TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

65
LITERATURE REVIEW TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA LANSIA Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan Oleh : NI LUH SRI DESI ASTITI NIM: 16.321.2505 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2020

Transcript of TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Page 1: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

LITERATURE REVIEW

TERAPI MINDFULNESS MENGATASI

KECEMASAN PADA LANSIA

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk memenuhi

salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan

Oleh :

NI LUH SRI DESI ASTITI

NIM: 16.321.2505

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020

Page 2: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

i

LITERATURE REVIEW

TERAPI MINDFULNESS MENGATASI

KECEMASAN PADA LANSIA

Diajukan kepada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali untuk memenuhi

salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana Keperawatan

Oleh :

NI LUH SRI DESI ASTITI

NIM: 16.321.2505

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

DENPASAR

2020

Page 3: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

LITERATURE REVIEW

Nama : Ni Luh Sri Desi Astiti

NIM : 16.321.2505

Judul : Terapi Mindfulness Mengatasi Kecemasan Pada Lansia

Program Studi : Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Telah diperiksa dan disetujui untuk mengikuti ujian literature review.

Pembimbing I

Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati, S.Kep., M.Kep

NIK: 2.04.10.276

2.04.11.638

Denpasar, Juni 2020

Pembimbing II

Ns. I Made Sudarma Adiputra, S.Kep., M.Kes

NIK: 2.04.09.230

Page 4: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

iii

Page 5: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur peneliti ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan literature review

yang berjudul “Terapi Mindfulness Mengatasi Kecemasan Pada Lansia” tepat

pada waktunya.

Literature review ini di susun dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Program Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.

Dalam penyusunan literature review ini, peneliti banyak mendapat

bantuan sejak awal sampai terselesainya literature review ini, untuk itu dengan

segala hormat dan kerendahan hati, peneliti menyampaikan penghargaan dan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. I Dewa Agung Ketut Sudarsana., MM selaku Ketua STIKes Wira Medika

Bali.

2. Ns. Ni Luh Putu Dewi Puspawati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali.

3. Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing I yang

telah memberikan bimbingan.

4. Ns. I Made Sudarma Adiputra, S.Kep., M.Kes selaku Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktunya. Petunjuk dan bimbingannya sehingga peneliti

dapat menyelesaikan literature review ini.

5. Keluarga dan orang terkasih atas segala doa, cinta dan kasih sayang serta

dukungan baik moral maupun material sehingga peeliti dapat menyelesaikan

literature review ini tepat pada waktunya.

6. Teman-teman Mahasiswa STIKes Wira Medika Bali Angkatan ke-10, yang

selalu memberikan dukungan dan masukan sehingga peneliti dapat

menyelesaikan literature review ini tepat pada waktunya.

7. Seluruh pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan literature review ini.

Page 6: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

v

Peneliti menyadari bahwa literature review ini masih perlu banyak

penyempurnaan, sehingga kritik dan saran dari seluruh pihak yang bersifat

membangun diharapkan demi kesempurnaan literature review ini.

Denpasar, Juni 2020

Peneliti

(Ni Luh Sri Desi Astiti)

Page 7: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii

ABSTRAK ......................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .............................................................................................. 2

1. Latar belakang ......................................................................................... 2

2. Tujuan .................................................................................................... 3

METODE ........................................................................................................... 4

HASIL REVIEW JURNAL ............................................................................... 4

1. Hasil Review Artikel ............................................................................... 5

PEMBAHASAN ................................................................................................ 7

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 8

UCAPAN TERIMA KASIH............................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 8

LAMPIRAN

Page 8: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Proses Pencarian Jurnal ..................................................................... 4

Tabel 2 : Hasil Review Artikel ......................................................................... 5

Page 9: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Bimbingan

Lampiran 2 : Jurnal

Page 10: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

1

TERAPI MINDFULNESS MENGATASI

KECEMASAN PADA LANSIA

Mindfulness Therapy Resolves Anxiety In Elderly

Ni Luh Sri Desi Astiti

1, Ns. Sang Ayu Ketut Candrawati, S.Kep., M.Kep

2

Ns. I Made Sudarma Adiputra, S.Kep., M.Kes3

123Program Studi Keperawatan Program Sarjana STIKes Wira Medika Bali

Email : [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang: Lanjut usia adalah proses alami yang disertai adanya penurunan

kondisi fisik, psikologi yang saling berinteraksi. Proses menua pada lansia di

sebabkan oleh beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya kecemasan pada

lansia salah satunya penurunan fungsi fisiologis tubuh dan mengakibatkan

kecemasan yang dialami oleh lansia semakin buruk jika tidak segera di tangani,

gangguan kecemasan diakui sebagai salah satu masalah kesehatan paling umum

yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pada lanjut usia. Kecemasan dapat

dikurangi dengan teknik farmakologis dan non-farmakologi seperti psikoterapi.

Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan seseorang

yaitu salah satunya Mindfulness. Mindfulness adalah suatu terapi untuk melihat

dengan cara yang khusus. Tujuan: dari literature review ini adalah untuk

mengetahui pengaruh terapi mindfulness dalam mengatasi kecemasan pada lansia.

Metode yang digunakan dalam pencarian literature review menggunakan

database: Google Scholar, Science direct, dan PubMed. Adapun kriteria inklusi

memakai: tahun terbit, jurnal dari tahun 2015-2020, full teks pdf, nursing jurnal,

dengan kata kunci “Terapi Mindfulness Lansia” atau dalam pencarian literature

international "Elderly" AND "Mindfulness Therapy" AND "Anxiety". Boolean

memakai: AND. Dari hasil pencarian literature review yang sesuai didapatkan 25

artikel yang kemudian discreening kembali dengan proses ketat sehingga

didapatkan 5 artikel yang memiliki standar pencarian untuk dilakukan analisis.

Hasil review dari 5 artikel menunjukkan terapi mindfulness efektif mengatasi

kecemasan pada lansia. Diskusi dalam literature review ini yaitu terapi

mindfulness dapat dijadikan rekomendasi untuk terapi alternative atau terapi

pendukung dalam mengatasi gangguan kecemasan pada lansia.

Kata kunci: terapi mindfulness, kecemasan, lanjut usia

Page 11: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

2

ABSTRACT

Background: Elderly is a natural process that avoids the decline of physical,

psychological conditions that are interconnected. The process of aging in the elderly is

caused by several factors that can rotate the focus on the elderly, one of which releases

physiological and deferred function which is reviewed by the elderly is worse if it is not

immediately dealt with, responded to precisely the quality of life in the elderly. Packaging

can be given with pharmacological and non-pharmacological techniques such as

psychotherapy. An alternative technique that can be used to free someone is Mindfulness.

Mindfulness is a therapy for seeing in a special way. Objective: from the literature review

is to determine the effect of therapy. The method used in searching literature reviews uses

databases: Google Scholar, direct science, and PubMed. Based on inclusion criteria

using: year published, journals from 2015-2020, full text of pdf, nursing journals, with

the keywords "Elderly Mindfulness Therapy" or in the search for international literature

"Elderly" AND "Mindfulness Therapy" AND "Anxiety". Boolean use: AND. From the

search results, appropriate literature reviews were obtained by 25 articles which were

then screened again with a rigorous process in order to obtain 5 articles that had a

standard search for analysis. The results of a review of 5 articles that show awareness

therapy is effective in the elderly The discussion in this literature review is a mindfulness

therapy that can be used for alternative therapies or supportive therapies to overcome the

problem of monitoring the elderly.

Keywords: mindfulness therapy, anxiety, elderly

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lanjut usia adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi

fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Ada

beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60

tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65

tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua. Keadaan itu cenderung

berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa

secara khusus pada lansia (Statistik, 2015).

Badan kesehatan dunia World Health Organization (WHO) mengatakan

jumlah lansia terbanyak di dunia berada di daerah Jepang mencapai 69,785% pada

tahun 2018. Pada kurun waktu 2010-2025 Indonesia akan mengalami peningkatan

jumlah lansia sebanyak 41% dari 11.275.557 jiwa menjadi 46.680.806 jiwa. Kita

dapat lihat dengan jelas bagaimana terjadi peningkatan yang sangat signifikan pada

jumlah lansia, dan pastinya mereka akan mengalami berbagai masalah baik fisik

maupun psikologisnya, sehingga mereka perlu perawatan yang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing lansia.

Page 12: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

3

Pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,

mental dan sosial ekonomi. Secara umum kondisi fisik seseorang telah memasuki

usia lanjut akan mengalami penurunan. Berbagai macam perubahan yang akan di

alami karena perubahan kondisi fisik dan psikologi yaitu kecemasan, depresi,

insomnia dan demensia (Sado et al., 2018).

Kecemasan bukanlah suatu penyakit melainkan suatu reaksi normal

terhadap situasi yang sangat menekan. Ansietas adalah suatu keadaan emosional

yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan, di tandai dengan gejala perasaan

ketakutan yang tidak jelas atau kekhawatiran yang berkaitan dengan perasaan

tidak pasti dan tidak berdaya dengan keadaan emosi yang tidak ada objek (Annisa

& Ifdil, 2016).

Data statistik badan kesehatan dunia (WHO 2016) menyebutkan

kecemasan meningkat sebesar 2,5% setiap tahunnya dengan perbandingan 2,43%

pada wanita dan 0,07% pada laki-laki. Jumlah lansia di perkirakan di dunia yang

menderita kecemasan baik akut maupun kronik mencapai 5% dari 898 juta jiwa,

dengan perbandingan antara wanita dan pria yaitu 2:1.

Kecemasan dapat dikurangi dengan obat-obatan farmakologis dan

psikoterapi. Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan

seseorang yaitu seperti yoga, aromaterapi, relaksasi melalui pijat (massage) dan

Mind therapy (Khamida & Meilisa, 2018). Sampai saat ini beberapa literatur

menyatakan bahwa mind terapy merupakan salah satu metode yang efektif untuk

mengatasi dan menurunkan kecemasan pada lansia. Mindtherapy sangat berguna

untuk menangani permasalahan kecemasan (Dyah, A. S., & Fourianalistyawati,

2018).

Terapi mindfulness mampu menurunkan kecemasan pada lansia, saat

individu dalam kondisi mindful akan dapat meningkatkan fokus lansia dalam

menikmati emosi dari waktu ke waktu tanpa manipulasi, saat ini dan disini,

kondisi mindful akan membawa lansia kedalam kestabilan emosi sehingga secara

langsung memberikan efek terhadap penurunan kecemasan

(Triyono, H. G.,

Dwidiyanti, M., & Widyastuti, 2018).

Berdasarkan permasalahan tersebut maka akan dilakukan article review

terlebih dahulu untuk mengetahui efektivitas terapi mindfulness terhadap tingkat

kecemasan pada lansia.

2. Tujuan

Dari literature review ini adalah untuk mengetahui terapi mindfulness

untuk mengatasi kecemasan pada lansia.

Page 13: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

4

METODE PENELITIAN

Literature review dengan mereview artikel yang menggunakan analisis

PICOT berdasarkan evidence based practice. Kriteria inklusi yaitu semua

penelitian yang direview berupa penelitian yang berkaitan dengan terapi

mindfulness terhadap tingkat kecemasan pada lanjut usia, dan dengan kriteria

ekslusi adalah penelitian yang menggambarkan tingkat kecemasan pada lanjut

usia tanpa dipengaruhi terapi mindfulness. Pencarian literature dengan

penelusuran artikel penelitian yang sudah terpublikasi dengan populasi lanjut usia.

Penelusuran dilakukan dengan menggunakan Google Scholar, Science direct, dan

PubMed. Kata kunci yang digunakan “Terapi Mindfulness Lansia” atau dalam

pencarian literature international "Elderly" AND "Mindfulness Therapy" AND

"Anxiety". Hasil pencarian diperoleh 25 artikel sesuai dengan kata kunci.

Kemudian artikel yang didapatkan di saring berdasarkan publication date 2015-

2020 Penulis selanjutnya melakukan seleksi berdasarkan kesesuaian judul artikel

yang ditemukan dengan tujuan literature review.

Tabel 1

Proses Pencarian Jurnal

NO Data base Kata Kunci Boolean Hasil Screning

I II III

1 Google Scholar Lansia, kecemasan,

Mindfulness

AND 7 2 2

2 Science direct Elderly, Mindfulness

Therapy, Anxiety

AND 12 5 1

3 PubMed Lansia, kecemasan,

Mindfulness, Elderly,

Mindfulness Therapy,

Anxiety

AND 6 3 2

Berdasarkan hasil tabel 1 dari database Google Scholar didapatkan 7 artikel

dengan kata kunci lansia, kecemasan, mindfulness didapatkan 2 artikel. Pada tabel

2 dengan data base Science direct didapatkan 12 artikel dengan kata kunci

Elderly, Mindfulness Therapy, Anxiety kemudian discreening sesuai tahun terbit

artikel didapatkan 5 artikel kemudian discreening kembali sesuai kriteria inklusi

full teks sehingga didapatkan 1 artikel. Pada tabel 3 dengan database PubMed

dengan kata kunci Lansia, kecemasan, Mindfulness, Elderly, Mindfulness

Therapy, Anxiety didapatkan 6 artikel kemudian discreening susuai kriteria inklusi

didapatkan 3 artikel kemudian discreening kembali tahun terbit artikel didapatkan

2 artikel yang kemudian dianalisis.

Page 14: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

5

HASIL REVIEW JURNAL

Berdasarkan hasil analisis 10 artikel yang diperoleh terdapat 5 artikel yang sesuai dengan kriteria, dengan hasil analisis sebagai

berikut:

1. Hasil Review Jurnal

Tabel 2

Hasil Review Jurnal

Peneliti Judul Tujuan Sampel Metode Output

(Candraw

ati, et al.,

2018)

Pengaruh Mindfulness dengan

Gayatri Mantra terhadap Ansietas

pada Lansia di P

anti Sosial Tresna Werdha

(PSTW) Wana Seraya Denpasar.

Menganalisa pengaruh

mindfulness dengan Gayatri

mantra terhadap penurunan

ansietas lansia Hindu Panti

Sosial Tresna Werdha

(PSTW) Wana Seraya

Denpasar.

1. Lansia dengan usia di

atas 60 tahun.

2. Lansia yang mengalami

kecemasan dengan

penilaian HARS.

Lansia yang tidak mengalami

gangguan pendengaran.

Quasi-

experiment

dengan pre

and post-test

design with

control group

Hasil penelitian menunjukan bahwa

intervensi terapi mindfulness dengan

Gayatri mantra mampu menurunkan

ansietas/kecemasan pada lansia Hindu di

PSTW dengan nilai p-value = 0,000

(α=0,05). Hal ini berarti mindfulness

dengan Gayatri mantra dapat berpengaruh

dalam menurunkan nilai pada istrumen

GAS dan menurunkan tingkat kecemasan

pada lansia.

(Sukmaw

ati et al.,

2018)

Terapi Swedish Massage

Menurunkan Tingkat

Kecemasan Lansia di Balai

Pelayanan Sosial

Tresna Wredha (Bpstw) Unit Budi

Luhur

Yogyakarta.

Mengetahui bagaimana

pengaruh pemberian Swedish

massage

terhadap tingkat kecemasan

pada lansia di BPSTW Budi

Luhur Bantul Yogyakarta.

1. Lansia yang mengalami

kecemasan yang sudah

diukur tingkat

kecemasannya dengan

instrument HARS.

Lansia yang bersedia untuk

menjadi responden.

Quasy

Experiment

dengan

One Group

Pretest-Post

Test Design.

Penelitian ini menunjukkan hasil dimana

kecemasan pada lansia sebelum diberikan

Swedish massage kategori sedang

sebanyak 8 orang (53,3%), lalu tingkat

kecemasan sesudah diberikan Swedish

massage kategori ringan sebanyak 8 orang

(53,3%). Jadi, tingkat kecemasan pada

lansia menjadi kunci utama dalam

peningkatan quality of life dari lansia

tersebut, maka dari itu pemberian Swedish

Massage Therapy terbukti dapat

memberikan efek

ketenangan sehingga mampu menurunkan

tingkat kecemasan pada lansia.

Page 15: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

6

(Inra,

Hariyanto

, & Adi,

2019)

Perbedaan Tingkat Kecemasan

Lansia Sebelum dan Sesudah

Diberikan Terapi Relaksasi Nafas

Dalam di Kelurahan Tlogomas

Malang.

Mengetahui perbedaan

tingkat kecemasan lansia

sebelum dan sesudah

diberikan terapi relaksasi

nafas dalam di Kelurahan

Tlogomas Malang.

1. Lansia berusia lebih dari

60 tahun di RW 02

Kelurahan Tlogomas

Malang.

2. Tidak mengalami

gangguan mental.

Bersedia melakukan terapi

selama 7 hari secara teratur.

Pra-

Eksperimenta

l dengan One-

Group Pra-

Post Test

Design.

Pemberian Terapi relaksasi nafas dalam

membuktikan bahwa sebelum diberikan

intervensi hampir seluruh lansia (76,7%)

mengalami tingkat kecemasan sedang dan

sesudah melakukan intervensi hampir

seluruhnya lansia (90,0%) mengalami

tingkat kecemasan ringan.

(Perez-

Blasco,

Sales,

Meléndez,

&

Mayordo

mo, 2016)

The Effects of Mindfulness and

Self-Compassion on

Improving the Capacity to Adapt

to Stress Situations in

Elderly People Living in the

Community.

Menunjukkan efektivitas

Mindfulness dan Self-

Compassion

Terapi dalam meningkatkan

kemampuan mengatasi

tingkat kecemasan pada

lansia di satu komunitas.

1. Lansia yang berusia 60

tahun atau lebih.

2. Lansia yang tidak dalam

perawatan institusional.

Lansia yang memiliki

gangguan kognitif yang

mengganggu aktivitas sehari-

hari mereka.

Cross-

sectional

study

Dalam pemberian Mindfulness dan Self-

Compassion

Terapi menunjukkan hasil perbedaan nyata

pada kelompok kontrol dan kelompok

intevensi dalam meningkatkan ketahanan,

penilaian positif, dan ekspresi emosional

terbuka. Sehingga, intervensi ini sangat

bermanfaat sebagai strategi dalam

mengatasi dan mengurangi tingkat

kecemasan dan stres pada kelompok lansia

(Sado et

al., 2018)

Feasibility Study Of

Mindfulness‑Based

Cognitive Therapy For Anxiety

Disorders

In A Japanese Setting.

Mengetahui kelayakan dan

efektivitas dari MBCT

(Mindfulness‑ Based

Cognitive Therapy) untuk

pasien dengan gangguan

kecemasan.

1. Responden dengan

diagnosis gangguan

kecemasan sosial, atau

gangguan kecemasan

umum.

2. Berusia antara 20-74

tahun.

3. Tidak memiliki riwayat

penyakit yang

berhubungan dengan zat

atau psikotik.

Tidak memiliki gangguan

fungsi kognitif, dan

gangguan kepribadian anti

sosial.

Pre-

Experimental

with One-

Group Pra-

Post Test

Design.

Hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa

Mindfulness‑Based

Cognitive Therapy mampu

mempengaruhi gejala gangguan

kecemasan. Hal ini juga diikuti dengan

peningkatan status STAI (State-Trait

Anxiety Inventory) dengan signifikansi

tinggi tingkat angka yang diamati bahkan

setelah perawatan menyatakan bahwa

kemanjuran MBCT akan dipertahankan.

Ini berarti MBCT memiliki potensi untuk

memperbaiki timbulnya dan kontinuitas

gejala kecemasan dari tahap awal.

Page 16: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

7

PEMBAHASAN

Proses menua (aging process) merupakan proses kehidupan yang

berlangsung secara alamiah dan terjadi secara terus menerus di mulai sejak

manusia lahir sampai tua. Lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan,

dimana akan diikuti oleh perubahan dan penurunan pada fungsi fisik atau organ

tubuh, psikis/intelektual, sosial masyarakat, maupun spiritualnya (Sado et al.,

2018). Berbagai masalah kesehatan akan muncul seiring berjalannya usia.

Tentunya masalah kesehatan tersebut akan dapat mengganggu fungsi normal

lansia dalam melakukan aktifitas sehari hari.

Masalah psikologis adalah masalah yang paling sering di alami oleh lansia

yakni salah satunya ansietas atau kecemasan. Kecemasan yang dialami oleh lansia

dapat tergolong dalam tingkat kecemasan dari ringan hingga berat. Gejala

kecemasan yang muncul pada lansia dapat berupa gelisah, mudah emosi,

kelelahan, sulit tidur dan sulit berkonsentrasi. Dari berbagai literature

mendapatkan bahwa kecemasan pada lansia dapat berdampak buruk seperti

penurunan kesehatan fisik, kepuasan hidup yang buruk, biaya medis yang lebih

tinggi, dan gangguan fungsional yang signifikan, kelelahan bahkan kematian

(Annisa & Ifdil, 2016).

Kecemasan dapat dikurangi dengan terapi farmakologis maupun

psikoterapi. Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan

seseorang yaitu seperti yoga, aromaterapi, relaksasi melalui pijat (massage) dan

Mind therapy (Triyono, H. G., Dwidiyanti, M., & Widyastuti, 2018). Dalam

kesempatan ini saya sebagai peneliti diberikan kesempatan untuk memberikan

salah satu intervensi terarpi kepada para lansia yang mengalami kecemasan yaitu

pemberian Terapi Mindfulness.

Berawal dari karya Kabat-zinn pada akhir 1990an, mindfulness telah

menarik perhatian Barat dari studio yoga ke kantor psikoterapis. Dalam bahasa

inggris kata mindfulness berarti “memperhatikan” dalam konteks ini berarti

“memperhatikan dengan cara tertentu “atau untuk melihat dengan cara yang

khsus”. Kata mindfulness merupakan sebuah cara menyelami kejadian saat ini

tanpa penghakiman (Candrawati, 2018)

Intervensi mindfulness memiliki beberapa kualitas positif yang muncul

secara sadar antara lain: tanpa penilaian, tanpa pemaksaan, penerimaan,

kesadaran, kepercayaan, keterbukaan, kelembutan, empati, rasa syukur, dan kasih

sayang. Dengan demikian akan berbentuk energi, pikiran yang jernih, dan

kebahagiaan. Efek intervensi mindfulness efektif untuk menurunkan ansietas,

intervensi ini bisa di terima oleh budaya dan bisa di terapkan pada kelompok atau

komunitas (Azizah, 2011). Hasil penelitian dari beberapa peneliti baik nasional

maupun internasional menyatakan bahwa pemberian intervensi Terapi

Mindfulness memiliki potensi yang besar dalam memperbaiki timbulnya dan

Page 17: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

8

kontinuitas gejala kecemasan dari tahap awal, sehingga nantinya diharapkan para

lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil review pada 5 artikel yang sudah dilakukan sebelumnya

yakni memang benar terapi mindfulness berpengaruh terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada lansia. Intervensi mindfulness memiliki beberapa kualitas positif

yang muncul secara sadar antara lain: tanpa penilaian, tanpa pemaksaan,

penerimaan, kesadaran, kepercayaan, keterbukaan, kelembutan, empati, rasa

syukur, dan kasih sayang. Dengan demikian akan berbentuk energi, pikiran yang

jernih, dan kebahagiaan sehingga akan menekan tingkat kecemasan pada lansia

nantinya, sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan lansia.

SARAN

Peran perawat dalam hal ini mampu menjadi jembatan yang

profesionalisme dalam memberikan tindakan keperawatan dalam proses

penyembuhan. Maka dari itu nantinya dapat menurunkan tingkat gangguan

kecemasan pada lansia sehingga meningkatkan kualitas hidupnya, menjadi salah

satu tujuan utama keperawatan. Namun dalam pencapaian ini kita memerlukan

tanggapan yang serius dengan tidak meninggalkan konteks etika perawatan

selama proses pemulihan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Saya selaku penulis dalam literature ini mengucapkan terima kasih

banyak kepada Tuhan Yang Maha Esa, Stikes Wira Medika, dan Puskesmas 3

Abiansemal yang sudah memberikan kesempatan dan dukungan untuk melakukan

penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia).

Konselor, 5(2), 93. Retrieved from https://doi.org/10.24036/02016526480-

0-00

Candrawati S.A.K,dkk. 2018. Effect of mindfulness with gayatri mantra on

decreasing anxiety. Holistic nursing and healt sience 1,(1),35-

45.available:(online) at https://ejurnal2.undip.ac.id/index.php/hnhs.

Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 18: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

9

de Oliveira, L. D. S. S. C. B., Souza, E. C., Rodrigues, R. A. S., Fett, C. A., &

Piva, A. B. (2019). The effects of physical activity on anxiety, depression,

and quality of life in elderly people living in the community. Trends in

Psychiatry and Psychotherapy, 41(1), 36–42.

https://doi.org/10.1590/2237-6089-2017-0129

Dyah, A. S., & Fourianalistyawati, E. (2018). Peran Trait Mindfulness Terhadap

Kesulitan Psikologis Lansia. Jurnal Psikologi Ulayat, 5(1), 109–122.

Retrieved from https://jpu.k-

pin.org/index.php/jpu/article/download/115/pdf

Inra, Hariyanto, T., & Adi, R. C. (2019). Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia

Sebelum Dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam Di

Kelurahan Tlogomas Malang. Nursing News, 4(2), 118–123.

Khamida, & Meilisa. (2018). Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi

Persepsi Dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pada Lansia. Journal of

Health Sciences, 9(2), 121–128. https://doi.org/10.33086/jhs.v9i2.173

Nayak, S., Mohapatra, M. K., & Panda, B. (2019). Prevalence of and factors

contributing to anxiety, depression and cognitive disorders among urban

elderly in Odisha – A study through the health systems’ Lens. Archives of

Gerontology and Geriatrics, 80, 38–45.

https://doi.org/10.1016/j.archger.2018.09.008

Perez-Blasco, J., Sales, A., Meléndez, J. C., & Mayordomo, T. (2016). The

Effects of Mindfulness and Self-Compassion on Improving the Capacity to

Adapt to Stress Situations in Elderly People Living in the Community.

Clinical Gerontologist, 39(2), 90–103.

https://doi.org/10.1080/07317115.2015.1120253

Sado, M., Park, S., Ninomiya, A., Sato, Y., Fujisawa, D., Shirahase, J., &

Mimura, M. (2018). Feasibility study of mindfulness-based cognitive

therapy for anxiety disorders in a Japanese setting Retrospectively

registered at the University Hospital Medical Information Network on 1st

August 2013 (ID UMIN000011347). BMC Research Notes, 11(1), 1–7.

https://doi.org/10.1186/s13104-018-3744-4

Statistik, B. P. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia Hasil Survei Sosial

Ekonomi Nasional.

Page 19: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

10

Sukmawati, A. S., Pebriani, E., & Setiawan, A. A. (2018). KECEMASAN

LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WREDHA (

BPSTW ) UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA ( Swedish Massage

Therapy Reduce The Anxiety Level Among Older People At The Nursing

Home Of Social Service Center ( BPSTW ) Unit Budi Luhur Yogyakarta ).

TERAPI SWEDISH MASSAGE MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN

LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL TRESNA WREDHA (BPSTW)

UNIT BUDI LUHUR YOGYAKARTA (Swedish Massage Therapy Reduce

The Anxiety Level Among Older People At the Nursing Home of Social

Service Center (BPSTW), 5(2), 117–122.

https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.ART.p117

Triyono, H. G., Dwidiyanti, M., & Widyastuti, R. H. (2018). Pengaruh

Mindfulness Terhadap Caregiver Burden Lansia Dengan Demensia di

Panti Wreda. Jurnal Ilmu Keperawatan Komunitas, 1(1), 14–18. Retrieved

from https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikk/article/download/84/52

Page 20: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …
Page 21: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

PENGARUH TERAPI WARNA HIJAU TERHADAP STRES

PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA

WANA SERAYA DENPASAR

Devi, P.S., Sawitri,K.A., Nurhesti, P.O.Y,

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas kedokteran Universitas Udayana

Abstract. Presentation of elderly group is increasing with all problems that follow. One of

the psychological problems that is likely experienced by the elderly is stress. Stress

management can be done with non-pharmacological and pharmacological therapies. One of

non pharmacological therapies that can affect stress is green color therapy. The green color

can make people feel comfortable, relax, reduce stress, balance and calm down the emotions,

and stimulate the pituitary to release neurohormones, which can reduce stress. This study

aims to determine the therapeutic effect of green color on stress of the elderly in the Elderly

Social Institution of Wana Seraya Denpasar. This research is a quasy-experimental study

(pre-test and post-test with control group design). Samples consist of 30 elderly people that

were selected by purposive sampling, and divided into two ie; control and experimental

groups. The experimental group was given green color therapy for 10 minutes every day for

seven days. Stress measurement was carried out by using Depression Anxiety Stress Scales

(DASS) questionnaire of which the validity and reliability have been tested. The results

obtained, the average decrease in stress score of 1.20 in the control group, and in the

experimental group gained an average decrease in stress score of 11.80. Based on the

independent sample t-test, this difference was statistically significant, with t value of -17.528

and the Sig. (2-tailed) of 0.000, which means there is a therapeutic effect of green color

therapy to stress in the elderly in the Elderly Social Institution Wana Seraya Denpasar.

Key words: elderly, green color therapy, stress

PENDAHULUAN

Saat ini, keberhasilan pembangunan

di bidang kesehatan telah mampu

meningkatkan Usia Harapan Hidup (UHH)

manusia Indonesia (Komari, 2008). Badan

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

menyebutkan angka usia harapan hidup

penduduk global hingga saat ini mencapai

60 tahun atau lebih (Utami, 2009).

Bertambahnya umur rata-rata ataupun

harapan hidup (life expectancy) pada

waktu lahir, karena berkurangnya angka

kematian kasar (crude date rate) maka

presentasi golongan lanjut usia (lansia)

akan bertambah dengan segala masalah

yang menyertainya (Maramis, 2004).

Menurut Undang-undang No. 13

Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Peningkatan jumlah lansia hidup tentunya

mempunyai dampak lebih banyak

terjadinya gangguan penyakit pada lansia.

Lansia akan mengalami berbagai masalah

fisik, mental, sosial, ekonomi, dan

psikologis (Hidayati, 2009). Salah satu

masalah psikologis yang dapat dialami

oleh lansia adalah stres. Stres adalah reaksi

tubuh terhadap sesuatu yang menimbulkan

tekanan, perubahan dan ketegangan emosi

(Sunaryo, 2004 dalam Subakti, 2008).

Stres pada lansia dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: pertama masalah

yang disebabkan oleh perubahan hidup dan

kemunduran fisik yang dialami oleh lansia.

Kedua, lansia yang sering mengalami kesepian yang disebabkan oleh putusnya

hubungan dengan orang-orang yang paling

dekat dan disayangi. Ketiga, post power syndrome, hal ini banyak dialami lansia

yang baru saja mengalami pensiun,

kehilangan kekuatan, penghasilan dan

Page 22: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

kebahagiaan (Darmawan, 2003 dalam

Hidayati, 2009).

Menurut Potter & Perry (2005:476),

stres dapat menimbulkan tuntutan yang

besar pada seseorang, dan jika orang

tersebut tidak dapat mengadaptasi, maka

dapat terjadi penyakit. Menurut Sriati

(2007), stres dapat menyebabkan aktivasi

hipotalamus yang selanjutnya

mengendalikan dua sistem neuroendokrin,

yaitu sistem simpatis dan sistem korteks

adrenal yang dapat dapat menimbulkan

berbagai dampak seperti gangguan

pernafasan akibat spasme jalan nafas,

jantung berdebar-debar, pembuluh darah

menyempit (constriction), peningkatan

kadar glukosa darah, serta dapat

mengakibatkan depresi sistem imun

sehingga orang yang mengalam stres

mudah terinfeksi penyakit.

Menurut Yulianti (2004) dalam

Isnaeni (2010), untuk menghindari dampak

dari stres, maka diperlukan adanya suatu

pengelolaan stres yang baik. Dalam

mengelola stres dapat dilakukan dengan

terapi farmakologi yang meliputi

penggunaan obat cemas (axiolytic) dan

anti depresi (anti depressant), serta terapi

nonfarmakologi yang meliputi pendekatan

perilaku, pendekatan kognitif, serta

relaksasi. Salah satu jenis terapi yang

dapat menimbulkan relaksasi sehingga

dapat mengurangi stres dan belum banyak

di terapkan di Indonesia adalah terapi

warna (Kusuma, 2010).

Terapi warna yang dikenal juga

dengan nama chromatherapy merupakan terapi yang didasarkan pada pernyataan

bahwa setiap warna tertentu mengandung

energi-energi penyembuh. Dalam bidang kedokteran, menurut Kusuma (2010) terapi

warna digolongkan sebagai

electromagnetic medicine atau pengobatan

dengan gelombang elektromagnetik. Salah satu warna yang dapat dimanfaatkan dan

memiliki efek positif yaitu warna hijau

(Kusuma, 2010). Warna hijau dapat menimbulkan rasa nyaman, rileks,

mengurangi stres, menyeimbangkan, dan

menenangkan emosi (Kusuma, 2010).

Warna hijau berefek pada sistem saraf

secara keseluruhan, terutama bermanfaat

bagi sistem saraf pusat. Warna ini

memiliki efek penenang, mengurangi

iritasi dan kelelahan, serta dapat

menenangkan gangguan emosi dan sakit

kepala (Vernolia, 1988 dalam Edge, 2003).

Berdasarkan studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti di Panti

Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar pada tanggal 6 Februari 2012

selama satu hari, didapatkan hasil bahwa

terdapat 52 orang lansia, dimana setelah

dilakukan wawancara secara acak dari 10

orang didapatkan tujuh orang mengalami

stres. Berdasarkan uraian diatas maka

peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

terapi warna hijau terhadap stres lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar.

METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif, dengan rancangan penelitian

quasy-experimental. Model yang digunakan dalam rancangan penelitian ini

adalah pre-test and post-test with control

group design.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah semua lansia yang tinggal di Panti Sosial

Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar

yang berjumlah 52 orang. Peneliti mengambil sampel berrjumlah 30 orang

sesuai dengan kriteria sampel.

Pengambilan sampel dilakukan dengan

teknik sampling Non Probability Sampling, yaitu Purposive Sampling.

Instrumen Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terstruktur

menggunakan instrumen pengumpulan data berupa kuesioner pengukuran stres

yaitu Depression Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) yang telah diuji validitas dan

reliabilitasnya oleh peneliti.

Page 23: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Prosedur Pengumpulan dan Analisis Data

Lansia yang terpilih menjadi

sampel penelitian dibagi menjadi dua

kelompok, yaitu kelompok eksperimental

dan kelompok kontrol. Lansia yang

menjadi kelompok eksperimental

diberikan terapi warna hijau, dengan cara

memasukkan responden ke dalam ruangan

yang telah dicat dengan warna hijau dan

diberikan paparan slide berwarna hijau

selama 10 menit. Kegiatan ini dilakukan

satu kali sehari selama satu minggu. Satu

hari sebelum pemberian terapi warna hijau

dilakukan pre-test pada masing-masing

kelompok dan satu hari setelah pemberian

terapi warna hijau yaitu pada hari

kedelapan dilakukan post-test. Pre-test dan

post-test pada masing-masing kelompok

dilakukan dengan wawancara terstruktur

menggunakan kuesioner DASS 42. Setelah

data terkumpul maka data dideskripsikan

dan ditabulasi ke dalam matriks

pengumpulan data, yang kemudian

dilakukan analisa univariat dengan

menggunakan statistik deskriptif yaitu

gabungan tendensi sentral dan distribusi

frekuensi. Untuk mendeskripsikan skor

stres lansia, masing-masing skor stres

responden dibuat dalam tiga kategori yaitu

stres berat (50 – 75), stres sedang (25 –

<50), dan stres ringan (0 – <25). Uji

bivariat untuk menganalisa pengaruh terapi

warna hijau terhadap stres lansia

digunakan uji beda statistik parametrik,

yaitu uji t dua sampel tidak berpasangan

(independent sample t-test), dengan tingkat

kepercayaan 95% (p ≤ 0,05).

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian

didapatkan gambaran stres responden

kelompok kontrol sebelum terapi warna

hijau yaitu rata-rata skor didapatkan sebesar 27,13 dengan standar deviasi

sebesar 8,66, berdasarkan pembagian

kategori stres, didapatkan dari 15 orang responden 46,7% mengalami tingkat stres

ringan dan 53,3% mengalami tingkat stres

sedang. Gambaran stres responden

kelompok kontrol setelah terapi warna

hijau yaitu rata-rata skor didapatkan

sebesar 25,93 dengan standar deviasi

sebesar 8,24, berdasarkan pembagian

kategori stres, didapatkan dari 15 orang

responden 46,7% mengalami tingkat stres

ringan dan 53,3% mengalami tingkat stres

sedang. Gambaran stres responden

kelompok eksperimental sebelum terapi

warna hijau yaitu rata-rata skor didapatkan

sebesar 31 dengan standar deviasi sebesar

5,21, berdasarkan pembagian kategori

stres, didapatkan dari 15 orang responden

6,7% mengalami tingkat stres ringan dan

93,3% mengalami tingkat stres sedang.

Gambaran stres responden kelompok

eksperimental setelah terapi warna hijau

yaitu rata-rata skor didapatkan sebesar

19,2 dengan standar deviasi sebesar 5,16.

Berdasarkan pembagian kategori stres,

didapatkan dari 15 orang responden 86,7%

mengalami tingkat stres ringan dan 13,3%

mengalami tingkat stres sedang.

Menurut hasil uji statistik

perbedaan perubahan skor stres pada

kelompok kontrol dan kelompok

eksperimental dengan menggunakan uji t

dua sampel tidak berpasangan

(independent sample t-test) didapatkan

nilai t sebesar – 17,528, dan didapatkan

pula nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari

α penelitian yaitu 0,05 yang artinya Ho

ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan

statistik berati terdapat perbedaan yang

signifikan antara perubahan skor stres

kelompok eksperimental dengan

perubahan skor stres kelompok kontrol

setelah-sebelum terapi warna hijau. Jadi

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

terapi warna hijau terhadap stres lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar.

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh peneliti, didapatkan responden mengalami stres ringan dan

stres sedang dengan skor stres yang berbeda-beda untuk setiap responden.

Secara teoritis, lansia cenderung akan

Page 24: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

mengalami stres, dimana stres yang

dihadapi oleh lansia dapat berasal dari

berbagai situasi. Lansia berada dalam

tahap kehidupan di mana mereka mungkin

menghadapi masalah kesehatan yang

panjang dan kritis. Mereka mungkin

kehilangan pasangan dan merasa kesepian

dan sendirian. Mereka mungkin sudah

pensiun dan karena itu akan dipaksa untuk

membuat perubahan dalam kondisi hidup

mereka serta memanajemen keuangan.

Stres lebih lanjut ditambah oleh fakta

bahwa kemampuan lansia untuk

menghadapi situasi stres melemah dari

waktu ke waktu. Terlepas dari semua

masalah yang dihadapi selama usia tua,

beberapa sistem tubuh lansia yang bereaksi

dan membantu dalam manajemen stres

tidak lagi efisien (Lau, 2004).

Masing-masing responden memiliki

skor stres berbeda, hal ini dikarenakan

stres bersifat subjektif dan dipengaruhi

oleh berbagai faktor. Menurut Lazarus &

Folkman (1984) dalam Potter & Perry

(2005:478), setiap orang memiliki respon

yang berbeda dalam menghadapi stresor.

Makin besar seseorang menyerap stresor,

maka makin besar respon stres yang

ditimbulkan. Respon terhadap segala

bentuk stresor bergantung pada fungsi

fisiologis, kepribadian, serta sifat dari

stresor (Potter & Perry, 2005:478). Selain

hal tersebut, menurut Suparto (2000)

dalam Puspasari (2009), ada beberapa

faktor lain yang mempengaruhi stres yaitu

falsafah hidup, persepsi, posisi sosial, serta

pengalaman. Menurut Nasution (2011),

umur adalah salah satu faktor penting yang

menjadi penyebab stres, semakin

bertambah umur seseorang, semakin

mudah mengalami stres. Hal ini antara lain

disebabkan oleh faktor fisiologis yang

telah mengalami kemunduran dalam

berbagai kemampuan seperti kemampuan

visual, berpikir, mengingat dan

mendengar.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan (independent sample t-test), perbedaan perubahan skor stres pada

kelompok kontrol dan kelompok

eksperimental didapatkan nilai t sebesar –

17,528, dan didapatkan pula nilai Asymp.

Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang memiliki

nilai lebih kecil dari α penelitian yaitu 0,05

yang artinya Ho ditolak dan Ha diterima.

Berdasarkan statistik berati terdapat

perbedaan yang signifikan antara

perubahan skor stres kelompok

eksperimental dengan perubahan skor stres

kelompok kontrol setelah-sebelum terapi

warna hijau. Jadi dapat disimpulkan bahwa

ada pengaruh terapi warna hijau terhadap

stres lansia di Panti Sosial Tresna Werdha

Wana Seraya Denpasar.

Hasil ini sesuai dengan teori,

dimana warna hijau berefek pada sistem

saraf secara keseluruhan, terutama

bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Warna

ini memiliki efek penenang, mengurangi

iritasi dan kelelahan, serta dapat

menenangkan gangguan emosi dan sakit

kepala (Vernolia, 1988 dalam Edge, 2003).

Warna ini menimbulkan rasa nyaman,

rileks, mengurangi stres,

menyeimbangkan, dan menenangkan

emosi (Kusuma, 2010).

Hasil penelitian ini juga didukung

oleh teori yang menunjukkan bahwa terapi

warna hijau ini dapat mempengaruhi

hipotalamus dalam mengeluarkan berbagai

neurohormon sehingga dapat mengurangi

stres. Jalur utama dari mekanisme

transmisi warna menuju sistem limbik dan

sistem endokrin adalah

Retinohypothalamic tract yang merupakan

salah satu jalur dimana hipotalamus

menghubungkan sistem saraf dengan

Autonomic Nervous System (ANS) dan

sistem endokrin (Holzberg & Albrecht,

2003 dalam Honig, 2007).

Berdasarkan studi percontohan

yang dilakukan oleh Shealy dkk (1996) dalam Honig (2007), yang mengukur

perubahan dalam berbagai zat kimia saraf

dan neurohormonnya sebagai respon terhadap cahaya berwarna, ditemukan

bahwa warna hijau menyebabkan

terjadinya peningkatan rata-rata kadar

serotonin hingga 104%, oksitosin hingga

Page 25: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

45,5%, beta endorfin hingga 33%, dan

growth hormone hingga 150%. Warna

hijau juga menyebabkan terjadinya

penurunan kadar norepinefrin hingga 29%.

Perubahan kadar zat kimia saraf dan

neurohormon tersebut memiliki pengaruh

dalam menurunkan stres.

Serotonin disekresikan oleh nukleus

yang berasal dari medial batang otak dan

berproyeksi di sebagian besar daerah otak,

khususnya yang menuju radiks dorsalis

medula spinalis dan hipotalamus. Setelah

dilepaskan, serotonin mampu

mengaktifkan reseptor serotonin pre-sinaps

maupun post-sinaps. Serotonin dalam

kondisi normal mempunyai peran penting

untuk mengontrol tidur-bangun, perilaku

makan, pengendalian transmisi sensoris,

mood, dan sejumlah perilaku. Pemberian

terapi warna hijau akan merangsang

pelepasan serotonin, sehingga peningkatan

kadar serotonin dapat meningkatkan mood

seseorang sehingga dapat menciptakan

rasa bahagia dan menurunkan stres

(Psychother, 2005)

Di hipotalamus, oksitosin dibuat di

magnocellular neurosecretory cells di

supraoptik and nukleus paraventrikular.

Oksitosin dapat menginduksi anti stres

serta memberikan efek dalam penurunan

tekanan darah dan kadar kortisol

(Psychother, 2005). Tingkat oksitosin

endogen berhubungan dengan kecemasan

dan stres secara dua arah, yaitu oksitosin

memberikan efek ansiolitik, tetapi

oksitosin juga dirilis dalam respon

terhadap stres. Pemberian terapi warna

hijau dapat meningkatan kadar oksitosin

dalam darah, sehingga efek ansiolitik yang

dikeluarkan dapat menurunkan stres.

Terapi warna hijau juga meningkatkan

beta endorfin yang merupakan hormon

antistres yang tentunya juga dapat

menurunkan stres (John Hughes, 1975

dalam Liza 2010).

Norepinefrin merupakan hormon stres yang mempengaruhi hipotalamus.

Sama dengan epinefrin, norepinefrin juga mendasari respon fight-or-flight yang

bekerja meningkatkan denyut jantung,

memicu pelepasan glukosa dari

penyimpanan energi, dan meningkatkan

aliran darah ke otot rangka (Heneka et al,

2010). Pemberian terapi warna hijau dapat

menurunkan kadar norepinefrin dalam

darah, sehingga stres dapat berkurang.

Berdasarkan pengamatan lapangan,

terapi warna hijau cocok diterapkan untuk

lansia karena terapi warna hijau sangat

mudah diaplikasikan. Dalam lingkungan

sehari-hari warna hijau sangat mudah

untuk ditemukan, seperti pemandangan

dari pepohonan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Gambaran stres pada seluruh

responden baik kelompok kontrol ataupun

kelompok eksperimental sebelum dan

setelah diberikan terapi warna hijau

menujukkan lansia mengalami stres

kategori ringan dan sedang. Menurut hasil

uji statistik perbedaan perubahan skor stres

pada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimental dengan menggunakan uji t

dua sampel tidak berpasangan

(independent sample t-test) didapatkan

nilai t sebesar – 17,528, dan didapatkan

pula nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar

0,000 yang memiliki nilai lebih kecil dari

α penelitian yaitu 0,05 yang artinya Ho

ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan

statistik berati terdapat perbedaan yang

signifikan antara perubahan skor stres

kelompok eksperimental dengan

perubahan skor stres kelompok kontrol setelah-sebelum terapi warna hijau. Jadi

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh

terapi warna hijau terhadap stres lansia di

Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya

Denpasar.

Dengan mengetahui pengaruh

terapi warna hijau terhadap stres,

diharapkan petugas panti dapat

merencanakan sebuah intervensi berupa terapi warna hijau dalam menurunkan stres

pada lanjut usia, sehingga bisa

meningkatkan kualitas hidup lansia. Untuk lansia diharapkan mampu melakukan

terapi warna hijau secara mandiri tanpa

panduan langsung dari peneliti, misalnya

Page 26: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

dengan melihat pemandangan hijau di

taman.

Disarankan kepada peneliti

selanjutnya, apabila melaksanakan

penelitian sejenis, agar mencari responden

yang mengalami stres dengan kategori

umur dan jenis kelamin yang sama, agar

responden yang diperoleh lebih homogen.

Teknik dan durasi lain yang bisa

digunakan dalam pemberian terapi warna

hijau untuk menurunkan stres, juga agar

dapat diteliti lebih lanjut. Peneliti

selanjutnya juga diharapkan dapat

melakukan penelitian di masyarakat,

karena terapi warna hijau diharapkan tidak

hanya bisa diterapkan kepada lansia di

institusi tetapi juga lansia di masyarakat.

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang

lebih akurat, diharapkan peneliti

selanjutnya dapat menggunakan metode

pemberian terapi warna hijau yang lebih

efektif untuk menurunkan stres serta dapat

mengontrol Confounding Factor.

DAFTAR PUSTAKA

Edge, K.J. 2003. Wall Color of Patient’s Room: Effects on Recovery,

(online), Thesis. University of

Florida. (http://etd.fcla.edu/UF/UFE000085

7/edge_k.pdf, diakses 13 Januari

2011).

Heneka, M.T., F.Nadrigny, T.Regen, dkk.

2010. Locus Ceruleus Controls

Alzheimer's Disease Pathology by

Modulating Microglial Functions

Through Norepinephrine, (online),

(http://www.pnas.org.libproxy.ucl.a

c.uk/content/107/13/6058.full.pdf,

diakses 22 Januari 2012).

Hidayati, L.N. 2009. Hubungan Dukungan Sosial dengan Tingkat Depresi

pada Lansia di Kelurahan Daleman Tulung Klaten, (online), Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(http://etd.eprints.ums.ac.id/6425/1/

J210050063.pdf, diakses: 17

Januari 2012).

Honig, L.M. 2007. Physiological and

Psychological Response to Colored

Light, (online), Dissertation.

Faculty of Saybrook Graduate

School and Research Center San

Francisco.

(http://gradworks.umi.com/336959

0.pdf, diakses 13 Januari 2011).

Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan Antara

Stres dengan Pola Menstruasi pada

Mahasiswa D IV Kebidanan Jalur

Reguler Universitas Sebelas Maret

Surakarta, (online), Karya Tulis

Ilmiah. Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

(http://eprints.uns.ac.id/192/1/1652

40109201010581.pdf, diakses 21

Januari 2012)

Komari. 2008. Faktor-Faktor yang

Berhubungan Dengan Terjadinya

Stress Pada Lansia Di Panti

Wredha Dharma Bakti Surakarta,

(online), Skripsi. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

(http://etd.eprints.ums.ac.id/901/1/J

220060036.pdf, diakses: 17 Januari

2012).

Kusuma, E. 2010. Pengertian Gelombang dan Aplikasi, (online),

(http://ichsan09.blog.uns.ac.id/files/

2010/11/pengertian-gelombang-

dan-aplikasi.pdf, diakses 25 Januari

2012).

Lau, B.W. 2004. Stress, Coping. and

Ageing. J. Hongkong Coll.

Psychiatr.4, 39-44.

Lazarus. R.S & Folkman, S. 1984. Stress

Appraisal and Coping. New York,

Springer.

Liza. 2010. Otak Manusia, Neurotransmiter, dan Stres, (online),

(http://adiwarsito.files.wordpress.co

Page 27: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

m/2010/03/6224830-otak-manusia-

neurotransmiter-dan-stress-by-dr-

liza-pasca-sarjana-stain-cirebon.pdf,

diakses 20 Januari 2012).

Maramis, W.F. 2004. Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa. Surabaya:

Airlangga University Press.

Nasution, H. 2011. Gambaran Coping

Stress Pada Wanita Madya Dalam

Menghadapi Pramenopause,

(online), Skripsi. Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara.

(http://repository.usu.ac.id/bitstrea

m/123456789/24670/4/Chapter%-

20II.pdf, diakses 17 Januari 2012).

Potter & Perry. 2005. Buku Ajar

Fundamental Keperawatan.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC.

Psychother, P.M. 2005. Oxytocin, a

Mediator of Anti-Stress, Well-

Being, Social Interaction, Growth

and Healing, (online),

(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pub

med/15834840, diakses 12 Januari

2012).

Puspasari, S. 2009. Hubungan Antara Kemunduran Fungsi Fisiologis

Dengan Stress Pada Lanjut Usia di

Keluarahan Kaliwiru Semarang,

(online), Universitas

Muhammadiyah Semarang.

(http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?

mod=browse&op=read&id=jtptuni

mus-gdl-septikapus-

5189&PHPSESSID=1e67af6fa4bd

d962b254ed311c991538, diakses: 8

Maret 2012).

Shealy, C.N., R.K. Cady, D. Veehof, M.B.

Atwell, R. Houston, & R.H. Cox. 1996. Effect of Color Photostimulation Upon

Neurochemicals and Neurohormones. Journal of

Neurological and Orthopedic Medicine and Surgery, 17, 95-97.

Sriati, Aat. 2007. Tinjauan Tentang Stres,

(online),

(http://resources.unpad.ac.id/unpad-

content/uploads/publikasi_dosen/TI

NJAUAN%20TENTANG%20STR

ES.pdf, diakses 17 Januari 2012).

Subakti, E.P. 2008. Stres dan Koping

Lansia pada Masa Pensiun,

(online), Skripsi. Fakultas Fakultas

kedokteran Universitas Sumatera

Utara.

(http://repository.usu.ac.id/bitstrea

m/123456789/14286/1/09E01612.p

df diakses 19 Januari 2012).

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk

Keperawatan. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Suparto. 2000. Sehat Menjelang Usia

Senja. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Kesejahteraan Lanjut Usia, (online),

(http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/U

U_1998_13.pdf, diakses 10 Januari

2012).

Utami, R.D. 2009. Hubungan Antara

Karakteristik Personal dengan

Sikap Lansia Terhadap Pelayanan

di Panti Wredha Dharma Bhakti

Surakarta, (online), Skripsi.

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

(http://etd.eprints.ums.ac.id/4493/1/

J210050038.pdf, diakses 22 Januari

2012).

Yulianti, Devi. 2004. Manajemen Stres.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 28: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, No. 2, Agustus 2018

DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p117–122

TERAPI SWEDISH MASSAGE MENURUNKAN TINGKAT

KECEMASAN LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL

TRESNA WREDHA (BPSTW) UNIT BUDI LUHUR

YOGYAKARTA

(Swedish Massage Therapy Reduce The Anxiety Level

Among Older People At the Nursing home of Social

Service Center (BPSTW) Unit Budi Luhur Yogyakarta)

Anastasia Suci Sukmawati, Ega Pebriani, Arif Adi Setiawan

Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

email: [email protected]

Abstract: Older will experiencing physical, psychological, and psychosocial changes will cauthat will

lead to the new problem. Anxiety is one of the problems among older people. Complementary therapy is

used to reduce a person’s anxiety, namely yoga, meditation, aromatherapy, and relaxation through

massage. This study was conducted to determine the effect of Swedish massage on the level of elderly

anxiety. Methodology: The design of this study was a quasy experiment with one group pretest-post test

design. Respondents in this study were elderly who experienced anxiety by using a total sampling

technique in which as many as 15 elderly at the Nursing home of Social Service Center (BPSTW) Budi

Luhur Bantul Unit Yogyakarta. The Standard operational procedure of Swedish massage therapy used

as a guidance of intervention, while HARS instruments was used to measure the level of anxiety among

older people. Respondents measured their level of anxiety before and after a Swedish massage for 1

week. The results of the study were analyzed by Wilcoxon test. Results: There were 8 people (53.3%) in

the medium level of anxiety before the Swedish massage given). The anxiety level of older people after

intervention was mild level of anxiety as many as 8 people (53.3%). Changes in anxiety levels before

and after Swedish massage intervention showed a difference of 2.00. Wilcoxon test results were obtained

with a p-value of 0.008 <0.05. Conclusion: Swedish massage therapy able to reduce the level of anxiety

among older people at BPSTW Budi Luhur Yogyakarta.

Keywords: Swedish massage, anxiety

Abstrak: Berbagai macam perubahan akan dialami oleh lansia seperti perubahan fisik, psikologi, maupun

psikososial akan menimbulkan masalah baru pada lansia salah satunya adalah kecemasan. Tehnik alternatif

yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan seseorang yaitu seperti yoga, meditasi, aromaterapi,

dan relaksasi melalui pijat (massage). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Swedish mas-

sage terhadap tingkat kecemasan lansia. Metodologi: Desain penelitian ini adalah quasy experiment dengan

one group pretest-post test design. Responden pada penelitian ini adalah lansia yang mengalami kecemasan

dengan menggunakan teknik total sampling yaitu sebanyak 15 lansia di Balai Pelayanan Sosial tresna

Wredha (BPSTW) Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta. Instrumen penelitian adalah instrument HARS.

Responden diukur tingkat kecemasannya sebelum dan setelah dilakukan Swedish massage selama 1 minggu.

Hasil penelitian dianalisis dengan uji Wilcoxon. Hasil : Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW Budi

Luhur Bantul Yogyakarta sebelum diberikan Swedish massage kategori sedang sebanyak 8 orang (53,3%).

Tingkat kecemasan sesudah diberikan Swedish massage kategori ringan sebanyak 8 orang (53,3%).

Perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan Swedish massage menunjukkan perbedaan

117

Page 29: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

118 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122

sebesar 2,00. Hasil uji Wilcoxon diperoleh dengan nilai p-value 0,008 < 0,05. Diskusi : Swedish massage

berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW Budi Luhur BantulYogyakarta.

Kata kunci: Swedish massage, kecemasan, lansia

PENDAHULUAN

Pada tahun 2012, Umur Harapan Hidup (UHH)

penduduk dunia rata-rata adalah 70 tahun dan

prosentase lanjut usia (lansia) sebesar 11%.

Penduduk lansia di Indonesia tahun 2013 sebanyak

18,86 juta orang atau 7,59 persen dari total penduduk

Indonesia (Dinkes DIY, 2004). Di Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY), jumlah penduduk lansia tahun

2013 sebesar 4.482 atau 13,56% dari keseluruhan

penduduk (Kemenkes, 2013). Bantul merupakan

wilayah yang memiliki lansia terbanyak di Propinsi

DIY. Berdasarkan data tahun 2013 jumlah lansia di

Kabupaten Bantul sebanyak 162.518 jiwa (Dinkes

DIY, 2014).

Berbagai macam perubahan yang dialami oleh

lansia sebagai akibat dari proses penuaan adalah

adanya perubahan fisik, psikologi, maupun psiko-

sosial akan menimbulkan masalah baru pada lansia

salah satunya adalah kecemasan (Maryam, 2012).

Gejala kecemasan yang muncul pada lansia dapat

berupa gelisah, mudah emosi, kelelahan, sulit tidur

dan sulit berkonsentrasi. Penelitian yang dilakukan

oleh Gellis dan McCracken (2014) mendapatkan

bahwa kecemasan pada lansia dapat berdampak

buruk seperti penurunan kesehatan fisik, kepuasan

hidup yang buruk, biaya medis yang lebih tinggi, dan

gangguan fungsional yang signifikan, kelelahan

bahkan kematian. Kecemasan dapat dikurangi

dengan terapi farmakologis maupun psikoterapi.

Tehnik alternatif yang dapat digunakan untuk

menurunkan kecemasan seseorang yaitu yoga,

meditasi, aromaterapi, dan relaksasi melalui pijat

(massage) (Hadibroto & Alam, 2006).

Kondisi rileks yang dirasakan oleh lansia

dikarenakan relaksasi dapat memberikan pemijatan

halus pada berbagai kelenjar pada tubuh, menurun-

kan produksi kortisol dalam darah, mengembalikan

pengeluaran hormon yang secukupnya sehingga

memberikan keseimbangan emosi dan ketegangan

pikiran (Olney, 2005). Terdapat bermacam-macam

kerja jantung (Cassar, 2004; Maryam, 2012).

Hermawan (2015) menemukan data mengenai ada

pengaruh Swedish massage terhadap perubahan

denyut nadi dan frekuensi pernafasan.

Lansia di Balai Pelayanan Sosial Tresna

Wredha (BPSTW) Unit Budi Luhur Kasongan

Bantul Yogyakarta mengalami kecemasan dengan

berbagai penyebab yang berbeda, antara lain kece-

masan akibat penyakit yang sedang diderita, kece-

masan akan kematian pasangan dan teman satu

kamar, kecemasan akan keluarga, maupun kece-

masan akan tempat tinggal yang baru. Berdasarkan

fenomena dan permasalahan tersebut peneliti terta-

rik untuk mengetahui pengaruh Swedish massage

terhadap tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW

Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta.

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah quasy

eksperimen dengan one group pre-post test

design. Populasi penelitian ini adalah 25 orang lansia

yang mengalami kecemasan. Teknik sampling pada

penelitian ini yang digunakan adalah total sampling

sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah

sebanyak 15 responden, sementara 10 lansia lainnya

menolak untuk menjadi responden. Swedish

Massage dilakukan selama 20 menit untuk masing-

masing responden. Intervensi Swedish Massage

dilakukan sebanyak 3 kali intervensi dengan waktu

pengumpulan data pada tanggal 24 Agustus sampai

dengan 2 September 2016.

Test dilakukan dengan melakukan pengukuran

tingkat kecemasan menggunakan Hamilton

Anxiety Rating Scale (HARS). Analisa data dila-

kukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

jenis terapimassage seperti Shiatsu, Tsubo, akupoint,

sport massage dan Swedish massage. Swedish

massage adalah manipulasi pada jaringan tubuh

dengan teknik khusus untuk mempersingkat waktu

pemulihan dari ketegangan otot (kelelahan), mening-

katkan sirkulasi darah tanpa meningkatkan beban

Karakteristik f %

Jenis kelamin

Laki-laki 6 40,0

Perempuan 9 60,0

Jumlah 15 100

Page 30: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sukmawati, Pebriani, Setiawan, Terapi Swedish Massage... 119

Karakteristik f %

Umur

60-74 tahun 10 66,7

75-90 tahun 5 33,3

Jumlah 15 100

Pendidikan

Tidak sekolah 4 26,7

SD 6 40,0

SLTP 2 13,3

SLTA 3 20,0

Akademi/S1 - 0

Jumlah 15 100

Status perkawinan

Menikah 3 20,0

Tidak menikah 2 13,3

Berpisah bercera 3 20,0

Janda/Duda 7 46,7

Jumlah 15 100

Tabel 3 Distribusi Tingkat Kecemasan pada Lansia di

BPSTW Unit Budi Luhur BantulYogyakarta

Sesudah Diberikan Swedish massage

Tingkat Kecemasan f %

Tidak ada kecemasan 4 26,7

Kecemasan ringan 9 60,0

Kecemasan sedang 2 13,3

Kecemasan berat 0 0

Jumlah 15 100,0

Tabel 2 menunjukkan tingkat kecemasan pada

lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta

sebelum diberikan Swedish massage terbanyak

adalah kategori sedang sebanyak 9 orang (60%)

Tabel 3 menunjukkan tingkat kecemasan pada

lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta

sesudah diberikan Swedish massage terbanyak

Tabel 1 menunjukkan jenis kelamin responden

terbanyak adalah perempuan sebanyak 9 orang

(60%). Umur responden terbanyak pada rentang

60-74 tahun sebanyak 10 orang (66,7%).

Kebanyakan responden berpendidikan SD se-

banyak 6 orang (40%). Status perkawinan respon-

den terbanyak adalah janda/duda sebanyak 7 orang

adalah kategori ringan sebanyak 9 orang (60%).

Tabel 4 Statistik Deskriptif Perbedaan Perubahan

Tingkat Kecemasan pada Lansia di BPSTW

Unit Budi Luhur BantulYogyakarta Sesudah

Diberikan Swedish Massage

(46,7%). Kategori n Mean Perubahan SD Perubahan

Tabel 2 Tingkat Kecemasan pada Lansia di BPSTW

Unit Budi Luhur BantulYogyakarta Sebelum

Diberikan Swedish massage

Sebelum

Sesudah

15 19,07

15 16,27

2,80

4,605

3,807

0,798

Tingkat Kecemasan f %

Tidak ada kecemasan 0 0

Kecemasan ringan 6 40,0

Kecemasan sedang 9 60,0

Kecemasan berat 0 0

Jumlah 15 100,0

Tabel 4 menunjukkan rata-rata tingkat kece-

masan pada lansia sebelum diberikan Swedish

Massage sebesar 19,07 dan sesudah diberikan

Swedish Massage sebesar 16,27 berarti mengalami

penurunan sebesar 2,80

Tabel 5 Hasil Uji Wilcoxon PengaruhSwedish massage terhadap Tingkat Kecemasan pada Lansia di BPSTW

Unit Budi Luhur BantulYogyakarta

Tingkat kecemasan setelah

Tingkat kecemasan sebelum

N

Negatif ranks 11

Positif ranks 0

Ties 4

Total 15

Mean ranks

6,00

0,00

Sum ofranks Z

66,00 -3,317

0,00

p-value

0,001

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji

Wilcoxon diperoleh Z hitung (-3,317) < -Z tabel (- 1,645) atau p-valuesebesar 0,001 < (0,05), artinya

ada pengaruh Swedish massage terhadap tingkat

Page 31: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

120 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122

kecemasan pada lansia di BPSTW Unit Budi Luhur

Bantul Yogyakarta.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Jenis kelamin responden terbanyak adalah

perempuan (60%). Prevalensi tingkat kecemasan

pada lansia yang menunjukkan bahwa perempuan

lebih banyak dibandingkan laki-laki disebabkan oleh

perbedaan siklus hidup dan struktur sosial yang

sering menempatkan perempuan sebagai subordinat

lelaki. Perempuan lebih banyak menderita kece-

masan karena adanya karakteristik khas perempuan,

seperti siklus reproduksi, monopuse, menurunnya

kadar estrogen. Faktor sosial seperti terbatasnya

komunitas sosial, kurangnya perhatian keluarga,

tanggung jawab perempuan untuk urusan rumah

tangga (memasak, mencuci, dan lain-lain) dan

mengurus suami yang harus dilakukan sampai usia

lanjut, perempuan lebih mudah merasakan perasaan

bersalah, cemas, peningkatan bahkan penurunan

nafsu makan, gangguan tidur.

Usia responden terbanyak pada rentang 60-74

tahun dengan persentase 66,7%. Lansia berusia 60-

74 tahun lebih banyak mengalami kecemasan karena

pada usia ini mereka memasuki tahap awal sebagai

lansia, mereka memerlukan penyesuaian yang lebih

terhadap perubahan-perubahan baik fisik maupu

kognitif yang terjadi pada diri mereka. Pendidikan

lansia terbanyak SD (40%). Menurut Stuart (2006)

status pendidikan yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan orang tersebut lebih mudah me-

ngalami kecemasan dibanding dengan mereka yang

status pendidikan tinggi. Tingkat pendidikan yang

tinggi pada seseorang akan membentuk pola yang

lebih adaptif terhadap kecemasan, karena memiliki

pola koping terhadap sesuatu yang lebih baik,

sedangkan pada seseorang yang hanya memiliki

tingkat pendidikan rendah akan cenderung lebih

mengalami kecemasan karena pola adaptil yang

kurang terhadap hal yang baru dan mengakibatkan

pola koping yang kurang pula.

Status perkawinan lansia terbanyak adalah

janda/duda (46,7%). Kehidupan lansia yang tidak

memiliki pasangan hidup akan mempengaruhi

aktivitas sosial serta pola hidup lansia. Lansia yang

tidak siap menghadapi hari tua tanpa pasangan hidup

tidak akan merasakan kepuasan dan kemaknaan

hidup seperti yang diharapkan, bahkan banyak

diantara mereka yang merasa tidak bahagia, depresi

ataupun juga kesepian. Seseorang yang merasa

kesepian memiliki kemungkinan cukup besar untuk

cenderung memiliki afek negatif, karena ia merasa

dirinya diabaikan oleh orang lain, tidak dipedulikan

oleh orang lain, tidak bermakna bagi orang lain.

Tingkat Kecemasan pada Lansia sebelum

diberikan Swedish massage

Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW

Unit Budi Luhur Bantul Yogyakarta sebelum dibe-

rikan Swedish massage terbanyak adalah kategori

sedang (60%). Tingkat kecemasan sedang disebab-

kan lansia memperoleh dukungan keluarga dan

dukungan sosial dari pengurus dan penghuni

BPSTW. Dukungan keluarga merupakan unsur

terpenting dalam membantu individu menyelesaikan

masalah. Dukungan sosial sebagai sumber koping,

dimana kehadiran orang lain dapat membantu

seseorang mengurangi kecemasan. Hasil sebuah

penelitian mengungkapkan bahwa lansia di Panti

Wredha Darma Bakti Kasih Surakarta mengalami

tingkat kecemasan katagori sedang sebesar

(42,3%).

Ansietas pada lansia memiliki gejala seperti,

perasaan khawatir atau takut, mudah tersinggung,

kecewa, gelisah, perasaan kehilangan, sulit tidur

sepanjang malam, sering membayangkan hal-hal

yang menakutkan dan rasa panik pada hal yang

ringan, konflik-konflik yang ditekan dan berbagai

masalah yang tidak terselesaikan akan menim-

bulkan ansietas. Tanda-tanda kecemasan sedang

yaitu respon fisik ditandai dengan ketegangan otot

sedang, tanda-tanda vital meningkat, mulai berke-

ringat, sering mondar-mandir dan gerakan memu-

kulkan tangan, suara berubah dan gemetar dengan

nadi suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan

meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola tidur

berubah dan punggung terasa nyeri. Respon kognitif

berupa lapang persepsi menurun dan penyelesaian

masalah menurun. Respon emosional dengan tanda

dan gejala tidak nyaman, mudah tersinggung, keper-

cayaan diri berubah, tidak sabar dan masih bisa

merasakan gembira (Suriyati, 2015).

Relaksasi mempunyai efek sensasi menenang-

kan anggota tubuh, ringan dan merasa kehangatan

yang menyebar ke seluruh tubuh. Perubahan-peru-

bahan yang terjadi selama maupun setelah relaksasi

mempengaruhi kerja saraf otonom. Respon emosi

dan efek menenangkan yang ditimbulkan oleh

relaksasi ini mengubah fisiologi dominan simpatis

menjadi dominan sistem parasimpatis. Dalam

keadaan ini, hipersekresi katekolamin dan kortisol

Page 32: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sukmawati, Pebriani, Setiawan, Terapi Swedish Massage... 121

diturunkan dan meningkatkan hormon parasimpatis

serta neurotransmitter seperti DHEA (Dehidro-

epinandrosteron) dan dopamine atau endorfin.

Hormon endorfin adalah senyawa kimia yang mem-

buat seseorang merasa senang. Endorfin diproduksi

oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah

otak. Hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan

dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine.

Endorfin atau Endorphine mampu menimbulkan

perasaan senang dan nyaman hingga membuat sese-

orang berenergi. Regulasi sistem parasimpatis ini

akhirnya menimbulkan efek ketenangan.

Tingkat Kecemasan pada Lansia sesudah

diberikan Swedish massage

Tingkat kecemasan pada lansia di BPSTW

Budi Luhur Bantul Yogyakarta sesudah diberikan

Swedish massage terbanyak adalah kategori ringan

(60%). Tingkat kecemasan sesudah relaksasi otot

progresif pada pasien preoperasi di ruang Wijaya

Kusuma RSUD Dr. R Soeprapto Cepu kategori

ringan (48%). Relaksasi melalui pijat (massage)

merupakan salah satu tehnik alternatif yang dapat

digunakan untuk menurunkan kecemasan sese-

orang. Relaksasi mempunyai efek sensasi mene-

nangkan anggota tubuh, ringan dan merasa

kehangatan yang menyebar ke seluruh tubuh. Peru-

bahan-perubahan yang terjadi selama maupun

setelah relaksasi mempengaruhi kerja saraf otonom.

Respon emosi dan efek menenangkan yang ditim-

bulkan oleh relaksasi ini mengubahfisiologi dominan

simpatis menjadi dominan sistem parasimpatis.

Dalam keadaan ini, hipersekresi katekolamin dan

kortisol diturunkan dan meningkatkan hormon

parasimpatis serta neurotransmitter seperti DHEA

(Dehidroepinandrosteron) dan dopamine atau

endorfin. Hormon endorfin adalah senyawa kimia

yang membuat seseorang merasa senang. Endorfin

diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di

bagian bawah otak. Hormon ini bertindak seperti

morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih besar dari

morphine. Endorfinatau Endorphine mampu menim-

bulkan perasaan senang dan nyaman hingga mem-

buat seseorang berenergi. Regulasi sistem parasim-

patis ini akhirnya menimbulkan efek ketenangan.

Perubahan Tingkat Kecemasan Sesudah

Diberikan Swedish Massage

Rata-rata tingkat kecemasan pada lansia sebe-

lum diberikan Swedish Massage sebesar 19,07 dan

sesudah diberikan Swedish Massage sebesar 16,27

berarti mengalami penurunan sebesar 2,80. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang berjudul

“Massage Therapy for Stress Management :

Implications for Nursing Practice”, yang menje-

laskan bahwa tindakan perawatan sederhana

dengan fokus sentuhan, meskipun 5 menit pijatan

tangan atau kaki sederhana, dapat berguna dalam

menurunkan tingkat stres yang dirasakan pasien.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan Purnomo

(2013) yang berjudul “Pengaruh Circulo Massage

dan Swedia Massage Terhadap Penurunan Kadar

Asam Laktat Darah Pada Latihan Anaerob”, yang

menunjukkan dengan manipu­lasi swedia massage

diperoleh hasil rata-rata kadar asam laktat dalam

darah mengalami penurunan sebesar sebesar 4,79.

Pada penelitian ini penurunan tingkat kece-

masan pada kelompok perlakuan diduga sebagai

pengaruh dari pijat. Pijat merupakan teknik integrasi

sensori yang mempengaruhi aktivitas sistem saraf

otonom. Apabila seseorang mempersepsikan sen-

tuhan sebagai stimulus rileks maka akan muncul

respon relaksasi menyatakan bahwa pemberian sen-

tuhan terapeutik dengan menggunakan tangan akan

memberikan aliran energi yang menciptakan tubuh

menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, dan

membantu tubuh untuk segar kembali.

Pengaruh Pengaruh Swedish Massage terhadap

Tingkat Kecemasan

Hasil uji statistikdiperolehnilai Z hitung(-3,317)

< -Z table (-1645). Hal ini menunjukkan ada pe-

ngaruh Swedish massage terhadap tingkat kece-

masan pada lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul

Yogyakarta. Nilai Z hitung yang negatif menunjuk-

kan tingkat kecemasan lansia sesudah diberikan

Swedish massage mengalami penurunan dibanding-

kan sebelum diberikan Swedish massage. Hasil ini

didukung oleh penelitian Hermawan (2015) yang

menyimpulkan ada pengaruh Swedish massage

terhadap perubahan denyut nadi dan frekuensi per-

nafasan. Penelitian Saseno (2013) juga menunjukan

Relaksasi efektif terhadap menurunkan tingkat

kecemasan lanjut usia. Swedish massege merupa-

kan suatu kegiatan yang dapat memberikan efek

ketenangan karena adanya unsur relaksasi yang ter-

kandung di dalamnya. Rasa tenang ini selanjutnya

akan memberikan respon emosi positif yang sangat

berpengaruh dalam mendatangkan persepsi positif.

Persepsi positif selanjutnya ditransmisikan dalam

sisitem limbik dan korteks serebral dengan tingkat

konektifitas yang kompleks antara batang otak-hipo-

Page 33: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

122 Jurnal Ners dan Kebidanan, Volume 5, Nomor 2, Agustus 2018, hlm. 117–122

talamusprefrontal kiri dan kanan-

hipokampusamigdala. Transmisi ini

menyebabkan keseimbangan antara sintesis

dan sekresi neurotransmitter seperti GABA

(Gamma Amino Butiric Acid) dan antagonis

GABA oleh hipokampus dan amigdala.

Persepsi positif yang diterima dalam sistem

limbic akan menyebabkan amigdala

mengirimkan informasi kepada LC (locus

coeruleus) untuk mengaktifkan reaksi saraf

otonom. LC akan mengendalikan kinerja

saraf otonom ke dalam tahapan homeostasis.

Rangsangan saraf otonom yang terkendali

menyebabkan sekresi epinefrin dan

norepinefrin oleh medulla adrenal menjadi

terkendali. Keadaan ini akan mengurangi

semua manifestasi gangguan kecemasan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat kecemasan pada lansia di

BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta

sebelum diberikan Swedish massage kategori

sedang sebanyak (60%). Tingkat kecemasan

pada lansia di BPSTW Budi Luhur Bantul

Yogyakarta sesudah diberikan Swedish

massage kategori ringan sebanyak (60%).

Perubahan tingkat kecemasan lansia di

BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta

sebelum dan sesudah diberikan Swedish

massage menunjukkan perbedaan sebesar

2,80. Ada pengaruh Swedish massage

terhadap tingkat kecemasan pada lansia di

BPSTW Budi Luhur Bantul Yogyakarta,

ditunjukkan dengan hasil uji Wilcoxon

diperoleh p-value 0,001.

Saran

Bagi petugas BPSTW Budi Luhur

Bantul Yogyakarta, diharapkan dapat

menerapkan terapi Swedish massage sebagai

salah satu intervensi untuk mengatasi tingkat

kecemasan pada lansia. Bagi lansia,

hendaknya lansia dapat melaksanakan terapi

Swedish massage secara rutin dan teratur.

Peneliti lain, peneliti selanjutnya perlu

memperhatikan variabel penggangu yang

dapat mempengaruhi kecemasan seperti

peristiwa traumatic, konflik emosional,

konsep diri terganggu, frustasi, gangguan

fisik, pola mekanisme koping keluarga,

riwayat gangguan kecemasan, medikasi,

ancaman tehadap integritas fisik, dan

ancaman terhadap harga diri.

DAFTAR RUJUKAN Cassar, M.P. 2004. Hand book of clinical massage. (2 nd

ed). London: Elsevier Churchill Livingstone

Dinkes DIY. 2014. Profil Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2013. Yogyakarta: Dinkes DIY

Gellis, ZD, Kim, EG, & Mccracken, SG. 2014. Chapter

2: Anxiety Disorders In Older Adults. Council On

Social Work Education, 1-19.

Hadibroto, I dan Alam, S. 2006. Seluk Beluk Pengobatan

Alternatif dan Komplementer. Jakarta: PT Bhuana

Ilmu Populer.

Hermawan, S. 2015. Perbandingan Pengaruh Sport

Massage Dan Swedish Massage Terhadap

Perubahan Denyut Nadi dan Frekuensi

Pernafasan. Skripsi. Program Studi Ilmu

Keolahragaan Jurusan Pendidikan Olahraga

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Yogyakarta. eprints.uny.ac.id/

.../Skripsi_Soni%20hermawan_116031410.

Kemenkes. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun

2013. Jakarta: Kemenkes RI.

Maryam, R. 2012. Mengenal Usia Lanjut dan

Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Olney, C.M. 2005. The effect of therapeutic back

massage in hypertensive persons: a preliminary

study. Biological Research for Nursing.

Purnomo, NT. 2013. Pengaruh Circulo Massage dan

Swedia Massage Terhadap Penurunan Kadar

Asam Laktat Darah Pada Latihan Anaerob.

Journal of Physical Education and Sports, vol. 2,

No. 1(1). Dilihat 26 September 2016.,

<http://journal.unnes. ac.id/sju/index.php/jpes>.

Saseno. 2013. Efektifitas Relaksasi Terhadap Tingkat

Kecemasan pada Lansia di Posyandu Lansia Adhi

Yuswa RW. X Kelurahan Kramat Selatan. Jurnal

Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 9 No.3

Oktober.

Stuart, GW. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa.

Terjemahan Ramona, P.K., Yudha, E.K. Jakarta:

EGC.

Suriyati. 2015. Efektifitas Pemberian Aromaterapi

Lavender Terhadap Penurunan Tingkat

Kecemasan Pada Lanjut Usia di Panti Graha

Kasih Bapa Kabupaten Kubu Raya. Skripsi.

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.

http://download.portalgar u d a . o r g / a r t i c l e .

p h p ? a r t i c l e =

337247&val=5161&title=EFEKTIFITAS%

20PEMBERIAN% 20A ROMATERAPI%20LA

VENDER%20TERHADAP%20PENURUNAN%

20TIN

GKAT%20KECEMASAN%20PADA%20LANJ

UT %20USIA%20DI%20PANTI%20GRAH A %

2 0 K A S I H % 2 0 B A P A % 2 0

KABUPATEN%20KUBU%20RAYA.

Tappan, F & Benjamin, P. 2004. Healing Massage

Technique. Connecticcut: Appleton & Lange.

Page 34: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA SEBELUM

DAN SESUDAH DIBERIKAN TERAPI RELAKSASI NAFAS

DALAM DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

Inra1)

, Tanto Hariyanto2)

, Ragil Catur Adi W.3)

1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang 3)

Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang

E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tingkat kecemasan merupakan suatu tingkat respon dari suatu kondisi yang menimbulkan

gejala penyerta baik fisiologis maupun psikologis yang bisa menurunkan kesehatan pada

lansia. Penatalaksanaan kecemasan yang mudah dilakukan lansia seperti melakukan terapi

relaksasi nafas dalam yang bertujuan meningkatkan konsentrasi dan memberikan

ketenangan. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan lansia

sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas dalam di Kelurahan Tlogomas

Malang. Desain penelitian mengunakan desain pra-eksperimental dengan one-group pra-

post test design. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 165 orang dengan penentuan

sampel penelitian menggunakan purposive sampling sehingga didapatkan sampel

penelitian sebanyak 30 lansia. Instrumen pengumpulan data menggunakan lembar

kuesioner. Analisa data yang di gunakan yaitu uji paired t-test. Hasil penelitian

membuktikan sebelum melakukan terapi relaksasi nafas dalam hampir seluruhnya (76,7%)

lansia mengalami tingkat kecemasan sedang dan sesudah melakukan terapi relaksasi nafas

dalam hampir seluruhnya (90,0%) lansia mengalami tingkat kecemasan ringan. Hasil uji

paired t test didapatkan p-value= (0,000) <(0,050) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan tingkat kecemasan lansia sebelum dan sesudah diberikan terapi relaksasi nafas

dalam di Kelurahan Tlogomas Malang. Berdasarkan hasil penelitian untuk menurunkan

tingkat kecemasan pada lansia perlu dilakukan terapi relaksasi nafas dalam.

Kata Kunci : Lansia; terapi relaksasi nafas; tingkat kecemasan.

338

Page 35: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

DIFFERENT LEVELS OF ANXIETY BEFORE AND AFTER AFTER GIVEN

RELAXATION THERAPY IN THERAPY IN KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

ABSTRACT

The level of anxiety is a level of response from a condition that raises accompanying

symptoms both physiologically and psychologically which can reduce the health of the

elderly. Management of anxiety that is easy for the elderly to do such as doing deep

breathing relaxation therapy which aims to improve concentration and provide calmness.

The purpose of the study was to determine the differences in anxiety levels of the elderly

before and after breathing therapy in deep breath in Tlogomas, Malang. The research

design uses pre-experimental design in the field with the design of one-group pre-post test

design. The population in this study were 165 people with the determination of the study

sample using purposive sampling so that the research sample was 30 elderly. The

technique of collecting data uses a questionnaire sheet instrument. The data analysis

method used is a paired t test. The results showed that before practicing breath relaxation

in almost (76.7%) of the elderly experienced moderate anxiety levels and after breathing

relaxation therapy in almost (90.0%) of the elderly experienced mild anxiety levels. The

paired t test test results obtained p value = (0.000) <(0.050) so that it can be concluded

that there were differences in the anxiety level of the elderly before and after being given

breath relaxation therapy in Tlogomas, Malang. Based on the results of research to

reduce anxiety levels in the elderly by doing deep breathing relaxation therapy.

Keywords: Elderly, Breath Relaxation Therapy, Anxiety Level.

PENDAHULUAN sedangkan di Jawa Timur pada tahun 2014

jumlah lansia mencapai 2,971,004 jiwa

Proses memasuki usia lanjut maka dan di Kota Malang tahun 2014 mencapai

akan terjadi perubahan-perubahan fisik 836.373 jiwa lansia (Depkes RI, 2014).

seperti kulit sudah tidak kencang,otot-otot Masa lanjut usia sebagai tahapan

sudah mengendordan organ-organ paling akhir dalam perjalanan hidup

tubuhnya kurang berfungsi dengan baik. manusia, sehingga mengalami berbagai

Data World Health Organization (WHO) permasalahan yang dihadapi, berupa

tahun 2014 mencatat terdapat 600 juta perubahan fisik seperti penurunan fungsi

jiwa lansia di seluruh dunia. Sedangkan sel, sistem pendengaran, sistem

menurut Badan Pusat Statistik (BPS) penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem

tahun 2014 tercatat jumlah lansia pengaturan temperatur (suhu tubuh),

Indonesia mencapai jumlah 28 juta jiwa, sistem respirasi, sistem gastrointestinal,

339

Page 36: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News

Volume 4, Nomor 1, 2019

sistem endokrin, sistem kulit serta sistem

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan

Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di

Kelurahan Tlogomas Malang

memberikan rasa tenang dan mengurangi

muskulosletal yang menimbulkan detak jantung dan menurunkan tekanan

kecemasan terhadap kesehatan tubuhnya. darah (Triyanto, 2014). Pemberian

Kecemasan merupakan reaksi emosional relaksasi nafas dalam sangat mudah untuk

terhadap persepsi adanya bahaya, baik dilakukan bahkan dapat dilakukan secara

yang nyata maupun yang belum tentu ada. mandiri, relatif mudah dilakukan dan tidak

Kecemasan sendiri merupakan suatu membutuhkan waktu yang lama, serta

kondisi yang dialami oleh setiap lansia mampu membantu relaksasi otot

dalam kehidupan sehari-hari ketika pembuluh darah sehingga membuat aliran

mereka merasa berada dalam posisi yang darah ke seluruh tubuh menjadi lancar

membahayakan dirinya (Arfian, 2013). seluruh tubuh.

Tingkat kecemasan pada lansia Terapi teknik relaksasi nafas dalam

merupakan suatu tingkat respon dari suatu merupakan salah satu terapi relaksasi yang

kondisi yang menimbulkan gejala-gejala mampu membuat tubuh menjadi lebih

penyerta baik fisiologis maupun tenang dan harmonis, serta mampu

psikologis. Tingkat kecemasan dapat memberdayakan tubuhnya untuk

dipengaruhi karena faktor predisposisi mengatasi gangguan yang menyerangnya.

yaitu lingkungan, emosi yang ditekan, Teknik relaksasi nafas dalam merupakan

sebab-sebab fisik dan keturunan. Tidak suatu teknik untuk melakukan nafas

hanya faktor tersebut di atas yang dapat dalam, nafas lambat (menahan inspirasi

mempengaruhi tingkat kecemasan, karena secara maksimal) dan bagaimana

aktivitas fisik juga merupakan salah satu menghembuskan nafas secara perlahan.

faktornya (Catharina, 2014). Lansia yang

mengalami kecemasan secara berlebihan

Manfaat melakukan teknik relaksasi nafas

dalam dapat meningkatkan ventilasi paru

bisa menyebabkan masalah kesehatan dan meningkatkan oksigen darah.

seperti peningkatan tekanan darah dan Penatalaksanaan terapi relaksasi nafas

gangguan pola tidur. Meningkatnya dalam untuk menurunkan tekanan darah

tekanan darah dalam arteri bisa terjadi dan memberi ketenangan jiwa karena

melalui beberapa cara seperti jantung terapi relaksasi nafas dalam dapat

memompa lebih kuat sehingga dilakukan secara mandiri, relatif mudah

mengalirkan lebih banyak cairan pada dilakukan dan tidak membutuhkan waktu

setiap detiknya yang menyebabkan lama untuk terapi (Dargobercia, 2011).

naiknya tekanan darah (Fridalni, 2014). Hasil penelitian Wardani (2015),

Penatalaksanaan kecemasan yang didapatkan dari 30 responden diketahui

mudah dilakukan lansia seperti melakukan

terapi relaksasi nafas dalam. Melakukan

sebelum melakukan relaksasi nafas dalam

sebanyak 21 (70%) responden mengalami relaksasi nafas dalam meningkatkan kecemasan sedang dan sesudah

konsentrasi dan mempermudah mengatur melakukan relaksasi nafas dalam selama 3

nafas, meningkatkan oksigen dalam darah, hari secara teratur sebanyak 26 (87%)

menurunya hormon adrenalin, responden mengalami kecemasan ringan.

340

Page 37: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

Perbedaan dengan penelitian terdahulu desain one-group pra-post test design.

terletak di lama pengukuran yaitu Populasi dalam penelitian ini adalah

penelitian terdahulu hanya memberikan semua lansia di RW 02 Kelurahan

perlakuan relaksasi nafas dalam selama 3 Tlogomas sebanyak 165 orang dengan

hari sedangkan penelitian sekarang selama penentuan sampel penelitian

7 hari, dari hal tersebut memberi menggunakan teknik purposive sampling

pandangan bahwa dalam lansia yang sehingga didapatkan sampel penelitian

melakukan relaksasi nafas dalam secara sebanyak 30 lansia. Kriteria inklusi dari

rutin selama 10 menit dalam satu hari penelitian ini adalah: a) Lansia berusia

mampu mengontrol kecemasan lansia.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

lebih dari 60 tahun di RW 02 Kelurahan

Tlogomas Malang, b) Bersedia menjadi dilakukan peneliti pada tanggal 25 responden, c) Tidak mengalami gangguan

Septembar 2016 dilakukan wawancara mental dan d) Bersedia melakukan terapi

pada 10 lansia di RW 02 Kelurahan relaksasi nafas dalam selama 7 hari secara

Tlogomas Malang diketahui bahwa teratur.

sebanyak 3 lansia mengaku tidak khawatir

dengan kondisi ekonomi keluarga karena

Variabel independen dalam penelitian

ini yaitu terapi relaksasi nafas dalam dan mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, variabel dependent yaitu tingkat

sedangkan sebanyak 7 lansia mengaku kecemasan. Instrumen penelitian

sering gelisah dan khawatir terhadap menggunakan Kuesioner GAS (Geriatric

kondisi ekonomi keluarga, hal ini Anxiety Scale) untuk variabel dependen.

membuktikan bahwa kecemasan pada Dengan menggunakan etika

lasia masih tinggi yang kemungkinan penelitian: respect for human dignity,

disebabkan oleh faktor ekonomi, umur respect for privacy and confidentiality,

yang semakin tua dan rendahnya respect for justice and inclusiveness, dan

pengetahuan lansia dalam penyembuhan

penyakit yang dialaminya, sehingga perlu

adanya pemberian informasi kepada lanjut

usia tentang penanganan kecemasan.

memperhitungkan manfaat dan kerugian

yang ditimbulkan, penelitian dilakukan di

RW 02 Kelurahan Tlogomas Malang pada

tanggal 26 Februari sampai 5 Maret 2017.

Tujuan penelitian untuk mengetahui Penelitian ini dilakukan dengan

perbedaan tingkat kecemasan lansia prosedur:

sebelum dan sesudah diberikan terapi 1. Peneliti mendatangi lansia satu persatu

relaksasi nafas dalam di RW 02 Kelurahan di RW 02 Kelurahan Tlogomas

Tlogomas Malang. Malang.

2. Sebelum melakukan penelitian, terlebih

dahulu peneliti menjelaskan maksud

METODE PENELITIAN dan tujuan dari penelitian.

3. Apabila lansia telah memahami dan

Desain penelitian mengunakan desain bersedia menjadi responden maka

pra-eksperimental di lapangan dengan

341

Page 38: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News

Volume 4, Nomor 1, 2019

peneliti memberikan lembar informed

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan

Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di

Kelurahan Tlogomas Malang

Tabel 1. Karakteristik Responden

consent.

4. Sebelum melakukan terapi relaksasi

nafas dalam (pre test) maka terlebih

dahulu diukur kecemasan lansia

dengan memberikan kuesioner GAS

(Geriatric Anxiety Scale).

5. Peneliti menjelaskan sekaligus

mempraktek cara melakukan terapi

relaksasi nafas dalam sampai lansia

dapat melakukan terapi relaksasi nafas

dalam berturut-turut selama 7 hari

secara teratur sebelum tidur maupun

saat waktu luang.

6. Pada hari ke tujuh, responden diukur

lagi tingkat kecemasan dengan

Karakteristik Responden f (%)

Usia

60-74 tahun (Elderly) 28 93 75-90 tahun (Old) 2 7

Jenis Kelamin Laki – laki 20 67 Perempuan 10 33

Pendidikan Tidak sekolah 10 33,3

SD 13 43,3 SMP 4 13,3 SMA 3 10,0

Pekerjaan Buruh 2 6,7 Pedagang 3 10,0 Pensiun 5 16,7 Swasta 1 3,3 Tidak Bekerja 19 63,3

memberikan kuesioner GAS (Geriatric

Anxiety Scale) untuk mendapatkan data

post test.

7. Pengumpulan data tersebut dilakukan

kepada masing-masing lansia sampai

mencukupi jumlah sampel yang

dibutuhkan yaitu 30 responden.

Setelah data dikumpulkan, kemudian

data diolah dan di analisis dengan

menggunakan paired t test.

Berdasarkan Tabel 2 menunjukan

hampir seluruhnya (76,7%) responden

mengalami tingkat kecemasan sedang

sebelum melakukan terapi relaksasi nafas

dalam pada lansia di RW 02 Kelurahan

Tlogomas Malang.

Tabel 2. Identifikasi Tingkat Kecemasan

Sebelum Melakukan Terapi

Relaksasi Nafas Dalam Pada

Lansia di RW 02 Kelurahan

Tlogomas Malang Tahun 2017 Tingkat Kecemasan f (%)

Ringan 3 10,0 HASIL DAN PEMBAHASAN Sedang 23 76,7

Berat 4 13,3

Berdasarkan Tabel 1 menunjukan Total 30 100

hampir seluruhnya (93%) responden

berusia 60 – 74 tahun (elderly), sebagian

besar (67%) responden berjenis kelamin

laki-laki, hampir setengahnya (43,3%)

responden berpendidikan SD, dan

sebagian besar 19 (63,3%)responden tidak

bekerja.

Berdasarkan Tabel 3 menunjukan

hampir seluruhnya (90,0%) responden

mengalami tingkat kecemasan ringan

sesudah melakukan terapi relaksasi nafas

dalam pada lansia di RW 02 Kelurahan

Tlogomas Malang.

342

Page 39: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

Tabel 3. Identifikasi Tingkat Kecemasan sedang sebelum melakukan terapi

Sesudah Melakukan Terapi relaksasi nafas dalam pada lansia di RW

Relaksasi Nafas Dalam Pada 02 Kelurahan Tlogomas Malang.

Lansia di RW 02 Kelurahan Responden yang mengalami tingkat

Tlogomas Malang Tahun 2017 kecemasan sedang diketahui dari 80%

Tingkat Kecemasan f (%)

Ringan 27 90,0

Sedang 3 10,0

Total 30 100

lansia mudah terkejut, sebanyak 79%

terlalu khawatir dengan kondisi fisik yang

semakin menua dan penurunan fungsi

tubuh, sebanyak 78% lansia susah

Penelitian ini mengunakan uji

paired t test untuk menentukan perbedaan

tingkat kecemasan lansia sebelum dan

sesudah diberikan durasi terapi relaksasi

nafas dalam, keabsahaan data dilihat dari

tingkat signifikasi (α) kurang dari 0,050.

Hasil analisis uji paired t test didapatkan p

value = (0,000) < (0,050) sehingga H1

diterima, artinya ada perbedaan tingkat

kecemasan lansia sebelum dan sesudah

diberikan terapi relaksasi nafas dalam.

Hasil penelitian menunjukan bahwa

sebelum melakukan terapi relaksasi nafas

dalam didapatkan mean sebesar 43,20

artinya tingkat kecemasan pada lansia

kategori sedang dan sesudah melakukan

terapi relaksasi nafas dalam didapatkan

mean sebesar 18,13 artinya tingkat

kecemasan pada lansia kategori ringan,

hal ini dapat dipahami bahwa terdapat

penurunan tingkat kecemasan pada lansia

sesudah melakukan terapi relaksasi nafas

dalam selama 7 hari.

Tingkat Kecemasan Sebelum

Melakukan Terapi Relaksasi Nafas

Dalam Pada Lansia

Berdasarkan Tabel 2 didapatkan

bahwa hampir seluruhnya (76,7%)

responden mengalami tingkat kecemasan

berkonsentrasi sehingga sulit untuk duduk

diam, sebanyak 72% lansia merasa seperti

kehilangan kontrol untuk melakukan

aktivitas dan mengalami kesulitan untuk

tidur.

Lansia yang mengalami tingkat

kecemasan sedang dikarenakan cemas atas

penurunan kinerja fisik untuk melakukan

aktivitas sehari-hari seperti penurunan

sistem pendengaran, sistem penglihatan

dan sistem kulit. Lansia juga mengalami

penurunan penghasilan yang

menyebabkan cemas atas kekurangan

kebutuhan sehari-hari. Faktor penyebab

lansia mengalami tingkat kecemasan

sedang yaitu umur, pendidikan dan

ekonomi (pendapatan). Faktor umur

didapatkan 93% lansia berusia 60 – 74

tahun (elderly), hal ini dapat dipahami

bahwa seseorang yang memasuki usia

lebih dari 60 tahun akan mengalami

penurunan kinerja fisik yang

menyebabkan kecemasan karena tidak

bisa melakukan aktivitas sehari-hari

dengan baik. Menurut Santrock (2012),

seseorang yang memasuki usia lanjut

mengalami fase menurunnya kemampuan

akal dan fisik,yang dimulai dengan adanya

beberapa perubahan dalam hidup. Faktor

pendidikan didapatkan 43,3% lansia

berpendidikan SD, sehingga dapat 343

Page 40: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

dipahami bahwa pendidikan yang rendah mengalami tingkat kecemasan ringan

menyebabkan lansia tidak mengetahui diketahui 53% lansia kadang-kadang

cara mengendalikan kecemasan. Menurut merasakan sakit punggung, sakit leher

Azizah (2011), seseorang yang atau kram otot apabila selesai melakukan

berpendidikan rendah tidak mengetahui aktivitas, hal ini dikarenakan fungsi fisik

cara mengendalikan kecemasan salah lansia menurun, didapatkan juga sebanyak

satunya dengan cara melakukan relaksasi 27% lansia mengalami kesulitan untuk

nafas dalam. Faktor ekonomi didapatkan tidur.

63,3% lansia tidak bekerja, hal ini Lansia mengalami tingkat

membuktikan bahwa lansia tidak kecemasan ringan disebabkan adanya

menghasilkan pendapatan untuk tindakan yang dilakukan lansia yaitu

mencukupi kebutuhan sehari-hari. melakukan melakukan terapi relaksasi

Menurut Maryam (2011), lansia yang nafas dalam selama 10 menit sebelum

tidak bekerja akan tergantung terhadap tidur dalam 7 malam. Melakukan terapi

keluarga sehingga menimbulkan cemas relaksasi nafas dalam sangat mudah

karena tidak mampu memenuhi kebutuhan dilakukan lansia secara mandiri dan tidak

pribadi secara mandiri. membutuhkan waktu lama. Melakukan

Berdasarkan data didapatkan terapi relaksasi nafas dalam bisa

sebanyak 13,3% lansia mengalami tingkat menurunkan kecemasan karena mampu

kecemasan berat seperti sering khawatir, membuat tubuh menjadi lebih tenang dan

firasat buruk, takut akan fikirannya mampu memberdayakan tubuh untuk

sendiri, mudah tersinggung, mengatasi permasalahan yang dihadapi

merasategang, tidak tenang,gelisah,mudah lansia. Manfaat melakukan teknik

terkejut. Penatalaksanaan tingkat relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan

kecemasan sedang sampai berat yang ventilasi paru, meningkatkan oksigen

dialami lansia dengan melakukan terapi darah dan memberi ketenangan jiwa

relaksasi nafas dalam pada saat waktu (Darmojo, 2011).

luang sebelum tidur secara teratur setiap Melakukan terapi relaksasi nafas

malam selama 10 menit (Dargobercia, dalam mampu mengendalikan gerakan

2011). diafragma, sehingga mengalami perasaan

lebih stabil, lebih terpusat, dan lebih

Tingkat Kecemasan Sesudah rileks, hal ini memberikan ketenangan

Melakukan Terapi Relaksasi Nafas psikis kepada lansia untuk mengurangi

Dalam Pada Lansia tingkat kecemasan. Terapi relaksasi nafas

Berdasarkan Tabel 3 didapatkan dalam bertujuan melatih pernafasan

bahwa hampir seluruhnya (90,0%) dengan mengatur iramanya secara baik

responden mengalami tingkat kecemasan dan benar secara perlahan, sehingga

ringan sesudah melakukan terapi relaksasi menciptakan pemusatan pikiran dan

nafas dalam pada lansia di RW 02 penghayatan, meningkatkan kesehatan

Kelurahan Tlogomas Malang. Lansia yang fisik dan mental untuk mempercepat

344

Page 41: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

menurunkan tingkat kecemasan (Smith, artinya tingkat kecemasan pada lansia

2011). kategori ringan, hal ini dapat di pahami

Berdasarkan data didapatkan 10% bahwa terdapat penurunan tingkat

lansia mengalami tingkat kecemasan kecemasan pada lansia sesudah

sedang sehingga lansia perlu melakukan melakukan terapi relaksasi nafas dalam

teknik relaksasi nafas dalam sampai rasa selama 7 hari.

kecemasan menjadi kurang. Cara Durasi terapi relaksasi nafas dalam

melakukan terapi relaksasi nafas dalam selama 10 menit yang berpengaruh

sebelum tidur yaitu lansia mengambil dengan penurunan tingkat kecemasan

posisi duduk bersilang didalam kamar pada lansia dikarenakan saat melakukan

dengan suasana sepi, meletakan kedua terapi relaksasi nafas dalam terjadi

tangan di dada, menarik nafas dalam peningkatan konsentrasi dan

sebanyak 3 kali melalui hidung secara mempermudah mengatur nafas,

perlahan, tahan nafas selama 10 detik, meningkatkan oksigen dalam darah,

pertahankan bahu tetap rileks, dada bagian menurunya hormon adrenalin,

atas tidak bergerak, biarkan rongga perut merangsang endorphin dan enkephalin

bergerak naik dan keluarkan nafas secara sehingga memberikan rasa tenang,

perlahan-lahan sampai dada terasa mengurangi detak jantung serta

mengempis (pernafasan yang digunakan menurunkan tekanan darah sehingga

adalah pernafasan diafragma dan paru), menurunkan tingkat kecemasan lansia.

ulangi 10 kali selama 10 menit (Muttaqin, Menurut Nevid & Green (2013),

2011). melakukan terapi relaksasi nafas dalam

secara rutin dan terkontrol saat waktu

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia tertentu dengan cara menghirup udara

Sebelum Dan Sesudah Diberikan melalui hidung dengan mulut tertutup

Terapi Relaksasi Nafas Dalam kemudian hembus melalui mulut terbuka

Berdasarkan analisis data dengan sedikit secara perlahan-lahan hingga tubuh

mengunakan uji paired t test didapatkan terasa rileks mampu mengurangi

bahwa p value = (0,000) < (0,050), kecemasan lansia.

sehingga H1 diterima artinya ada Melakukan terapi relaksasi nafas

perbedaan tingkat kecemasan lansia dalam mampu memusatkan konsentrasi

sebelum dan sesudah diberikan terapi pada irama pernafasan yang teratur,

relaksasi nafas dalam di RW 02 Kelurahan dinamis dan harmonis, dengan melakukan

Tlogomas Malang. Berdasarkan hasil olah nafas dengan pemusatan pikiran

penelitian didapatkan mean sebelum dapat membuat pembuluh darah lebih

melakukan terapi relaksasi nafas dalam elastis, sirkulasi dan aliran darah menjadi

sebesar 43,20 artinya tingkat kecemasan lebih lancar yang mengakibatkan tubuh

pada lansia kategori sedang dan menjadi hangat, kerja jantung akan lebih

didapatkan mean sesudah melakukan ringan sehingga menurunkan tingkat

terapi relaksasi nafas dalam sebesar 18,13 kecemasan lansia. Relaksasi meditasi

345

Page 42: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News

Volume 4, Nomor 1, 2019 pernafasan menggunakan sistem saluran

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan

Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di

Kelurahan Tlogomas Malang

dalam mengalami tingkat kecemasan nafas, mengistirahatkan otot-otot tubuh sedang.

maka kebutuhan oksigen ke jaringan lebih 2) Hampir seluruh lansia di RW 02

baik, dengan demikian kebutuhan Kelurahan Tlogomas Malang sesudah

penggunaan oksigen di darah lebih melakukan terapi relaksasi nafas

tercukupi, maka dengan banyaknya dalam mengalami tingkat kecemasan

oksigen akan melancarkan peredaran ringan.

keseluruh tubuh dan membantu 3) Ada perbedaan tingkat kecemasan

pemompaan jantung lebih teratur sehingga lansia sebelum dan sesudah diberikan

memberi kenyamanan yang membuat terapi relaksasi nafas dalam di RW 02

tingkat kecemasan mengalami penurunan Kelurahan Tlogomas Malang.

(Dargobercia, 2011).

Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan olehWardani, SARAN

(2015), membuktikan bahwa ada

pengaruh terapi relaksasi nafas dalam Peneliti selanjutnya melakukan

terhadap tingkat kecemasandengan p pengukuran tingkat kecemasan setiap hari

value = 0,003, sehingga dapat dipahami setelah melakukan terapi relaksasi nafas

bahwa melakukan nafas dalam mampu dalam.

memberikan ketenangan pikiran dan

kejiwaan sehingga lansia merasa tenang

yang bisa menurunkan tingkat kecemasan. DAFTAR PUSTAKA

Menurut penelitian Catharina (2014),

menjelaskan cara menurunkan tingkat Arfian. 2013. Hubungan Tingkat

kecemasan yang efektif salah satunya Kecemasan Terhadap Kualitas

dengan melakukan terapi relaksasi nafas Hidup Para Lanjut Usia. Jurnal

dalam secara teratur selama 10 menit Kesehatan. Vol. 2 (3): Universitas

setiap hari. Menurut Dargobercia (2011), Indonesia.

melakukan terapi relaksasi nafas dalam http://journal.ui.ac.id/home/ diakses

selama 10 menit sudah cukup memberikan tanggal 02 Maret 2017.

ketenangan jiwa, pikiran dan Azizah. 2011. Keperawatan Lanjut Usia.

menstabilkan detak jantung sehingga Yogyakarta: Graha Ilmu.

mampu mengurangi rasa kecemasan. Catharina. 2014. Hubungan Tingkat

Kecemasan Terhadap Kekambuhan

Hipertensi Pada Lanjut Usia Di

KESIMPULAN Kelurahan Dinoyo Kota Malang.

Jurnal Kesehatan. Vol. 3 (1):

1) Hampir seluruh lansia di RW 02 Universitas Brawijaya Malang.

Kelurahan Tlogomas Malang sebelum http://web.jurnal.ub.ac.id/ diakses

melakukan terapi relaksasi nafas tanggal 02 Maret 2017

346

Page 43: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Nursing News Volume 4, Nomor 1, 2019

Perbedaan Tingkat Kecemasan Lansia Sebelum dan Sesudah Diberikan Terapi Relaksasi Nafas Dalam di Kelurahan Tlogomas Malang

Dargobercia. 2011. Cara Menjaga Tingkat Santrock, J. W. 2012. Perkembangan

Kecemasan Manusia. Yogyakarta: Masa Hidup: Edisi Kelima

PT. Graha Ilmu. (Terjemahan Juda Damanik &

Darmojo, H. 2011. Geriatrik (Ilmu Achmad Chusairi). Jakarta. UI.

Kesehatan) Edisi 3. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI.

Press

Smith, J. 2011. Relaxation, Meditation & Depkes RI. 2014. Profil Kesehatan mindfulness: A mental Health

Indonesia 2014 Menuju Indonesia Practi- tioner’s Guide to New and

Sehat. Jakarta: Departemen Traditional Approaches. New York:

Kesehatan. Springer Publishing Company Inc.

Fridalni, N. 2014. Pengaruh Pemberian WHO. 2014. Physical Activity. In Guide

Jus Semangka (Cilitrus Vulgaris To Community Preventive Service.

Schrad) Terhadap Penurunan Geneva: WHO

Tekanan Darah Lansia Dengan Triyanto. 2014. Mekanisme Fisiologis

Riwayat Hipertensi Di Kota Padang. Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

Jurnal Keperawatan. Vol. 7 (9): Penurunan Kecemasan dan Tekanan

Siteba Padang. Darah (Hipertensi). Jakarta:

http://www.siteba.com.id/jurnal Salemba Medika.

diakses tanggal 17 September 2016. Wardani, D. 2015. Pengaruh Terapi

Maryam. 2011. Mengenal Usia Lanjut Relaksasi Nafas Dalam Terhadap

dan Keperawatannya. Jakarta: Tingkat Kecemasan Dan Tekana

Salemba Medika. Darah (Studi Kasus di Instalasi

Muttaqin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Rawat Jalan Poli Spesialis Penyakit

Klien Dengan Gangguan Sistem Dalam RSUD Tugurejo Semarang).

Kardiovaskuler Dan Hematologi. Jurnal Kesehatan. Vol. 2 (2):

Jakarta: Salemba Medika. Universitas Negeri Semarang.

Nevid, J.S & Green, B. 2013. Psikologi

Abnormal Jilid 1. Jakarta: Erlangga

http://web.journal.unnes.ac.id/

diakses tanggal 02 Maret 2017

347

Page 44: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Clinical Gerontologist

ISSN: 0731-7115 (Print) 1545-2301 (Online) Journal homepage: http://www.tandfonline.com/loi/wcli20

The Effects of Mindfulness and Self-Compassion on Improving the Capacity to Adapt to Stress Situations in Elderly People Living in the Community

Josefa Perez-Blasco PhD, Alicia Sales PhD, Juan C Meléndez PhD & Teresa Mayordomo PhD

To cite this article: Josefa Perez-Blasco PhD, Alicia Sales PhD, Juan C Meléndez PhD & Teresa

Mayordomo PhD (2016) The Effects of Mindfulness and Self-Compassion on Improving the

Capacity to Adapt to Stress Situations in Elderly People Living in the Community, Clinical

Gerontologist, 39:2, 90-103, DOI: 10.1080/07317115.2015.1120253

To link to this article: http://dx.doi.org/10.1080/07317115.2015.1120253

Accepted author version posted online: 16 Dec 2015.

Submit your article to this journal

Article views: 70

View related articles

View Crossmark data

Full Terms & Conditions of access and use can be found at

http://www.tandfonline.com/action/journalInformation?journalCode=wcli20 Download by: [University of California, San Diego] Date: 15 March 2016, At: 14:49

Page 45: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST

2016, VOL. 39, NO. 2, 90–103

http://dx.doi.org/10.1080/07317115.2015.1120253

ARTICLES

The Effects of Mindfulness and Self-Compassion on Improving the Capacity to Adapt to Stress Situations in Elderly People Living in the Community

Josefa Perez-Blasco, PhD, Alicia Sales, PhD , Juan C Meléndez, PhD , and Teresa Mayordomo, PhD

University of Valencia, Valencia, Spain

ABSTRACT

Objectives: This study aimed to show the effectiveness of mind-fulness and self-compassion therapy in improving coping ability and adaptation to stressful situations in the elderly. Methods: Forty-five elderly non-institutionalized adults were ran-domized to either treatment or a treatment waiting list. A pre-and post-treatment assessment was performed, consisting of the Brief Resilient Coping Scale (BRCS), Depression Anxiety Stress Scales (DASS), and Coping Strategies Questionnaire. The program was developed over 10 sessions lasting 120 minutes each. Results: Analysis of variance for repeated measures showed sig-nificant differences in the time-group interaction for the treat-ment’s effectiveness in improving resilience, positive reappraisal and avoidance strategies, and decreasing anxiety, problem-solving coping, negative self-focus, overt emotional expression and religion. Conclusions: The mindfulness and self-compassion program is useful for improving resilience and coping strategies and reducing anxiety and stress levels in the elderly.

KEYWORDS

Anxiety; coping; mindfulness; resilience; self-compassion

Introduction Interest in mindfulness and its enhancement has increased in recent years.

Derived from ancient Buddhist and Yoga practices, the term mindfulness may be

used to describe a psychological trait, a practice for cultivating mindfulness (e.g.,

mindfulness meditation), a mode or state of awareness, or a psychological process.

Mindfulness refers to a process that leads to a mental state character-ized by

non-judgmental awareness of the present moment experience, includ-ing one’s

sensations, thoughts, bodily states, consciousness, and the environment,

while encouraging openness, curiosity, and acceptance (Bishop et al., 2004).

Mindfulness has been broadly conceptualized as a state in which one is highly

aware and focused on the reality of the present moment, accepting and

acknowledging it, without getting caught up in thoughts about the situation or

emotional reactions to it (Kabat-Zinn, 1990).

CONTACT Alicia Sales [email protected] Department of Developmental Psychology, University of Valencia, Valencia, Spain.

© 2016 Taylor & Francis

Page 46: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 91

In relation to this concept, compassion involves sensitivity to the experi-

ence of suffering, coupled with a deep desire to alleviate that suffering

(Goetz, Keltner, & Simon-Thomas, 2010). Neff (2003a) operationalized self-

compassion as consisting of three main elements: kindness, common

humanity, and mindfulness. These components combine and mutually

interact to create a self-compassionate frame of mind. Currently, there are

programs for increasing self-compassion whose benefits are being tested

experimentally. Gilbert and Procter (2006) developed a group-based therapy

intervention for clinical populations called Compassionate Mind Training

(CMT). CMT is designed to help people develop self-compassion skills,

especially when their usual way of relating to themselves involves self-

attack. Germer and Neff (2013) developed a training program called

Mindful Self-Compassion (MSC), designed to teach self-compassion skills to

the general population. Experimental studies that include training in

mindfulness and self-compassion for mental health have shown positive

results (Phillips & Ferguson, 2013)

Mindfulness-based interventions have brought about a revolution in the

health sciences field in recent years, and their efficacy has been shown in

numerous clinical and non-clinical contexts (see meta-analysis by Eberth &

Sedlmeier, 2012; Visted, Vøllestad, Nielsen, & Nielsen, 2015).

One demonstrated effect of this type of therapy is increased coping ability

and adaptation to stressful situations (Weinstein, Brown, & Ryan, 2009).

Specifically, a person is more likely to face a situation adaptively if he/she is

able to consciously observe the situation and objectively note the internal

aspects, thoughts and emotions taking place, instead of focusing on negative

thought patterns or distorted past- or future-oriented thoughts (McCullough,

Orsulak, Brandon, & Akers, 2007).

Approach coping is generally considered adaptive because an effort is

made to resolve stressful situations or to overcome the stress associated

with them. Coping based on the Lazarus and Folkman (1984) paradigm is

conceptualized as having two dimensions, problem-focused versus emotion-

focused coping. The objective of problem-focused coping is to manage or

change the problem that causes the disturbance. Emotion-focused coping

methods regulate the person’s emotional response to the problem. Resilience is

inextricably linked to coping, as it is an outcome of good adaptation to

stressful situations. Masten (2001) described it as ―a class of phenomena

characterized by good outcomes in spite of threats to adaptation or develop-

ment‖ (p. 228). Resilience is a positive and adaptive approach to stress.

Throughout life, people have to address various adverse situations and

adapt to numerous changes that affect their daily lives. However, elderly

adults experience an age-associated loss of resources, both material and

personal, that can hinder their ability to adjust to unfortunate situations

(loss of loved ones, increased dependency, etc.). Given that the basis for

Page 47: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

92 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

successful aging is the ability to adapt and adjust to changes, training in

mindfulness and self-compassion creates an emotionally positive self-attitude

that can protect against the negative consequences of self-judgment, isola-

tion, and rumination (Neff, 2003b). It is a good tool for working with people

who face aging (Neff & Germer, 2013), as it produces benefits in mental

health and coping in the presence of stressful events in old age (Allen &

Leary, 2014). Furthermore, with a Mindfulness program, people can learn to

resolve life’s challenges through methods that are not based on rationality

(Kabat-Zinn, 2014).

Studies with older people have found benefits in both physical and physio-

logical aspects, such as brain aging (Epel, Daubenmier, Moskowitz, Folkman, &

Blackburn, 2009) and chronic pain (Morone, Lynch, Greco, Tindle, &

Weiner, 2008); cognitive processes such as attention (McHugh, Simpson, &

Reed, 2010), flexibility (Moore & Malinowski, 2009), visuo-spatial processing,

working memory and executive functioning (Zeidan, Johnson, Diamond,

David, & Goolkasian, 2010); and emotional aspects, such as emotional distress (de

Frias & Whyne, 2015; Young & Baime, 2010), levels of depression (Smith,

Graham, & Senthinathan, 2007) and anxiety (Manouchehri et al., 2014). In

general, the practice of mindfulness has been found to regulate emotion, even

improving the self-perception of aging (Turner, 2009) and effective coping

with stressful aging events (Allen & Leary, 2014). However, to date, few studies

have focused on analyzing the effectiveness of mindfulness in healthy older

people with variables such as resilience and coping.

Given the number of changes and losses that occur during the normal aging

process, it is important to develop a type of intervention that can help these

people to gain optimal strategies to better adapt to the environment and these

changes. In addition, given the concept of successful aging, where the senior

continues to live an active life despite the typical decline related to aging, such

interventions in older people are of great interest. If older people develop,

maintain and/or enhance their capabilities, they can improve their health and,

therefore, their quality of life. These results can be of interest to the literature

and in clinical practice with older adults to improve their quality of life.

In sum, this study evaluates the effectiveness of a mindfulness and self-

compassion program with a sample of older people in improving resilience

levels and reducing the levels of stress, anxiety and depression associated

with aging, and it explores whether changes occur in coping strategies.

Method Participants

The initial sample was composed of 45 elderly adults living in a community.

The sample was recruited for participation in a mindfulness program offered

Page 48: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 93

by a senior program at the University of Valencia. This program aims to be a

link between society and the university, promoting and conducting activities for

the diffusion and dissemination of knowledge, science and culture. To

participate, inclusion criteria required that participants had to be 60 years old or

more, could not be under institutional care, and could not have any

cognitive impairment that interfered with their daily activities. The partici-

pants, who met all the criteria, gave their informed consent to take part in the

study. They were evaluated individually before being assigned to groups.

After this first evaluation, all the participants were randomly assigned to

either the intervention group (N = 22) or the control group (N = 23). To

randomize the groups, a spreadsheet was used where the participants’ codes

were introduced. The program offered an output file with the participants

who would receive the treatment. The other participants became the control

group and continued with their usual care. The participants did not know

which group they belonged to until the second data collection was com-

pleted. Members of the control group were on a waiting list for treatment.

Members of the treatment group had to attend at least 90% of the sessions.

For health reasons, two participants did not have 90% attendance and were

excluded from the analyses, leaving a final sample size of 43 participants (N

= 20 in the intervention group, and N = 23 in the control group).

Following the intervention, post treatment measures were taken in both

groups. The average age of the group was 63.56 years (SD = 4.1). As for

gender, 32.6% were male and 67.4% female. Regarding marital status, 34.9%

were married, 14.3% were single, and 19% were widows or widowers. In

terms of educational level, 34.9% had only completed elementary education,

25.6% had completed secondary education, and 39.5% had higher education. An

analysis of the homogeneity of these variables revealed no significant

differences (see the Results).

Instruments In addition to collecting socio-demographic data, various tests and scales

were administered to obtain pre- and post-intervention measures.

The Brief Resilient Coping Scale (BRCS; Sinclair & Wallston, 2004) has

been validated in the Spanish elderly population (Tomás, Meléndez, Sancho, &

Mayordomo, 2012). The BRCS is a brief 4-item scale designed to assess the

tendency to cope with stress in a highly adaptive manner. The scale has

demonstrated adequate levels of reliability and validity and shows one coping

factor that emerges from the four indicators (Sinclair & Wallston, 2004);

reliability obtained by Cronbach’s alpha was .83.

The Depression Anxiety Stress Scales (DASS; Lovibond & Lovibond, 1995) is

a 42-item questionnaire that includes three self-report scales. This test is

designed to measure the negative emotional states of depression, anxiety and

Page 49: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

94 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

stress. Each of the three scales contains 14 items. The depression scale

assesses dysphoria, hopelessness, devaluation of life, self-deprecation, lack of

interest/involvement, anhedonia and inertia; the Anxiety scale assesses

autonomic arousal, skeletal muscle effects, situational anxiety, and the sub-

jective experience of anxious affect; the Stress scale is sensitive to levels of

chronic non-specific arousal, and assesses difficulty in relaxing, nervous

arousal, and being easily upset/agitated, irritable/over-reactive and impatient.

Each item is scored from 0 to 3, according to the degree to which subjects

have experienced each state during the past week (0 = nothing, 3 = very

applicable). Reliability obtained by Cronbach’s alpha was .96 for depression, .86

for anxiety, and .93 for stress.

The Coping Strategies Questionnaire is a 42-item self-report measure

designed to assess seven basic coping styles: (1) problem-solving coping, (2)

negative self-focused coping, (3) positive reappraisal, (4) overt emo-tional

expression, (5) avoidance, (6) seeking social support, and (7) reli-gious

coping. The questionnaire was developed and validated by Sandín and

Chorot (2003), and its factor structure has been confirmed in an elderly

population with satisfactory reliability (Tomás, Sancho, & Meléndez,

2013). The CAE is based on the classic distinction between problem-

focused and emotion-focused coping (Lazarus & Folkman, 1984), and

confirmatory factor analysis was conducted on the seven coping

dimensions to test a two-factor solution of problem- and emotion-focused

coping (Tomás et al., 2013). Reliability obtained by Cronbach’s alpha for

the dimensions was: problem-solving coping .88; negative self-focused .65;

positive reappraisal .65; overt emotional expression, .76; avoidance .64;

seeking social support .92; religious .82.

Procedure The mindfulness training program applied integrates practical and theoreti-cal

elements of the following models: Kabat Zinn’s Mindfulness-Based

Cognitive Therapy, Salzberg (2010) and the Mindful Self-compassion

Program by Neff (2011). Based on these studies, sessions are held in a

group format, due to the advantages of this type of intervention format.

The intervention was carried out for 10 consecutive weeks, with one two-

hour session held each week. Each session combined theoretical explanations

and practical exercises, and ended with proposals for daily tasks to be carried

out during that week. These tasks included formal practice—different forms of

meditation—and informal practice—daily mindful activities, such as

bringing one’s attention to what was being done and what was occurring in

the present moment with openness, curiosity, acceptance, and friendliness. We

also handed out recordings to enable guided meditations. The different topics

addressed are:

Page 50: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 95

(1) Living under automatic pilot versus living with mindfulness: sitting

meditation, eating mindfully, mindful activity;

(2) Breathing as an anchor for living in the present: breathing medita-

tion, eating mindfully, mindful activity, 3-minute breathing;

(3) Body sensation awareness: body scan meditation, mindful activity, 3-

minute breathing;

(4) Sensorial awareness: sound landscape meditation, mindful activity

related to sounds, 3-minute breathing;

(5) Thinking awareness: mental landscape meditation, mindful pleasant

activity, 3-minute breathing in pleasant moments;

(6) Emotion awareness: meditations: labelling emotions and paying

attention to emotions through body sensations, 3-minute breathing

and emotions, mindful activity;

(7) Exploring difficult moments: meditation with difficult emotions, 3-

minute breathing in unpleasant moments, mindful activity;

(8) Unconditional love versus praiseworthy self-esteem: metta meditation (3-

minute pause with metta), mindful self-care activity (3-minute

pause with metta);

(9) Compassion and forgiveness: Compassion meditations, forgiveness

meditation, 3-minute pause with compassion during difficult

moments, mindful self-care activity.

(10) How to maintain and secure mindful practice: Mountain meditation,

Lake meditation.

Data analysis We performed t-tests for independent samples, chi-squared tests and

Mann-Whitney U-tests to determine whether the groups were homoge-

nous prior to treatment. To analyze the intervention’s effects, repeated

measures analyses of variance were conducted. Simple effects and interac-

tion effects (group X time) were examined. The level of statistical signifi-

cance employed was p < .05; for the interpretation of eta squared, scores

equal to or greater than .50 are considered moderate, and .80 is considered

large (Cohen, 1992). All analyses were carried out using the SPSS 19

statistical package.

Results First, tests for homogeneity revealed no significant differences between

groups at pre-treatment: age (62.06 vs. 64.60; t(37) = 1.99, n.s.), gender (χ2

(1) = .94, n.s.), marital status (Mann-Whitney z = .516, n.s.), educational level

(Mann-Whitney z = .72, p = n.s.).

Page 51: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

96 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

The resilience (BRCS results) time-group interaction was found to have a

significant effect (F1,35 = 5.35, p = .027, η2 = .133). The groups showed no

significant differences at pre-treatment, but the treatment group’s scores

increased significantly between pre-treatment and post-treatment

(F1,35 = 10.92, p = .002, η2 = .239). Means and standard deviations of the

variables with significant interactions are presented in Table 1.

Next, we studied the effect of the intervention on the depression, anxiety

and stress (DASS) dimensions, and simple effects analysis revealed no sig-

nificant differences between pre-treatment measures. Dimensions showed

only time-group interaction effects on anxiety (F1,35 = 8.99, p = .005, η2

= .204), as a significant reduction was observed in the treatment group’s scores

between the two measurement points (F1,35 = 15.14, p < .001, η2 =

.302). The effect of the interaction on stress was marginally significant (F1,35

= 3.30, p = .078, η2 = .086), and a significant decrease was observed in the

treatment group (F1,35 = 4.19, p = .048, η2 = .107).

Finally, with regard to the coping dimensions, simple effects analysis

revealed no differences at pre-treatment, except on positive reappraisal (p = .001). The coping dimensions showed significant effects on the group X

time interaction strategies: problem-solving coping (F1,35 = 23.25, p <

.001, η2 = .392), positive reappraisal (F1,35 = 7.99, p = .008, η2

= .186),

negative self-focused coping (F1,35 = 19.65, p < .001, η2 = .360), overt

emotional expression (F1,35 = 29.63, p < .001, η2 = .458), avoidance

(F1,35 = 5.47, p = .025, η2 = .135) and religion (F1,35 = 37.125, p < .001,

η2 = .515) (Table 1). Seeking social support showed no significant interaction.

Regarding simple effects, analysis of the groups over time indicated a sig-

nificant decrease in the scores of the treatment group on problem-solving

coping (F1,35 = 32.64, p < .001, η2 = .476), negative self-focused coping

(F1,35 = 33.58, p < .001, η2 = .490), overt emotional expression

(F1,35 = 55.68, p < .001, η2 = .614) and religion (F1,35 = 68.99, p < .001,

η2 = .663), and a significant increase in positive reappraisal (F1,35 = 21.78, p

< .001, η2 = .384) and avoidance (F1,28 = 9.44, p = .004, η2

= .212).

Table 1. Means and Standard Deviations of the Groups in Dimensions with Significant Group x Time Interaction.

Page 52: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 97

Discussion Throughout life, people have to face a variety of adverse situations and adapt to

numerous changes that affect their daily lives. However, during aging, the loss

of certain resources (loss of health, loss of loved ones, increased depen-dency

. . .) and cognitive capacities (memory, processing speed . . .), which is

biologically unavoidable, occur during this developmental period, and it is

difficult to adjust to these unfavorable situations (Martin, Kliegel, Rott, Poon, &

Johnson, 2008). Evidence suggests that self-compassion may be beneficial to

older adults who are struggling to cope with the aging process (Allen &

Leary, 2014). For this reason, it is important to implement mindfulness

interventions in healthy elderly people because they can improve successful

aging, and this is one of the aims of positive psychology. The main objective of

this study was to analyze the consequences of the use of a Mindfulness

Program with self-compassion, based on resilience and coping strategies, in

improving elderly people’s adjustment by reducing their anxiety and

stress levels. The results obtained suggest that mindfulness practice with

self-compassion can be useful in this type of therapy.

Mindfulness practice produces changes at four levels (Shapiro, Carlson,

Astin, & Freeman, 2006): self-regulation, values clarification, cognitive, emo-

tional and behavioral flexibility, and exposure to internal events that promote

resistance and healthy adaptation to unfavorable situations. These changes are

coherent with the improvement observed in resilience values. Regarding the

effects of mindfulness on resilience, de Frias (2014) indicates that mind-fulness

may serve as an adaptive strategy that can protect older adults from the effects

of stress on mental health. Therefore, it can be a mechanism for resiliency late

in life.

The increase in resilience levels occurs parallel to the decrease in anxiety and

stress levels. The effect of Mindfulness practice on these variables has been

clearly shown in many studies on anxiety (Hofmann, Sawyer, Witt, & Oh,

2010) and stress (Shapiro, Astin, Bishop, & Cordova, 2005). This improvement

comes from attention regulation, body awareness and sustained attention to

physical sensations, emotional regulation through acceptance without judg-

ment, emotional regulation through exposure, extinction of automatic

responses and reconsolidation, and changes in self-perspective that involve a

greater disregard for a rigid image of the self (Hölzel et al., 2011).

Most elderly people have to confront situations such as loss of loved ones or

an increase in their dependency. All of these situations will be character-ized

as involving damage or loss (Martin et al., 2008). In addition, some studies

indicate that older people have lower scores on self-efficiency, which makes

them more vulnerable (Bandura, 1977). Thus, interventions in the use of more

adaptive coping strategies are fundamental in this last stage of life. As

indicated by de Frias and Whyne (2015), mindfulness meditation

Page 53: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

98 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

techniques appear to shift cognitive appraisals from threat to challenge,

decrease ruminative thought, and reduces stress arousal. They showed that

life stress was inversely related to mental health and physical health, and that

trait mindfulness had a positive effect on mental health in middle-aged and

older adults.

With Mindfulness practice, people learn to resolve life’s challenges

through methods that are not based on rationality or the desire to control or

understand all the variables in a life situation (Kabat-Zinn, 2014). Thus, in the

present study, the scores on strategies based on problem-solving also

decreased. People learn to observe the internal and external reality; they learn to

accept it and react without being impulsive. They trust in their own

capacity to find an adequate response with an open and secure attitude.

In the positive re-evaluation strategy, although the statistical analysis

showed differences in the assessment of the intervention, there was only a

significant improvement in the treatment group, while the control group

remained stable. This strategy, defined as cognitive methods that modify the

meaning of a stressful situation, also obtained higher scores. It should be kept in

mind that Mindfulness produces a change in the meaning of a stressful

situation by increasing confidence and acceptance of the present situation. As

Mindfulness is practiced, a change takes place in the relationship between the

individual and his/her personal beliefs. The change is characterized by

greater flexibility in overcoming beliefs, greater confidence in the capacity to

cope with life’s challenges, and greater awareness that all phenomena have a

cause and an effect that is not always possible to understand. On the other

hand, and as other authors have stated (Allen & Leary, 2014), people with

high self-compassion, an aspect worked on in the intervention, tend to

confront painful situations with a more positive approach than those who

are less self-compassionate.

Regarding the decrease produced in negative self-focusing, mindfulness

and self-compassion training is fundamentally based on the acceptance of

suffering as something universal, a full awareness of painful experiences, and a

kind and loving response toward oneself, precisely because of this suffering.

Thus, people do not attribute guilt to themselves or to the negative aspects of

the situation. Elderly people learn to live with the situation by controlling the

negative values that produced discomfort before participating in the program

(Neff & Germer, 2013). Our results, therefore, coincide with previous studies

with elderly people, indicating that self-compassion predicted positive

responses to aging and that self-compassionate thoughts explained the rela-

tionship between trait self-compassion and emotional tone, as well as the

belief that their attitude helped them to cope with age-related events (Allen &

Leary, 2014).

Another noteworthy effect is the decrease in the open emotion expression

strategy. After the intervention, participants manifested much less tendency

Page 54: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 99

to express their emotions in a cathartic way. This result was expected because

these types of interventions make people less impulsive when facing stressful

situations, they help them to manage their emotions better (Jazaieri, Urry, &

Gross, 2013), and they give them greater capacity for introspection and

emotional awareness (Sze, Gyurak, Yuan, & Levenson, 2010).

As far as increasing the avoidance strategy is concerned, mindfulness

training produces an increase in the postponing response strategy because it

teaches qualities such as attentive, kind, receptive and accepting awareness that

can be applied in everyday stressful situations in order to respond to them at

the appropriate time. Being aware of each moment allows us to avoid worsening

the situation or employing inadequate methods to deal with it. Furthermore,

as other authors also state (Meléndez, Mayordomo, Sancho, & Tomás, 2012),

elderly people use avoidance strategies more often because they have more

time and are able to choose the best solution more calmly. Therefore, in the

short term, this type of transitory and voluntary avoidance can be beneficial.

Different studies indicate that, as people age, they benefit from religious

and mystic support and turn to religious or magical thoughts as a way to

cope with problems (Meléndez et al., 2012). And because some studies find an

association between levels of mindfulness and spirituality (Carmody, Reed,

Kristeller, & Merriam, 2008), the program was expected to have the effect of

increasing the religion variable. However, our results did not con-firm our

hypothesis: the use of this strategy actually declined after participa-tion in the

program. One possible explanation for this would be that mindfulness

practice is considered a secular spirituality that is compatible with any type

of religious belief and has the additional advantage of being performed

privately. The decline in participation in religious rituals may be due to the

fact that people acquire a tool that allows them to channel their spiritual

concerns more autonomously, without resorting to social religious ceremonies.

Finally, the results for the search for social support are not significant. This is

reasonable because, although Mindfulness improves satisfaction with social

relations, promoting the search for social support as a way to deal with

stressful situations is not an objective of this type of intervention.

In conclusion, this study provides evidence of beneficial results of mind-

fulness intervention with older people, in terms of the capacity to adapt and

cope in adverse situations with greater resilience and less stress and anxiety. In

other words, these programs promote cognitive, emotional and behavioral

flexibility, which is essential for successful adaptation to a new phase and

context that involves developmental losses. This study ultimately contributes to

the identification of strategies that promote well-being and successful aging,

an area of study where research on mindfulness is scarce. Given that

mindfulness and self-compassion training programs could help older adults

Page 55: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

100 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

to cope more effectively with the changes associated with aging, as some

studies have already shown (Allen & Leary, 2014; Rejeski, 2008), this field

should be studied further. Therefore, these results suggest that the field of

gerontology would benefit from devoting additional attention to self-

compassion.

As limitations, we must mention the small sample and the absence of a

follow-up study of the benefits acquired through this program, making it

difficult to generalize the results. Furthermore, another limitation is the

absence of double-blind assessment and not controlling for potential covari-

ates such as the effects of the therapist. In addition, some of the eta squared

obtained is low. Regarding future studies, as stated by Bishop and colleagues

(2004), mindfulness practices provide opportunities to gain insight into the

nature of thoughts and feelings as events passing through the mind, rather

than as inherent aspects of the self or valid reflections on reality. Moreover,

mindfulness would probably be associated with more complex descriptions of

one’s thoughts as contextual, relativistic, transient and subjective, as shown by

this author (Bishop et al., 2004). Therefore, in future studies in this area, it would

be interesting to set up a mindfulness program adapted to elderly people, in

order to obtain greater benefits for this population.

ORCID Alicia Sales http://orcid.org/0000-0002-7070-8130 Juan C Meléndez http://orcid.org/0000-0002-6353-6035

References Allen, A. B., & Leary, M. R. (2014). Self-compassionate responses to aging. The Gerontologist, 54,

190–200. doi:10.1093/geront/gns204

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change.

Psychological Review, 84, 191–215. doi:10.1037/0033-295X.84.2.191

Bishop, S. R., Lau, M., Shapiro, S., Carlson, L., Anderson, N. D., Carmody, J., & Devins, G.

(2004). Mindfulness: A proposed operational definition. Clinical Psychology: Science and

Practice, 11, 230–241.

Carmody, J., Reed, G., Kristeller, J., & Merriam, P. (2008). Mindfulness, spirituality, and

health-related symptoms. Journal of Psychosomatic Research, 64, 393–403. doi:10.1016/j.

jpsychores.2007.06.015

Cohen, Q. (1992). Quantitative methods in psychology. Psychological Bulletin, 112, 155–159.

doi:10.1037/0033-2909.112.1.155

de Frias, C. M. (2014). Memory compensation in older adults: The role of health, emotion

regulation, and trait mindfulness. The Journals of Gerontology Series B: Psychological

Sciences and Social Sciences, 69, 678–685. doi:10.1093/geronb/gbt064

de Frias, C. M., & Whyne, E. (2015). Stress on health-related quality of life in older adults: The

protective nature of mindfulness. Aging & Mental Health, 19, 201–206. doi:10.1080/

13607863.2014.924090

Page 56: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 101

Eberth, J., & Sedlmeier, P. (2012). The effects of mindfulness meditation: A meta-analysis.

Mindfulness, 3, 174–189. doi:10.1007/s12671-012-0101-x Epel, E., Daubenmier, J., Moskowitz, J. T., Folkman, S., & Blackburn, E. (2009). Can medita-tion

slow rate of cellular aging? Cognitive stress, mindfulness, and telomeres. Annals of the New York Academy of Sciences, 1172, 34–53. doi:10.1111/j.1749-6632.2009.04414.x

Germer, C. K., & Neff, K. D. (2013). Self-compassion in clinical practice. Journal of Clinical Psychology, 69, 856–867. doi:10.1002/jclp.2013.69.issue-8

Gilbert, P., & Procter, S. (2006). Compassionate mind training for people with high shame and

self-criticism: Overview and pilot study of a group therapy approach. Clinical Psychology & Psychotherapy, 13, 353–379. doi:10.1002/(ISSN)1099-0879

Goetz, J. L., Keltner, D., & Simon-Thomas, E. (2010). Compassion: An evolutionary analysis and

empirical review. Psychological Bulletin, 136, 351–374. doi:10.1037/a0018807 Hofmann, S. G., Sawyer, A. T., Witt, A. A., & Oh, D. (2010). The effect of mindfulness-based

therapy on anxiety and depression: A meta-analytic review. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 78, 169–183. doi:10.1037/a0018555

Hölzel, B. K., Lazar, S. W., Gard, T., Schuman-Olivier, Z., Vago, D. R., & Ott, U. (2011). How does

mindfulness meditation work? Proposing mechanisms of action from a conceptual and

neural perspective. Perspectives on Psychological Science, 6, 537–559. doi:10.1177/

1745691611419671 Jazaieri, H., Urry, H. L., & Gross, J. J. (2013). Affective disturbance and psychopathology: An

emotion regulation perspective. Journal of Experimental Psychopathology, 4, 584–599.

Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living: Using the wisdom of your body and mind to face stress, pain and illness. New York, NY: Delacorte.

Kabat-Zinn, J. (2014). Meditation is not for the faint-hearted. Mindfulness, 5, 341–344.

doi:10.1007/s12671-014-0307-1 Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. New York, NY: Springer.

Lovibond, P., & Lovibond, S. (1995). The structure of negative emotional states: Comparison of

the depression anxiety stress scales (DASS) with the Beck depression and anxiety inventories. Behaviour Research and Therapy, 33, 335–343. doi:10.1016/0005-7967(94)00075-U Manouchehri,

M., Mehryar, A. H., Ahadi, H., Rahgozar, M., Jomehri, F., Mohseninezhad, S.,

& Sadeghi, N. (2014). Effectiveness of mindfulness-based cognitive therapy to reduce

anxious thoughts elderly people. Nationalpark-forschung in der schweiz (Switzerland Research Park Journal), 104, 275–285.

Martin, P., Kliegel, M., Rott, C., Poon, L. W., & Johnson, M. A. (2008). Age differences and changes of coping behavior in three age groups: Findings from the Georgia Centenarian

Study. The International Journal of Aging and Human Development, 66, 97–114.

doi:10.2190/AG.66.2.a Masten, A. S. (2001). Ordinary magic: Resilience processes in development. American

Psychologist, 56, 227–238. doi:10.1037/0003-066X.56.3.227 McCullough, M. E., Orsulak, P., Brandon, A., & Akers, L. (2007). Rumination, fear, and

cortisol: An in vivo study of interpersonal transgressions. Health Psychology, 26, 126–132.

doi:10.1037/0278-6133.26.1.126 McHugh, L., Simpson, A., & Reed, P. (2010). Mindfulness as a potential intervention for

stimulus over-selectivity in older adults. Research in Developmental Disabilities, 31, 178– 184.

doi:10.1016/j.ridd.2009.08.009 Meléndez, J. C., Mayordomo, T., Sancho, P., & Tomás, J. M. (2012). Coping strategies:

Gender differences and development throughout life-span. Spanish Journal of Psychology, 15,

1089–1098. doi:10.5209/rev_SJOP.2012.v15.n3.39399 Moore, A., & Malinowski, P. (2009). Meditation, mindfulness and cognitive flexibility.

Consciousness and Cognition, 18, 176–186. doi:10.1016/j.concog.2008.12.008

Page 57: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

102 J. PEREZ-BLASCO ET AL.

Morone, N. E., Lynch, C. S., Greco, C. M., Tindle, H. A., & Weiner, D. K. (2008). I felt like a new

person. The effects of mindfulness meditation on older adults with chronic pain:

Qualitative narrative analysis of diary entries. The Journal of Pain, 9, 841–848. doi:10.1016/

j.jpain.2008.04.003 Neff, K. D. (2003a). The development and validation of a scale to measure self-compassion. Self

and Identity, 2, 223–250. doi:10.1080/15298860309027

Neff, K. D. (2003b). Self-compassion: An alternative conceptualization of a healthy attitude

toward oneself. Self and Identity, 2, 85–101. doi:10.1080/15298860309032 Neff, K. D. (2011). Self-compassion. Stop beating yourself up and leave insecurity behind. New York:

William Morrow.

Neff, K. D., & Germer, C. K. (2013). A pilot study and randomized controlled trial of the

mindful self-compassion program. Journal of Clinical Psychology, 69, 28–44. doi:10.1002/

jclp.21923 Phillips, W. J., & Ferguson, S. J. (2013). Self-compassion: A resource for positive aging. The

Journals of Gerontology Series B: Psychological Sciences and Social Sciences, 68, 529–539.

doi:10.1093/geronb/gbs091

Rejeski, W. J. (2008). Mindfulness: Reconnecting the body and mind in geriatric medicine and

gerontology. The Gerontologist, 48, 135–141. doi:10.1093/geront/48.2.135 Salzberg, S. (2010). Real happiness: The power of meditation: A 28-day program. New York, NY:

Workman Publishing.

Sandín, B., & Chorot, P. (2003). Cuestionario de Afrontamiento del Estrés (CAE): Desarrollo y

validación preliminar [The Coping Strategies Questionnaire: Development and prelimin-ary

valdation]. Revista de Psicopatología y Psicología Clínica, 8, 39–54. doi:10.5944/rppc.

vol.8.num.1.2003 Shapiro, S. L., Astin, J. A., Bishop, S. R., & Cordova, M. (2005). Mindfulness-based stress

reduction for health care professionals: Results from a randomized trial. International

Journal of Stress Management, 12, 164–176. doi:10.1037/1072-5245.12.2.164

Shapiro, S. L., Carlson, L. E., Astin, J. A., & Freeman, B. (2006). Mechanisms of mindfulness.

Journal of Clinical Psychology, 62, 373–386. doi:10.1002/jclp.20237 Sinclair, V. G., & Wallston, K. A. (2004). The development and psychometric evaluation of the

Brief Resilient Coping Scale. Assessment, 11, 94–101. doi:10.1177/1073191103258144

Smith, A., Graham, L., & Senthinathan, S. (2007). Mindfulness-based cognitive therapy for

recurring depression in older people: A qualitative study. Aging and Mental Health, 11,

346–357. doi:10.1080/13607860601086256 Sze, J. A., Gyurak, A., Yuan, J. W., & Levenson, R. W. (2010). Coherence between emotional

experience and physiology: Does body awareness training have an impact? Emotion, 10,

803–814. doi:10.1037/a0020146 Tomás, J. M., Meléndez, J. C., Sancho, P., & Mayordomo, T. (2012). Adaptation and initial

validation of the BRCS in an elderly Spanish sample. European Journal of Psychological

Assessment, 28, 283–289. doi:10.1027/1015-5759/a000108 Tomás, J. M., Sancho, P., & Meléndez, J. C. (2013). Validación del Cuestionario de

Afrontamiento del Estrés para su uso en población mayor española [Validation of the

Coping Strategies Questionnaire for use in elderly Spanish population.]. Behavioral

Psychology, 21, 103–122.

Turner, K. (2009). Mindfulness: The present moment in clinical social work. Clinical Social

Work Journal, 37, 95–103. doi:10.1007/s10615-008-0182-0

Visted, E., Vøllestad, J., Nielsen, M. B., & Nielsen, G. H. (2015). The impact of group-based

mindfulness training on self-reported mindfulness: A systematic review and meta-analysis.

Mindfulness, 6, 501–522. doi:10.1007/s12671-014-0283-5

Page 58: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Dow

nlo

aded

by [

Univ

ersi

ty o

f C

alif

orn

ia, S

an D

iego]

at 1

4:4

9 1

5 M

arch

2016

CLINICAL GERONTOLOGIST 103

Weinstein, N., Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2009). A multi-method examination of the effects of mindfulness on

stress attribution, coping, and emotional well-being. Journal of Research in Personality, 43, 374–385.

doi:10.1016/j.jrp.2008.12.008

Young, L. A., & Baime, M. J. (2010). Mindfulness-based stress reduction: Effect on emotional distress in older adults.

Complementary Health Practice Review, 15, 59–64.

Zeidan, F., Johnson, S. K., Diamond, B. J., David, Z., & Goolkasian, P. (2010). Mindfulness meditation improves

cognition: Evidence of brief mental training. Consciousness and Cognition, 19, 597–605.

doi:10.1016/j.concog.2010.03.014

Page 59: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653

https://doi.org/10.1186/s13104-018-3744-4

RESEARCH NOTE

BMC Research Notes

Open Access

Feasibility study of mindfulness-based cognitive therapy for anxiety disorders in a Japanese setting

Mitsuhiro Sado1,2* , Sunre Park3,4, Akira Ninomiya1,2, Yasuko Sato5, Daisuke Fujisawa4,6, Joichiro Shirahase1,2

and Masaru Mimura1,2

Abstract

Objective: Mindfulness-based cognitive therapy (MBCT) could be a treatment option for anxiety disorders. Although

its effectiveness under conditions of low pharmacotherapy rates has been demonstrated, its effectiveness under

condition of high pharmacotherapy rate is still unknown. The aim of the study was to evaluate effectiveness of MBCT

under the context of high pharmacotherapy rates.

Results: A single arm with pre-post comparison design was adopted. Those who had any diagnosis of anxiety disor-

ders, between the ages of 20 and 74, were included. Participants attended 8 weekly 2-hour-long sessions followed by

2 monthly boosters. Evaluation was conducted at baseline, in the middle, at end of the intervention, and at follow-up.

The State-Trait Anxiety Inventory (STAI)-state was set as the primary outcome. Pre-post analyses with mixed-effect

models repeated measures were conducted. Fourteen patients were involved. The mean age was 45.0, and 71.4%

were female. The mean change in the STAI-state at every point showed statistically significant improvement. The

STAI-trait also showed improvement at a high significance level from the very early stages. The participants showed

significant improvement at least one point in some other secondary outcomes.

Trial registration Retrospectively registered at the University Hospital Medical Information Network on 1st August 2013

(ID: UMIN000011347)

Keywords: Mindfulness, Anxiety disorders, Mindfulness-based cognitive behavioral therapy Introduction

Anxiety disorders are among the most prevalent and

long-term mental disorders worldwide. The prevalence

rates are estimated to be 18.1% in the US [1], 6.4% in

Europe [2], and 5.5% in Japan [3]. The accumulative

remission rates within 8 years for social anxiety disor-

ders, panic disorders with agoraphobia, and generalized

anxiety disorders remain low, at: 31, 38, and 49%, respec-

tively [4]. The intractable feature of the condition is one

of its aspects that boost prevalence.

*Correspondence: [email protected] 1 Department of Neuropsychiatry, Keio University School of Medicine, Tokyo, Japan Full list of author information is available at the end of the article

Such high prevalence considerably burdens the soci-

ety. The latest disability studies [5, 6] revealed that anxi-

ety disorders represent the 6th leading disease in terms

of years of life lived with a disability in 2010. The burden

converted into monetary cost manifests the magnitude.

The societal cost of anxiety disorders rose to USD 42.3

billion in the US in 1990 [7], GBP 8.9 billion in England in

2007 [8], and JPY 2.4 trillion in Japan in 2008 [9].

Although pharmacotherapy and individualized cogni-

tive behavior therapy (CBT) were recommended as the

1st line treatment among the clinical guidelines [10–12],

more patients chose CBT if it was available. However,

psychotherapists’ scarcity restricts the dissemination of

adequate individualized CBT. Therefore, the develop-

ment of another form of psychotherapy, which is as cost

effective and effective as CBT, is necessary.

© The Author(s) 2018. This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4.0 International License (http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided you give appropriate credit to the original author(s) and the source, provide a link to the Creative Commons license, and indicate if changes were made. The Creative Commons Public Domain Dedication waiver (http://creativecommons.org/ publicdomain/zero/1.0/) applies to the data made available in this article, unless otherwise stated.

Page 60: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653 Page 2 of 7

Mindfulness-based cognitive therapy (MBCT) would Procedure

meet these requirements. It is a form of group psycho-

therapy combining the essence of CBT and mindfulness-

based stress reduction (MBSR) program, which was

developed and brought into the healthcare arena by Jon

Kabat-Zinn in the 1970s [13]. MBCT aims to cultivate

mindfulness and intentional non-judgmental awareness

in present-moment experiences [14]. This therapy could

be more cost effective than individualized CBT because

MBCT is normally provided in a group setting.

The effectiveness of MBCT has been demonstrated in

various treatment areas: relapse prevention of depressive

episodes [15–18], psychological distress among cancer

patients [19–22], chronic pain [23], and so on [24]. Even

in the area of anxiety disorder treatment, several studies

have already reported significant favorable effects [25–

29]. However, because pharmacotherapy rates among

the participants in these studies are considerably low

(ranging from 0 to 39%), its effectiveness under settings

in which the vast majority of patients have already expe-

rienced pharmacotherapy (e.g., in Japan the pharmaco-

therapy rate among patients with anxiety disorders is 86%

[30]) is still unknown. Therefore, we aimed to investigate

the feasibility and effectiveness of MBCT as a pilot study

with a single arm for patients with anxiety disorders.

Main text

Method

Design

A single arm study was used to test MBCT’s feasibility

and effectiveness with a pre-post comparison. The study

was conducted between March 2013 and September

2014.

Ethics approval and consent to participate

This study was approved by the ethical committee at Keio

University School of Medicine and registered at the Uni-

versity Hospital Medical Information Network on 1st

August 2013 (ID: UMIN000011347).

Participants

Inclusion criteria for this study were: (1) any diagnosis of

panic disorder, social anxiety disorder, obsessive compul-

sive disorder, or generalized anxiety disorder using the

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

4th edition; (2) aged between 20 and 74 years; and (3)

able to provide consent in writing. The exclusion criteria

were: (1) any past history of substance-related disorders/

manic or psychotic episode/receiving mindfulness-based

intervention, (2) impairment in cognitive function, (3)

antisocial personality disorder, (4) severe suicidal idea-

tion, and (5) expected dificulty in following up 4 months

after the start of the intervention.

The participants were recruited from the Department

of Neuropsychiatry, Keio University Hospital. After

providing written consent, they attended an 8-week

course of MBCT for anxiety, followed by 2 monthly

booster sessions. Evaluation was conducted before the

intervention (0 weeks) (T0), during it (4 weeks) (T1), at

its end (8 weeks) (T2), and during the follow-up peri-

ods (1 month (T3) and 2 months after the completion

of the program (T4)).

Intervention

Because the original MBCT [13] targets relapse preven-

tion for depression, we made minimal modifications to

the original program in order to ensure that it fits with

anxiety disorders. Specifically, we revised the psychoe-

ducational part in Session 4 so that it would be relevant

to anxiety disorders. The details of the program are

shown in Table 1.

This program consists of 8 weekly 2-hour-long ses-

sions. Each session consists of three parts: (1) practic-

ing meditation and yoga, (2) sharing experiences, and

(3) psychoeducational portions. The participants were

encouraged to practice daily for 30 min to 1 h at home

with audio CD instructions and perform other exer-

cises such as monitoring positive or negative feelings.

The program was led by a psychiatrist (MS) and a

nurse/clinical psychologist (SP), both of whom had

practiced mindful meditation for more than 2 years

with experience in attending MBSR and MBCT

retreats.

Outcomes

We used the following scales to measure outcomes, all

of which had already been validated in Japanese.

Primary We set the State-Trait Anxiety Inventory

(STAI)-state as the primary outcome. The STAI is a

commonly used measure of state and trait anxiety [31].

Secondary We also used the following scales for sec-

ondary outcomes: the STAI-trait, 6-item Kessler Psy-

chological Distress Scale (K-6), Center for Epidemilogic

Studies Depression Scale (CES-D), EuroQol 5 Dimen-

sion (EQ-5D), Five Facet Mindfulness Questionnaire

(FFMQ), 36-Item Short-Form Health Survey (SF-36),

Mobility Inventory for Agoraphobia (MIA), and Liebow-

itz Social Anxiety Scale (LSAS). The details of each scale

are as follows.

K-6 The K6 scale was designed to be sensitive to

the threshold for the clinically significant range of

the distribution of nonspecific distress in an effort to

Page 61: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653 Page 3 of 7

Table 1 Contents of the program

Session

1

2

3

4

5

6

7

8

Theme

Automatic pilot

Dealing with barriers

Mindfulness of the breath

Staying present

Allowing/letting be

Thoughts are not facts

How can I best take care of myself?

Using what has been learned to

deal with future mood

Contents

Psychoeducation: what is mindfulness

Exercise: mindfulness eating (―Raisin exercise‖)/body scan

Homework: mindfulness of a routine activity/body scan

Psychoeducation: association of mood and thoughts

Exercise: thoughts and feelings exercise/body scan/mindful breathing meditation

Homework: body scan/breathing meditation/pleasant events calendar

Psychoeducation: awareness of mind wandering and focuing on the breath

Exercise: breathing meditation/gentle yoga/mindful walking

Homework: breathing meditation/gentle yoga/mindful walking/unpleasant events calendar

Psychoeducation: staying present/about anxiety symptomsa

Exercise: meditation of sounds and thoughts/breathing meditation

Homework: meditation of sounds and thoughts/breathing meditation/3-min breathing space

Psychoeducation: exploring dificulty

Exercise: breathing meditation/meditation of sounds and thoughts/exploring dificulty

Homework: breathing meditation/meditation of sounds and thoughts/exploring dificulty/3-min breathing space

Psychoeducation: cognitive biases

Exercise: breathing meditation/meditation of sounds and thoughts/exploring dificulty

Homework: breathing meditation/meditation of sounds and thoughts/exploring dificulty/3-min breathing space

Psychoeducation: choosing functional behaviors/behavioral activation/identifying triggers

Exercise: mindfulness meditation of sounds and thoughts/breathing meditation

Homework: meditation of sounds and thoughts/breathing meditation/3-min breathing space +action plan

Personal reflections of course/plans for future practice and strategies for maintaining momentum/ farewell

Exercise: body scan/breathing meditation a The lecture relevant to depression was replaced by that about anxiety in session 4

maximize its ability to discriminate cases of serious

mental illness from non-cases [32].

CES-D The CES-D is a short self-report scale designed

to measure depressive symptomatology among the gen-

eral population [33]. The scale contains 20 items that ask

how often over the past week the patients experienced

symptoms associated with depression.

EQ-5D EQ-5D is a standardized instrument for use as

a measure of health outcomes [34]. It provides a simple

descriptive profile and a single index value for health

status.

FFMQ The FFMQ is based on a factor analytic study of

five independently developed mindfulness questionnaires

[35]. The five facets are observing, describing, acting with

awareness, the non-judging of inner experience, and non-

reactivity to inner experience.

SF-36 The SF-36 is a set of generic, coherent, and eas-

ily administered quality-of-life measures. These measures

rely on patient self-report [36]. It consists of eight sec-

role functioning, social role functioning, and mental

health [37, 38].

MIA The MIA is a measurement of self-reported ago-

raphobic avoidance behavior and frequency of panic

attacks [39]. Respondents rate 26 items using Likert-type

scales ranging from 1 (never avoid) to 5 (always avoid) to

indicate how much they avoid various situations due to

anxiety or discomfort when they are accompanied by a

trusted companion and when they are alone.

LSAS The LSAS is an instrument used to assess the

range of social interactions and performance situations

that a patient fears; it assists in the diagnosis of social

anxiety disorder [32]. The scale features 24 items, which

are divided into two subscales. Of these, 13 questions

relate to performance anxiety and 11 to social situations.

Analyses

Changes in mean scores between the baseline and each

observational period for each scale were tested with

tions: vitality, physical functioning, bodily pain, general mixed-effect models, repeated-measures, and inten-

health perceptions, physical role functioning, emotional tion-to-treat analyses. Age, sex, and intervention were

Page 62: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653

imputed into the model as coeficients. A 5% significance

level was adopted for all statistical analyses. STATA

ver.15 was used to conduct the statistical analysis.

Results

Basic participant characteristics

Fourteen patients were involved in the research. As

shown in Table 2, mean age (standard deviation: sd)

Page 4 of 7

post-treatment, but these disappeared during follow-up.

Although the total score did not show any change, sig-

nificant improvements were noted on an FFMQ subscale

(i.e., non-judgment) immediately and also at 1 month

post-treatment. Moreover, the trend-level improvement

in another subscale (i.e., awareness) at 2 months post-

treatment was acknowledged.

With regard to the disease-specific scales, the MIA

was 45.0 (14.1), and 71.4% were female. With respect (AAC) score indicated significant improvements at

to primary diagnosis, six participants had panic disor-

ders, while five and three had social anxiety disorder

and obsessive compulsive disorder, respectively. Average

treatment duration at the start of the intervention was

13.4 years (7.4) and the rate of pharmacotherapy use was

93% (71.4% and 50.0% used antidepressants and benzo-

diazepine, respectively). All but one of the participants

completed the program and the average number of pro-

gram attendance was 7.4 (1.1). The reason for dropout

was the deterioration of respiratory symptoms that were

originally comorbid.

Primary outcome

As described in Table 3, the mean change (sd) from base-

line in STAI-state at every point showed statistically sig-

nificant improvements: − 6.14 (2.70) at T1, − 11.66 (2.78)

at T2, − 8.12 (2.78) at T3, and − 6.58 (2.78) at T4.

Secondary outcome

As shown in Table 3, significant improvements were

observed in multifarious scales. For STAI-trait, improve-

ment was observed from the very early stages with high

significance levels and continued until 2 months after

the completion of the intervention. With respect to

K-6, the participants showed significant improvements

Table 2 Baseline characteristics of the participants

2 month follow-up, while only improvement trend was

detected in MIA (AAL) at the end of the follow-up. No

improvement was observed in LSAS, specifically, among

the participants with social anxiety disorders.

Discussion

To the best of our knowledge, this is the first study in

Japan to evaluate the applicability and feasibility of the

MBCT for anxiety disorders. The present results indicate

that it would favorably affect the symptoms of anxiety

disorders. The quite low attrition rate also demonstrated

its feasibility even in settings under which pharmaco-

therapy had already been provided to the vast majority of

participants.

The improvement in STAI-state with a high signifi-

cance level that was observed even post-treatment indi-

cates that the eficacy of MBCT would be sustained, even

after the intervention. Another surprising result was that

STAI-trait similarly improved significantly. This means

the MBCT has the potential to remedy the trait that

would affect the onset and continuity of anxiety symp-

toms from the very early stages. This might represent the

peculiarity of mindfulness, which aims to transform the

attitude toward unpleasant events rather than to remove

the unpleasant experiences themselves.

We covered only two disease-specific scales: agora-

phobia and panic attack (MIA) and social phobia (LSAS)

due to the constraints of scale availability. The fact that

Characteristics Mean/n

Age 45.0

Gender (female) 10

Diagnosis

Panic disorder 6

SAD 5

OCD 3

Duration from onset (years) 13.4

Medication 13

Antidepressants 10

Benzodiazepine 7

Mood stabilizer 2

Antipsychotics 2

Frequency of attendance 7.4

sd/% MIA (AAC) showed significant immediate and 2-month-

post-treatment improvements indicates that MBCT has 14.1 the potential to be effective even for disease-specific 71.4 symptoms.

Attention should be paid to the interpretation of 42.9 the results of the FFMQ. The FFMQ is composed of 35.7 five factors, and is supposed to converge at two higher 21.4 factors: “self-regulated attention” and “orientation to

7.4 experience” [40]. Although a previous study showed 92.9 significant changes in all FFMQ factors pre- and post-71.4 intervention in the MBCT group [41], no changes were 50.0 detected in this study except for “non-judging.” As 14.3 indicated in previous studies, although numerous vali-14.3 dation studies have been conducted to measure mind-1.1 fulness, the results appear to vary [42]. The discrepancy

SAD social anxiety disorder, OCD obsessive compulsive disorder

Page 63: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653 Page 5 of 7

Table 3 Outcomes scores at each assessment point with comparison to baseline Mean score at baseline and mean differences compared to baseline

n Baseline

Mean se

4 week

Mean difference se

8 week

Mean difference se

12 week

Mean difference se

16 week

Mean difference se

STAI-state

P value

STAI-trait

P value

K-6

P value

CESD

P value

SF36 PCS

P value

SF36MCS

P value

SF36 RCS

P value

FFMQ (total)

P value

FFMQ (observe)

P value

FFMQ (noreact)

P value

FFMQ (nonjudgement)

P value

FFMQ (descrive)

P value

FFMQ (awareness)

P value

EQ-5D

P value

14 52.6 2.8 − 6.14

0.02

14 55.9 3.0 − 3.86

0.04

14 8.6 1.6 − 1.07

0.36

14 17.7 3.0 − 0.71

0.73

14 54.1 2.8 − 0.57

0.78

14 41.4 3.6 − 2.17

0.32

14 42.5 4.3 3.13

0.27

14 110.4 4.9 − 1.42

0.53

14 22.6 1.5 − 0.93

0.35

14 16.6 1.7 − 0.79

0.35

14 23.9 2.0 2.00

0.09

14 22.9 1.5 − 1.18

0.16

14 24.5 1.6 − 0.52

0.64

14 0.79 0.04 0.01

0.79

2.70 − 11.66

<0.001

1.85 − 6.55

<0.01

1.17 − 2.68

0.03

2.03 − 1.46

0.48

2.02 1.68

0.42

2.18 2.11

0.35

2.84 3.03

0.30

2.25 2.51

0.28

0.99 0.07

0.94

0.84 0.93

0.28

1.17 2.62

0.03

0.84 0.57

0.51

1.11 − 1.69

0.14

0.03 0.02

0.41

2.78 − 8.12

<0.01

1.90 − 4.86

0.01

1.20 − 1.68

0.16

2.09 − 3.85

0.07

2.07 0.52

0.80

2.25 2.27

0.31

2.92 4.50

0.12

2.31 0.96

0.68

1.01 0.14

0.89

0.87 0.81

0.35

1.21 2.54

0.04

0.87 − 0.96

0.27

1.15 − 1.58

0.17

0.03 0.03

0.22

2.78 − 6.58 2.78

0.02

1.90 − 3.93 1.90

0.04

1.20 0.16 1.20

0.89

2.09 1.69 2.09

0.42

2.07 1.32 2.07

0.53

2.25 − 1.33 2.25

0.55

2.92 2.29 2.92

0.43

2.31 − 1.17 2.31

0.61

1.01 0.77 1.01

0.45

0.87 0.39 0.87

0.65

1.21 0.77 1.21

0.52

0.87 − 1.04 0.87

0.23

1.15 − 2.07 1.15

0.07

0.03 0.04 0.03

0.09

MIA (AAC)

P value

MIA (AAL)

P value

6 1.88 0.29 − 0.08

0.39

6 2.24 0.49 − 0.02

0.87

0.09 − 0.18

0.05

0.14 − 0.15

0.28

0.09 − 0.13

0.14

0.14 − 0.05

0.71

0.09 − 0.24 0.09

<0.01

0.14 − 0.25 0.14

0.07

MIA (panic attack 1 weeks) 6 2.83

P value

MIA (panic attack 3 weeks) 6 5.83

P value

2.44 − 0.17

0.89

4.85 − 1.00

0.56

1.19 − 1.67

0.16

1.72 − 3.33

0.05

1.19 − 2.17

0.07

1.72 − 2.83

0.10

1.19 − 1.67 1.19

0.16

1.72 − 2.50 1.72

0.15

LSAS 5 73.40

P value

13.41 − 12.00

0.08

6.81 − 3.63

0.63

7.42 − 7.38

0.32

7.42 − 9.13 7.42

0.22

between the previous and current studies possibly rep-

resents the nature of this scale. In addition, the dis-

crepancy could be due to the small sample size of the

current study. No, or quite limited, specific measures

for anxiety in the CES-D, EQ-5D, and SF-36 would be

a reason why no significant changes were observed in

scores on these scales.

Page 64: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653

Limitations

This study has some limitations. The sample size was

too small to conduct subgroup analyses between dif-

ferent types of anxiety disorders. This also affected the

generalizability of the results. The other limitation was

that the study was performed with a single arm pre-

post design. Therefore, it is necessary to conduct ran-

domized controlled studies to accurately evaluate its

effectiveness in future research.

Abbreviations AAC: Avoidance Accompanied Scale; AAL: Avoidance Alone Scale; CBT: cogni-

tive behavior therapy; CES-D: Center for Epidemiologic Studies Depression

Scale; EQ-5D: EuroQol 5 Dimension; FFMQ: Five Facet Mindfulness Question-

naire; K-6: the 6-item Kessler Psychological Distress Scale; LSAS: the Liebowitz

Social Anxiety Scale; MBCT: mindfulness-based cognitive therapy; MBSR: mindfulness-based stress reduction; MIA: the Mobility Inventory for Agorapho-

bia; sd: standard deviation; SF-36: the 36-Item Short-Form Health Survey; STAI:

the State-Trait Anxiety Inventory.

Authors’ contributions MS conceived and designed the study. MS drafted the study protocol. MS and

SP organized and supervised the study implementation, and MS drafted the

manuscript. SP, AN, JS, and MM refined the study protocol and implementa-

tion. MS, SP, and YS intervened with the participants. MS and AN conducted

the statistical analyses. MS, AN, DF, JS and MM interpreted the results. MS

drafted the grant proposal and was responsible for the study implementation.

MS was responsible for the study management. SP, YS, and AN collected data. All authors critically reviewed the manuscript for content and approved the

final version. MS and AN had full access to all of the data throughout the study

and take responsibility for the integrity of the data and the accuracy of the

analysis. All authors read and approved the final manuscript.

Author details 1 Department of Neuropsychiatry, Keio University School of Medicine, Tokyo,

Japan. 2 Center for Stress Research, Keio University, Tokyo, Japan. 3 Faculty

of Nursing and Medicine Care, Keio University, Tokyo, Japan. 4 Palliative Care

Center, Keio University Hospital, Tokyo, Japan. 5 Department of Nursing,

National Hospital Organization Tokyo Medical Center, Tokyo, Japan. 6 Division of Patient Safety, Department of Neuropsychiatry, Keio University School of Medicine, Tokyo, Japan.

Acknowledgements

Not applicable.

Competing interests The authors declare that they have no competing interests.

Availability of data and materials The datasets used and/or analyzed during the current study are available from

the corresponding author upon reasonable request.

Consent to publish

Not applicable.

Ethics approval and consent to participate This study was approved by the ethical committee at Keio University School of Medicine (reference: 2012-440). The identification number of the clinical trial

registry system at the University Hospital Medical Information Network was

UMIN000011347.

Funding

This research was conducted with the assistance of a fund for the promotion of science from Keio University (H24 KEIO-GAKUSHIN-KOJIN 004163). The fund body was not involved in any of the following processes: the development of

Page 6 of 7

the study design and protocol; data collection, analysis, or interpretation; and

the writing of the manuscript.

Publisher’s Note Springer Nature remains neutral with regard to jurisdictional claims in pub-lished maps and institutional afiliations.

Received: 20 July 2018 Accepted: 28 August 2018

References

1. Kessler RC. Prevalence, severity, and comorbidity of twelve-month DSM-

IV disorders in the National Comorbidity Survey replicaton. Arch Gen

Psychiatry. 2005;62(6):617–27. 2. Alonso J. Prevalence of mental disorders in Europe: results from the

Epidemiology of Mental Disorders (ESEMeD) Project. Acta Psychiatr Scand

Suppl. 2004;420:21–7.

3. Kawakami N, Takeshima T, Ono Y, Uda H, Hata Y, Nakane Y, et al.

Twelve-month prevalence, severity, and treatment of common mental

disorders in communities in Japan: preliminary finding from the World

Mental Health Japan Survey 2002–2003. Psychiatry Clin Neurosci.

2005;59(4):441–52.

4. Yonkers KA, Bruce SE, Dyck IR, Keller MB. Chronicity, relapse, and illness–

course of panic disorder, social phobia, and generalized anxiety disorder:

findings in men and women from 8 years of follow-up. Depress Anxiety.

2003;17(3):173–9. 5. Murray CJL. Choosing indicators for the health-related SDG targets.

Lancet. 2015;386(10001):1314–7.

6. Baxter AJ, Vos T, Scott KM, Ferrari AJ, Whiteford HA. The global burden of

anxiety disorders in 2010. Psychol Med. 2014;44(11):2363–74.

7. Greenberg PE, Sisitsky T, Kessler RC, Finkelstein SN, Berndt ER, Davidson

JR, et al. The economic burden of anxiety disorders in the 1990s. J Clin

Psychiatry. 1999;60(7):427–35.

8. McCrone P. Paying the price: the cost of mental health care in England to

2026. London: King’s Fund; 2008.

9. Sado M, Takechi S, Inagaki A, Fujisawa D, Koreki A, Mimura M, et al. Cost

of anxiety disorders in Japan in 2008: a prevalence-based approach. BMC

Psychiatry. 2013;13:338. 10. Generalised anxiety disorder and panic disorder (with or without agora-

phobia) in adults: management in primary, secondary and community

care (partial update) [Internet]. National Collaborating Centre for Mental

Health Commissioned by NICE; 2011. http://www.nice.org.uk/nicemedia/

live/13314/52667/52667.pdf. Accessed 1 July 2018.

11. Social anxiety disorder: recognition, assessment and treatment [Internet].

National Collaborating Centre for Mental Health Commissioned by NICE;

2013. https://www.nice.org.uk/guidance/cg159/resources/social-anxie ty-disorder-recognition-assessment-and-treatment-pdf-35109639699397.

Accessed 1 July 2018.

12. Obsessive-compulsive disorder and body dysmorphic disorder: treat-

ment [Internet]. National Collaborating Centre for Mental Health Com-

missioned by NICE; 2005. https://www.nice.org.uk/guidance/cg31/resou rces/obsessivecompulsive-disorder-and-body-dysmorphic-disorder-treat

ment-pdf-975381519301. Accessed 1 July 2018.

13. Segal Z, Williams JM, Teasdale J. Mindfulness-based cognitive therapy for

depression. A new approach to preventing relapse. New York: Guilford

Publications; 2002.

14. Kabat-Zinn J. Full catastrophe living: using the wisdom of your body and

mind to face stress, pain, and illness. New York: Delacorte Press; 1990.

15. Teasdale JD, Segal ZV, Williams JM, Ridgeway VA, Soulsby JM, Lau MA. Pre-

vention of relapse/recurrence in major depression by mindfulness-based

cognitive therapy. J Consult Clin Psychol. 2000;68(4):615–23.

16. Ma SH, Teasdale JD. Mindfulness-based cognitive therapy for depression:

replication and exploration of differential relapse prevention effects. J Consult Clin Psychol. 2004;72(1):31–40.

17. Kuyken W, Byford S, Taylor RS, Watkins E, Holden E, White K, et al. Mindful-ness-based cognitive therapy to prevent relapse in recurrent depression. J Consult Clin Psychol. 2008;76(6):966–78.

Page 65: TERAPI MINDFULNESS MENGATASI KECEMASAN PADA …

Sado et al. BMC Res Notes (2018) 11:653

18. Kuyken W, Hayes R, Barrett B, Byng R, Dalgleish T, Kessler D, et al. Effective-

ness and cost-effectiveness of mindfulness-based cognitive therapy compared with maintenance antidepressant treatment in the prevention

of depressive relapse or recurrence (PREVENT): a randomised controlled

trial. Lancet. 2015;386(9988):63–73.

19. Zainal NZ, Booth S, Huppert FA. The eficacy of mindfulness-based stress

reduction on mental health of breast cancer patients: a meta-analysis.

Psychooncology. 2013;22(7):1457–65.

20. Zhang J, Xu R, Wang B, Wang J. Effects of mindfulness-based therapy

for patients with breast cancer: a systematic review and meta-analysis.

Complement Ther Med. 2016;26:1–10.

21. Haller H, Winkler MM, Klose P, Dobos G, Kummel S, Cramer H. Mindful-

ness-based interventions for women with breast cancer: an updated

systematic review and meta-analysis. Acta Oncol. 2017;56(12):1665–76. 22. Huang HP, He M, Wang HY, Zhou M. A meta-analysis of the benefits of

mindfulness-based stress reduction (MBSR) on psychological function

among breast cancer (BC) survivors. Breast Cancer. 2016;23(4):568–76.

23. Hilton L, Hempel S, Ewing BA, Apaydin E, Xenakis L, Newberry S, et al.

Mindfulness meditation for chronic pain: systematic review and meta-

analysis. Ann Behav Med. 2017;51(2):199–213.

24. Khoury B, Lecomte T, Fortin G, Masse M, Therien P, Bouchard V, et al.

Mindfulness-based therapy: a comprehensive meta-analysis. Clin Psychol

Rev. 2013;33(6):763–71.

25. Craigie MA, Rees C, Marsh A, Nathan P. Mindfulness-based cognitive

therapy for generalized anxiety disorder: a preliminary evaluation. Behav

Cogn Psychother. 2008;36(5):553–68.

26. Kim B, Lee SH, Kim YW, Choi TK, Yook K, Suh SY, et al. Effectiveness of a mindfulness-based cognitive therapy program as an adjunct to

pharmacotherapy in patients with panic disorder. J Anxiety Disord.

2010;24(6):590–5.

27. Evans S, Ferrando S, Findler M, Stowell C, Smart C, Haglin D. Mindfulness-

based cognitive therapy for generalized anxiety disorder. J Anxiety

Disord. 2008;22(4):716–21.

28. Yook K, Lee SH, Ryu M, Kim KH, Choi TK, Suh SY, et al. Usefulness of

mindfulness-based cognitive therapy for treating insomnia in patients

with anxiety disorders: a pilot study. J Nerv Ment Dis. 2008;196(6):501–3.

29. Piet J, Hougaard E, Hecksher MS, Rosenberg NK. A randomized pilot study of mindfulness-based cognitive therapy and group cognitive-behavioral therapy for young adults with social phobia. Scand J Psychol. 2010;51(5):403–10.

Page 7 of 7

30. Uchida H, Suzuki T, Mamo DC, Mulsant BH, Kikuchi T, Takeuchi H, et al.

Benzodiazepine and antidepressant use in elderly patients with anxi-ety disorders: a survey of 796 outpatients in Japan. J Anxiety Disord.

2009;23(4):477–81.

31. Spielberger CD, Gorsuch RL, Lushene R, Vagg PR, Jacobs GA. Manual for

the State-Trait Anxiety Inventory. Palo Alto, CA: Consulting Psychologists

Press; 1983.

32. Kessler RC, Barker PR, Colpe LJ, Epstein JF, Gfroerer JC, Hiripi E, et al.

Screening for serious mental illness in the general population. Arch Gen

Psychiatry. 2003;60(2):184–9.

33. Radloff LS. The CES-D Scale: a self-report depression scale for research in

the general population. Appl Psychol Meas. 1977;1:385–401.

34. Brooks R. EuroQol: the current state of play. Health Policy.

1996;37(1):53–72. 35. Baer RA, Smith GT, Hopkins J, Krietemeyer J, Toney L. Using self-report

assessment methods to explore facets of mindfulness. Assessment.

2006;13(1):27–45.

36. Health R. 36-Item Short Form Survey Santa Monica: RAND Health. https

://www.rand.org/health/surveys_tools/mos/36-item-short-form.html.

Accessed 1 July 2018.

37. Brazier JE, Harper R, Jones NM, O’Cathain A, Thomas KJ, Usherwood T,

et al. Validating the SF-36 health survey questionnaire: new outcome

measure for primary care. BMJ. 1992;305(6846):160–4.

38. Fukuhara S, Ware JE Jr, Kosinski M, Wada S, Gandek B. Psychometric and

Clinical tests of validity of the Japanese SF-36 health survey. J Clin Epide-

miol. 1998;51(11):1045–53.

39. Chambless DL, Caputo GC, Jasin SE, Gracely EJ, Williams C. The mobility inventory for agoraphobia. Behav Res Ther. 1985;23(1):35–44.

40. Tran US, Gluck TM, Nader IW. Investigating the Five Facet Mindfulness

Questionnaire (FFMQ): construction of a short form and evidence

of a two-factor higher order structure of mindfulness. J Clin Psychol.

2013;69(9):951–65.

41. Koszycki D, Thake J, Mavounza C, Daoust JP, Taljaard M, Bradwejn J.

Preliminary investigation of a mindfulness-based intervention for social

anxiety disorder that integrates compassion meditation and mindful

exposure. J Altern Complement Med. 2016;22(5):363–74.

42. Park T, Reilly-Spong M, Gross CR. Mindfulness: a systematic review of instruments to measure an emergent patient-reported outcome (PRO). Qual Life Res. 2013;22(10):2639–59.

Ready to submit your research ? Choose BMC and benefit from:

• fast, convenient online submission

• thorough peer review by experienced researchers in your field

• rapid publication on acceptance

• support for research data, including large and complex data types

• gold Open Access which fosters wider collaboration and increased citations

• maximum visibility for your research: over 100M website views per year

At BMC, research is always in progress.

Learn more biomedcentral.com/submissions