Terapi Non Farmakologi
-
Upload
amalia-an-nidha -
Category
Documents
-
view
99 -
download
9
description
Transcript of Terapi Non Farmakologi
TERAPI NON FARMAKOLOGI
PADA EPILEPSI DAN KEJANG DEMAM
AMALIA AN NIDHA22010113120089
Terapi Non Farmakologi Epilepsi Pembedahan Deep Brain Stimulation Diet ketogenik Stimulasi nervus Vagus Mengamati faktor pemicu dan
menghindarinya Intervensi psikologi
Pembedahan Merupakan opsi pada pasien yang tetap
mengalami kejang meskipun sudah mendapat lebih dari 3 agen antikonvulsan, adanya abnormalitas fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas epilepsi (Ikawati, 2011).
Deep Brain Stimulation : dilakukan pada pasien dengan epilepsi refrakter namun tidak masuk dalam kandidat pembedahan, yaitu dengan melibatkan penanaman elektroda ke daerah-daerah tertentu dari otak , kemudian merangsang daerah-daerah dengan impuls listrik.
Pembedahan
Tujuan : • terutama adalah
membuat penderita terbebas kejang
• meningkatkan kualitas hidup pasien
• menurunkan morbiditas
• menurunkan kecacatan psikososial
• meminimalkan defisit neurologik fokal
Kandidat pembedahan epilepsi :• Epilepsi refrakter• Secara umum pada
epilepsi dengan durasi lama (beberapa tahun)
• Mengganggu kualitas hidup
• Manfaat operasi lebih besar dibanding resiko
Indikasi dan kriteria :• Epilepsi refrakter• IQ > 70• Tidak ada kontra-indikasi
pembedahan• Usia < 45 tahun• Tidak ada kelainan
psikiatrik yang jelas
Diet Ketogenik Diet ketogenik : diet tinggi lemak, cukup
protein, dan rendah karbohidrat menyediakan cukup protein untuk pertumbuhan & terapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan metabolisme tubuh.
Dengan demikian tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi menghasilkan senyawa keton.
Mekanisme diet ketogenik sebagai antiepilepsi masih belum diketahui secara pasti, namun senyawa keton ini diperkirakan berkontribusi terhadap pengontrolan kejang.
Diet Ketogenik
Senyawa keton meningkatkan GABA dan produksi energi serta mengurangi pembentukan ROS.
Peningkatan as. Lemak tak jenuh ganda mengupregulasi gen pada metab. Energi membatasi pemb. ROS, meningkatkan energi, dan hiperpolarisasi saraf
Meningkatkan ketahanan syaraf terhadap pemicu kejang.
Stimulasi N. Vagus Terapi ajuvan untuk mengurangi frekuensi bangkitan
pada penyandang epilepsi refrakter usia dewasa dan anak-anak yang tidak memenuhi syarat operasi.
Dapat digunakan pada bangkitan parsial dan bangkitan umum.
SNV mengubah konsentrasi neurotransmitter inhibis dan eksitatori pada CSS, dan mengaktifkan area-area tertentu dari otak yang menghasilkan atau mengatur aktivitas korteks melalui peningkatan aliran darah.
Persentase pasien yang mencapai pengurangan frekuensi kejang sampai 50% atau lebih antara 23% samapai 50%.
Amati faktor pemicu Menghindari faktor pemicu (jika
ada), misalnya : stress, OR, konsumsi kopi atau alkohol, perubahan jadwal tidur, terlambat makan, dll.
Pengobatan Psikososial Pasien diberikan penerangan
bahwa dengan pengobatan yang optimal sebagian besar akan terbebas dari sawan. Pasien harus patuh dalam menjalani pengobatan sehingga dapt terbebas dari sawan dan dapat belajar, bekerja, dan bermasyarakat secara normal
Terapi Non Farmakologi Kejang Demam Tindakan pada saat kejang di rumah:1. Baringkan pasein di tempat yang rata. 2. Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar
pasein. 3. Semua pakaian ketat yang mengganggu
pernapasan harus dibuka, ex: ikat pinggang. 4. Tidak memasukkan sesuatu banda ke dalam mulut
anak. 5. Tidak memberikan obat atau cairan secara oral. 6. Jangan memaksa pembukaan mulut anak. 7. Monitor suhu tubuh. 8. Pemberikan kompres dingin dan antipiretik untuk
menurunkan suhu tubuh yang tinggi. 9. Posisi kepala seharusnya miring untuk mencegah
aspirasi isi lambung. 10. Usahakan jalan nafas bebas untuk menjamin
kebutuhan oksigen. 11. Menghentikan kejang secepat mungkin dengan
pemberian obat antikonvulsan yaitu diazepam secara rektal.
Pengobatan kejang berkepanjangan di rumah sakit :
1. Hilangkan obstruksi jalan napas. 2. Siapkan akses vena. 3. Monitor parameter vital (denyut jantung,
frekuensi napas, tekanan darah, SaO2). 4. Berikan oksigen, jika perlu (SaO2 <90%) 5. Mengadministrasikan bolus intravena
diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg pada kecepatan infus maksimal 5 mg/menit, dan menangguhkan ketika kejang berhenti. Dosis ini dapat diulang jika perlu, setelah 10 menit.
6. Memantau kelebihan elektrolit dan glukosa darah.
7. Jika kejang tidak berhenti, meminta saran seorang spesialis (ahli anestesi, ahli saraf) untuk pengobatan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH............