Terjemahan Jurna Mata
Transcript of Terjemahan Jurna Mata
Teknik Strip Tarsal Lateral untuk koreksi ectropion kelopak mata bawah.
Mohamed A. Marzouk* , Ayman A. Shouman , Ehab S.Elzakzouk and M.Tarek A.Elnaggar
Research Institute of Ophthalmology – Giza – Egypt.
Abstrak: Tujuan: Untuk mengevaluasi teknik strip tarsal lateral sebagai
prosedur sederhana yang dapat digunakan untuk memperbaiki kelemahan atau
malposisi tendon canthal lateral. Teknik tersebut diterapkan pada kasus ektropion
involusional, paralitik, dan cicatricial . Hasil pembedahan dari berbagai jenis
ectropion dibandingkan dan dievaluasi.
Pasien dan metode: Penelitian retrospektif ini meninjau hasil dari 30 pasien (41
kelopak) yang telah menjalani prosedur strip tarsal lateralis dari Januari-2008
sampai Juni-2010. Semua catatan diperiksa untuk menentukan indikasi,
manajemen, hasil, pascaoperasi, komplikasi dan tingkat keberhasilan.
Hasil: Sebanyak 17 pria dan 13 perempuan yang terdiri atas kelompok-kelompok
penelitian. Usia rata-rata dari penelitian yang bersifat kohort adalah 59.15 + \ - 6,2
thn (kisaran 4 - 65 tahun). Rata-rata masa pemantauan adalah 24 minggu. Para
pasien dibagi menjadi 3 kelompok:. Grup A: 10 pasien dengan ectropion
involusional bilateral (20 tutup). Grup B: 10 pasien dengan ectropion paralitik
unilateral (10 kelopak). Grup C: 10 pasien dengan ectropion cicatricial, 9 pasien
unilateral dan 1 pasien bilateral (11 kelopak). Keadaan yang paling umum adalah
sayatan yang menetap, yang terlihat pada semua pasien, termasuk kelemahan
kelopak, lagophthalmos dan tidak bagus dari segi kosmetik. Tiga puluh lima
kelopak mata ectropion dikoreksi dengan hasil yang memuaskan dengan prosedur
pembedahan strip tarsal lateral sederhana, sementara enam kelopak mata lainnya
memerlukan prosedur operasi tambahan untuk memperbaiki sisa kelemahan kulit,
scleral yang terpapar dan ectropion residual. Prosedur tambahan yang umum
digunakan adalah eksisi kulit dan strip otot, tarsorraphy lateral dan perbaikan
parut pada ectropion cicatricial yang berat. Sebanyak 85% dari kasus ini
menunjukkan hasil dengan nilai estetika dan fungsional yang baik.
Kesimpulan: Tarsal Lateral Strip adalah teknik sederhana yang dapat digunakan
dalam berbagai jenis ectropion. Teknik ini diharapkan mampu memperbaiki
kecacatatan dari segi anatomi, mempertahankan anatomi dasar dan menjaga
keutuhan jalur dan aliran air mata, dan memberikan nilai kosmetik dan fungsional
terbaik. Prosedur tambahan yang digunakan dalam penelitian kami adalah sugestif
dari peran yang sangat spesifik untuk tarsal lateralis sebagai pengobatan tunggal
dalam mengoreksi berbagai jenis ectropion kelopak mata. [Mohamed A. Marzouk,
Ayman A. Shouman, Ehab S.Elzakzouk dan M.Tarek A.Elnaggar. Lateral Tarsal
Strip teknik untuk koreksi ectropion kelopak mata bawah. Journal of American
Sains 2011; 7 (5) :394-405]. (ISSN:
1.545-1.003). http://www.americanscience.org.
Kata kunci: jalur Tarsal Lateral, malposisi, lumpuh; ectropion cicatricial
1. Introduksi
The tarsal lateral (LTS) strip adalah prosedur sederhana yang dapat
digunakan untuk memperbaiki kelemahan atau malposisi tendon canthal lateralis.
Sebagian besar kelemahan dan ectropion non-cicatricial disebabkan oleh
kelemahan atau pemanjangan tendon canthal lateral atau medial. Prosedur
pemendekan kelopak mata biasanya disertai dengan pemotongan bagian mid tarsal
kelopak mata, hal ini bisa mengakibatkan kecacatan, merusak jalur atau aliran air
mata yang mengakibatkan bergesernya punctum lakrimalis tanpa mengatasi
penyebab cacat. (1)Teknik Strip lateral diharapkan mampu memperbaiki
kecacatan dari segi anatomi, mempertahankan anatomi dasar, dan menjaga
keutuhan dari jalur dan aliran air mata.
Ectropion involutional merupakan bentuk ektropion yang paling sering
berakibat terjadi robekan, terpaparnya konjungtiva, hiperemis, dan fotofobia.
Ectropion yang tidak tertangani bisa menyebabkan terjadinya ulkus kornea,
walaupun kasusnya jarang. Faktor utama yang menyebabkan terjadinya ektropion
involutional adalah proses degenerasi yang progresif pada jaringan fibrotik dan
elastik pada kelopak seiring bertambahnya usia. Hal ini mengakibatkan terjadinya
ketidakseimbangan antara kekuatan kelopak sehingga terjadi kelemahan, pada
kedua bagian yaitu horizontal (dasar tarsal dan orbicularis) dan vertikal (penarik
kelopak mata bawah dan septum orbital), sehingga eversi terjadi lebih awal,
kemudian bagian medial dari kelopak akan keluar, akhirnya kelopak mata dalam
akan berbalik dan berakibat ektropion.
Penanganan medis dengan pelumas hanya meringankan gejala dalam
waktu sementara (2,3,4); tindakan pembedahan tetap tindakan andalan untuk
pengobatan permanent. (5-11). Prosedur operasi yang berbeda telah diperkenalkan
yang dapat memperlihatkan faktor-faktor patofisiologis yang dapat memberikan
hasil operasi yang lebih dapat diterima dengan baik. (11-27) Begitu banyak teknik
operasi meningkatkan pertanyaan apakah ada pembedahan yang dapat
menyembuhkan 100%. Hal ini secara umum dapat diterima, untuk hasil terbaik,
pembedahan harus dipusatkan pada kelemahan horizontal dan vertikal. (9, 10, 17,
18, 19, 20, 21, 24, 26, 28-33).
Pemantauan sangat sulit dilakukan pada kelompok usia lanjut karena
mungkin mereka sulit untuk menceritakan keluhan saat pemantauan, mereka bisa
bergerak, atau mereka mungkin meninggal. Seringkali pemantaun klinis terlalu
singkat untuk menentukan hasil jangka panjang. (11) Untuk memperbaiki
ektropion involusional, diperlukan tindakan pembedahan minimal, dan
morbiditas, agar menghasilkan effektifitas yang berkelanjutan. (34,35,36).
Pasien yang menderita keratitis akibat ektropion paralitik mengalami
masalah estetika dan fungsional pada matanya. Mereka mengalami disfungsi pada
retraksi kelopak mata atas dan bawahnya serta adanya kelemahan kelopak mata
secara horizontal yang mengakibatkan timbulnya ektropion pada kelopak mata
bawah, lagoptalmus, serta memiliki resiko tinggi terhadap timbulnya eksposure
keratopaty. Hal ini penting ketika terdapat anastesia kornea, serta berkurangkah
celah palpebra vertical yang diperlukan untuk mengurangi lagoftalmus.
Tujuan dari rehabilitasi pembedahan kelopak mata adalah untuk
mengurangi celah palpebra dan bukan untuk membuat palpebra telalu pendek dan
untuk memperbaiki proses penutupan kelopak , melicinkan permukaan ocular, dan
untuk memperbaiki nilai estetika dari pasien.
Teknik ini juga bermanfaat untuk kasus ektropion cicatrical ringan hingga
sedang, sebagai tindakan pembedahan tunggal atau pada kasus yang berat
diperlukan tindakan tambahan untuk mengurangi tarikan, yang menjadi sangat
penting adalah mengembalikan kelopak ke posisi normal pada letak anatomis
serta memperbaiki fungsinya.
Pendekatan dari metode yang dilakukan untuk mengakses lingkaran bawah
orbita dan dasar dari orbita adalah pendekatan transkonjungtiva, subsiliaris,
subtarsal, dan subpalpebral, hal ini dilakukan untuk mengontrol trauma yang
dapat terjadi pada mata dan blepharoplastypada kelopak mata bawah. Semua
metode ini memilki kelebihan dan kekurangannya masing- masing dan pemilihan
metode yang digunakan tergantung pada penilaian operator ketika melakukan
tindakan. Apapun penyebabnya malposisi dari kelopak mata bawah akan
berakibat komplikasi jangka panjang. Malposisi akan mengakibatkan terjadinya
retraksi pada kelopak sehingga sklera inferior akan terpapar atau terjadinya frank
ektropion. Hasilnya secara kosmetik tidak dapat diterima dan dapat berakibat
terjadinya robekan, iritasi, dan gejala-gejala lain yang mengarah kepada keratitis.
Faktor-faktor yang berkontribusi dalam timbulnya malposisi tersebut terdiri dari
kelemahan horizontal kelopak mata bawah, terbentuknya jaringan parut pada kulit
dan bagian tengah lamella (septu, orbita). Untuk memperbaiki malposisi tersebut,
dapat dilakukan disinsersi pada kelopak mata bawah serta menggunakan bagian
lateral dari tarsus palpebra untuk memperkuat dan mengganti canthus lateral.
Prosedur ini memberikan support secara horizontal dan vertikal pada kelopak
mata bawah. Teknik lateral tarsal strip ini relatif sederhana dan dapat
memperbaiki malposisi post taruma.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hasil pembedahan
dari teknik LTS pada berbagai kasus ektropion.
2. Pasien dan Metode
Penelitian yang bersifat retrospektif ini menunjukkan hasil dari 30 pasien,
17 pria dan 13 wanita, dengan ektropion kelopak mata bawah, dengan kasus 11
bilateral dan 19 unilateral, sehingga totalnya adalah 41 kelopak mata, dimana
mereka telah menjalani tindakan lateral tarsal strip dari Januari 2008 hingga Juni
2010. Semua catatan hasil diperiksa untuk menentukan indikasi operasi,
management, hasil, komplikasi post operasi dan tingkat keberhasilan. Para pasien
telah menerima inform consent tentang prosedur pembedahan. Tiga puluh lima
kelopak telah diperbaiki dengan tindakan pembedahan LTS sederhana, dimana
lima kelopak membutuhkan tindakan operatif tambahan untuk memperbaiki sisa
kelemahan kulit, sklera yang terpapar, dan ektropion residual.
Pasien dibagi dalam 3 kelompok yaitu :
Grup A : 10 orang pasien dengan ektropion involutional bilateral, 9 orang telah
dikoreksi dengan teknik LTS sederhana dan 1 orang membutuhkan prosedur
tambahan pada kulit dan eksisi otot.
Grup B : 10 orang pasien dengan kelemahan nervus fasialis , 9 orang telah
diterapi dengan tindakan LTS sederhana, dan 1 orang membutuhkan tindakan
tambahan yaitu lateral tarsorraphy (10 kelopak). Semua pasien telah mengalami
kelumpuhan nervus fasialis selama lebih dari 1 tahun dengan lagoftalmus dan
keratitis.
Grup C : 10 orang pasien dengan ektropion sikatrik, 9 pasien unilateral, dan 1
orang pasien bilateral (totalnya 11 kelopak). Dari keseluruhan, 8 pasien yang telah
menjalani operasi blepharoplasty karena ektropion sikatrik sedang, mengeluh
bahwa mereka memiliki tampilan yang kurang baik (tidak dapat diterima), terjadi
robekan, mata kemerahanm dan fotofobia, mereka telah ditangani dengan teknik
LTS sederhana. Diantaranya 2 pasien (3 kelopak) dengan ektropion sikatrik
setalah trauma berat, telah ditangani dengan rekonstruksi total pada kelopak mata
bawah dengan teknik LTS ditambah perbaikan jaringan parut.
Metode
Penilaian setelah operasi pada tiap-tiap pasien bergantung pada performa
standar. Detail dari setiap tindakan operasi yang dilakukan telah dikumpulkan,
efektifitas dari teknik lateral tarsal strip dinilai dari abolisi yang terjadi pada
kelopak mata bawah dengan menggunakan ibu jari yang menyebabkan
tertekannya jaringan lemak orbita, pemendekan dan pengangkatan kelopak mata
secara lateral memberikan masukan yang baik terhadap hasil yang ditimbulkan
oleh teknik operasi yang digunakan.
Berikut adalah test dan ukuran untuk menentukan keberhasilan operasi :
1. Lid Distraction Test : kelopak mata bawah dibawa ke arah sentral lalu
ditarik menjauh dari bola mata tanpa menimbulkan ketidak nyamanan dan
jarak maksimumdari pemisahan kelopak mata bawah dari limbus bawah
diukur pada posisi primer.
2. Snap-Back Test : kelopak mata bawah ditarik ke bawah menjauhi bola
mata, lalu lepaskan. Pada keadaan normal kelopak akan kembali ke posisi
semula karena elastititasnya dalam waktu maksimal 1 detik setelah
dilepaskan. Jika ada penambahan jangka waktu, maka hitung waktunya.
Hasil yang positif dilihat dari kelemahan kelopak horizontal bawah,
percobaan ini dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
3. Margin-reflex distance : jarak di antara tepi kelopak bawah dengan reflek
kornea berada pada posisi primer
4. Capsulopalpebral Fascia Disinsertion Sign : Posisi kelopak mata bawah
yang lebih tinggi pada resting position, gerakan kelopak mata bawah yang
tidak sempurna ketika melihat ke bawah, adanya pita horizontal berwarna
merah mda di sepanjang forniks kelopak mata bawah yang terlau dalam
serta tidak adanya lipatan palpebra bawah.
5. Rose Bengal Staining Test : gambaran kerato konjungtiva karena terpapar.
Nomor Pasien 30
Jenis kelamin Pria 17 pasien 56, 6 %
Wanita 13 pasien 43, 3 %
Umur (tahun) Rata-rata 59, 15 +/- 6,2 tahun
Jarak 40-60 tahun
Kelopak Mata Kanan 21 kelopak
Kiri 20 kelopak
Malposisi
Kelopak
Ektropion Involuntional 20 kelopak (10 bilateral)
Ektropion paralitik 10 kelopak ( 10 unilateral
Post operasi ektropion
sikatrik
8 kelopak ( 8 unilateral)
Ektropion sikatrik post
Trauma
3 kelopak ( 1 unilateral dan 1
bilateral )
Diagnosa Klinis Nomor Pasien Prosedur Pembedahan
Ektropion Involutional 9 pasien 18 kelopak LTS
1 pasien 2 kelopak LTS + Skin Muscle Excision
Ektropion Paralitik 9 pasien 9 kelopak LTS
1 pasien 1 kelopak LTS + LT
Post Operasi Ektropion
sikatrik
8 pasien 8 kelopak LTS
Ektropion Sikatrik Post
Trauma
2 pasien 3 kelopak LTS + Scar Revision
LTS : Lateral Tarsal Strip LT : Lateral Tarsorraphy
Scar Revision : Scar Excision + Rotational flaps
Skin Muscle Excision : Removal of a horizontal skin and muscle strip
along the whole width of the lower lid 3-4 mm from the lower lid margin
Sembilan pasien dengan ektropion involuntional (18 kelopak) telah
dioperasi dengan teknik tersal lateral strip sebagai satu-satunya prosedur
untuk mengobati kelainan kelopak, satu pasien dengan ektropion
involuntional bilateral (2 kelopak) memerlukan tindakan pengangkatan
kulit dan otot horizontal sepanjang lebar kelopak sepanjang 3-4 mm dari
tepi kelopak untuk mencegah terjadinya penolakan dari bagian preseptal
dari otot orbicularis, pada pasien ini kelopak mata tebal dan bengkak, luka
dijahit dengan prolene 6-0 dan sisa jahitan dinilai bagus dari segi kosmetik
dan menambah efek lateral tarsal strip.
Sepuluh pasien dengan kelumpuhan nervus facialis telah ditangani
dengan teknik LTS, pada 1 kasus kami menerapkan LT untuk mengurangi
jarak antar palpebra vertikal. Teknik LTS meluruskan malposisi kelopak
mata bawah dengan sempurna. Pada 2 pasien dengan ektropion sikatrik
post trauma berat, dilakukan revisi jaringan parut dan rotasi flap, dimana
prosedur yang utama dilakukan untuk mengikat kembali kelopak mata
pada tempatnya semula, revisi jaringan parut dan flap dilakukan untuk
menghilangkan tarikan dan karena alasan kosmetik, tapi hal ini tidak
cukup untuk memperbaiki malposisi kelopak mata bawah.
Pada delapan pasien dengan post operasi ektropion sikatrik sedang,
LTS menjadi prosedur yang sempurna. Semua operasi pada penelitian ini
dilakukan oleh ahli bedah senior yaitu Marzouk MA.
Metode Pembedahan
Operasi dilakukan dengan lokal anastesi pada 28 pasien dan
dengan general anastesi pada 2 pasien, salah satunya anak umur 4 tahun
yang tidak mampu menjalani lokal anastesi, dan pasien dengan deformitas
kelopak mata yang berat, dimana memerlukan tindakan operasi yang lama.
Lokal anastesi meliputi tetes mata tetracain pada konjungtiva dan
memasukkannya ke dalam subkutaneus pada kelopak mata bawah dengan
perbandingan 1:1 lidocaine 2 % dengan 1:200.000 epinephrine dan
bupivacain 0.5 %. Lateral canthus juga dimasukkan ke dalam periostium
kelopak mata bawah.
Canthotomy lateral dan inferior cantholylis awalnya dilakukan.
Tarsal Strip dibentuk dari kelopak mata lateral bawah dengan mengupas
jaringan muscokutaneus junction, lalu membersihkan epitel konjungtiva
posterior, membuat sayatan pada lamella, dan membuat garis insisi di atas
untuk membuat “tendon” dari dasar tarsus. Panjang dari tendon buatan ini
tergantung dari taksiran tekanan yang diinginkan untuk memperkuat
kelopak mata bawah. Tarsal strip dijahit pada lingkaran orbita lateral
internal dengan double-armed 5-0 polyglactin dengan membuat simpul
kecil pada tendon dan hingga 2 jahitan hingga akhir pada bagian orbita
internal dari lingkaran periostium lateral orbita. Tujuannya adalah agar
mengkoreksi secara sederhana ketinggian dari kelopak mata dengan
menjahit lebih superior dari sudut canthal lateral selama pemeliharaan
tekanan. Setelah jahitan disimpul, susunan canthal lateral dapat dicapai
dengan dilakukan penjahitan dengan 6-0 polyglactin. Poly glactin 6-0
digunakan untuk menutup otot cantahal orbicularis lateral diikuti dengan
penutupan kulit dengan penjahitan menggunakan polyglactin 7-0.
Antibiotik topikal diberikan pada fornix konjungtiva inferior dan
pada tempat jahitan, dan pada bantalan kedua mata yang digunakan
sebagai pembalut tetap selama 24 jam. Pasien juga diinstruksikan untuk
memakai tetes mata tobramycine 4 kali sehari selama 3 minggu. Pasien
diminta untuk tidak menarik kelopak matanya ketika meneteskan obat,
karena hal tersebut dapat meningkatkan resiko dari dehisence. Penilaian
post operasi pada pasien adalah 1 minggu setelah keluar dari rumah sakit.
Kemudian pasien diperiksa kembali pada minggu ke 4, 8, 12, dan 24
minggu setelah operasi.
Semua pasien dipantau minimal 6 bulan untuk memastikan
kegagalan jangka panjang. Keberhasilan operasi ditentukan oleh resolusi
dari malposisi kelopak mata.
3. Hasil
Total keseluruhan pasien adalah 30 orang, 17 pria dan 13 wanita,
yang dibentuk dalam kelompok penelitian. Umur rerata adalah 59, 15 +/-
6, 2 tahun (jangka umur 40- 65 tahun). Rata- rata masa pemantauan adalah
24 minggu. Pasien dibagi dalam 3 kelompok :
Grup A : 10 pasien dengan ektropion involuntional bilateral (20 kelopak)
Grup B : 10 pasien dengan ektropion paralitik unilateral (10 kelopak)
Grup C : 10 pasien dengan ektropion sikatrik, 9 pasien unilateral dan 1
bilateral (11 kelopak).
Keadaan umum yang tampak adalah bekas sayatan yang menetap,
terlihat pada semua pasien, termasuk kelemahan kelopak, lagophthalmos
dan tidak bagus dari segi kosmetik. Tiga puluh lima kelopak mata
ectropion dikoreksi dengan hasil yang memuaskan dengan prosedur
pembedahan strip tarsal lateral sederhana, sementara enam kelopak mata
lainnya memerlukan prosedur operasi tambahan untuk memperbaiki sisa
kelemahan kulit, scleral yang terpapar dan ectropion residual. Prosedur
tambahan yang umum digunakan adalah eksisi kulit dan strip otot,
tarsorraphy lateral dan perbaikan parut pada ectropion cicatricial yang
berat.
N.B : kami mengeluarkan 2 pasien dengan ektropion sikatrik berat (3
kelopak) dari perhitungan statistik karena mereka memiki ektropion
dengan ukuran abnormal mengarah pada kedaan fibrosis.
Pada preoperatif test dan ukuran telah dinilai dan dianalisa sebagai berikut;
- Lid Distraction test berkisar antara 14 hingga 15 mm dengan rata-rata
14,4 +/- 0,48 mm pada grup A, dan dari 14 hingga 16 mm denan rata-
rata 14,8 +/- 0,49 mm pada grup B dan dari 11 hingga 13 mm dengan
rata-rata 12,2 +/- 0,39 mm pada grup C.
- Snap Back test positif pada semua pasien, dimana kelopak tidak
menutup kembali kecuali saat berkedip pada Grup A, menutup mata
secara paksa pada Grup B, dan setelah berkedip berkali-kali pada Grup
C.
- Margin Reflex distance berkisar antara 4,0 hingga 4,5 mm dengan rata-
rata 4,25 +/- 0,25 mm pada semua grup.
- Capsulopalpebral fascia dehinsence sign : posisi kelopak mata bawah
yang lebih tinggi pada resting position, tidak mampu untuk mengikuti
gerakan dari tatapan ke bawah, dan fornik bawah diperhatikan pada
semua grup.
- Rose Bengal staining positif pada semua grup.
Enam bulan setelah operasi perbaikan ;
- Lid Distraction test berkisar dari 9 hingga 10 m dengan rata-rata 9,4
+/- 0,49 mm. Hasil test menunjukkan perbedaan yang significant
p<0,05 dibandingkan pre operatif, dihitung pada semua kelompok.
- Snap Back test berkisar antara 3 hingga 5 detik dengan rata-rata 3,8 +/-
0,94 detik. Hasil test sangat significant dibandingkan preoperative,
dihitung pada semua grup.
- Margin reflex distance berkisar antara 4,5 hingga 5,5 detik dengan rat-
rata 4.95+/- 0,36 mm. Hasil test sangat sigificant dibandingkan
preoperatif, dihitung pada semua grup.
- Rose Bengal staining menurun pada semua grup, menandakan indikasi
hasil fungsional yang baik.
Fungsi dan nilai kosmetik dicapai sebanyak 28 pasien. Tidak ada komplikasi
mayor kecuali nyeri, dan kelenturan pada canthal lateral dimana akan berakhir
secara cepat (1 minggu). ‘
4. Pembahasan
Perubahan anatomis yang tidak teratur pada kelopak mata dapat
mengakibatkan ketidaknyamanan dan gangguan penglihatan. Kelopak mata
bawah diibaratkan jaring tenis. Jaring akan tetap tegak lurus dan kuat jika
ditopang oleh bagian horizontal dari tiangnya. Jika kekuatan dari bagian
horizontal berkurang, jaring akan longgar dan akan terlepas atau akan tergantung
pada angin. Tujuan dari management relaksasi adalah pemulihan bagian kelopak
horizontal medekati normal dengan kekuatannya. Anderson dan Gordy telah
menggambarkan lateral tarsal prosedur pada tahun 1979. Prosedur Lateral tarsal
strip digunakan terutama untuk kasus ektropion paralitik, aktropion atau entropion
involuntional, kelemahan atau malposisi tendon canthal ateral, phimosis
iatrogenic yang reccurent, ektropion atau entropion yang sudah diterapi dengan
tindakan pemendekan, dan elevasi canthal, secara pembedahan efektif pada
kelemahan kelopak mata.
Pada penelitian ini kami membagi 30 pasien ke dalam 3 grup berdasarkan
penyebab terjadinya ektropion, grup A : involuntional, grup B : paralitik, dan grup
C :sikatrikal ektropion. Kami menggunakan sederetan tes klinis untuk
mengevaluasi ektropion pada semua kasus.
Lid Distraction test berubah dari 12 hingga 14 mm sebelum dilakukan
LTS menjadi 9 hingga 10 mm, ketika dihitung 6 bulan setelah tindakan, dan hal
ini menunjukkan perbedaan yang significant. Snap Back Test sulit untuk dihitung.
Bagaimanapun kami menggunakan stopwatch untuk mengandalkan test ini. Snap
Back Test sebelum LTS pada grup A terjadi ketika berkedip, pada Grup B jika
menutup mata dengan paksa, dan pada grup C jika berkedip berulang-ulang kali.
Test inidilakukan kembali setelah 6 bulan, dan hasilnya menunjukkan Sanap Back
Test menjadi 3 hingga 5 detik, dan ini menunjukkan perbedaan yang significant.
Margin refleks distance berubah dari 4,0-4,5 mm sebelum LTS menjadi 4,5-5,5
mm (dihitung 6 bulan setelah tindakan), dan ini juga menunjukkan hasil yang
significant.
Snap Back test mengukur refleks elastisitas dari kelopak mata, Lid
distraction test mengukur seluruh relaksasi kelopak, dan hilangnya Rose Bengal
menunjukkan permukaan yang tidak normal. Ini membuat Rose Bengal test
adalah test yang penting saat evaluasi preoperatif dengan kelemahan kelopak dan
dapat dievaluasi pada saat post operatif. Pada penelitian kami 1 orang pasien
dengan ektropion involuntional enjalani tindakan eksisi otot dan kulit dengan
lateral tarsal strip sebagai psosedur tambahan. Satu pasien dengan kelemahan
nervus fasialis memerlukan laterlar tasorraphy. Tarsal strip adalah tindakan
terbaik untuk melalukan skin graft pada kasus ektropion sikatrik. 2 orang pasien
telah menjalani full thickness skin graft dengan lateral tarsal strip. Lateral tarsal
strip adalah tindakan yang relatif sederhana dana jarang ditemukan komplikasi.
Keluhan yang pailing sering dikeluhkan adalah kelenturan, terdapat mukus, pada
regio canthal lateral, yang kami temukan pada semua pasien pada masa post
operasi. Komplikasi lainny seperti glanuloma pyogenis, abses sutura, dan wound
dehisence tidak kami temukan. Pasien yang telah menjalani prosedur Lateral tarsal
strip harus diperingatkan untuk menggosok atau menggaruk kelopak mata secara
berlebihansetela operasi, dan kami selalu memperingatkan hal tersebut pada
semua pasien. LTS adalah teknik yang sederhana, dan bisa digunakan untuk
berbagai jenis ksus ektropion, dan menghasilkan hasil terbaik dari segi kosmetik
serta fungsional. Beberapa tindakan tambahan digunakan pada penelitian ini
selain lateral tarsal strip sebagai tindakan tambahan untuk memperbaiki berbagai
tipe ektropion.
.
Daftar Pustaka
1. Anderson RL. Tarsal strip procedure for correction of eyelid laxity and canthal
malposition in the anophthalmic socket. Ophthalmology 1981; 88:895-903.
2. Anderson RL. Medial Ectropion. Arch Ophthalmol 1979; 97:521.
3. Fox SA. Marginal (tarsal) Ectropion. Arch Ophthalmol 1960; 63:660.
4. Jones LT. The anatomy of the lower eyelid and its relation to the cause and cure
of entropion. Am J Ophthalmol 1960; 29–36.
5. Frueh BR, Schoengarth LD. Evaluation and Treatment of the patient with
Ectropion. Ophthalmology 1982; 89:1049.
6. Smith B, Bosniak S, Sachs M. The Management of Involutional Lower Lid
Ectropion. Adv Ophth Plas Reconstr Surg 1983; 2:287.
7. Wheeler JM. Spastic-entropion correction by orbicularis transplantation. Am J
Ophthalmol 1939; 22:477– 83.
8. Van der Meulen JC. Radical correction of senile entropion and ectropion. Plast
Reconstr Surg 1983; 71:318 –23.
9. Schaeffer AJ. Variation in the pathophysiology of involutional entropion and its
treatment. Ophthalmic Surg 1983; 14:653–5.
10. Carroll RP, Allen SA. Combined procedure for repair of involutional
entropion. Ophthal Plast Reconstr Surg 1991; 7:123–7.
11. Wright M, Bell D, Scott C, Leatherbarrow B. Everting suture correction of
lower lid involutional entropion. Br J Ophthalmol 1999;83:1060 –3.
12. Kirby DB. Surgical correction of spastic senile entropion. Am J Ophthalmol
1953; 36:1372– 80.
13. Wies FA. Spastic entropion. Trans Am Acad Ophthalmol Otolaryngol 1955;
59:503– 6.
14. Bick MV. Surgical management of orbital tarsal disparity. Arch Ophthalmol
1966;75:386 –9.
15. Schimek RA. Modification of buried horizontal suture for entropion. Am J
Ophthalmol 1970; 70:236 –9.
16. Jones LT, Reeh MJ, Wobig JL. Senile entropion. A new concept for
correction. Am J Ophthalmol 1972; 74:327–9.
17. Collin JRO, Rathbun JE. Involutional entropion. A review with evaluation of a
procedure. Arch Ophthalmol 1978; 96:1058–64.
18. Dortzbach RK, McGetrick JJ. Involutional entropion of the lower eyelid. Adv
Ophthal Plast Reconstr Surg 1983; 2:257–67.
19. Wesley RE, Collins JW. Combined procedure for senile entropion.
Ophthalmic Surg 1983; 14:401– 5.
20. Nowinski TS. Orbicularis oculi muscle extirpation in a combined procedure
for involutional entropion. Ophthalmology 1991; 98:1250 –56.
21. Dresner SC, Karesh JW. Transconjunctival entropion repair. Arch Ophthalmol
1993; 111:1144–8.
22. Charonis GC, Gossman MD. Involutional entropion repair by posterior
lamella tightening and myectomy. Ophthal Plast Reconstr Surg 1996; 12:98 –103.
23. Mauriello JA Jr, Abdelsalam A. Modified corncrib (inverted T) procedure
with Quickert suture for repair of involutional entropion. Ophthalmology
1997;104:504 –7.
24. van den Bosch WA, Rosman M, Stijnen T. Involutional lower eyelid
entropion: results of a combined approach. Ophthalmic Surg Lasers 1998;29:581–
6.
25. Danks JJ, Rose GE. Involutional lower lid entropion. To shorten or not to
shorten? Ophthalmology 1998;105:2065–7.
26. O’Sullivan EP, Howe LJ, Barnes E, et al. Factors affecting the success rate of
the Quickert and Wies procedures for lower lid entropion [letter]. Orbit
1999;18:61–73.
27. Dalgleish R, Smith JLS. Mechanics and histology of senile entropion. Br J
Ophthalmol 1966;50:79 –91.
28. Fox SA. Relief of senile entropion. Arch Ophthalmol 1951; 46:424 –31.
29. Foulds WS. Surgical cure of senile entropion. Br J Ophthalmol 1961; 45:678–
82.
30. Hill JC, Feldman F. Tissue barrier modifications of a Wheeler II operation for
entropion. Arch Ophthalmol 1967; 78:621–3.
31. Schaefer AJ. Senile entropion. Ophthalmic Surg 1974; 5:33– 8.
32. Leber DC, Cramer LM. Correction of entropion in the elderly: a muscle flap
procedure. Plast Reconstr Surg 1977; 60:704 –9.
33. Schaeffer AJ. Lateral canthal tendon tucks. Ophthalmology 1979; 86:1879–
82.
34. Dryden RM, Leibsohn J, Wobig J. Senile entropion. Pathogenesis and
treatment. Arch Ophthalmol 1978; 96:1883–5.
35. Saunders DH, Shannon GM, Nicolitz E. The “corncrib” repair of senile
entropion. Ophthalmic Surg 1980; 11:128 –30.
36. Jane M. Olver, Jonathan A. Barnes. Effective Small-incision Surgery for
Involutional Lower Eyelid Entropion. Ophthalmology Vo.107, No. 11, November
2000: 1982-1988.
37. Leatherbarrow B, Collin JR. Eyelid surgery in facial palsy. Eye 1991; 5:585–
90.
Journal of American Science, 2011;7(5)
http://www.americanscience.org
http://www.americanscience.org [email protected] 405
38. Becker FF. Lateral tarsal strip procedure for the correction of paralytic
ectropion. Laryngoscope 1982; 92:382– 4.
39. Tucker SM, Santos PM. Survey: Management of paralytic lagophthalmos and
paralytic ectropion. Otolaryngol Head Neck Surg 1999; 120:944 –5.
40. Frueh BR, Su CS. Medial tarsal suspension: a method of elevating the medial
lower eyelid. Ophthal Plast Reconstr Surg 2002; 18:133–7.
41. Lydia Chang, Jane Olver. A Useful Augmented Lateral Tarsal Strip
Tarsorrhaphy for Paralytic Ectropion. Ophthalmology Volume 113, Number 1,
January 2006: 84-91.
42. Holtmann B, Wray RC, Little AG. A randomized comparison of four incisions
for orbital fractures. Plast Reconstr Surg 1981; 67:731–7.
43. Bahr W, Bagambisa FB, Schlegel G, Schilli W. Comparison of transcutaneous
incisions used for exposure of the infraorbital rim and orbital floor: a retrospective
study. Plast Reconstr Surg 1992; 90: 585–91.
44. Manson PN, Ruas E, Iliff N, Yaremchuk M. Single eyelid incision for
exposure of the zygomatic bone and orbital reconstruction. Plast Reconstr Surg
1987;79:120 6.
45. Waite PD, Carr DD. The transconjunctival approach for treating orbital
trauma. J Oral Maxillofac Surg 1991; 49:499–503.
46. Anderson RL, Gordy DD. The tarsal strip procedure. Arch Ophthalmol 1979;
97:2192–6.
47. Jordan DR, Anderson RL. The lateral tarsal strip revisited: The enhanced
tarsal strip. Arch Ophthalmol 1989; 107:604–6.
48. A.C. Salgarelli, P. Bellini, A. Multinu, B. Landini, U. Consolo: Tarsal strip
technique for correction of malposition of the lower eyelid after treatment of
orbital trauma. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery 2009; BJOM-
3034; 1-4.
49. Olver JM. Surgical tips on the lateral tarsal strip. Eye 1998; 12:1007–12.
50. Marius A. Scheepers, et al: A Randomized Controlled Trial Comparing
Everting Sutures with Everting Sutures and a Lateral Tarsal Strip for Involutional
Entropion. Ophthalmology Volume 117, Number 2, February 2010, 352-355.
51. J. A. Barnes, C. Bunce, Jane M. Olver: Simple Effective Surgery for
Involutional Entropion Suitable for the General Ophthalmologist. Ophthalmology
Volume 113, Number 1, January 2006: 92-97.