Terapi Okupasi II

13
PEMBAHASAN TERAPI OKUPASI 1.1 Sejarah Terapi Okupasi Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan. Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini akan mempengaruhi kesehatannya juga. Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk anak-anak, bermain bola. Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia. Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi 4

Transcript of Terapi Okupasi II

Page 1: Terapi Okupasi II

PEMBAHASAN

TERAPI OKUPASI

1.1 Sejarah Terapi Okupasi

Pekerjaan atau okupasi sejak dulu kala telah dikenal sebagai sesuatu untuk

mempertahankan hidup atau survival. Namun juga diketahui sebagai sumber kesenangan.

Dengan bekerja seseorang akan menggunakan otot-otot dan pikirannya, misalnya dengan

melakukan permainan (game), latihan gerak badan , kerajinan tangan dan lain-lain, dan hal ini

akan mempengaruhi kesehatannya juga.

Pada tahun 2600 SM orang-orang di cina berpendapat bahwa penyakit timbul karena

ketidak aktifan organ tubuh. Socrates dan plato (400 SM) mempercayai adanya hubungan yang

erat antara tubuh dengan jiwa. Hypoocrates selalu menganjurkan pasiennya untuk melakukan

latihan gerak badan sebagai salah satu cara pengobatan pasiennya

Di mesir dan yunani (2000 SM) dijelaskan bahwa rekreasi dan permainan adalah salah

suatu media terapi yang ampuh, misalnya menari, bermain music, bermain boneka untuk anak-

anak, bermain bola.

Pekerjaan diketahui sangat bermanfaat bagi perkembangan jiwa maupun fisik manusia.

Socrates berkata bahwa seseorang harus membiasakan diri dengan selalu bekerja secara sadar

dan jangan bermalas-malasan. Pekerjaan dapat juga digunakan sebagi pengalihan perhatian atau

pikiran sehingga menjadi segar kembali untuk memikirkan hal-hal yang lain.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas maka okupasiterapi mulai berkembang dan

diterapkan pada abad 19. Philipina pinel memperkenalkan terapi kerja pada tahun 1786 disuatu

rumah sakit jiwa diparis. Dia mengatakan bahwa dengan okupasi/pekerjaan pasien jiwa akan

dikembalikan kearah hidup yang normal dan dapat meningkatkan minatnya. Juga sekaligus

memelihara dan mempraktikan keahlian yang dimilikinya sebelum sakit sehingga dia akan tetap

sebagai seseorang yang produltif.

Pada tahun 1982 Adolf Meyer dari amerika melaporkan bahwa penggunaan waktu

dengan baik yaitu dengan mengerjakan aktivitas yang berguna ternyata merupakan suatu dasar

terapi pasien neuripsikiatrik. Meyer adalah seorang psikiater. Isterinya adalah seorang pekerja

4

Page 2: Terapi Okupasi II

sosial mulai menyusun suatu dasar yang sistematis tentang pengguanaan aktivitas sebagai

program terapi pasien jiwa. Masih banyak lagi ahli-ahli terkenal yang berjasa dalam

pengembangan okupasiterapi sebagai salah satu terapi khususnya untuk pasien mental terutama

dari amerika, eropa dan lain-lain. Risetpun masih tetap dilakukan guna lebih mengefektifkan

penggunaan okupasiterapi untuk terapi pasien mental.

1.2 Pengertian

Aktivitas yang terarah dan bertujuan adalah okupasi terapi sehingga tidak ada waktu

terluang dengan percuma tetapi semua waktu yang ada kita manfaatkan untuk suatu kegiatan

yang berguna bagi diri kita.

Seperti tang kita ketahui manusia adalah makhluk yang aktif dan dalam

perkembangannya dipengaruhi aktifitas yang bertujuan dan dengan menggunakan kapasitas

motivasi intrisiknya manusia mampu mempengaruhi kesehatan fisik mentalnya,dalam

kehidupannya diperlukan adaptasi agar dapat menyesuaikan diri dikelompok dimana dia berada

dan adaptasi ini merupakan suatu perubahan fungsi yang dapat menciptakan aktualiasasi diri dan

pertahanan hidup manusia,aktivitas yang dilakukan manusia hendaklah yang bertujuan positif

dan bermanfaat bagi dirinya sehingga akan dapat menfasilitasi proses adaptasi tersebut.

Okupasi terapi artinya mengisi/menggunakan waktu luang.Individu menggunakan waktu

untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan,sedangkan kata terapi berarti penatalaksanaan terhadap

individu yang menderita penyakit atau disabilitas baik fisik atau mental.

1.3 Tujuan Terapi Okupasi bagi Pasien Mental

Menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga pasien dapat mengembangkan kemampuannya

untuk dapat berhubungan dengan orang lain

Membantu melepaskan/menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan produktif

Menghidupkan kemauan atau motivasi pasien

Menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya

Mengumpulkan data guna penentuan diagnosa dan penetapan terapi lainnya

5

Page 3: Terapi Okupasi II

1.4 Peranan Terapi Okupasi /Pekerjaan Untuk Terapi

Aktivitas dipercayai sebagai jembatan antara batin dan dunia luar. Melalui aktivitas

manusia dihubungkan deengan lingkungan, kemudian mempelajarinya, mencoba keterampilan

atau pengetahuan, mengekspresikan perasaan, memenuhi kebutuhan fisik maupun emosi,

mengembangkan kemampuan, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan hidup. Potensi tersebutlah

yang digunakan sebagai dasar dalam pelaksanaan okupasiterapi, baik bagi penderita fisik

maupun mental.

Aktivitas dalam okupasiterapi digunakan sebagai media baik untuk evaluasi, diagnosis,

terapi, maupun rehabilitasi. Dengan mengamati dan mengevaluasi pasien waktu mengerjakan

suatu aktivitas dan dengan menilai hasil pekerjaan dapat ditentukan arah terapi dan rehabilitasi

selanjutnya dari pasien tersebut.

Penting untuk diingat bahwa aktivitas dalam okupasiterapi tidak untuk menyembuhkan,

tetapi hanya sebagai media. Diskusi yang terarah setelah penyelesaian suatu aktivitas adalah

sangat penting karena dalam kesempatan tersebutlah terapis dapat mengarahkan pasien. Melalui

diskusi tersebutlah pasien belajar mengenal dan mengatasi persoalannya.

Melalui aktivitas pasien diharapkan akan berkomunikasi lebih baik untuk

mengekpresikan dirinya. Melalui aktivitas kemampuan pasien akan dapat diketahui baik oleh

terapi maupun oleh pasien itu sendiri. Dengan menggunakan alat-alat atau bahan-bahan dalam

melakukan suatu aktivitas pasien akan didekatkan dengan kenyataan terutama dalam hal

kemampuan dan kelemahannya. Mengerjakan suatu aktivitas dalam kelompok akan dapat

merangsang terjadinya intraksi diantara anggota yang berguna dalam meningkatkan sosialisasi,

dan menilai kemampuan diri masing-masing dalam hal keefisiensiannya berhubungan dengan

orang lain.

1.5  Proses Terapi Okupasi  

Dokter yang mengirimkan pasien untuk okupasaiterapi akan menyertakan juga data

mengenai pasien berupadiagnosa, masalahnya dan juga akan menyatakan apa yang perlu

diperbuat dengan pasien tersebut. Apakah untuk mendapatkan data yang lebih banyak untuk

keperluan diagnose, atau untu terapi, atau untuk rehabilitasi.

6

Page 4: Terapi Okupasi II

Setelah pasien berada diunit okupasiterapi maka terapis akan bertindak sebagai berikut:

1. Koleksi data

Data biasa didapatkan dari kartu rujukan atau status pasien yang disertakan waktu

pertama kali pasien mengujungi unit terapi okupasional.Jika dengan mengadakan interviu

dengan pasien atau keluarganya, atau dengan mengadakan kunjungan rumah. Data ini diperlukan

untuk menyusun rencana terapi bagi pasien. Proses ini dapat berlangsung beberapa hari sesuai

dengan kebutuhan

2. Analisa data dan identifikasi masalah

Dari data yang terkumpul dapat ditarik suatu kesimpulan sementara tentang masalah dan

atau kesulitan pasien. Ini dapat berupa masalah dilingkungan keluarga atau pasien itu sendiri

3. Penentuan tujuan

Dari masalah dan latar belakang pasien maka dapat disusun daftar tujuan terapi sesuai

dengan prioritas baik jangka pendek maupun jangka panjangnya

4. Penentuan aktivitas

Setelah tujuan terapi ditetapkan maka dipilihlah aktivitas yang dapat mencapai tujuan

terapi tersebut. Dalam proses ini pasien dapat diikut sertakan dalam menentukan jenis kegiatan

yang kan dilaksanakan sehingga pasien merasa ikut bertanggung jawab atas kelancaran

pelaksanaannya. Dalam hal ini harus diingat bahwa aktivitas itu sendiri tidak akan

menyembuhkan penyakit, tetapi hanya sebagai media untuk dapat mengerti masalahnya dan

mencoba mengatasinya dengan bimbingan terapis. Pasien itu sendiri harus diberitahu alasan-

alasan mengenai dia harus mengerjakan aktivitas tersebut sehingga dia sadar dan diharapkan

akan mengerjakannya dengan aktif.

5. Evaluasi

Evaluasi harus dilaksanakan secara teratur dan terencana sesuai dengan tujuan terapi. Hal

ini perlu agar dapat menyesuaikan program terapi selanjutnya sesuai dengan perkembangan

pasien yang ada. Dari hasil evaluasi dapat direncanakan kemudian mengenai peneyesuain jenis

aktivitas yang kan diberikan. Namun dalam hal tertentu penyesuain aktivitas dapat dilakukan

setelah bebrapa waktu setelah melihat bahwa tidak ada kemajuan atau kurang efektif terhadap

pasien.

7

Page 5: Terapi Okupasi II

Hal-hal yang perlu di evalausi antara lain adalah sebagi berikut:

a. Kemampuan membuat keputusan

b. Tingkah laku selama bekerja

c. Kesadaran adanya orang lain yang bekerja bersama dia dan yang mempunyai kebutuhan

sendiri

d. Kerjasama

e. Cara memperlihatkan emosi (spontan, wajar, jelas, dan lain-lain)

f. Inisiatif dan tanggung jawab

g. Kemampuan untuk diajak atau mengajak berunding

h. Menyatakan perasaan tanpa agresi

i. Kompetisi tanpa permusuhan

j. Menerima kritik dari atasan atau teman sekerja

k. Kemampuan menyatakan pendapat sendiri dan apakah bertanggung jawab atas

pendapatnya tersebut

l. Menyadari keadaan dirinya dan menerimanya

m. Wajar dalam penampilan

n. Orientasi, tempat, waktu, situasi, orang lain

o. Kemampuan menrima instruksi dan mengingatnya

p. Kemampuan bekerja tanpa terus menerus diawasi

q. Kerapian bekerja

r. Kemampuan merencanakan suatu pekerjaan

s. Toleransi terhadap frustasi

t. Lambat atau cepat

u. Dan lain sebagainya yang dianggap perlu

8

Page 6: Terapi Okupasi II

1.6  Pelaksanaan

1. Metode

Okupasiterapi dapat dilakukan baik secara indivisual, maupun berkelompok, tergantung

dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain:

a. Metode individual dilakukan untuk:

Pasien baru yang bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan sekaligus untuk

evaluasi pasien

Pasien yang belum dapat atau mampu untuk berinteraksi dengan cukup baik didalam suatu

kelompok sehingga dianggap akan mengganggu kelancaran suatu kelomppok bila dia

dimasukan dalam kelompok tersebut

Pasien yang sedang menjalani latihan kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi

pasien lebih efektif

b. Metode kelompok dilakukan untuk:

·         Pasien lama atas dasar seleksi dengan masalah atau hamper bersamaan, atau dalam melakukan

suatu aktivitas untuk tujuan tertentu bagi bebrapa pasien sekaligus.

Sebelum memulai suatu kegiatan baik secara individual maupun kelompok maka terapis harus

mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang menyangkut pelaksanaan kegiatan

tersebut.

Pasien juga perlu dipersiapkan dengan cara memperkenalkan kegiatan dan menjelaskan

tujuan pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha

untuk ikut aktif. Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang

akan dilakaukan, dan kemampuan terapis mengawasi.

2. Waktu

Okupasiterapi dilakukan antara 1 – 2 jam setiap session baik yang individu maupun

kelompok setiap hari,dua kali atau tiga kali seminggu tergantung tujuan terapi, tersedianya

tenaga dan fasilitas, dan sebagainya. Ini dibagi menjadi dua bagian yaitu ½ - 1 jam untuk

9

Page 7: Terapi Okupasi II

menyelesaikan kegiatan-kegiatan dan 1 – 1 ½ jam untuk diskusi. Dalam diskusi ini dibicarakan

mengenai pelaksanaan kegiatan tersebut, antara lain kesulitan yang dihadapi, kesan mengarahkan

diskusi tersebut kearah yang sesuai dengan tujuan terapi.

3. Terminasi

Keikut sertaan seseorang pasien dalam kegiatan okupasiterapi dapat diakhiri dengan

dasar bahwa pasien :

Dianggap telah mampu mengatsi persolannya

Dianggap tidak akan berkembang lagi

Dianggap perlu mengikuti program lainnya sebelum okupasi terapi

1.7 Jenis Aktivitas Terapi Okupasi

1)      Aktivitas latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan jiwa

2)      Aktivitas dengan pendekatan kognitif

3)      Aktivitas yang memacu kreativitas

4)      Training ketrampilan

5)      Terapi bermain (Creek,1997)

Kegiatan yang diberikan dapat berupa kerajinan tangan,seni tari,musik,drama,rekreasi,ADL

(activities of daily living),kegiatan yang dilakukan tersebut bersifat terapeutik dan menyiapkan

pasien untuk dapat dipulangkan ketengah-tengah masyarakat atau dicalonkan untuk

direhabilitasikan,kegiatan ini dijalankan secara individu atau kelompok.semua kegiatan tersebut

dipandu oleh seorang okupasi terapis dimana tugas pokok okupasi terapis adalah membangkitkan

aktivitas positif melalui pekerjaan/aktivitas lain yang bersifat terapeutik dan mengevaluasi

perkembangan pasien secara kontinyu dan mengetahui efek terapi yang diberikan.sedangkan

peran okupasi terapis adalah:

1)   Sebagai motivator & sumber reinforces:memberikan motivasi pada pasien dan

meningkatkan motivasi dengan memberikan penjelasan pada pasien tentang

kondisinya,memberikan penjelasan dan menyakinkan tentang fungsi-fungsi dari aktivitas

yang diberikan,memberikan dukungan dan menyakinkan pada pasien akan sukses

10

Page 8: Terapi Okupasi II

2)   Sebagai guru:terapis memberikan pengalaman learning re-rearning,okupasi terapis harus

mempunyai ketrampilan dan ahli tertentu dan harus dapat menciptakan dan menerapkan

aktivitas mengajarnya pada pasien

3)   Sebagai peran model sosial:seorang terapis harus dapat menampilkan perilaku yang dapat

dipelajari oleh pasien,pasien mengidentifikasikan dan meniru terapis melalui role

playing,terapis mendemonstrasikan tingkah laku yang diinginkan (verbal/non verbal) yang

akan dicontoh pasien

4)  Sebagai konsultan:terapis menentukan program perilaku yang dapat menghasilkan respon

terbaik dari pasien,terapis bekerja sama dengan pasien,keluarganya dalam merencanakan

rencana tersebut

11

Page 9: Terapi Okupasi II

DAFTAR PUSTAKA

1. Creek,J (1997),Occupational Therapy & Mental Heal.Churchil Livis Stone:London

2. Punwar,A.J.Occupational Therapy Principle & Practise.Wilians & Wilkins:London

3. Setyonegoro Koesumanto,1983.Pedoman Rehabilitasi Pasien mental di

Indonesia,Jakarta.Direktorat Kesehatan Jiwa Dep.Kes.RI

4. http//okipasi/terapi-okupasi-dan-rehabilitasi-wnes.html

5. http//okipasi/okupasi.php.htm

12