BAB 1 PENDAHULUAN -...

33
PUSAT TERAPI KHUSUS ANAK AUTIS DI SURABAYA NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penderita autis semakin bertambah banyak. Semakin bertambahnya jumlah penderita maka diperlukan juga penambahan pusat terapi khusus bagi anak autis. Di Jawa Timur sudah ada sekitar 7 pusat terapi dan sekolah autis, 5 di antaranya merupakan pusat terapi dan sekolah khusus yang terdapat di Surabaya. Tetapi ada juga tempat terapi di Surabaya yang sudah tidak berproduksi lagi dengan kata lain sudah tutup. Hal ini disebabkan letak bangunan yang kurang strategis sehingga menyulitkan aksesibilitasnya untuk menuju ke sana, dan kurang lengkapnya fasilitas yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan adanya pusat terapi khusus anak autis yang bisa memberikan fasilitas yang lengkap dan memenuhi yang berada di Surabaya. Selain itu terapi untuk membina diri adalah sesuatu yang paling utama yang dibutuhkan anak autis daripada pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa dan bagaimana autis itu? 2. Bagaiman menghadirkan fasilitas terapi yang diperuntukkan bagi penderita autis? 1.3 Lingkup Pelayanan Objek Rancangan 1. Penyandang Autis pada usia 2-12 tahun, yang menjalankan program terapi dengan fasilitas yang ada. 2. Orang tua penyandang, mendapatkan informasi tentang autis dan dapat berkonsultasi tentang perkembangan anaknya. 1.4 Misi Objek Memberikan sebuah sarana yang mampu membina anak autis menjadi lebih baik dengan fasilitas terapi yang tersedia.

Transcript of BAB 1 PENDAHULUAN -...

Page 1: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sampai saat ini penderita autis semakin bertambah banyak. Semakin

bertambahnya jumlah penderita maka diperlukan juga penambahan pusat terapi

khusus bagi anak autis. Di Jawa Timur sudah ada sekitar 7 pusat terapi dan

sekolah autis, 5 di antaranya merupakan pusat terapi dan sekolah khusus yang

terdapat di Surabaya. Tetapi ada juga tempat terapi di Surabaya yang sudah tidak

berproduksi lagi dengan kata lain sudah tutup. Hal ini disebabkan letak bangunan

yang kurang strategis sehingga menyulitkan aksesibilitasnya untuk menuju ke

sana, dan kurang lengkapnya fasilitas yang dibutuhkan. Untuk itu diperlukan

adanya pusat terapi khusus anak autis yang bisa memberikan fasilitas yang

lengkap dan memenuhi yang berada di Surabaya. Selain itu terapi untuk membina

diri adalah sesuatu yang paling utama yang dibutuhkan anak autis daripada

pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa dan bagaimana autis itu?

2. Bagaiman menghadirkan fasilitas terapi yang diperuntukkan bagi penderita

autis?

1.3 Lingkup Pelayanan Objek Rancangan

1. Penyandang Autis pada usia 2-12 tahun, yang menjalankan program terapi

dengan fasilitas yang ada.

2. Orang tua penyandang, mendapatkan informasi tentang autis dan dapat

berkonsultasi tentang perkembangan anaknya.

1.4 Misi Objek

Memberikan sebuah sarana yang mampu membina anak autis menjadi

lebih baik dengan fasilitas terapi yang tersedia.

Page 2: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 2

BAB 2

TINJAUAN OBJEK

2.1 Judul dan Definisi Objek Rancangan

Judul objek rancang adalah Pusat Terapi Khusus Anak Autis di Surabaya.

Pusat : pokok pangkal

Terapi : cara pengobatan untuk penyembuhan orang sakit dari

penyakitnya; perawatan penyakit.

Khusus : khas, istimewa

Anak : manusia yang belum beranjak dewasa atau belum mengalami

puberitas.

Autis : suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa

balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau

komunikasi yang normal.

Jadi dapat disimpulkan, pengertian dari Pusat Terapi Khusus Anak Autis

adalah suatu tempat yang menjadi pusat pengobatan dan penyembuhan pada anak

yang tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal.

2.2 Korelasi Objek dengan Tuntutan Kebutuhan

Autisme sampai detik ini masih merupakan topik perbincangan yang

hangat dibicarakan di kalangan ibu-ibu, khususnya yang mempunyai anak balita.

Ibu-ibu yang datang pada psikolog atau psikiater untuk memeriksakan anaknya

karena mencurigai anaknya mengidap autism. Ketika psikolog atau psikiater telah

mendiagnosa anak sebagai penyandang autism, ibu-ibu bertambah panik dan

bingung, harus dibawa ke mana dan diberi penanganan apa.

Dari waktu ke waktu jumlah penyandang spektrum autisme tampaknya

semakin meningkat pesat. Autisme seolah-olah mewabah ke berbagai belahan

dunia. Di beberapa negara terdapat kenaikan angka kejadian penderita Autisme

yang cukup tajam. Jumlah tersebut di atas sangat mengkhawatirkan mengingat

sampai saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan

diantara para pakar kesehatan di dunia. Di Amerika Serikat disebutkan autisme

terjadi pada 60.000 s/d 15.000 anak dibawah 15 tahun. Kepustakaan lain

Page 3: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 3

menyebutkan angka kejadian autisme 10-20 kasus dalam 10.000 orang, bahkan

ada yang mengatakan 1 diantara 1000 anak.

Dahulu dikatakan autisma merupakan kelainan seumur hidup, tetapi kini

ternyata autisma masa kanak-kanak ini dapat ditekan dan dikurangi walaupun

tidak dapat seratus persen menghilangkan gejalanya.

Badan Pusat Statistik mencatat, saat ini sekitar 1,5 juta anak di Indonesia

yang mengalami kelainan seperti itu. Namun, karena terbatasnya sarana

pendidikan luar biasa, baru sekitar 50.000 anak yang mengenyam pendidikan.

Sesuai Deklarasi Salamanca 1994 dan UU Sistem Pendidikan Nasional, anak

berkelainan khusus harus mendapatkan pendidikan setara dengan anak-anak

lainnya.

Untuk itu diperlukan suatu fasilitas untuk penyandang autism yang

dimana di dalamnya merupakan sebuah pusat terapi yang dapat membina diri anak

autis menjadi lebih baik.

2.3 Fasilitas

Fasilitas Terapi

1. Ruang Terapi Indoor

a. Ruang terapi one – on – one

b. Ruang terapi okupasi

c. Ruang terapi bermain

d. Ruang terapi sosial

e. Ruang terapi air (hydrotherapy) / kolam renang

2. Playroom

3. Ruang musik & kesenian

4. Ruang baca

5. Gymnasium

6. Play ground

7. Kebun bunga

8. KM / WC

Page 4: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 4

Fasilitas Pengelola

1. Ruang terapis

2. Ruang rapat

3. Pantry

4. KM / WC

Fasilitas Administrasi

1. Ruang kepala

2. R. administrasi

3. R. laporan

4. Informasi

5. Lobby & R.tunggu

6. KM / WC

Fasilitas Informasi

1. Gedung serbaguna

2. Ruang tunggu orang tua

3. Klinik khusus

4. Apotek

5. KM / WC

Fasilitas Komersial

1. Mini market

2. Toko buku

3. Toko mainan

4. Kantin

5. KM / WC

Page 5: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 5

Fasilitas Service

1. Tempat parkir mobil

2. Tempat parkir motor

3. Pos jaga

2.4 Program Ruang

1. Fasilitas Terapi NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. R. terapi one – on – one 15 unit 60 m2

2. R. terapi okupasi 1 unit 16 m2

3. R. terapi bermain 1 unit 16 m2

4. R. terapi sosial 1 unit 16 m2

5. R. terapi bermain 1 unit 16 m2

6. R. terapi air

Kolam renang

R. ganti

R. bilas

KM / WC

1 unit

2 unit

2 unit

2 unit

24 m2

20 m2

8 m2

17 m2

7. Playroom 1 unit 19.5 m2

8. R. musik & kesenian 1 unit 14 m2

9. R. baca 1 unit 14 m2

10. Gymnasium 1 unit 120 m2

11. Play ground 200 m2

12. Kebun bunga 200 m2

13. KM / WC laki-laki 2 unit 8.5 m2

14. KM / WC wanita 3 unit 10 m2

Jumlah 779 m2

Sirkulasi 30 % 233.7

Total 1012 m2

2. Fasilitas Pengelola NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. R. kepala 2 unit 71 m2

2. R. administrasi 1 unit 33 m2

3. Pantry 1 unit 18 m2

4. KM / WC laki - laki 2 unit 8.5 m2

Page 6: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 6

5. KM / WC wanita 4 unit 10 m2

Jumlah 140.5 m2

Sirkulasi 30 % 42.15

Total 182.65 m2

3. Fasilitas Administrasi NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. R. kepala 1 unit 20.5 m2

2. R. administrasi 1 unit 16.8 m2

3. R. laporan 1 unit 33.7 m2

4. Informasi 1 unit 12 m2

5. Lobby & r. tunggu 1 unit 100 m2

6. KM / WC laki - laki 2 unit 8.5 m2

7. KM / WC wanita 3 unit 10 m2

Jumlah 201.5 m2

Sirkulasi 30 % 60.45

Total 261.95 m2

4. Fasilitas Informasi NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. Gedung serbaguna

R. pertunjukan

Hall

KM / WC

1 unit

1 unit

2 unit

262.5 m2

68 m2

17 m2

2. R. tunggu orangtua 1 unit 60 m2

3. Klinik khusus 1 unit 25 m2

4. Apotek 1 unit 15 m2

5. KM / WC laki - laki 2 unit 10 m2

Jumlah 457.5 m2

Sirkulasi 30 % 137.25

Total 594.75 m2

5. Fasilitas Komersial NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. Mini market 1 unit 30 m2

2. Took buku 1 unit 30 m2

Page 7: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 7

3. Took mainan 1 unit 30 m2

4. Kantin 1 unit 150 m2

5. KM / WC 2 unit 16 m2

Jumlah 256 m2

Sirkulasi 30 % 76.8

Total 332.8 m2

6. Fasilitas Servis NO. JENIS RUANG JUMLAH UNIT LUASAN YANG

DIBUTUHKAN

1. Tempat parkir mobil 38 unit 475 m2

2. Temapt parkir motor 21 unit 42 m2

3. Pos jaga 1 unit 4 m2

Jumlah 521 m2

Sirkulasi 30 % 156.3

Total 667.3 m2

Perhitungan Parkir

Asumsi Jumlah Staf & Karyawan

o Tukang kebun 4 orang

o Tukang parkir 2 orang

o Satpam 2 orang

o Cleaning servis 4 orang

o Staf dalam 15 orang

o Terapis 20 orang

Total 47 orang

Asumsi parkir staf, karyawan & terapis

o Naik mobil 30 %

30 % x 47 = 14,2 ~ 15

o Naik motor 40 %

40 % x 47 = 18.8 ~ 19

o Menginap & naik angkot 30 %

30 % x 47 = 14.2 ~ 15

Asumsi jumlah murid per kedatangan 15 orang

Page 8: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 8

Asumsi parkir murid

o Asumsi diantar & ditunggu naik mobil 80 %

80 % x 15 = 12

o Asumsi diantar & dijemput 15 %

15 % x 15 = 2.25 ~ 3

o Asumsi diantar & ditunggu naek motor 5 %

5 % x 15 = 0.15 ~ 1

Toleransi kedatangan berikutnya (naik mobil) 30 %

30 % x 15 = 4.5 ~ 5

Total tempat parkir

o Staf, karyawan & terapis

Mobil 15

Motor 19

o Murid

Mobil 12 + 5 = 17

Motor 1

Total keseluruhan

o Mobil 15 + 17 = 32

o Motor 19 + 1 = 20

Yang tersedia pada rancangan

o Mobil 38

o Motor 21

REKAPITULASI LUASAN RUANG

1. Fasilitas terapi : 1012 m2

2. Fasilitas informasi : 594,75 m2

3. Fasilitas pengelola : 444,6 m2

4. Fasilitas komersial : 332,8 m2

5. Fasilitas servis : 667,3 m2 +

Total : 3051,45 m2

RTH 40% : 1220,58 m2

Luas total keseluruhan : 4272,03 m2 ~ 4272 m2

Page 9: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 9

BAB 3

TINJAUAN SITE

3.1 Karakter Site

Lahan yang dipilih berada pada daerah Surabaya Timur, tepatnya di JL.

Kalijudan. Dalam memilih site atau lahan untuk pembangunan objek rancang,

diperlukan adanya persyaratan dari objek rancang, dimana persyaratan tersebut

akan dijadikan pedoman atau landasan dan batasan dalam memilih lahan,

sehingga pada akhirnya akan ditemukan sebuah lokasi yang sesuai dengan visi,

misi, atau tujuan dari objek rancang tersebut.

Persyaratan untuk sebuah lokasi Pusat Terapi dan Sekolah Khusus Anak

Autis adalah :

1. Adanya interaksi dengan komunitas

2. Terletak di kawasan perumahan tidak bising

3. Kawasan strategis yang mudah di akses

4. Mudah dicapai dengan kendaraan pribadi maupun umum

5. Lokasi bukan kawasan konservasi desain bangunan bisa sisesuaikan

dengan karakter anak (goal dari tema)

Batas – batas fisik lahan :

Utara : lahan kosong

Selatan : perumahan

Page 10: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 10

Barat : lahan kosong

Timur : perumahan

1. Karakter Fisik Alamiah

Topografi Wilayah

Merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut antara 1-3 meter dpl. Kemiringan tanah dikawasan tersebut berkisar antara 0-2%.

Hidrografi

Kondisi air tanah rata-rata di lokasi site adalah air tawar. Kondisi site

bebas dari air tergenang

Vegetasi

Vegetasi yang banyak tumbuh di lokasi site yaitu, pohon sono dan

tanaman perdu.

2. Karakter Lingkungan Buatan

Eksisting Site

Site berupa lahan kosong yang ditumbuhi ilalang.

Sirkulasi

Untuk menuju lokasi site melalui jalan raya utama yaitu Jalan Dharma

Husada Indah Timur. Site terletak di jalan Kalijudan. Akses menuju lokasi

bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi yang menuju jalan Raya

Kenjeran.

Page 11: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 11

Kondisi jalan menuju dan di sekitar lokasi berupa jalan aspal dengan

kondisi baik.

3. Panca indra

Visual

View arah utara adalah jalan Raya Kenjeran, arah selatan adalah tanah

kosong, arah selatan adalah perumahan penduduk dan lahan kosong, arah

barat adalah lahan kosong, dan rumah penduduk view arah timur juga

perumahan penduduk .

Kebisingan

Tingkat kebisingan di lokasi site adalah sedang karena terletak di kawasan

perumahan Pada bagian yang berdekatan dengan perumahan penduduk di

sebelah timur dan selatan, tingkat kebisingannya relatif rendah. Sedangkan

sisi utara yang menghadap ke jalan raya kenjeran dan sisi yang

bersebelahan dengan jl. kalijudan di sebelah barat cenderung lebih tinggi

terutama di pagi dan sore hari.

Polusi

Tingkat polusi relatif sedang karena walaupun cukup banyak dilalui

kendaraan bermotor, tetapi juga banyak terdapat pohon-pohon yang

mereduksi polusi dari asap kendaraan.

3.2 Potensi Site

1. Terletak Di kawasan perumahan sehingga suasana relatif tidak bising,

cocok untuk kegiatan terapi yang membutuhkan suasana tenang.

2. Kawasan ini letaknya tergolong strategis dan mudah di akses. Sehingga

pengguna bangunan tidak terisolir dari lingkungan sekitar. Diharapkan

pengguna bangunan bisa bersosialisasi dengan lingkungan .

3. Jalan yang terletak di depan site merupakan jalan yang sirkulasinya tidak

terlalu tinggi. Sehingga tingkat kebisingan bisa di tekan dan relatif aman.

Page 12: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 12

4. Lokasi tidak termasuk dalam kawasan konservasi yang mengharuskan

bangunan sekitar mengikuti langgam arsitektur tertentu. Sehingga desain

bangunan nantinya bisa dibuat sesuai dengan karakter anak-anak.

3.3 Peraturan Bangunan

- Menurut Rencana Detail Tata Ruang Kota Surabaya Timur tahun 2013, wilayah tersebut nantinya akan digunakan sebagai pengembangan fasilitas umum dan perumahan.

- GSB : 6-8 m

- KLB : 0,6 – 1,2

- KDB : 60%

Page 13: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 13

BAB 4

TEMA & KONSEP RANCANGAN

4.1 Latar Belakang Tema

Pemilihan tema didasari oleh pokok permasalahan pada objek rancangan

berupa Pusat Terapi Khusus Anak Autis. Pokok permasalahan tersebut terletak

pada pola perilaku dan aktivitas anak autis pada objek rancangan dan

lingkungannya.

Permasalahan pada anak autis adalah kurangnya kemampuan untuk

berinteraksi. Penyandang autistik lebih suka menyendiri, tidak ada atau sedikit

kontak mata atau menghindar untuk bertatapan, tidak tertarik untuk bermain

bersama teman, dan bila di ajak bermain dia tidak mau.

Autisme memang memiliki definisi yang sangat banyak, namun secara

garis besar autisme adalah gangguan perkembangan yang biasanya terjadi pada

masa kanak-kanak, yang membuat seorang anak tidak dapat menjalin interaksi

secara baik dengan lingkungannya dan seolah-olah dia hidup dengan dunia dan

fantasinya tersendiri. Apabila autisme ini terjadi ada masa kanak-kanak sering

disebut autisme infantil.

Untuk itu diperlukan lingkungan yang dapat mengarahkan anak autis

untuk berinteraksi. Dari penjabaran tersebut maka tema yang digunakan dalam

perancangan objek Pusat Terapi Khusus Anak Autis adalah Interaksi.

4.2 Tinjauan Tema

Interaksi dianggap sesuai dengan tujuan perancangan objek yaitu untuk

meningkatkan respon anak autis kepada lingkungannya sehingga terciptalah

adanya hubungan timbal balik yang akan mempermudah dalam mendidik dan

membimbing mereka dengan menciptakan suasana yang nyaman bagi pengguna

bangunan. Dengan menciptakan suasana yang mampu menarik minat anak untuk

berusaha berinteraksi dengan lingkungannya diharapakan agar anak autis tidak

terjebak dengan dunianya sendiri.

Page 14: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 14

Adapun pengertian dari interaksi adalah sebagai berikut.

Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua

atau lebih objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Ide

efek dua arah ini penting dalam konsep interaksi, sebagai lawan dari

hubungan satu arah pada sebab akibat. Kombinasi dari interaksi-

interaksi sederhana dapat menuntun pada suatu fenomena baru yang

mengejutkan. Dalam berbagai bidang ilmu. (wikipedia bahasa indonesia)

Interaksi adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu,

individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.

Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang

untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi

akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari

tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi

terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, bekerja sama,

berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi persaingan dan

pertikaian. (http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1809953-interaksi-

sebagai-proses-sosial/) Interaksi adalah pertukaran yang kolaboratif antara pikiran, perasaan,

dan ide antara dua orang atau lebih yang menghasilkan efek timbal

balik antara dua pihak yang berinteraksi. (Brown, 2000)

4.3 Teori yang Mendasari Tema

Hal yang mempengaruhi interaksi adalah lingkungan fisik dan perilaku.

Pertama, lingkungan fisik dapat mempengaruhi tugas sosial dan interaksi di antara

orang-orang di dalamnya. Terutama pengaruh ini relatif aksesibilitas melibatkan

interaksi dan interpretasi psikologis dan sosial interaksi tersebut. Sebagai contoh,

jarak fisik merupakan faktor penentu utama dari pengaruh sosial. Kedua,

lingkungan fisik dapat mengganggu frekuensi dan kualitas interaksi sosial.

Pentingnya isyarat-isyarat nonverbal di fasilitasi interaksi antara dan di antara

orang-orang yang telah diakui untuk beberapa waktu, baru-baru ini, telah

mengusulkan bahwa hambatan isyarat-isyarat nonverbal ini dapat mengurangi

kemudahan dan efisiensi komunikasi. Ketiga, arsitektur dan lingkungan memiliki

Page 15: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 15

peran penting sebagai wadah aktifitas manusia, tidak hanya lingkungan fisik

(tindakan), tetapi juga dari segi psikologis, dan budaya yang merupakan bagian

dari perilaku itu sendiri. Dalam merancang objek rancang harus diperhatikan

perilaku dan kebutuhan manusia di dalamnya agar sesuai dengan tujuan

perancangan objek itu sendiri.

Perilaku setiap orang akan dengan sendirinya menggambarkan lingkungan

fisik masyarakat tertentu. Identitas tersebut yang ingin kita ketahui dalam

merancang lingkungan binaan yang selaras dengan perilaku dan aktifitas mereka.

Di mana perilaku dan lingkungan fisik saling berhubungan. Seperti bagaimana

kondisi tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal seperti kelompok-kelompok etnis,

kelompok usia, minat khusus, dan lain-lain yang muncul akibat adanya aturan-

aturan kemasyarakatan dan nilai budaya dari lingkungan.

Anak autis merupakan anak yang memiliki gangguan dalam hal interaksi.

Anak-anak ini memiliki perilaku yang berbeda dengan anak-anak normal,

sehingga mereka memiliki cara yang berbeda dalam memberi respon pada

lingkungannya. Untuk itu pendekatan tema yang di ambil adalah Behavioral

Architecture (Arsitektur Berwawasan Perilaku).

Pengertian Arsitektur Berwawasan Perilaku Menurut Pendapat atau Teori Para

Ahli.

Menurut Y.B. mangunwijaya

Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang

mampu mewadahi perilaku manusia (baik perancang, pemakai,

pengamat, dan lingkungan).

Menurut Snyder dan Catanese

Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang mampu

menanggapi kebutuhan dan perasaan manusia yang menyesuaikan

dengan gaya hidup manusia di dalamnya.

Menurut Ir. Sri Amiranti, MS (2001)

Page 16: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 16

Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang menciptakan

bentuk dan ruang sebagai behavioural setting.

Kesimpulan pengertian Arsitektur Berwawasan Perilaku.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat ditarik kesimpulan Arsitektur

Berwawasan Perilaku adalah seni atau ilmu dalam merancang bangunan yang

mengacu kepada aspek-aspek yang mendasar dan penting yang terkait dengan

sikap dan tanggapan manusia terhadap lingkungannya, yang bertujuan untuk

menciptakan ruang dan suasana tertentu yang sesuai dengan perilaku manusia

beserta lingkungan dan budaya masyarakat.

4.4 Konsep Rancangan

Konsep rancangan pada objek pusat terapi ini adalah berhubungan dengan

tema karena tujuan utama adalah untuk menciptakan suasana interaksi pada anak

autis yang hidup dalam dunianya sendiri. Interaksi itu meliputi interaksi terhadap

manusia, bangunan, dan lingkungan sekitar. Maka dapat dirumuskan dengan

sebuah skema sebagai berikut.

Interaksi bukan hanya antara manusia dengan manusia, tetapi juga antara

manusia dengan bangunan, bangunan dengan bangunan, bangunan dengan

lingkungan dan manusia dengan lingkungan.

Page 17: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 17

4.5 Transformasi Konsep Rancangan

4.5.1 Interaksi antara Manusia dengan Manusia

Interaksi antara manusia dengan manusia di sini adalah tidak hanya antara

anak autis dengan anak autis tetapi juga bagaimana cara menciptakan interaksi

antar semua individu.

Terdapat ruang pertemuan pada

sirkulasi utama, dimana setiap melewati akan

selalu ada pertemuan antara individu yang

dapat menimbulkan sebuah interaksi.

Dengan adanya penyediaan ruang

untuk menunggu jembatan maka akan tercipta

pertemuan antara orang tua dengan orang tua

dan anak autis dengan anak autis.

Adanya teras disetiap bangunan akan

menjadikan sebagai tempat berinteraksi sebelum

atau sesudah memasuki bangunan tersebut.

Page 18: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 18

4.5.2 Interaksi antara Bangunan dengan Bangunan

Interaksi antara bangunan dengan bangunan dapat terjadi pada tatanan

massa bangunan, adanya ruang penghubung antara massa bangunan dan

permainan bidang transparent.

Tatanan massa pada bangunan yang saling

berhadapan akan menimbulkan interaksi antar

bangunan.

Terdapat selasar sebagai penghubung

antara massa satu dengan yang lain, sehingga

walaupun berbeda massa tetap terjadi interaksi.

Pemakaian bidang transparant,

walaupun dari interior bangunan tetapi masih

dapat melihat bangunan yang ada disekitarnya.

Page 19: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 19

4.5.3 Interaksi antara Manusia dengan Bangunan

Dengan adanya interaksi manusia dengan bangunan maka akan tercipta

suatu kenyamanan pada pengguna bangunan.

Bentuk bangunan yang

memberikan first impress yang baik

maka akan menimbulkan interaksi

pada anak terhadap bangunan, anak akan merasa tertarik

untuk masuk ke dalamnya. Dengan bentuk bangunan yang non kelembagaan,

berskala wajar dan tidak menyerupai tempat terapi yang mngerikan bagi anak

autis.

Pemakaian warna – warna dasar (merah,

kuning, biru) dan campurannya pada eksterior maupun

interior bangunan. Warna – warna dasar tersebut

adalah warna yang sering dilihat anak – anak,

sehinnga akan menarik perhatian anak – anak untuk

mendekatinya.

Pemakaian warna merah pada gate selasar

dan pintu masuk gedung terapi dimaksudkan untuk

mengarahkan anak. Dengan adanya ketertarikan

maka akan terjadi interaksi antara anak autis

dengan bangunan.

Page 20: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 20

4.5.4 Interaksi antara Bangunan dengan Lingkungan

Kolam merupakan

ruang luar yang dapat

menghubungkan antar

bangunan.

4.5.5 Interaksi antara Manusia dengan Lingkungan

Dengan adanya taman maka anak autis dapat

berinteraksi dengan tanaman. Mreka dapat

memepelajari apa itu yang disebut daun, bunga,

tangkai dll.

Gemericik air

mancur dapat

merangsang

perhatian anak autis.

Page 21: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 21

4.5.6 Konsep Interior

Konsep yang dihadirkan pada interior adalah tetap mengarahkan anak

untuk berinteraksi terhadap temannya, terapis, ruangan maupun lingkungan.

Pemakaian lantai parket

yang bermotif puzzle pada

ikoridor g. terapi. Puzzle adalah

mainan yang paling banyak

disukai oleh anak autis.

Pemberian gambar-gambar binatang pada dinding

koridor dimaksudkan sebagai pengetahuan untuk anak

autis. Dengan mreka melihat gambar yang ada di dinding

maka tercipta interaksi antara anak autis dengan ruangan.

Interior pada ruang terapi

memaksimalkan pencahayaan

alami, karena kedip lampu neon akan

berakibat buruk pada anak autis.

Indoor AC yang ditutup karena jika

tidak akan mengganggu konsentrasi anak autis.

Pemakaian warna-warna yang soft pada

interior.

Interior ruang one-on-one dibuat kedap

suara. Dengan cara pemakaian material karpet.

Page 22: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 22

Memberikan sebuah lobby sebelum

memasuki ruang terapi, dengan adanya lobby

maka akan tercipta interaksi sebelum memasuki

ruangan.

Zonning

Konsep zonna didasarkan pada pengelompokan aktifitas pada objek

rancang. Yaitu zonna terapi, zonna informasi, zonna komersial, zonna pengelola,

zonna administrasi, dan zonna parkir.

Zonna terapi berupa kbutuhan untuk terapi, diletakkan jauh dari

kebisingan.

Zonna informasi berupa r. tunggu orang tua, klinik khusus, apotek dan

gedung serbaguna.

Zonna komersial berupa kantin, mini market, took buku, dan took mainan

yang diletakkan berdekatan.

Page 23: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 23

Zonna pengelola berupa r. terapis, r. rapat, dan pantry. Terletak dekat

dengan zonna terapi agar mempermudah pengawasan.

Zonna administrasi berupa r. kepala, administrasi, dan r. laporan. Berada

langsung dekat dengan enterance.

Zonna parkir, diletakkan disebelah bangunan agar tidak mengganggu

fasade dan terletak jauh dengan kegiatan anak.

Sirkulasi

Sirkulasi pada objek rancang dibedakan atas sirkulasi anak autis, orang

tua, terapis, dan kendaraan.

Sirkulasi kendaraan menggunakan sistem one gate agar mempermudah

pengawasan keamanan.

Page 24: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 24

BAB 5

APLIKASI KONSEP RANCANGAN PADA OBJEK

5.1 Konsep Gubahan Massa dan Ruang Luar

Bangunan merupakan rancangan dengan massa banyak dan berlantai satu,

dengan satu entrance utama. Bentuk site adalah trapesium, dengan konsep untuk

menciptakan sebuah interaksi maka penataan massa dibuat saling berhadapan

dengan area pusat berada di tengah.

Ruang luar yang terdapat pada ojek rancang adalah taman, kolam, dan play

ground. Ruang luar tersebut bukan semata – mata sebagai ruang sisa tetapi

merupakan ffasilitas outdoor yang dapat membantu proses terapi terhadap anak

autis.

Kebun bunga, berada dekat dengan

gedung terapi. Di sini anak autis bias belajar

mengetahui apa dan bagaimana bunga itu.

Penataan massa yang saling berhadapan mengikuti bentuk dari trapesium

Pusat bangunan juga sebagai pusat sirkulasi utama dimana semua orang akan bertemu

Page 25: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 25

Konsep dari playground di

sini adalah sebuah tempat bermain

yang cukup lapang dan tidak

membahayakan bagi anak autis.

Sehingga tidak ada mainan seperti

ayunan, perosotan, dll. Anak autis

dibiarkan bermain sendiri tampa

didampingi dari dekat, mreka di awasi dari jauh agar mreka dapat berkreasi

dengan bebas.

5.2 Konsep Bentuk atau Wujud

Objek rancang ini bermassa banyak yang terbentuk dari bentuk-bentuk

geometri balok dan silinder. Bentuk-bentuk geometri adalah bentuk yang dikenal

anak karena bentuk tersebut sering terlihat pada mainan-mainan yang mereka

pakai.

Bentuk - bentuk lingkaran dan

persegi juga terlihat pada ornament

fasade bangunan dan juga berfungsi

sebagai bukaan pada bangunan.

Page 26: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 26

BAB 6

UTILITAS & STRUKTUR

6.1 Penghawaan

System penghawaan pada

objek memakai penghawaan

alami dan buatan. Pengahwaan

alami terdapat pada ruang-ruang

sirkulasi seperti koridor dan

selasar.

Sedangkan pada ruang-ruang yang terjadi

kegiatan diberikan penghawaan buatan yaitu

menggunakan AC split.

6. 2 Fire Protection

Penanganan kebakaran di dalam bangunan menggunakan fire extinguisher

dan water sprinkler. Fire extinguisher yang berisi CO2 ini ditempatkan pada area

yang mudah terlhat dengan jarak setiap fire extinguisher adalah 30 meter. Water

sprinkler dipasang pada plafond. Water sprinkler akan menyemprotkan air jika

detektor kebakaran mengirimkan sinyal ke ruang panel. Detektor yang digunakan

adalah detektor asap, alat ini akan mendeteksi terjadinya kebakaran melalui

kemunculan asap pada ruangan.

6.3 Air Bersih

Pendistribusian air bersih berasal dari pemompaan air dari tandon bawah

menuju pipa utama dan bercabang menuju daerah-daerah perairan (KM / WC,

pantry, dapur).

Page 27: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 27

6.4 Air Limbah

Air hujan dialirkan melalui talang dan langsung dibuang melalui saluran

pembuangan kota. Air buangan dari wastafel, toilet (floor drain), dan kran

dialirkan ke saluran pembuangan kota. Sedangkan air kotor dari kloset dialirkan

melalui pipa kotoran menuju septictank untuk proses penghancuran sebelum

akhirnya dialirkan menuju sumur resapan.

6.5 Elektrikal

Supply listrik berasal dari gardu PLN yang terletak di luar bangunan,

kemudian tegangan diturunkan melalui trafo. Selanjutnya listrik dialirkan masuk

ke ruang panel yang kemudian didistribusikan dengan kabel ke dalam jaringan

listrik dalam bangunan.

6.6 Pencahayaan

Sistem pencahayaan memaksimalkan pencahayaan alami dengan adanya

bukaan, karena kedip lampu neon akan mengganggu konsentrasi anak autis.

6.7 Komunikasi

Menggunakan sistem saluran telekomunikasi TELKOM yaitu dengan satu

nomor utama yang kemudian dibagi lagi menjadi beberapa nomor ekstensi untuk

setiap area nya.

6.8 Struktur

System sturktur pada bangunan

menggunakan system struktur kolom balok.

Page 28: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 28

Penggunaan kolom komposit akan memberikan keuntungan dari segi

ekonomis. Keuntungan lain pemakaian kolom komposit adalah kolom tersebut

mempunyai kapasitas menahan beban yang besar dengan penampang yang relatif

lebih kecil dibandingkan dengan kolom beton bertulang konvensional.

Keunggulan lain ialah ketahanan terhadap api dan korosi yang lebih baik

dibandingkan kolom baja biasa dan juga efek penguatan dalam melawan tekuk.

Karena ketinggian bangunan hanya 1 lantai maka material dinding

menggunakan batu bata yang finishing nya menggunakan cat dinding.

Untuk menyerap panas dan suara diberi ISOLASI pada galvalum

Page 29: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 29

LAMPIRAN

LAY OUT

POTONGAN

Page 30: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 30

SITE PLAN

TAMPAK

TAMPAK BARAT

TAMPAK TIMUR

TAMPAK SELATAN

TAMPAK UTARA

U

Page 31: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 31

INTERIOR

Page 32: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 32

SEQUENCE

Page 33: BAB 1 PENDAHULUAN - digilib.its.ac.iddigilib.its.ac.id/public/ITS-Undergraduate-13990-Paper.pdf-1016463.pdfRuang terapi okupasi c. Ruang terapi bermain d. Ruang terapi sosial e. Ruang

PUSAT TERAPI KHUSUS

ANAK AUTIS DI SURABAYA

NUR FAUWZIA ROCHMAN_3206 100 085 33

PERSPEKTIF