Term of Reference Pendidikan Karakter

download Term of Reference Pendidikan Karakter

of 7

Transcript of Term of Reference Pendidikan Karakter

Term Of Reference (TOR)

KULIAH BERSAMA

Pendidikan Karakter/Moral (PAI) Sebagai Upaya Membendung Gerakan Radikalisme Islam

Oleh: Forum Mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Agama Islam (FMP3AI)

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2011

Term Of Reference KULIAH BERSAMA

Pendidikan Karakter/Moral (PAI) Sebagai Upaya Membendung Gerakan Radikalisme IslamA. Latar Belakang Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Dr. KH. Ahmad Hasyim Muzadi mengatakan, berkembangnya terorisme dan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) di Indonesia belakangan ini sudah sangat membahayakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). "Kekerasan, terorisme yang menggunakan karakter agama atau NII sudah sangat membahayakan," kata Hasyim Muzadi di kantor ICIS, Jl Dempo, Jakarta Pusat, Senin (25/4/2011). Menurutnya, terorisme dan NII tidak hanya membahayakan keamanan masyarakat, tapi juga membayakan Islam dan negara. Sedangkan menurut Tokoh Muslim Dunia, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur, Alm) dalam ceramahnya di Universitas Hamburg, Jerman, menjelaskan bahwa bangkitnya radikalisme Islam di Indonesia disebabkan adanya sebagian umat yang belum sepenuhnya memahami Islam secara mendalam. Memang benar, beberapa bulan terakhir gerakan radikalisme Islam sudah menunjukkan geliat yang begitu besar, tidak hanya terjadi di Indonesia saja bahkan negara-negara lain di dunia pun juga telah banyak bermunculan gerakan separatis yang disinyalir bagian dari gerakan radikalisme Islam yang berakar dari pemahaman Islam yang tidak sempurna. Gerakan ini memiliki banyak motif, sara, politik, dan bahkan ekonomi. NII salah satunya, seperti yang dilansir oleh banyak media elektronik, gerakan NII sebenarnya bukan bagian dari gerakan politik yang ingin mengacaukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tapi karena persolan ekonomi. Model gerakan NII, dengan metode brain washing. Setelah mereka dicuci otaknya kemudian dilakukan doktrinisasi, baru setelah dirasakan berhasil, maka mereka (NII) meminta sejumlah uang kepada anggotanya dengan dalih sebagai upeti/pajak dalam NII. Korban gerakan radikalisme Islam kebanyakan adalah dari kalangan pemuda atau mahasiswa yang kurang mendalam pemahamannya dalam bidang keagamaan. Sedangkan beberapa pakar pendidikan menilai, banyaknya pemuda dan mahasiswa yang terkooptasi oleh gerakan radikalisme Islam dewasa ini sebenarnya bertolak dari sistem pendidikan di Indonesia yang

kurang memperhatikan pendidikan karakter yang lebih menekankan pad aspek moral (nilai-nilai keagamaan), sehingga banyak dari kalangan pelajar kita mudah terpengaruh dengan gerkan-gerakan radikalisme agama. Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan karakter yang dibutuhkan disini adalah dalam rangka pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. Pembinaan karakter juga termasuk dalam materi yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Secara historis-geneologis, pencetus pendidikan karakter yang menekankan dimensi etis-spiritual dalam proses pembentukan pribadi ialah pedagog Jerman FW Foerster (1869-1966). Pendidikan karakter merupakan reaksi atas kejumudan pedagogi natural Rousseauian dan instrumentalisme pedagogis Deweyan. Menurut pendapat ini, tujuan pendidikan adalah untuk pembentukan karakter yang terwujud dalam kesatuan esensial subyek dengan perilaku dan sikap hidup yang dimilikinya. Karakter merupakan sesuatu yang mengualifikasi seorang pribadi. Karakter menjadi identitas yang mengatasi pengalaman kontingen yang selalu berubah. Ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter menurut Foerster. Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan. Kedua, koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut risiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas seseorang. Ketiga, otonomi. Di situ seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih. Karakter inilah yang menentukan forma seorang pribadi dalam segala tindakannya. Persoalannya, dari basis epistemologis di atas, bagaimana implementasi pendidikan karakter itu dalam konteks Indonesia? Di sinilah perlunya melakukan rekonstruksi dan sekaligus aktualisasi paradigma keilmuan, yang pada hemat saya, pendidikan karakter dalam konteks Indonesia ini, terejawantah ke dalam dua jalur: formal dan non-formal secara maksimal. Dengan demikian, ketika pendidikan karakter dapat terlaksana secara maksimal mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, maka harapannya, karakter bangsa kita menjadi teguh dan kuat yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan, filsafat pancasila, nilai-nilai budaya dan nilainilai kebinekaan, dan nilai-nilai psikologi dan sosiologi masyarakat Indonesia.

Pendidikan karakter pada tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di mata masyarakat luas. Ketika pendidikan karakter/moral khususnya nilai-nilai keIslaman sudah terinternalisasi dalam diri generasi bangsa Indonesia, maka tatkala ada gerakan-gerakan dengan label Islam yang tidak sesuai dengan norma-norma bangsa Indonesia, bahkan menyimpang dari ajaran-ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin, generasi bangsa kita tidak akan mudah terpengaruh dengan gerakan-gerakan semacam itu yang mengarah kepada gerakan radikalisme agama (khususnya Islam). Sehingga model-model gerakan seperti itu, akan sulit tumbuh dan berkembang di Indonesia. Karena begitu pentingnya pendidikan karakter/moral (yang bernilaikan keislaman), maka sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut. Bahkan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh pun menyatakan, pendidikan karakter akan semakin dikuatkan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga perguruan tinggi. Implementasi ketetapan tersebut dimulai sejak tahun ajaran baru 2011/2012, yang dimulai Agustus nanti. Gerakan pendidikan karakter yang dicanangkan Mohammad Nuh tersebut diharapkan dapat meneguhkan kehidupan bangsa ini yang sedang mengalami darurat karakter yang amat memperihatinkan. Karena itu, gerakan tersebut patut didukung oleh semua elemen bangsa demi kelangsungan negara yang kita cintai ini agar tidak mudah dirongrong oleh gerakan-gerakan fundamentalis yang bermotif sara, ekonomi, dan politik yang mengarah kepada dedekonstruksi Negara Kesatuan republik Indonesia (NKRI). Untuk mencapai cita-cita tersebut, sudah barang tentu harus dilakukan proses revolutif dengan mengintegrasikan pendidikan karakter yang berbasis nilai agama, dan budaya bangsa Indonesia dalam kontens kurikulum dan

dikontekstualisasikan dalam bentuk pendekatan maupun metodologi yang strategis, pragmatis dan relevan, yang didukung hardware, serta penyiapan, pembinaan dan pengembangan manajemen dan SDM yang memadai. Kegiatan kuliah bersama ini, dalam rangka untuk membekali mahasiswa magister program studi Pendidikan agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang agar memiliki wawasan yang luas tentang urgensi pendidikan karakter/moral yang berbasiskan nilai-nilai keislaman, sehingga mereka mampu menyusun kurikulum pendidikan karakter dan dapat dimplementasikan dalam pengajaran berdasarkan konteks ke-Indonesiaan. Dari deskripsi di atas, bermaksud memperkokoh karakter bangsa Indonesia yang berbineka tunggal ika, yang memahami akan arti persaudaraan sebagai bangsa Indonesia, meskipun beda agama, suku, warna kulit, partai dan ideologi sehingga menjadi bentuk penguatan kembali jalinan kerukunan yang sudah terbangun sebelumnya guna keutuhan dan kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak mudah tercerai beraikan dengan segala bentuk doktrinisasi gerakan radikalisme Islam. B. Landasan Kegiatan Kegiatan ini berlandaskan pada: 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi. 2. Program Kerja Forum Mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Agama Islam (FMP3AI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. C. Maksud dan Tujuan Sedangkan tujuan dari kegiatan ini adalah: 1. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia 2. Sebagai upaya komprehensif mencegah dan menanggulangi gerakan radikalisme Islam 3. Mengantarkan mahasiswa untuk dapat meneguhkan karakter dan identitasnya sebagai bangsa Indonesia yang menghargai akan setiap bentuk perbedaan yang ada di masyarakat. 4. Membangun wawasan pluralisme multikultural komprehensif yang diharapkan dapat dikembangkan lebih luas menurut perspektifnya dan dapat dikontekstualisasikan dalam kurikulum pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan diinternalisasikan kepada peserta didik guna membentengi peserta didik dari segala bentuk gerakan yang bermotif agama atau politik yang mengarah kepada disintegrasi bangsa. D. Hasil Yang Diharapkan 1. Terwujudnya mahasiswa yang memiliki kepeduliaan dalam mensosialisasikan dan membumikan pendidikan karakter/moral yang

berbasiskan nilai-nilai keislaman kepada masyarakat melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. 2. Mahasiswa mendapatkan inspirasi yang mendalam tentang konsep pendidikan karakter/moral yang dapat dituangkan dalam kurikulum dan pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) sebagai upaya dalam mencegah gerakan radikalisme Islam. E. Bentuk dan Tema Kegiatan Kegiatan yang akan dilakukan adalah kuliah bersama dengan tema Pendidikan Karakter/Moral (PAI) Sebagai Upaya Membendung Gerakan Radikalisme Islam F.Rencana Pelaksanaan 1. Hari/tanggal : Selasa, 08 Juni 2011 2. Waktu : Pukul 09.00- 10.30 WIB 3. Tempat : Kampus UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta G. Jumlah Peserta Peserta yang mengikuti kegitan kuliah bersama adalah mahasiswa pascasarjana program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah 40 orang peserta, dengan rincian; 37 peserta dari mahasiswa magister PAI dan 3 dosen pembimbing. H. Kepanitiaan Kegiatan kuliah bersama ini diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Pascasarjana Program Pendidikan Agama Islam (FMP3AI) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. I. Penutup Demikian TOR kegiatan ini kami buat, atas kesediaan Bapak untuk memfasilitasi dan berkenan mengisi kegiatan tersebut kami menyampikan terima kasih.

Malang, 12 Mei 2011