Terapi Keluarga

25
REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA REFERAT ILMU KESEHATAN JIWA FAMILY THERAPY Disusun oleh: Jatu Sarasanti (030.08.130) Pembimbing : Dr.Rudy Hartanto, Sp.KJ, M.Fils KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RS PROF. DR. SOEROJO MAGELANG RS PROF. DR. SOEROJO MAGELANG 1

description

psikiatri

Transcript of Terapi Keluarga

Page 1: Terapi Keluarga

REFERAT ILMU KESEHATAN JIWAREFERAT ILMU KESEHATAN JIWA

FAMILY THERAPY

Disusun oleh:

Jatu Sarasanti (030.08.130)

Pembimbing :

Dr.Rudy Hartanto, Sp.KJ, M.Fils

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWAKEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RS PROF. DR. SOEROJO MAGELANGRS PROF. DR. SOEROJO MAGELANG

PERIODEPERIODE 1515 J JULIULI 2013 - 2013 - 17 AGUSTUS 17 AGUSTUS 2013 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

1

Page 2: Terapi Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Kamus Webster keluarga adalah A social unit consisting of parent and the

children they rear(sebuah unit sosial yang terdiri dari orang tua dan anak yang mereka asuh)

atau A group of people related by ancestry or marriage (sekelompok orang yang dihubungkan

oleh keturunan atau perkawinan).

Sementara itu, menurut PP No. 21 tahun 1994, keluarga adalah unit terkecil dalam

masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya,

atau ibu dan anaknya.

Menurut WHO, keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.

Berdasarkan 3 definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sebuah unit

terkecil dalam kehidupan sosial dalam masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak baik

yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi.

Menurut ahli keluarga yaitu Friedman(1998) menjelaskan bahwa keluarga dalam

memenuhi kebutuhan kehidupannya memiliki fungsi-fungsi dasar keluarga. Fungsi dasar

tersebut terbagi menjadi 5 fungsi yang salah satunya adalah fungsi affektif, yaitu fungsi

keluarga untuk pembentukan dan pemeliharaan kepribadian anak-anak, pemantapan

kepribadian orang dewasa serta pemenuhan kebutuhan psikologis para anggotanya. Apabila

fungsi affektif ini tidak bisa berjalan semestinya maka akan terjadi gangguan psikologis yang

berdampak pada kejiwaan dari keseluruhan unit keluarga tersebut.

Mengenai fungsi affektif ini banyak kejadian dalam keluarga yang bisa memicu

terjadinya gangguan kejiwaan baik pada anggotanya maupun pada keseluruhan unit

keluarganya, contoh kejadian-kejadian tersebut seperti perceraian, kekerasan dalam rumah

tangga, kultural, dll. Kejadian tersebut tidak semata-mata muncul tetapi selalu ada pemicunya,

dalam konsep keluarga yang biasanya menjadi pemicu adalah struktur nilai, struktur peran,

pola komunikasi, pola interaksi, dan iklim keluarga yang mendukung untuk mencetuskan

kejadian-kejadian yang memicu terjadinya gangguan kejiwaan pada keluarga

tersebut.Sehingga dalam hal ini di perlukan terapi keluarga dalam menormalisasikan individu

dalam kehidupannya baik untuk dirinya sendiri,keluarga maupun masyrakat sekitarnya

khususnya dalam hubungan sosial.

2

Page 3: Terapi Keluarga

BAB II

FAMILY THERAPY

A. DEFINISI

Family TherapY atau dalam bahasa indonesia disebut Terapi keluarga adalah model terapi

yang bertujuan mengubah pola interaksi keluarga sehingga bisa membenahi masalah-masalah

dalam keluarga (Gurman, Kniskern & Pinsof, 1986). Terapi keluarga muncul dari observasi

bahwa masalah-masalah yang ada pada terapi individual mempunyai konsekwensi dan

konteks social. Contohnya, klien yang menunjukkan peningkatan selama menjalani terapi

individual, bisa terganggu lagi setelah kembali pada keluarganya. Menurut teori awal dari

psikopatologi, lingkungan keluarga dan interksi orang tua- anak adalah penyebab dari

perilaku maladaptive (Bateson et al,1956; Lidz&Lidz, 1949 ;Sullivan, 1953).

B. PRINSIP DASAR

Terapi keluarga didasarkan pada teori system (Van Bertalanffy, 1968) yang terdiri dari 3

prinsip. Pertama adalah kausalitas sirkular, artinya peristiwa berhubungan dan saling

bergantung bukan ditentukan dalam sebab satu arah–efek perhubungan. Jadi, tidak ada

anggota keluarga yang menjadi penyebab masalah lain; perilaku tiap anggota tergantung pada

perbedaan tingkat antara satu dengan yang lainnya. Prinsip kedua, ekologi, mengatakan

bahwa system hanya dapat dimengerti sebagai pola integrasi, tidak sebagai kumpulan dari

bagian komponen. Dalam system keluarga, perubahan perilaku salah satu anggota akan

mempengaruhi yang lain. Prinsip ketiga adalah subjektivitas yang artinya tidak ada

pandangan yang objektif terhadap suatu masalah, tiap anggota keluarga mempunyai persepsi

sendiri dari masalah keluarga.

Penelitian mengenai terapi keluarga dimulai pada tahun 1950-an oleh seorang

Antropologis bernama Gregory Bateson yang meneliti tentang pola komunikasi pada keluarga

pasien skizofrenia di Palo Alto, California. Penelitian ini menghasilkan 2 konsep mengenai

terapi dan patologi keluarga, yaitu :

1. the double bind (ikatan ganda)

Dalam terapi keluarga, munculnya gangguan terjadi saat salah satu anggota membaik

tetapi anggota keluarga lain menghalang-halangi agar keadaan tetap stabil.

2. family homeostasis (kestabikan keluarga)

Bagaimana keluarga menjaga kestabilannya ketika terancam.

3

Page 4: Terapi Keluarga

Oleh karena itu, untuk meningkatkan fungsi anggota keluarga maka sistem dalam

keluarga musti dipengaruhi dengan melibatkan seluruh anggota keluarga bukan

individual/perorangan.

Adanya gangguan dalam pola komunikasi keluarga adalah inti dari double bind. Ini

terjadi bila ‘korban’ menerima pesan yang berlawanan/bertentangan yang membuat sulit

bertindak konsisten dan memuaskan. Anak diberitahukan bahwa ia harus asertif dan membela

haknya namun diwaktu yang sama dia diharuskan menghormati orangtuanya, tidak

menentang kehendaknya, dan tidak pernah menanyakan/menuntut kebutuhan mereka. Apa

yang dikatakan berbeda dengan yang dilakukan. Keadaan ini selalu ditutupi dan

disembunyikan, sehingga si ‘korban’ tidak pernah menemukan sumber dari kebingungannya.

Jika komunikasi ini (double bind communication) terjadi berulang kali, akan mendorong

perilaku skizoprenik.

Kemudian timbul kontrovesi mengenai teori double bind ini, khususnya dengan faktor

gentik dan sosiologi yang menyebabkan terjadinya skizofrenia. Hal ini kemudian melahirkan

penelitian untuk pengembangan terapi keluarga.

Terapi keluarga sering dimulai dengan fokus pada satu anggota keluarga yang

mempunyai masalah. Khususnya, klien yang diidentifikasi adalah remaja laki-laki yang sulit

diatur oleh orang tuanya atau gadis remaja yang mempunyai masalah makan. Sesegara

mungkin, terapis akan berusaha untuk mengidentifikasi masalah keluarga atau komunikasi

keluarga yang salah, untuk mendorong semua anggota keluarga mengintrospeksi diri

menyangkut masalah yang muncul. Tujuan umum terapi keluarga adalah meningkatkan

komunikasi karena keluarga bermasalah sering percaya pada pemahaman tentang arti penting

dari komunikasi (Patterson, 1982).

Terapi keluarga mengajarkan penyelesaian tanpa paksaan, mengajarkan orang tua

untuk menetapkan kedisiplinan pada anak-anak mereka, mendorong tiap anggota keluarga

untuk berkomunikasi secara jelas satu sama lain, mendidik anggota keluarga dalam prinsip

perubahan perilaku, tidak menekankan kesalahan pada satu anggota akan tetapi membantu

anggota keluarga apakah hyarapan terhadap anggota yang lain masuk akal.

Pendekatan berpengaruh yang lain disebut strategi atau terapi keluarga terstruktur

(Minuchin, 1974; Satir, 1967). Disini, terapis berusaha menemukan problem utama dari

masalah klien dalam konteks keluarga, bukan sebagai masalah individual. Tujuannya adalah

untuk mengurangi sikap menyalahkan yang mengarah pada satu orang. Contohnya, terapis

menyampaikan bahwa perilaku menentang dan agresif dari remaja mungkin adalah tanda dari

ketidakamanan remaja atau alasan untuk mendapatkan perhatian yang lebih dari ayahnya.

4

Page 5: Terapi Keluarga

Pada banyak keluarga yang mengalami stress, pesan emosional begitu tersembunyi sehingga

anggota keluarga lebih sering berbicara tanpa berbuat. Mereka sering mengasumsikan bahwa

mereka dapat “saling membaca pikiran masing-masing”.

Saat ini, terapi keluarga terstruktur telah disesuaikan untuk membawa faktor budaya

yang mungkin berpengaruh pada terapi keluarga dari kelompok etnis tertentu. Untuk

membawa keluarga ke terapi, membuat mereka tetap kembali, harus ada perjanjian keluarga

yang disusun untuk menghindari hal-hal berikut :

1. penolakan anak untuk mengikuti terapi,

2. sikap ambivalen ibu dalam memasukkan keluarganya ke dalam terapi,

3. penolakan keberadaan seorang ayah dalam keluarga, dan

anggota keluarga tetap berusaha menjaga rahasia keluarga dari orang asing.

Terapi keluarga biasanya diberikan saat pasien sudah dewasa sebagai hasil dari

keluarga yang patologis. Terapi individual mungkin tidak berguna karena kondisi keluarga

yang tidak mendukung.

Kondisi keluarga itu bisa mengganggu kepribadian dan tingkah laku pasien. Namun

jika memungkinkan, tritmen bagi penderit skizofrenia atau borderine yang masih awal dengan

memanfaatkan seluruh anggota yang ada mungkin bisa berguna. Terapi dimulai dengan fokus

pada masalah yang dialami pasien dalam keluarga dan kemudian anggota keluarga

menyampaikan/memberikan kontribusi masing-masing. Terapis bertugas untuk mendrong

seluruh anggota keluarga untuk mau terasa terlibat dalam masalah yang ada bersama-sama.

Terapis keluarga biasa dibutuhkan ketika :

1. Krisis keluarga yang mempengaruhi seluruh anggota keluarga

2. ketidak harmonisan seksual atau perkawinan

3. konflik keluarga dalam hal norma atau keturunan

Terapi keluarga tidak bisa digunakan bila tidak mungkin untuk mempertahankan atau

memperbaiki hubungan kerja antar anggota kunci keluarga. Tanpa adanya ksadaran akan

pentingnya menyelesaikan masalah pada setiap anggota inti keluarga, maka terapi keluarga

sulit dilaksanakan. Bahkan meskipun seluruh anggota keluarga datang atau mau terlibat,

namun beberapa system dalam keluarga akan sangat rentan untuk terlibat dalam terapi

keluarga.

C. TUJUAN

Tujuan pertama adalah menemukan bahwa masalah yang ada berhubungan dengan

keluarganya, kemudian dengan jalan apa dan bagaimana anggota keluarga tersebut ikut

5

Page 6: Terapi Keluarga

berpartisipasi. Ini dibutuhkan untuk menemukan siapa yang sebenarnya terlibat, karenanya

perlu bergabung dalam sesi keluarga dalam terapi ini, juga memungkinkan apabila

diikutsertakan tetangga, nenek serta kakek, atau keluarga dekat yang berpengaruh. Ada cara

tercepat dalam terapi dimana terapis keluarga membuat usaha untuk mempengaruhi seluruh

anggota keluarga dengan menunjukan cara dimana mereka berinteraksi dalam sesi keluarga

itu. Kemudian, setiap anggota keluarga diminta menyampaikan harapan untuk perkembangan

diri mereka sebaik mungkin, umumnya untuk menyampaikan komitmen pada terapis.

Tujuan jangka panjang bergantung pada bagian terapis keluarga, apakah sebagian

besar yang dilakukan untuk mengembangkan status mengenali pasien, klarifikasi pola

komunikasi dlm keluarga, dll. Dalam survey, responden diminta menyebut tujuan primer dan

sekunder mereka, untuk seluruh keluarga, kedalam 8 kemungkinan tujuan. Tujuan yang

disebut sebagai tujuan primer ‘mengembangkan komunikasi’ untuk seluruh keluarga, ternyata

lebih dipilih ‘mengembangkan otonomi dan individuasi’. Sebagian memilih ‘pengembangan

symptom individu’ dan ‘mengembangkan kinerja individu’. Memfasilitasi fungsi individu

adalah tujuan utama dari terapi individual, tetapi para terapis keluarga melihat sebagai bukan

yang utama dalam proses perubahan keluarga yang luas, khususnya sistem komunikasi dan

sikap anggota keluarga yang menghormati anggota lainnya.

Dalam survei, bagaimanapun, menjadi jelas bahwa para therapists keluarga dengan

susah bersatu di dalam metoda dan konsep perawatan keluarga. Hampir semua, Di tahun

1970, ketika itu tritmen keluarga banyak yang utama adalah patient-centered. Anggota

keluarga yang lain, memberi informasi menyangkut pasien. Contoh ekstrim yang lain adalah

itu merasa terikat dengan suatu pendekatan sistem, sebagai contoh, Satir dan halay. Mereka

melihat proses dari permulaan hingga akhir dengan memusatkan pada keluarga dengan

harapan perubahan dalam keluarga dan membawa ke arah hidup lebih sehat untuk semua

anggota nya. Mereka menekankan proses keluarga dengan individual psychodinamics, dengan

perhatian mereka, memusat pada pasien yang dikenali.

D. PROSES

Dalam perjalanannya, untuk membedakan suatu dimensi dari berorientasi individu ke

sistem yang diorientasikan pemikiran, keluarga therapists dapat diuraikan seperti kepala

perguruan tinggi/ dirigen. Dirigen, sebagai pembanding, cenderung ke program dan

mengorganisir cara bekerja, menentukan agenda, menugaskan tugas, dan dengan aktif

menanyai dan mengajar. Dalam kasus Ackerman, ini mungkin dalam rangka menghilangkan

pengingkaran dan kemunafikan, menuntut anggota keluarga untuk lebih membuka dengan dia

6

Page 7: Terapi Keluarga

dan dengan diri mereka. Ia menghadapi seksual, agresif, dan perasaan tergantung. Cara nya

besar, yakin, dan jujur. Satir, pada sisi lain, menjadikan dirinya sebagai guru dan tenaga ahli

di komunikasi. Dia mengarahkan ke diskusi, dan menunjukkan permasalahan dalam hal

komunikasi. Dia menetapkan dirinya sebagai contoh komunikasi yang jelas, penggunaan yang

sederhana dan kata-katanya jelas, dan menjelaskan prinsip nya kepada keluarga. Meskipun

demikian terkait dengan segi manusia yang lain yang dapat merasakan dan interaksi, dia pada

dasarnya seorang guru dan contoh yang memiliki kejelasan dalam berkomunikasi.

Bagaimanapun, apakah lebih sebagai kondektur atau reaktor, Ackerman dan Satir, semua

keluarga therapists perlu bermain suatu peran yang lebih aktif dibanding yang sudah biasa

dalam individu therapy. Therapist harus yang lebih memiliki kemampuan dalam penggunaan

kendali, melembutkan argumentasi, dan memandu diskusi. Terapi keluarga meletakkan

therapist dalam suatu hubungan yang berbeda dengan klien nya dibanding dalam terapi

kelompok atau individu. Ia tidak dimulai dari dasar yang sama atau dari sama sama ketidak-

tahuan. Anggota keluarga masuk dengan suatu pengalaman umum; therapist adalah orang

luar. Dalam pelaksanaan bahkan untuk mengerti sindiran sindiran mereka untuk membagi

bersama pengalaman, ia harus belajar ke kultur keluarga, bahasa dan aturan. Therapist harus

sampai kepada dalamnya sistem keluarga memahami dan bekerja dengan itu. Sekalipun

begitu ia tidak bisa menjadi 'yang diatur & bagian dari sistem', karena ia harus menyendiri

dari itu dalam rangka memahami aktivitas nya dan untuk memandu perubahan nya. Begitu,

sisanya antar detasemen dan keterlibatan menjadi yang lebih dikritisi dalam keluarga therapy

dibanding dalam bentuk lain psikoterapi. Cara-cara lain, adalah dengan berbagi tugas yang

umum dari semua therapists, untuk menyediakan suatu atmospir yang mendukung dan aman

untuk menghadapi pengalaman menyakitkan.

Therapy umumnya mulai dengan usaha untuk menemukan apa yang sedang

mengganggu keluarga dan apa yang mereka harapkan melalui terapi ini. Sesi pertama atau

kedua hanya boleh melibatkan pasangan yang sudah menikah, dimana sebagai pemimpin

menyangkut keluarga. Yang secara khas cukup, masalah yang ada dikaitkan dengan perilaku

yang menganggu menyangkut pasien yang dikenali "Pemuda lontang lantung mogok sekolah,

dan menggunakan narkoba." Itu hampir suatu kebenaran mutlak bahwa semua anggota

keluarga tidak membagi dugaan yang sama tentang apa yang salah, mengapa masalah datang,

atau seberapa penting hal itu diharapkan untuk di tritmen bersama-sama. Untuk memperjelas

gabungan persepsi dan alasan adalah suatu awal tugas penting. Dalam proses yang sama,

therapis berusaha untuk mengkomunikasikan sebagian dari peraturan utama, bahwa semua

7

Page 8: Terapi Keluarga

anggota akan diperlakukan sebagai individu, mereka akan masing-masing diharapkan untuk

mengambil bagian, dan poin-poin pandangan mereka akan dihargai.

Suatu contoh dari suatu awal sesi suatu keluarga bersama dengan Virginia Satir dapat

memperjelas. Keluarga terdiri dari seorang laki-laki dan Mary dan anak-anak mereka, Johnny

(16) dan Patty (7). Orang tua telah mencari bantuan untuk kelakuan buruk sang pemuda di

sekolah. Dalam posisi ini di dalam wawancara itu Satir telah menemukan Johnny itu berpikir

bahwa keluarga sedang mengadakan suatu perjalanan, sedang Patty berpikir mereka akan

menemui seseorang untuk memperbicangkan tentang keluarga. Satir bertanya pada anak-anak

di mana mereka mendapat gagasan mereka itu.

Patty : ibu mengatakan kami akan memperbicangkan tentang permasalahan keluarga

Therapist: Bagaimana dengan Bapak? Apa ia menceritakan kepada kamu hal yang sama?

P : Tidak ada

T : Apa yang telah Bapak katakan?

P : Ia berkata kita akan mengadakan suatu perjalanan

T : ok. jadi kamu mendapat beberapa informasi dari ibu dan beberapa informasi lagi dari

Bapak. Bagaimana dengan kamu, Johnny: Di mana kamu mendapatkan informasi mu?

Johnny : Aku tidak ingat

T : Kamu tidak ingat siapa yang menceritakan kepada kamu?

Mother: Aku tidak berpikir aku berkata apapun kepadanya. Ia tidak di sekitar saat itu, aku

mengira

T : Bagaimana denganmu Bapak? Ada yang Anda katakan ke Johnny?

Father : Tidak ada, aku pikir Mary yang telah menceritakan kepada dia

T : ( ke Johnny) baik, kemudian, bagaimana kamu bisa ingat jika tidak ada apapun

dikatakan

J : Patty mengatakan kita akan menemui seorang nyonya untuk membicarakan tentang

keluarga.

T : ok. jadi Kamu Dapat informasi mu dari saudari mu, sedangkan Patty mendapat info

dari Ibu dan Bapak.

( Therapist melanjutkan, menanyakan pada anak-anak bagaimana mereka menangani

perbedaan pesan dari kedsua orang tuanya. Dia kemudian bertanya pada orang tua perkataan

apa yang mereka ingat.

T : Bagaimana dengan itu, Ibu? Adalah kamu dan Bapak sama-sama bekerja ke luar apa

yang kamu akan ceritakan kepada anak-anak?

8

Page 9: Terapi Keluarga

M : beginilah, aku berpikir ini adalah satu masalah kami. Ia mengerjakan hal-hal dengan

mereka dan aku lakukan hal yang lain

F : Aku berpikir ini adalah suatu hal yang tak penting untuk dicemaskan

T : Tentu saja ini penting. Akan tetapi kita justru dapat menggunakan itu, untuk lihat

bagaimana pesan berseberangan dalam keluarga. Salah satu hal penting dalam

keluarga adalah bagaimana anggota keluarga berkomunikasi dengan jelas sehingga

pesan mereka tersampaikan. Kita harus lihat bagaimana Ibu dan Bapak dapat bersama

sedemikian sehingga Johnny dan Patty dapat mendapat pesan jelas.

( segera, dia menambahkan;)

T : kemudian, Aku akan menceritakan kepada kamu mengapa Ibu dan Bapak sudah

kemari. Mereka kemari sebab mereka tak bahagia dalam keluarga dan mereka ingin

membuat rencana sedemikian rupa sehingga semua anggota keluarga dapat mendapat

lebih kesenangan dari kehidupan berkeluarga.

Dalam peristiwa ini secara ringkas kita lihat Satir memperkenalkan keluarga ke

konsep komunikasi, selagi menyelidiki pemahaman therapy mereka. Dalam tekniknya,

masing-masing anggota didukung untuk berbicara atas nama dirinya dan untuk membuat

posisi nya dikenal; therapist boleh menyela jika seseorang usaha untuk menghadirkan

pandangan yang lain. Begitu, dia membantu perkembangan suatu perasaan berharga dan

kejelasan pada setiap orang.

Awal dalam sesi keluarga, suatu sejarah luas keluarga diambil. Ini mulai dengan

perkawinan sepasang orangtua ( " arsitek keluarga" di dalam istilah Satir), yang mana

menyampaikan kepada anak-anak yang sedikit banyak cerita mengejutkan dalam suatu

keluarga mereka masukan ke dalamnya. Cerita beralih kepada saat ini dan mengembalikan

kepada awal hidup dari orang tua di dalam keluarga-keluarga asal mereka. Therapist begitu

mendapatkan suatu dugaan menyangkut karakter di dalam kehidupan berkeluarga dan tentang

yang terdahulu dan kesinambungan perilaku mereka. Anak-Anak bisa jadi menemukan bahwa

ketika anak-anak menderita banyak kemarahan yang sama ternyata bertentangan dengan

orang tua mereka. Permasalahan kini diberi perspektif dan mungkin yang lebih dapat

dikendalikan. Di dalam proses, dongeng keluarga dapat diungkapkan dan barangkali dikubur.

Meskipun demikian mereka sudah sering mendengar bapak berkata kepada ibu, "ia

mengerjakan mempunyai paman mu darah Max'S,

9

Page 10: Terapi Keluarga

E. PERLAKUAN TERHADAP ANAK YANG BERMASALAH

Banyak bentuk dari psikoterapi individual untuk masalah anak. Diantaranya

psikoanalisis anak, psikoterapi client centered anak, dan banyak bentuk lain dari modifikasi

behaviorisme. Perlunya, terapi hanya dapat mendekati bentuk orang dewasa, untuk tidak

hanya menyelesaikan masalah dan symptom anak yang ‘berbeda’ tetapi bahwa mereka hidup

dalam level perkembangan yang berbeda. Sebagai gantinya, percakapan terapi, komunikasi

antara terapis dan anak bergantung pada permainan dan berbagai jenis aktivitasnya. Lantai

ruangan dibanding dipan dan kursi adalah arena terapi anak. Yang didalamnya telah ada

peralatan; boneka dan kotak pasir, cat air, dan lain-lain. Tidak hanya yang anak-anak pikirkan,

komunikasikan dan ekspresikan dalam mode berbeda dengan orang dewasa, tapi kondisi

hidupnya benar-benar berbeda. Anak bergantung pada apa yang diberikan keluarga. Dalam

bagian ini, anak adalah ‘klien yang segan’ yang tidak memilih, menyusun, dan tdk membayar

untuk psikoterapi. Disamping itu, anak sedang dalam masa perkembangan, sangat dipengaruhi

keluarga mulai saat ini.

Dalam dunia bimbingan anak, menjadi kesepakatan bahwa anak tidak seharusnya

tidak terpisah dari orangtua. Tanpa mengubah, paling tidak pada beberapa tingkatan,

memaksa anak yang terlihat memiliki bakat kecil untuk perkembangan dalam berusaha

mempengaruhi perkembangannya sendiri. Konsekuensinya, usaha yang dibuat untuk

memasukkan orangtua kedalam pengertian yang lebih luas dalam program tritmen. Banyak

tipe, dimana ibu yang siap sedia dan konsen. Lebih dari itu, teori yang menekankan peran

waktu ibu, melalaikan peran ayah, dalam perkembangan anak. Pengaruh orangtua terhadap

tritmen sangat minim, sebagian besarnya sesi diharapkan membahas masalah anak dan

potensi kontribusi keluarga, dan sesi selanjutnya untuk mempertimbangkan kemajuan anak,

untuk membantu keluarga mengakomodir perubahan perilaku anak dan menyediakan kondisi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kedepan. Kadangkala, orangtua dan anak seharusnya

sesekali terlihat bersama. Lebih sering usaha yg ada membawa ibu kedalam psikoterapi

personal, jadi ibu bisa menjadi orang yang efektif dalam pengaruh terhadap anak. Ini mungkin

mengambil tempat dalam Psikoterapi serentak yang mana ibu dan anak memiliki masing-

masing terapis, yang bekerja sendiri-sendiri atau dalam kolaborasi psikoterapi yang saling

mensinkronkan usaha.

Dalam perkembangan bimbingan anak, pindah dari satu terapi ke terapi yang lain

meletakkan pekerjaan mendasar untuk memperkenalkan mengikuti terapi keluarga, dimana

seluruh anggota keluarga diampu satu terapis. Menyangkut peran bapak yang terabaikan, dan

fakta bahwa suatu keluarga yang bermasalah lebih baik dibanding suatu individu yang

10

Page 11: Terapi Keluarga

bermasalah dalam suatu keluarga. Menjadi ayah, mengasuh, dan saudara kandung bersama

dengan 'korban' bersama dalam suatu proses yang focus pada menyelesaikan kegagalan dan

kesusahan dalam sistem keluarga itu sendiri.

F. TERAPI PERKAWINAN

Dalam terapi perkawinan atau yang disebut terapi pasangan, klien adalah pasangan

menikah atau pasangan yang mempunyai hubungan intim di luar pernikahan. Model terapi ini

juga disebut sebagai terapi bersama, dimana kedua anggota pasangan menemui ahli terapi

yang sama dalam sesi yang sama. Perbedaannya dengan terapi individual, fokus terapi

perkawinan adalah hubungan yang buruk pada pasangan, bukan gangguan individual yang

terjadi dalam suatu hubungan. Sebenarnya, kebutuhan terapi muncul karena adanya konflik

dan kebutuhan dari pasangan. Hubungan intim sering memburuk karena masalah sekitar

kepuasan seksual, otonomi individu, dominasi, tanggung jawab pada anak, komunikasi,

keintiman, pengaturan uang, kesetiaan dan ekspresi ketidaksetujuan serta permusuhan.

Dalam hal pekerjaan, antara suami dan istri kelihatannya mendapatkan tempat

yang sama, hanya saja suami diperlakukan sebagai sosok yang profesional dalam

lingkungan keluarga. Dalam struktur hubungan sosial pria sangat dominan dibandingkan

dengan perempuan. Konseling seputar pernikahan sewaktu- waktu dapat membuat kita

senang atau dapat mewujudkan suatu ketentraman dalam suatu keluarga yang mana

antara suami dan istri tidak dapat menyelesaikan masalah- masalah yang muncul dalam

rumah tangga mereka.

Terapi pasangan dapat menjadi penyelesaian utama ketika kesulitan hubungan

menjadi target utama terapi, atau ini bisa digabung dengan metode lain yang didesain untuk

mengatasi masalah lain seperti depresi, alkoholisme, gangguan kecemasan yang

mempengaruhi kualitas, dan bahkan eksistensi dari pasangan. Beberapa ahli kesehatan mental

merekomendasikan terapi pasangan atau paling tidak membawa serta partner klien dalam

terapi gangguan ini. Beberapa pasangan bahkan mendapat terapi untuk membantu mereka

mengakhiri pernikahan atau hubungan yang sudah lama terjalin dengan konflik yang

minimum.

Tujuan teknik terapi perkawinan sebagian tergantung pada konflik yang paling

menekan pasangan dan sebagian tergantung orientasi teori terapis. Contohnya, terapis yang

berorientasi behaviorisme akan mungkin membantu partner dengan masalah komunikasi

pasangan dengan mengajarkan partner untuk merubah kemarahan, kritik yang tidak

membangun dengan komentar yang diekspresikan dengan jelas dan terbuka sehingga tingkah

11

Page 12: Terapi Keluarga

laku yang diinginkan bisa tercapai. Untuk mengatasi hubungan yang bermasalah, kontrak

perubahan tingkah laku mungkin perlu dibuat.

Terapis pernikahan yang berorientasi kognitif-behavioral membantu pasangan

merubah cara mereka berpikir tentang hubungan mereka dan mengubah atribusi yang mereka

buat tentang satu sama lain (Baucon et al, 1989; Bradbury&Fincham, 1990). Ketika pasangan

sibuk memikirkan siapa yang bersalah dan mulai saling menyalahkan, maka kondisi ini tidak

memungkin bagi keduanya untuk mengatasi masalah mereka sendiri. Disamping itu, terapis

kognitif-behavioral mungkin mengajarkan tiap anggota untuk saling memahami, contohnya

kemarahan pasangannya mungkin refleksi dari kecemasan tentang masa depan hubungan,

bukan keinginan untuk berpisah.

Terapis perkawinan dengan pendekatan phenomenologi memusatkan pada

pengembalian ikatan emosional dan rasa kedekatan pasangan yang pernah dirasakan. Karena

itu, tujuan terapi pasangan yang berpusat secara emosional adalah membantu partner menjadi

lebih nyaman mengekspresikan dan menerima kebutuhan emosional satu sama lain

( Greenberg&Johnson, 1988). Untuk mencapai tujuan ini, terapis mungkin menggunakan

teknik yang membiarkan tiap partner untuk bekerjasama dan memutuskan, atau paling tidak

menyingkirkan, menekan kebencian atau masalah emosi lain yang sering muncul dalam suatu

hubungan.

Terapi pasangan yang berorientasi psikodinamik juga didesain untuk membantu

partner mengerti dan memutuskan area konflik, tetapi disini, ini diasumsikan bahwa masalah-

masalah mungkin tidak disadari. Disamping itu, partner berusaha untuk mengerti bahwa

tindakan dari masing-masing yang menyebabkan ketidakbahagiaan pasangannya (mungkin

secara tak sadar) muncul dari konflik yang tidak dapat diselesaikan karena tidak ada

pengalaman dalam keluarga atau mungkin menekan emosi yang tidak diketahui. Partner

mungkin juga menyadari bahwa kecocokan dari karakteristik individual ini cenderung

membawa keburukan. Mengikuti beberapa insight, partner dibantu untuk berusaha memahami

masalah mereka dan berusaha mengatasinya.

Kebanyakan terapis pernikahan cenderung menekankan pada pemecahan masalah. Inti

pemacahan masalah adalah mengajarkan pasangan bagaimana berkomunikasi dan

bernegosiasi dengan lebih efektif dengan pasangannya. Terapis mengajarkan pasangan

membangun komunikasi yang lebih baik, saling tanggung jawab pada masalah yang ada,

mengungkapkan masalah yang ada dari pada mendendam, dan membicarakan masalah yang

belum dapat diatasi.

12

Page 13: Terapi Keluarga

G. BENTUK HUBUNGAN TERAPI

Konseling Perkawinan

Dapat ditemukan pada kasus terapi keluarga yang special, di mana fokusnya asalah

hubungan antara suami istri dan masalah dengan anak-anak. Ahli klinis individual melihat

masalah keluarga sebagai suatu refleksi adanya salah satu anggota keluarga mengalami

neurosis. Mereka menemukan bahwa perubahan terapeutik dalam kehidupan pasien dapat

menjaga keseimbangan. Untuk alasan ini pula, terapis memberi nasehat untuk upaya

terapeutik, fokus pada hubungan antara suami-istri dari pada kehidupan pribadi orang lain.

Terapi seksual conjoint

Masalah perkawinan berakar pada hubungan seksual yang tidak memuaskan.

Berdasarkan penelitian dalam seksualitas manusia, Master dan Johnson mengmbangkan suatu

bentuk terapi seksual yang membantu kehidupan seksual pasangan lebih emnarik dan

memuaskan. Mekanisme terapinya adalah pasangan suami istri menghabiskan dua minggu di

sebuah pusat terapi jauh dari kotanya. Sangat penting bagi pasangan untuk menjauh sementara

dari kewajiban, pekerjaan, tanggung jawab, anak-anak, dan teman. Suami istri masing-masing

bekerja dengan tim asisten terapis. Untuk hari pertama tiap-tiap pasangan

dipisahkan,menggali lebih dalam soal sikap seksual, harapan, dan penampilan. Hari ketiga

suami istri dan dua partnernya datang bersama, dan digali dalam sebuah sesi untuk melihat

secara individual maupun atau berhubungan dnegan kesulitan seksual. Kebanyakan proses

cojoint adalah pendidikan. Para peserta diberi pendidikan singkat tentang memuaskan

pasangan. Upaya dilakukan untuk meluruskan kesalahpahaman seksual, mitos, dan

mngembangkan komunikasi antara suami istri. Instruksi lebih lanjut lanjut adalah teknik fisik

maupun psikologis diusahakan untuk mengurangi masalah symptomatic.

Pendekatan Behavioral untuk Masalah Perkawinan dan Keluarga

Therapist yang berorientasi pada belajar membawa prinsip terapi behavior untuk

intervensi perkawinan dan keluarga.bagi mereka, cara sebuah keluarga untuk membuat

kesepakatan antara satu dengan yang lainnya dapat mengkonseptualisasikan kontingensi dari

reinforcement, masing-masing berperilkau pada yang lain. Maka tugas para terapis adalah

mengajak anggota keluarga me”reinforcemen”kan keinginan untuk berperilaku dari pada

memberikan reward bagi perilaku maladaptive dengan memberikan perhatian, kepedulian,

dan reinforcemen lain.

Therapist behavioral memulai dengan membuat analisis perilaku dari sebuah keluarga

untuk menemukan perilaku mana yang harus ditambah atau harus dikurangi. Proses dari terapi

13

Page 14: Terapi Keluarga

adalah mereka membimbing pasangan menikah, anggota keluarga untuk secara intens

mengubah kontingensinya reinforcement.

Pendekatan Lain

1. Network theory

Secara logika, terapi keluarga adalah perluasan dari simultan dengan semua yang

tersedia dari system kekeluargaan, teman, dan tetangga serta siapa saja yang

berkepentingan untuk memupuk rasa kekeluargaan ( Speck and Attneave, 1971).

2. Multiple-impact therapy

Multiple-impact therapy biasanya dapat membantu remaja pada saat mengalami

krisis situasi ( MacGregor et al.,1964 ). Tim kesehatan mental bekerja dengan keluarga

yang beramasalah selama dua hari. Setelah dibei pengarahan, anggota tim akan

dipasangkan dengan salah satua atau lebih anggota keluarga dengan beberapa varisasi

kombinasi. Mungkin ibu dan putrinya dapat ditangani oleh satu orang terapist, sedangkan

ayah ditangani secara individual sepert halnya anak laki-lakinya. Bila dibutuhkan regroup

diperbolehkan untuk mengeksplorasi maslah keluarga yang rumit. Tujuan dari terapi

adalah untuk reorganisasi sistem keluarga sehingga dapat terhindar dari malfungsi.

Diharapkan sistem keluarga menjadi lebih terbuka dan adaptif, untuk itu terus dilakukan

followup.

3. Multiple- family and multiple- couple group therapy

Masa kegiatan kelompok keluarga selanjutnya menimbulkan suatu keadaan yang

biasa untuk membantu masalah emosional ( e.g., Laqueur, 1972 ). Model ini,

partisipan tidak dapat memeriksa satu persatu dengan mentransaksi keluarga kecil

mereka tetapi mengalami simultan mengenai masalah ekspresi oleh keluarga dan

pasangan suami istri. Dengan demikian, terapi kelompok ini dapat menunjang

pemikiran pada pasangan suami istri.

14

Page 15: Terapi Keluarga

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Terapi keluarga merupakan salah satu terapi modalitas yang melihat masalah individu

dalam konteks lingkungan khususnya keluarga. Untuk dapat menjalankan terapi keluarga

dengan baik diperlukan pendidikan dan latihan dengan dilandasi berbagai teori yaitu

psikoterapi kelompok, konsep keluarga struktur dan fungsi keluarga, dinamika keluarga,

terapi perilaku dan teori komunikasi.

Manfaat peran keluarga dalam proses terapi pasien dapat diperbesar melalui terapi

keluarga. Dengan terapi keluarga diharapkan selain bermanfaat untuk terapi dan rehabilitasi

pasien juga dapat memperbaiki kesehatan mental dari keluarga, termasuk tiap–tiap anggota

keluarga dalam arti memperbaiki peran dan fungsi atau hubungan interpersonalnya.

B.Saran

Dalam makalah ini sekiranya masih ada kekurangan pada cakupan isi mau pun sumber

yang tidak komprehensif. Karenanya perlu diadakan telaah lebih mendalam dalam pemilihan

materi yang sejatinya terdapat dalam buku-buku terbaru yang lebih populer dan revolusioner.

Diharapkan juga makalah ini dapat menjadi acuan sumber pembelajaran mahasiswa agar

nantinya dapat diterapkan dalam melakukan terapi pada keluarga.

15

Page 16: Terapi Keluarga

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan H.I. Sadock B. J. Sinopsis Psikiatri, Ilmu Pengetahuan dan Perilaku Psikiatrik

Klinis, edisi VII, Jakarta : Binarupa Aksara. 2002 : 372 – 393, 258 – 291.

2. Leichsenring, Leibing. Psychodynamic Psychotherapy for Personality Disorder. Am J

Psychiatry 164:10, pg 1465 – 1467, 2007.

3. Becvar, Dorothy S. Becvar, Raphael J. 1976.Family Teraphy ( A systematic

Intregation). Adivision of Simon & Schester, Inc. Needham Height; Massachusetts.

4. Korchin, Sheldon J. 1976.Modern Clinical Psychology. Basic Books, Inc. Publishers:

New York.

5. Friedman, Marlyn M. 1998. Praktik Keperawatan Keluarga: Teori, Pengkajian,

Diagnosa, dan Intervensi. Toronto: Appleton&Lange.

No.1,61-66.

16