Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

11
Meet The Expert GANGGUAN MEMBACA PADA ANAK Disusun oleh : Rika Elfa Miranti P.525 Attiya Istarini P.530 Antoni Khosidik P.534 Dian Rukma P.536 Rahma Tsania Zhuhra P.543 Adri Buthia P.548 Rara Puspita P.553 Rika Desviorita P.554 Perseptor: Dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K) BAGIAN PSIKIATRI RSUP DR.M.DJAMIL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2010

description

psikiatri

Transcript of Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Page 1: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Meet The Expert

GANGGUAN MEMBACA PADA ANAK

Disusun oleh :

Rika Elfa Miranti P.525

Attiya Istarini P.530

Antoni Khosidik P.534

Dian Rukma P.536

Rahma Tsania Zhuhra P.543

Adri Buthia P.548

Rara Puspita P.553

Rika Desviorita P.554

Perseptor:

Dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K)

BAGIAN PSIKIATRI RSUP DR.M.DJAMIL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2010

Page 2: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Pendahuluan

Gangguan membaca adalah suatu bentuk gangguan belajar yang melibatkan adanya kegagalan signifikan pada keakuratan bacaan, kecepatan membaca, atau keseluruhan gangguan membaca yang menyebabkan adanya penurunan prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari. Orang-orang dengan gangguan membaca akan mengalami penurunan kemampuan membaca yang tidak sesuai dengan tingkat intelegensia, kesempatan pendidikannya, dan kesehatan fisik. Gangguan membaca umumnya disebut disleksia. Disleksia ini mencakup gangguan mengeja dan menulis, selain gangguan membaca.

Gangguan membaca pertama kali ditemukan pada tahun 1896 di Inggris, berdasarkan satu stdi literatur tentang seorang anak lelaki cerdas yang memiliki kesulitan dalam membaca. Disleksia pada anak dengan intelegensi tinggi dan cenderung cerdas ini, telah membingungkan para pendidik selama lebih dari 100 tahun. Secara tradisional, disleksia didefinisikan sebagai kesulitan membaca yang tidak diharapkan, meskipun pasien nya memiliki intelegensi, motivasi dan kesempatan pendidikan yang baik.

Patofisiologi

1. Masalah Persepsi Visual

Pada awal abad 20, disleksia dipercayai disebabkan oleh kerusakan pada sistem pengolah data visual yang mengelola kata-kata dan huruf. Terapi yang diberikan pada defek visual ini berupa pelatihan mata dan latihan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan persepsi visual terhadap kata-kata dan huruf. Penelitian hampir 30 tahun yang lalu, menunjukkan bahwa anak-anak dengan disleksia tidak selalu mengalami kekacauan susunan kata-kata dan huruf. Selanjutnya dibuktikan bahwa latihan mata dan variasinya, baik yang dilakukan oleh guru, optometris, dan terapis okupasional tidak efektif dalam mengatasi masalah membaca.

2. Pemrosesan fonetik

Penelitian psikologik, edukasional, dan penelitian pada otak yang sudah dilaksanakan lebih dari 20 tahun secara konsisten menunjukkan bahwa disleksia adalah suatu gangguan yang berhubungan dengan sistem bahasa. Disleksia melibatkan adanya gangguan pemrosesan dari unit-unit linguistik individual yang disebut fonem, yang melibatkan keseluruhan ucapan dan kata-kata yang ditulis.

Fonem adalah bunyi terkecil dari suatu kata yang dapat di deteksi, sedangkan morfem adalah bunyi suku kata terkecil yang mempunyai arti. Fonem dan morfem adalah elemen dasar dari sistem bahasa, dan fonem sangat penting dalam penyusunan kata-kata dalam pembicaraan dan tulisan. Area pemrosesan fonologik di otak harus memecah kata menjadi unit-unit fonem sebelum kat-kata tersebut bisa diidentifikasi, dipahami, disimpan atau diingat. Dalam pembicaraan sehari-hari, proses ini berlangsung otomatis tanpa disadari oleh pembicara dan pendengar. Saat bicara fonem tersusun secara otomatis menjadi kata-kata yang lengkap dan didengar tanpa ada jeda, meskipunsuatu kata didengar dalam satu bunyi, sebenarnya kata tersebut terdiri atas beberapa fonem.

Page 3: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Penelitian menunjukkan bahwa membaca menunjukkan cara berbicara dari seseorang. Proses membaca melibatkan persepsi kode-kode alfabet yang dikenal sebagai fonem dengan kata lain, 1 simbol menunjukkan 1 fonem. Untuk membaca, seseorang mesti mengenali tampilan huruf pada urutan tertentu baru bisa menimbulkan suara dari huruf tersebut. Untuk belajar membaca, individu harus bisa menyatukan huruf menjadi suara dan selanjutkan mengubah huruf-huruf tersebut menjadi kata secara spontan. Proses ini melibatkan kelancaran membaca yang cukup cepat dan pembaca juga harus mengingat kata dan menghubungkan maknanya pada kalimat atau paragraf yang dibaca. Pengolahan fonem yang lambat merupakan penyebab gangguan membaca yang utama. Kemampuan yang buruk dalam proses menyatukan huruf, kecepatan dan ingatan mempengaruhi kemampuan membaca seseorang.

Anak dengan disleksia biasanya mengalami masalah dalam mengenal fonem-fonem berbeda dan menyatukannya untuk membentuk kata-kata. Masalah kecepatan dan pengenalan kata selanjutnya akan mempengaruhi kelancaran membaca. Selain itu, adanya gangguan memori visual juga mempengaruhi masalah membaca ini.

Neurofisiologi

Penelitian genetik dan neurobiologi menunjukkan bahwa gangguan membaca dapat diturunkan melalui transmisi autosomal dominan. PET Scan menunjukkan adanya penurunan aktivitas daerah perisilvian kiri, termasuk girus temporal dan medial pada orang – orang dengan gangguan membaca. Gambaran meurofisiologi juga menunjukkan bahwa bagian anterior otak teraktivasi saat proses fonologik. Bagian temporooksipital yang aktiv saat adanya persepsi otomatis juga berpengaruh pada gangguan membaca. Penurunan respon kata-kata spesifik di regio ini, ditemukan pada orang dewasa dengan gangguan membaca. Analisis kerusakan anatomi menunjukkan bahwa regio ini berperan penting dalam pembentukan kata dan persepsi cepat.

Hipotesis terakhir menunjukkan bahwa gangguan membaca juga disebabkan karena adanya pembentukan fonologik atipik pada usia sebelum anak membaca yang berakibat adanya pemetaan kata-kata yang tidak efesien pada proses membacanya. Pemrosesan fonologik atipik mengacaukan perkembangan area visual khusus tempat kata-kata diproses. Pada orang-orang dengan gangguan membaca, pemrosesan informasi fonologiknya kurang efesien.

3. Epidemiologi

Menurut National Institute of Health, terdapat 5%-15% orang-orang dengan gangguan membaca dari seluruh populasi. 80% orang yang mengalami gangguan belajar memiliki gangguan membaca. Penelitian lain menunjukkan 4% anak usia sekolah mengalami gangguan membaca, dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan yang sama.

60%-80% anak dengan gangguan membaca berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dikarenakan anak lelaki lebih sering ditempatkan pada kelas khusus, sehingga anak perempuan dengangangguan membaca sering tidak terdiagnosis. Beberapa ahli

Page 4: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

menyimpulkan karena anak lelaki lebih sering membuat keributan di kelas daripada anak perempuan.

4. Tanda dan Gejala

Gejala gangguan membaca meliputi :

1. Kesulitan mengidentifikasi atau mengenal satu kata tunggal2. Kesulitan memahami bunyi kata, urutan kata dan rima3. Gangguan mengeja4. Susunan huruf yang tidak sesuai dalam kata5. Mengganti huruf-huruf dalam kata6. Kesulitan membaca kata-kata secara keseluruhan7. Membaca lambat8. Gangguan dalam belajar, mencakup keterlambatan bicara, gangguan arah, gangguan

lawan kata, gangguan matematika, dan lainnya.

5. Diagnosis

Dalam mendiagnosis gangguan membaca pada anak harus diperhatikan usia, tingkat inteligensia, kesempatan pendidikan, dan faktor budaya dimana sering ditemukan perbedaan bahasa yang diajarkan di rumah dan di sekolah. Gangguan membaca dapat ditegakkan bila kemampuan membaca anak lebih rendah daripada yang diharapkan untuk usia,intelegensi dan kesempatan pendidikan.

Gangguan membaca juga harus berpengaruh besar dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun di rumah. Bila ada gangguan fisik seperti retardasi mental, gangguan penglihatan dan pendengaran, maka gangguan membacanya merupakan bagian dari kecacatan yang dialaminya.

Diagnosis gangguan membaca sering tumpang tindih dengan kasus ADHD yakni sekitar 20%-55%. Anak yang dicurigai mengalami gangguan membaca harus dievaluasi secara komprehensif termasuk tes pendengaran, penglihatan dan inteligensia. Tes ini harus melibatkan keseluruhan area belajar dan proses pembelajaran, bukan hanya membaca. Pada anak usia sekolah evaluasi ini melibatkan tim yang terdiri dari pendidik/guru, psikolog, dan psikiater anak.

Penilaian membaca

Membaca dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test of Phonological (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisa fonologik dan menghapal. Tes ini telah distandarisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.

Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah Woodcock-Johnson III dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading

Page 5: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Test. Untuk menilai kecepatan membaca suatu kata digunakan Test of World Reading Efficiency (TOWRE). Sebagai uji tapis bagi para dokter, disarankan untuk mendengarkan dengan seksama saat anak membaca yang sesuai dengan usianya.

Pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan fisis memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosis disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologik pada penderita disleksia biasanya normal.

Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisis kromosom hanya dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan jika terdapat indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan genetik harus dilakukan mengingat terdapat kelainan genetik seperti sindrom Klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan membaca.

Deteksi dini disleksia pada anak

Kesulitan membaca yang tidak diharapkan (kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian dan tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses fonologik.

Pada anak usia prasekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama, kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal huruf) disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia, menunjukkan faktor risiko yang bermakna untuk menderita disleksia.

Pada anak usia sekolah biasanya keluhan berupa kurangnya tampilan di sekolah tetapi sering orangtua dan guru tidak menyadari bahwa anak tersebut mengalami kesulitan membaca. Biasanya anak akan terlihat terlambat berbicara, tidak belajar huruf di taman kanak-kanak dan tidak belajar membaca pada sekolah dasar. Anak tersebut akan makin tertinggal dalam hal pelajaran sedangkan guru dan orangtua biasanya makin heran mengapa anak dengan tingkat kepandaian yang baik mengalami kesulitan membaca.

Walaupun anak telah diajarkan secara khusus, biasanya anak tersebut akan dapat membaca tetapi lebih lambat. Anak tidak akan fasih membaca dan tidak dapat mengenali huruf secara tepat. Disgrafia biasanya menyertai disleksia. Selain itu penderita disleksia akan mengalami gangguan kepercayaan diri.

6. Terapi

1. Konsultasia. Konsultasi sekolah

IDEA (Individuals with Disabilities Education Act) tahun 2004 menganjurkan sekolah umum menyediakan evaluasi gratis dan pendidikan yang sesuai untuk anak-anak gangguan belajar. Hal ini dikarenakan, 20%

Page 6: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

dari keseluruhan anak mengalami gangguan belajar fonologik tidak dievaluasi oleh pihak sekolah. Jika orang tua dan tenaga medis mencurigai adanya gangguan membaca pada anak, maka orang tua harus membuat surat permintaan formal pada sekolah dan meminta adanya perencanaan pendidikan yang sesuai untuk anak tersebut. Dengan izin orang tua, surat rekomendasi dari dokter yang memeriksa juga dapat disertakan. Pendidikan khusus dilakukan dengan membentuk kelompok kecil yang dibimbing oleh seorang konsultan bahasa, setiap harinya. Tetapi anak-anak juga tetap ikut kelas standar di sekolah. Selain itu, juga dilaksanakan program khusus untuk anak-anak kurang mampu.

b. Strategi intervensiBeberapa strategi dapat diterapkan sebagai intervensi dini pada anak dengan gangguan membaca, terdiri dari :

Tugas fonemik di TK seperti pengenalan rima, pengenalan diskriminasi kata-kata, menyatukan bunyi-bunyi menjadi kata, memisahkan bunyi dari kata dan memecah kata menjadi suku kata. Latihan-latihan ini diharapkan dapat mempersiapkan anak dalam membaca dan terbukti efektif pada beberapa penelitian.

Pelatihan secara langsung pada anak dalam memotong dan menyambung kata.

Pada anak kelas 1 SD, dapat diberikan instruksi tertulis tentang mengeja kata-kata baik secara tertulis maupun lisan

Mempraktekkan cara mengucapkan kata dan membaca teks pada anak, sehingga anak dapat memahami hubungan kata dan ejaannya.

Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan membaca secara oral dengan kecepatan yang cukup, akurat dan ekspresi yang tepat. Kefasihan sangat penting karena membutuhkan pengenalan kata yang ototmatis. Meskipun kefasihan merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana tetapi sering hal ini dilupakan. Cara yang paling efektif untuk mengasah kefasihan adalah dengan mengulang membaca secara oral dengan bimbingan, hal ini dapat dilakukan dengan bimbingan guru, orang dewasa atau teman sebaya dengan pemberian umpan balik sesudahnya. Umpan balik merupakan hal yang penting dan tidak boleh dilupakan.

Akan tetapi tidak semua sekolah melaksanakan program-program ini. Biasanya anak-anak dengan gangguan membaca menjalani program ini diluar jam sekolah. Orang tua harus mengontrol dan mengevaluasi terapi pada anaknya agar lebih efektif dan mencari pilihan-pilihan konsultasi lain yang ada di sekitar tempat tinggal

2. Medikamentosa

Page 7: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Terapi farmakologi tidak diberikan pada anak dengan gangguan membaca, kecuali pada anak yang memiliki gangguan membaca disertai ADHD, dapat diberikan stimulan.

Tatalaksana disleksia pada anak usia SMP-SMA serta perguruan tinggi lebih ditujukan pada adaptasi dan penerimaan. Pada anak usia ini biasanya penderita tidak menunjukkan kelainan dalam pengenalan kata tetapi akan mengalami kesulitan dalam membaca sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada penderita tambahan dalam membaca dan mengerti hal yang dibaca. Selain itu dapat dipergunakan alat bantu tambahan seperti laptop yang dilengkapi program untuk memperbaiki ejaan, penggunaan alat perekam, bantuan tutor serta penggunaan kelas terpisah yang tidak ramai saat hujan. Sangat penting untuk ditekankan bahwa disleksia tidak berhubungan dengan tingkat kepandaian.

Orangtua sangat sering menanyakan mengenai tatalaksana disleksia, tetapi perlu ditekankan bahwa sangat sedikit data mengenai tatalaksana disleksia. Selain itu tatalaksana bukan merupakan terapi sesaat tetapi lebih kepada terapi yang berkesinambungan.

Prognosis

Kompensasi gangguan membaca pada seseorang tergantung kepada keparahan gangguan nya dan tipe pendidikan yang diterima di sekolah. Secara umum, anak-anak yang diketahui mengalami gangguan membaca sebelum kelas 3 SD, dan mendapatkan pelatihan membaca intensif dapat berprognosis baik. Akan tetapi hal ini bervariasi sesuai tingkat inteligensia, kesempatan pendidikan, dan keinginan pribadi dan keluarga untuk mengatasi gangguan membaca ini.

Prognosis biasanya baik bila di deteksi secara dini, dan menjalani program penatalaksanaan yang baik.Keinginan pribadi yang kuat, diikuti dengan dukungan keluarga, teman, dan guru dapat meningkatkan peluang anak untuk mengatasi gangguan membacanya.

Komorbiditas

Gangguan membaca sering berhubungan dengan ADHD. Hal ini, sering tumpah tindih satu sama lain, sehingga guru dan dokter sering terlambat dalam maendiagnosisnya. 36% dari penderita ADHD mengalami gangguan membaca.

Selain ADHD , gangguan sosialisasi juga sering dialami oleh anak dengan gangguan membaca. Ada peningkatan anxietas, penarikan diri dan depresi pada anak. Problem ini meningkat seiring pertambahan usia terkait dengan kebutuhan untuk membaca dan memperoleh pengetahuan baru yang semakin bertambah.

Gangguan bicara pada anak jarang berdiri sendiri, biasanya sering diikuti dengan gangguan bicara dan menulis. Anak juga sulit mengekspresikan fikirannya dalam tulisan. Gangguan sintaksis, grammar, bahkan gangguan berhitung juga dapat ditemukan.

Page 8: Terapi Gangguan Membaca Pada Anak

Referensi

American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental

Disorders. 4th ed. text revised. Washington DC: American Psychiatric Association, 2000.

W Douglas Tynan, PhD, Learning Disorders, Reading. www.minddisorder.com.Updated:

Feb 25, 2008

Ernest J. Bordini, Ph.D, The Learning Disorder Called Dyslexia. Gainesville Family

Magazine