TERAPI MEDIKAMENTOSA KORIORETINITIS

7
TERAPI MEDIKAMENTOSA Penatalaksanaan medis terhadap korioretinitis berfokus terhadap pemberian terapi yang spesifik berdasarkan etiologi serta untuk stabilisasi pasien dengan korioretinitis sehingga menghindari komplikasi terhadap hilangnya penglihatan terutama pada bayi dan anak yang imunokompromis. Perawatan terhadap penderita korioretinitis cukup kompleks dan terdapat perawatan jangka pendek maupun jangka panjang sehingga dapat mencapai tujuan yaitu menjaga kualitas hidup dari seseorang. Pilihan terapi berdasarkan etiologi dari korioretinitis yaitu : 1) Anti Viral 4 obat yang digunakan untuk terapi infeksi cytomegalovirus sistemik yaitu Ganciclovir, Valganciclovir (Prodrug oral dari Ganciclovir), Foscarnet, dan Cidofovir. Formisiven merupakan obat yang digunakan secara intravitreal untuk menterapi retinitis CMV pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Obat yang terbaru yaitu Maribavir, yang memiliki potensi bila terdapat resistensi dari strain Ganciclovir, namun obat ini masih dalam tahap penelitian. Pada anak dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV), pilihan obat untuk terapi ininsial dengan retinitis CMV adalah Ganciclovir intravena. Valganciclovir oral adalah pilihan

description

123

Transcript of TERAPI MEDIKAMENTOSA KORIORETINITIS

TERAPI MEDIKAMENTOSA Penatalaksanaan medis terhadap korioretinitis berfokus terhadap pemberian terapi yang spesifik berdasarkan etiologi serta untuk stabilisasi pasien dengan korioretinitis sehingga menghindari komplikasi terhadap hilangnya penglihatan terutama pada bayi dan anak yang imunokompromis. Perawatan terhadap penderita korioretinitis cukup kompleks dan terdapat perawatan jangka pendek maupun jangka panjang sehingga dapat mencapai tujuan yaitu menjaga kualitas hidup dari seseorang.

Pilihan terapi berdasarkan etiologi dari korioretinitis yaitu :1) Anti Viral 4 obat yang digunakan untuk terapi infeksi cytomegalovirus sistemik yaitu Ganciclovir, Valganciclovir (Prodrug oral dari Ganciclovir), Foscarnet, dan Cidofovir. Formisiven merupakan obat yang digunakan secara intravitreal untuk menterapi retinitis CMV pada pasien dengan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Obat yang terbaru yaitu Maribavir, yang memiliki potensi bila terdapat resistensi dari strain Ganciclovir, namun obat ini masih dalam tahap penelitian. Pada anak dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV), pilihan obat untuk terapi ininsial dengan retinitis CMV adalah Ganciclovir intravena. Valganciclovir oral adalah pilihan untuk anak dengan usia yang lebih tua. Pilihan alternatif untuk terapi penyakit karena CMV atau bila resisten terhadap strain Ganciclovir pada anak dengan infeksi HIV yaitu Foscarnet. Terapi kombinasi dengan Ganciclovir dan Foscarnet memperlambat progresivitas dari retinitis pada pasien yang gagal dengan monoterapi dan hal ini dapat digunakan sebagai terapi awal pada anak dengan ancaman terjadinya penurunan penglihatan. Ganciclovir intravena dan Foscarnet juga dapat dipertimbangkan sebagai terapi awal dari penyakit susunan saraf pusat akibat CMV. Namun terapi kombinasi juga berkaitan dengan tingkat efek samping yang terjadi.2) Anti ParasitBeberapa obat telah digunakan untuk menterapi toksoplasmosis. Terapi dengan obat anti parasit juga efektif untuk infeksi yang aktif namun bukan untuk parasit yang dalam bentuk kista. Terapi klasik yaitu triple drugs therapy dengan Pirimetamin (0,5-1 mg/kg/hari), Sulfadiazin (120-150 mg/kg/hari), dan Prednison. Penggunaan dari Asam Folat bertujuan untuk meminimalisir toksisitas pada sumsum tulang akibat pemakaian Pirimetamin. 3) Antibiotik Terapi antibiotik alternatif yaitu Atovaquone (40 mg/kg/hari pada dewasa, dan tidak terdapat dosis untuk anak-anak), Azitromisin (5mg/kg/hari), dan Trimethoprim-Sulfamethoxazole (40 mg/kg/hari, 8 mg/kg/hari Trimethoprim). Klindamisin (20mg/kg/hari) dapat digunakan untuk menterapi parasit dalam bentuk kista. Durasi terapi untuk infeksi congenital biasanya selama 1 tahun. Pencegahan untuk infeksi fetal setelah ibu terinfeksi Toxoplasma selama kehamilan adalah dengan menggunakan Spiramycin. Catstrach disease adalah self-limited disease pada pasien imunokompeten. Bartonella henselae sensitif terhadap berbagai antibitotik, namun hanya aminoglikosida yang memiliki aktivitas bakterisidal. Pada pasien yang imunokompeten, Doksisiklin 200 mg/hari digunakan karena komponennya dapat melewati sawar otak dan barier sawar ocular. Terdapat efek samping berupa perubahan status dental pada seseorang terutama anak-anak. Siprofloksasin (1,5 gram/hari), Gentamisin (3-5 gram/hari), Eritromisin (20-50 mg dibagi dalam 3 dosis; dewasa 2 gram/hari), Trimethoprim-Sulfamethoxazole (40 mg/kg/hari Sulfamethoxazole, 8 mg/kg/hari Trimethoprim) adalah alternatif yang baik, dan seperti Doksisiklin yang dapat diberikan selama 14-28 hari. Pasien dengan imunodefisiensi membutuhkan terapi dengan waktu yang lebih lama, biasanya selama 4 bulan. Steroid juga diindikasikan untuk penyakit okular.4) Anti FungalTerapi untuk korioretinitis akibat infeksi jamur lebih sulit dan membutuhkan jangka waktu yang lebih lama. Amfoterisin B intravitreal (5-10 mcg) digunakan untuk menterapi korioretinitis fungal yang bersifat serius. Infeksi Candida menggunakan Fluconazole (6-12 mg/kg/hari) dan amfoterisin B (0,75-1 mg/kg/hari) telah direkomendasikan sebagai pilihan antifungi untuk menterapi Candida endoftalmitis. Generasi Triazole baru (Voriconazole, Posaconazole, Ravuconazole) digunakan bila terdapat resistensi dari strain Candida dengan penggunaan Fluconazole untuk terapi endoftalmitis fungal. Caspofungin adalah Echinocandin pertama yang dipilih untuk menterapi endoftalmitis fungal karena Candida Albicans. Penelitian terhadap Voriconazole intraocular ( 25 mcg/mL) telah digunakan untuk terapi bila resisten Azole terhadap infeksi Candida dengan adanya keberhasilan. Histoplasmosis okular: terapi terbatas untuk fotokoagulasi membrane neovaskular, terutama bila makula terancam terkena. Terapi antifungal tidak memiliki peranan terhadap penyakit ini karena tidak ada organisme yang bereplikasi secara aktif. Amfoterisin B dapat digunakan untuk menterapi penyakit sistemik (0,75-1 mg/kg/hari). Infeksi spesies Cryptococcus dengan menggunakan Amfoterisin B (0,75-1 mg/kg/.hari)5) Anti TuberkulosisObat anti tuberkulosis yang digunakan adalah Isoniazid (10-30 mg/kg/hari), Rifampisin (10-20 mg/kg/hari), Pirazinamid (30 mg/kg/hari), dan Etambutol (15 mg/kg/hari). Obat lain seperti Aminoglikosida dan Kuinolon dapat digunakan bila terdapat resistensi terapi dari obat. Durasi dari terapi bergantung pada tingkat penyakit da status imun dari host.6) Anti HelmintesAntihelmintes, termasuk Diethylcarbamazine (6 mg/kg/hari), Albendazole (400 mg, 2 kali sehari peroral), dan Mebendazole (100-200 mg, 2 kali sehari peroral), biasanya digunakan dengan kortikosteroid dengan Toxocariasis dan Baylisascariasis.

Terapi terhadap etiologi tidak mengubah dari gejala klinis pada korioretinitis karena perubahan patologi selama terjadinya respon inflamasi dan atau imunologi disamping terjadinya infeksi. Terapi terhadap etiologi infeksi lain, seperti sifilis, yersiniosis, neuroborreliosis, tergantung dari luasnya penyakit namun cukup berhasil pada kebanyakan pasien. Pada anak-anak, jika tidak diobati, 85 % dari anak-anak dengan gejala subklinis akan menunjukkan tanda-tanda gangguan tumbuh kembang. Transmisi dan tingkat keparahan infeksi pada anak dapat diantisipasi dengan memberikan perawatan kepada ibu selama hamil. Pengobatan pada anak-anak dengan infeksi kongenital dapat mengubah perjalanan penyakit, meskipun kekambuhan dari korioretinitis masih bisa terjadi pada anak-anak yang diobati.

Gejala pada mata dapat diterapi sebagai berikut : Steroid dapat digunakan untuk manajemen akut dari vaskulitis, penyakit kolagen vascular, atau sarkoidosis; pada proses infeksi (penyakit tuberkulosis), atau pada kasus infeksi akibat spesies Toxoplasma. Terapi laser pada lesi di retina dapat dikerjakan pada kondisi tertentu dengan hasil yang baik

Tabel 1. Terapi Standar untuk Toksoplasmosis Okular: Obat dan DosisPyrimethamine

Sulfadiazine

75- 100 mg dosis awal (2 hari)25-50 mg per hari sampai lesi sembuh (biasanya 4- 6 minggu)2.0-4.0 g dosis awal (2 hari)0.5-1.0 g qid sampai lesi sembuh (biasanya 4- 6 minggu)

Asam Folat5 mg 3 kali seminggu selama terapi pyrimethamine

Prednisone

0.5-1 mg/kg per hari selama 3-6 minggu (dimulai pada hari ketiga)Tapper off sesuai respon klinis; hindari penggunaan pada pasien immunocompromised; hitung sel darah putih dan platelet setiap minggu.

Sumber : AAO, 2012

TERAPI OPERATIF Vitrektomi biasanya tidak diperlukan dan dikerjakan pada kasus berat yang resisten dengan terapi medis konservatif. Sitologi okular digunakan untuk mendeteksi keberadaan eosinofil, antibodi okular, dan tingkat immunoglobulin E (IgE) sebaiknya dilakukan untuk membedakan larva migrans toxocara okular dari retinoblastoma malignan untuk mencegah enukleasi yang tidak diperlukan.

CONSULTATION Involvement of the following specialists is helpful in performing a diagnostic workup, determining the length of treatment, and planning the total management of a child with chorioretinitis: Ophthalmologist - For determination of eye damage, treatment, and long-term follow-up care Infectious disease specialist - For diagnostic workup, selection of therapeutic agents and options, investigation of potential drug toxicities, and determination of treatment length in consultation with the ophthalmologist Other specialists include the following: Neurologist - For seizure control and long-term follow-up care of neurologic deficits Allergy and immunology/rheumatology specialist - To treat other associated conditions (ie, juvenile rheumatoid arthritis) Audiologist - For assessment and corrective measures to detect and treat deafness (if possible) Physical therapist - For maximization of functions and range of motions of muscles and joints and for referral to an orthopedist for surgical intervention if needed Occasionally, genetic testing is required to investigate possible dysmorphic syndromes.