Terapi Wicara
-
Upload
yosafat-mustikoarto -
Category
Documents
-
view
47 -
download
5
description
Transcript of Terapi Wicara
Pendekatan Proses Fonologi
Metodologi fonologi disusun dari penelitian psikolinguistik (Compton,
1970; Ingram 1976; Jakobson 1968). Pendekatan perawatan proses fonologi
khusus telah dikembangkan oleh Hodson dan Paden (1983), Fekes (1982).
Pendekatan ini sangat membantu dalam mengidentifikasi proses-proses yang
mendasari beberapa gangguan artikulatori dan fonologi. Ketika ketidak sesuaian
proses tersebut telah teridentifikasi, dokter dapat meneruskan penurunannya. Pada
pendekatan proses fonologi, daripada memfokuskan pada pembuatan fonem
individu, latihan adalah untuk menurunkan frekuensi terjadinya beberapa proses
fonologi. Pada dasarnya dua jenis program perawatan proses fonologi telah
dirancang: (1) Pembedaan minimal yang berarti (Fokes, 1982, Wefner, 1979) dan
(2) Bentuk siklus yang bertujuan defisiensi proses fonologi (Hodson 1982).
Alasan
Pendekatan proses fonologi didasarkan pada dasar pemikiran bahwa
kesalahan suara adalah karena kesalahan pembelajaran aturan-aturan fonologi:
untuk itu klien perlu belajar dan menerapkan aturan liguistik fonologi agar
menggunakan pola fonologi yang benar. Asumsinya adalah klien menggunakan
aturan-aturan awal atau aturan yang tidak sesuai dan pelatihan perawatan adalah
untuk menghilangkan ketidak sesuaian aturan atau proses misalnya penghapusan
konsonan akhir atau memastikan awalan.
Dasar pemikiran kedua dari pendekatan ini adalah bahwa salah satu
perawatan dari beberapa proses fonologi akan menghasilkan perbaikan beberapa
fonem. Contohnya, penghapusan proses penghentian mungkin mempengaruhi
seluruh bunyi desah. Jadi serupa dengan pendekatan istimewa, intervensi lebih
efisien daripada pendekatan yang lebih tradisional dimana fokusnya pada fonem
individu.
Ketika pendekatan proses fonologi telah dikembangkan untuk menangani
fonemis daripada gangguan fonetik, intervensi biasanya dimulai pada tingkat arti
kata. Kadang-kadang dokter berfokus pada pemisahan atau pemenggalan suku
kata.
Bagaimana aturan fonologi yang sesuai diajarkan? Pola fonologi yang
tidak sesuai merupakan target yang harus dikurangi atau dihapuskan yang
merupakan perbedaan pandangan ketika dibandingkan dengan pendekatan lain
dimana klien diajarkan menggunakan suara-suara atau fitur-fitur tertentu secara
benar. Strategi yang umum adalah membandingkan dan membedakan dua kata,
salah satu menggunakan proses yang dimaksud dan satunya lagi tidak. Sebagai
contoh membandingkan pasangan kata misalnya “bow/bone=busur/tulang”
“Me/Meet=aku=bertemu” dapat digunakan untuk penghapusan konsonan akhir,
“cake/take=roti/ambil” dan “game/dame=permainan/wanita tua” untuk
memastikan awalan, dan akhirnya “feet/fleet=kaki/lenyap” dan
“soon/spoon=segera/sendok” untuk pengurangan rangkaian. Pembedaan ini
ditunjukkan kepada klien yang berarti bahwa terpengaruh jika pola yang tidak
benar digunakan. Pendekatan kedua pada masalah ini adalah memperkenalkan
pola-pola yang benar melalui siklus berdasarkan dasar pemikiran bahwa perolehan
fonologi merupakan proses bertahap dan anak-anak cenderung mengeneralisasi
kemampuan artikulasi baru pada tujuan lain (Hodson, 1982). Pada sistem ini
proses fonologi yang defisien merupakan target pada sesi baru dan kemudian pola
yang benar muncul setiap waktu. Kedua jenis program ini akan dijelaskan
dibawah.
Sebelum menentukan tujuan dan strategi perawatan, analisis proses
fonologi diperlukan. Pemilihan proses yang merupakan target pengurangan
tergantung pada seluruh penilaian. Dari analisis, dokter memilih proses yang
ditujukan untuk perawatan.
Tujuan dan Prosedur
Bagian ini akan mendeskripsikan lebih detail dua strategi yang berbeda
untuk menggabungkan pendekatan proses fonologi. Tujuan kedua strategi adalah
untuk menurunkan terjadinya ketidaksesuaian proses fonologi. Klien tidak perlu
menggunakan artikulasi yang benar, tetapi menggunakan pola yang benar.
Mengapa perawatan proses fonologi berbeda dengan perawatan artikulatori
Bentuk siklus. Bentuk siklus dikembangkan oleh Hodson dan Faden
(1983). Tahap pertama, setelah pemilihan yang harus anak-anak lakukan dalam
intervensi, adalah menentukan proses fonologi yang mana yang berupakan target
perbaikan dan bagaimana.
Tabel 8.7
Level Kinerja Fonologi
Level Pola Fonologi Contoh
0 Tidak ada hambatan Hat
I Pengurangan suku kata
Penghilangan konsonan pra atau pasca pengucapan
Pengurangan rangkaian
Awalan
Latar
Penggantian glotal
Suara pra-ucapan
Pengulangan
Deviasi
Aturan Idiosinkratis
Basket
Hat
Watch
Spoon
Gun
Santa
Hat
Cun
Basket
Bed
Basket
II Pengurangan rangkaian
Penghapusan
Penghentian
Gliding
Liquid
Spoon
Soap
Leaf
Red
III Cadel depan
Cadel samping
Tonjolan lidah
Paratalisasi
Soap
Shoe
Deparatalisasi
Afrikasi
Deafrikasi
Penyuaraan konsonan akhir
Chew
Page
Chew
Page
Hal berikut dapat terjadi pada seluruh lecel kecuali level III
Perpaduan
Peleburan
Metatesis
Kata pembesar
Kata pengecil
Spoon
Spoon
Mask
Black
Fork
Suatu proses harus dilakukan setidaknya 40% setiap kejadian jika ingin memenuhi
target. Pola proses fonologi dibagi menjadi empat level (level 0 sampai level III)
sesuai dengan kontribusinya untuk dimengerti. Tabel 8.7 menunjukkan
karakteristik dari masing-masing keempat level dimana level 0 mewakili pola
yang paling tidak dimengerti dan level III mewakili yang paling dimengerti.
Demikian pula, pada level I merupakan target selanjutnya, dimana level III
merupakan prioritas target. Intervensi pada masing-masing proses bertujuan agar
berfokus pada suara yang menunjukkan pola yang ditujukan. Kriteria pemilihan
suara adalah mempermudah klien. Konsep siklus digunakan karena Hodson
(1982) meyakini bahwa “mempertahankan” masing-masing fenom sampai tingkat
kriteria tertentu telah diraih tidak efisien pada anak dengan beberapa gangguan
artikulatori. Malahan suara individu dari pola tertentu dipilih untuk siklus pertama
dan ditunjukkan pada sesi tertentu. Suara lain dipilih pada pola yang sama untuk
siklus selanjutnya. Siklus I “Membuat Dasar”, ketika “proses perluasan terjadi
selama Siklus Ii dan III”. Urutan intervensi sebagai berikut:
Tahap 1 Level 0. Tujuan : Tiga atau empat hambatan pra- atau atau pasca
pengucapan.
Tahap 2 Level I. Siklus I. Target Pola Level 4. Tujuan: Dua dan tiga suku kata,
kata dan kata yang sama.
Tahap 3 Level II. Menghapus. Tujuan. rangkaian konsonan.
Tahap 4 Level III. Siklus II dan Sillus III, IV, V, dll)
Tahap 5 Level II, Siklus II, Sillus III, IV, V, dll)
Tahap 6. Level III
Komponen masing-masing sesi meliputi ulasan kata, pendengaran, penciptaan,
latihan, dan penilaian program rumah. Tabel 8.7 menunjukkan contoh garis besar
sesi.
Pasangan Kata Berlainan Arti. Sesuai dengan pendekatan Hodson dan
Paden, tahap pertama adalah memilih proses fonologi yang ditujukan. Walaupun
level yang telah disusun oleh Hodson dan Paden (1983) dapat digunakan, Weiner
(1979) menyajikan proses pemilihan yang berbeda yaitu dengan Prosedur Analisis
Proses Fonologi. Dia merekomendasikan tujuan masing-masing proses menjadi
tiga kategori yaitu struktur suku kata, harmoni, dan sifat berlawanan untuk dilatih
pada waktu yang bersamaan. Lebih lanjut, dia menentukan urutan prioritas yang
disarankan untuk proses dalam setiap kategori:
1. Proses struktur suku kata
a. Penghapusan konsonan akhir
b. Penggantian glotal
c. Penghapusan suku kata lemah
d. Pengurangan rangkaian
2. Proses harmoni
a. Pengawasuaraan konsonan akhir
b. Perpaduan velar
c. Perpaduan lanial
d. Perpaduan alveolar
3. Proses sifat berlawanan
a. berhenti
b. afrikasi
c. frikatif
d. sepertinya
e. denasalisasi
f. vokalisasi
Beberapa prosedur telah dikembangkan untuk merespon arti berlawanan
untuk menunjukkan makna berbeda ketika proses fonologi tertentu digunakan dan
ketika tidak digunakan. Fokes (1952) menguraikan prosedur dalam membedakan
pola fonemis menggunakan gambar dari pasangan kata. Awalnya klien
membedakan delapan sampai sepuluh pasang kata yang dihasilkan dokter. Respon
diskor menurut dasar apakah lawan kata tersebut benar ketimbang pada benarnya
artikulasi suara per kata. Kata-kata tersebut kemudian digunakan dalam kalimat
dan cerita. Satu atau lebih proses fonologi dapat ditujukan selama masing-masing
sesi.
Blanche (1982) mendeskripsikan proses intervensi serupa menggunakan
pasangan lawan kata.
1. Pembahasan kata – tentukan apakah anak mengerti kata yang dipilih dan
apakah ia dapat menidentifikasinya dengan gambar yang dipilih
2. Ujian dan latihan yang bisa diterima – tentukan apakah anak dapat melihat
fitur fonemis yang memisahkan kedua kata, yaitu anak memperhatikan
gambar yang benar ketika dokter satu atau dua kata.
3. Latihan pengucapan – anak menjadi “guru” dan berkata satu atau dua kata.
Dokter memperhatikan kata yang klien hasilkan.
4. Praktek – kegiatan memperkenalkan kata, dalam frase dan kalimat dan
percakapan dalam klinik dan diluar klinik.
Pendekatan Siklus Komponen Contoh
Siklus – Urutan target
beberapa pola.
1. Ulasan2. Uji Pendengaran. Dokter membacakan daftar kata. Anak
mendengarkan, tidak berusaha mengucapkan3. Latihan pengucapan. Kartu-kartu diberi nama selama
kegiatan .4. Pembuktian. Pemilihan fonem, penentuan suara termudah
untuk diuapkan5. Uji Pendengaran6. Program rumah. Memberikan latihan harian.
Pembedaan minimal yang
berarti – Konseptual
daripada penekanan.
1. Pasangan lawan kata minimal. Pilih pasangan kata yang sesuai daftar fonetik, kondisi fonetik, kecenderungan sifat fonetik, dan berbagai huruf mati dan konsonan
2. Merangsang pengucapan gambar
Intervensi adalah untuk
menggangu harmonisasi
dan meningkatkan jumlah
konsonan yang berlawanan
3. Pembedaan lawan kata: Anak memperhatikan gambar yang diberi nama
4. Latihan pengucapan. Anak disajikan homonim kata berpasangan dan ucapan lawan kata yang sesuai
Variasi ketiga telah dilaporkan oleh Weiner (1981) yang diilustrasikan
melalui instruksi kepada klien berikut:
“Kami akan memainkan game. Tujuna permainannya adalah mendekati
saya dan mengambil 5 gambar. Setiap kamu mengatakannya, Saya akan
mengambil satu. Ketika saya sudah mengambil 5, kamu menyisipkan bintang”.
Jika klien menggunakan ucapan yang tidak benar pada dua percobaan
berturut-turut, dokter memberikan instruksi agar memperbaiki kesalahan. Tabel
8.8 menyajikan rencana pelajaran menggunakan strategi pasangan lawan kata.
Ulasan
Pendekatan proses fonologi telah diimplementasikan secara utama pada
anak, walaupun mungkin layak untuk orang dewasa. Manajemen kelompok juga
dimungkinkan. Pendekatan direkomendasikan untuk perawatan fonemis pada
penyimpangan fonetik. Pendekatan ini harus dicadangkan pada berbagai gangguan
jika tidak berguna untuk menganalisa pola fonologi pada beberapa gangguan.
Telah ditunjukkan bahwa efektif pada klien yang bicaranya tidak dipahami
(Hodson dan Paden, 1983). Pendekatan tersebut efisien jika polanya “tidak
dipelajari”, hal tersebut menghasilkan suara lain. Salah satu kerugian mungkin
analisis proses fonologi memakan waktu, tetapi seimbang dengan hasil
intervensinya yang efisien.