TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011....

19
Edisi 23 | Juli - Desember 2015 catastrophe newsletter NANOTEKNOLOGI SESAR LEMBANG TERLELAP DI DAMAINYA

Transcript of TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011....

Page 1: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Edisi 23 | Juli - Desember 2015

catastrophe newsletter

NANOTEKNOLOGI

SESAR LEMBANGT ER LE LAP D I DAMA IN YA

Page 2: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Your Reliable Partner in Catastrophe Risk Transfer

Page 3: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

EDITORIALKita sering mendengar bahwa “Tanah Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum”. Negerinya elok,

penduduknya ramah dan rupawan. Namun di bawah kedamaiannya, ada potensi bencana alam yang bisa datang kapan sa ja di masa depan. Di bawah sejuknya halimun pegunungan di sekitar Bandung, bersemayam Sesar

Lembang. Studi paleoseosmologi menunjukkan bahwa sesar ini pernah menghasilkan gempa dengan magnitudo hingga M 6.8. Bila itu terjadi lagi, apa yang akan terjadi dengan Bandung yang semakin hari semakin padat dan

ramai penduduknya? WASPADA 23 mencoba mengulas hal itu untuk Pembaca.

Hal lain yang dibawa oleh WASPADA 23 ini adalah perihal nanoteknologi. Mungkin hal ini masih asing untuk sebagian besar Pembaca, namun ternyata nanoteknologi tidaklah begitu jauh dari bisnis yang sehari-hari kita

geluti. Gempa Tohoku, Jepang, 9.0 SR yang diikuti dengan tsunami setinggi 20 meter ternyata tidak berhenti di kerusakan material, ada katastrofe sekunder yang hadir dengan hancurnya instalasi pembangkit listrik tenaga

nuklir di Fukushima. Radiasi radioaktif dari pembangkit ini mencapai daerah dalam radius 80 km. Kita, agaknya, perlu mulai memperhatikan kemajuan teknologi yang bisa berimplikasi ke industri asuransi. Sehingga kita

semakin baik dalam menghitung risiko apapun yang akan hadir di masa depan.

Semoga Pembaca dapat menikmati WASPADA edisi 23 ini. Selamat tahun baru, semoga senantiasa sukses di 2016.

daftar IsI

ESTIMASI KERUGIAN DI KOTA BANDUNG AKIBAT

GEMPA SESAR LEMBANG DAN POTENSI ASURANSINYA

ANALISA KARAKTERISTIK SESAR LEMBANG

NANOTEKNOLOGI

1

5

9

Page 4: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

221

Page 5: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

2

ANALISA KARAKTERISTIK SESAR LEMBANG

GEMPA NEPAL

2

Sesar adalah retakan atau sistem retakan sepanjang batuan yang telah mengalami pergerakan (Keller dan Pinter, 1996). Sekumpulan sesar yang saling berhubungan disebut

zona sesar. Segmentasi sesar dapat dikenal dari perubahan morfologi zona sesar, geometri seismik/kegempaan dan aktivitas kegempaan masa lalu (Keller dan Pinter, 1996).

Page 6: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

analisa karakteristik sesar lembang

eomorfologi tektonik mengungkapkan sebuah pandangan

Groman topografi yang dapat dipakai sebagai indikator dari

corak, kekuatan, dan rata-rata atau pergerakan tektonik

(tectonic movement). Neotektonik dicerminkan oleh morfotektonik,

yaitu geomorfologi/bentang alam yang menjadi karakter tektonik

zaman sekarang.

hingga menghilang di Cisarua Barat. Pada bagian barat ini, gawir sesar

ditutupi endapan- endapan gunungapi yang lebih muda.

Hasil interpretasi kelurusan sesar lembang menunjukan adanya

segmentasi dari morfologi Sesar Lembang tersebut. Untuk mengetahui

tingkat aktivitas kegempaan di Sesar Lembang

perlu dikajikan sejarah kegempaan dan seismisitas. Data gempa

terakhir yang terjadi di sekitar Sesar Lembang adalah pada tanggal 22

Juli 2011 dengan magnitudo 2,9 SR dan pada tanggal 30 Agustus 2011

dengan magnitudo 3.3 SR. Dari dua data tersebut sangat sulit

untuk mendapatkan adanya displacement di permukaan.

Ruben Damanik, M. Haikal Sedayo

Morfotektonik mempelajari tentang segala hal menyangkut hubungan

antara struktur geologi dengan bentuk lahan atau lebih spesifik lagi

hubungan antara struktur neotektonik dan bentuk lahan (Stewart dan

Hancock, 1994). Morfotektonik akan dipengaruhi oleh kondisi

morfologi dan proses tektonik yang terjadi pada masa lalu,

karena morfologi memiliki dimensi ruang dan tektonik mempunyai

dimensi waktu. Bentuk lahan tektonik akan mengekspresikan

bentukan topografi yang dapat dijadikan indikator telah terjadinya

pergerakan tektonik atau tektonik aktif. Bentuk topografi yang telah

mengalami perpindahan/ pergerakan dapat terlihat dan teramati melalui

foto udara yang memberikan kenampakan morfotektonik berupa pola

aliran sungai, perpindahan perbukitan, pembelokan sungai, kelurusan,

gawir sesar, serta kenampakan teras sungai.

Hasil interpretasi kelurusan dari citra Lidar dan SRTM dengan sangat

jelas memperlihatkan adanya kelurusan sesar lembang yang berarah

barat-timur. Secara morfologi Sesar Lembang ini terekspresikan

sebagai gawir sesar (fault scrap) dengan dinding gawir menghadap ke

arah utara. Bagian Sesar Lembang yang dapat dilihat, baik dari peta

topografi terutama dari foto udara ataupun citra satelit, mempunyai

panjang 20 km.

Dari arah timur ke barat, beda elevasi maksimum dari gawir sesar yang

mencerminkan besarnya pergeseran sesar (loncatan vertikal/throw)

adalah sekitar 500 meter di daerah Gunung Pulusari. Ketinggian ini

semakin tinggi akibat adanya penyayatan vertical (incise) endapan-

endapan gunungapi pada kakinya. Pada bagian barat Sesar Lembang

beda elevasi menjadi menurun sekitar 40 meter di daerah Cisarua,

Gambar 1. Peta Lidar Sesar Lembang memperlihatkan morfologi yang sangat jelas yaitu perbedaan tinggi gawir sesar antara bagian timur dan bagian barat.

Gambar.2 Kenampakan kelurusan sesar lembang menggunakan data lidar dari arah timur (atas) di Gunung Pulusari dengan beda elevasi sekitar 500 m dan dari arah barat (bawah)

yang dilihat di Cisarua dengan beda elevasi sekitar 40 m.

3

Page 7: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

analisa karakteristik sesar lembang

4

Kendala dalam perekaman historikal data gempa di sekitar Sesar

Lembang sangatlah sedikit hingga memberikan hambatan dalam

menggambarkan keaktifan kondisi tektonik di kawasan tersebut.

Dengan menggunakan data Geodesi dan penelitian Geologi maka dapat

dilakukan analisis seismic moment dari Sesar Lembang sebagai berikut.

Jika dengan asumsi terjadi pelepasan energi pada sepanjang Sesar

Lembang, maka secara empirik besarnya magnitudo gempa yang

mungkin terjadi yakni sebesar 5.32 Mw dengan menggunakan

persamaan deformasi dari moment seismic:

Mo = μLWD (Aki and Richards, 1980)

Besarnya deformasi maksimum dengan mekanisme parameter sumber

gempa pada sesar lembang sebesar 10 cm. Penelitian paleoseismologi

menunjukkan bahwa pada 500-2000 tahun yang lalu, sesar Lembang

menghasilkan gempa dengan Magnitudo 6.6-6.8 (Yulianto, 2011).

Hal ini menunjukkan bahwa daerah sekitar Sesar Lembang memiliki

risiko guncangan gempa yang lebih besar dari pada gempa 30 Agustus

2011 yang 'hanya' memberikan kerusakan ringan pada 103 rumah.

REFERENSI

Aki, K. and P. G. Richards, Quantitative seismology, theory and

methods, W. H. Freeman, San Francisco, 1980.

Edi Hidayat, Analisis Morfotektonik Sesar Lembang, Master Theses,

Institut Teknologi Bandung, Bandung, 2009.

Keller, E.A. and Pinter N, Active Tectonics (Earthquake, Uplift and

Landscape), Prentise Hall, Upper Saddle River, New Jersey 07458,

1996.

Meilano, I., Abidin, H.Z., Andreas, H., Gumilar, I., Sarsito, D., Hanifa,

R., Rino., Harjono, H., Kato, T., Kimata, F., Fukuda, Y, Slip Rate

Estimation of the Lembang FaultWest Java from Geodetic Observation,

Journal of Disaster Research Vol.7 No.1, 2012.

Stewart, L.S., and Hancock, P.L, Continental Deformation

Neotectonics, First Edition, Pegamon Press, London, pp 370-409,

1994.

Yulianto E, Understanding the Earthquake Threat to Bandung from the

Lembang fault, Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction

(AIFDR) Project Report, Jakarta, 22 pp, 2011.

Gambar.3 Peta lokasi hipocenter gempa M 2.9 SR pada tanggal 22 Juli 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik hitam merupakan sebaran rumah rusak akibat gempa M 3.3. (Meilano dkk, 2012)

Sesar Panjang Lebar-

Lembang (Km) Irwan et all,2012

(Km)

Lebar - Mw- Mw-

USGS Irwan et all,2012 USGS

(Km) Segmen 1 3.37 15 30 4.61 4.81

Segmen 2 2.21 15 30 4.48 4.68

Segmen 3 3.34 15 30 4.60 4.80

Segmen 4 10.8 15 30 4.94 5.14

Total 19.72 15 30 5.12 5.32

Tabel.1 Geometri Bidang Sesar Lembang

Page 8: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang
Page 9: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

6

Page 10: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

esar Lembang yang terletak di Utara kota Bandung merupakan

Ssumber gempa yang mendapatkan perhatian dari berbagai

kalangan di Indonesia. Hal ini tidak mengherankan, mengingat

posisinya yang sangat dekat dengan kota Bandung yang merupakan

salah satu kota besar di Indonesia yang menurut data BPS pada tahun

2013 memiliki populasi penduduk 2.48 juta jiwa. Gempa yang

bersumber dari sesar ini dikhawatirkan dapat mengganggu stabilitas

kota Bandung baik secara sosial maupun finansial.

Pergeseran pertama dari sesar Lembang diperkirakan dari bagian timur

bertepatan dengan pembentukan kaldera setelah letusan dahsyat

gunung sunda purba sekitar 100.000 tahun yang lalu, sementara bagian

barat bergeser pada 24.000 tahun yang lalu (Nossin, 1996).

Walaupun sebagian kalangan masih beranggapan bahwa Sesar

Lembang bukan merupakan patahan yang aktif, bukti ilmiah

menunjukkan hal sebaliknya. Pengamatan geodetik membuktikan

bahwa sesar Lembang adalah sesar aktif, pergerakannya didominasi

mekanisme sesar geser mengiri dengan kecepatan 3 mm/tahun

(Meilano, 2009). Pengamatan kegempaan dengan menggunakan

jaringan stasiun pengamatan gempa milik BMKG yang berada di sekitar

Lembang juga menunjukkan aktivitas kegempaan yang membuktikan

bahwa Lembang merupakan sesar aktif; pernah bergerak dalam 10.000

tahun terakhir (Keller & Pinter, 1996).

Meskipun aktivitas kegempaan Sesar Lembang dapat digolongkan

rendah, namun studi paleoseismologi menunjukkan bahwa antara 500-

2000 tahun yang lalu mampu menghasilkan gempa dengan skala M6.6-

M6.8 (Yulianto, 2011).

Kota Bandung terletak pada basin (cekungan) dengan sedimen yang

memiliki kecepatan rambat gelombang geser yang rendah. Gelombang

gempa dapat mengalami penguatan ketika melalui medium yang

memiliki sifat seperti ini, sehingga efek kerusakan yang ditimbulkan

dapat menjadi lebih besar di bandingkan medium yang menghantarkan

gelombang geser dengan lebih cepat. Salah satu parameter teknik yang

sering digunakan untuk memperkirakan efek dari kondisi ini adalah

kecepatan rata-rata gelombang geser hingga kedalaman 30 meter

(Vs30). menunjukkan sebaran spasial Vs30 di wilayah Bandung dan

sekitarnya.

Persamaan atenuasi sering digunakan untuk memperkirakan sebaran

dampak dari guncangan gempa. Persamaan ini umumnya disusun

secara empiris berdasarkan data pengamatan dari banyak kejadian.

Jika magnitudo 6.8 dari hasil penelitian paleoseismologi digunakan

sebagai parameter skenario maksimum untuk gempa yang berasal dari

sesar Lembang, maka sebaran dari kekuatan guncangan berdasarkan

salah satu persamaan atenuasi (Boore & Atkinson, 2008). Sebagian

besar kota Bandung diperkirakan akan mengalami percepatan puncak

sekitar 0.21 – 0.25 g atau setara dengan MMI VI-VII. Bangunan dengan

desain dan konstruksi yang sangat baik diperkirakan tidak akan

mengalami kerusakan yang berarti, sementara bangunan dengan

konstruksi standar diperkirakan dapat mengalami kerusakan ringan

hingga tingkat kerusakan sedang, namun bangunan dengan konstruksi

yang buruk dapat mengalami kerusakan berat.

Estimasi Kerugian di Kota Bandung Akibat Gempa Sesar Lembang dan Potensi Asuransinya

7

M. Haikal Sedayo

Gambar 1. Posisi sesar Lembang (Afnimar, 2014)

Gambar 2. Kejadian gempa di sekitar sesar Lembang dalam rentang Mei 2010 - Desember 2011 (Afnimar, 2015)

Page 11: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Beberapa penelitian mengenai potensi kerugian dari kerusakan

bangunan di kota Bandung akibat gempa sesar Lembang dengan

skenario maksimal (M6+) memberikan estimasi kerugian sebesar

kurang lebih 4 triliun rupiah (Wira, 2010 & Widjaja, 2012). Berdasarkan

peta tata guna lahan, 52% dari luas total kota Bandung yang mencapai

88 km2 adalah bangunan. Jika asumsi harga bangunan rata-rata per

meter persegi sebesar Rp. 3,574,223.64 (Dinas Pekerjaan Umum,

2014), maka estimasi nilai bangunan di kota Bandung dapat mencapai

314.7 triliun rupiah. Estimasi kerugian sebesar 4 triliun rupiah atau

hanya sekitar 1.3% dari nilai total dinilai terlalu kecil untuk skala VI-VII

MMI. Penelitian terakhir mengenai potensi kerugian kerusakan

bangunan akibat gempa dengan skenario maksimum di sesar Lembang

yang mana menggunakan estimasi nilai eksposur total sebagaimana

disebutkan di atas, memberikan perkiraan kerugian rata-rata sebesar 61

triliun rupiah dengan standar deviasi ± 20.93 triliun rupiah

(Sedayo,2015). Nilai ini jauh lebih besar dari estimasi penelitian

sebelumnya. Berdasarkan data akumulasi eksposur asuransi gempa

bumi, kota Bandung hanya memberikan kontribusi 0.87% (on risk as at

Estimasi Kerugian di Kota Bandung Akibat Gempa Sesar Lembang dan Potensi Asuransinya

8

September 2015) memberikan kontribusi 0.87% (on risk as at

September 2015) atau sekitar 804 milyar rupiah. Hanya 54% dari total

eksposur tersebut atau setara dengan 434.16 milyar yang merupakan

risiko kerusakan bangunan. Angka ini menyiratkan masih besar sekali

potensi asuransi gempa yang belum tergarap di kota Bandung.

Meningkatnya kesadaran masyarakat atas risiko gempa akhir-akhir ini

seharusnya juga dijadikan momentum yang baik bagi perusahaan

asuransi di Indonesia untuk meraih peluang memasarkan produk-

produk terbaiknya yang tentu saja harus juga dibarengi dengan

memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat tentang

manfaat berasuransi.

REFERENSI

Afnimar et al, 2015, Geological And Tectonic Implication Obtained

From First Seismic Activity Investigation Around Lembang Fault,

Geosains Letter, 2:4.

BPS, 2010, Survei Penduduk 2010, BPS, Jakarta.

Boore and Atkinson, 2008, Ground-Motion Prediction Equations For

The Average Horizontal Component Of PGA, PGV, And 5%-Damped

PSA at Spectral Periods Between 0.01 S and 10.0 S,Earthquake

Spectra, Volume 24, No.1, pp. 99-138.

Keller E.A. & Pinter N, 1996, Active tectonics: Earthquakes, Uplift and

Landscapes, Prentice Hall, New Jersey.

Meilano, 2009, Slip-rate Estimation from Crustal Deformation

Observation, Workshop Peta Zonasi Gempa Indonesia Terpadu untuk

Membangun Kesiapsiagaan Masyarakat.

Nossin JJ, Voskuil RPGA, Dam RMC, 1995, Geomorphologic

Development of �The Sunda Volcanic complex, West Java, Indonesia,

Proceedings of the International Association of Geomorphologist

Southeast Asia Conference, Singapore.

Sedayo, 2015, Simulasi Ground Motion Dan Perhitungan Risiko

Kerugian di Bandung Akibat Gempa Sesar Lembang, ITB, Bandung.

Widjaja, 2012, Estimasi Hazard Dan Risiko Bangunan Untuk Wilayah

Bandung Raya Dengan Sumber Sesar Lembang, ITB, Bandung.

Wira et al, 2010, Is the Lembang Fault a Potential Threat to Bandung?,

Proceeding HAGI 2010, Bali.

Yulianto E, 2011, Understanding the Earthquake Threat to Bandung

from the Lembang fault, Australia-Indonesia Facility for Disaster

Reduction (AIFDR) Project Report, Jakarta, 22 pp.

Gambar 3. Sebaran Vs30 di wilayah kota Bandung dan sekitarnya (Sedayo, 2015).

Gambar 4. Distribusi PGA M6.6 menggunakan fungsi atenuasi Boore & Atkinson, 2008. Skala dalam satuan standard gravity (g) (Sedayo, 2015).

Gambar 5. Akumulasi eksposur asuransi gempa bumi di Indonesia per 25 September 2015.

Page 12: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

9

Page 13: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

nANOTEKNOLOGIKata nano berasal dari bahasa Yunani, “nanos” yang memiliki arti kerdil. Dalam bahasa sains modern, nano merupakan suatu besaran, yang sedemikan rupa menunjukkan 1 per miliar meter, 1 per sejuta milimeter dan seterusnya. Jika kubus dengan panjang 1 cm diibaratkan sebagai satu material berukuran 1 nano, maka luas permukannya diperkirakan mencapai sepuluh kali lipat dari luas lapangan bola .

10

Page 14: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

anoteknologi digunakan pertama kali sebagai istilah dalam

Nkomunitas ilmiah di tahun 1974, dimana istilah tersebut

menggambarkan proses produksi dan penggunaan material

dalam skala nanometer. Organization for Economic Co-operation and

Development (OECD) mendefinisikan nanoteknologi secara lebih

komprehensif, yakni “seperangkat teknologi yang memungkinkan

terjadinya proses manipulasi struktur atau suatu sistem yang sangat

kecil (biasanya berukuran >100 nm). Teknologi ini akan menghasilkan

material, perangkat atau produk baru dengan karakteristik kualitas yang

berbeda dengan jenis lainnya”. Jika manipulasi yang dilakukan sesuai

dengan pemanfaatannya, maka sifat-sifat baru yang muncul dapat

mendorong terjadinya inovasi, khususnya di industri. Pembentukan

struktur ini dapat tersusun dari berbagai jenis material seperti: karbon,

perak, tembaga dan titanium, namun ukurannya tidak akan lebih

panjang dari suatu molekul. Dalam skalanya yang sangat kecil itu pula,

masih terdapat berbagai jenis morfologi dari struktur material nano

(nanomaterial), seperti nanopartikel, nanotub, nanobelt, mesoporous

dan lain sebagainya (lihat pada Gambar 2).

Nanoteknologi masih tergolong fenomena baru , namun

pertumbuhannya diprediksi akan bergerak sangat cepat. Linda Breggin

dan Leslie Carothers (Institut Hukum Lingkungan, Environmental law

Institute-ELI) memprediksi bahwa kecanggihan nanoteknologi ini akan

menjalani 4 (empat) tahap sebelum mencapai tahun 2020. Tahap

pertama, yang dimulai tahun 2000, merupakan tahap pengembangan

nanostruktur yang relatif pasif, yakni memliki struktur dan fungsi tetap,

serta sudah menjadi bagian kecil dari suatu produk. Tahap kedua, di

tahun 2005, terfokus pada nanostruktur aktif yang tidak hanya dapat

diubah ukuran dan bentuknya, tetapi juga memiliki karakteristik

tertentu saat digunakan. Tahun 2010 menjadi tahap ketiga dari evolusi

nanoteknologi. Di tahap ini akan terus dikembangkan kemampuan dari

sistem nanostruktur yang mengarah pada sejumlah komponen

advanced dengan tujuan tertentu. Tahun 2015 hingga tahun 2020,

bidang ini akan diperluas hingga mencakup sistem nano molekul,

dimana stuktur molekul/supramolekul yang dihasilkan memiliki fungsi

spesifik pada suatu perangkat canggih.

nanoteknologi

11

Shofianina Dwi Ananda Putri, Fiza Wira Atmaja

Gambar 1. Perbandingan untuk skala nano (sumber: http://ywang13.myweb.usf.edu/nanotech/jeffers/nano.html)

Gambar 2. Struktur Nanomaterial dengan berbagai morfologi (sumber: http://pubs.rsc.org/services/images/)

Page 15: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

LINGKUP PENGAPLIKASIAN NANOTEKNOLOGI

Nanoteknologi telah digunakan di hampir ribuan produk, seperti krim

tabir surya, desinfektan, kacamata, peralatan olahraga dan perangkat

elektronik (Scholar, 2007). Keberagaman potensi sifat unggul yang

mungkin dihasilkan, menjadikan penelitian-penelitian tentang produk

nanomaterial terus berkembang dan diantisipasi memiliki dampak yang

signifikan di hampir setiap bidang industri. Sebagai contoh, dalam

industri kesehatan, produk nanomaterial digunakan untuk

mengidentifikasi dan menjadi medium pengobatan kanker (Boutin,

2005) . Kemudian, di industri tekstil digunakan untuk menghasilkan

produk tahan air, anti kerut dan anti noda. Penerapan nanoteknologi juga

sudah merambah industri makanan, seperti dalam tahap pemrosesan,

pewarnaan dan penambahan cita rasa dengan menggunakan

nanocapsule. Nanocapsule ini berperan sebagai pembawa kandungan

nutrisi makanan. Hal diatas mengindikasikan bahwa pengaplikasian

nanoteknologi di masa depan diperkirakan semakin meningkat (Allianz

Group, 2015). Beberapa hal lainnya yang merupakan keuntungan

pengaplikasian nanoteknologi dan nanomaterial adalah sebagai berikut

(Segalla & Hanna, 2009):

Ÿ Material kimiawi - efisiensi energi yang dapat mengurangi polusi, medan magnet untuk vakum dan pelumas

Ÿ Farmasi - produk kesehatan, obat-obatan, proses regenerasi jaringan, pengganti bagian tubuh.

Ÿ Elektronik - komunikasi penyimpanan data, efisiensi dayaŸ Teknologi rekayasa – baterai, sel surya, bahan bakar yang aman,

small circuitŸ Pengontrol polusi - material untuk mengurangi polusi dan proses

daur ulang, dan lain sebagainya.

The Project of Emerging Nanotechnologies di Washington D.C tahun

2010 melaporkan angka pertumbuhan produk yang menggunakan

pemanfaatan nanoteknologi mencapai 521% dari tahun 2006 dengan

jumlah 212 bertambah menjadi 1,317 pada tahun 2010, dan update

terakhir di tahun 2013 sudah mencapai 1,628 produk konsumen

(Galizzi, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa inovasi dan meluasnya

pengaplikasian nanoteknologi cukup memicu terjadinya revolusi

teknologi di industri.

RISIKO YANG MUNGKIN DARI PENERAPAN

NANOTEKNOLOGI

Karakteristik unggul dari produk-produk baru berbasis nanoteknologi

memang memberikan banyak kecanggihan dan pengembangan yang

menjanjikan ke depannya. Namun, beberapa sumber menyebutkan

bahwa pengembangan teknologi ini masih belum diimbangi dengan

pengetahuan dan kesadaran akan dampak serta bahaya dari

penerapannya. Hasil surveI tahun 2011 (seperti terlihat pada Gambar 8)

menunjukkan hampir 65% perusahaan nanoteknologi di US masih

belum mengetahui risiko nanoteknologi, baik risiko lingkungan

maupun risiko bagi pekerja (Galizzi, 2011).

nanoteknologi

12

Gambar 3. Produk konsumen berbasis nanoteknologi

Gambar 4. Grafik jumlah produk berdasarkan kategori

Gambar 5. Jumlah produk per sub kategori, untuk kategori kesehatan dan kebugaran

Gambar 6. Jumlah produk berdasarkan negara produksi

Gambar 7. Jumlah produk berdasarkan material spesifik yang digunakan

Page 16: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Ahli kesehatan dan keselamatan kerja menyatakan bahwa standar data

secara toksikologi dari nanomaterial yang diproduksi dan digunakan di

industri masih tergolong rendah (Baublyte, Mullins, Murphy, & Tofail,

2014). Padahal, hasil studi menyatakan bahwa nanomaterial berpotensi

memicu kanker dan mengandung racun. Hal ini perlu menjadi perhatian

khusus karena seluruh produk berbahan nanomaterial tersebut tidak

hanya diproses oleh pekerja industri, tetapi juga didistribusikan ke

pasar, bahkan digunakan oleh konsumen. Sedangkan, sistem regulasi

dari proses produksi, labeling, peringatan atau tata cara penggunaan

nanomaterial masih tergolong rendah (Baublyte, Mullins, Murphy, &

Tofail, 2014). Beberapa industri manufaktur dilaporkan masih gagal

dalam menguji keamanan produknya. Terlebih, hasil pengujian terbaru

menunjukan timbulnya risiko, seperti melumpuhnya sel otak dan

kerusakan sel genetik. Produk tersebut dapat menembus kulit dan

menyebar ke seluruh tubuh, namun efeknya masih belum dapat dikenali

secara pasti (Insurance, 2013).

MENGAPA PERLU MEMULAI KAJIAN RISIKO

NANOTEKNOLOGI?

Isu risiko nanoteknologi sendiri belum terlalu meledak di Indonesia,

ditambah lagi, informasi yang sudah berkembang hampir 20 tahun

inipun masih tegolong menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat

umum. Jika kita mengikuti alur informasi yang mengalir di dunia, isu ini

sudah ramai diperbincangkan sejak lama. Beberapa perusahaan

asuransi telah mempublikasikan hasil kajian mereka terkait risiko

nanoteknologi, seperti:

1. Nanotechnology, Small Matter Many Unknowns 2. Nanotechnology-The Smallest and Biggest Emerging Issue Facing Casualty Insurers (Gen Re, 2011) 3. Focus on: Nanotechnology (Munich Re, 2012) 4. Opportunities and Risk of Nanotechnology (Allianz dan OECD, 2015)

Dari hal tersebut perlu diperhatikan bahwa informasi tentang bahaya,

respon dosis dan paparan dari nanomaterial masih tergolong rendah.

Selain itu nanomaterial memiliki struktur ultrafine yang mirip dengan

partikulat udara yang bisa menjadi media utama penyebaran asbestosis.

Merujuk pada kasus klaim asbestosis yang terjadi pada tahun 1970,

dimana jumlah klaim yang disebut-sebut bernilai fantastis telah

menyebabkan lebih dari 70 perusahaan asuransi di U.S mengalami

kebangkrutan. Kasus asbestosis ini masih menjadi hal besar yang harus

dihadapi beberapa perusahan asuransi di U.S dan U.K. Besarnya

kerugian yang di-cover oleh industri asuransi U.S khusus untuk klaim

asbestos bisa mencapai $85 miliar, sedangkan di U.K, kelompok

pekerja konstruksi bernama Union of Construction, Allied Trades and

Technicians (UCATT) memperkirakan klaim asbestos berada pada

rentang £6 - £8 milyar (Asbestos Liability in the UK, 2008) . Fitch juga

menyatakan bahwa hingga tahun 2013 klaim asbestos yang dibayarkan

sudah mencapai USD 53 miliar, dengan simpanan cadangan sebesar

USD 23 miliar dan estimasi dari maksimum kerugian industri sebesar

USD 85 miliar (CNBC News, 2014).

Potensi lain yang mungkin adalah bahwa penerapan teknologi bisa

menjadi salah satu risiko sekunder bencana. Sebagai contoh,

pengembangan teknologi nuklir di Jepang yang dimulai sejak tahun

1954 ternyata juga menimbulkan risiko katastrofe sekunder sebagai

imbas dari terjadinya gempa berkekuatan 9.0 SR dan gelombang

tsunami setinggi 20 meter (Welle, 2013). Kejadian tersebut

menyebabkan kebocoran reaktor nuklir dengan penyebaran radiasi

radioaktif mencapai radius 80 km (Nuclear Risk Insurance, 2015) . Total

kerugian ekonomi dilaporkan USD 574 miliar. Besarnya nilai kerugian

bencana tersebut juga disebabkan oleh kegagalan penerapan teknologi

nuklir. Untuk itu, pengembangan nanoteknologi juga perlu diwaspadai

karena bahayanya dapat dengan mudah menyebar melalui perantara air

dan udara.

Perkembangan industri yang menerapkan nanoteknologi dilaporkan

beberapa tahun terakhir terus menerus bergerak secara eksponensial.

Cepat atau lambat cukup mungkin mempengaruhi perkembangan

industri di Indonesia. Indonesia harus mulai memberikan perhatian

khusus dan bersiap terhadap efek katastrofe yang mungkin timbul

akibat penerapan nanoteknologi.

Informasi terakhir terkait survei Kementerian Riset dan Teknologi

(KEMENRISTEK) dan Kementerian Perindustrian (KEMENPERIN)

di tahun 2014 menyatakan sudah hampir 35% industri yang

menerapkan nanoteknologi di Indonesia, ditambah lagi sudah semakin

banyak bermunculan produk nanoteknologi yang juga dihasilkan

peneliti Indonesia (LIPI, 2014).

PELUANG BISNIS NANOTEKNOLOGI DALAM INDUSTRI

ASURANSI

Pertumbuhan pengembangan nanoteknologi yang diproyeksikan akan

terus meningkat merupakan potensi bagi industri asuransi. Dalam

menjalankan fungsinya sebagai enabler, industri asuransi dapat

berperan dalam membantu pergerakan teknologi yang lebih maju.

Dengan harapan tidak hanya menghasilkan manfaat yang besar tetapi

juga bersifat aman, baik secara ekonomi maupun sosial. Jika ditinjau

dari sisi kerugiannya maka produk nano yang dihasilkan harus sesuai

dengan upaya penurunan eksposur, misalnya pembuatan mobil yang

lebih ringan dan lebih kuat, bangunan yang lebih fleksibel dan tidak

rentan terhadap cuaca, dan obat-obatan yang tidak mahal dan lebih

efektif (Munich Re, 2012).

Forum RCO, yang merupakan organisasi internasional manajemen

risiko profesional, menyatakan bahwa penilaian eksposur

nanoteknologi masih tergolong sulit (Munich Re, 2012). Hasil kajian

teknis menyatakan belum ada tolak ukur yang relevan untuk proses

underwriting asuransi. Namun bisa jadi tanpa disadari industri asuransi

menganggap risiko nanoteknologi sudah menjadi risiko sehari-hari.

International Risk Management Institute (IRMI) menyarankan agar

industri asuransi mulai mengumpulkan data-data dan tinjauan ilmiah

terkait nanomaterial berpotensi bahaya dan digunakan oleh

tertanggung. Selanjutnya, data tersebut dibuktikan dan diverfikasi

tingkat bahayanya, guna memproteksi bisnis mereka sendiri dan

menghindari kesalahan dalam penetapan eksposur yang ditanggung.

Faktanya, dalam standar polis Commercial General Liability (CGL),

risiko yang cukup signifikan dari pihak ketiga untuk klaim kerusakan

properti/kecelakaan kerja belum memperhitungkan risiko

nanoteknologi akibat minimnya informasi.

Gambar 8. Hasil Survey di U.S mengenai pengetahuan akan risiko penerapan nanoteknologi di industri.

13

nanoteknologi

Page 17: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Untuk itu, diperlukan penelitian mandiri yang mengkaji eksposur dan

efek nanoteknologi bagi manusia dan lingkungan, mengembangkan

skema dan data klasifikasi risiko, serta mulai memfokuskan perbaikan

proses underwriting (Allianz Group, 2015). Sebagai tambahan,

diperlukan pula pengkajian khusus kegagalan nanoteknologi yang

mungkin terjadi akibat bencana alam.

REFERENSI

Allianz Group, A. (2015). Small Sizes that Matter: Opportunities and

Risk of Nanotechnology.

http://www.allianz.com/migration/images/pdf/saobj_796424_allianz_

study_nanotechnology_engl.pdf.

Asbestos Liability in the UK. (2008). The Actuary,

http://theactuary.com/archive/old-articles/part-6/asbestos-liability-in-

the-uk/.

Baublyte, L., Mullins, M., Murphy, F., & Tofail, S. A. (2014).

Insurance Market Perception of Nanotechnology and Nanomaterial

Risks. Risk Management, 9-14.

Binion, R. (2008). Insurance Coverage, Nanotechnology, and

Emerging Liability Issues. Coverage, 19-23.

Boutin, C. (2005). Purdue Scientist Treat Cancer with RNA

Nanotecnology. Perdue New Service,

http://www.purdue.edu/UNS/html4ever/2005/050914.Guo.nanopartic

les.html.

CNBC News, N. (2014). Insurers short up to $9 billion for asbestos

claims: Fitch. CNBC, http://www.cnbc.com/2014/04/10/insurers-

short-up-to-9-billion-for-asbestos-claims-fitch.html.

Earthquake Report. (2012). One Year Summary of Losses in the

Japanese Earthquake/Tsunami of March 11th 2011. http://earthquake-

report.com/2012/03/10/japan-366-days-after-the-quake-19000-lives-

lost-1-2-million-buildings-damaged-574-billion/.

Galizzi, M. (2011). Firm's Perceptions of Health and Environmental

Hazard and Regulations: Evidence from a Survey of U.S

Nanotechnology Companies. Journal of Applied Businnes and

Economics , 70-82.

Insurance, J. (2013). Managing Nanotechnology and Other Emerging

Risk.

http://www.insurancejournal.com/magazines/features/2013/10/21/30

8187.html.

LLOYD's. (2007). Nanotechnology Recent Development, Risks, and

Opportunities. Risks : LLOYD's Emerging Risk and Team Report.

Munich Re, M. (2012). Focus on: Nanotechnology.nanostart. (2015). the term "nano" and what it means.Nuclear Risk Insurance. (2015). Liability for Nuclear Damage. World

Nuclear Association, http://www.world-nuclear.org/info/Safety-and-

Security/Safety-of-Plants/Liability-for-Nuclear-Damage/.

Progress in Nanotechnology. (2010). Canada: John Wiley & Sons.

Rai, H. S., Bhattacharyya, M., Singh, J., Bansal, T. K., & Vats, U. B.

(2005). Critical Reviews in Environmental Science and Technology,

219-238.

Roco, M. C. (2006). Nanotechnology's Future.Scholar, W. W. (2007). Project on Emerging Nanotechnologies: A

Nanotechnology Consumer Products Inventory.

www.nanotechproject.org/consumerproducts.

Science, D. o. (2002). Small Wonders, Endless Frontiers: A Review

of the National Nanotechnology Initiative. Washington DC: National

Research Council.

Tabel 1. Estimasi kerugian ekonomi

Gambar 11. Wilayah yang rusak akibat gempa dan tsunami Fukushima 2011. Sumber:http://assets.nydailynews.com/polopoly_fs/1.1496644!/img/httpImage/image.jpg_

gen/derivatives/article_970/correction-japan-quake.jpg

Gambar 10. Terjadinya Gempa berkekuatan 9.0 SR dan tsunami yang berimbas pada kebocoran reaktor nuklir (Fukushima, 2011). Sumber: http://nuclear-

energy.net/media/accidentes_nucleares/fukushima/accidente-central-nuclear-fukushima-explosion.jpg

Gambar 9. Akumulasi kerugian terbayar dan cadangan klaim asbestos

14

nanoteknologi

Page 18: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang

Buletin WASPADA

PT Reasuransi MAIPARK Indonesia Multivision Tower 8th Floor Jl. Kuningan Mulia Blok 9B JakartaIndonesia - 12920 (+62) 21 2938 0088 [email protected] www.maipark.com

Pelindung Yasril Y. Rasyid

Tim Redaksi Arniz DwifahdithiaHengki Eko PutraJyesta Amaranggana

Kredit Gambarsampul, hal. 1, 2 “Lembah Berkabut Sesar Lembang” karya Budi Brahmantyo, pernah juga dimuat di Geomagz Vol. 4 No. 3, September 2014hal 6, 7 diambil dari sesuai izin dari Pemilik. www.yourbandung.comhal. 9 diambil bebas dari http://www.nature.com/nmat/journal/v5/n4/images/nmat1615-f2.jpg

16

Page 19: TERLELAP DI DAMAINYA SESAR LEMBANG - …...... 2011 dan M 3.3 SR pada tanggal 30 Agustus 2011. Titik-titik ... gelombang geser yang rendah. Gelombang gempa dapat ... untuk gempa yang