yang tidak kalah penting dalam upaya pengembangan material maju adalah modeling atau simulasi komputer. Modeling dapat membantu mengkuantifikasi fenomena interaksi internal dan eksternal pada suatu material secara berkesinambungan di luar batas kemampuan kegiatan empiris. Modeling bertujuan untuk memprediksi dan mem-presentasikan suatu fenomena dan proses material secara efisien dan berkesinambungan. Hasil prediksi ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk merancang jenis dan proses/sintesa material. Pelaksanaan Sub Kegiatan Kompetitif LIPI Advanced Material dan Nanoteknologi mulai tidak terlepas dari interaksi (baik secara mutual, substitusi, ataupun melengkapi) dari beberapa arahan (guidance) sebagaimana berikut:

a. Millennium Development Goals (MDGs) yang utamanya:Pemberantasan Kemiskinan: melalui penciptaan lapangan kerja industri manufaktur material dan komponen; Penurunan Angka Kematian Anak, Peningkatan Kesehatan Ibu, serta Pencegahan Penyakit: melalui pengembangan material untuk aplikasi komponen alat kesehatan; serta Pelestarian Lingkungan: melalui pengembangan material yang bersifat bio-degradable atau material untuk pengolahan limbah. b. Isu Climate Change: melalui pengembangan material sensor yang mampu mendeteksi zat-zat yang secara

38

kuantitas maupun kualitas bersifat deterioratif terhadap lingkungan. c. Upaya mitigasi bencana khususnya terhadap bencana gempa bumi; d. Roadmap Pengembangan Teknologi Industri Berbasis Nanoteknologi (Kemenperin, 2008 dan Ristek, 2006) yang merumuskan 4 industri prioritas untuk Fase (2010-2014) yaitu tekstil, keramik, kimia, dan pangan, yang potensial menerapkan nanoteknologi pada proses produksinya dengan mempertimbangkan kondisi pasar, teknologi, infrastruktur, dana, bahan baku, SDM, dan potensi resiko. Strategi yang tepat sangat diperlukan untuk menciptakan kemampuan penguasaan teknologi material yang efektif, efisien dan berkesinambungan. Salah satunya dengan perencanaan program penguasaan teknologi melalui pemanfaatan sarana penelitian dan sumberdaya manusia yang dimiliki saat ini. Selain itu, topik sub-kegiatan penelitian dan pengembangan seyogyanya memperhatikan permasalahan aktual yang sedang berkembang di Indonesia dan dunia. Menyikapi hal tersebut, implementasi Sub-Kegiatan Advanced Material dan Nanoteknologi ini dapat diklasifikasikan ke dalam: a. Penguasaan ilmu material dan perekayasaan material (nano dan mikro); b. Pengembangan penguasaan teknologi pengolahan dan pemanfaatan bahan dasar (raw material) pendukung material maju (nano dan mikro); c. Pengembangan teknologi proses material (nano dan mikro); d. Pengembangan teknologi proses fabrikasi dalam rangka peningkatan kemampuan pengaplikasian material; e. Aplikasi material melalui pengembangan teknik rancang bangun; f. Modeling atau simulasi komputer.

39

B. Tujuan dan Sasarana. Tujuan Menstimulasi aspek optimalisasi pendayagunaan sumberdaya mineral Indonesia yang berpotensi sebagai bahan baku material maju; Menstimulasi pertumbuhan teknologi material maju dan nanoteknologi; Memperkuat dan menumbuhkan teknologi material maju dan nanoteknologi; Menumbuhkembangkan kerjasama antara industri dan lembaga penelitian dalam pengembangan material maju dan nanoteknologi; Menentukan kerangka arah perkembangan teknologi material maju dan nanoteknologi di Indonesia. b. Sasaran Diperolehnya minimal model/prototip material, komponen, desain proses, atau alat dengan nilai tekno-ekonomi signifikan dari tiap kegiatan yang mampu berjalan multi-years; Dihasilkannya bentuk-bentuk HAKI (paten, royalti, dst) yang inovatif; Terjalinnya kerjasama atau peluang investasi dengan industri; Terbentuknya track record perkembangan advanced material dan nanoteknologi di Indonesia yang koheren dan integratif dan dapat menjadi kekuatan untuk pencapaian kemandirian nasional di bidang teknologi.

C. Ruang LingkupRuang lingkup dari Sub Kegiatan Kompetitif Advanced Material dan Nanoteknologi dikelompokkan menjadi lima fokus tema penelitian, yaitu sebagai berikut:

40

a. Pengembangan teknologi pengolahan sumber daya mineral untuk mengganti bahan baku impor dalam rangka mendukung dan meningkatkan daya saing industri nasional. Sumber daya mineral yang dimaksud di sini yaitu mineralmineral yang memiliki nilai strategis sebagai bahan baku bagi industri manufaktur, seperti mineral-mineral yang mengandung unsur logam besi, mangan, tembaga, alumunium, magnesium dan lain sebagainya termasuk logam tanah jarang dan logam mulia; b. Pengembangan nanomaterial berbasis sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Nilai ekonomis diukur dengan ketersediaan bahan baku, kemudahan penguasaan teknologi, skala produksi, potensi pasar, kesiapan industri pengguna dan nilai jual produk. Beberapa contoh nanomaterial yang memiliki potensi tersebut adalah TiO2, ZnO, SiO2, nanofiber, biomaterial, nanokomposit dan lain sebagainya; c. Pengembangan smart and functional materials untuk mendukung bidang: kesehatan, energi baru dan terbarukan, teknologi transportasi, teknologi informasi dan komunikasi serta mitigasi bencana; d. Pengembangan komputasi, modeling dan simulasi juga menjadi prioritas sebagai upaya meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencapai efisiensi dari suatu proses dan kinerja produksi; e. Pengembangan instrumentasi yang mendukung penguatan R & D di bidang Material Maju dan Nanoteknologi sebagai upaya peningkatan penguasaan teknik analisa dan perawatan instrumen.

D. RoadmapRoadmap Sub Kegiatan Material Maju dan Nanoteknologi dibuat sederhana berdasarkan penguasaan teknologi dan capaian hasil-hasil riset selama ini yang disajikan dengan mempertimbangkan tren terkini serta isu strategis nasional yang terus berkembang. Oleh karena ini, roadmap tersebut bersifat dinamis yang berarti bahwa secara

41

umum penguasaan teknologi untuk mendapatkan suatu capaian yang berdampak besar, signifikan dan nyata akan menjadi kerangka besar pemikiran. Sementara itu, tema-tema lain yang bersifat supporting akan turut dikembangkan dan akan diadjust sesuai dengan kebutuhan yang ada. Gambar di bawah ini menunjukkan ilustrasi roadmap Sub KegiatanMaterial Maju dan Nanoteknologi yang dibuat berdasarkan kondisi terkini serta peluang yang potensial untuk dimasuki. Hingga 2011, penelitian-penelitian dasar untuk smart and functional material (SFM) dan nanomaterial serta prototipe alat sintesa nanopartikel telah dilakukan. Pada periode 2012-2013 diharapkan akan dikuasai teknologi sintesa SFM dan teknologi pengolahan mineral, serta diperoleh prototipe alat pengolahan mineral. Di sisi lain, dengan melakukan berbagai riset pada bidang nanomaterial dari sumber daya alam lokal, maka teknologi produksi nanomaterial dapat dikuasai. Memasuki periode kedua, 2014-2015, diharapkan aplikasi SFM, teknologi pengolahan mineral dan sintesa nanomaterial pada industri nasional dapat dilaksanakan pada tahap awal atau tahap uji coba. Bersamaan dengan hal tersebut, penguasaan teknologi produksi nanopartikel skala pilot diharapkan sudah dicapai. Pada periode akhir, 2016-2020, aplikasi masal teknologi pengolahan mineral dan produksi nanomaterial dapat dilaksanakan dan kontribusi nyata Sub Kegiatan Material Maju dan Nanoteknologi dapat dirasakan untuk peningkatan daya saing global industri nasional.

42

Rapid advancement & mass market Early adapterPenguasaan teknologi sintesa SFM Penguasaan teknologi pengolahan mineral Prototipe alat pengolahan mineral Penguasaan produksi nanomaterial dari SDA R & D untuk fungsionalisasi nanomaterial Aplikasi SFM pada industri kesehatan dll Aplikasi teknologi pengolahan mineral pada industri nasional Aplikasi nanomaterial pada industri tahap awal Penguasaan teknologi produksi nanomaterial skala pilot Aplikasi masal teknologi pengolahan mineral pada industri nasional Aplikasi produksi masal nanomaterial pada industri nasional Penguasaan teknologi nanomaterial untuk ekspor

Applied research Basic researchRiset dasar smart and functional material Riset dasar dan prototipe alat sintesa nanopartikel (Top-Down)

IAL AP TER RAL E DM A OA NOM MIN R A AN A N LAH ES O NT ENG SI P 2016~2020 AN D 2014~2015

OUTPUT

2012~2013

~2011

TIME

Roadmap pengembangan Sub Kegiatan Material Maju dan Nanoteknologi.

E. Operasional Kegiatan Tahun 2010-2011Selama dua tahun terakhir, tema-tema yang berbasis pendalaman ilmu-ilmu dasar telah banyak diprioritaskan. Riset-riset dasar untuk menguasai rekayasa permukaan baik untuk material fungsional maupun struktur telah dikaji secara mendalam. Beberapa riset dalam bidang SMF juga telah dimulai. Diharapkan hingga periode ini penguasaan dasardasar teknologi SMF, nanomaterial, pelapisan dan lain sebagainya akan menjadi fondasi yang kuat untuk mengembangan Sub Kegiatan Material Maju dan Nanoteknologi. Berikut adalah contoh-contoh tema penelitian pada 2010-2011. Deposisi Ceramic Matrix Composite Coating dengan High Velocity Oxygen Fuel (HVOF) Thermal Spray Coating untuk Aplikasi Tahan Aus dan Tahan Impact;

43

Pengembangan Pelapisan Nanostruktur Material Sistem FeAl pada Baja dengan Metode Pemaduan Mekanik dan DGun; Pembuatan Nanomaterial Indium Tinoxide (ITO) sebagai Bahan Ultra-Sensitif Sensor Gas CO Konsentrasi Rendah; Sintesa Selektif Aerogel Nano Katalis Meso-Pori Melalui Ekstrak Superkritik CO2 untuk Hidrogenasi Limbah Biodiesel Menjadi Bahan Baku Polimer; Pembuatan Kawat Superkonduktor Nb 3Sn dengan Metode Nano-Powder-In-Tube untuk Aplikasi Kumparan pada Peralatan MRI (Magnetic Resonance Imaging); Pembuatan dan Pengembangan Shape Memory Alloy (SMA) sebagai Sensor dan Aktuator; Pembuatan Betok Cerdik dengan Penguatan Serat Karbon dan Matriks Campuran Semen yang Mampu Mendeteksi Beban Dinamis untuk Aplikasi Rigid Pavement; Pembuatan Self Healing Coating untuk Otomotif dari Poliurethan Berbasis Minyak Sawit; Pembuatan Serat Karbon dari Serat Alam untuk Aplikasi Beton Cerdik; Pemodelan dan Simulasi Fenomena di Skala Nano Berbasis Teori Medan; Fungsionalisasi nanofiber untuk aplikasi medis; Pembuatan dan pemanfaatan mikrofibel selulosa dari limbah industri kelapa sawit untuk aplikasi komponen otomotif; Pembuatan fleksibel magnet permanent Nd-Fe (Co) B dengan teknik hotpress sebagai komponen penyimpan data (memory storage); Pembuatan dan pengembangan shape memory alloys (SMA) sebagai sensor dan actuator untuk mengatur pergerakan katup aturan oli pelumas pada system transmisi otomotif (continuously variable transmission: CVT).

44

F. Rencana Operasional Tahun 2012Seperti diuraikan pada Roadmap di atas, rencananya pada tahun 2012 akan diprioritaskan pada tema-tema penelitian sebagai berikut: Topik 1: Pengembangan smart and functional material dan aplikasinya. Topik ini membuka kesempatan bagi usulanusulan penelitian di bidang magnet, shape memory alloys, sensor dan bio-sensor serta aplikasi lainnya yang memiliki dampak yang signifikan. Topik 2: Pengembangan teknologi pengolahan sumber daya mineral untuk aplikasi bahan baku industri manufaktur. Topik ini membuka peluang untuk melakukan penguasaan teknologi konsentrat, ekstraksi mineral, proses produksi, dan peningkatan kualitas produk sebagai upaya meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral, khususnya mineral-mineral yang mengandung unsur logam besi, mangan, tembaga, alumunium, magnesium dan lain sebagainya termasuk logam tanah jarang dan logam mulia. Topik 3: Pengembangan nanomaterial berbasis sumber daya lokal yang bernilai ekonomis tinggi. Topik ini memprioritaskan pada pengembangan teknologi sintesa nanomaterial yang dapat di scale up menuju kapasitas industri. Beberapa contoh material yang dapat dijadikan objek penelitian adalah TiO2, ZnO, SiO2, nanofiber, biomaterial, nanokomposit dan lain sebagainya. Topik 4: Pengembangan komputasi, modeling dan simulasi untuk meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mencapai efisiensi dari suatu proses dan kinerja produksi. Topik 5: Pengembangan instrumentasi pendukung R & D di bidang Material Maju dan Nanoteknologi. Topik ini membuka peluang penelitian dan pengembangan di bidang instrumentasi khususnya pada peralatan yang mendukung bidang Material Maju dan Nanoteknologi.

45

Selain topik-topik di atas, tema-tema penelitian yang menjanjikan suatu luaran yang signifikan dalam bidang Material Maju dan Nanoteknologi juga akan dipertimbangkan sebagai upaya mengakselerasi peningkatan kinerja kegiatan kompetitif pada sub kegiatan ini.

G. Keluaran dan Dampak a. KeluaranMakalah ilmiah di jurnal nasional dan internasional terakreditasi Contoh material dan alat proses Desain material yang mencakup: o komposisi optimal material o standard operation procedure (SOP) tentang proses/sintesa/manufaktur material o spesifikasi teknis dan performa material Spesifikasi teknis dan performa alat proses Perangkat lunak modeling atau simulasi komputer Hak atas kekayaan intelektual (paten, royalti, dst) Memorandum of understanding (MoU) atau pun kontrak-kontrak kerjasama dengan pihak swasta/industri

b. DampakPeningkatan nilai tambah (added values) secara inovatif dan tekno-ekonomis bagi sumberdaya mineral Indonesia dalam upaya mendorong peningkatan daya saing global industri nasional.

46

3.4.

ENERGI BERSIH TERBARUKAN DAN PASOKAN AIR BERSIH BERKELANJUTAN

A. Latar BelakangEnergi, air bersih dan pangan merupakan hal yang sangat mendesak untuk dijaga kesinambungannya. Ketersediaan energi, air bersih dan pangan menjadi satu hal yang saling terkait dan menentukan kemakmuran sebuah bangsa. Semenjak tahun 2003 Indonesia menjadi net-importer minyak bumi. Ketergantungan Indonesia akan energi minyak bumi ini sangat besar, dimana pada tahun 2015 diprediksikan bahwa 41,7 % kebutuhan energi bauran (energy mix) masih bergantung pada minyak bumi untuk mencapai scenario energi bauran nasional tahun 20251 dimana kebutuhan energi dari minyak bumi (BBM) hanya 26 % dibutuhkan pengembangan energi baru dan terbarukan. Potensi itu dapat dicapai dengan pengembangan potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia. Pemakaian energi baru dan terbarukan merupakan suatu keharusan untuk mengantisipasi kebutuhan akan energi dan pencegahan pemanasan global. Saat ini, beberapa produk energi baru dan terbarukan sudah mulai diaplikasikan di Indonesia. Pada saat ini telah terjadi transisi tentang penggunaan dan supplai energi. Perubahan besar tersebut adalah dari fuel untuk energi menjadi energi untuk fuel. Perubahan perubahan tersebut terjadi karena climate change, energy security dan air quality. Masalah tersebut adalah masalah global. Oleh karena itu, kemampuan teknologi dan inovasi yang mengarah pada pemenuhan peningkatan suplai akan energi bersih harus ditingkatkan dan dikembangkan dari sekarang. Teknologi energi fuelcell, matahari, angin, geothermal, bateri dan biomassa merupakan teknologi yang harus dipersiapkan.1

Blue Print Pengelolaan Energi Nasional

47

Berkaitan dengan hal tersebut, kebutuhan air bersih menjadi hal yang harus diperhatikan dengan seksama. Karena suplai energi bersih masa depan akan sangat tergantung pada pemenuhan akan ketersediaan air bersih. Konversi energi merupakan hal yang sangat penting pada aplikasi energi baru dan bersih. Oleh karena itu, untuk lebih mengoptimalkan suplai dan penggunaan energi bersih dan terbarukan diperlukan standarisasi teknologi pengujian konversi energi. Pada RPJMN 2010-2014 Bidang Pembangunan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Prioritas bidang P3-Iptek dan Fokus Prioritsa/kegiatan Prioritas Eneri baru dan Terbarukan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mempunyai tugas pada Penelitian Konversi Energi (PN 8) dan Penelitian Energi Baru dan Terbarukan. Sub-Kegiatan kompetitif bidang Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan akan mengarahkan pada capaian-capaian sasaran yang menjadi tanggung jawab LIPI tersebut. a. Prioritas Energi Bersih dan Air Bersih 1) Energi Kebutuhan energi Indonesia masih sangat tergantung pada energi fosil. Apabila tidak ada usaha dan hasil yang signifikan, maka di Indonesia akan terjadi krisis energi dalam beberapa tahun lagi. Perkembangan teknologi dan perubahan di dalam masyarakat menyebabkan terjadinya lonjakan kebutuhan energi. Pada tahun 2020 diperkirakan kebutuhan energi di Indonesia adalah 1,25 TWh per harinya. Potensi Indonesia di bidang energi baru dan terbarukan sangat besar dimana Potensi tenaga surya sebesar 9,1489 TWh/hari, tenaga hidro 1,827 TWh/hari, biomassa sebesar 1,827TW/hari, Angin sebesar 0,223 TWh/hari dan geothermal sebesar 0,576 TWH/hari. Potensi sumber daya energi tersebut di atas harus dieksplorasi sehingga krisis energi yang sedang dihadapi sekarang ini dapat diatasi. Potensi sumber daya manusia serta sumber daya lain yang dimiliki LIPI mesti

48

dioptimalkan untuk berkontribusi terhadap pemecahan persoalan bangsa Indonesia. Energi bauran (energy mix) merupakan strategi yang diprogramkan pemerintah untuk mengatasi problema energi yang sudah terlihat gejalanya. Energi bauran digunakan sebagai wujud dari upaya untuk mengoptimalkan potensi energi baru dan terbarukan serta untuk mengurangi ketergantungan akan energi minyak bumi. Pemerintah telah mentargetkan energi baur dengan program 25/25 yang berarti 25 persen kebutuhan energi dalam negeri pada tahun 2025 dipenuhi dari energy terbarukan. Usahausaha kemandirian untuk mencapai target tersebut sangat diperlukan. Tanpa kemandirian bidang teknologi energi bersih terbarukan, maka Indonesia akan mengalami ketergantungan teknologi pada bidang ini. Oleh karena itu, Kegiatan Riset Kompetitif Sub Kegiatan Energi Bersih Terbarukan dan Pasokan Air Bersih Berkelanjutan berusaha mengoptimalkan potensi peneliti yang ada di LIPI untuk berkontribusi pada kemandirian bangsa di bidang energi bersih terbarukan. Persoalan Indonesia terkini yang memerlukan pemecahan baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang akan menjadi timbangan bagi prioritas sub program energi bersih terbarukan dan pasokan air bersih berkelanjutan. 2) Air bersih Laporan PBB menyebutkan bahwa pada tahun 2025 terdapat dua dari tiga orang akan kekurangan air bersih baik untuk diminum atau untuk sektor pertanian. Gejala kekurangan sudah terjadi di beberapa tempat di Indonesia, dimana terdapat daerah yang kekurangan air bersih, atau terdapat air namun tidak layak untuk dikonsumsi. Persoalan air dan energi merupakan satu keastuan, oleh karena itu teknologi air bersih yang dikembangan harus memperhatikan sumber energi yang digunakan. Teknologi yang akan diaplikasiakan tidak menggunakan energyintensive process, sebagai contoh untuk desalinasi air laut

49

digunakan biomimetic membranes atau forward osmosis. Kedua teknologi ini mengkonsumsi energi yang lebih rendah dibandingkan dengan teknologi reverse osmosis. Pengembangan teknologi penjernihan air dapat dikombinasikan dengan sumber energi terbarukan seperti penggunaan energi matahari atau energi angin sebagai sumber energi. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas dan sangat beragam. Persoalan pada setiap wilayah sangat spesifik. Pemenuhan kebutuhan air, tidak sematamata diperuntukkan pada pemenuhan kebutuhan seharihari, namun juga untuk kepentingan strategis seperti pemenuhan air bersih dan layak minum di daerah perbatasan atau air sebagai sumber dari hidrogen. 3) Sinergi Persoalan energi dan air tidak terlepas dari kondisi kemasyarakatan di Indonesia. Teknologi yang mampu dikembangkan oleh saintis dan teknologi Indonesia harus memperhatikan kondisi kemasyarakatan dimana teknologi tersebut akan diaplikasikan. Kondisi-kondisi seperti adatistiadat, perilaku, polapikir, serta kebiasaan masyarakat mesti menjadi hal yang dijadikan referensi dalam aplikasi teknologi bidang energi dan air. Oleh karena itu, dalam Kegiatan kompetitif sub kegiatan energi bersih terbarukan dan pasokan air bersih Berkelanjutan harus sinergi dengan program kompetitif lainnya. Hal ini diwujudkan dalam program jangka panjang dan menengah.

B. Tujuan dan SasaranTujuan : Menguasai dan mengimplementasikan kemampuan Iptek Energi Bersih Terbarukan dalam turut serta memenuhi target energi mix nasional serta dalam teknologi pemasokan air bersih berkelanjutan; Memberikan solusi bagi permasalahan di bidang sumber energi bersih serta pasokan air bersih;

50

Meningkatkan peran LIPI dalam mengatasi masalah nasional energi bersih terbarukan dan air bersih. Sasaran dari sub kegiatan ini dalam 3-5 tahun kedepan adalah sebagai berikut : Tersedianya demo pilot plan biogasssoline dari lignosellulosa; Tersedianya standarisasi teknologi pengujian konversi energi; Tersedianya Konsep optimasi fuelcell; Tersedianya teknologi energi berbasis sumber daya alam dan atau biomasa; Tersedianya teknologi low rpm motor yang diaplikasikan pada energi bayu; Tersedianya teknologi mikrohidro head trendah yang dapat diaplikasikan; Tersedianya teknologi baterai untuk electrical devices dan pendukung sistem listrik terintegrasi; Terjadinya mitra kerja untuk pemanfaatan teknologi energi bersih dan air bersih; Tersedianya teknologi proses penjernihan air untuk aplikasi rumah tangga terutama pada pemukiman; Tersedianya proven teknologi modul penjernihan air dan/atau resaikel air untuk kondisi darurat dan strategis; Tersedianya sumber air tanah bagi daerah pedesaan kering (sulit air); Tersedianya konsep integrasi teknologi air bersih dan energi baur (fuelcell, bayu, matahari dan biomassa); Integrasi dan sinkronisasi antar kegiatan kompetitif LIPI; Aplikasi hasil riset untuk kepentingan strategis nasional.

51

C. Lingkup Sub Kegiatan dan Roadmap1) Energi Dengan melihat skala prioritas di atas serta melihat kemampuan SDM dan sarana yang ada di LIPI serta tugas prioritas yang diemban pada LIPI pada RPJMN 2010-2014, maka ditetapkan skema garis besar pengembangan energi bersih terbarukan yaitu pada 1. Pemanfaatan energi biomasa lignoselulosa. 2. Pengembangan sistem energi hybrid. Pemanfaatan energi biogasoline dari lignoselulosa meliputi hal-hal sebagaimana tercantum pada skema 1 di bawah ini :FischerTropsch Refining

Gas SintesisGasifikasi steam reforming

Alkana

Gasoline Olefin Diesel

Biomasa Lignoselulosa

Pirolisa/Liquefaction

Lignin Bio-oil

Hidrodeoksigenasi

Komponen Gasoline

Konversi ke Gas Sintesis Hidrolisa Reduksi/Pembentukan ikatan C-C

Lignin Karbohidrat

Fuels dengan berat molekul Tertentu

Skema 1

Lingkup pengembangan lignoselulosa untuk energi

Sedangkan untuk pengembangan sistem energi hybrid dapat meliputi teknologi energi terbarukan seperti energi angin, energi matahari.

52

Roadmap dari sub kegiatan ini adalah sebagaimana tercantum pada gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Skema pengembangan riset energi terbarukan kegiatan kompetitif subkegiatan IV.2011 2012 2013 Upgrade Aplikasi PEMFC pada Pengembangan mobil sistem mobil mobil listrik (sistem listrik untuk aplikasi listrik (safety, kontrol, mobil listrik) jalan raya control, etc) Pembuatan Upscale dan aplikasi stack FISION untuk stack transportasi listrik PEMFC berbasis FISION Desain dan Pembuatan Sistem untuk standalone Powersupply Pengembangan Membran untuk Anhydrous PEMFC dan/atau methanol Fuelcell Konsep dan desain serta pembuatan mikro fuelcell untuk small dan mobile devices Trial Product untuk small devices (military, remote area, dll) Aplikasi dan Optimasi Mikrohidro (PLTMH) Hidrogen : Produksi (Biomasa, Elektrolisa), sistem storage, Purification Concurrent Technologies : Baterai, Energi Matahari (PV, Solar Thermal), low rpm motor, Energi Biomasa Lignosellulosa (proses, katalist, pilot plan) Teknologi standarisasi pengujian konversi energi 2009 2010

53

2) Air bersih Pengembangan kegiatan air bersih dimaktubkan pada gambar 2 di bawah ini: berkelanjutan

Gambar 2. Skema pengembangan kegiatan penelitian air bersih berkelanjutan2009 2010 2011 2012 2013 Teknologi Mandiri Air Bersih Sistem Storage Air Bersih Resaikel Pengembangan Sistem Penjernih Air Mobile Konsep dan pembuatan, penggunaan Air bersih untuk kepentingan strategis (hankam, remote area, Energi)

D. Operasional Kegiatan Tahun 2009-2011Untuk pencapaian target yang diinginkan, maka kegiatan dikelompokkan dalam suatu grup yang disebut kluster kegiatan penelitian.Kluster-kluster tersebut adalah : (i) Energi Baur Hibrid Hidrogrn/fuelcell Angin dan baterei, (ii) Air dan produksi Hidrogen, (iii) Managemen Air Bersih Berkelanjutan, dan (iv) gasifikasi. Pembentukan kluster ini dimasksudkan agar terjadi diskusi yang intens pada saat rapat koordinasi yang biasanya diadakan setiap 2 bulan sekali untuk setiap topic penelitian. Kegiatan pada tahun 2011 juga menyesuaikan dengan Prioritas Nasional (PN) yang diemban LIPI seperti tercantum pada RPJMN 2010-2014. Pada tahun ini terdapat kegiatan untuk mengeksploitasi kemampuan biomasa di Indonesia sebagai sumber biofuel. Teknologi pemanfaatan biofuel untuk mesin diesel sudah dimulai juga pada tahun 2011.

E. Rencana Operasional Tahun 2012Kegiatan yang dilakukan pada tahun 2012 akan mengacu pada roadmap atau rencana pengembangan sebagaimana tersebut pada gambar 1 dan gambar 2 dan

54

berkesesuaian dengan PN 8 sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2010-2014. Di dalam pelaksanaanya akan dilakukan rapat koordinasi untuk seluruh topik penelitian setiap selang waktu tertentu. Pelaksanaan Rapat koordinasi dilakukan oleh koordinator SubKegiatan dan panelis terkait.

F. Keluaran d an DampakKeluaran Publikasi nasional dan Internasional; Patent; System Integrasi; Prototipe; Dokument teknologi siap pakai; Aplikasi ke masyarakat. Dampak Kemandirian bangsa dalam bidang supli air bersih berkelanjutan; Kemandirian bangsa dalam bidang energi bersih terbarukan; Tersedianya teknologi untuk rural area dan daerah perbatasan untuk kepentingan Pertahanan keamanan Kesehatan.

G. Strategi PencapaianUntuk mencapai tujuan dan sasaran diatas, maka diperlukan beberapa strategic planning yang akan diterapkan pada proposal yang diajukan . Pemecahan persoalan masyarakat Kegiatan penelitian yang dilakukan melalui kegiatan kompetitif ini harus bermuara pada 3 hal: 1. Besar : Mempunyai dampak yang besar terutama bagi pemecahan persoalan kebangsaan atau kamasyarakatan

55

atau damapak yang besar pada dunia Ilmu pengetahuan (melalui citasi ilmiah); 2. Signifikan : Mempunyai signifikasi bagi kehidupan kebangsaan Indonesia baik dari sisi ekonomi maupun teknologi; 3. Nyata : Dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat, baik masyarakat biasa, masyarakat industry dan.atau masyarakat ilmiah Nadional/Internasional Pemecahan terintegrasi Meningkatnya harga pangan dunia ditengarai sebagai akibat pengalihan bahan pangan sebagai sumber energi baru dan terbarukan. Penggunaan air sebagai sumber energi fuelcell pun mempunyai potensi problema yang sama. Dengan demikian pemecahan suatu masalah mesti melihat Potensi konflik yang ada atau bahkan persoalan yang akan timbul. Kesiapan masyarakat akan teknologi yang berkaitan dengan air harus dipertimbangkan dengan seksama. Konsep teknologi yang kurang matang justru dapat menimbulkan efek yang kurang baik bagi masyarakat. Oleh karena itu, pada tahapan tertentu, hasil sub kegiatan ini dapat dikoordinasikan dengan hasil penelitian dari sub kegiatan lainnya, baik yang bersifat teknis maupun sosial. Using available technology (ride on others results) Teknologi telah tersedia di dunia dalam bentuk jurnal, buku, maupun handbook. Oleh karena itu prior-art dari penelitian menjadi unsur yang penting di dalam pengusulan proposal penelitian. Hal tersebut di atas ditekankan untuk mengoptimalkan potensi SDM serta fasilitas yang ada di LIPI dengan tidak mengulangi penelitian yang sudah ada serta memanfaatkan teknologi dan aplikasi yang sudah ada untuk kepentingan pencapain kegiatan yang telah ditetapkan dalam sub kegiatan kompetitif ini. Penulisan

56

Proposal untuk sub kegiatan ini harus memperhatikan hal ini (prior-art).

H. Intangible Assets dan HAKIPerlu dilakukan upaya agar asset intangible dapat dikelola dengan baik. Hal ini terkait dengan semakin banyaknya sumber dana dari luar LIPI atau yang tersedia di luar negeri. Untuk menghindari problematika HaKI saat peneliti mendapatkan dana penelitian dari LIPI dan dari Luar LIPI (nasional dan internasional), maka diusulkan logbook elektronik. Meskipun logbook dalam bentuk hardcopy atau tulisn tangan masih diperlukan. Logbook elektronik dilakukan pada intra lipi (personil -> logbook-ku) Untuk menjaga hal di atas dilakukan pengamatan korelasi antara laporan (laporan tahapan dan laporan akhir) dan logbook hardcopy dan logbook elektronik serta kerangaka acuan program riset.

3.5.

KETAHANAN DAN DAYA SAING WILAYAH DAN MASYARAKAT PESISIR

A. Latar BelakangSebagai negara kepulauan (Archipelago Country) terbesar di dunia dengan jumlah pulau lebih dari 17.500 pulau dan garis pantai sepanjang 81.000 kilometer, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam pesisir yang sangat besar dan beragam. Dari sekian ribu pulau tersebut, sebagian besar merupakan pulau-pulau kecil yang jumlahnya lebih dari 10.000 buah. Pulau kecil, yang didefinisikan sebagai pulau yang luasnya kurang dari 10.000 km, umumnya mempunyai jumlah penduduk kurang dari 200.000 jiwa dan sangat rentan terhadap perubahan alam karena daya dukung lingkungannya sangat terbatas. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil pada umumnya memiliki potensi sumber daya alam daratan (terestrial) yang sangat terbatas, tetapi sebaliknya memiliki

57

potensi sumber daya kelautan yang cukup besar, di mana potesi perikanan di pulau-pulau kecil didukung oleh adanya ekosistem seperti terumbu karang, padang lamun (seagrass) dan mangrove. Sumber daya kelautan pada kawasan pulaupulau kecil memiliki potensi keaneka-ragaman hayati yang bernilai ekonomi tinggi seperti berbagai jenis ikan, udang dan kerang. Kesemuanya itu merupakan aset bangsa yang sangat strategis untuk dikembangkan dengan basis kegiatan ekonomi pada pemanfaatan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental service) kelautan. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas pembangunan serta kenyataan bahwa sumber daya alam di daratan (seperti hutan, lahan pertanian) dan mineral terus menipis atau sukar untuk dikembangkan, maka sumber daya pesisir dan kelautan akan menjadi tumpuan harapan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi nasional di masa mendatang. Namun demikian, bila dibandingkan dengan potensinya, sumber daya pesisir dan laut masih belum tergarap secara optimal karena kebijakan pembangunan nasional selama ini lebih banyak berorientasi ke wilayah daratan. Di samping potensi kekayaan alamnya yang berlimpah, sebagian dari wilayah pesisir merupakan tempat pertukaran arus barang dan jasa yang merupakan sarana penting untuk mendukung perkembangan perekonomian nasional. Demikian juga keberadaan pulau-pulau terluar yang berbatasan dengan negara tetangga, merupakan halaman depan yang mempunyai posisi sangat strategis dalam menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Permasalahan yang sering muncul di daerah perbatasan pada umumnya meliputi: (a) belum tegasnya garis batas administrasi perbatasan antarnegara di beberapa lokasi perbatasan; (b) masih menonjolnya permasalahan keamanan, terutama pelintas batas dan perdagangan ilegal; (c) masih lemahnya penyuluhan dan informasi bidang sosial, ekonomi, pertahanan, keam