TERPENOI1

download TERPENOI1

of 19

description

j

Transcript of TERPENOI1

  • TERPENOID

    A. Tinjauan Senyawa Terpenoid

    Terpenoid merupakan komponen-komponen tumbuhan yang mempunyai

    bau dan dapat diisolasi dari minyak atsiri. Minyak atsiri yang berasal dari bunga

    pada awalnya dikenal dari penentuan struktur secara sederhana, yaitu dengan

    perbandingan atom hidrogen dan atom karbon dari suatu senyawa terpenoid

    yaitu 8:5 dan dengan perbandingan tersebut dapat dikatakan bahwa senyawa

    tersebut adalah golongan terpenoid (Lenny, 2006). Minyak atsiri bukanlah

    senyawa murni akan tetapi merupakan campuran senyawa organik yang

    kadangkala terdiri dari lebih 25 senyawa atau komponen yang berlainan.

    Sebagian besar komponen minyak atsiri adalah senyawa yang hanya

    mengandung karbon dan hidrogen atau karbon, hidrogen dan oksigen yang tidak

    bersifat aromatik yang secara umum disebut terpenoid. Minyak atsiri adalah

    bahan yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari bahan-bahan lain

    yang terdapat dalam tumbuhan.

    Semua senyawa terpenoid berasal dari molekul isoprena CH2=C(CH3)-

    CH=CH2 dan kerangka karbonya (carbon skeleton) disusun dengan

    menyambung dua atau lebih satuan isoprena tersebut (C5) seperti pada Gambar

    1. Berdasarkan alasan tersebut, maka senyawa terpenoid seringkali dinyatakan

    dengan istilah isoprenoid. Namun, senyawa isoprena sendiri tidak terdapat di

    alam, senyawa yang sebenarnya terlibat adalah isopentenil pirofosfat,

    CH2=C(CH3)-CH2-CH2-OPP. Hal ini menyebabkan ada sebagian senyawa

    terpenoid yang tidak tersusun dari molekul isoprena tersebut (Tukiran, 2010).

  • Gambar 1. Struktur isopren

    Klasifikasi terpenoid ditentukan dari unit isopren atau unit C-5 atau

    penyusun senyawa tersebut. Secara umum, biosintesa dari terpenoid terjadi

    dengan 3 reaksi dasar yaitu:

    1) Pembentukan isoprena aktif berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat.

    2) Penggabungan kepala dan ekor dua unit isopren akan membentuk mono-,

    seskui-, di-, sester-, dan poli-terpenoid.

    3) Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan

    triterpenoid dan steroid.

    Mekanisme dari tahap-tahap biosintesis terpenoid adalah asam asetat yang

    telah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis Claisen

    menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini dengan asetil

    koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol mnghasilkan rantai karbon

    bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalonat

    CH2OHCH2C(OHCH3)CH2COOH. Reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi,

    eliminasi asam fosfat, dan dekarboksilasi menghasilkan iso-pentil pirofosfat

    (IPP) yang selanjutnya berisomerisasi menjadi dimetil alil pirofosfat (DMAPP)

    oleh enzim isomerase. IPP sebagai unit isopren aktif bergabung melalui ikatan

    kepala ke ekor dengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah

    pertama dari polimeraisasi isoprena untuk menghasilkan terpenoid.

  • Penggabungan ini terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP

    terhadap atom karbon dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh

    penyingkiran ion pirofosfat yang menghasilkan geranil pirofosfat (GPP) yaitu

    senyawa antara bagi semua senyawa monoterpenoid.

    Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan

    mekanisme yang sama menghasilkan farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan

    senyawa antara bagi semua senyawa senyawa seskuiterpenoid. Senyawa

    diterpenoid diturunkan dari geranil-geranil piofosfat (GGPP) yang berasal dari

    kondensasi antara satu unit IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.

    Reaksi-reaksi selanjutnya dari senyawa antara GPP, FPP, dan GGPP untuk

    menghasilkan senyawa-senyawa terpenoid satu persatu hanya melibatkan

    beberapa jenis reaksi sekunder. Reaksi-reaksi sekunder tersebut antara lain

    hidrolisis, siklisasi, oksidasi, reduksi, dan reaksi-reaksi spontan yang dapat

    berlangsung dengan mudah dalam suasana netral dan pada suhu kamar, seperti

    isomerisasi, dehidrasi, dekarboksilasi, dan sebagainya (Achmad, 1986).

    Mekanisme biosintesis senyawa terpenoid dapat dilihat dalam Gambar 2.

    Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak dan hanya terdapat di

    dalam sitoplasma sel tumbuhan. Biasanya terpenoid diekstraksi dari jaringan

    tumbuhan dengan memakai eter minyak bumi, eter, atau kloroform, dan dapat

    dipisahkan secara kromatografi pada silika gel atau alumina memakai pelarut di

    atas tetapi sering kali terdapat kesukaran sewaktu mendeteksi dalam skala mikro

    karena hampir semua senyawa terpenoid tidak berwarna dan tidak ada pereaksi

    kromogenik yang peka (Harborne, 1987).

    Berdasarkan mekanisme reaksi biosintesis senyawa terpenoid, maka

    senyawa terpenoid dapat dikelompokkan menjadi seperti pada Tabel 1

    Jenis senyawa Jumlah C Sumber

  • a. Monoterpenoid

    Monoterpenoid merupakan senyawa essence dan memiliki bau yang spesifik

    yang dibangun oleh 2 unit isopren atau dengan jumlah atom karbon 10.

    sedangkan prinsip dasar penyusunannya tetap sebagai penggabungan kepala dan

    ekor dari 2 unit isopren. Struktur monoterpenoid dapat berupa rantai terbuka

    dan tertutup atau siklik.

    b. Seskuiterpenoid

    Seskuiterpen merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit

    isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka

    naftalen. Senyawa seskuiterpen ini mempunyai bioaktivitas yang cukup

    besar, diantaranya adalah sebagai antifeedant, hormon, antimikroba,

    antibiotik, toksin serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis.

    c. Diterpenoid

    Senyawa diterpenoid merupakan senyawa yang mempunyai 20 atom

    karbon dan dibangun oleh 4 unit isopren. Senyawa ini mempunyai

    Monoterpenoid 10 Minyak atsiri

    Seskuiterpenoid 15 Minyak atsiri

    Diterpenoid 20 Resin pinus

    Triterpenoid 30 Damar

    Tetraterpenoid 40 Zat warna karoten

    Politerpenoid

    40 Karet alam

  • bioaktivitas yang cukup luas yaitu sebagai hormon pertumbuhan tanaman,

    podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant serangga, inhibitor

    tumor, senyawa pemanis, antifouling, dan antikarsinogen.

    d. Triterpenoid

    Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung

    dengan siklik 5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus fungsi pada

    siklik tertentu

    ALKALOID

    2.1 Pengertian Alkaloid

    Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur

    Nitrogen (N) pada umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek

    fisiologis kuat terhadap manusia. Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang

    farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf, menaikkan tekanan darah,

    dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).

    2.2 Klasifikasi Alkaloid

    Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu

    alkaloida dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin.

    Hampir semua nama trivial ini berakhiran in yang mencirikan alkaloida.

    Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :

    1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian

    dari struktur molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat

    dibedakan atas beberapa jenis seperti alkaloida pirolidin, alkaloida

    piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin dan alkaloida indol.

    2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini

    digunakan untuk menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama

  • ditemukan pada suatu jenis tumbuhan. Berdasarkan cara ini, alkaloida

    dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida tembakau, alkaloida

    amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini mempunyai

    kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan

    tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.

    3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk

    menjelaskan hubungan antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan

    berdasarkan berbegai jenis cincin heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida,

    menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya beberapa asam amino

    tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida dapat dibedakan

    atas tiga jenis utama yaitu :

    a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin

    b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin, tirosin

    dan 3,4-dihidrofenilalanin

    c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.

    Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk

    cincin heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu

    bervariasi.Atom nitrogen alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus

    amin (-N) atau gugus amida (-CO-NR2) dan tidak pernah dalam bentuk gugus

    nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang substituen oksigen biasanya ditemukan

    sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-O-CH2-

    O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri

    sebagian besar alkaloida.Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola

    oksigenasi tertentu. Pada senyawa-senyawa ini gugus fungsi oksigen

    ditemukan dalam posisi para atau posisi para dan meta dari cincin aromatik.

    Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut

    Hegnauer, dimana alkaloida dikelompokkan atas :

    1. Alkaloida Sesungguhnya

    Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan

    aktivitas fisiologis yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya

    mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino,

  • biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik.Beberapa

    pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat

    yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloida

    quarterner yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

    2. Protoalkaloida

    Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen

    asam amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik.Protoalkaloida diperoleh

    berdasarkan biosintesa dari asam amino yang bersifat basa.Pengertian amin

    biologis sering digunakan untuk kelompok ini.

    3. Pseudoalkaloida

    Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino.Senyawa

    ini biasanya bersifat basa.Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok

    ini yaitu alkaloida steroidal dan purin.

    (Achmad. S.A, 1986)

    Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah

    berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya yaitu:

    1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada

    dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin,

    alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid

    histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin,

    alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin.

    2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.

    3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.

    4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.

    5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.

    (Widi et al, 2007)

    2.3 Jalur Sintesis Alkaloid Dalam Tumbuhan

    A. Skema Umum Jalur Biogenetik Pembentukan Alkaloid

  • Pada dasarnya metabolit sekunder yang terdapat pada bahan alam

    merupakan hasil metabolit primer yang mengalami reaksi yang spesifik

    sehingga menghasilkan senyawa-senyawa tertentu. Berikut ini adalah bagan

    yang menunjukkan hunbungan antara metabolit primer dengan metabolit

    sekunder :

    Bagan Hubungan Biosintesis Metabolit Primer Menjadi Metabolit

    Sekunder

    (Robbers et al, 1996)

    B. Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid

    Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa

    ini terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino

    esensial yang merulakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino

    alanin, arginin, asparagin,asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin,

  • glisin, histidine, isoleusin, leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine,

    treonine, triptopan, tirosine, dan valin (Hendrix et al, 2008).

    Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, selain tirosin yang juga

    merupakan pencetus terbentuknya alkaloid adalah histidin, lisin dan triptopan.

    Berikut adalah rumus struktur masing-masing asam amino yang dimaksud :

    FLAVONOID

    2.1 Pengertian Senyawa Flavonoid

    Flavonoid merupakan pigmen tumbuhankelompok fenol yang terdiri dari

    15 atom karbon yang dengan warna kuning dan merah yang dapat

    ditemukan pada tumbuhan seperti buah, sayuran, kacang, biji, batang,

    bunga, herbal, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan

    seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa

    ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas

    nutrisi makanan.Tumbuhan umumnya hanya menghasilkan senyawa

    flavonoid tertentu.

    Flavanoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom

    karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane

    (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6.Flavonoid merupakan

    golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia senyawa fenol, yaitu

    1. Bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.

    2. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.

    3. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat

    menyebabkan rusaknya susunan dan perubahan mekanisme

    permeabilitas dari dinding sel bakteri.

    4. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan

    fungsi antioksidan, bergantung pada struktur molekkulnya, posisi gugus

    hidroksil memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas

    menyingkirkan radikal bebas.

  • 2.2 Struktur dan Karakteristik Senyawa Flavonoid

    Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua

    inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar

    flavonoid dapat digambarkan sebagai berikut :

    Kerangka dasar senyawa flavonoid

    Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk resorsinol

    tersubstitusi.

    Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

    Cincin B adalah karakteristik 4-, 3,4-, 3,4,5- terhidroksilasi

  • R = R = H, R = OH R = H, R = R = OH R = R = R = OH (juga, R = R

    = R = H) (Sastrohamidjojo, 1996)

    Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknyasedemikian rupa

    sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentukcincin heterosiklis dalam

    senyawa trisiklis.Pada cincin B jarang ditemukan pola oksigenasi terdapat tiga

    gugus hidroksil atau cincin B tidak teroksigenasi atau teroksigenasi pada posisi

    orto jarang ditemukan.

    2.3 Klasifikasi Senyawa Flavonoid

    Harborne ; Marby dkk; Markham (1967a; 1970; 1982 dalam Harborne 1987:

    72) memberikan penjelasan bahwa Penggolongan jenis flafonoid dalam

    jaringan tumbuhan mula-mula didasarkan kepada telaah sifat kelarutan dan

    reaksi warna. Kemudian diikuti dengan pemeriksaan ekstrak tumbuhan yang

    telah dihidrolisis secara kromatografi satu arah. Akhirnya, flavonoid dapat

    dipisahkan dengan cara kromatografi. Komponen masinh-masing diidentifikasi

    dengan membandingkan kromatografi dengan spektrum, dengn memakai

    senyawa pembanding yang sudah dikenal. Senyawa baru yang ditemukan

    sewaktu menelaah memerlukan pemeriksaan kimia dan spektrum yang lebih

    terperinci.

    Flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman pada rantai C3

    yaitu :

    1. Flavonol

  • Flafonol tersebar luas dalam tumbuhan, baik sebagai kopigmen antosianin

    dalam daum bunga maupun dalam daun tumbuhan tinggi. Seperti antosianin,

    mereka paling sering terdapat sebagai glosida (Harborne : 1987 )

    Robinson (1995 dalam Doloksaribu 2009) menyatakan bahwa Flavonol

    paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida dan aglikon

    flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat

    sebagai antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam

    bebas kebanyakan merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan

    flavonol dalam suasana basa dioksidasi oleh udara tetapi tidak begitu cepat

    sehingga penggunaan basa pada pengerjaannya masih dapat dilakukan.

    Struktur Flavonol

    2. Flavon

    Flavon berbeda dengan flavonol karena flavon tak terdapat penyulihan 3-

    hidroksi. Hal tersebut berpengaruh pada serapan UV-nya, gerakan kromatografi

    dan reaksi warnanya. Hanya ada dua aglikon flavon umum yaitu apigenin dan

    luteolin, pola hidroksilasinya serupa dengan kemferol dan kuersetin.

    Flavon terdapat juga sebagai glikosida tetapi jenis glikosidanya lebih sedikit

    daripada jenis glikosida pada flavonol. Glikosida itu sendiri merupakan

    senyawa yang menghasilkan satu atau lebih gula di antara hasil hidrolisisnya.

    Untuk flavon jenis yang paling umum ialah 7-glikosida, contohnya luteoin 7-

    glukosida. Terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan karbon-

  • karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida.Flavon dianggap sebagai induk

    dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.

    Struktur Flavon

    3. Isoflavon

    Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

    Isoflavonoid dapat dibedakan dalam tiga kelas berdasarkan sifat fisiologinya

    yaitu 7-4-dihidrroksiisoflavon (daidzein) dan 5,7,4-trihidroksiisoflavon

    (genistein) merupakan estrogen alam lemah, terdapat dalam seamanggi,

    Trifolium pratense. Isoflavon ini merupakan insektisida alam yang kuat

    sehingga berfungsi sebagai pertahanan terhadap serangan penyakit.

    Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak khas dengan pereaksi

    warna manapun.Kebanyakan isoflavon bila disinari dengan sinar UV akan

    menunjukan warna merah senduduk tua dan bila diuapi dengan amonia

    warnanya akan berubah menjadi coklat, sedangkan beberapa isoflavon

    misalnya daidzeinmemberikan warna biru kuat dengan sinar UV bila diuapi

    ammonia.

  • Struktur Isoflavon

    4. Khalkon

    Khalkon merupakan antoklor, yaitu pigmen fenol kuning. Hal tersebut dapat

    dibuktikan dengan bila daun bunga berwarna kuning akan berubah menjadi

    merah atau jingga bila diuapi oleh asap basa atau asap amonia. Bila dalam

    kromatografi kertas, khalkon akan berwarna coklat kuat dibawah sinar UV.

    Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena hanya pigmen dalam

    bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas dalam

    pengembang air.

    Struktur Khalkon

    5. Auron

    Aron sama halnya dengan Khalkon yang merupakan antoklor. Auron berupa

    pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.Dalam

    larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi

    kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat

    berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia.

    Struktur Auron

  • 6. Flavanon

    Flavanon merupakan isomer khalkon. Flavanon terdistribusi luas di alam

    seperti terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.Flavanon glikosida merupakan

    konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah jeruk; dua glikosida

    yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat dalam buah

    anggur dan jeruk.Flavanon ini merupakan senyawa tak berwarna yang tidak

    dapat diditeksi dalam kromatografi kecuali apabila dilakukan penyemprotan

    kromogen.

    Struktur Flavanon

    7. Flavanonol

    Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali

    jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan

    karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna. (Doloksaribu, 2009)

    Struktur Flavanonol

    8. Katekin

  • Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan

    berkayu.Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental

    Uncaria gambir dan daun teh kering yang mengandung kira-kira 30% senyawa

    ini.Katekin berkhasiat sebagai antioksidan. (Doloksaribu, 2009)

    Struktur Katekin

    9. Flavolan

    Flavolan atau yang dulu disebut Leukoantosianidin merupakan senyawa

    tanwarna, terutama terdapat pada tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang

    terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin, apiferol.

    Struktur Flavolan

    10. Antosianin

    Antosianin merupakan penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan.

    Pigmen berwarna kuat dan larut dalan air ini, adalah penyebab hampir semua

    warna merah jambu, merah marak, merah, merah seduduk, ungu, dan biru

    dalam daun bunga, daun dan buah pada tumbuhan tinggi. (Harborne : 1987)

  • Antosianidin memiliki 6 aglikon yang umum. Antosianidin merupakan

    aglikon antosianin yang akan terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan

    asam. Sianidin adalah aglikon yang paling umum yang berwarna merah

    lembayung. Pelargon merupakan aglikon yang gugus hidroksilnya kurang satu

    dibandingkan sianiding, sedangkan Defilnidin yang gugus hidroksilnya lebih

    satu dari sianidin. Terdapat pula tiga jenis eter metil antosianidin yang umum

    yaitu peonidin yang merupakan turunan sianidin.; serta petunidin dan malvidin

    yang merupakan turunan dari delfinidin.

    Struktur Antosianin

    Menurut Harborne (1987), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoid dimana

    semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk

    flavon dan semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:

    Golongan flavonoida Penyebaran Ciri khas

    Antosianin

    Proantosianidin

    pigmen bunga merah

    marak,dan biru juga dalam

    daun dan jaringan lain.

    terutama tan warna, dalam

    daun tumbuhan berkayu.

    larut dalam air, maks

    515-545 nm, bergerak

    dengan BAA pada kertas.

    menghasilkan antosianidin

    (warna dapat diekstraksi

    dengan amil alkohol ) bila

    jaringan dipanaskan dalam

    HCl 2M selama setengah

  • Flavonol

    Flavon

    Glikoflavon

    Biflavonil

    Khalkon dan auron

    Flavanon

    terutama ko-pigmen

    tanwarna dalam bunga

    sianik dan asianik;

    tersebar luas dalam daun.

    seperti flavonol

    seperti flavonol

    tanwarna; hampir

    seluruhnya terbatas pada

    gimnospermae.

    pigmen bunga kuning,

    kadang-kadang terdapat

    juga dalam jaringan lain

    jam.

    setelah hidrolisis, berupa

    bercak kuning murup pada

    kromatogram Forestal bila

    disinari dengan sinar UV;

    maksimal spektrum pada

    350 386 nm

    setelah hidrolisis, berupa

    bercak coklat redup pada

    kromatogram Forestal;

    maksimal spektrum pada

    330-350 nm.

    mengandung gula yang

    terikat melalui ikatan C-C;

    bergerak dengan

    pengembang air, tidak

    seperti flavon biasa.

    pada kromatogram BAA

    beupa bercak redup

    dengan RF tinggi .

    dengan amonia berwarna

    merah ; maksimal

    spektrum 370-410 nm.

  • Isoflavon

    tanwarna; dalam daun dan

    buah

    ( terutama dalam Citrus )

    tanwarna; sering kali

    dalam akar; hanya terdapat

    dalam satu

    suku,Leguminosae

    berwarna merah kuat

    dengan Mg / HCl; kadang

    kadang sangat pahit .

    bergerak pada kertas

    dengan pengembang air;

    tak ada uji warna yang

    khas.