TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN ...repositori.uin-alauddin.ac.id/15831/1/Cici Nur...
Transcript of TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN ...repositori.uin-alauddin.ac.id/15831/1/Cici Nur...
EFEKTIVITAS METODE PARTICIPANT CREATED CASE STUDIES
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN PESAWAT
SEDERHANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
DI SMP NEGERI 7 MAJENE
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi PendidikanFisika
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
CICI NUR PRATIWI
NIM : 20600115071
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2019
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala Puji bagi Allah swt. yang karena Kekuasaan dan Kebesaran-Nya
telah memberikan izin-Nya untuk mengetahui sebagian kecil dari ilmu yang
dimiliki-Nya. Alhamdulillah, karena dengan setitik ilmu tersebut dapat
memberikan manfaat yang begitu besar bagi penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Efektifitas Metode Participant Created
Case Studies Terhadap Pemahaman Konsep Usaha dan Pesawat Sederhana dalam
Kehidupan Sehari-hari di SMP Negeri 7 Majene”.
Tak lupa pula penulis khaturkan shalawat dan taslim semoga senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammmad saw. Serta para sahabatnya dan
pengikutnya, karena Beliau telah menjadi tauladan dan rahmat bagi seluruh alam,
sehingga rahmat tersebut dapat sampai kepada penulis yang Insya Allah akan
selalu taat dan patuh pada ajaran yang dibawakan Beliau. Aamiin…
Skripsi ini disusun karena penulis memiliki keinginan yang besar untuk
memberikan sebuah karya atas segala ilmu yang didapatkan selama menjadi
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar. Walaupun karya ini sangat sederhana mudah-mudahan dapat
memberikan manfaat kepada para pembaca sekalian dan penulis akan selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik di masa depan. Penulis merasa sangat
berhutang budi pada semua pihak atas kesuksesan dalam penyusunan skripsi ini,
sehingga sewajarnya bila pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima
kasih kepada pihak-pihak yang memberikan semangat dan bantuan, baik secara
material maupun spiritual. Skripsi ini terwujud berkat ulurantangan dari insan-
iv
insan yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan
dukungan, bantuan dan bimbingan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada keluarga besar penulis
khususnya kedua orang tua, kakak, dan adik penulis yang telah memberikan
semangat, segala doa dan pengorbanannya selama masa pendidikan penulis baik
moral maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini serta
kepada:
1. Prof. Drs. Hamdan Juhannis M.A, Ph.D sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar selaku penanggung jawab perguruan tinggi tempat
penulis menimba ilmu di dalamnya.
2. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
beserta Wakil Dekan I, II, dan III atas segala fasilitas yang diberikan dan
senantiasa memberikan dorongan, bimbingan dan nasehat kepada penulis.
3. Dr. H. Muhammad Qaddafi, S.Si., M.Si. dan Rafiqah, S.Si., M.Si. selaku
Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang senantiasa memberikandorongan,
bimbingan dan nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dr. Kamsinah, M.Pd.I. dan Ahmad Ali, S.Pd, M.Pd. masing-masing selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya
untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
5. Dosen-dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah
danKeguruan UIN Alauddin Makassar.
6. Rahmatika, S.Pd. dan Kasmawati, S.Ag. Kepala Sekolah dan guru mata
pelajaran fisika SMP Negeri 7 Majene yang telah bersedia menerima penulis
untuk melakukan penelitian.
v
7. Rekan-rekan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika 2015 atas segala
kebersamaan, dorongan dan persaudaraannya selama ini yang tak terlupakan
oleh penulis.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.
Setelah melalui proses yang panjang dan penuh tantangan, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang tentunya masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Walaupun demikian, penulis berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua dan penulis khususnya. Semoga Allah SWT
senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis dan semua pihak
yang telah membantu penyusunan skripsi ini.
Samata-Gowa, 18 Juli 2019
Penyusun
CICI NUR PRATIWI
NIM: 20600115071
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR . .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN . ................................................................................ xi
ABSTRAK ...................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1-11
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 8
D. Definisi Operasional Variabel .................................................... 10
E. Kajian Pustaka ............................................................................ 11
BAB II TINJAUAN TEORITIS .................................................................. 12-32
A. Pemahaman Konsep Fisika ......................................................... 11
B. Metode Participant Created Case Studies .................................. 18
C. Model Pembelajaran Konvensional ............................................ 24
D. Usaha dan Pesawat Sederhana Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 28
E. Kerangka Berfikir ...................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 33-51
A. Hipotesis Penelitian .................................................................. 33
B. Metodologi Penelitian .............................................................. 33
1. Jenis dan Desain Penelitian .......................................... 33
2. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................... 35
vii
3. Populasi dan Sampel Penelitian.................................... 35
4. Prosedur dan Alur Penelitian ........................................ 37
5. Teknik Pengumpulan data Penelitian ........................... 39
6. Data Penelitian.............................................................. 39
7. Instrumen Penelitian ..................................................... 40
8. Uji Coba Instrumen ...................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 52-76
A. Pengujian Instrumen Penelitian ................................................ 52
1. Validitas ........................................................................ 52
2. Teknik Analisis Data dan Analisis Deskriptif (Mean,
Standar, Deviasi. Dan Kategori) ................................... 53
3. Uji Efektivitas ............................................................... 68
B. Pembahasan......................................................................... ..... 69
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 77-78
A. Kesimpulan ............................................................................... 77
B. Implikasi ................................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 79-82
LAMPIRAN .................................................................................................... 83-151
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Desain Penelitian Penelitian................................................................ 34
Tabel 2.2 Jumlah Peserta Didik ......................................................................... 35
Tabel 2.3 Kategori Kevalidan ............................................................................ 42
Tabel 2.4 Kategori Hasil Belajar Kognitif Siswa ............................................... 45
Tabel 4.1 Kategori dan Distribusi Frekuensi Pretest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Kontrol ............................................................................ 54
Tabel 4.2 Hasil Statistik Tes Awal (Pre-test) Kelas Kontrol .............................. 56
Tabel 4.3Kategori dan Distribusi Frekuensi Posttest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Kontrol ............................................................................ 56
Tabel 4.4 Hasil Statistik Tes Awal (Posttest) Kelas Kontrol .............................. 58
Tabel 4.5 Kategori dan Distribusi Frekuensi Pretest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Eksperimen ..................................................................... 58
Tabel 4.6 Hasil Statistik Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen ........................ 60
Tabel 4.7Kategori dan Distribusi Frekuensi posttest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Eksperimen ....................................................................... 60
Tabel 4.8 Hasil Statistik Tes Awal (Posttest) Kelas Eksperimen ....................... 61
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas ........................................................................... 62
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Variansi ....................................................... 66
Tabel 4.11 Hasil Uji Non Parametric .................................................................. 67
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar4.1 Histogram Nilai Pre-test kelas kontrol .............................................55
Gambar4.2 Histogram Nilai Posttest kelas kontrol .............................................57
Gambar4.3 Histogram Nilai Pre-ttest kelas eksperimen .....................................59
Gambar4.4 Histogram Nilai Posttest kelas eksperimen ......................................61
Gambar4.5 Normal QQ Plot Untuk Hasil Pemahaman Konsep pada
kelas kontrol .....................................................................................63
Gambar4.6 Normal QQ Plot Untuk Hasil Pemahaman Konsep pada kelas
eksperimen .......................................................................................64
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran A Data Hasil Penelitian ................................................................... 83-85
Lampiran B Analisis Deskriptif ....................................................................... 86-100
Lampiran C Analisis Inferensial ...................................................................... 101-114
Lampiran D Analisis Validasi Intrumen .......................................................... 115-122
Lampiran E Instrumen Penelitian..................................................................... 123-149
Lampiran F Dokumentasi ................................................................................. 150-151
xi
ABSTRAK
Nama : Cici Nur Pratiwi
NIM : 20600115071
Judul : “Efektivitas Metode Participant Created Case Studies Terhadap
Pemahaman Konsep Usaha dan Pesawat Sederhana dalam
Kehidupan Sehari-hari di SMP Negeri 7 Majene”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep
fisika peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode Participant Created
Case Studies, mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika peserta didik
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, mengetahui
perbedaan pemahaman konsep fisika antara peserta didik yang diajar dengan
metode Participant Created Case Studies dan metode konvensional pada kelas
VIII di SMP Negeri 7 Majene, mengetahui metode Participant Created Case
Studies efektif atau tidak terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas
VIII di SMP Negeri 7 Majene. Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik
kelas VIII SMP Negeri 7 Majene yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII
berjumlah 25 peserta didik dan kelas VIII B berjumlah 28 peserta didik. Teknik
sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah convinance sampling, yaitu
dimana convinance sampling merupakan pengambilan sampel didasarkan pada
ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya.
Metode Participant Created Case Studies dapat dikatakan efektif dalam
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik, sehingga metode tersebut dapat
dipertimbangkan menjadi metode pembelajaran aktif serta kreatif. Sebab, dalam
pengumpulan data yang diketahui dari penelitian ini, data pada kelas eksperimen
menggunakan metode Participant Created Case Studies meningkat lebih besar
yang diperoleh dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional yang
digunakan sebagai pembanding dua kelas.
Hasil penelitian yang diketahui, perolehan pemahaman konsep peserta
didik kelas VIII SMP Neger 7 Majene menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas
eksperimen (VIII B) mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dari
rata-rata nilai 66,43 menjadi 74,11. Sedangkan untuk kelas kontrol (VIII A)
diperoleh peningkatan nilai rata-rata dari 66,60 menjadi 67,60. Hasil pengujian
hipotesis dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh Sig = 0,020 dan z = -
2,230. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dilihat bahwa Asymp.Sig < 0,05,
sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 tidak dapat diterima.
Dengan kata lain terdapat perbedan perolehan pemahaman konsep fisika antara
kelas A dan kelas B. karena ada perbedaan yang signifikan menggunakan metode
Participant Created Case Studies.
Implikasi penelitian yaitu agar di dalam kelas proses pembelajaran yang
efektif maka belajar fisika sebaiknya menggunakan metode pembelajaran aktif
yang lain seperti metode Participant Created Case Studies yang dapat
dipertimbangkan menjadi metode pembelajaran yang aktif dan kreatif..
xii
ABSTRAK
Name : Cici Nur Pratiwi
NIM : 20600115071
Tittle : “Efectiveness Participant Created Case Studies Methods Of Concept
Training Aircraft Simple In Business and Everyday Life in SMPN 7
Majene”
This research aims to knowing an improved understanding of physics
concepts learners are taught using methods Participant Created Case Studies,
Know an improved understanding of physics concepts learners are taught using
conventional learning models, knowing the difference between the understanding
of physics concepts learners are taught with methods Participant Created Case
Studies Studies and conventional methods in class VIII SMP Negeri 7 Majene,
knowing methods Participant Created Case Studies Effective or not to the
understanding of physics concepts learners in class VIII SMP Negeri 7
Majene,The population in this study was the students of class VIII SMP Negeri 7
Majene which consists of two classes, namely class VIII amount to 25 learners
and VIII B class numbered 28 students. The sampling technique used in this study
is convinance sampling, ie where convinance sampling is sampling based on the
availability of the elements and focus to get it.
Participant Created Case Studies methods can be said to be effective in
improving the understanding of the concept of learners, so that the method can be
considered to be active and creative learning methods. Because, in the collection
of data known from this study, data on experimental class method Participant
Created Case Studies larger increases are compared with conventional learning
models were used to compare the two classes.
The results of the study are known,gain understanding of the concept of
learners in class VIII SMPN 7 Majene shows that the average value of the
experimental class (VIII B) experienced a significant increase is the average value
of 66.43 into 74.11. As for the control group (VIII A) obtained an increase in the
average value of 66.60 into 67.60. Results of testing the hypothesis by using
Mann Whitney test was obtained Sig = 0.020 and z = -2.230. Based on these
results it can be seen that Asymp.Sig <0.05, so it can be concluded that H0
rejected and H1 unacceptable. In other words, there are different of gain
understanding of physics concepts between class A and class B. Because there are
significant differences using methods Participant Created Case Studies.
Implication of research is that in the class an effective learning process
then studied physics should use other methods such as active learning methods
Participant Created Case Studies can be considered to be a method of active
learning and creative.
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha dasar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara1.
Pengaruh pendidikan dalam jiwa seseorang merupakan pendorong
kemampuan untuk berkembang. Sedangkan pendorong utama, adalah potensi-
potensi berupa bakat dan pengalaman yang terpendam pada diri seseorang atau
anak didik. Bagaimanapun baiknya rencana pendidikan, hasil dan manfaat bagi
anak didik dan masyarakat tergantung kepada anak didik dan masyarakat itu
sendiri. Demikian pula dengan kecakapan dan bakat seseorang atau anak didik,
hanya dapat berkembang dengan baik apabila memperoleh kesempatan yang
sebaik-baiknya dalam pendidikan. Lebih dari itu, pendidikan akan selalu berkaitan
dengan pola-pola tingkah laku kehidupan bermasyarakat2.
Pendidikan tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, keberhasilan
pendidikan sangat terpengaruh oleh proses belajar mengajar. Belajar merupakan
1Republik Indonesia, “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional” dalam Undang-Undang Kependidikan 2003, h. 1.
2Muhammad Anwar, Filsafat Pendidikan,(Jakarta: Kencana, 2015),h.22-23
1
suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku, hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan3.
Selain itu, berkaitan dengan konsep belajar pendidikan juga mampu
mengubah seseorang menjadi individu yang tahu akan pentingnya sebuah usaha
agar tercapainya suatu perubahan seperti yang diajarkan dalam ajaran islam, yang
terdapat pada surah ar-Ra’d Ayat 11 :
Terjemahnya:
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.”
Dalam ayat di atas terlihat jelas bahwa jika ditarik pada konsep belajar
sangat penting adanya suatu usaha sehingga mendorong terhadap perubahan.
Perubahan yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku. Jika seseorang
menginginkan perubahan dalam dirinya maka seseorang itu haruslah berusaha,
dan aktivitas berusaha inilah yang dimaksud dengan belajar4. Perubahan sebagai
3Anggun,dkk , “Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai Media Gambar
Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo”, Jurnal
Pendidikan Biologi, Vol. IV No.3 (September 2012),h.100.
4Muhammad Fathurrohman,Belajar dan Pembelajaran Modern: Konsep Dasar, Inovasi,
dan Teori Pembelajaran,(Yogyakarta: Garudhawaca, 2017), h.12.
2
3
hasil belajar proses belajar seseorang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti di sebabkan oleh adanya perubahan pada peningkatan keterampilan,
pengetahuan, sikap dan tingkah lakunya serta kemampuan pemahaman konsep
siswa tersebut.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada hari Senin, 19
November 2018 di SMP Negeri 7 Majene, bahwa masih banyak peserta didik
yang telah mengalami kesulitan dalam belajar, terutama dalam mata pelajaran
Fisika. Hal ini dikarenakan kurang minatnya siswa dalam pelajaran fisika karena
fisika itu sulit dan memiliki banyak rumus-rumus serta teori yang harus dipelajari.
Masalah utama yang menunjang siswa disekolah tersebut ialah kurangnya dalam
memahami konsep fisika dengan baik, selama menerima mata pelajaran fisika dari
guru hanya sebagian beberapa siswa saja yang mampu memahami konsep fisika,
yang lainnya hanya mampu menghafal pelajaran yang diterimanya dilihat dari
hasil observasi awal yang telah dilakukan bahwa siswa kelas VIII dari 32 siswa
hanya 7 siswa yang tuntas pada mata pelajaran fisika . Sehingga ada beberapa
peserta didik yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, misalnya dalam
sebuah kelompok hanya beberapa anggota saja yang aktif dalam menyampaikan
pendapatnya, karena sebagian peserta didik ragu mengemukakan pendapatnya
dikarenakan takut salah dihadapan teman-temannya. Terkadang dalam sebuah
kelompok, ada beberapa anggota yang hanya mengobrol atau mengganggu
temannya sehingga tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini merupakan
salah satu penyebab dari sekian banyak masalah yang diterima disekolah sehingga
peserta didik kurang memahami mata pelajaran fisika. Dari permasalahan tersebut
4
maka strategi pembelajaran yang digunakan harus dikembangkan serta
dimodifikasi dengan cara mengkolaborasikan strategi dengan tekhnik
pembelajaran yang sesuai sehingga pembelajaran akan menarik serta dapat
mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran fisika, peserta didik akan mengalami hambatan
apabila tidak diberi pemahaman konsep dasar tentang fisika itu sendiri. Seperti
yang kita ketahui bersama jika fisika merupakan objek dari pembelajaran yang
abstrak.5
Agama islam merupakan agama yang sempurna yang menjadikan Al-
Qur’an sebagai pedoman hidupnya. Dalam islam mengharuskan kepada umatnya
agar mengembangkan potensial dan akal dalam dirinya, hal ini terlihat jelas pada
ayar yang pertama turun yaitu dalam Qs. Al-alaq yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan perintah agar belajar, yaitu6:
Terjemahnya:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah
yang paling pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan perantara
kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”.(Qs Al-Alaq 1-5).
5
Ulpi,dkk.”Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Video Based Laboratory Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika”,Jurnal
Pendidikan Fisik,Vol.6 No.2,h.8. 6 Sitti Nur’aini.”Pengaruh Metode Participant Created Case Studies disertai dengan
Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 15
Bandar Lampung Pada Materi Pencemaran Lingkungan”,Skripsi,h.2.
5
Seseorang dapat dikatakan mampu memahami konsep yaitu seseorang
yang dapat mengulang kembali apa yang diberikan. Sebagaimana yang diketahui
bahwa memahami suatu konsep lebih tinggi satu tingkat dari suatu hafalan.
Terlebih dalam mata pelajaran fisika, dapat lebih mudah dalam menerima mata
pelajaran fisika dengan memahami konsep fisika.
Fisika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang pada
dasarnya bertujuan untuk mempelajari dan mengerti pemahaman kuantitatif
terhadap berbagai gejala atau proses alam dan sifat zat serta penerapannya7.
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik dalam fisika, siswa
seharusnya dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya dan tidak hanya
sekedar menghafal pelajaran, tetapi dalam pembelajaran siswa mampu memahami
konsep-konsep yang diajarkan sehingga siswa dapat memecahkan dan mencari
solusi dari suatu persoalan8
. Solusi dari permasalahan ini yaitu dengan
menggunakan berbagai metode pembelajaran agar memudahkan siswa dalam
belajar fisika. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu metode
participant created case studies.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah
model pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang
mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Peserta didik belajar secara
aktif maka kegiatan pembelajaran dapat terdominasi oleh siswa sehingga
pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi berpusat pada siswa (student
7Anggi,dkk.”Pengembangan Modul Berbasis POP UP BOOK Pada Materi Alat-Alat
Optik Untuk Siswa SMPLB-B(Tunarungu) Kelas VIII”,Jurnal Pendidikan Fisik,h.2.
8Masril,”Penerapan Model Pembelajaran Vee Map Melalui Belajar Kooperatif di SMA
Negeri 2 Padang”, Jurnal, h.2.
6
centered). Belajar aktif mengajak peserta didik tidak hanya melibatkan mental
tetapi juga fisik sehingga peserta didik merasakan suasana yang lebih
menyenangkan. Model pembelajaran aktif dapat membangkitkan
kemandirian siswa, siswa akan secara aktif menggunakan otak baik untuk
menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan atau mengaplikasikan
apa yang baru mereka pelajari ke dalam suatu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata9.
Strategi Studi Kasus ini adalah metode yang menggunakan tipe diskusi
kasus yang dapat menciptakan suatu permasalahan atau kasus sendiri sehingga
siswa memecahkan permasalahan tersebut bersama siswa yang lain secara
bergantian mengeluarkan pendapatnya. Sehingga semua peserta didik
mendapatkan setiap kesempatan dalam memecahkan kasus tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Suci Kusuma Dewi (2010)
menunjukkan bahwa peserta didik yang diajar dengan Strategi Participant
Created Case Studies menunjukkan peningkatan kemandirian belajar siswa dari
26,88% menjadi 36,16% setelah menggunakan strategi tersebut. Penelitian ini
memicu peneliti untuk melakukan penelitian dengan menggunakan strategi
pembelajaran Participant Created Case Studies, melihat pengaruhnya terhadap
pengetahuan prosedural dengan pengetahuan awal yang dimiliki oleh peserta
didik.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, peneliti mencoba melakukan
penelitian yang berjudul “Efektifitas metode pembelajaran Participant Created
9Suci Kusuma Dewi,”Penerapan Flip Chart Dalam Pembelajaran Aktif Student Created
Case Studies Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Pada Pembelajaran Biologi Kelas
XI IPA 4 SMA 4 Surakarta”, Skripsi, h.5
7
Case Studies terhadap pemahaman konsep usaha dan pesawat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari di SMP Negeri 7 Majene”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang diajar
menggunakan metode pembelajaran Participant Created Case Studies
pada kelas VIII SMP Negeri 7 Majene?
2. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang tidak diajar
dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional pada kelas
VIII SMP Negeri 7 Majene?
3. Apakah ada perbedaan pemahaman konsep antara peserta didik yang
diajar dengan metode Participant Created Case Studies dan metode
konvensional pada kelas VIII di SMP Negeri 7 Majene?
4. Apakah metode pembelajaran Participant Created Case Studies efektif
atau tidak terhadap pemahaman konsep usaha dan pesawat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari peserta didik pada kelas VIII di SMP Negeri
7 Majene?
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Secara operasional tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang tidak diajar
menggunakan metode pembelajaran Participant Created Case Studies
pada kelas VIII SMP Negeri 7 Majene.
b. Untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas VIII SMP
Negeri 7 Majene.
c. Untuk mengetahui perbedaan pemahaman konsep antara peserta didik
yang diajar dengan metode Participant Created Case Studies dan metode
konvensional pada kelas VIII di SMP Negeri 7 Majene
d. Untuk mengetahui metode pembelajaran Participant Created Case
Studies efektif atau tidak terhadap pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik pada kelas VIII di
SMP Negeri 7 Majene.
2. Manfaat Penelitian
Kegunaan atau manfaat yang dapat diperoleh mengenai penerapan
metode pembelajaran Participant Created Case Studies terhadap pemahaman
konsep fisika, yaitu:
9
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi
mengenai pengaruh model pembelajaran Participant Created Case
Studies terhadap pemahaman konsep fisika.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
bahan pertimbangan pada penelitian yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi Guru
Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan serta
memberikan gambaran bagi guru fisika dalam memilih dan
menerapkan strategi pembelajaran di dalam kelas agar pembelajaran
di dalam kelas berlangsung secara efektif sehingga dapat
meningkatkan prestasi belajar fisika.
b) Bagi Siswa
Dengan penelitian ini diharapkan pembelajaran yang dilakukan di
dalam kelas menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
diikuti siswa dengan mengoptimalkan kemampuan dan potensi yang
dimilikinya sehingga Prestasi belajar siswa dapat meningkat.
c) Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapatkan selama
perkuliahan dan bekal pengalaman ketika terjun sebagai pendidik.
10
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan gambaran dan memudahkan pemahaman serta
memberikan persepsi yang sama antara penulis dan pembaca terhadap judul serta
memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka penulis terlebih dahulu
mengemukakan pengertian yang sesuai dengan variabel dalam judul proposal ini,
sehingga tidak menimbulkan kesimpangsiuran dalam pembahasan selanjutnya.
1. Variabel Independen (bebas) : Metode Participant Created Case Studies
Metode pembelajaran Participant Created Case Studies merupakan
metode belajar yang berperan aktif. Metode ini menuntut keaktifan siswa maupun
seorang guru. Pada Participant Created Case Studies dapat dilakukan secara
secara individual atau kelompok. Langkah yang dapat dilakukan dalam
metodeParticipant Created Case Studies yaitu peneliti membagi kelas sehingga
terbentuk menjadi beberapa pasangan atau kelompok, membagi permasalahan,
kelompok atau pasanganyang sudah terbentuk melakukan diskusi, selanjutnya
setiap kelompok mampu membuat permasalahan tersebut dan menyampaikan
hasil diskusi yang telah dilakukan kepada peserta lain. Metode studi kasus ini
mampu meningkatkan kemandirian belajar serta mampu meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik baik secara individu atau kelompok. Metode ini akan
dibandingkan dengan metode konvensional, yang dalam penelitian ini adalah
metode ceramah.
2. Variabel dependen (tidak bebas) : Pemahaman Konsep
11
Pemahaman konsep fisika adalah nilai yang diperoleh siswa setelah
diberikan tes pemahaman konsep yang berkaitan dengan kemampuan translasi,
interpretasi, dan kemampuan ekstrapolasi. Pemahaman konsep diukur dengan tes.
E. Kajian Pustaka
Adapun penelitian sebelumnya yang dianggap relevan dengan penelitian
ini adalah:
1. Penelitian Sitti Nur’Aini dengan judul “Pengaruh Metode Student
Created Case Studies Disertai Dengan Media Gambar Terhadap
Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa”, menyebutkan
bahwa Student Created Case Studies merupakan metode pembelajaran
yang mengajak siswa agar mampu menganalisa dan menciptakan kasus
sendiri dari masalah yang diberikan oleh guru secara baik, individu
maupun kelompok.
2. Penelitian Anggun,dkk dengan judul “Pengaruh Metode Student Case
Studies Disertai Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains
Siswa”, menyimpulkan bahwa case studies merupakan metode
pembelajaran aktif yang menggunakan tipe diskusi kasus.
3. Penelitian Ibrahim dengan judul “Perpaduan Model Pembelajaran aktif
Konvensional (ceramah) dengan cooperatif”, menyatakan bahwa metode
konvensional dalam pembelajaran ialah metode yang digunakan
berdasarkan kecenderungan yang menjadikan guru dan siswa tidak pasif
dalam belajar, berpikir dan inovatif.
12
BAB II
TINJAUAN TEORETIS
A. Pemahaman Konsep Fisika
a. Pemahaman
Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya (1); pengetahuan yang
banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan);
tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me-
i menjadi memahami, berarti : (1) mengerti benar (akan); mengetahui benar, (2)
memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe-an menjadi pemahaman, artinya (1)
proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-
baik supaya paham)10
.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan
yang dimiliki seseorang dalam menerima suatu pengetahuan.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu
hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Pemahaman menurut: (1)
Sudirman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,
menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang
pengetahuan yang pernah diterimanya, (2) Suharsimi menyatakan bahwa
pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seseorang mempertahankan,
membedakan, menduga (estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,
menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan
memperkirakan. (3) Dengan pemahaman, siswa diminta untuk membuktikan
10UsmanFirdaus,https://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-
pemahaman-siswa/#ixzz25g9qpPED (Cet.I;diakses pada 26 juni 2018,pukul 02.33).
12
13
bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta-fakta atau
konsep11
.
Pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahanan
letak dari alam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi
yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup,
kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pemahaman yang terhayati.
Pemahaman merupakan suatu kegitan berpikir secara diam-diam, menemukan
dirinya dalam orang lain12
.
Pemahaman merupakan salah satu patokan kompetensi yang dicapai
setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap
individu siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami apa
yang dia pelajari. Ada yang mampu memahami materi secara menyeluruh dan ada
pula yang sama sekali tidak dapat mengambil makna dari apa yang telah dia
pelajari, sehingga yang dicapai hanya sebatas mengetahui. Siswa dapat dikatakan
berhasil dalam belajar ketika mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
ditentukan, baik melalui tes-tes yang diberikan guru secara langsung dengan
Tanya jawab atau melalui tes sumatif dan tes formatif yang dilakukan oleh
lembaga pendidikan dengan baik.
11
UsmanFirdaus,https://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertian-
pemahaman-siswa/#ixzz25g9qpPED (Cet.II;diakses pada 26 juni 2018,pukul 02.33). 12Joko Adi Prayitno,”Tingkat Pemahaman Perilaku Hidup Sehat dan Konsep Dasar
Latihan Beban Members Fitness Center Hotel Ros In Yogyakarta”, Skripsi, h. 7.
14
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pemahaman sekaligus
keberhasilan belajar siswa ditinjau dari segi kemampuan pendidikan adalah
sebagai berikut13
:
1. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sarana yang akan dicapai
dalam kegiatan belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan
belajar mengajar. Perumusan tujuan akan mempengaruhi kegiatan pengajaran
yang dilakukan oleh guru sekaligus mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
2. Guru
Guru adalah tenaga pendidikan yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan pada siswa disekolah. Guru adalah orang yang berpengalaman dalam
bidang profesinya. Didalam satu kelas, siswa satu beebeda dengan lainnya. Untuk
itu setiap individu berbeda tingkat keberhasilan belajarnya.
3. Siswa
Siswa adalah orang yang dengan sengaja datang ke sekolah untuk belajar
bersama guru dan teman sebayanya. Mereka memiliki latar belakang yang
berbeda, bakat, minat dan potensi yang berbeda pula. Sehingga dalam satu kelas
pasti terdiri dari siswa yang bervariasi karakteristik dan kepribadiannya.
Hal ini berakibat pada berbeda pula cara penyerapan materi atas tingkat
pemahaman setiap siswa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa siswa adalah
unsure manusiawi yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar sekaligus hasil
belajar atas pemahaman siswa.
13
Aini Aen,http: http:digilib.uinsby.ac.id.id8725Bab%202.pdf (Cet.II;diakses pada 26
juni 2018,pukul 02.33).
15
4. Kegiatan Pengajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya informasi antara guru
dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran ini merujuk
pada proses pembelajaran yang diciptakan guru dan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana keterampilan guru dalam mengolah kelas.
5. Suasana evaluasi
Keadaan kelas yang tenang, aman dan disiplin juga berpengaruh terhadap
tingkat pemahaman siswa pada materi (soal) ujian yang sedang mereka kerjakan.
Hal itu terkait dengan konsentrasi dan kenyamanan siswa. Mempengaruhi
bagaimana siswa memahami soal berarti pula mempengaruhi jawaban yang
diberikan siswa.
6. Bahan dan alat evaluasi
Bahan dan alat evaluasi adalah salah satu komponen yang terdapat dalam
kurikulum yang digunakan untuk mengukur pemahaman siswa. Alat evaluasi
memiliki cara-cara dalam menyajikan bahan evaluasi, misalnya dengan
memberikan butir soal bentuk benar salah (true-false), pilihan ganda (multiple-
choice), menjodohkan (matching), melengkapi (completation), dan essay. Dalam
penggunaannya, guru tidak harus memilih satu alat evaluasi tetapi bisa
menggunakan lebih dari satu alat evaluasi.
Penguasaan secara penuh (pemahaman) siswa tergantung pada bahan
evaluasi atau soal yang diberikan guru kepada siswa. Jika siswa telah mampu
mengerjakan atau bahan evaluasi dengan baik, maka siswa dapat dikatakan paham
terhadap materi yang diberikan.
16
b. Konsep
Dalam penelitian sains, konsep (pengetahuan dasar) adalah faktor yang
mempengaruhi belajar, seperti yang dikatakan oleh Clipton dan Slowaczek
sebagaimana dikutip Muhibbin Syah bahwa kemampuan seseorang untuk
memahami dan emngingat informasi penting bergantung pada apa yang mereka
telah ketahui dan bagaimana pengetahuam tersebut diatur14
.
Analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk
menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian
konsep. Untuk melakukan analisis konsep guru hendaknya memperhatikan hal-hal
tersebut. Hal-hal tersebut jika diperhatikan dapat membuat guru memahami
konsep tersebut dengan cara menganalisis dengan seksama15
.
Siswa yang menguasai konsep dapat mengidentifikasi dan mengerjakan
soal baru yang lebih bervariasi. Selain itu, apabila anak memahami suatu konsep
maka ia akan dapat menggeneralisasikan suatu obyek dalam berbagai situasi lain
yang tidak digunakan dalam situasi belajar16
.
Pemahaman konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga
dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan
pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa
menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep
atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai
14Mita Helfiana,”Penguasaan Konsep pada Materi Tata Nama Senyawa Melalui
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Siswa Kelas X SMAN 1 Labuhanhaji”, Skripsi,h. 10-11. 15Mita Helfiana,”Penguasaan Konsep pada Materi Tata Nama Senyawa Melalui
Pembelajaran Berbasis Inkuiri Siswa Kelas X SMAN 1 Labuhanhaji”, Skripsi,h. 13.
16Ika Afifah,dkk,”Analisis Kemampuan Konsep Matematis Siswa SMP Pembelajaran
Matematika Berbasis Kontekstual”, Jurnal, h. 02.
17
susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya
sama17
.
Pemahaman konsep siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain18
:
1. Faktor raw input (faktor murid/anak itu sendiri) dimana tiap anak memiliki
kondisi yang berbeda-beda alam:
a) Kondisi fisiologis.
b) Kondisi psikologis.
2. Faktor environmental input (faktor lingkungan), baik lingkungan alami
ataupun lingkungan sosial.
3. Faktor instrumental input, antara lain terdiri dari:
a) Kurikulum.
b) Program / bahan pengajaran.
c) Sarana dan fasilitas.
d) Guru (tenaga pengajar).
Konsep tersebut diabstraksikan secara tetap sehingga memudahkan
manusia untuk mengadakan komunikasi dan berfikir. Pada umumnya kesulitan
siswa dalam mengaplikasikan konsep dalam suatu permasalahan.: “The difficulties
17Rosa’Ilul Falkhiyah,2015.”Pengembangan Buku Praktikum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sub Tema Macam-macam Sumber Energi pada Siswa Kelas IV MI Bahrul
Ulum Blawi Lamongan”, Skripsi, h. 22.
18 Rosa’Ilul Falkhiyah,2015. ”Pengembangan Buku Praktikum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sub Tema Macam-macam Sumber Energi pada Siswa Kelas IV MI
Bahrul Ulum Blawi Lamongan”.Skripsi,h.5.
18
that students have with formal concept relate to their inability to apply scientific
reasoning skills that are necessary for explaining the concept”19
.
Fisika dibutuhkan untuk mempelajari fenomena alam yang menuntut
kemampuan berpikir. Siswa diharapkan tidak hanya mempelajari tentang konsep,
teori dan fakta ilmiah dalam diskusi di kelas tetapi juga dapat memahami aplikasi
konsep fisika tersebut dalam kehidupan sehari-hari20
.
Dengan demikian bahwa fisika bukan ilmu yang dapat dianggap mudah
baik dalam matematis maupun teori. Sehingga diperlukan penguasaan konsep
yang ada didalam fisika.
Jadi pemahaman konsep meliputi keseluruhan suatu materi karena satu
dengan yang lainnya saling berhubungan. Oleh sebab itu, penting sekali bagi
setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar peserta didik21
.
B. Metode Participant Create Case Studies
a. Pengertian Studi Kasus
Studi Kasus berasal dari terjemahan dalam bahasa Inggris “A Case
Study” atau “Case Studies”. Kata “Kasus” diambil dari kata “Case” yang menurut
Kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, diartikan
sebagai 1). “instance or example of the occurance of sth., 2). “actualstate of
affairs; situation”, dan 3). “circumstances or special conditions relating toa
person or thing”. Secara berurutan artinya ialah 1). Contoh kejadian sesuatu, 2).
19Abdullah,”Prestasi Belajar”,h.11.
20Irma Hadiwiyanti,”Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMP dan Penerapannya di
Lingkungan sekitar”, Skripsi, h. 5.
21
Ridha Mustakim,dkk,”Perbandingan Pemahaman Konsep dan Keterampilan
Penggunaan KIT antara Peserta Didik XI IPA SMA Negeri 1 Bajeng dan SMA Uhammadiyah
Limbung”, Jurnal, h. 63.
19
Kondisi actual dari keadaan atau situasi, dan 3). Lingkungan atau kondisi tertentu
tentang orang atau sesuatu22
.
Definisi, penggunaan, dan aspek ontologis dan epistomologis dari studi
kasus tidak disetujui oleh para ahli. Definisi eksplisit dari studi kasus tidak begitu
bermanfaat tanpa mempertimbangkan konteks penggunaannya dan perspektif
pengguna karena pendekatan ini mengacu pada kebutuhan metodologis dari
berbagai aliran pemikiran atau perspektif ilmiah yang berbeda23
.
Studi kasus secara diferensial dipahami tergantung pada kebutuhan
tersebut. Scapens menunjukkan bahwa penggunaan metode studi kasus tergantung
baik pada jenis penelitian dan metodologi peneliti. Penulis secara jelas mengacu
pada metode studi kasus daripada metode, yang menunjukkan bahwa istilah
tersebut dapat dipahami dan diterapkan secara berbeda oleh orang yang berbeda.
Secara umum, studi kasus adalah jenis penelitian lapangan yang berusaha untuk
memahami realitas suatu topic tertentu dengan berfokus pada satu atau beberapa
unit analisis24
.
Dari penjabaran definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Studi
Kasus ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
terinci, dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada
tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi untuk
memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut. Biasanya,
22Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo,M.Si, “Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif:Konsep dan
Prosedurnya”,skripsi, h. 2-3.
23
Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 29.
24
Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 29.
20
peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah hal yang actual (real-
life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu yang sudah lewat.25
Studi kasus ini menarik ketika memenuhi tiga persyaratan, yaitu; (i)
pertanyaan yang diajukan adalah “bagaimana” atau “mengapa”-jenis pertanyaan;
(ii) peneliti memiliki sedikit kontrol atas kejadian; dan (iii) fokusnya adalah pada
fenomena kontemporer, kehidupan nyata26
.
Studi kasus (atau kisah kasus) dapat dipahami sebagai narasi,
berdasarkan peristiwa nyata yang menciptakan peluang untuk percakapan, analisis
masalah, dan pengambilan keputusan virtual. Sebuah studi kasus yang efektif
mentransfer pengetahuan khusus dengan menempatkan siswa atau peserta
lokakarya dalam posisi untuk memikirkan pilihan yang dihadapi oleh para
pemgambil keputusan dalam situasi kehidupan nyata. Dengan menghadapi
scenario yang sebenarnya, para peserta mengembangkan dan menyempurnakan
keterampilan analitis untuk memecahkan masalah serupa dalam proyek mereka
sendiri27
.
b. Jenis Studi Kasus
Studi kasus, mirip dengan strategi penelitian lain, dapat digunakan untuk
berbagai tujuan. Yin berpendapat bahwa studi kasus mungkin bersifat eksploratif,
25Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo,M.Si, “Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif:Konsep dan
Prosedurnya”,skripsi, h. 3.
26Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 29.
27
Dr.Edward W.Rogers,dkk, Case StudyMethodology,(Greenbelt,Maryland:Goddard
Space Flight Center,2008), h. 01.
21
deskriptif, dan jelas, dan masing-masing harus diklarifikasikan sesuai dengan
jenis pertanyaan28
.
Studi kasus adalah penyelidikan empiris yang menyelidiki fenomena
kontemporer dalam bentuk konteks kehidupannya, dimana batas antara fenomena
dan konteks tidak jelas dan dimana-dimana ada banyak sumber bukti yang
digunakan29
.
Lee et al. berkomentar bahwa studi kasusu eksploratif cenderung
dilakukan sebagai penelitian awal sebelum survey berskala besar untuk
mengidentifikasi topic untuk penelitian lebih lanjut. Studi kasus deskriptif
biasanya digunakan untuk memperluas tren dan topic yang telah ditemukan oleh
survey. Hanya kasus penjelasan yang ingin diambil pemahaman rinci tentang
fenomena tertentu ketika kasus tidak dianggap sebagai aksesori untuk metode
kuantitatif30
.
Eisenhardt menetapkan klasifikasi yang berbeda dimana studi kasus
dapat digunakan untuk beberapa tujuan, termasuk memberikan deskripsi, menguji
teori, atau menghasilkan teori. Sedangkan, Cesar dkk, mengikuti garis pemikiran
untuk menentukan tujuan yang dikejar oleh peneliti untuk menerapkan studi kasus
dan berpendapat bahwa mendefinisikan tujuan tersebut akan membantu
menentukan pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian31
.
28Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 30. 29
Eric Patton and Steven H. Appelbaum,” The Case for Case Studies in Management
Research”, article,h.60.
30Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 30.
31
Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 30.
22
Student-Created Case Studies merupakan salah satu metode
pembelajaran aktif yang menggunakan tipe diskusi kasus atau permasalahan
mengenai pelajaran yang akan dipelajari. Sudjana menyatakan kegiatan
pembelajaran melalui studi kasus dapat meningkatkan aktivitas dan kemandiran
belajar siswa baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat menciptakan
kasus sendiri dan dipecahkan bersama teman yang lain atau permasalahan
diberikan oleh guru32
.
Klarifikasi ini menunjukkan bahwa jenis studi kasus akan tergantung
pada tujuan dan pengetahuan tentang subjek tertentu dalam kaitannya dengan
yang terkandung dalam literature. Sebagai contoh, sebuah studi yang bertujuan
untuk menilai bagaimana praktik akuntansi tertentu bekerja diperusahaan akan
menggunakan tipe studi kasus deskriptif, sedangkan studi lain yang bertujuan
untuk mengidentifikasi pola perilaku mengenai keputusan khusus di antara
sekelompok manajer di sebuah organisasi untuk merumuskan teori substansif
berdasarkan data akan menggunakan jenis penjelasan, dan yang lain berusaha
untuk mengklarifikasi praktik yang digunakan dalam perusahaan akan
menggunakan jenis eksplorasi33
.
c. Pemilihan metode Studi Kasus
Menggunakan istilah “Studi Kasus” artinya ialah peneliti ingin menggali
informasi apa yang akhirnya bisa dipelajari atau ditarik dengan sebuah kasus, baik
kasus tunggal maupun jamak. Stake (dalam Denzin dan Lincoln) menyebutnya
32Anggun,dkk, “Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai Media Gambar
terhadap Keterampilan Proses dan Sains Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukuharjo”,
jurnal, h. 101.
33
Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field of
Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal, h. 30.
23
“what can be learned from a single case?. Agar sebuah kasus bisa digali
maknanya peneliti harus pandai-pandai memilah dan memilih kasus macam apa
yang layak diangkat menjadi tema pendidikan. Bobot kualitas kasus harus
menjadi pertimbangan utama. Dengan demikian, tidak semua persoalan atau kasus
baik pada tingkat perorangan, kelompok atau lembaga bisa dijadikan bahan kajian
Studi Kasus. Begitu juga tidak setiap pertanyaan bisa diangkat menjadi pertanyaan
penelitian (research questions). Ada syarat-syarat tertentu, sebagaimana
dijelaskan di muka, agar sebuah peristiwa layak diangkat menjadi “kasus”
penelitian Studi Kasus. Begitu juga ada syarat-syarat tertentu agar sebuah
pertanyaan bisa diangkat menjadi pertanyaan penelitian34
.
Salah satu hal penting untuk dipertimbangkan dalam memilih kasus ialah
peneliti yakin bahwa dari kasus tersebut akan dapat diperoleh pengetahuan lebih
lanjut dan mendalam secara ilmiah. Dalam hal ini Studi Kasus disebut sebagai
Instrumen Case Study. Selain itu, Studi Kasus bisa dipakai untuk memenuhi minat
pribadi karena ketertarikannya pada suatu persoalan tertentu, dan tidak untuk
membangun teori tertentu. Misalnya, tentang kenakalan remaja, penyalahgunaan
obat, fenomena single parents, dan sebagainya. Studi semacam ini disebut sebagai
Studi Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study). Di negara maju, Studi Kasus
Intrinsik lazim digunakan oleh para professional atau anggota masyarakat biasa
karena rasa ingin tahunya terhadap suatu persoalan yang mereka hadapi secara
34Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo,M.Si, “Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif:Konsep dan
Prosedurnya”,skripsi, h. 13.
24
lebih mendalam, lebih-lebih jika persoalan tersebut menjadi isu hangat di
masyarakat35
.
d. Manfaat Penelitian Studi Kasus
Lincoln dan Guba mengemukakan keistimewaan Studi Kasus meliputi
hal-hal sebagai berikut36
:
1. Studi Kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subjek yang diteliti,
2. Studi Kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang
dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari (everyday real-life),
3. Studi Kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan
antara peneliti dengan subjek atau informan,
4. Studi Kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi
internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi
factual tetapi juga kenyataan (trustworthiness),
5. Studi Kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi penilaian
atas transferabilitas,
6. Studi Kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi
pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.
C. Model Pembelajaran Konvensional
Metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran
tradisional atau disebut juga dengan metode cceramah, karena sejak dahulu
35Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo,M.Si, “Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya”,skripsi, h. 13-14. 36Prof.Dr.H.Mudjia Rahardjo,M.Si, “Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan
Prosedurnya”,skripsi, h.14.
25
metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan
siswa dalam proses belajar dan pembelajaran37
.
Bahan pengajar konvensional sangat terbatas jumlahnya, karena yang
menjadi tulang punggung kegiatan intruksi disini adalah pengajar. Pengajar
menyajikan isi pelajaran dengan urutan model. Kegiatan intruksional ini
berlangsung dengan menggunakan pengajar sebagai satu-satunya sumber belajar
sekaligus bertindak sebagai penyaji isi pelajaran. Pelajaran ini tidak
menggunakan bahan ajar yang lengkap, namun berupa transaksi dan formulir
isian untuk di pergunakan sebagai latihan selama proses pembelajaran38
.
Suatu kenyataan yang sering kita lihat bahkan alami, sebagian besar di
sekolah-sekolah menengah dan di Perguruan Tinggi diberikan secara
konvensional. Artinya, guru memberi penjelasan kepada sejumlah murid secara
lisan. Sering model pembelajaran konvensioanl dianggap efisien karena seorang
guru dapat mengajar suatu kelompok dengan jumlah murid yang tak terbatas.
Menurut hasil penelitian McLeise pada tahun 1968, ternyata setelah mengikuti
pembelajaran dengan gaya tradisional, siswa hanya dapat mengingat 40% dari
informasi terpenting yang disampaikan oleh guru39
.
Menurut Yudha Adi Pratama, mengemukakan ciri-ciri pembelajaran
tradisional adalah sebagai berikut40
:
37Yudha Adi Pratama, “Analisa Penyebab Penggunaan Model Konvensioanl Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab kelas XI dan XII MAK MAN WATES 1 Kulon Progo”, Skripsi h.11. 38Subaryana,”Pengembangan Bahan Ajar”,IKIP PGRI h.9.
39 Yudha Adi Pratama, “Analisa Penyebab Penggunaan Model Konvensioanl Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab kelas XI dan XII MAK MAN WATES 1 Kulon Progo”, Skripsi h.12. 40
Yudha Adi Pratama, “Analisa Penyebab Penggunaan Model Konvensioanl Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab kelas XI dan XII MAK MAN WATES 1 Kulon Progo”, Skripsi h.12-
13.
26
1) Guru cenderung hanya menyapaikan informasi yang bersifat fakta dan
kurang memberikan permasalahan dalam pembelajaran.
2) Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya satu arah (hanya dari
guru kepada siswa).
3) Mayoritas menggunakan metode ceramah murni atau ceramah yang
menggunakan alat bantu whiteboard.
4) Dalam proses pembelajaran, guru sering memberi indoktrinasi kepada
siswa dan kurang memberikan kesempatan berpikir kreatif kepada siswa.
5) Materi pembelajaran yang disampaikan cenderung bersifat kognitif
(pengetahuan) saja, kurang memberikan materi yang bersifat efektif dan
psikomotor.
6) Strategi, metode dan teknik yang digunakan guru cenderung bersifat
tunggal dan monoton.
7) Penilaian lebih banyak menggunakan tes, baik tertulis maupun lisan,
kurang menggunakan tes perbuatan (tingkah laku).
Startegi pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi lima, yaitu strategi
pembelajaran langsung, tak langsung, interaktif, mandiri dan melalui
pengalaman. Untuk model pembelajaran konvensional, strategi yang sering
dipakai ialah strategi pembelajaran langsung (direct instruction). Strategi
pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak diarahkan oleh
guru41
.
41
http://www.google.co.id, http://warpalahedukasi.kompasiana.com/2009/03/02
27
Telah dijelaskan diawal bahwa metode adalah cara yang digunakan guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran konvensional, pada
penelitian ini menggunakan metode ceramah.
Menurut Yudha, Ceramah dapat diartikan sebagai suatu penyampaian
bahan secara lisan oleh guru di muka kelas. Dalam metode ini peran siswa sebagai
penerima informasi, pendengar, dan pencatat. Basyiruddin menyebutkan
kelebihan metode ceramah antara lain42
:
- Penggunaan waktu yang efisien, materi sebanyak apapun tersampaikan.
- Pengorganisasian kelas lebih sederhana.
- Dapat memberikan motivasi dan dorongan terhadap siswa dalam belajar.
- Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan.
Sementara kelemahan dari metode ceramah antara lain:
- Guru sering kesulitan mengukur sejauh mana pemahaman siswa.
- Siswa cenderung pasif dan sering keliru dalam menyimpulkan penjelasan
guru.
- Ketika guru menyampaikan materi yang sangat banyak dalam waktu
yang terbatas, menimbulkan kesan pemaksaan terhadap siswa.
- Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang.
Pembelajaran konvensional menurut Dabutar, dirasa kurang sesuai
dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang demikian
pesat,. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang mengkombinasikan
berbagai metode, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu metode
42
Yudha Adi Pratama, “Analisa Penyebab Penggunaan Model Konvensioanl Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab kelas XI dan XII MAK MAN WATES 1 Kulon Progo”, Skripsi h.13.
28
ceramah, Tanya jawab, dan pemberian tugas. Sedangkan dalam penerapannya,
pembelajaran sangat berpusat pada guru. Selain berperan sebagai penyampai
pesan, seorang guru juga berperan sebagai media. Dengan kata lain dalam
menyampaikan pesan kepada siswa, ia sepenuhnya mengandalkan kemampuan
dan kebolehannya dalam menggunakan bahasa dan suaranya, serta bahasa tubuh
yang dimilikinya43
.
D. Usaha dan Pesawat Sederhana Dalam Kehidupan Sehari-hari
Pemilihan pada materi ini yaitu Usaha dan Pesawat Sederhana Dalam
Kehidupan Sehari-hari,
a. Pengertian Usaha
Usaha merupakan benda yang melakukan suatu gaya, sehingga benda
tersebut dapat bergerak. Namun, ketika kamu menahan benda tersebut agar tidak
bergerak, maka benda tersebut tidak melakukan usaha.
Semakin besar gaya yang digunakan untuk memindahkan benda, semakin
besar pula usaha yang dilakukan. Semakin besar perpindahan benda, semakin
besar pula usaha yang dilakukan. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa besarnya usaha (W) ditentukan oleh besar gaya yang
diberikan pada benda (F) dan besar perpindahannya ( ). Secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut44
.
W= F.
Dengan :
W = usaha (joule)
43
Arif S. Sadiman, Media Pendidikan” Pengertian dan Pengembangannya”,
(Jakarta:Raja Grafindo Prasada,1996),hlm.108 44
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam,h.79.
29
F = gaya (newton)
= perpindahan (meter)
b. Pesawat Sederhana
Pada saat kita melakukan aktivitas, kita selalu berupaya agar dapat
melakukan usaha dengan mudah. Oleh karena itu, kita menggunakan alat bantu
(pesawat sederhana) untuk membantu melakukan aktivitas. Agar kamu dapat
memahami pentingnya pesawat sederhana bagi kehidupan sehari-hari, ayo
diskusikan beberapa aktivitas berikut45
.
Berdasarkan hasil diskusi yang telah kamu lakukan, dapat diketahui
bahwa manfaat dari pesawat sederhana adalah untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Berikut ini akan dibahas beberapa jenis pesawat sederhana yang ada di
sekitarmu. Selain itu, akan dijelaskan pula keuntungan mekanis dari penggunaan
pesawat sederhana46
.
1. Roda berporos
Kamu tentunya sudah tidak asing lagi dengan sepeda, bahkan sebagian
besar di antara kamu pasti pernah menggunakannya. Roda gigi (gear) dan
ban pada sepeda asdalah salah satu contoh pesawat sederhana yang
tergolong roda berporos. Roda gigi berfungsi sebagai pusat pengatur
gerak roda sepeda yang terhubung langsung dengan roda sepeda,
sedangkan roda sepeda menerapkan prinsip roda berporos untuk
mempercepat gaya saat melakukan perjalanan47
.
45Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam,h.80.
46
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam,h.81.
47
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam,h.83.
30
2. Bidang Miring
Bidang miring merupakan bidang datar yang diletakkan miring atau
membentuk sudut tertentu sehingga dapat memperkecil gaya kuasa.
Contoh penerapan bidang miring adalah tangga, sekrup dan pisau.48
E. Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran di SMP NEGERI 7 MAJENE Tahun Ajaran
2016/2017 masih menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan Prestasi
Belajar Siswa. Telah dilakukan observasi di SMP Negeri 7 Majene, diketahui ada
beberapa siswa yang mengalami masalah belajarnya sehingga dapat disimpulkan
bahwa di sekolah tersebut masih minim dalam melakukan kegiatan pembelajaran
terutama dalam hal mata pelajaran Fisika. Hal tersebut diketahui dari dokumentasi
nilai yang terdiri atas nilai tugas terstruktur, nilai ulangan, ujian tengah semester
serta ujian akhir semester. Terdapat siswa dari 32 siswa hanya 10 siswa kelas VII
yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan
adanya permasalahan dalam proses pembelajaran.
Tingkat keberhasilan kegiatan belajar fisika bergantung pada bagaimana
proses belajar yang dilakukan dan dapat dilihat dari hasil belajar siswa serta
tingkat kemampuan matematis siswa. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki
seorang pelajar ialah kemampuan pemahaman konsep fisika. Sebab, karena
kemampuan pemahaman konsep fisika sangat diperlukan seorang pelajar ketika ia
ingin menyajikan serta memperjelas ide dan argument fisika mereka. Sadar akan
48Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan Alam,h.83.
31
pentingnya memiliki kemampuan pemahaman konsep dalam mata pelajaran
fisika, maka kemampuan tersebut perlu ditingkatkan.
Mengahadapi permasalahan Prestasi Belajar tersebut, perlu adanya
perbaikan dalam proses pembelajaran. Ketercapaian Prestasi Belajar Siswa
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor internal, faktor eksternal dan
faktor pendekatan belajar. Faktor internal dan faktor pendekatan belajar
merupakan faktor yang melekat dalam diri siswa itu sendiri sehingga hanya siswa
yang bersangkutan yang dapat memperbaikinya. Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang ada di luar siswa misalnya saja sarana dan prasarana
yangada di kelas maupun sekolah, guru dan metode mengajar, media
pembelajaran, interaksi siswa dengan guru, interaksi antar siswa dan lain
sebagainya49
.
Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman konsep fisika pada
seorang pelajar yaitu dengan memilih metode pembelajaran Participant Created
Case Studies.
49Dewi Dwi Utari,”Implementasi Model Pembelajaran Firing Line untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 1 Wates”, Skripsi, h.
52.
32
Bagan 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
Metode Pembelajaran
Kelas Kontrol
Pemahaman Konsep
Pengujian Hipotesis
Kelas Eksperimen
Penggunaan Metode Participant
Created Case Studies
Melakukan pembelajaran
secara konvensional
Pemahaman Konsep
Peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 7
Majene kurang dalam memahami konsep fisika
Diharapkan metode Participant Created Case Studies
efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep.
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara atau jawaban
sementara terhadap permasalahan penelitian. Adapun hipotesis dalam penelitian
ini adalah “Terdapat peningkatan pemahaman konsep yang signifikan antara siswa
yang telah diajar metode pembelajaran Participant Created Case Studies dengan
yang tidak diajar di SMP negeri 7 Majene”.
B. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Desain Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang ini ialah penelitian eksperimen quasi
eksperimen.Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang berusaha pencari
pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang
terkontrol secara ketat50
. Pada penelitian ini akan digunakan sebanyak 2 kelas
dimana satu kelas sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan perlakuan
menggunakan metode Participant Created Case Studies dan kelas yang satunya
sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan perlakuan berupa model
pembelajaran konvensional.
50Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Penelitian Pemula, h.
50.
33
34
b. Desain Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian quasi eksperimental dengan
desain “Nonequivalent Pretest-Posttest Control Group Design”. Desain penelitian
ini terdapat dua kelompokyang berfungsi sebagai kelas eksperimen dan kelas
kontrol tidak dipilih secara random, sehingga memiliki kelas pembanding. Akan
tetapi, desain ini melakukan observasi pertama(pretest).
Model desain yang digunakan dalam penelitian ini dapat
digambarkan secara sederhana sebagai berikut:
Tabel 2.1: Desain Penelitian
Group Pretest Treatment Postest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 C O4
Keterangan:
= Pretest sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi
pembelajaran Participant Created Case Studies terhadap pemahaman
konsep Fisika.
= Posttest setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan strategi
pembelajaran Participant Created Case Studies terhadap pemahaman
konsep Fisika.
= Pretest sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep Fisika.
35
= Pretest setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep Fisika.
= Perlakuan dengan menggunakan strategi pembelajaran Participant
Created Case Studies dengan teknik Firing Line terhadap pemahaman
konsep Fisika.
C = Kelas Control
2. Tempat dan Wktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan SMP Negeri 7 Majene, berlokasi di Jalan
Pendidikan Baurung Tim, Baurung Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
b. Waktu Penelitian
Waktu dilakukannya penelitian ini pada semester ganjil tahun
ajaran 2018/2019.
3. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari objek penelitian
yang memiliki karakteristik tertentu, atau keseluruhan pengukuran atau individu
yang sedang dikaji. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi populasi
dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Majene
Tahun Ajaran 2018/2019. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2.2 : Jumlah Peserta didik SMP Negeri 7 Majene
Kelas Jumlah Peserta didik
VII. 1 32 Orang
36
1 2
VII. 2 32 Orang
Jumlah 64 Orang
Sumber data : SMP Negeri 7 Majene
b. Sampel Penelitian
Konsep sampel yang biasa digunakan dalam penelitian
kuantitatif adalah sampel yang diambil dari populasi yang benar-benar
representative (mewakili), agar apa yang akan dipelajari dari sampel tersebut
kesimpulannya dapat diberlakukan untuk populasi. Dengan meneliti secara sampel
diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan dan
gambaran yang sesuai dengan karakteristik populasi51
.
Sampel adalah sebagian populasi yang mewakili dari sekolah
tersebut yang akan diteliti. Hal ini sampel harus representatif disamping itu
peneliti wajib mengerti tentang besar ukuran sampel, teknik sampling, dan
karakteristik populasi dalam sampel52.
Pengambilan sampel dilakukan secara convinance sampling,
peneliti memilih partisipan karena mereka mau dan bersedia diteliti. Dalam kasus
ini, peneliti tidak dapat mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa individu
tersebut mewakili populasi. Akan tetapi, sampelnya dapat memberikan informasi
yang berguna untuk menjawab pertanyaan dan hipotesis penelitian. Sampel dalam
penelitian ini yaitu terdiri dari 2 kelas dari populasi, dimana kelas tersebut sebagai
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian pengambilan sampel yang
51 Dham’an Satori dan Aan Komaria, op cit, h.47.
52
Riduwan, Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti pemula, h. 56.
37
sesuai ciri-ciri tersebut adalah kelas VIII A dan VIII B berjumlah sampel pada
penelitian ini adalah 64 siswa.
4. Prosedur dan Alur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan pada penelitian ini sebagai
berikut:
a. Tahap persiapan yang meliputi kegiatan:
1. Latar belakang penelitian.
2. Studi Pendahuluan, dengan mendapatkan teori yang relevan mengenai
metode Participant Created Case Studies.
3. Meminta izin kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Majene untuk
melaksanakan penelitian.
4. Konsultasi dengan pihak sekolah dan Guru Fisika mengenai waktu yang
tepat guna melaksanakan penelitian, populasi dan sampel yang dijadikan
sebagai suatu objek penelitian serta materi yang digunakan dalam
penelitian.
5. Menyusun suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
6. Menyusun instrument tes pemahaman konsep fisika siswa.
7. Melakukan uji coba instrument tes dengan materi usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari berupa soal tes kemampuan awal
peserta didik di kelas VIII A SMP Negeri 7 Majene.
8. Menguji validitas,tingkat kesukaran, reliabilitas serta daya pembeda soal
tes awal.
38
9. Melakukan tes kemampuan awal peserta didik sebelum diberikan
perlakuan yang telah ditetapkan peneliti pada kelas VIII A SMP Negeri 7
Majene.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Melakukan pembelajaran dengan metode Participant Created Case
Studies di Kelas VIII A SMP Negeri 7 Majene dengan materi Usaha dan
Pesawat Sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan sesuai
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran, meliputi:
a) Pendahuluan
Penggalian materi kemampuan prasyarat siswa. Kegiatan ini berfokus
pada suatu masalah kemudian dilanjuti dengan membuat pertanyaan
dan penyelesaiannya.
b) Kegiatan Inti
Mengumpulkan informasi atau data yang diperoleh dan
menghubungkan antar keduanya. Selanjutnya, membuat analisis serta
hasil analisis tersebut dievaluasi sehingga memperoleh jawaban yang
tepat atau tidak tepat dengan catatan analisis tersebut dibuat dengan
pertimbangan yang mendalam.
c) Penutup
Menyelesaikan suatu masalah berupa penyelesaian yang terbaik.
2. Melakukan uji coba instrument tes dengan materi usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari berupa soal tes kemampuan akhir
peserta didik di kelas VIII A SMP Negeri 7 Majene.
39
3. Menguji validitas,tingkat kesukaran, reliabilitas serta daya pembeda soal
tes kemampuan akhir.
4. Melaksanakan tes kemampuan akhir di kelas VIII A SMP Negeri 7
Majene.
c. Tahap Pelaporan
1. Pengolahan serta analisis data yang diperoleh.
2. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian.
3. Menyusun laporan akhir penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini, peneliti terlebih dahulu melakukan tahap persiapan
dimana pada tahap persiapan ini peneliti menyusun RPP dan instrumen tes dan
non tes yang terlebih dahulu divalidasi oleh tim ahli. Tahap selanjutnya yaitu
tahap pelaksanaan, pada tahap ini peneliti melakukan pemilihan sampel kemudian
memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan memberikan tes pada
sampel yang telah ditetapkan kemudian hasil tes tersebut dianalisis sehingga kita
dapat mengetahui hasil dari perlakuan yang telah diberikan.
6. Data Penelitian
Data penelitian yang diperoleh merupakan data kuantitatif, berupa nilai-
nilai yang telah diambil dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep fisika
peserta didik yang diajar menggunakan metode Participant Created Case Studies
dengan yang diajar menggunakan model pembelajaran konvensional.
40
7. Instrument Penelitian
a. Tes
Adapun instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes.
Tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes kemampuan peserta didik yang
diajar menggunakan metode Participant Created Case Studies dan tes kemampuan
peserta didik yang tidak diajar menggunakan metode tersebut sehingga tes
tersebut sebagai pembanding kemampuan peserta didik dalam pemahaman konsep
fisika siswa.
Tes yang dibuat dalam bentuk uraian agar langkah berfikir siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah dapat terlihat. Sehingga indicator
pemahaman konsep fisika siswa yang ingin diukur dapat terindetifikasi dengan
jelas sehingga peneliti dengan mudah memperoleh data.
Pada penelitian ini tes digunakan untuk mengungkap data
pemahaman konsep belajar siswa. Tes yang akan digunakan ialah berupa soal-soal
fisika kelas VIII semester 1 SMP Negeri 7 Majene. Soal yang digunakan
berbentuk pilihan ganda dengan empat alternative jawaban.
b. Rencana Proses Pembelajaran (RPP)
Rancangan proses pembelajaran (RPP) berisikan tentang langkah-
langkah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam kelas yang meliputi kompetensi
serta indicator yang akan dicapai dan langkah-langkah dari metode yang akan
digunakan yaitu Metode Participant Created Case Studies. RPP ini dapat menjadi
patokan atau landasan bagi peneliti dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran
dalam kelas.
41
8. Uji Coba Instrument
a. Validitas
Uji validitas yang dilaksanakan guna mengetahui apakah
instrument tersebut mampu mengevaluasi sesuai dengan evaluasi. Penelitian ini
menggunakan validitas isi serta butir soal.
Sebuah tes dapat dikatakan tepat, ketika tes tersebut memiliki
validitas isi apabila ia mampu mengukur sesuai dengan tujuan yang seharusnya
sesuai dengan materi yang diajarkan. Sebab. Validitas isi dilaksanakan dengan
mengonsultasikan instrument tes, sehingga tes yang telah disusun menggunakan
bahasa yang tepat serta kesesuaian materi pada soal sehingga peserta didik
mampu memahami dengan baik maksud soal tersebut, dan kepada dosen
pendidikan fisika untuk mengetahui kesesuaian soal dengan kemampuan
pemahaman konsep fisika peserta didik yang diukur.
Terlebih dahulu Pretes ataupun postes harus diujicoba agar mampu
mengetahui apakah soal tes tersebut layak digunakan. Ketika instrument tersebut
tidak layak digunakan, maka diperlukan perbaikan ataupun revisi.
Sebelum instrumen tes hasil belajar fisika digunakan maka
dilakukan validasi instrumen tersebut. Jenis validasi yang digunakan adalah
validasi isi. Berdasarkan jenis validasi ini, maka instrumen yang telah dibuat oleh
peneliti diperiksa dan diberikan skor oleh dua orang pakar. Skor-skor tersebut
42
kemudian diolah dan dianalisis dengan uji gregory untuk mengetahui nilai validasi
instrumen53
:
keterangan:
= Validitas konstruk
= Kedua validator tidak setuju
= Validator I setuju, validator II tidak setuju
= Validator I tidak setuju, validator II setuju
D = Kedua validator setuju
Tabel 2.3 : Kategori Kevalidan
Rentang Keterangan
0,80-1,00 Validitas Sangat Tinggi
0,60-0,79 Validitas Tinggi
0,40-0,59 Validitas Sedang
0,20-0,39 Validitas Rendah
0,00-0,19 Validitas Sangat Rendah
53
Sitti Rabiatul Adawiyah,”Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTS DDI Padanglampe”, Skripsi h.29-30.
43
b. Reliabilitasi Instrumen
Reliabilitas instrumen digunakan Uji Percent of agrement:
Jika koefisien reliabilitas instrumen yang diperoleh Rhitung >0,75,
maka instrumen tersebut dapat dikategorikan reliabel atau layak digunakan54
.
c. Teknik Analisis Data dan Analisis Deskriptif ( Mean, Standar
Deviasi, dan Kategori)
Ketika instrument tes diuji cobakan dan telah memenuhi kelayakan
dari uji validitas tes sehingga instrument tersebut dapat digunakan pada kelas yang
akan diteliti dan akan memperoleh data kemampuan pemahaman konsep siswa.
Data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk menjawab dari pertanyaan
rumusan masalah. Sehingga langkah-langkah yang mampu dilakukan ialah:
1.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis statistic yang tingkat pekerjaannya
mencakup cara-cara menghimpun, menyusun atau mengatur, mengolah,
menyajikan, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran yang
teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa, atau keadaan. Dengan
kata lain, statistic deskriptif merupakan statistic yang memiliki tugas berorganisasi
dan menganalisis data agar dapat memberikan gambaran secara teratur, ringkas
54
Sitti Rabiatul Adawiyah,”Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTS DDI Padanglampe”, Skripsi h.30.
44
dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa atau keadaan, sehingga dapat ditarik
pengertian atau makna tertentu55
.
Menurut Sudjana (1996:67), Analisis data deskriptif disini dapat
digunakan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun langkah-langkah analisis
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Membuat tabel distribusi frekuensi.
b. Menghitung rata-rata (Mean)
Keterangan :
= Rata-rata
= Frekuensi
= Titik Tengah
c. Menghitung Simpangan Baku ( Standar Deviasi)
√
Keterangan:
S = Simpangan Baku
f = Frekuensi
= Rata-rata
N = Banyaknya Penelitian
55 Sugiono, (2012), op.cit.,h.4
45
d. Kategori
Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar kognitif peserta didik,
digunakan standar yang ditetapkan oleh Permendikbud No. 104 Tahun 2014 yaitu:
Tabel 2.4 : Kategori Hasil Belajar Kognitif Siswa
Nilai Yang diperoleh
Kategori
Skor Huruf
3,85 – 4,00 A
SB (Sangat Baik)
3,51 – 3,84 A
-
3,18 – 3,50 B+
B (Baik) 2,85 – 3,17
B
2,51 – 2,84 B
-
2,18 – 2,50 C+
C (Cukup) 1,85 – 2,17
C
1,51 – 1,84 C
-
1,18 – 1,50 D+
K (Kurang)
1,00 – 1,17 D
46
1.2 Analisis Inferensial
1. Uji Prasyarat
a) Uji Normalitas
Bertujuan mengetahui data hasil tes kemampuan awal dan akhir yang
dimana berasal dari populasi atau bukan berasal dari populasi yang berdistribusi
normal. Rumusan hipotesis ini ialah:
H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Menurut Usman dan Akbar, uji Kolmogrov-Sminorv adalah sebagai berikut:56
1) Taraf Signifikan : a = 0.05
2) Statistic Uji
| |
Keterangan :
Xi = data ke-i
= rata-rata data
= simpangan baku sampel
F (Zi) = peluang Zi berdasarkan daftar distribusi normal baku
S (Zi) = proporsi z1,z2,z3,….zn yang kurang dari atau sama dengan zi
3) Keputusan Uji
Tolak H0 jika D>D(a,n) , dengan D(a,n)adalah kritis uji Kolmogorov-Smirnov
untuk a = 0.05.
56Heizlan Muh ammad,”Efektifitas Metode Pembelajaran Socrates Konstektual untuk
Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”, Skripsi,h. 42.
47
b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas varian ditujukan untuk mengetahui sampel yang diambil
mempunyai varian yang sama atau tidak. Pengujian homogenitas dilakukan
dengan analisis tes homogeneity of variance menggunakan SPSS. Persyaratan
homogeny adalah jika probabilitasnya (sig) > 0,05 dan jika probabilitasnya (sig) <
0,05 maka data tersebut tidak homogeny57
.
2. Uji Hipotesis
Terdapat dua uji yaitu uji paired sampel t-test dan uji independent sampel
t-test sebagai berikut:
a) Uji Paired Sampel t-test
Uji ini digunakan untuk menguji apakah dua sampel yang dependen atau
sampel berpasangan berasal dari populasi yang mempunyai mean yang sama.
Pengujian hipotesis untuk membuktikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan
antara hasil tes kemampuan awal (pre-test) dan tes kemampuan akhir (post-test).
1) Hipotesis Pertama
a. Uji t sampel independent58
1. Jika data homogen maka menggunakan rumus polled varian
√
57
Sarif Romadhoni, “ Efektifitas Penerapan Metode Brainstorming terhadap Peningkatan
Minat dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa kelas X SMK YPKK 3 SLEMAN”, skripsi h.50.
58
Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito. 2005), h.239.
48
Dengan
Statistic teori distribusi student dengan . Kriteria
pengujian adalah: diterima jika
, dimana
didapat dari daftar distribusi t dengan
dan peluang
. Untuk harga-harga t lainnya ditolak
2. Jika data tak homogeny tetapi normal maka menggunakan rumus
separated varian
√(
) (
)
Kriteria pengujian adalah : terima hipotesis jika
Dengan:
(
) dan (
) , m
didapat dari daftar distribuso student dengan dan dk = m. untuk
harga t lainnya, ditolak.
49
Keterangan:
= nilai
= rata-rara skor kelas eksperimen
= rata-rata skor kelas kontrol
= varians skor kelas eksperimen
= varians skor kelas kontrol
= jumlah sampel kelas eksperimen
= jumlah sampel kelas kontrol
3. Jika datanya tidak terdistribusi normal baik homogeny nmaupun tak
homogeny maka data diolah dengan statistic non parametric Uji
Mann-Whitney dengan rumus:
Keterangan :
U = jumlah peringkat sampel
n1 = sampel ke-1
n2 = sampel ke-2
K = jumlah rangking pada sampel
2) Hipotesis Kedua
H0: Metode Participant Created Case Studies tidak efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep fisika peserta didik.
Ha: Metode Participant Created Case Studies efektif untuk
meningkatkan pemahaman konsep fisika peserta didik.
50
Rumus untuk uji paired sample t-test adalah:
Keterangan :
: Jumlah perbedaan antara setiap pasangan
Criteria penerimaan atau penolakan H0 pada taraf signifikasi 5% dengan
menggunakan program SPSS adalah apabila thitung > ttabel maka H0 ditolak dan Ha
diterima. Jika dilihat dari probabilitas (signifikasi), apabila probabilitasnya 0,05
maka H0 ditolak dan Ha diterima. Demikian sebaliknya, apabila probabilitasnya
0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak.
c. Uji Efektifitas
Adapun cara untuk melihat efektivitas kemampuan pemahaman
konsep antara peserta didik yang menggunakan metode Participant Created Case
Studies dengan yang tidak menggunakan metode Participant Created Case
Studies di kelas VIII SMP Negeri 7 Majene , dengan rumus efesiensi relatif,
sebagai berikut:59
Efesiensi relatif terhadap dirumuskan :
R 2 1 E 1
2
E 1 2 atau
vard 1
vard 2
59 Nur Anggraeni Sahid, “ Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan BRAIN BASED LEARNING
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bontonompo Kabupaten Gowa”,
skripsi h.73
51
Keterangan :
R = Efesiensi relatif
= Penduga 1
= Penduga2
E = Tidak Bias
= Variansi penduga 1
= Variansi penduga 2
Jika, R > 1, secara relatif lebih efisien daripada , sebaliknya
jika R < 1, secara relatif lebih efisien daripada .60
60
Nur Anggraeni Sahid, “ Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan BRAIN BASED LEARNING
Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Bontonompo Kabupaten Gowa”,
skripsi h.73
52
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Instrumen Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 7 Majene pada peserta
didik kelas sampel yaitu, VIII B sebagai kelas eksperimen yang mendapat
perlakuan pembelajaran dengan menggunakan metode Student Created Case
Studies dan VIII A sebagai kelas kontrol yang mendapat pembelajaran dengan
menggunakan metode konvensional. Setelah melaksanakan penelitian, ada dua
data yang akan diperoleh untuk analisis yaitu tes.
1. Validitas
Instrumen yang divalidasi dalam penelitian ini ialah instrumen tes. Hasil
pemahaman konsep fisika, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan
Lembar Observasi. Instrumen tersebut divalidasi ahli oleh Sudirman, S.Pd.,M.Ed.
dan Suhardiman, S.Pd.M.Pd.
1.1 Tes Pemahaman Konsep
Instrumen tes ini digunakan untuk mengukur tes pemahaman konsep
peserta didik pada ranah kognitif pada dua kelas yang dijadikan sebagai sampel.
Adapun beberapa aspek yang diukur yaitu pada ranah kognitif yaitu
C1(Pengetahuan), C2 (pemahaman), dan C3(Analisis). Instrumen ini terdiri dari
20 butir soal pilihan ganda, yang dimana dibagi menjadi 10 soal pretest dan 10
soal posttest dan akan diperiksa oleh kedua validator dan dinyatakan valid dengan
pemberian nilai tiga atau empat untuk setiap soal.
52
53
Pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji gregory yaitu uji
kesepahaman antara dua pakar, jika kedua validator tersebut memberikan skor 3
dan 4 maka kemungkinan besar dinyatakan valid. Sehingga, dapat disimpulkan
bahwa instrumen tes dapat digunakan dalam mengukur hasil pemahaman konsep
peserta didik. Sedangkan pada pengujian reliabilitas, ketika diperoleh nilai <0,75
dapat dinyatakan reliabel. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel pada
lampiran D.
1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran agar mencapai satu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam Standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Instrumen ini terdiri
dari empat aspek yaitu perumusan tujuan pembelajaran, materi, bahasa dan waktu.
Hasil validasi dari kedua pakar memberikan rata-rata nilai 3,9 dan 3,8 sehingga
instrumen dinyatakan valid. Adapun hasil perhitungan reliable dengan skor 0,98
maka dapat dinyatakan reliable. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
D.
2. Teknik Analisis Data dan Analisis Deskriptif ( Mean, Standar, Deviasi,
dan Kategori
1.1 Analisis Deskriptif
Pada analisis deskriptif data yang telah di analisis yaitu pada data posttest
dan pretest kelas eksperimen serta kelas kontrol, pada kelas eksperimen yaitu
kelas VIII B yang diterapkan menggunakan metode Participant Created Case
Studies dan kelas kontrol yaitu pada kelas VIII A yang menerapkan metode
54
konvensional. Analisis deskriptif tersebut digunakan agar mampu memberikan
deskripsi mengenai skor pengetahuan fisika siswa yang diperoleh berupa skor
terendah, skor rata-rata (mean), skor tertinggi dan standar deviasi yang mampu
bertujuan agar mengetahui gambaran umum mengenai pengaruh metode yang
diterapkan terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik yang diajar dengan
metode Participant Created Case Studies dan tanpa diajar menggunakan metode
Participant Created Case Studies. Adapun hasil analisis deskriptif yang telah
diperoleh sebagai berikut:
a. Deskripsi Data Pre-test dan Post-test Kelas Kontrol (VIII A)
Deskripsi kelas kontrol sendiri merupakan kelas pembanding
dengan konsep yang tetap, tidak diberikan perubahan dalam pelaksanannya.
Dalam hal ini kelas kontrol dilakukan pada kelas VIII A dengan menggunakan
model konvensional sebagai sarana dalam belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (Fisika).
Sebelum melakukan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol, kelas tersebut diberikan tes sehingga diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kategori dan Distribusi Frekuensi Pretest Pemahaman Konsep Fisika
Kelas Kontrol
Nilai Frekuensi Kategori
50 1 C (Cukup)
55 4 C (Cukup)
60 5 B (Baik)
55
1 2 3
65 5 B (Baik)
70 1 B (Baik)
75 6 B (Baik)
80 2 SB (SangatBaik)
90 1 SB (SangatBaik)
Jumlah 25
Sehingga distribusi frekuensi hasil pemahaman awal kelas kontrol,
maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Gambar 1. Grafik Histogram Nilai Pre-test kelas kontrol.
Berdasarkan histogram tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pemahaman konsep fisika ditunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa
belajar pada kelas kontrol untuk nilai 10 memiliki frekuensi sebanyak 1, untuk
nilai 50 sebanyak 1, nilai 55 sebanyak 4, nilai 60 sebanyak 5 frekuensi, nilai 65
sebanyak 5 frekuensi, nilai 70 dengan 1 frekuensi saja, 75 dengan nilai frekuensi
sebanyak 6, nilai 80 sebanyak 2 frekuensi dan nilai 90 memiliki 1 frekuensi.
56
Adapun hasil perhitungan statistik (lampiran 4.1), maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Hasil Statistik Tes Awal (Pre-test) kelas kontrol
Harga Statistik Kelas Kontrol
Mean 66,60
Median 65,00
Variance 99,417
Std.Deviation 9,971
Skor Minimum 50
Skor Maksimum 90
Pemahaman Akhir kelas kontrol dipaparkan melalui tabel untuk
mendeskripsikan dan memperjelas data yang diperoleh dari hasil penelitian.
Adapun hasil distribusi frekuensi hasil pemahaman konsep belajar fisika
siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Kategori dan Distribusi Frekuensi Posttest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Kontrol
Nilai Frekuensi Kategori
55 5 C (Cukup)
60 7 B (Baik)
65 2 B (Baik)
70 2 B (Baik)
75 3 B (Baik)
57
1 2 3
80 3 SB (SangatBaik)
85 2 SB (SangatBaik)
90 1 SB (SangatBaik)
Jumlah 25
Sehingga distribusi frekuensi hasil pemahaman akhir kelas kontrol, maka
dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Gambar 2. Grafik Histogram Nilai Posttest kelas kontrol.
Berdasarkan histogram tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pemahaman konsep fisika ditunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa
belajar pada kelas kontrol untuk nilai 55 memiliki frekuensi yaitu 5, untuk nilai 60
sebanyak 7 frekuensi, nilai 65 dengan frekuensi yaitu 2, nilai 70 sebanyak 2
frekuensi, pada nilai 75 memiliki frekuensi sebanyak 3, nilai 80 sebanyak 3
frekuensi, nilai 85 dengan nilai frekuensi yaitu 2, dan nilai 90 memiliki 1
frekuensi . Adapun hasil perhitungan statistik (lampiran 4.2), maka diperoleh hasil
sebagai berikut:
58
Tabel 4.4 Hasil Statistik Tes Akhir (Posttest) kelas kontrol
Harga Statistik Kelas Kontrol
Mean 67,60
Median 65,00
Variance 123,167
Std.Deviation 11,098
Skor Minimum 55
Skor Maksimum 90
b. Deskripsi Data Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen (VIII B)
Adapun distribusi frekuensi hasil pemahaman konsep belajar fisika
siswa pada tes awal yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5
Kategori dan Distribusi Frekuensi Pre-test Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Kategori
50 3 C (Cukup)
55 1 C (Cukup)
60 8 B (Baik)
65 3 B (Baik)
70 6 B (Baik)
75 1 B (Baik)
1 2 3
59
80 5 SB (SangatBaik)
85 1 SB (SangatBaik)
Jumlah 28
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pemahaman awal kelas
eksperimen, maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Gambar 3. Grafik Histogram Nilai Pre-test kelas Eksperimen.
Berdasarkan histogram tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pemahaman konsep fisika ditunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa
belajar pada kelas eksperimen untuk nilai 50 sebanyak 3 frekuensi, nilai
55memiliki 2 frekuensi, nilai 60 memiliki frekuensi yaitu 8, nilai 65 memiliki 3
frekuensi, untuk nilai 70 sebanyak 6 frekuensi,pada nilai 75 dengan 1 frekuensi,
nilai 80 sebanyak 5 frekuensi sedangkan untuk nilai 85dengan1 frekuensi saja.
Adapun hasil perhitungan statistik (lampiran 4.3), maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
60
Tabel 4.6 Hasil Statistik Tes Awal (Pre-test) kelas Eksperimen
Harga Statistik Kelas Eksperimen
Mean 66,43
Median 65,00
Variance 99,735
Std.Deviation 9,987
Skor Minimum 50
Skor Maksimum 85
Pemahaman akhir kelas eksperimen dipaaprkan melalui tabel untuk
mendeskripsikan dan memperjelas data yang diperoleh dari hasil penelitian.
Adapun distribusi frekuensi hasil pemahaman konsep siswa dengan menggunakan
metode Participant Created Case Studies dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Kategori dan Distribusi Frekuensi Posttest Pemahaman Konsep
Fisika Kelas Eksperimen
Nilai Frekuensi Kategori
60 2 B (Baik)
65 7 B (Baik)
70 5 B (Baik)
75 4 B (Baik)
80 4 SB (SangatBaik)
85 2 SB (SangatBaik)
61
1 2 3
90 4 SB (SangatBaik)
Jumlah 28
Berdasarkan distribusi frekuensi hasil pemahaman akhir kelas
eksperimen, maka dapat digambarkan dalam grafik berikut:
Gambar 4. Grafik Histogram Nilai Posttest kelas Eksperimen.
Berdasarkan histogram tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil
pemahaman konsep fisika ditunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa
belajar pada kelas eksperimen untuk nilai 60 frekuensinya 2, nilai 65 memiliki
frekuensi yaitu 7, nilai 70 dengan frekuensi sebanyak 5, nilai 75 dengan 4
frekuensi, nilai 80 memiliki frekuensi yaitu 4, untuk nilai 85 dengan 2 frekuensi
saja dan nilai 90 memiliki frekuensi sebanyak 4. Adapun hasil perhitungan
statistik (lampiran 4.3), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Hasil Statistik Tes Akhir (Post-test) kelas Eksperimen
Harga Statistik Kelas Eksperimen
Mean 74,11
Median 72,50
62
1 2
Variance 90,840
Std.Deviation 9,531
Skor Minimum 60
Skor Maksimum 90
1.2 Analisis Inferensial
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji data variabel dependen dan
variabel independen terdistribusi normal atau tidak. Data yang baik akan
terdistribusi normal ketika data memenuhi asumsi normalitas 0,05 dengan
menggunakan metode Kolmogrov Smirnov.
Hasil Uji Normalitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS
(Statistical Package for Social Science) versi 20. Adapun hasil hitung dari uji
normalitas tersebut pada Pre-test dan Post-test pada sampel penelitian dengan
Kolmogrov Smirnov dan Shapiro Wilk sbb:
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kolmogrov-
Smirnov Ket
Shapiro Wilk
Ket
Statistic Sig Statistic Sig
Pre-test
(A)
,164 ,082
Normal
,942
,168 Normal
63
1 2 3 4 5 6 7
Posttest(
A)
,233 ,001
Tdk Normal
,849
,011 Tdk
Normal
Pre-test
(B)
,169 ,040
Normal
,933
,075 Normal
Posttest
(B)
,167 ,045
Normal
,914
,024 Tdk
Normal
Hasil Pemahaman Konsep IPA (Fisika)
(a) Pre-test (b) Post-test
Gambar 4.5 Normal QQ Plot untuk Hasil Pemahaman Konsep pada kelas
Kontrol
Titik-titik pada Gambar 4.6 diatas mewakili variasi data yang diperoleh.
Sementara garis linear yang juga berada pada gambar tersebut adalah garis kurva
normal. Jika titik-titiknya semakin dekat dengan garis kurva normal, maka
sebaran data yang diperoleh dapat dikatakan normal. Namun, apabila titik-titiknya
64
semakin menjauhi garis-garis kurva normal berarti sebaran data yang diperoleh
semakin tidak normal berdasarkan gambar diatas (a) pretest ditunjukkan rata-rata
titik yang mewakili data penelitian ini sangat dekat dengan garis kurva normal
sedangkan pada gambar diatas (b) posttest menunjukkan bahwa titik-titik yang
mewakili data penelitian ini sangat jauh dari kurva normal. sehingga dapat
disimpulkan bahwa data-data yang diperoleh pada gambar (a) dapat dikatakan
berdistribusi normal dan pada gambar (b) dapat dikatakan tidak terdistribusi
dengan normal sebab, menjauhi garis kurva normal pada titik-titiknya.
Gambar 4.6 Normal QQ Plot untuk Hasil Pemahaman Konsep pada kelas
Eksperimen
Titik-titik pada Gambar 4.7 hasil pemahaman konsep pada kelas
eksperimen diatas mewakili variasi data yang diperoleh. Sementara garis linear
yang juga berada pada gambar tersebut adalah garis kurva normal. Jika titik-
titiknya semakin dekat dengan garis kurva normal, maka sebaran data yang
diperoleh dapat dikatakan normal. Namun, apabila titik-titiknya semakin menjauhi
garis-garis kurva normal berarti sebaran data yang diperoleh semakin tidak normal
berdasarkan gambar diatas (a) pretest ditunjukkan rata-rata titik yang mewakili
65
data penelitian ini sangat dekat dengan garis kurva normal sedangkan pada
gambar diatas (b) posttest menunjukkan bahwa titik-titik yang mewakili data
penelitian ini sangat jauh dari kurva normal. sehingga dapat disimpulkan bahwa
data-data yang diperoleh pada gambar (a) dapat dikatakan berdistribusi normal
dan pada gambar (b) dapat dikatakan tidak terdistribusi dengan normal sebab,
menjauhi garis kurva normal pada titik-titiknya.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan program SPSS
dengan Kolmogrov Smirnov dan Shapiro Wilk dari skor pre-test dan post-test
pada kemampuan pemahaman konsep peserta didik ada yang terdistribusi dengan
normal dan ada yang tidak terdistribusi dengan normal.
Tabel 4.9 menunjukkan nilai Kolmogrob-Smirnov pada pre-test kontrol
dengan skor 0,082lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05) sedangkan pada post-test
kontrol dengan skor 0,001 lebih kecil dari 0,05 (sig. > 0,05) sehingga ada yang
terdistribusi dengan normal pada pre-test dan pada post-test tidak terdistribusi
normal. Pada nilai Shapiro-Wilk pada pre-test kontrol dengan skor 0,168 sesuai
dengan (sig. > 0,05) yang artinya skor tersebut terdistribusi normal, akan tetapi
pada post-test kontrol dengan skor 0,011 lebih kecil dari 0,05 (sig. > 0,05) tidak
terdistribusi normal.
Sedangkan pada pre-test Eksperimen nilai Kolmogrov-Smirnov dengan
skor 0,040 lebih kecil dari 0,05 (sig. > 0,05) tidak terdistribusi normal dan post-
test Eksperimen dengan skor 0,045 yang dapat kita lihat dari skor tersebut tidak
terdistribusi dengan normal lebih besar dari 0,05 (sig. > 0,05). Akan tetapi
berbeda dengan nilai Shapiro-Wilk pada pre-test Eksperimen terdistribusi normal
66
dari skor melebihi (sig. > 0,05) dengan skor yaitu 0,075 dan pada post test yaitu
0,024 tidak terdistribusi normal
b. Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui seberapa sampel yang diambil
dari populasi yang sama memiliki kesamaan atau homogenitas satu dengan yang
lainnya. Hail uji homogenitas varian sebagai berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Variansi
Indikator Levene Statistik Sig Keterangan
Pre-test (A) 1,523 0,223 Homogen
Post-Test (A) 0,768 0,385 Homogen
Pre-Test (B 0,768 0,385 Homogen
Post-Test (B) 1,380 0,246 Homogen
Pengujian homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui bahwa
kedua sampel yang dibandingkan merupakan kelompok-kelompok yang
mempunyai varians yang sama atau homogeny. Berdasarkan hasil uji homogenitas
diperoleh nilai probabilitas F-statistik>Level of Significant = 0,05 , sehingga
hipotesis nol yang menyatakan bahwa data homogen adalah benar.
3. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat dilakukan dan data sudah dapat dikatakan
normal homogem, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Pengujian ini
dilakukan agar mampu menjawab hipotesis pada penelitian ini. Adapun Uji
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini yaitu uji Mann-Whitney, dimana uji
67
tersebut digunakan ketika uji normalitas tidak terdistribusi normal dan uji
homogen tidak homogen.
1) Uji Mann -Whitney
Uji ini merupakan uji yang digunakan untuk menguji dua sampel indepen
den (Two Independent Sample Tests) dengan bentuk data ordinal. Uji ini
bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu perbedaan rata-rata dua sampel
yang tidak berpasangan. Uji Mann Whitney ini merupakan bagian dari statistik
non parametrik yang diperlukan pada data penelitian ketika data yang diperoleh
tidak terdistribusi dengan normal dan tidak homogen. Sehingga uji ini digunakan
sebagai uji alternatif.
Tabel 4.11 Hasil Uji Non Parametric
Test Statisticsa
Hasil
Pemahaman
Konsep
Mann-Whitney U 221,000
Wilcoxon W 546,000
Z -2,320
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,020
Berdasarkan hasil yang dapat diperlihatkan, bahwa pada Uji Non
Parametric Mann-Whitney U menggunakan SPSS. Jika nilai Asymp.Sig < 0,05
maka hipotesis dapat diterima, sedangkan jika nilai Asymp.Sig > 0,05 maka
hipotesis tidak dapat diterima. Pada output “Test Statistics”, diketahui bahwa nilai
Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,020 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
“Hipotesis dapat diterima”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada
68
perbedaan hasil pemahaman konsep fisika antara kelas A dan kelas B. Karena ada
perbedaan yang signifikan menggunakan metode Participant Created Case
Studies.
c. Uji Efektivitas
Setelah mengetahui ada tidaknya perbedaan pada kelas kontrol dan
kelass eksperimen, agar mengetahui adanya keefektifan atau ketidak efektifan
pada metode Participant Created Case Studies yang diterapkan, sehingga
digunakan rumus efisien relatif.
Telah diketahui dari perhitungan analisis deskriptif bahwa variansi
sampel kelas eksperimen ( ) = 90,840 dan variansi sampel kelas kontrol (
) =
123,167
Sehingga diperoleh nilai:
R 2 1 vard 1
vard 2
= 90,840
123,167
= 0,73
Berdasarkan pengolahan data tersebut maka dapat diketahui bahwa
nilai R <1 (0,73<1) maka secara relatif 1 lebih efisien daripada 2 . Sehingga
penerapan metode Participant Created Case Studies efektif dalam meningkatkan
pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Majene.
69
B. Pembahasan
1. Pemahaman Konsep Fisika peserta didik yang tidak diajar
menggunakan metode Participant Created Case Studies
Sebelum menerapkan metode Participant Created Case Studies terlebih
dahulu peneliti melakukan tes awal dengan jumlah item soal sebanyak 10 nomor,
dimana sampel yang diteliti yaitu kelas VIII SMP Negeri 7 Majene yang terdiri
dari 25 siswa. Berdasarkan hasil pre-test peserta didik pada kelas VIII A (Kelas
kontrol) sebelum menggunakan metode Participant Created Case Studies yaitu 5
orang dalam kategori rendah, 17 orang dalam kategori sedang, dan 3 orang dalam
kategori tinggi, sehingga nilai rata-rata pemahaman konsep siswa sebesar 66,60.
Sedangkan pada hasil pre-test peserta didik kela VIII B (Kelas eksperimen)
sebelum menggunakan metode Participant Created Case Studies yaitu 4 orang
dalam kategori rendah, 18 orang dalam kategori sedang, dan 6 orang dalam
kategori tinggi, dan nilai rata-rata pemahaman konsep pada tes awal siswa yaitu
66,43.
Dalam mata pelajaran Fisika siswa memiliki kemampuan yang berbeda,
baik dari segi kreativitas maupun dari segi intelegensi dalam memahami materi
yang disampaikan. Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan biasanya guru
melaksanakan proses pembelajaran yang bersifat konvensional, dimana guru
tersebut masuk kedalam kelas, menyampaikan materi, memberikan tugas serta
menarik kesimpulan yang sudah dipelajari.61
61
Adlia Alfiriani, “ Efektifitas Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Student
Centerede Learning (SCL) melalui Discovery pada Mata Pelajaran TIK di SMP Laboratorium UNP”, Jurnal
h.8.
70
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, muncul beberapa
pertanyaan dari peserta didik yaitu merasa bosan melakukan proses pembelajaran
menggunakan metode ceramah atau pembelajaran konvensional, hal ini didukung
dalam penelitian Heizlan, mengatakan bahwa rendahnya kemampuan pemahaman
konsep siswa disebabkan olehh proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru di
dalam kelas. Seringkali pembelajaran di dalam kelas hanya berpusat pada guru
bukan pada siswa. Siswa tidak banyak diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
secara aktif dalam kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas, siswa tidak
dilatih untuk bekerja sama dan mengeluarkan pendapat.
Salah satu masalah yang sering dihadapi yaitu lemahnya proses
pembelajaran, hal ini didukung dalam penelitian Eka Putri, dalam proses
pembelajaran, kurangnya dorongan kepada siswa dalam mengembangkan
kemampuan berfikir siswa. Sebagian besar pendidik mengarahkan peserta didik
dalam menghafal informasi, otak anak dipaksa agar mengingat dan menimbun
berbagi informasi tanpa dituntuk untuk memahami informasi yang diberikan
untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika anak
didik telah lulus dari sekolah, mereka sebagian besar pintar dalam teoritis tetapi
lemah dalam pengaplikasian.
Berdasarkan hal tersebut peneliti ingin meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik menggunakan metode Participant Created Case Studies, dimana
metode tersebut merupakan proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta
didik dan membantu peserta didik dalam bekerja sama, berdasarkan penelitian
(Sitti Nur’Aini, 2016) mengatakan bahwa metode ini membantu dalam menuntut
71
akan pentingnya aktivitas siswa siswa didalam proses belajar mengajar dalam
melihat studi kasus sesuai dengan situasi nyata, bukan hanya itu metode ini juga
dapat melihat aktivitas siswa yang lain seperti bertanya, mengeluarkan pendapat
maupun memperhatikan.
2. Pemahaman Konsep Fisika peserta didik yang diajar menggunakan
metode Participant Created Case Studies
Setelah peneliti mengolah data yang telah diperoleh dari tes akhir pada
peserta didik yang diukur menggunakan instrument soal sebanyak 10 butir
pertanyaan pada kelas VIII SMP Negeri 7 Majene. Dimana hasil pemahaman
konsep peserta didik setelah diajar menggunakan metode Participant Created
Case Studies pada kelas VIII A (Kelas kontrol) dengan perolehan 5 orang kategori
rendah, 14 siswa kategori sedang dan 6 siswa dalam kategori tinggi, nilai rata-rata
yaitu 67,60. Sedangkan pada kelas VIII A (Kelas eksperimen) dengan perolehan
yaitu 18 orang dalam kategori sedang, dan 10 siswa dalam kategori tinggi, nilai
rata-rata yaitu 74,11.
Berdasarkan hasil penelitian keduanya terjadi peningkatan pemahaman
konsep fisika siswa, dilihat dari perolehan nilai rata-rata keduanya mengalami
peningkatan sebelum dilakukan penerapan menggunakan metode Participant
Created Case Studies dan setelah diterapkan metode Participant Created Case
Studies. Ketika proses pembelajaran berlangsung, peserta didik tidak mengalami
kebosanan, menyimak penjelasan yang disampaikan siswa lain serta yang
disampaikan pendidik. Adapun beberapa siswa, mampu berperang aktif dalam
diskusi kelompok dan berantusias dalam proses pembelajaran berlangsung.
72
Berdasarkan observasi, peserta didik masih belum aktif secara
keseluruhan dalam melakukan kegiatan proses pembelajaran, hal ini terlihat pada
peserta didik yang belum dapat berdiskusi, masih malu-malu berbicara didepan
siswa lain, pada pertemuan selanjutnya terjadi peningkatan pada siswa yang
secara keseluruhan mampu berperan aktif didalam kelas ketika diterapkan metode
Participant Created Case Studies sehingga mendapati hasil peningkatan
pemahaman konsep fisika siswa dari pemberian tes akhir. Adapun kelebihan
metode tersebut yaitu mampu meningkatkan keaktifan peserta didik didalam kelas
sehingga proses pembelajaran lebih menarik.
Pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini didukung dari
penelitian Anggun dkk, mengatakan bahwa pembelajaran metode Participant
Created Case Studies merupakan cara yang sangat cepat untuk mengeksplorasi
kemungkinan efek pada pengajaran dan pembelajaran sebagai penghubung
ataupun perantara penyampaian materi dari pendidik kepada peserta didik.
3. Perbedaan pemahaman konsep fisika siswa yang diajar menggunakan
metode Participant Created Case Studies dan metode konvensional
Pada penelitian Sitti Nur’Aini dengan judul “Pengaruh Metode Student
Created Case Studies disertai dengan media gambar”, dengan hasil perolehan
sebelum menggunakan metode tersebut serta sesudah menggunakan metode case
studies termasuk dalam kategori baik yaitu dari 58,4% menjadi 77%, sedangkan
pada penelitian saya pada saat menggunakan metode participant created case
studies, sama dengan penelitian Sitti Nur’Aini yaitu memperoleh nilai 66,43%
menjadi 74,11%. Dari kedua penelitian tersebut, dapat kita lihat bahwa keduanya
73
memiliki peningkatan ketika menggunakan metode case studies. Sehingga dapat
kita simpulkan, bahwa menggunakan metode studies mampu meningkatkan hasil
belajar siswa. Akan tetapi, pada penelitian Sitti Nur’Aini memperoleh persentase
nilai lebih besar daripada penelitian saya. Hal ini memicu saya dalam
meningkatkan kemampuan mengajar saya.
Pada penelitian Ibrahim dengan Judul, ”Perpaduan Model Pembelajaran
Aktif Konvensional (Ceramah) dengan cooperatif”, dengan perolehan nilai
sebelum dan sesudah menggunakan metode ceramah (konvensional) yaitu 77,5
menjadi 96,25. Sedangkan pada penelitian saya,dengan menggunakan metode
ceramah pada kelas control dengan perolehan nilai yaitu 66,60 menjadi 67,60.
Pada penelitian saya mengalami peningkatan, akan tetapi pada penelitian Ibrahim
mengalami persentase yang lebih tinggi dibandingkan pada penelitian saya.
Dari pemaparan tersebut, yaitu metode case studies dan model
pembelajaran konvensional (ceramah). Keduanya memiliki kelemahan dan
kelebihan dalam menggunakan pada proses belajar. Meskipun dari hasil penelitian
saya, bahwa metode case studies lebih besar peningkatannya daripada model
pembelajaran konvensional akan tetapi keduanya sama-sama mengalami
peningkatan ketika keduanya diberikan kepada peserta didik.
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada kedua kelas tersebut
yaitu, pada kelas B dengan nilai akhir rata-rata dengan 74,11 dan pada kelas A
dengan nilai akhir rata-rata dengan 67,60. Sehingga dapat diketahui nilai
persentase pada perbandingan kedua kelas yaitu 1,09 %.
74
Untuk mengetahui perbedaan konsep peserta didik yang diajar
menggunakan metode Participant Created Case Studies dan metode konvensional
yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney U, uji ini digunakan untuk menguji
kedua sampel independen dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya suatu
perbedaan rata-rata kedua sampel yang tidak berpasangan. Uji digunakan, karena
diperoleh data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen. Sehingga, hasil
diperoleh dari uji tersebut yaitu 0,020 < 0,05 yang dapat kita simpulkan bahwa
hipotesis tersebut dapat diterima atau terdapat perbedaan yang signifikan ketika
menggunakan metode Participant Created Case Studies dengan metode
pembelajaran konvensional.
4. Efektivitas metode Participant Created Case Studies terhadap
pemahaman konsep fisika peserta didik
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan efektivitas yaitu dirancang
sesuai dengan tujuan atau target yang sudah ditentukan, jika kegiatan tersebut
dirancang sudah berhasil sesuai dengan apa yang dituju maka kegiatan tersebut
dapat dikatakan efektif, hal tersebut didukung dalam penelitian Fadhil. Sehingga
dibutuhkan metode pembelajaran, agar kegiatan tersebut berjalan dengan lancar
sesuai dengan rancangan yang telah ditentukan. Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan metode Participant Created Case Studies, dimana metode tersebut
berguna dalam mengaktifkan peserta didik dalam kelas.
Pengajaran dan pembelajaran yang efektif tidak dapat terjadi diruang
kelas yang tidak dikelola dengan baik. Untuk mendukung hal tersebut, adanya
metode yang efektif dalam mendukung dan memfasilitasi pengajaran dan
75
pembelajaran yang efektif yaitu tindakan guru dalam menciptakan lingkungan
yang mendukung serta memfasilitasi kegiatan akademik dan pembelajaran yang
sosial-emosional62
.
Salah satu masalah yang sudah berlangsung lama dalam pendidikan sains
ialah selama pembelajaran, siswa mengembangkan pemahaman hanya sebagian
benar dari fenomena ilmiah dan bagaimana mengkonseptuasasikannya.
Hasil penelitian yang dilakukan mampu menunjukkan bahwa metode
tersebut efektif dalam menerapkan metode Participant Created Case Studies. Hal
ini dapat dilihat dari hasil uji efektivitas dengan nilai sebesar 0,73 yang seperti
diketahui bahwa untuk mengetahui efektif tidaknya metode yang diterapkan yaitu
ketika nilai R < 1 (0,73 < 1) maka secara relatif 1 lebih efisien daripada 2 .
Sehingga penerapan metode Participant Created Case Studies efektif dalam
meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Majene.
5. Hasil pemahaman konsep antara peserta didik yang aktif dan yang
kurang aktif pada kelas Eksperimen (B)
Dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik pasti pernah
mengahadapi berbagai tipe siswa, mulai dari yang nakal, periang, jahil, hingga
yang pendiam. Untuk melakukan pendekatan pada siswa, pendidik perlu
menggunakan metode yang berbeda sesuai dengan karakter peserta didik.
Sering kita dapatkan didalam kelas, bahwa ada siswa yang aktif dikelas
akan tetapi hasil belajarnya tidak memenuhi standar. Adapula, siswa yang kurang
aktif didalam kelas tetapi memperoleh nilai diatas rata-rata siswa yang aktif
62
Hanke Korpershoek,dkk, “ Effective Classroom Management Strategies and Classroom
Management Programs for Educational Practicw”, Jurnal h.7.
76
dikelasnya. Hal tersebut dapat kita simpulkan, bahwa setiap peserta didik
memiliki cara tersendiri dalam menerima suatu pembelajaran.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran aktif.
Yang dimana, akan dibandingkan perolehan siswa yang aktif dan yang kurang
aktif pada kelas eksperimen. Setelah melakukan proses belajar mengajar, ada 2
peserta didik, antara siswa yang sangat aktif dan kurang aktif dikelas. Sebut saja,
siswa yang sangat aktif bernama Suci Ramadhani dan yang kurang aktif yaitu
Masita Rustam. Dimana nilai perolehan keduanya sebelum menggunakan metode
tersebut yaitu 65 dan 70. Setelah menggunakan metode tersebut dengan perolehan
nilai 80 dan 70. Disini dapat kita lihat bahwa siswa yang sangat aktif dapat
meningkatkan nilai hasil belajarnya. Sedangkan siswa yang kurang aktif, tetap
pada nilai sebelumnya, yaitu 70. Hal tersebut dapat kita simpulkan bahwa siswa
yang sangat aktif dapat meningkatkan hasil belajarnya, berbeda dengan siswa
yang pendiam dikelasnya. Akan tetapi, kembali lagi pada setiap peserta didik.
Bahwa setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima suatu
pembelajaran.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun kesimpulan dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Hasil pemahaman konsep siswa dengan menggunakan metode Participant
Created Case Studies dalam materi usaha dan pesawat sederhana pada
siswa kelas VIII B di SMP Negeri 7 Majene terdapat peningkatan yaitu
dari rata-rata nilai 66,43 menjadi 74,11.
2. Hasil belajar fisika tanpa menggunakan metode Participant Created Case
Studies dalam materi usaha dan pesawat sederhana pada siswa kelas VIII
B di SMP Negeri 7 Majene terdapat peningkatan yaitu dari rata-rata nilai
66,60 menjadi 67,60.
3. Perbedaan pemahaman konsep antara peserta didik yang diajar dan yang
tidak diajar menggunakan Metode Participant Created Case Studies
dalam materi usaha dan pesawat sederhanadi SMP Negeri 7 Majene,
keduanya memiliki peningkatan akan tetapi pada kelas eksperimen
mengalami peningkatan yang sangat jauh dibandingkan kelas control
dengan nilai probabilitas asymp.sig 0,020 < 0,05.
4. Penggunaan metode Participant Created Case Studies dalam materi usaha
dan pesawat sederhana efektif dalam meningkatkan hasil pemahaman
konsep peserta didik di SMP Negeri 7 Majene dengan perolehan nilai
probabilitas asymp.sig 0,73 < 1.
77
78
B. Implikasi
Sehubungan dengan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini,
makapenulis mengajukan beberapa saran bagi peneliti selanjutnya yaitu hasil
penelitianini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan dan rujukan untuk
mencarimetode pembelajaran lain yang dapat meningkatkan keaktifandan hasil
belajar siswa.
1. Metode Participant Created Case Studies dapat dikatakan efektif dalam
meningkatkan pemahaman konsep peserta didik , hal ini dapat dilihat dari
nilai peserta didik pada kelas eksperimen.
2. Pembelajaran fisika dengan menggunakan metode Participant Created
Case Studies layak dipertimbangkan menjadi metode pembelajaran aktif
dan kreatif.
3. Dalam pengumpulan data penelitian, peneliti harus bekerja sama dengan
pihak-pihak tertentu yang sesuai dengan sarana penelitian seperti sekolah,
kepala sekolah, guru-guru bidang studi serta yang paling utama adalah
peserta didik yang akan menjadi objek penelitian.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, 2008. “ Prestasi Belajar”. Jakarta:Gramedia.
AEN, Aini, 2016.http:digilib.uinsby.ac.id.id8725Bab%202.pdf(diakses pada 26
Juni 2018, pukul 02.33).
Afifah, Ika, dkk, 2017. ”Analisis Kemampuan Konsep Matematis Siswa SMP
Pembelajaran Matematika Berbasis Kontekstual”,Skripsi. Karawang:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Singaperbangsa
Karawang.
Aini, Sitti Nur, 2016. ”Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai
Dengan Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Sikap
Ilmiah Siswa Kelas X SMAN 15 Bandar Lampung Pada Materi
Pencemaran Lingkungan”, Lampung : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung.
Alfiriani, Adlia, 2016. “ Buku Ajar Evaluasi Pembelajaran dan
Implementasinya”. Padang: Sukabina Press.
Anggi, dkk, 2009”Pengembangan Modul Berbasis POP UP BOOK Pada Materi
Alat- Alat Optik Untuk Siswa SMPLB-B(Tunarungu) Kelas VIII”, Jurnal
Pendidikan Fisika. Yogyakarta: Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Anggun, dkk. 2012.“Pengaruh Metode Student Created Case Studies Disertai
Media Gambar Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas
X SMA Negeri 1 Mojolaban Sukoharjo”, Jurnal Pendidikan
Biologi, Vol. IV No.3.
Anwar, Muhammad, 2015. Filsafat Pendidikan, Jakarta: Kencana.
Appelbaum, Steven H. and Eric Patton. 2003.” The Case For Case Studies In
Management Research”. Canada: John Molson School of Business.
Arifin,M.Pd, Drs. Zainal,. 2011. “ Pendidikan Metode Dan Paradigma Baru”.
Bandung: PT. Remaja Roedakarya Offset.
Dwi, Utari Dewi, 2016. ”Implementasi Model Pembelajaran Firing Line untuk
Meningkatkan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Siswa Kelas X SMK
Muhammadiyah 1 Wates”, Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta.
Falkhiyah, Rosa’Ilul, 2015.”Pengembangan Buku Praktikum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sub Tema Macam-macam Sumber Energi pada
79
80
Siswa Kelas IV MI Bahrul Ulum Blawi Lamongan”. Malang: Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim.
Fathurrohman, Muhammad, 2017.Belajar dan Pembelajaran Modern: Konsep
Dasar, Inovasi, dan Teori Pembelajaran. Yogyakarta: Garudhawaca.
Firdaus,Usman.2006.https://id.shvoong.com/socialsciences/education/2137417pe
ngertian-pemahaman-siswa/#ixzz25g9qpPED (diakses pada 26 Juni 2018
pukul 02.33).
Hadiwiyanti, Irma, 2015. ”Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMP dan
Penerapannya di Lingkungan sekitar”. Semarang: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
http://www.google.co.id,http://warpalahedukasi.kompasiana.com/2009/03/02 (diakses
pada 26 Juni 2018 pukul 02.40).
Heizlan, Muhammad, 2016.”Efektifitas Metode Pembelajaran Socrates
Konstektual untuk Mengembangkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa”, Skripsi. Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Helfiana, Mita, 2016. ”Penguasaan Konsep pada Materi Tata Nama Senyawa
Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri Siswa Kelas X SMAN 1
Labuhanhaji”.Skripsi.Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri AR-Raniry Darussalam-Banda Aceh.
Kelly,dkk, “Assessment of the Methodological Rigor of Case Studies in the Field
of Management Accounting Published in Journals in Brazil”, journal,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. Ilmu Pengetahuan Alam.
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Korpershoek, Hanke, 2014.” Effective Classsroom Management Strategies and
Classroom Management Programs for Educational Practice”,Journal.
Kusuma Dewi, Suci, 2010. ”Penerapan Flip Chart Dalam Pembelajaran Aktif
Student Created Case Studies Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar
Siswa Pada Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA 4 SMA 4 Surakarta”.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret.
Masril,2010.”Penerapan Model Pembelajaran Vee Map Melalui Belajar
Kooperatif di SMA Negeri 2 Padang”, Jurnal. Padang: FMIP UNP.
81
Mustakim, Ridha,dkk. 2012.”Perbandingan Pemahaman Konsep dan
Keterampilan Penggunaan KIT antara Peserta Didik XI IPA SMA Negeri
1 Bajeng dan SMA Uhammadiyah Limbung”, Jurnal. Makassar: Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Pradana, Yudha Adi, 2016. “Analisa Penyebab Penggunaan Model Konvensional
Dalam Pembelajaran Bahasa Arab Kelas XI dan XII Mak Man Wates 1
Kulon Progo”. Yogyakarta: Program Sarjana Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga.
Prayitno, Joko Adi, 2014.”Tingkat Pemahaman Perilaku Hidup Sehat Dan
Konsep Dasar Latihan Beban Members Fitness Center Hotel Ros In
Yogyakarta”,Yogyakarta: Program Studi Ilmu Keolahragaan Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahardjo, Prof. Dr. H. Mudjia, M.Si, 2017. “Studi Kasus dalam Penelitian
Kualitatif:Konsep dan Prosedurnya”. Malang: Program Sarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rabiatul Adawiyah, Sitti, 2017. ”Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Kepala Bernomor Struktur Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Peserta Didik Kelas VIII MTS DDI Padanglampe”. Makassar :
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Makassar
Republik Indonesia, 2003. “Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional”. Jakarta: Darma Bhakti.
Riduwan. 2003. Belajar mudah penelitian untuk guru-karyawan dan peneliti
pemula. Bandung: Alfabeta.
Rogers, Dr. Edward W., dkk. 2008. Case Study Methodology. Greenbelt,
Maryland: Goddard Space Flight Center.
Romadhoni, Sarif, 2014. “Efektivitas Penerapan Metode Brainstorming Terhadap
Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas X SMK
YPKK 3 Sleman”. Bandung: Remaja Roedakarya Offset.
Sadiman,S.Arif, 1996. ”Media Pendidikan, Pengertian dan Pengembangannya”.
Jakarta: Raja Grafindo Prasada.
Sahid, Nur Anggraeni, 2018. “ Efektivitas Pembelajaran Dengan Pendekatan
Brain Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 1 Bontonompo Kabupaten Gowa”. Gowa:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar.
82
Satori, Djam’an dan Aan Komariah, 2011. “Metode Penelitian Kualitatif”.
Bandung: Alfabeta.
Subaryana, 2005. “ Pengembangan Bahan Ajar”. Yogyakarta: IKIP PGRI Wates.
Sudjana. 2002. “Metoda Statistika”. Bandung: Tarsito.
Sudjana, Nana. 2009. “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengaja”. Bandung:
Remaj.Rosdakarya.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Ulpi, Saharsa, Muhammad Qaddafi, Baharuddin, 2018.” Efektivitas Penerapan
Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Video Based
Laboratory Terhadap Peningkatan Pemahaman Konsep Fisika”, Jurnal.
Makassar: Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan, UIN Alauddin Makassar
83
LAMPIRAN A
DATA HASIL PENELITIAN
A.1 Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol
A.2 Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen
83
84
A.1 Data Hasil Penelitian Kelas Kontrol (VIII A)
NO NAMA PRE-TEST POST-TEST
1 MUH. ADNAN SADIK 50 55
2 WANDANI 75 60
3 AHMAD NA’IN 60 55
4 NUR ALFAIDA 65 55
5 NUR DIANITA 60 70
6 SAPIRA 65 65
7 ABD. WAHID 70 75
8 MUH. JUFRI 55 60
9 SAPUTRA 80 80
10 ALVIA NORMA RAMADHANI 55 65
11 NUR ALIFIA 80 80
12 NUR AINUNG 75 85
13 SALMAN Z. 75 80
14 HIRSWAN 60 75
15 RAITHAPUL IHSAN 75 75
16 RANDY NAYOAN 60 70
17 RATIKA 65 60
18 HIKMA 55 55
19 IKRAM 65 60
20 SARMILA 65 60
21 SARNI 60 60
22 MUTHMAINNA 55 55
23 SAPRIDA 75 85
24 ABD. SALAM 75 60
25 NAURA MUNAWAR 90 90
85
A.2 Data Hasil Penelitian Kelas Eksperimen (VIII B)
NO NAMA PRE-TEST POST-TEST
1 KARMILA SARI 70 80
2 INDRI MUTHMAINNA 70 75
3 SUCI RAMADHANI 65 80
4 YUSRIL 70 65
5 ST.RAHMA WATI 80 90
6 SURIATI 60 80
7 SATRIO 60 65
8 INDRIANI 65 65
9 AITAP SALSABILA 50 80
10 NUR AULIA AMANDA 60 70
11 ST.RAHMA 50 60
12 ALDIANSYAH 60 70
13 SUARDI B. 50 60
14 BAHARUDDIN 80 85
15 MASITA RUSTAM 70 70
16 ST.AISA 65 75
17 MUH. SUARDI 70 65
18 WAHYUDIN 80 90
19 JUMIATI 60 70
20 HAIDIL 85 90
21 ARDI 80 90
22 HALDIANSAH 60 65
23 RAFLI JUHAEDI 70 75
24 MAGFIRLIH 75 85
25 SARMILA 80 75
26 MUH. FIKRI 60 70
27 RAJAB 55 65
28 REZA HARIANTI 60 65
86
LAMPIRAN B
ANALISIS DESKRIPTIF
B.1 ANALISIS DESKRIPTIF KELAS KONTROL
B.1.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
B.1.2 PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
B.2 ANALISIS DEKRIPTIF KELAS EKSPERIMEN
B.2.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
B.2.2 PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
86
87
B.1 ANALISIS DESKRIPTIF KELAS KONTROL
B.1.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
Skor Maksimum = 80
Nilai Minimum = 50
N = 25
No xi fi xi. fi xi- (xi- )2
fi. (xi- )2
1 90 1 90 23,4 547,56 547,56
2 80 2 160 13,4 179,56 359,12
3 75 6 450 8,4 24950,02 149700,12
4 70 1 70 3,4 11,56 11,56
5 65 5 325 -1,6 2,56 12,8
6 60 5 300 -6,6 43,56 217,8
7 55 4 220 -11,6 134,56 538,24
8 50 1 50 -16,6 275,56 275,56
Jumlah 545 25 1665 151662,76
a. Menghitung rata-rata
∑
88
b. Menghitung standar deviasi
√∑
√
√
√
c. Menghitung varian
∑
89
Analisis deskriftif hasil belajar dengan SPSS 20
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pre-test kelas
Kontrol 25 40,00 50,00 90,00 66,60 9,971 99,417
Valid N (listwise) 25
KATEGORISASI PEMAHAMAN KONSEP
NO RENTANG FREKUENSI PERSENTASE
(%)
KATEGORI
1 0-34 0 0 Sangat Rendah
2 35-54 1 3,6 Rendah
3 55-64 9 32,2 Sedang
4 65-84 14 50 Tinggi
5 85-100 1 3,6 Sangat Tinggi
JUMLAH 25 89,4
90
B.1.2 PEMAHAMAN KONSEP (POSTTEST)
Skor Maksimum = 90
Nilai Minimum = 55
N = 25
0 1 9
14
1 0 3.6
32.2
50
3.6 0
10
20
30
40
50
60
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE%
No xi fi xi. fi xi- (xi- )2
fi. (xi- )2
1 90 1 90 22,4 501,76 501,76
2 85 2 170 17,4 302,76 605,52
3 80 3 240 12,4 153,76 461,28
4 75 3 225 7,4 54,76 164,28
5 70 2 140 2,4 5,76 11,52
6 65 2 130 -2,6 6,76 13,52
7 60 7 420 -7,6 57,76 404,32
91
a. Menghitung rata-rata
∑
b. Menghitung standar deviasi
√∑
√
√
√
c. Menghitung varian
∑
8 55 5 275 -12,6 158,76 793,8
Jumlah 580 25 1690 2956
92
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Post-test kelas
Kontrol 25 35,00 55,00 90,00 67,60 11,098 123,167
Valid N (listwise) 25
Analisis deskriftif hasil belajar dengan SPSS 20
KATEGORISASI PEMAHAMAN KONSEP
NO RENTANG FREKUENSI PERSENTASE
(%)
KATEGORI
1 0-34 0 0 Sangat Rendah
2 35-54 0 0 Rendah
3 55-64 12 42,9 Sedang
4 65-84 10 35,6 Tinggi
5 85-100 3 10,7 Sangat Tinggi
JUMLAH 25 89,2
93
B.2 ANALISIS DEKRIPTIF KELAS EKSPERIMEN
B.2.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
Skor Maksimum = 85
Nilai Minimum = 50
N = 28
No xi fi xi. fi xi- (xi- )2
fi. (xi- )2
1 85 1 85 18,57 344,84 344,84
2 80 5 400 13,57 184,14 920,7
3 75 1 75 8,57 73,44 73,44
4 70 6 420 3,57 12,74 76,44
0 0
12 10
3 0 0
42.9
3.6
10.7
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
94
5 65 3 195 -1,43 2,04 6,12
6 60 8 480 -6,43 41,34 330,72
7 55 1 55 -11,43 130,64 130,64
8 50 3 150 -16,43 269,94 809,82
Jumlah 495 28 1860 2692,72
a. Menghitung rata-rata
∑
b. Menghitung standar deviasi
√∑
√
√
√
95
c. Menghitung varian
∑
Analisis deskriftif hasil belajar dengan SPSS 20
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Pre-test kelas
Eksperimen 28 35,00 50,00 85,00 66,43 9,987 99,735
Valid N
(listwise) 28
KATEGORISASI HASIL BELAJAR
NO RENTANG FREKUENSI PERSENTASE
(%)
KATEGORI
1 0-34 0 0 Sangat Rendah
2 35-54 3 10,7 Rendah
3 55-64 9 32,2 Sedang
4 65-84 15 53,6 Tinggi
5 85-100 1 3,6 Sangat Tinggi
JUMLAH 28 100
96
B.2.2 PEMAHAMAN KONSEP (POSTTEST)
Skor Maksimum = 90
Nilai Minimum = 60
N = 28
0 3 9
15
1 0 10.7
32.2
53.6
10.7
0
10
20
30
40
50
60
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
No xi fi xi. fi xi- (xi- )2
fi. (xi- )2
1 90 4 360 15,89 252,49 1009,96
2 85 2 170 10,89 118,59 237,18
3 80 4 320 5,89 34,69 138,76
4 75 4 300 0,89 0,79 3,16
5 70 5 350 -4,11 16,89 84,45
6 65 7 455 -9,11 82,99 580,93
7 60 2 120 -14,11 199,09 398,18
Jumlah 525 28 2075 2452,62
97
a. Menghitung rata-rata
∑
b. Menghitung standar deviasi
√∑
√
√
√
c. Menghitung varian
∑
98
Analisis deskriftif hasil belajar dengan SPSS 20
KATEGORISASI HASIL BELAJAR
NO RENTANG FREKUENSI PERSENTASE
(%)
KATEGORI
1 0-34 0 0 Sangat Rendah
2 35-54 0 0 Rendah
3 55-64 2 7,1 Sedang
4 65-84 20 71,5 Tinggi
5 85-100 6 21,4 Sangat Tinggi
JUMLAH 28 100
Descriptive Statistics
N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance
Post-test kelas
eksperimen 29 30,00 60,00 90,00 74,11 9,531 90,840
Valid N (listwise) 29
99
0 0 2
20
6 0 0 7.1
71.5
21.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
100
LAMPIRAN C
ANALISIS INFERENSIAL
C.1 ANALISIS NORMALITAS KELAS KONTROL
C.1.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
C.1.2 PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
C2. ANALISIS NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN
C.2.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
C.2.2 PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
C3. UJI HOMOGENITAS
C4.UJI HIPOTESIS ( UJI t SAMPEL INDENPENDENT)
100
101
C.1 ANALISIS NORMALITAS KELAS KONTROL
C.1.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
No xi fi fk ∑fi s(X)
=
fk/∑fi
Sd xi - Z= (xi- )
/Sd
Ztabel fo(X) =
0,5−
Ztabel
D = maks
fo(X) –
s(X)
1 90 1 1 25 0,04 9,971 23,4 2,35 0,9906 -0,4906 -1,2265
2 80 2 3 25 0,12 9,971 13,4 1,34 0,9099 -0,4099 -3,415
3 75 6 9 25 0,36 9,971 8,4 0,84 0,7995 -0,2995 -0,8319
4 70 1 10 25 0,4 9,971 3,4 0,34 0,6331 0,1331 0,3327
5 65 5 15 25 0,6 9,971 -1,6 -0,16 0,4364 0,0636 0,106
6 60 5 20 25 0,8 9,971 -6,6 -0,66 0,2546 0,2454 0,3067
7 55 4 24 25 0,96 9,971 -11,6 -1,16 0,1230 0,377 0,3927
8 50 1 25 25 1 9,971 -16,6 -1,66 0,0485 0,4515 0,4515
Jumlah 545 25 107 200 4,28 79,768
Menentukan Dtabel
Dtabel D (N) (α) D (25) (0,05) = 1,25
Keterangan:
Jika Dhitung> Dtabel maka data tidak terdistribusi normal.
Jika Dhitung< Dtabel maka data terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Dhitung = 0,4515pada taraf signifikan α 0,05,
sehingga disimpulkan Dhitung< Dtabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut terdistribusi normal.
101
102
PENGUJIAN NORMALITAS DENGAN SPSS 20
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAR00002 25 100,0% 0 0,0% 25 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00002 ,164 25 ,082 ,942 25 ,168
a. Lilliefors Significance Correction
103
C.1.2 PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
No xi fi fk ∑fi s(X)
=
fk/∑fi
Sd xi - Z= (xi- )
/Sd
Ztabel fo(X) =
0,5− Ztabel
D =
maks
fo(X) –
s(X)
1 90 1 1 25 0,04 11,098 22,4 2,01 0,9778 -0,4778 -0,5178
2 85 2 3 25 0,12 11,098 17,4 1,57 0,9418 -0,4418 -0,2918
3 80 3 6 25 0,24 11,098 12,4 1,12 0,8686 -0,3686 -0,6086
4 75 3 9 25 0,36 11,098 7,4 0,67 0,7486 -0,2486 -0,6086
5 70 2 11 25 0,44 11,098 2,4 0,21 0,5832 -0,0832 -0,5232
6 65 2 13 25 0,52 11,098 -2,6 -0,23 0,4090 0,091 -0,429
7 60 7 20 25 0,8 11,098 -7,6 -0,68 0,2482 0,2518 -0,5482
8 55 5 25 25 1 11,098 -12,6 -1,13 0,1292 0,3708 -0,6292
Jumlah 580 25 88 200 3,52 88,784
Menentukan Dtabel
Dtabel D (N) (α) D (25) (0,05) = 1,25
Keterangan:
Jika Dhitung> Dtabel maka data tidak terdistribusi normal.
Jika Dhitung< Dtabel maka data terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Dhitung = -0,2918pada taraf signifikan α 0,05,
sehingga disimpulkan Dhitung < Dtabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut tidak terdistribusi normal.
104
PENGUJIAN NORMALITAS DENGAN SPSS 20
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAR00003 25 100,0% 0 0,0% 25 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
VAR00003 ,233 25 ,001 ,890 25 ,011
a. Lilliefors Significance Correction
105
C2. ANALISIS NORMALITAS KELAS EKSPERIMEN
C.2.1 PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
No xi fi fk ∑fi s(X)
=
fk/∑fi
Sd xi - Z= (xi- )
/Sd
Ztabel fo(X) =
0,5−
Ztabel
D = maks
fo(X) –
s(X)
1 85 1 1 28 0,03 9,987 18,57 1,85 0,9678 -0,4678 -0,4978
2 80 5 6 28 0,21 9,987 13,57 1,35 0,9115 -0,4115 -0,6215
3 75 1 7 28 0,25 9,987 8,57 0,85 0,8023 -0,3023 -0,5523
4 70 6 13 28 0,46 9,987 3,57 0,35 0,6368 -0,1368 -0,5968
5 65 3 16 28 0,57 9,987 -1,43 -0,14 0,4443 0,0557 -0,5143
6 60 8 24 28 0,86 9,987 -6,43 -0,64 0,2611 0,2389 -0,6211
7 55 1 25 28 0,89 9,987 -11,43 -1,14 0,1271 0,3729 -0,5171
8 50 3 28 28 1 9,987 -16,43 -1,64 0,0505 0,4495 -0,5505
Jumlah 495 28 120 224 4,27 79,896
Menentukan Dtabel
Dtabel D (N) (α) D (28) (0,05) = 1,4
Keterangan:
Jika Dhitung > Dtabel maka data tidak terdistribusi normal.
Jika Dhitung < Dtabel maka data terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Dhitung = -0,4978 pada taraf signifikan α
0,05, sehingga disimpulkan Dhitung< Dtabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut tidak terdistribusi normal.
106
PENGUJIAN NORMALITAS DENGAN SPSS 20
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAR00004 28 100,0% 0 0,0% 28 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00004 ,169 28 ,040 ,933 28 ,075
a. Lilliefors Significance Correction
107
C.2.2 HASIL BELAJAR (POST-TEST)
No xi fi fk ∑fi s(X)
=
fk/∑fi
Sd xi - Z=
(xi- )
/Sd
Ztabel fo(X) =
0,5−
Ztabel
D = maks
fo(X) –
s(X)
1 90 4 4 28 0,14 9,531 15,89 1,66 0,9515 -0,4515 -0,5915
2 85 2 6 28 0,21 9,531 10,89 1,14 0,8729 -0,3729 -0,5829
3 80 4 10 28 0,35 9,531 5,89 0,61 0,7291 -0,2291 -0,5791
4 75 4 14 28 0,5 9,531 0,89 0,09 0,5359 -0,0359 -0,5359
5 70 5 19 28 0,67 9,531 -4,11 -0,43 0,3336 0,1664 -0,5036
6 65 7 26 28 0,92 9,531 -9,11 -0,95 0,1711 0,3289 -0,5911
7 60 2 28 28 1 9,531 -14,11 -1,48 0,0694 0,4306 -0,5694
Jumlah 525 28 107 196 3,79 66,717
Menentukan Dtabel
Dtabel D (N) (α) D (29) (0,05) 1,45
Keterangan:
Jika Dhitung> Dtabel maka data tidak terdistribusi normal.
Jika Dhitung < Dtabel maka data terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Dhitung = -0,5036pada taraf signifikan α 0,05,
sehingga disimpulkan Dhitung< Dtabel. Hal tersebut menunjukkan bahwa data
tersebut tidak terdistribusi normal.
108
PENGUJIAN NORMALITAS DENGAN SPSS 20
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
VAR00005 29 100,0% 0 0,0% 29 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
VAR00005 ,167 28 ,045 ,914 28 ,0,24
a. Lilliefors Significance Correction
109
C3. UJI HOMOGENITAS
a. Uji Homogenitas Pre-test
UJI ANALISIS VARISANS
Nilai varian terbesar = 99,735
Nilai varian terkecil = 99,417
Menentukan nilai
F (α, dk1,dk2)
F (α, n1-1, n2-1)
= F (0,05, 25-1, 25-1)
=F (0,05, 24, 24)
= 1,44
Keterangan :
Jika > maka sampelnya tidak homogen.
Jika < maka sampelnya homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Fhitung = 1,00 pada taraf
signifikan α 0,05, sehingga disimpulkan Fhitung< Ftabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data tersebut homogen.
b. Uji Homogenitas Post-test
UJI ANALISIS VARISANS
Nilai varian terbesar = 123,167
Nilai varian terkecil = 90,840
110
Menentukan nilai
F (α, dk1,dk2)
F (α, n1-1, n2-1)
= F (0,05, 28-1, 28-1)
= F (0,05, 27, 27)
= 1,77
Keterangan :
Jika > maka sampelnya tidak homogen.
Jika < maka sampelnya homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai Fhitung = 1,35 pada taraf
signifikan α 0,05, sehingga disimpulkan Fhitung< Ftabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa data tersebut homogen.
PENGUJIAN HOMOGENITAS DENGAN SPSS 20 pada Kelas Kontrol
dan Eksperimen
Test of Homogeneity of Variances
HASIL BELAJAR
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,523 1 51 ,223
ANOVA
HASIL BELAJAR
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 559,246 1 559,246 5,273 ,026
Within Groups 5408,679 51 106,053
Total 5967,925 52
111
C4.UJI HIPOTESIS ( UJI MANN WHITNEY)
a. Merumuskan hipotesis secara statistik
Keterangan:
: Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara siswa yang
menggunakan Metode Participant Created Case Studiesdalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa dalam materi usaha dan
pesawat sederhana pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 7 Majene.
:Terdapat perbedaan nilai rata-rata siswa yang menggunakan Metode
Participant Created Case Studiesdalam meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi usaha dan pesawat sederhana pada siswa kelas
VIII di SMP Negeri 7 Majene.
Menentukan nilai derajat kebebasan (dk)
Dk = n1 + n2 –2
= 25 + 28 – 2
= 51
112
b. Membuat Jenjang ke dalam bentuk table seperti berikut:
No. Kontrol Jenjang No. Eksperimen Jenjang
1. 55 21 1. 80 7
2. 60 14 2. 75 10
3. 55 20 3. 80 7
4. 55 20 4. 65 17
5. 70 10 5. 90 1
6. 65 11 6. 80 6
7. 75 7 7. 65 15
8. 60 11 8. 65 15
9. 80 4 9. 80 6
10. 65 9 10. 70 9
11. 80 4 11. 60 17
12. 85 2 12. 70 9
13. 80 3 13. 60 16
14. 75 3 14. 85 4
15. 75 3 15. 70 8
16. 70 3 16. 75 5
17. 60 3 17. 65 9
18. 55 7 18. 90 1
19. 60 3 19. 70 6
20. 60 3 20. 90 1
113
21. 60 3 21. 90 1
22. 55 4 22. 65 5
23. 85 2 23. 75 2
24. 60 2 24. 85 1
25 90 1 25 75 1
26. 70 1
27. 65 1
28. 65 1
∑ R1 = 173 R2= 182
c. Menghitung U1dan U2
=
= 852
=
= 843
114
LAMPIRAN D
ANALISIS VALIDASI INSTRUMEN
D.1 ANALISIS VALIDASI RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
D.2 ANALISIS VALIDASI KARTU SOAL TES
PEMAHAMAN KONSEP
114
115
D.1 ANALISIS VALIDASI RENCANA PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN (RPP)
Validator 1 : Sudirman, S.Pd.,M.Ed.
No Aspek yang Dinilai
Skor Validator Rata-
rata
releva
nsi
ketera
ngan 1 2
I Perumusan Tujuan Pembelajaran
1. Kejelasan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
4
4 4 SV D
2. Kesesuaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar dengan tujuan
pembelajaran
3 3 3 SV D
3. Ketepatan penjabaran kompetensi
dasar ke dalam indikator
4 4 4 SV D
4. Kesesuaian indikator dengan tujuan
pembelajaran
4 4 4 SV D
5. Kesesuaian indikator dengan tingkat
perkembanagan peserta didik
4 4 4 SV D
II Isi Yang Disajikan
1. Sistematika penyusunan RPP
4 4 4 SV D
116
2. Kesesuaian urutan kegiatan
pembelajaran IPA-FISIKA
4 4 4 SV D
3. Kesesuaian uraian kegiatan peserta
didik dan guru untuk setiap tahap
pembelajaran
4 3 3,5 SV D
4. Kejelasan skenario
pembelajaran(tahap-tahap kegiatan
pembelajaran yaitu awal, inti dan
penutup)
4 4 4 SV D
5. Kelengkapan instrumen penilaian
hasil belajar
4 4 4 SV D
III
Bahasa
1. Menggunakan bahasa yang sesuai
dengan kaidah Bahasa Indonesia.
4 4 4 SV D
2. Menggunakan kalimat/pernyataan
yang komunikatif.
4 4 4 SV D
3. Menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti.
4 4 4 SV D
IV Waktu
1. Kesesuaian alokasi waktu yang
digunakan
4
3
3,5
SV D
117
Validator 2 : Suhardiman, S.Pd., M.Pd.
Keterangan relevansi
A = Relevansi lemah-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 1 dan
validator 2 = 1
B = Relevansi kuat-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan
validator 2 = 1 atau 2
C = Relevansi lenah-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 1 atau 2 dan
validator 2 = 3 atau 4
D = Relevansi kuat-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan
validator 2 = 3 atau 4
2. Rincian waktu untuk setiap tahap
pembelajaran
4 4 4 SV D
V Penilaian umum terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan
menggunakan metode penugasan
terstruktur berbasisi video scribe
4 4 4 SV D
Total Skor 63 61 62
Rata-rata skor 3,937 3,812 3,875
118
Perhitungan reabilitas
Validator Jumlah Skor Penilaian Rata-rata Skor Penilaian
1 63 3,937
2 61 3,812
(
)
(
)
(
)
Jika nilai R yang diperoleh lebih besar dari 0,7 (R>0,7) maka instrument
dikategorikan reliable. Nilai R yang diperoleh yaitu 0,88. Sehingga nilai R>0,7
dan instrumen dikatahan reliable.
119
D.2 ANALISIS VALIDASI KARTU SOAL TES HASIL
BELAJAR
Validator 1 : Sudirman, S.Pd., M.Ed.
Validator 2 : Suhardiman, S.Pd., M.Pd.
No. Soal Skor Validator Rata-rata Relevansi Kode
Relevansi 1 2
1 4 3 3,5 SV D
2 4 3 3,5 SV D
3 4 3 3,5 SV D
4 4 3 3,5 SV D
5 4 3 3,5 SV D
6 4 3 3,5 SV D
7 4 3 3,5 SV D
8 4 3 3,5 SV D
9 4 3 3,5 SV D
10 4 3 3,5 SV D
11 4 3 3,5 SV D
12 4 3 3,5 SV D
13 4 3 3,5 SV D
14 4 3 3,5 SV D
15 3 3 3 SV D
120
16 4 3 3,5 SV D
17 4 3 3,5 SV D
18 4 3 3,5 SV D
19 3 3 3 SV D
20 4 3 3,5 SV D
Total Skor 78 60 69
Rata-rata 3,9 3
Keterangan Relevansi:
A = Relevansi lemah-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 1 dan
validator 2 = 1
B = Relevansi kuat-lemah, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan
validator 2 = 1 atau 2
C = Relevansi lenah-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 1 atau 2 dan
validator 2 = 3 atau 4
D = Relevansi kuat-kuat, jika validator 1 memberikan skor = 3 atau 4 dan
validator 2 = 3 atau 4
Dari hasil validasi instrument oleh dua pakar di atas, maka diperoleh:
Relevansi kategori A = 0 Relevansi kategori C = 0
Relevansi kategoriB = 0 Relevansi kategori D = 20
121
Jika nilai V yang diperoleh lebih besar dari 0,7 (V>0,7) maka instrument
dikategorikan reliable. Nilai v yang diperoleh yaitu 1. Sehingga nilai R>0,7 dan
instrumen dikatahan reliable.
122
LAMPIRAN E
INSTRUMEN PENELITIAN
D.1. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
D.2. KARTU SOAL TES PEMAHAMAN KONSEP
D.2.1. SOAL PILIHAN GANDA (PRETEST)
D.2.2. SOAL PILIHAN GANDA (POSTTEST)
122
123
D.1.RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
A. Identitas
1. Sekolah : SMP Negeri 7 Majene
2. Mata Pelajaran : IPA Terpadu
3. Kelas/Semester : VIII/Ganjil
4. Materi Pokok : Usaha dan Pesawat Sederhana
5. Alokasi Waktu : 4 Jam Pelajaran (2 x pertemuan)
B. Kompetensi Inti (KI)
KI-1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
KI-2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
KI-3 : Memahami Pengetahuan (Faktual, Konseptual, dan Prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,seni
budaya, terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
KI-4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat), dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang
sama dalam sudut pandang/teori.
124
C. Kompetensi Dasar
1.1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2.1 : Memiliki motivasi internal, kemampuan bekerjasama, konsisten,
sikap disiplin, rasa percayadiri, dan sikap toleransi dalam
perbedaan strategi berfikir dalam memilih dan menerapkan strategi
menyelesaikan masalah.
3.3 : Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari termasuk kerja otot pada struktur
rangka manusia.
4.3 : Menyajikan hasil penyelidikan atau penyelesaian masalah tentang
manfaat penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-
hari.
D.
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
3.3.1 : Mengidentifikasi usaha yang bekerja pada sebuah benda.
3.3.2 : Menjelaskan pengertian usaha yang bekerja pada sebuah benda.
3.3.3 : Mengidentifikasi jenis pesawat sederhana yang terdapat disekitar
peserta didik.
3.3.4 : Mendeskripsikan kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan
sehari-hari.
3.3.5 :Menjelaskan keuntungan mekanik beberapa jenis pesawat
sederhana.
125
3.3.6 : Menggunakan persamaan pesawat sederhana untuk
menyelesaikan permasalahan.
3.3.7 : Menjelaskan prinsip kerja pesawat sederhana pada otot dan
rangka manusia.
4.3.1 : Melakukan percobaan dan mengidentifikasi mekanisme kerja
pesawat sederhana serta hubungannya dengan kerja otot pada
struktur rangka manusia.
4.3.2 : Melaporkan atau memaparkan hasil penyelidikan tentang manfaat
pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
F. Tujuan Pembelajaran
Melalui metode Participant Created Case Studies, peserta didik mampu
menjelaskan pengertian usaha, gaya, energy, dan daya secara tepat dan benar,
menjelaskan pengertian pesawat sederhana secara tepat, membedakan jenis
pesawat sederhana dengan baik dan benar, menunjukkan keuntungan mekanik
pesawat sederhana dengan benar, menjelaskan mekanisme kerja pesawat
sederhana dengan baik dan jelas, menjelaskan prinsip kerja pesawat
sederhana pada otot manusia dengan baik, dengan mengamati gambar,
melakukan percobaan sederhana, dan diskusi.
126
G. Materi Pembelajaran
1. Konseptual : Usaha, energy, daya, pesawat sederhana, dan jenis-jenis
pesawat sederhana, keuntungan mekanik pesawat sederhana
dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Faktual : Pisau, sekrup, jungkat-jungkit, pemotong kuku, tangga,
katrol, dan semua alat yang menggunakan prinsip pesawat
sederhana.
3. Prosedural : Mekanisme kerja dan hubungan pesawat sederhana
dengan kerja otot pada rangka manusia.
H. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Student Centered.
2. Metode : Participant Created Case Studies, diskusi, dan
eksperimen.
3. Model Pembelajaran : Active Learning
Sintak-sintak Pembelajaran Metode Participant Created Case Studies menurut
silberman sebagai berikut:
Guru membagi kelas menjadi pasangan atau trio.
Guru menjelaskan bahwa tujuan dari sebuah studi kasus adalah
mempelajari sebuah topic dengan membagi permasalahan.
Menyediakan waktu yang mencukupi bagi pasangan atau trio untuk
membuat situasi kasus singkat yang mengandung contoh atau isu untuk
didiskusikan atau sebuah persoalan untuk dipecahkan dengan materi
127
pelajaran dikelas. Kemudian, setiap pasangan menuliskan studi kasus
intisari yang secara khusus.
Bila studi kasus telah selesai, perintahkan kelompok untuk menyajikannya
kepada siswa lain. Beri kesempatan kelompok untuk memimpin diskusi
kasus.
I. Media/Alat dan Bahan Pembelajaran
1. Media/Alat : Lembar Kerja, LCD , Papan tulis,
2. Alat dan Bahan :
No. Nama Alat Spesifikasi Jumlah
1. Gambar gunting rumput 8 buah
2. Gambar pisau 8 buah
3. Gambar tang 8 buah
4. Gambar Jungkat jungkit 8 buah
5. Gambar pemotong kertas 8 buah
6. Gambar penjepit kuku 8 buah
7. Gambar sekop 8 buah
8. Gambar pemecah kemiri 8 buah
9. Gambar gerobak dorong 8 buah
10. Gambar tiang bendera 8 buah
11. Gambar timba air 8 buah
12. Gambar papan bidang miring 8 buah
128
J. Sumber Belajar
Buku fisika peserta didik, internet dan sumber informasi lain
K. Langkah-langkah Pembelajaran
I. Pertemuan Pertama (2 x 40 menit)
No.
Tahap/
Sintak
Model
Kegiatan
Estimasi
Waktu
1. Pendahuluan 15 menit
Connecting a. Guru mengucapkan salam.
b. Guru memimpin doa sesuai dengan keyakinan
masing-masing.
c. Mengkondisikan kelas.
d. Guru meminta peserta didik untuk mengecek
kebersihan kelas secara bersama-sama,
minimal sekitar tempat duduknya tidak ada
sampah.
e. Guru mengabsen kehadiran siswa.
f. Guru memberikan motivasi
Guru memberikan motivasi kepada siswa agar
bersemangat dalam mengikuti pembelajaran
yang berkaitan dengan materi usaha dan
pesawat sederhana.
g. Peserta didik dimotivasi dengan melihat
129
gambar seseorang pedagang yang sedang
berjualan.
h. Guru memberikan apersepsi
“Sedang apa orang tersebut?”
“Apa yang mereka cari?”
“Disebut apakah mereka?”
“Apa yang kalian ketahui tentang usaha?”
i. Peserta didik menjawab pertanyaan dari guru.
j. Guru menyampaikan tujuan yang akan dicapai
berkaitan dengan usaha dan pesawat
sederhana.
k. Guru menyampaikan metode pembelajaran
yang akan digunakan saat membahas materi
usaha dan pesawat sederhana.
2 Kegiatan Inti 50 Menit
Reflecting a. Guru meminta siswa mengamati kejadian
disekitar berkaitan dengan usaha yang
bekerja pada sebuah benda.
b. Guru membimbing peserta didik untuk
mengamati fenomena usaha pada sebuah
benda.
c. Guru menjelaskan uraian materi
pembelajaran dan membagi peserta didik
130
dalam beberapa kelompok (Organizing)
(Peserta didik bergabung kedalam kelompok
yang telah ditentkan.).
d. Guru menyampaikan materi mengenai usaha
dan pesawat sederhana
e. Guru membagi peserta didik menjadi
pasangan atau trio.
f. Guru memerintahkan siswa untuk
membuat studi kasus yang dapat
dianalisis dan didiskusikan oleh siswa
lain.
g. Guru membagi LKS berupa gambar pesawat
sederhana dan jenis-jenis pesawat sederhana
h. Guru meminta siswa untuk berdiskusi
dengan pasangannya.
i. Peserta didik membuat laporan dan
menyajikan laporan hasil diskusi dengan
mengidentifikasi usaha yang bekerja pada
sebuah benda serta jenis-jenis pesawat
sederhana.
j. Menyimpulkan hasil diskusi yang telah
dilakukan.
131
Organizing k. Guru menjelaskan uraian materi
pembelajaran dan membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok (Organizing)
(Peserta didik bergabung kedalam kelompok
yang telah ditentkan)
3 Penutup 15 Menit
Extending a. Guru membantu siswa dalam memberikan
refleksi mengenai usaha dan jenis-jenis
pesawat sederhana.
b. Guru memberikan kesimpulan akhir dari
materi pembelajaran Guru bertanya tentang
proses pembelajaran yang telah dilakukan.
c. Guru menyampaikan lingkup materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
Guru memotivasi peserta didik untuk
mempersiapkan diri dengan cara membaca
materi tersebut
d. Berdoa bersama dan memberi salam
II. Pertemuan kedua (2 x 40 menit)
No
Tahap/
Sintak Model
Kegiatan
Estimasi
Waktu
1. Pendahuluan 15 menit
132
Connecting a. Guru memberi salam dan berdoa sebelum
pembelajaran dimulai, dilanjutkan mengecek
kehadiran peserta didik.
b. Guru meminta peserta didik untuk mengecek
kebersihan kelas secara bersama-sama,
minimal sekitar tempat duduknya tidak ada
sampah.
c. Guru menyampaikan SK, KD, dan tujuan
yang akan dicapai berkaitan dengan usaha
dan pesawat sederhana.
d. Guru memberi apersepsi dan memberikan
pertanyaan yang dapat memotivasi rasa ingin
tahu peserta didik.
e. Guru meminta siswa untuk berkelompok
sesuai dengan kelompoknya.
f. Guru menyampaikan metode pembelajaran
dan teknik penilaian yang akan digunakan
saat membahas materi usaha dan pesawat
sederhana.
g. Guru membagi lembar peserta didik kepada
siswa yang telah disiapkan.
h. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menghubungkan konsep lama dengan
133
konsep yang akan dipelajari.
i. Guru meminta siswa untuk menyiapkan alat
dan bahan untuk eksperimen.
Organizing Guru menjelaskan uraian materi
pembelajaran dan membagi peserta didik
dalam beberapa kelompok (Organizing)
(Peserta didik bergabung kedalam kelompok
yang telah ditentukan)
2 Kegiatan Inti 50 Menit
Reflecting a. Siswa menyiapkan alat dan bahan untuk
eksperimen.
b. Siswa membuat perlakuan eksperimen.
c. Siswa melakukan pengamatan.
d. Siswa menuliskan hasil pengamatan
LKPD.
e. Siswa menganalisis hasil eksperimen.
f. Siswa menyimpulkan tentang hasil
eksperimen.
g. Guru memimpin diskusi untuk menegaskan
kembali jawaban peserta didik dan
memberikan kesempatan kepada
perwakilan dari setiap anggota kelompok
untuk menanyakan/mengomentari hal-hal
134
yang telah dicatat tadi (hal-hal yang belum
dipahami).
h. Kelompok yang sedang dikomentari
diperbolehkan untuk memberikan
tanggapan dan mempertahankan hasil
kerjanya
(Guru memberikan informasi kepada peserta
didik bahwa waktu telah habis, kegiatan
pembelajaran akan dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya)
3 Penutup 15 Menit
Extending a. Guru mengarahkan peserta didik utnuk
menyimpulkan hasil diskusi
b. Guru memberikan kesimpulan akhir dari
materi pembelajaran Guru bertanya tentang
proses pembelajaran yang telah dilakukan
c. Guru memberikan tugas kepada peserta
didik berupa beberapa soal untuk
menyelidiki materi yang telah diajarkan.
d. Berdoa bersama dan memberi salam
135
L. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
1. Penilaian
a. Penilaian sikap
No Teknik Bentuk
instrument
Instrumen Waktu pelaksanaan
1 Observas
i
Observasi Lembar observasi aktifitas
peserta didik
Saat pembelajaran
berlangsung
b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan
No Teknik Bentuk instrumen Instrumen Waktu pelaksanaan
1 Tertulis Soal pilihan ganda Lampiran 2 Saat pembelajaran usai
c. Penilaian Kompetensi Keterampilan
No Teknik Bentuk instrument Instrumen Waktu pelaksanaan
1 Pengamatan Lembar observasi Lampiran 3 Saat pembelajaran
berlangsung
Samata, 2019
Mengetahui :
Mengetahui Kepala Sekolah Peneliti
Kasmawati, S.Pd. Cici Nur Pratiwi
NIM : 20600115071
136
LAMPIRAN I
Lampiran (Lembar Penilaian)
1. Format penilai tugas
NO NAMA SISWA
Subst
ansi
Bah
asa
Est
etik
a
NILAI
1
2
3
4
5
Pedoman penskoran : Sangat Memuaskan Skor 4
Memuaskan Skor 3
Cukup memuaskan Skor 2
Tidak memuaskan Skor 1
Pedoman Penilaian
137
2. Instrumen Penilain Sikap
Sekolah : SMP NEGERI 7 MAJENE
Mata pelajaran : IPA
Materi : Usaha dan Pesawat Sederhana
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Hari/Tanggal :
No.
Nam
a
Dis
ipli
n
Ker
jasa
ma
Kej
uju
ran
Kep
edu
lian
Tan
ggu
ng
jaw
ab
Ju
mla
h
Sk
or
Nil
ai
1.
2.
3.
Ketentuan:
1 = jika peserta didik sangat kurang konsisten memperlihatkan perilaku
yang tertera dalam indikator
2 = jika peserta didik kurang konsisten memperlihatkan perilaku yang
tertera dalam indikator, tetapi belum konsisten
3 = jika peserta didik mulai konsisten memperlihatkan perilaku yang
tertera dalam indikator
4 = jika peserta didik konsisten memperlihatkan perilaku yang tertera
dalam indikator
5 = jika peserta didik selalu konsisten memperlih atkan perilaku yang
tertera dalam indikator
138
FORMAT PENILAIAN
Keterangan:
Pedoman Pemberian Nilai
Kategori Skor Nilai
Sangat baik 3,33-4,00 A
Baik 2,33-3,32 B
Cukup 1,33-2,32 C
Kurang ≤1,32 D
3
Mempresentasikan
hasil pengamatan
1. Mampu mempresentasikan hasil dengan tepat
dan percaya diri.
2. Presentasi disampaikan sudah tepat, tapi
kurang percaya diri.
3. Presentasi kurang tepat
Kriteria Penilaian:
Nilai =
Jumlah Skor yang Diperoleh
X 4
9
139
3. Instrumen Penilain Keterampilan
Sekolah : SMP NEGERI 7 MAJENE
Mata pelajaran : IPA
Materi : Usaha dan Pesawat Sederhana
Kelas/Semester : VIII/Ganjil
Hari/Tanggal :
Instrumen Tes Praktik
No. Indikator
Hasil Penilaian
3
(baik)
2
(cukup)
1
(kurang)
1 Menuliskan hasil pengamatan
2 Menafsirkan hasil pengamatan
5 Mempresentasikan hasil praktik
Jumlah Skor yang Diperoleh
Rubrik Penilaian
No. Indikator Rubrik
1
Menuliskan hasil
pengamatan
1. Menulis hasil pengamatan benar dan lengkap.
2. Menulis hasil pengamatan benar, tetapi kurang
lengkap.
3. Tidak menulis hasil pengamatan atau menulis
namun kurang lengkap dan salah
140
2
Menafsirkan hasil
pengamatan
1. Mampu menafsirkan hasil pengamatan dengan
benar.
2. Mampu menafsirkan hasil pengamatan tetapi
masih ada yang salah.
3. Tidak mampu/salah dalam menafsirkan hasil
pengamatan
3
Mempresentasikan
hasil pengamatan
1. Mampu mempresentasikan hasil dengan tepat
dan percaya diri.
2. Presentasi disampaikan sudah tepat, tapi
kurang percaya diri.
3. Presentasi kurang tepat
Kriteria Penilaian:
Nilai =
Jumlah Skor yang Diperoleh
X 4
9
141
D.2. KARTU SOAL TES PEMAHAMAN KONSEP
D.2.1. SOAL PILIHAN GANDA (PRETEST)
TES HASIL PEMAHAMAN KONSEP (PRE-TEST)
NAMA :
KELAS :
WAKTU : Menit
Berilah tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar!
1. Alat yang dibuat untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut…
a. Pesawat
b. Pengungkit
c. Motor
d. Tang
2. Pesawat sederhana yang dibedakan letak titik tumpu, titik beban dan titik
kuasa seperti pada gambar dibawah ini adalah…
a. Pengungkit
b. Bidang miring
c. Katrol
d. Timbangan
142
3. Untuk mengangkat baja pada waktu membangun gedung diperlukan…
a. Tuas
b. Katrol
c. Bidang miring
d. pengungkit
4. Untuk mengambil air dari sumur sebaiknya menggunakan…
a. Bidang miring
b. Katrol
c. Tuas
d. Pengungkit
5. Alat, berikut memanfatkan prinsip baji, kecuali…
a. Tuas
b. Pisau
c. Sekrup
d. Roda
6. Ciri dari pesawat sederhana jenis pengungkit adalah kecuali…
a. Titik tumpu
b. Titik beban
c. Titik gaya
143
7. Tujuan penggunaan katrol tetap adalah untuk mempermudah melakukan usaha
dengan cara…
a. Menambah kecepatan
b. Mengubah energy
c. Memindahkan energy
d. Mengubah arah gaya
8. Alat yang termasuk ke dalam golongan bidang miring adalah…
a. A
b. B
c. C
d. D
9. Berikut ini merupakan keuntungan penggunan pesawat sederhana dalam
kehidupan sehari-hari:
1) Mengubah energy
2) Mengubah arah gaya
3) Mengurangi gaya
4) Menambah usaha
Keuntungan pesawat sederhana yang benar adalah…
144
a. 1,2, dan 3.
b. 2,3, dan 4
c. 1 dan 3
d. 2 dan 4
10. Prinsip kerja tangan anak pada gambar koper tersebut sama dengan prinsip
kerja pengungkit jenis ini…
a. Pertama
b. Kedua
c. Ketiga
d. Keempat
145
D.2.2. SOAL PILIHAN GANDA (POSTTEST)
TES HASIL PEMAHAMAN KONSEP (POST-TEST)
NAMA :
KELAS :
WAKTU : Menit
Berilah tanda (X) pada jawaban yang dianggap benar!
1. Kelompok rumah tangga yang menggunakan prinsip pengungkit adalah…
a. Katrol, timbangan, dan tang.
b. Tang, gunting, dan pisau.
c. Stepler, roda sepeda, dan linggis.
d. Gunting, pembuka tutup botol, dan sekop.
2. Dibawah ini alat yang dapat mengubah gaya angkat menjadi gaya tarik
adalah…
a. Tuas
b. Katrol
c. Bidang miring
d. Pengungkit
3. Prinsip kerja pesawat sederhana pada saat otot betis pemain bulu tangkis
mengangkat beban tubuhnya dengan bertumpu pada jari kakinya adalah…
a. Bidang miring
b. Pengungkit jenis 1
c. Pengungkit jenis 2
d. Pengungkit jenis 3
146
4. Gaya memiliki peran untuk mempertahankan gerak benda, apa yang harus
dilakukan agar gerak benda tersebut dapat tetap bergerak …
a. Dalam keadaan diam
b. Mendorong benda
c. Semua benar
d. Semua salah
5. Sumur timba memanfaatkan pesawat sederhana berupa…
a. Katrol majemuk
b. Katrol bebas
c. Katrol tetap
d. Benar semua
6. Gaya atau kuasa yang dibutuhkan untuk mengangkat beban akan lebih kecil.
Jika titik tumpu T diletakkan…
a. Di antara beban dan gaya
b. Di tengah-tengah beban dan gaya
c. Mendekati gaya
d. Mendekati beban
147
7. Agar mengetahui perbedaan antara otot dan rangka manusia pada prinsip kerja
pesawat sederhana yaitu kecuali…
a. Otot sebagai alat gerak dan rangka sebagai susunan tulang.
b. Otot sebagai gerak pasif dan rangka sebagai tulang yang saling
berhubungan.
c. Otot sebagai susunan tulang dan rangka sebagai alat gerak.
d. Otot sebagai pengendali gerak manusia dan rangka sebagai tempat
melekatnya otot tersebut.
8. Seseorang hendak mengangkat sebuah beban dengan menggunakan katrol
tunggal bergerak. Jika berat beban tersebut adalah 1.000 N, maka besar gaya
yang harus diberikan orang tersebut adalah…
a. 600 N
b. 500 N
c. 250 N
d. 100 N
9. Pernyataan dibawah ini yang salah mengenai pesawat sederhana adalah…
a. Alat yang digunakan untuk menghemat tenaga
b. Alat yang digunakan untuk mempercepat pekerjaan
c. Alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan
d. Alat yang digunakan untuk memperkecil bentuk
148
10. Salah satu pemanfaatan bidang miring dalam kehidupan sehari-hari, kecuali…
a. Jalan pada pegunungan dibuat berliku-liku.
b. Pekerjaan bangunan yang menggunakan papan yang diletakkan miring
untuk menaikkan peti ke dalam kendaraan.
c. Ujung baji yang dibuat runcing dibandingkan ujung yang lain.
d. Kursi roda yang digunakan penyandang cacat.
149
LAMPIRAN F
FOTO KEGIATAN PENELITIAN
149
150
Sumber : siswa mempersentasikan hasil praktikum
Sumber : Siswa sedang berdiskusi
151
Sumber : siswa mempersentasikan hasil diskusi
152
153
154
155
156
157
158
159
160
161
162
163
164
165
166
167
168
169
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Cici Nur Pratiwi dilahirkan di Majene, Provinsi Sulawesi Barat pada
tanggal 11 Juli 1997. Penulis merupakan Anak keempat dari pasangan Habibi
Umar dan Rahmatika.
Pendidikan formal penulis dimulai dari taman kanak-kanak Pembina
Kamp.Baru, Kec. Majene, Kab. Banggae dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun
yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 06
Kamp.Baru, Kec. Majene, Kab. Banggae dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menevngah Pertama
(SMP) Negeri 03 Kamp.Baru, Kec. Majene, Kab. Banggae dan lulus pada tahun
2012. Dan pada tahun yang sama pula penulis melajutan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 02 Lembang, Kec. Majene, Kab. Banggae dan
lulus pada tahun 2015. kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ke jenjang S1 pada Jurusan Pendidikan
Fisika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Berkat perjuangan dan kerja keras akhirnya penulis dapat menyelesaulan
sebuah karya tulis yang berjudul “Efektifitas Metode Participant Created Case
Studies Terhadap Pemahaman Usaha dan Pesawat Sederhana dalam Kehidupan
Sehari-hari di SMP Negeri 7 Majene”
170
EFEKTIVITAS METODE PARTICIPANT CREATED CASE STUDIES
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP USAHA DAN PESAWAT
SEDERHANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
DI SMP NEGERI 7 MAJENE
Cici Nur Pratiwi, Ali Umar dani
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika
peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode Participant Created Case
Studies, mengetahui peningkatan pemahaman konsep fisika peserta didik yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional, mengetahui perbedaan
pemahaman konsep fisika antara peserta didik yang diajar dengan metode Participant
Created Case Studies dan metode konvensional pada kelas VIII di SMP Negeri 7
Majene, mengetahui metode Participant Created Case Studies efektif atau tidak
terhadap pemahaman konsep fisika peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 7 Majene.
Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 7 Majene
yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas VIII berjumlah 25 peserta didik dan kelas VIII B
berjumlah 28 peserta didik. Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
convinance sampling, yaitu dimana convinance sampling merupakan pengambilan
sampel didasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya.
.
Kata Kunci : Participant Created Case Studies; Konvensional; Pemahaman Konsep
171
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha dasar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pengaruh pendidikan dalam
jiwa seseorang merupakan pendorong
kemampuan untuk berkembang.
Sedangkan pendorong utama, adalah
potensi-potensi berupa bakat dan
pengalaman yang terpendam pada diri
seseorang atau anak didik.
Bagaimanapun baiknya rencana
pendidikan, hasil dan manfaat bagi
anak didik dan masyarakat tergantung
kepada anak didik dan masyarakat itu
sendiri. Demikian pula kecakapan dan
bakat seseorang atau anak didik, hanya
dapat berkembang dengan baik apabila
memperoleh kesempatan yang sebaik-
baiknya dalam pendidikan. Lebih dari
itu, pendidikan akan selalu berkaitan
dengan pola-pola tingkah laku
kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan tidak pernah
terlepas dari kegiatan belajar,
keberhasilan pendidikan sangat
terpengaruh oleh proses belajar
mengajar. Belajar merupakan suatu
proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah
laku, hasil pengalamannya sendiri
dalam interaksi dengan lingkungan.
Selain itu, berkaitan dengan
konsep belajar pendidikan juga mampu
mengubah seseorang menjadi individu
yang tahu akan pentingnya sebuah
usaha agar tercapainya suatu perubahan
seperti yang diajarkan dalam ajaran
islam, yang terdapat pada surah Ar-
Ra’d ayat 11:
Terjemahnya: Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan
yang ada pada diri mereka sendiri, dan
apabila Allah menghendaki keburukan
terhadap sesuatu kaum, Maka taka da
yang dapat menolongnya; dan sekali-
kali taka ada pelindung bagi mereka
selain Dia.
(Kementrian Agama RI, 2010: 543).
Dalam ayat diatas terlihat jelas
bahwa jika ditarik pada konsep belajar
sangat penting adanya suatu usaha
sehingga mendorong terhadap
perubahan. Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan tingkah laku. Jika
seseorang menginginkan perubahan
dalam dirinya jika maka seseorang itu
haruslah berusaha, dan aktivitas
berusaha inilah yang dimaksud dengan
belajar. Perubahan sebagai hasil belajar
proses belajar seseorang dapat
ditunjukkan dalam berbagai bentuk
seperti disebabkan oleh adanya
perubahan pada peningkatan
keterampilan, pengetahuan, sikap dan
tingkah lakunya serta kemampuan
pemahaman konsep siswa tersebut.
172
Berdasarkan hasil observasi yang
dilaksanakan pada hari Senin, 19
November 2018 di SMP Negeri 7
Majene, bahwa masih banyak peserta
didik yang telah mengalami kesulitan
dalam belajar, terutama dalam mata
pelajaran Fisika. Hal ini dikarenakan
kurang minatnya siswa dalam pelajaran
fisika karena fisika itu sulit dan
memiliki banyak rumus-rumus serta
teori yang harus dipelajari. Masalah
utama yang menunjang siswa disekolah
tersebut ialah kurangnya dalam
memahami konsep fisika dengan baik,
selama menerima mata pelajaran fisika
dari guru hanya sebagian beberapa
siswa saja yang mampu memahami
konsep fisika, yang lainnya hanya
mampu menghafal pelajaran yang
diterimanya dilihat dari hasil observasi
awal yang telah dilakukan bahwa siswa
kelas VIII dari 32 siswa hanya 7 siswa
yang tuntas pada mata pelajaran fisika .
Sehingga ada beberapa peserta didik
yang kurang aktif dalam proses
pembelajaran, misalnya dalam sebuah
kelompok hanya beberapa anggota saja
yang aktif dalam menyampaikan
pendapatnya, karena sebagian peserta
didik ragu mengemukakan
pendapatnya dikarenakan takut salah
dihadapan teman-temannya. Terkadang
dalam sebuah kelompok, ada beberapa
anggota yang hanya mengobrol atau
mengganggu temannya sehingga tidak
memperhatikan proses pembelajaran.
Hal ini merupakan salah satu penyebab
dari sekian banyak masalah yang
diterima disekolah sehingga peserta
didik kurang memahami mata pelajaran
fisika. Dari permasalahan tersebut
maka strategi pembelajaran yang
digunakan harus dikembangkan serta
dimodifikasi dengan cara
mengkolaborasikan strategi dengan
tekhnik pembelajaran yang sesuai
sehingga pembelajaran akan menarik
serta dapat mengaktifkan siswa dalam
proses pembelajaran.
Dalam pembelajaran fisika,
peserta didik akan mengalami
hambatan apabila tidak diberi
pemahaman konsep dasar tentang fisika
itu sendiri. Seperti yang kita ketahui
bersama jika fisika merupakan objek
dari pembelajaran yang abstrak.
Agama islam merupakan agama
yang sempurna yang menjadikan Al-
Qur’an sebagai pedoman hidupnya.
Dalam islam mengharuskan kepada
umatnya agar mengembangkan
potensial dan akal dalam dirinya, hal
ini terlihat jelas pada ayar yang
pertama turun yaitu dalam Qs. Al-alaq
yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan dan perintah agar belajar,
yaitu:
Terjemahnya:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu
yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah! Dan Tuhanmulah
yang paling pemurah. Yang telah
mengajar (manusia) dengan perantara
kalam. Dia telah mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak
diketahuinya”.(Qs Al-Alaq 1-5).
Seseorang dapat dikatakan
mampu memahami konsep yaitu
seseorang yang dapat mengulang
kembali apa yang diberikan.
Sebagaimana yang diketahui bahwa
memahami suatu konsep lebih tinggi
satu tingkat dari suatu hafalan. Terlebih
dalam mata pelajaran fisika, dapat lebih
173
mudah dalam menerima mata pelajaran
fisika dengan memahami konsep fisika.
Fisika adalah salah satu cabang
ilmu pengetahuan alam yang pada
dasarnya bertujuan untuk mempelajari
dan mengerti pemahaman kuantitatif
terhadap berbagai gejala atau proses
alam dan sifat zat serta penerapannya.
Untuk memperoleh hasil belajar
yang baik dalam fisika, siswa
seharusnya dapat mengembangkan
kemampuan berpikirnya dan tidak
hanya sekedar menghafal pelajaran,
tetapi dalam pembelajaran siswa
mampu memahami konsep-konsep
yang diajarkan sehingga siswa dapat
memecahkan dan mencari solusi dari
suatu persoalan. Solusi dari
permasalahan ini yaitu dengan
menggunakan berbagai metode
pembelajaran agar memudahkan siswa
dalam belajar fisika. Salah satu metode
pembelajaran yang dapat digunakan
yaitu metode participant created case
studies.
Salah satu model pembelajaran
yang melibatkan peran serta siswa
adalah model pembelajaran aktif.
Pembelajaran aktif adalah suatu
pembelajaran yang mengajak peserta
didik untuk belajar secara aktif. Peserta
didik belajar secaraaktif maka kegiatan
pembelajaran dapat terdominasi oleh
siswa sehingga
pembelajaran tidak lagi berpusat pada
guru tetapi berpusat pada siswa
(student
centered). Belajar aktif mengajak
peserta didik tidak hanya melibatkan
mental
tetapi juga fisik sehingga peserta didik
merasakan suasana yang lebih
menyenangkan. Belajar aktif dengan
suasana yang menyenangkan dapat
meningkatkan kemandirian belajar
siswa karena siswa dapat berperan
secara aktif
dalam pembelajaran dan siswa akan
mencari jalan untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi. Model
pembelajaran aktif dapat
membangkitkan
kemandirian siswa, siswa akan secara
aktif menggunakan otak baik untuk
menemukan ide pokok dari materi,
memecahkan persoalan atau
mengaplikasikan
apa yang baru mereka pelajari ke dalam
suatu persoalan yang ada dalam
kehidupan nyata.
Strategi Studi Kasus ini adalah
metode yang menggunakan tipe diskusi
kasus yang dapat menciptakan suatu
permasalahan atau kasus sendiri
sehingga siswa memecahkan
permasalahan tersebut bersama siswa
yang lain secara bergantian
mengeluarkan pendapatnya. Sehingga
semua peserta didik mendapatkan
setiap kesempatan dalam memecahkan
kasus tersebut.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukanSuci Kusuma Dewi (2010)
menunjukkan bahwa peserta didik yang
diajar dengan Strategi Participant
Created Case Studies menunjukkan
peningkatan kemandirian belajar siswa
dari 26,88% menjadi 36,16% setelah
menggunakan strategi tersebut.
Penelitian ini memicu peneliti untuk
melakukan penelitian dengan
menggunakan strategi pembelajaran
Participant Created Case Studies,
melihat pengaruhnya terhadap
pengetahuan prosedural dengan
pengetahuan awal yang dimiliki oleh
peserta didik.
Berdasarkan uraian latar
belakang masalah, peneliti mencoba
melakukan penelitian yang berjudul, “
Efektivitas Metode Participant Created
Case Studies terhadap Pemahaman
174
Konsep Usaha dan Pesawat Sederhana
Dalam Kehidupan Sehari-hari Di SMP
Negeri 7 Majene”. Besar harapan
penulis bahwa dengan diterapkannya
metode pembelajaran Participant
Created Case Studies dapat
meningkatkan pemahaman konsep
peserta didik dari yang sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang
diatas, maka perlu dilakukan penelitan
dengan tujuan: 1) Mengetahui
peningkatan pemahaman konsep fisika
peserta didik yang tidak diajar
menggunakan metode pembelajaran
Participant Created Case Studies pada
kelas VIII SMP Negeri 7 Majene, 2)
Mengetahui peningkatan pemahaman
konsep fisika peserta didik yang diajar
dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional pada kelas
VIII SMP Negeri 7 Majene, 3) Adakah
perbedaan pemahaman konsep antara
peserta didik yang diajar dengan
metode Participant Created Case
Studies dan metode konvensional pada
kelas VIII di SMP Negeri 7 Majene, 4)
Mengetahui metode pembelajaran
Participant Created Case Studies
efektif atau tidak terhadap pemahaman
konsep usaha dan pesawat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari peserta
didik pada kelas VIII di SMP Negeri 7
Majene.
Dengan menggunakan metode
tersebut diharapkan peserta didik dapat
menumbuhkan minat belajar peserta
didik dan dapat meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik,
mempermudah peserta didik dalam
memperoleh materi pembelajaran dari
jarak jauh dan mendorong peserta
didik berpikir kreatif.
Menurut Sitti Nur’Aini
(2016:16), Student Created Case
Studies merupakan metode
pembelajaran yang mengajak siswa
agar mampu menganalisa dan
menciptakan kasus sendiri dari masalah
yang diberikan oleh guru secara baik,
individu maupun kelompok.
Berdasarkan pendapat di atas,
Metode pembelajaran Participant
Created Case Studies merupakan
metode belajar yang berperan aktif.
Metode ini menuntut keaktifan siswa
maupun seorang guru. Pada Participant
Created Case Studies dapat dilakukan
secara secara individual atau
kelompok. Langkah yang dapat
dilakukan dalam metode Participant
Created Case Studies yaitu peneliti
membagi kelas sehingga terbentuk
menjadi beberapa pasangan atau
kelompok, membagi permasalahan,
kelompok atau pasanganyang sudah
terbentuk melakukan diskusi,
selanjutnya setiap kelompok mampu
membuat permasalahan tersebut dan
menyampaikan hasil diskusi yang telah
dilakukan kepada peserta lain. Metode
studi kasus ini mampu meningkatkan
kemandirian belajar serta mampu
meningkatkan aktivitas belajar peserta
didik baik secara individu atau
kelompok. Metode ini akan
dibandingkan dengan metode
konvensional, yang dalam penelitian
ini adalah metode ceramah.
Pemahaman konsep fisika
adalah nilai yang diperoleh siswa
setelah diberikan tes pemahaman
konsep yang berkaitan dengan
kemampuan translasi, interpretasi, dan
kemampuan ekstrapolasi. Pemahaman
konsep diukur dengan tes.
Pemahaman bukan kegiatan
berpikir semata, melainkan
pemindahanan letak dari alam berdiri
disituasi atau dunia orang lain.
Mengalami kembali situasi yang
dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis
(sumber pengetahuan tentang hidup,
175
kegiatan melakukan pengalaman
pikiran), pemahaman yang terhayati.
Pemahaman merupakan suatu kegitan
berpikir secara diam-diam, menemukan
dirinya dalam orang lain (Joko,2014:7).
Pemahaman merupakan salah
satu patokan kompetensi yang dicapai
setelah siswa melakukan kegiatan
belajar. Dalam proses pembelajaran,
setiap individu siswa memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam
memahami apa yang dia pelajari. Ada
yang mampu memahami materi secara
menyeluruh dan ada pula yang sama
sekali tidak dapat mengambil makna
dari apa yang telah dia pelajari,
sehingga yang dicapai hanya sebatas
mengetahui. Siswa dapat dikatakan
berhasil dalam belajar ketika mereka
dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang ditentukan, baik melalui tes-tes
yang diberikan guru secara langsung
dengan Tanya jawab atau melalui tes
sumatif dan tes formatif yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan
dengan baik.
Pemahaman konsep merupakan
tingkatan hasil belajar siswa sehingga
dapat mendefinisikan atau menjelaskan
sebagian atau mendefinisikan bahan
pelajaran dengan menggunakan kalimat
sendiri. Dengan kemampuan siswa
menjelaskan atau mendefinisikan,
maka siswa tersebut telah memahami
konsep atau prinsip dari suatu pelajaran
meskipun penjelasan yang diberikan
mempunyai susunan kalimat yang tidak
sama dengan konsep yang diberikan
tetapi maksudnya sama
(Rosa,2015:22).
Fisika dibutuhkan untuk
mempelajari fenomena alam yang
menuntut kemampuan berpikir. Siswa
diharapkan tidak hanya mempelajari
tentang konsep, teori dan fakta ilmiah
dalam diskusi di kelas tetapi juga dapat
memahami aplikasi konsep fisika
tersebut dalam kehidupan sehari-hari
(Irma,2015:5).
Dengan demikian bahwa
fisika bukan ilmu yang dapat dianggap
mudah baik dalam matematis maupun
teori. Sehingga diperlukan penguasaan
konsep yang ada didalam fisika.
Jadi pemahaman konsep
meliputi keseluruhan suatu materi
karena satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Oleh sebab itu, penting
sekali bagi setiap guru memahami
sebaik-baiknya tentang proses belajar
peserta didik (Ridha,2012:63).
Definisi, penggunaan, dan
aspek ontologis dan epistomologis dari
studi kasus tidak disetujui oleh para
ahli. Definisi eksplisit dari studi kasus
tidak begitu bermanfaat tanpa
mempertimbangkan konteks
penggunaannya dan perspektif
pengguna karena pendekatan ini
mengacu pada kebutuhan metodologis
dari berbagai aliran pemikiran atau
perspektif ilmiah yang berbeda
(Kelly,2014:29).
Studi kasus secara diferensial
dipahami tergantung pada kebutuhan
tersebut. Scapens menunjukkan bahwa
penggunaan metode studi kasus
tergantung baik pada jenis penelitian
dan metodologi peneliti. Penulis secara
jelas mengacu pada metode studi kasus
daripada metode, yang menunjukkan
bahwa istilah tersebut dapat dipahami
dan diterapkan secara berbeda oleh
orang yang berbeda. Secara umum,
studi kasus adalah jenis penelitian
lapangan yang berusaha untuk
memahami realitas suatu topic tertentu
dengan berfokus pada satu atau
beberapa unit analisis (Kelly, 2014:29).
Studi kasus ini menarik ketika
memenuhi tiga persyaratan, yaitu; (i)
pertanyaan yang diajukan adalah
176
“bagaimana” atau “mengapa”-jenis
pertanyaan; (ii) peneliti memiliki
sedikit kontrol atas kejadian; dan (iii)
fokusnya adalah pada fenomena
kontemporer, kehidupan nyata
(Kelly,2014:29).
Studi kasus (atau kisah kasus)
dapat dipahami sebagai narasi,
berdasarkan peristiwa nyata yang
menciptakan peluang untuk
percakapan, analisis masalah, dan
pengambilan keputusan virtual. Sebuah
studi kasus yang efektif mentransfer
pengetahuan khusus dengan
menempatkan siswa atau peserta
lokakarya dalam posisi untuk
memikirkan pilihan yang dihadapi oleh
para pemgambil keputusan dalam
situasi kehidupan nyata. Dengan
menghadapi scenario yang sebenarnya,
para peserta mengembangkan dan
menyempurnakan keterampilan analitis
untuk memecahkan masalah serupa
dalam proyek mereka sendiri
(Dr.Edward,2008:1).
Studi kasus, mirip dengan
strategi penelitian lain, dapat
digunakan untuk berbagai tujuan. Yin
berpendapat bahwa studi kasus
mungkin bersifat eksploratif, deskriptif,
dan jelas, dan masing-masing harus
diklarifikasikan sesuai dengan jenis
pertanyaan (Kelly,2014:30).
Lee et al. berkomentar bahwa
studi kasusu eksploratif cenderung
dilakukan sebagai penelitian awal
sebelum survey berskala besar untuk
mengidentifikasi topic untuk penelitian
lebih lanjut. Studi kasus deskriptif
biasanya digunakan untuk memperluas
tren dan topic yang telah ditemukan
oleh survey. Hanya kasus penjelasan
yang ingin diambil pemahaman rinci
tentang fenomena tertentu ketika kasus
tidak dianggap sebagai aksesori untuk
metode kuantitatif (Kelly,2014:30).
Eisenhardt menetapkan
klasifikasi yang berbeda dimana studi
kasus dapat digunakan untuk beberapa
tujuan, termasuk memberikan
deskripsi, menguji teori, atau
menghasilkan teori. Sedangkan, Cesar
dkk, mengikuti garis pemikiran untuk
menentukan tujuan yang dikejar oleh
peneliti untuk menerapkan studi kasus
dan berpendapat bahwa mendefinisikan
tujuan tersebut akan membantu
menentukan pengetahuan yang
dihasilkan oleh penelitian
(Kelly,2014:30).
Student-Created Case Studies
merupakan salah satu metode
pembelajaran aktif yang menggunakan
tipe diskusi kasus atau permasalahan
mengenai pelajaran yang akan
dipelajari. Sudjana menyatakan
kegiatan pembelajaran melalui studi
kasus dapat meningkatkan aktivitas dan
kemandiran belajar siswa baik secara
individu maupun kelompok. Siswa
dapat menciptakan kasus sendiri dan
dipecahkan bersama teman yang lain
atau permasalahan diberikan oleh guru
(Anggun,2012:101)..
Klarifikasi ini menunjukkan
bahwa jenis studi kasus akan
tergantung pada tujuan dan
pengetahuan tentang subjek tertentu
dalam kaitannya dengan yang
terkandung dalam literature. Sebagai
contoh, sebuah studi yang bertujuan
untuk menilai bagaimana praktik
akuntansi tertentu bekerja diperusahaan
akan menggunakan tipe studi kasus
deskriptif, sedangkan studi lain yang
bertujuan untuk mengidentifikasi pola
perilaku mengenai keputusan khusus di
antara sekelompok manajer di sebuah
organisasi untuk merumuskan teori
substansif berdasarkan data akan
menggunakan jenis penjelasan, dan
yang lain berusaha untuk
177
mengklarifikasi praktik yang
digunakan dalam perusahaan akan
menggunakan jenis eksplorasi
(Kelly,2014:30).
Salah satu hal penting untuk
dipertimbangkan dalam memilih kasus
ialah peneliti yakin bahwa dari kasus
tersebut akan dapat diperoleh
pengetahuan lebih lanjut dan mendalam
secara ilmiah. Dalam hal ini Studi
Kasus disebut sebagai Instrumen Case
Study. Selain itu, Studi Kasus bisa
dipakai untuk memenuhi minat pribadi
karena ketertarikannya pada suatu
persoalan tertentu, dan tidak untuk
membangun teori tertentu. Misalnya,
tentang kenakalan remaja,
penyalahgunaan obat, fenomena single
parents, dan sebagainya. Studi
semacam ini disebut sebagai Studi
Kasus Intrinsik (Intrinsic Case Study).
Di negara maju, Studi Kasus Intrinsik
lazim digunakan oleh para professional
atau anggota masyarakat biasa karena
rasa ingin tahunya terhadap suatu
persoalan yang mereka hadapi secara
lebih mendalam, lebih-lebih jika
persoalan tersebut menjadi isu hangat
di masyarakat (Prof.
Dr.H.Mudija,2017:13).
Menurut Prof. Dr. H. Mudija
Rahardjo, M.Si,(2017:14), Lincoln dan
Guba mengemukakan keistimewaan
Studi Kasus meliputi hal-hal sebagai
berikut:
7. Studi Kasus merupakan sarana
utama bagi penelitian emik, yakni
menyajikan pandangan subjek yang
diteliti,
8. Studi Kasus menyajikan uraian
menyeluruh yang mirip dengan apa
yang dialami pembaca dalam
kehidupan sehari-hari (everyday
real-life),
9. Studi Kasus merupakan sarana
efektif untuk menunjukkan
hubungan antara peneliti dengan
subjek atau informan.
Metode pembelajaran
konvensional adalah metode
pembelajaran tradisional atau disebut
juga dengan metode cceramah, karena
sejak dahulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi
lisan antara guru dan siswa dalam
proses belajar dan pembelajaran
(Yudha,2006:11)..
Bahan pengajar konvensional
sangat terbatas jumlahnya, karena yang
menjadi tulang punggung kegiatan
intruksi disini adalah pengajar.
Pengajar menyajikan isi pelajaran
dengan urutan model. Kegiatan
intruksional ini berlangsung dengan
menggunakan pengajar sebagai satu-
satunya sumber belajar sekaligus
bertindak sebagai penyaji isi pelajaran.
Pelajaran ini tidak menggunakan bahan
ajar yang lengkap, namun berupa
transaksi dan formulir isian untuk di
pergunakan sebagai latihan selama
proses pembelajaran
(Subaryana,2005:9).
Usaha merupakan benda yang
melakukan suatu gaya, sehingga benda
tersebut dapat bergerak. Namun, ketika
kamu menahan benda tersebut agar
tidak bergerak, maka benda tersebut
tidak melakukan usaha.
Semakin besar gaya yang
digunakan untuk memindahkan benda,
semakin besar pula usaha yang
dilakukan. Semakin besar perpindahan
benda, semakin besar pula usaha yang
dilakukan. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat disimpulkan bahwa
besarnya usaha (W) ditentukan oleh
besar gaya yang diberikan pada benda
(F) dan besar perpindahannya ( )
(Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan,2017:79).
178
Pada saat kita melakukan
aktivitas, kita selalu berupaya agar
dapat melakukan usaha dengan mudah.
Oleh karena itu, kita menggunakan alat
bantu (pesawat sederhana) untuk
membantu melakukan aktivitas. Agar
kamu dapat memahami pentingnya
pesawat sederhana bagi kehidupan
sehari-hari (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan,2017:80).
Menurut Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2017:81-
83), dapat diketahui bahwa manfaat
dari pesawat sederhana adalah untuk
mempermudah pekerjaan manusia.
Berikut ini akan dibahas beberapa jenis
pesawat sederhana yang ada di
sekitarmu. Selain itu, akan dijelaskan
pula keuntungan mekanis dari
penggunaan pesawat sederhana.
3. Roda berporos, Kamu tentunya
sudah tidak asing lagi dengan
sepeda, bahkan sebagian besar di
antara kamu pasti pernah
menggunakannya. Roda gigi (gear)
dan ban pada sepeda asdalah salah
satu contoh pesawat sederhana yang
tergolong roda berporos. Roda gigi
berfungsi sebagai pusat pengatur
gerak roda sepeda yang terhubung
langsung dengan roda sepeda.
4. Bidang Miring, Bidang miring
merupakan bidang datar yang
diletakkan miring atau membentuk
sudut tertentu sehingga dapat
memperkecil gaya kuasa. Contoh
penerapan bidang miring adalah
tangga, sekrup dan pisau.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah quasi
eksperimen yang memiliki perlakuan
(treatment), dan tidak menggunakan
penempatan secara acak. Desain yang
digunakan pada penelitian ini adalah
Nonequivalent Pretest Posttest Control
Group Design.
(Wahyudin,
2015: 120)
Populasi pada penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 7
Majene dari kelas VIII A sampai VIII
B dengan jumlah keseluruhan 64. Yang
terdiri dari 2 sampel yaitu kelas VIII A
sebagai kelas kontrol dan VIII B
sebagai kelas eksperimen.
Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), dan
tes pemahaman konsep.
Data yang didapatkan diperoleh
dari skor jawaban tes pilihan ganda
materi usaha dan pesawat sederhana
dalam kehidupan sehari-hari untuk
hasil pemahaman konsep. Kemudian
data tersebut dianalisis dengan analisis
deskriptif, uji normalitas, uji
homogenitas dan uji Mann-Whitney
serta uji efektivitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil penelitian
a. Deskripsi Data Pretest dan
Posttest Kelas Kontrol (VIII A)
Hasil analisis deskriptif setelah
diberikan perlakuan dan tes akhir
diperoleh nilai maksimum sebesar 90
dan minimum sebesar 50, dengan nilai
rata-rata dari 66,60 menjadi 67,60,
sehingga standar daviasi yang
didapatkan dari 9,971 menjadi sebesar
11,098 dengan varians 99,417
menjadi123,167.
Treatment Group O1 X O2
Control Group O3 C O4
179
Gambar 1: Histogram kategori
pemahaman konsep kelas
control (pretest).
Berdasarkan gambar 1, dapat
dilihat bahwa frekuensi peserta didik
yang memiliki hasil pemahaman
konsep pada kategori sangat tinggi 1
orang, untuk kategori tinggi
frekuensinya sebesar 14 orang,
sedangkan kategori sedang sebanyak 9
orang, kategori kurang sebanyak 1
orang dan rendah frekuensinya 0 atau
tidak ada peserta didik yang mendapat
nilai cukup atau kurang.
Gambar 2: Histogram kategori
pemahaman konsep kelas
control (posttest).
Berdasarkan gambar 2, dapat
dilihat bahwa frekuensi peserta didik
yang memiliki hasil pemahaman
konsep pada kategori sangat tinggi 3
orang, untuk kategori tinggi
frekuensinya sebesar 10 orang,
sedangkan kategori sedang sebanyak
12 orang, kategori kurang sebanyak 0
orang dan rendah frekuensinya 0 atau
tidak ada peserta didik yang mendapat
nilai cukup atau kurang.
b. Deskripsi Data Pretest dan
Posttest Kelas Eksperimen
(VIII B)
Hasil analisis deskriptif pada
kelas eksperimen diperoleh nilai
maksimum sebesar 90 dan minimum
sebesar 50, dengan nilai rata-rata 66,43
menjadi 74,11, sehingga standar
daviasi yang didapatkan sebesar 9,987
menjadi 9,531 dengan varians 99,735
menjadi 90,840.
Gambar 3: Histogram kategori
pemahaman konsep kelas
eksperimen (pretest)
Berdasarkan gambar 3, dapat
dilihat bahwa frekuensi peserta didik
yang memiliki hasil pemahaman
konsep pada kategori sangat tinggi 1
orang, untuk kategori tinggi
frekuensinya sebesar 15 orang,
sedangkan kategori sedang sebanyak 9
orang, kategori kurang sebanyak 3
orang dan rendah frekuensinya 0 atau
tidak ada peserta didik yang mendapat
nilai cukup atau kurang.
0 1 9 14 1 0 3.6 32.2
50
3.6 0
20
40
60
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE%
0 0 12 10 3 0 0
42.9
3.6 10.7 0
20
40
60
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
0 3 9 15 1 0 10.7 32.2
53.6
10.7 0
20
40
60
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
180
Gambar 4: Histogram kategori
pemahaman konsep kelas
eksperimen (posttest)
Berdasarkan gambar 4, dapat
dilihat bahwa frekuensi peserta didik
yang memiliki hasil pemahaman
konsep pada kategori sangat tinggi 6
orang, untuk kategori tinggi
frekuensinya sebesar 20 orang,
sedangkan kategori sedang sebanyak 2
orang, kategori kurang sebanyak 0
orang dan rendah frekuensinya 0 atau
tidak ada peserta didik yang mendapat
nilai cukup atau kurang
2. Uji Prasyarat
a) Uji normalitas
Tabel 1: Hasil Uji Normalitas Nilai
Pemahaman Konsep Fisika
Peserta Didik Kelas
Eksperimen
Berdasarkan tabel 1, diperoleh
nilai signifikan yang kurang dari 0,05
yaitu sebesar 0,45 pada kolom
Kolmogorov-Smirnov. Nilai signifikan
yang diperoleh tersebut kurang dari
0,05 (sig.>0,05), sehingga dapat
disimpulkan bahwa skor hasil
pemahaman konsep fisika siswa kelas
eksperimen tidak terdistribusi normal.
Tabel2: Hasil Uji Normalitas Nilai
Pemahaman Konsep Fisika
Siswa Kela Kontrol
Berdasarkan tabel 2, diperoleh
nilai signifikan yang kurang dari 0,05
yaitu 0,001 pada kolom Kolmogorov-
Smirnov. Nilai signifikan yang
diperoleh tersebut kurang dari 0,05
(sig≥0,05), sehingga dapat disimpulkan
bahwa skor hasil pemahaman konsep
fisika siswa kelas pembanding tidak
terdistribusi normal.
Berdasarkan tabel rekapitulasi uji
normalitas dari data tersebut tidak
terdistribusi normal, sehingga
dilanjutkan dengan uji homogenitas,
dan diperoleh seperti berikut:
b) Uji homogenitas
Tabel 3: Hasil Perhitungan Uji
Homogenitas Nilai
Pemahaman Konsep Fisika
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat pengujian homogenitas varians
dilakukan untuk mengetahui bahwa
kedua sampel yang dibandingkan
merupakan kelompok-kelompok yang
mempunyai varians yang sama atau
homogeny. Berdasarkan hasil uji
homogenitas diperoleh nilai
probabilitas F-statistik>Level of
Significant = 0,05 , sehingga hipotesis
0 0 2 20 6 0 0 7.1 71.5
21.4 0
50
100
0-34 35-54 55-64 65-84 85-100
GRAFIK HASIL BELAJAR
FREKUENSI PERSENTASE %
181
nol yang menyatakan bahwa data
homogen adalah benar.
c) Uji hipotesis
1. Uji Mann-Whitney
Hasil pemahaman konsep
setelah diuji dengan menggunakan
uji Mann-Whitney yang dapat
diperlihatkan, bahwa pada Uji Non
Parametric Mann-Whitney U
menggunakan SPSS. Jika nilai
Asymp.Sig < 0,05 maka hipotesis
dapat diterima, sedangkan jika nilai
Asymp.Sig > 0,05 maka hipotesis
tidak dapat diterima. Pada output
“Test Statistics”, diketahui bahwa
nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar
0,020 < 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa “Hipotesis dapat
diterima”. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa ada perbedaan
hasil pemahaman konsep fisika
antara kelas A dan kelas B. Karena
ada perbedaan yang signifikan
menggunakan metode Participant
Created Case Studies.
2. Uji Efektivitas
Setelah mengetahui ada
tidaknya perbedaan pada kelas
kontrol dan kelass eksperimen,
agar mengetahui adanya
keefektifan atau ketidak
efektifan pada metode
Participant Created Case
Studies yang diterapkan,
sehingga digunakan rumus
efisien relatif.
Telah diketahui dari
perhitungan analisis deskriptif
bahwa variansi sampel kelas
eksperimen ( ) = 90,840 dan
variansi sampel kelas kontrol
( ) = 123,167
Sehingga diperoleh:
Berdasarkan pengolahan
data tersebut maka dapat
diketahui bahwa nilai R <1
(0,73<1) maka secara relatif 1
lebih efisien daripada 2 .
Sehingga penerapan metode
Participant Created Case
Studies efektif dalam
meningkatkan pemahaman
konsep fisika siswa kelas VIII
SMP Negeri 7 Majene.
3. Pembahasan
a) Perbedaan pemahaman konsep
fisika siswa yang diajar
menggunakan metode
Participant Created Case Studies
dan metode konvensional
Pada penelitian Sitti Nur’Aini
dengan judul “Pengaruh Metode
Student Created Case Studies disertai
dengan media gambar”, dengan hasil
perolehan sebelum menggunakan
metode tersebut serta sesudah
menggunakan metode case studies
termasuk dalam kategori baik yaitu dari
58,4% menjadi 77%, sedangkan pada
penelitian saya pada saat menggunakan
metode participant created case studies,
sama dengan penelitian Sitti Nur’Aini
yaitu memperoleh nilai 66,43%
menjadi 74,11%. Dari kedua penelitian
tersebut, dapat kita lihat bahwa
keduanya memiliki peningkatan ketika
menggunakan metode case studies.
Sehingga dapat kita simpulkan, bahwa
menggunakan metode studies mampu
182
meningkatkan hasil belajar siswa. Akan
tetapi, pada penelitian Sitti Nur’Aini
memperoleh persentase nilai lebih
besar daripada penelitian saya. Hal ini
memicu saya dalam meningkatkan
kemampuan mengajar saya.
Pada penelitian Ibrahim
dengan Judul, ”Perpaduan Model
Pembelajaran Aktif Konvensional
(Ceramah) dengan cooperatif”, dengan
perolehan nilai sebelum dan sesudah
menggunakan metode ceramah
(konvensional) yaitu 77,5 menjadi
96,25. Sedangkan pada penelitian
saya,dengan menggunakan metode
ceramah pada kelas control dengan
perolehan nilai yaitu 66,60 menjadi
67,60. Pada penelitian saya mengalami
peningkatan, akan tetapi pada
penelitian Ibrahim mengalami
persentase yang lebih tinggi
dibandingkan pada penelitian saya.
Dari pemaparan tersebut, yaitu
metode case studies dan model
pembelajaran konvensional (ceramah).
Keduanya memiliki kelemahan dan
kelebihan dalam menggunakan pada
proses belajar. Meskipun dari hasil
penelitian saya, bahwa metode case
studies lebih besar peningkatannya
daripada model pembelajaran
konvensional akan tetapi keduanya
sama-sama mengalami peningkatan
ketika keduanya diberikan kepada
peserta didik.
Berdasarkan nilai rata-rata
yang diperoleh pada kedua kelas
tersebut yaitu, pada kelas B dengan
nilai akhir rata-rata dengan 74,11 dan
pada kelas A dengan nilai akhir rata-
rata dengan 67,60. Sehingga dapat
diketahui nilai persentase pada
perbandingan kedua kelas yaitu 1,09
%.
Untuk mengetahui perbedaan
konsep peserta didik yang diajar
menggunakan metode Participant
Created Case Studies dan metode
konvensional yaitu dengan
menggunakan uji Mann-Whitney U, uji
ini digunakan untuk menguji kedua
sampel independen dengan tujuan
untuk mengetahui ada tidaknya suatu
perbedaan rata-rata kedua sampel yang
tidak berpasangan. Uji digunakan,
karena diperoleh data tidak terdistribusi
normal dan tidak homogen. Sehingga,
hasil diperoleh dari uji tersebut yaitu
0,020 < 0,05 yang dapat kita simpulkan
bahwa hipotesis tersebut dapat diterima
atau terdapat perbedaan yang signifikan
ketika menggunakan metode
Participant Created Case Studies
dengan metode pembelajaran
konvensional.
Pada penelitian ini
pembelajaran kelas kontrol
menggunakan pembelajaran
konvensional kegiatan
pembelajarannya berpusat pada guru
sebagai pemberi informasi, guru
menyampaikan informasi kepada
peserta didik secara tahap demi tahap
dengan menggunakan metode ceramah
yang dibantu dengan menggunakan
powerpoint dalam proses pembelajaran,
dan peserta didik hanya mendengarkan
penjelasan dari guru dan mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa
metode pembelajaran Participant
Created Case Studies terhadap
pemahaman konsep usaha dan pesawat
sederhana dalam kehidupan sehari-hari
lebih efektif pada hasil pemahaman
konsep peserta didik kelas VIII SMP
Negeri 7 Majene dibandingkan model
konvensional (ceramah).
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Sitti Nur, 2016. ”Pengaruh
Metode Student Created Case
183
Studies Disertai Dengan Media
Gambar Terhadap Keterampilan
Proses Sains Dan Sikap Ilmiah
Siswa Kelas X SMAN 15 Bandar
Lampung Pada Materi
Pencemaran Lingkungan”,
Lampung : Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Intan
Lampung.
Anggun, dkk. 2012.“Pengaruh Metode
Student Created Case Studies
Disertai Media Gambar
Terhadap Keterampilan Proses
Sains Siswa Kelas X SMA Negeri
1 Mojolaban Sukoharjo”,
Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.
IV No.3.
Falkhiyah, Rosa’Ilul,
2015.”Pengembangan Buku
Praktikum untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep Sub Tema
Macam-macam Sumber Energi
pada Siswa Kelas IV MI
Bahrul Ulum Blawi Lamongan”.
Malang: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Hadiwiyanti, Irma, 2015. ”Analisis
Pemahaman Konsep Siswa
SMP dan Penerapannya di
Lingkungan sekitar”. Semarang:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang.
Kelly,dkk, 2014 “Assessment of the
Methodological Rigor of Case
Studies in the Field of
Management Accounting
Published in Journals in
Brazil”, journal,
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2017. Ilmu
Pengetahuan Alam. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mustakim, Ridha,dkk.
2012”Perbandingan Pemahaman
Konsep dan Keterampilan
Penggunaan KIT antara Peserta
Didik XI IPA SMA Negeri 1
Bajeng dan SMA Uhammadiyah
Limbung”, Jurnal. Makassar:
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar.
Pradana, Yudha Adi, 2016. “Analisa
Penyebab Penggunaan Model
Konvensional Dalam
Pembelajaran Bahasa Arab
Kelas XI dan XII Mak Man Wates
1 Kulon Progo”. Yogyakarta:
Program Sarjana Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga.
Prayitno, Joko Adi, 2014.”Tingkat
Pemahaman Perilaku Hidup
Sehat Dan Konsep Dasar Latihan
Beban Members Fitness Center
Hotel Ros In
Yogyakarta”,Yogyakarta:
Program Studi Ilmu
Keolahragaan Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Yogyakarta.
Rahardjo, Prof. Dr. H. Mudjia, M.Si,
2017. “Studi Kasus dalam
Penelitian
Kualitatif:Konsep dan
Prosedurnya”. Malang:
Program Sarjana
Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
184
Rogers, Dr. Edward W., dkk. 2008.
Case Study Methodology.
Greenbelt, Maryland:
Goddard Space Flight Center.
Subaryana, 2005. “ Pengembangan
Bahan Ajar”. Yogyakarta: IKIP
PGRI Wates.
185