Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis

5
Terapi Farmakologi dari penyakit multiple sclerosis: Tidak ada obat yang pasti untuk MS (akan tetapi, lihat Pertimbangan Gizi). Dalam beberapa kasus, apabila hanya penyakit ringan yang muncul, dapat dipertimbangkan untuk memantau penyakit tanpa pengobatan. Dalam sebagian besar kasus, bagaimanapun, pengobatan menguntungkan. Obat yang tersedia untuk memperbaiki gejala dan lainnya dapat memperlambat perjalanan penyakit. Serangan akut diobati dengan obat yang mengurangi peradangan dan meredakan gejala-gejala yang spesifik. 1. Kortikosteroid (misalnya, prednison dan metilprednisolon) biasanya mempersingkat durasi serangan mendadak. Terapi dapat mencakup pemberian kortikosteroid intravena selama beberapa hari, diikuti oleh pemberian kortikosteroid oral selama beberapa hari atau minggu. Kecuali diperintahkan oleh dokter, steroid tidak boleh digunakan selama lebih dari beberapa minggu. Efek samping dari penggunaan jangka panjang mungkin termasuk osteoporosis dan hipertensi. 2. Relaksan otot (misalnya, Baclofen dan Zanaflex) yang digunakan untuk mengobati kejang otot, kekakuan, dan nyeri. Namun, mereka dapat menyebabkan efek samping, seperti kelemahan pada kaki, mengantuk, atau mulut kering. 3. Beberapa obat jenis lainnya telah berhasil digunakan untuk mengurangi kelelahan (antiviral dan antidepresan), nyeri (antikonvulsan), dan kontrol kandung kemih (oxybutynin). Obat untuk memodifikasi penyakit yang dapat melindungi sel-sel saraf sering diresepkan untuk pasien

description

terapi farmakologi

Transcript of Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis

Page 1: Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis

Terapi Farmakologi dari penyakit multiple sclerosis:

Tidak ada obat yang pasti untuk MS (akan tetapi, lihat Pertimbangan Gizi). Dalam

beberapa kasus, apabila hanya penyakit ringan yang muncul, dapat dipertimbangkan untuk

memantau penyakit tanpa pengobatan. Dalam sebagian besar kasus, bagaimanapun,

pengobatan menguntungkan. Obat yang tersedia untuk memperbaiki gejala dan lainnya dapat

memperlambat perjalanan penyakit.

Serangan akut diobati dengan obat yang mengurangi peradangan dan meredakan

gejala-gejala yang spesifik.

1. Kortikosteroid (misalnya, prednison dan metilprednisolon) biasanya mempersingkat

durasi serangan mendadak. Terapi dapat mencakup pemberian kortikosteroid

intravena selama beberapa hari, diikuti oleh pemberian kortikosteroid oral selama

beberapa hari atau minggu. Kecuali diperintahkan oleh dokter, steroid tidak boleh

digunakan selama lebih dari beberapa minggu. Efek samping dari penggunaan jangka

panjang mungkin termasuk osteoporosis dan hipertensi.

2. Relaksan otot (misalnya, Baclofen dan Zanaflex) yang digunakan untuk mengobati

kejang otot, kekakuan, dan nyeri. Namun, mereka dapat menyebabkan efek samping,

seperti kelemahan pada kaki, mengantuk, atau mulut kering.

3. Beberapa obat jenis lainnya telah berhasil digunakan untuk mengurangi kelelahan

(antiviral dan antidepresan), nyeri (antikonvulsan), dan kontrol kandung kemih

(oxybutynin). Obat untuk memodifikasi penyakit yang dapat melindungi sel-sel saraf

sering diresepkan untuk pasien dengan kekambuhan penyakit. Namun, obat ini tidak

boleh digunakan pada wanita yang sedang hamil atau mungkin akan hamil.

4. Beta interferon (Betaseron, Avonex, dan Rebif) adalah protein yang direkayasa secara

genetik yang membantu mengatur sistem kekebalan tubuh. Mereka diberikan dengan

suntikan setiap harian, mingguan, atau bulanan. Mereka biasanya mengurangi

serangan mendadak dari penyakit ini, tetapi tidak akan membalikkan kerusakan saraf

yang telah ada dan umumnya hanya digunakan pada pasien dengan kekambuhan lebih

dari satu serangan per tahun. Gejala seperti flu dapat terjadi sebagai efek samping.

5. Glatiramer dapat digunakan pada pasien dengan penyakit kambuh berulang yang tidak

dapat menerima interferon.

6. Mitoxantrone adalah obat kemoterapi yang sekarang disetujui FDA untuk pengobatan

terhadap MS yang sering kambuh secara agresif atau penyakit dengan progres yang

cepat, dan dapat memperlambat perkembangan penyakit. Namun, efek samping yang

Page 2: Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis

serius dapat terjadi, termasuk kerusakan jantung, sehingga obat ini harus digunakan

dengan hati-hati.

Pergantian plasma dapat mengencerkan darah dari antibodi yang merusak, yang bila

tidak, menyerang sel-sel saraf. Hal ini umumnya digunakan pada pasien dengan serangan

berat tiba-tiba, yang tidak merespon pengobatan steroid.Terapi fisik dapat membantu

meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan gerakan, serta memperbaiki kegiatan sehari-hari.

Stres, depresi, dan frustrasi umum ditemui pada pasien dengan MS, dan dapat

meningkatkan risiko serangan mendadak. Sebisa mungkin, penting untuk tetap aktif,

melakukan aktivitas normal sehari-hari dan hobi, dan tetap terhubung dengan teman-teman.

Konseling dan dukungan kelompok seringkali sangat membantu untuk anggota keluarga dan

pengasuh.

Selain itu Tiap jenis MS memiliki metode pengobatan yang berbeda-beda. MS

kambuhan akan ditangani dengan obat-obatan yang dapat mengurangi frekuensi masa

kambuh. Sebagian obat ini juga dapat digunakan untuk penderita MS progresif sekunder yang

masih mengalami masa remisi. Berdasarkan fungsinya, langkah pengobatan MS dapat

dikelompokkan ke dalam tiga kategori yang meliputi:

Menangani masa kambuh atau serangan Langkah pengobatan yang digunakan untuk

mengatasi gejala-gejala pada masa kambuh atau serangan adalah steroid,

seperti methylprednisolone. Obat ini dapat diberikan secara oral maupun melalui infus.

Steroid berfungsi mempercepat penyembuhan karena dipercaya bisa menekan kinerja sistem

kekebalan tubuh agar tidak menyerang mielin dalam sistem saraf pusat. Meski demikian, obat

ini tidak bisa mencegah frekuensi masa kambuh maupun memengaruhi perkembangan

penyakit.

Anda juga dianjurkan untuk menghindari penggunaan steroid lebih dari tiga kali

dalam satu tahun. Obat ini dapat memicu efek samping jangka panjang,

sepertiosteoporosis, diabetes, serta kenaikan berat badan. Harap diingat bahwa masa kambuh

terkadang dapat disebabkan oleh hal-hal lain, misalnya infeksi. Jika ini terjadi, Anda

sebaiknya memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyebab dasarnya.

A. Memengaruhi perkembangan penyakit

Frekuensi masa kambuh merupakan faktor penting dalam menentukan jenis

obat untuk menangani MS. Obat-obatan ini dapat mengurangi kerusakan pada mielin

sehingga frekuensi masa kambuh dan tingkat keparahannya bisa berkurang. Interferon

beta, misalnya interferon beta-1a dan interferon beta-1b. Sakit kepala, demam, dan

Page 3: Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis

menggigil termasuk efek samping ringan yang mungkin Anda alami dalam dua hari

setelah menerima suntikan interferon beta.

Glatiramer acetate. Obat ini akan menghalangi sistem kekebalan tubuh agar

tidak menyerang mielin dan hanya diberikan kepada pasien MS kambuhan. Walau

jarang, obat ini tetap berpotensi menyebabkan dada sesak sebagai efek sampingnya.

Teriflunomide. Obat yang diminum satu kali sehari ini sebaiknya tidak

digunakan oleh pengidap gangguan organ hati yang serius. Beberapa efek samping

yang kemungkinan dipicu oleh teriflunomide meliputi gangguan organ hati, diare,

mual, sakit kepala, dan rambut rontok.

Obat-obatan ini tidak dianjurkan bagi pasien berusia di bawah 18 tahun atau

wanita yang berencana hamil, sedang hamil, serta sedang menyusui. Pasangan yang

berencana untuk memiliki keturunan juga sebaiknya menghentikan penggunaan dan

menunggu setidaknya 12 minggu sebelum mencoba untuk hamil.

B. Mengatasi gejala-gejala MS

MS dapat menyebabkan gejala serta tingkat keparahan yang beragam. Gejala yang

ringan biasanya tidak membutuhkan penanganan medis karena akan hilang dengan

sendirinya. Sementara gejala dengan tingkat keparahan tinggi tentu harus ditangani

dengan seksama. Berikut ini langkah penanganan yang dapat digunakan:

Antikonvulsan : Obat ini akan mencegah atau mengurangi kejang-kejang atau

konvulsan. Antikonvulsan juga dapat digunakan untuk mengatasi gangguan pergerakan

mata, nyeri neuropati, serta kejang otot. Contoh obatnya

meliputigabapentin, carbamazepine, atau clonazepam.

Relaksan otot. Ini adalah obat untuk melemaskan otot dan meredakan kejang.

Baclofen, tizanidine, diazepam, clonazepam, dan dantrolene adalah beberapa relaksan otot

yang biasanya dianjurkan.

Fisioterapi. Langkah ini dapat digunakan untuk mengatasi gejala kejang otot, otot

yang kaku, nyeri atau sakit pada bagian-bagian tubuh, serta gangguan mobilitas.

Antidepresan, misalnya amitriptyline. Obat ini dapat diberikan untuk mengatasi nyeri

neuropati dan gangguan emosional seperti depresi.

Terapi psikologi. Langkah ini dianjurkan bagi pasien yang mengalami gangguan

kognitif dan emosional.

Obat untuk mengurangi rasa lelah, seperti amantadine. Obat-obatan untuk mengatasi

gangguan kandung kemih dan pencernaan seperti obat pencahar dan obat antikolinergik.

Page 4: Terapi Farmakologi Dari Penyakit Multiple Sclerosis