Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

11
TERAPI DINGIN CRYOTHERAPY SEBAGAI PENGHILANG NYERI PADA ANKLE SPRAIN A. Latar Belakang Ankle sprain(ankle sprain) merupakan keluhan muskuloskletal yang sering terjadi. Sendi pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan kekuatan medial, lateral, tekanan dan rotasi. Tidak seperti pada cedera lain yang disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang- ulang dalam jangka waktu yang lama. Cedera akut pada pergelangan kaki disebabkan karena adanya penekanan melakukan gerakan membelok secara tiba- tiba (Sumartiningsih, 2012). Sebagian besar cedera tersebut terjadi sebagai akibat dari trauma inversi dengan kaki di beberapa derajat fleksi plantar dan melibatkan kerusakan dengan struktur lateral pergelangan kaki (Bleakley et al, 2007). Terjadinya sprain pada ligamen lateral pergelangan kaki akan menimbulkan biaya yang signifikan jika tidak diatasi, dan diperkirakan sebanyak 302.000 pertahun kasus terjadi di Accident & Emergency (A&E) Departments di Inggris. Kasus tersebut akan menimbulkan nyeri, pembengkakan dan hilangnya gerak sendi, dan 15 – 73% kasus terjadi chronic ankle instability (CAI) pada pasien karena terjadinya ankle sprain berulang yang mengikuti lateral yang pada pergelangan kaki yang cedera (Bleakley et al, 2007). Nyeri yang terjadi pada Ankle sprain, menjadi alasan seseorang untuk mencari pertolongan. Nyeri yang tidak ditangani dengan segera akan memperberat cedera pada ankle sprain. Tingkatan ankle sprain terdiri dari ankle sprain tingkat ringan (terjadi pada ligament talofibula anterior, yang dapat mengakibatkan retak pada sebagian tulang tertentu), ankle sprain tingkat sedang, (meliput talofibula anterior dan calcaneo fibula ligament yang dapat memperparah terjadinya kerusakan pada struktur ligament) dan ankle sprain tingkat berat (meliputi kedua ligament pada posterior talofibula ligament dapat menimbulkan putus urat otot yang kompleks atau kadang retak atau patah tulang). Perawatan ditentukan oleh tingkatan sampai berapa lama sebelum melakukan latihan tertentu. Perawatan yang tidak tepat dapat menyebabkan pergelangan kaki menjadi tidak stabil hingga kronis, dan dapat menyebabkan cedera kembali (Sumartiningsih, 2012). Banyak terapi yang digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri, pembengkakan pada ankle sprain, baik itu terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Secara farmakologi, pemberian analgetik dapat meringankan nyeri yang dirasakan oleh pasien. Terapi non farmakalogis merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi pendukung untuk kesembuhan pasien

description

hk

Transcript of Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Page 1: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

TERAPI DINGIN CRYOTHERAPY SEBAGAI PENGHILANG NYERI PADA

ANKLE SPRAIN

A. Latar Belakang

Ankle sprain(ankle sprain) merupakan keluhan muskuloskletal yang sering terjadi. Sendi

pergelangan kaki mudah sekali mengalami cedera karena kurang mampu melawan

kekuatan medial, lateral, tekanan dan rotasi. Tidak seperti pada cedera lain yang

disebabkan oleh tekanan tingkat rendah yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang

lama. Cedera akut pada pergelangan kaki disebabkan karena adanya penekanan

melakukan gerakan membelok secara tiba-tiba (Sumartiningsih, 2012). Sebagian besar

cedera tersebut terjadi sebagai akibat dari trauma inversi dengan kaki di beberapa

derajat fleksi plantar dan melibatkan kerusakan dengan struktur lateral pergelangan kaki

(Bleakley et al, 2007). Terjadinya sprain pada ligamen lateral pergelangan kaki akan

menimbulkan biaya yang signifikan jika tidak diatasi, dan diperkirakan sebanyak 302.000

pertahun kasus terjadi di Accident & Emergency (A&E) Departments di Inggris. Kasus

tersebut akan menimbulkan nyeri, pembengkakan dan hilangnya gerak sendi, dan 15 –

73% kasus terjadi chronic ankle instability (CAI) pada pasien karena terjadinya ankle

sprain berulang yang mengikuti lateral yang pada pergelangan kaki yang cedera

(Bleakley et al, 2007).

Nyeri yang terjadi pada Ankle sprain, menjadi alasan seseorang untuk mencari

pertolongan. Nyeri yang tidak ditangani dengan segera akan memperberat cedera pada

ankle sprain. Tingkatan ankle sprain terdiri dari ankle sprain tingkat ringan (terjadi pada

ligament talofibula anterior, yang dapat mengakibatkan retak pada sebagian tulang

tertentu), ankle sprain tingkat sedang, (meliput talofibula anterior dan calcaneo fibula

ligament yang dapat memperparah terjadinya kerusakan pada struktur ligament) dan

ankle sprain tingkat berat (meliputi kedua ligament pada posterior talofibula ligament

dapat menimbulkan putus urat otot yang kompleks atau kadang retak atau patah

tulang). Perawatan ditentukan oleh tingkatan sampai berapa lama sebelum melakukan

latihan tertentu. Perawatan yang tidak tepat dapat menyebabkan pergelangan kaki

menjadi tidak stabil hingga kronis, dan dapat menyebabkan cedera kembali

(Sumartiningsih, 2012).

Banyak terapi yang digunakan untuk membantu menghilangkan nyeri, pembengkakan

pada ankle sprain, baik itu terapi farmakologi maupun terapi non farmakologi. Secara

farmakologi, pemberian analgetik dapat meringankan nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Terapi non farmakalogis merupakan terapi modalitas yang digunakan sebagai terapi

pendukung untuk kesembuhan pasien tanpa mengabaikan terapi medis yang dapat

mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan berkontribusi terhadap

penatalaksanaan pasien secara keseluruhan dan merupakan bagian dari terapi

komplementer (Suardi, 2011). Terapi dingin, digunakan sebagai terapi modalitas yang

Page 2: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati

mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi

dingin, lama terapi dan konduktivitas terapi. Pada dasarnya agar terapi dapat efektif,

suhu pada cedera lokal harus dapat diturunkan dalam jangka waktu yang mencukupi

(Bleakley et al., 2004). Salah satu cold therapy adalah cryotherapy. Cryotherapy

merupakan penggunaan es dan air es dalam pengobatan cedera dan modalitas

pengobatan yang umum digunakan dalam pengelolaan cedera jaringan lunak akut

(Bleakley et al, 2007). Secara fisiologis es mengurangi aktivitas metabolisme dalam

jaringan sehingga mencegah kerusakan jaringan sekunder dan mengurangi nyeri ke

sistem saraf pusat (Aroyah, 2012). Cryotherapy telah direkomendasikan sebagai

pengobatan awal untuk regangan otot selama lebih dari 30 tahun (Cristhoper et al, 2008)

untuk fase inflamasi akut setelah terjadi cedera soft tissue dan cryotherapy diperkirakan

dapat mengurangi edema formasi melalui induksi vasokonstriksi, dan mengurangi

sekunder kerusakan hipoksia dengan menurunkan metabolisme jaringan yang terluka.

Aplikasi es pada jangka pendek telah digunakan selama fase sub-akut peradangan untuk

menghasilkan efek analgesik.

Penelitian yang dilakukan Bleakley et al (2004), tentang penanganan cedera dengan

menggunakan es didapatkan hasil bahwa pengobatan menggunakan es terhadap

jaringan lunak yang cedera dapat menurunkan nyeri dan menghilangkan pembengkakan.

Terapi dingin dianjurkan selama satu sampai tiga hari setelah cedera (tergantung pada

beratnya) atau pada fase cedera akut. Selama waktu ini, pembuluh darah di sekitar

jaringan yang terluka membuka, nutrisi dan cairan masuk kedarah untuk membantu

penyembuhan jaringan. Jika pembengkakan dan peradangan tidak dihentikan atau

diperlambat, kerusakan jaringan lebih luas dapat terjadi dan cedera mungkin memakan

waktu lebih lama untuk penyembuhan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik

untuk membahas tentang penerapan cold therapy cryotherapy terhadap penurunan

nyeri dan pembengkakan pada ankle sprain.

B. Manfaat

Cedera muskoskletal yang sering terjadi adalah ankle sprain. Ankle sprain akan

menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada daerah cedera. Terapi dingin cryotherapy

merupakan salah satu terapi non farmakologis untuk menghilangkan nyeri dan

pembengkakan dengan menggunakan ice packs atau air es. Cryotherapy digunakan

pada fase akut, mulai dari cedera sampai 72 jam pertama setelah cedera untuk

mengurangi nyeri dan pembengkakan. Penggunaan terapi ini dapat dilakukan oleh

perawat dan dokter diruangan emergency. Cryotherapy digunakan sebagai modalitas

terapi, tanpa mengabaikan terapi medis untuk menurunkan rasa nyeri dan

pembengkakan pada ankle sprain yang mana penggunaannya sangat sederhana dan

mudah dilakukan. Penggunaan terapi ini juga dapat meningkatkan pelayanan

keperawatan yang diberikan pada pasien. Bagi dunia pendidikan sendiri, penggunaan

terapi modalitas cryotherapy bisa menambah ilmu pengetahuan mahasiswa

Page 3: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

keperawatan, sebagai terapi untuk menurunkan nyeri dan pembengkakan khususnya

pada kejadian atau kasus ankle sprain.

C. Analisis Literature

Penelitian efektifitas penggunaan cryotherapy telah dilakukan oleh Beakley dan Aucley

(2006), mengenai aplikasi cryotherapy intermiten dalam mengurangi nyeri dan

pembengkakan. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan efikasi dari protokol

pengobatan cryotherapy intermiten dengan protokol pengobatan cryotherapy standar

dalam pengelolaan ankle sprain dalam fase akut. Perekrutan sampel dalam penelitian ini

dimulai di University of Ulster pada Januari 2002 dan telah diperpanjang ke Royal Victoria

Hospital, Belfast pada Maret 2002. Subjek dalam penelitian ini dibagi, menjadi kelompok

control yang dikontrol secara ketat tanpa mendapat perlakuan apa-apa dan kelompok

perlakuan dengan aplikasi es standar (n = 46) atau aplikasi es intermiten (n = 43).

Penggunaan cryotherapy standar di seluruh kelompok dengan pemberian ice pack

dengan suhu 0° C. Nyeri, dan pembengkak tercatat pada awal minggu setelah cedera.

Penelitian ini dilakukan dengan randomised controlled study (RCT).

Kriteria yang dijadikan subjek penelitian adalah subjek mengalami ankle sprain ringan /

sedang dalam waktu 48 jam sebelumnya. Kriteria eksklusi adalah subjek berusia

Untuk pengukuran, dalam penelitian ini, nyeri dinilai dengan menggunakan 10 cm skala

analog visual, ditandai tidak sakit di satu ujung dan nyeri berat di ujung lainnya. Bentuk

penilaian dianggap paling tepat karena tingginya tingkat pengulangan bila digunakan

secara serial pada pasien yang sama. Pembengkakan diukur dengan menggunakan

gambaran delapan metode. Randomised controlled (n = 15) digunakan untuk

menentukan ukuran sampel dan target perekrutan. Data dianalisis menggunakan SPSS

(Windows 9.0). Statistik deskriptif dilakukan untuk menghasilkan rata-rata, kelompok

perlakuan (intermiten dan standar) dan nilai-nilai dasar yang digunakan sebagai kovariat.

Untuk kedua analisis varian dan analisis kovarians, menggunakan uji Mauchley (p

<0,05). Hasil dari penelitian ini didapatkan delapan puluh sembilan subyek (laki-laki:

perempuan, 58:31, rata-rata (SD) usia 29,9 (10,32) tahun) dengan ankle sprain akut

direkrut di Universitas Ulster dan Royal Victoria Hospital, Rumah Sakit di Inggris. Awalnya

tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok baik dari fungsi pergelangan kaki,

nyeri saat istirahat atau aktivitas, atau bengkak. Tingkat kepatuhan pada kedua

kelompok itu baik dengan mean (SEM), jumlah penerapan es selama 72 jam pertama

adalah 5,7 (0,41) dalam kelompok standar dan 5,5 (0,42) pada kelompok terapi

intermiten (t = 0,21, p = 0.84). Nyeri pada aktivitas, nilai-nilai dalam kedua kelompok

perlakuan menurun pada setiap titik waktu selama enam minggu. Subyek yang diobati

dengan protokol intermiten (selama 10 menit), secara signifikan (p <0,05) nyeri ankle

sprain berkurang dibandingkan mereka yang menggunakan protokol standar 20 menit,

namun, satu minggu setelah cedera pergelangan kaki, tidak ada perbedaan yang

signifikan antara kelompok dalam hal fungsi, bengkak, atau nyeri saat istirahat (Beakley

dan Aucley, 2006),.

Page 4: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Menurut Beakley dan Auckley (2006), penelitiannya ini adalah randomized controlled trial

(RCT)pertama yang membandingkan efektivitas dua protokol cryotherapy yang

berebeda, yang standard an intermitten dengan subjek menggunakan manusia dengan

ankle sprain. Kedua kelompok menunjukkan perbaikan yang signifikan dari waktu ke

waktu dari penurunan nyeri, dan pembengkakan. Satu-satunya perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok adalah bahwa subjek menerapkan protokol intermiten

memiliki rasa nyeri ringan selama melakukan aktivitas sehari-hari di minggu 1.

Cryotherapy untuk nyeri ankle sprain dengan menggunakan mekanisme es dapat

mengurangi rasa sakit setelah cedera dengan mengurangi konduksi saraf atau kejang

otot. Dalam studi ini, aplikasi es terbatas pada fase cedera akut. Pengunaan cryotherapi

intermiten selama 10 menit untuk mempertahankan jaringan pada tingkat optimal pada

suhu 10-15 ° C akan mengurangi metabolisme ke tingkat optimal lebih lama, ini akan

mengurangi tingkat cedera sel sekunder, sehingga meminimalkan besarnya respon

inflamasi dan ini juga dapat dikaitkan dengan penurunan pembengkakan, kerusakan

saraf serta kejang otot.

Penelitian lanjutan tentang cryotherapy yang dilakukan Bleakley et al (2007) tentang

penggunaan terapi dingin cryotherapi ditambah dengan latihan fisik sebagai penurun

nyeri dan bengkak. Bleakley et al (2007) meneliti tentang efektifitas cryotherapy untuk

ankle sprain dan penggunaan cryotherapi dengan latihan fisik pada fase cedera akut.

Penggunaan cryotherapy (aplikasi es untuk tujuan terapeutik) sebagai modalitas terapi

yang digunakan dalam pengelolaan langsung dari cedera jaringan lunak akut. Aplikasi es

Intermittent diperkirakan mengerahkan efek analgesik pada fase awal. Penelitian ini

merupakan uji coba terkontrol (Randomized control trial) secara acak. Subjek dengan

ankle sprain akut akan direkrut dari department accident and emergency (A&E

Department) di rumah sakit Royal Victoria Rumah Sakit, Belfast, Irlandia Utara. Subjek

terdiri dari kelompok aplikasi es intermiten dengan kompresi atau kelompok perlakuan

aplikasi es intermiten dengan kompresi dan latihan terapi). Populasi dalam penelitian ini

adalah semua pasien antara 16-65 tahun dengan lateral acut ankle sprain (kurang dari 1

minggu sejak cedera).

Prosedur pengobatan secara cryotherapy pada penelitian ini adalah pengobatan standar

(Kelompok I) akan terdiri dari penerapan es intermiten dan kompresi. Subjek akan

menerima aplikasi es 10 menit. Ice pack akan diberikan selama 10 menit. Hal ini

kemudian akan diikuti oleh lebih 10 menit istirahat (10 menit ice pack/10 menit rest/10

menit ice pack/10 menit istirahat). Pengobatan Kelompok II terdiri dari penerapan es

intermiten, kompresi dengan latihan terapi. Subjek akan menerima aplikasi es 10 menit

kemudian akan melakukan 10 menit terapi berolahraga. Ini akan diikuti oleh aplikasi es

10 menit dan 10 menit dari terapi latihan (10 menit ice/10 menit latihan/10 menit ice/10

menit latihan) dan latihan berbentuk mengerakan pergelangan kaki secara akitf.

Dilakukan 3 kali per hari untuk minggu pertama setelah terjadi cedera. Analisis statistik

akan dianalisis menggunakan SPSS (Windows Versi 14.0), dengan asumsi data dari

distribusi normal, statistik deskriptif akan dilakukan untuk menghasilkan standar deviasi

(SD), kesalahan standar dari mean dengan tingkat kepercayaan 95% interval (CI).

Page 5: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Analisis kovarians (ANCOVA) akan dihitung untuk menentukan perubahan yang signifikan

dari waktu ke waktu antara kelompok I dan kelompok II. Peneliti menggunakan desain

acak controlled trial untuk membandingkan aplikasi cryotherapy intermiten dan aplikasi

es dengan latihan fisik untuk pengelolaan awal ankle sprain pada fase akut dan hasil

yang didapatkan bahwa penerapan cryoterapy selama sepuluh menit dan terapi latihan

pada tahap awal secara intermitten setelah cedera merupakan intervensi yang efektif

dan sederhana untuk mnurunkan nyeri dan pemebengkakan pada ankle sprain (Bleakley

et al, 2007).

Penelitian lain yang dilakukan Thomas, et al (2008), yang meneliti pengaruh stabilitas

cryotherapy postural setealh terjadinya lateral ankle sprain. Penelitian dilakukan untuk

menentukan efek pada stabilitas postural cryotherapy pada lateral ankle sprain.

Penelitian ini menggunakan metode a single-session,, Prosedur yang digunakan pada

penelitian ini pra dan post. Penilaian pra cryotherapy dilakukan pada kedua kain setelah

20 menit perendaman kaki bagian bawah tanpa cryotherapy dan penilaian post setelah

cryotherapi selama 10 dan 20 menit. Kedua kaki diuji sebelum cryotherapy dan setelah

cryotherapy. Dari hasil didapatkan sebelum terapi cryo (p = 0.001) dan nilai Post (p =

0.000), Post 10 menit (p = 0.000) dan Post 20 menit (p = 0.003) dengan p < 0.05..

Perendaman cryotherapi berpengaruh terhadap lateral ankle sprain.

Penelitian lain yang dilakukan Cristopher et al (2008) tentang penerapan panas dan

dingin untuk cedera otot. Cryotherapy lebih baik untuk awal pengobatan cedera akut

dibandingkan dengan terapi panas. Cryotherapy lebih baik daripada panas untuk

mengobati ketegangan otot akut . Cryotherapy mengontrol perdarahan dan edema

jaringan, sedangkan panas meningkatkan respon inflamasi. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah RCT pada manusia dan hewan. Pada manusia menerapkan

gel dingin 4 kali sehari pada 14 hari pertama setelah cedera dan hasilnya terjadi

penurunan nyeri yang signifikan saat istirahat, nyeri dengan gerakan, dan kecacatan

fungsional pada interval 7,14 hari pada penggunaan gel pendingin. Studi laboratorium

pada tikus juga menunjukkan efek positif dari cryotherapy dengan terjadinya perbaikan

dalam komponen fisiologis terkait dengan cryotherapy, tapi tidak ada statistik

peningkatan yang signifikan dalam edema. Kebanyakan pihak merekomendasikan

pengobatan dengan cryotherapy selama fase inflamasi akut. Beberapa sumber

merekomendasikan menerapkan cryotherapi untuk 4 jam pertama setelah cedera pada

interval 10 sampai 20 menit setiap 30 sampai 60 menit.

Dari beberapa studi literature diatas, maka cryotherapy dapat memberikan efek

pengurangan nyeri dan pengurangan pembengkakan pada ankle sprain. Efek dingin yang

diberikan pada ankle sprain dapat mempertahankan jaringan pada tingkat optimal yang

akan mengurangi lamanya metabolisme ke tingkat optimal, dan akan mengurangi

tingkat cedera sel sekunder, sehingga meminimalkan besarnya respon inflamasi.

D. Signifikansi Klinis

Page 6: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Penggunaan terapi dingin cryotherapy sebagai intervensi untuk menurunkan rasa nyeri

pada ankle sprain telah dilakukan sejak 30 tahun yang lalu. Banyak temuan-temuan

yang dilaporkan telah menunjukan hasil yang signifikan untuk penggunaan cryotherapy

ini sebagai terapi untuk menurunkan rasa nyeri. Menurut Beackley dan Auckley (2006),

penggunaan cryotherapy secara intermitten selama 10 menit dengan aplikasi ice pack

dan 10 menit istirahat, begitu seterusnya yang dilakukan selama 2 jam selama 1 minggu

atau pun secara standar dengan pengguanaan ice pack selama 20 menit tanpa istrahat

yang dilakukan selama 2 jam secara terus menerus sama-sama memberikan efek untuk

menurunkan nyeri dan pembengkakan. Awalnya penggunaan cryotherapy secara

intermitten memberikan hasil yang signifikan, tetapi pada minggu terakhir penelitian ini

tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penurunan nyeri dan pembengkakan

pada ankle sprain. Penelitian lanjut yang dilakukan Beackley et al (2007) terhadap

penerapan cryotherapy secara intermitten ditambah dengan metode latihan pada ankle

sprain memberikan efek terhadap penurunan nyeri terhadap ankle sprain. Dari hasil

penelitian yang dilakukannya teradapat hasil yang signifikan untuk menurunkan nyeri

dengan penggunaan ice pack secara inttermitten dan latihan secara aktif pada ankle

sprain selama fase akut mulai dari awal cedera sampai 72 jam pertama setelah cedera.

Penggunaan cryotherapi pada fase akut, dari awal dapat mengurangi rasa sakit setelah

cedera dengan mengurangi konduksi saraf atau kejang otot.

Sebelumnya Gary dan Kingery (1993) juga telah melakukan penelitian tentang

perbandingan cryotherapy dengan kompresi terhadapi ankle sprain. Dari penelitian yang

dilakukannya belum ada hasil signifikan tentang perbedaan penggunaan cryotherapi

dengan kompresi dengan hasil uji statistik (p = 0,055). Penelitian lainnya yang

membuktikan cryotherapy dilakukan oleh Cristopher et al (2008) Cryotherapy lebih baik

untuk awal pengobatan cedera akut dibandingkan dengan terapi panas. Penerapan

cryotherapy dengan penggunaan gel dingin 4 kali sehari pada 14 hari pertama setelah

cedera menerikan hasil yang signifikan terhadap penurunan nyeri saat istirahat, nyeri

dengan gerakan, dan kecacatan fungsional. Diruangan emergency perawat dan dokter

dapat menerapkan terapi ini secara intermitten atau ditambha dengan latihan pada

kasus ankle sprain selama fase akut dengan menggunakan ice pack dan gel pendingin,

karena secar signifikan penggunaan cryotherapy ini dapat menurunkan nyeri dengan

menimbulkan efek analgetik dan mengurangi pembengkakan serta untuk mencegah

kompikasi dengan mempertahankan jaringan pada tingkat optimal yang akan

mengurangi lamanya metabolisme dan mengurangi tingkat cedera sel sekunder,

sehingga meminimalkan besarnya respon inflamasi.

Hasil dari beberapa penelitian tentang penggunaan terapi ini menunjukan hasil yang

sangat signifikan untuk menurunkan rasa nyeri dan pembengkakan pada pasien ankle

sprain dan dapat diterapkan di ruangan emergency. Selain itu penerapan terapi ini

sangat mudah, murah dan efisien. Studi literature menyebutkan terapi ini

penggunaannya tidak boleh dilakukan lama-lam atau lebih dari 30 menit dan

penggunaan terapi ini pada fase akut Bleakley et al, 2007). Signifikansi hasil dari

Page 7: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

beberapa penelitian terbukti efektif dalam menurunkan rasa nyeri yang dirasakan pasien

dan penggunaannya dapat diikutkan dengan pengobatan medis standar. .

E. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa penggunaan terapi dingin

cryotherapi untuk menurunkan nyeri dan mengurangi pembengkakan pada ankle sprain

dapat dijadikan sebagai modalitas keperawatan p[ada tahap cedera akut. Penggunaan

cryotherapy pada ankle sprain telah dilakukan oleh banyak peneliti seperti Bleakley et al

(2007), Bleakley dan Aucley (2006), Thomas et al (2008). Cryotherapy dilakukan dengan

pemeberian ice pack dan bantal gel pada selama 10 menit secar inttermiten ditambah

dengan pengunaan latihan pada ankle sprain pada fase akut dapat memberikan efek

analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan pembengkakan pada ankle sprain. Terapi

ini dapat membantu dapat meningkatkan kualitas hidup pasien sehingga pasien dapat

cepat beraktifitas dan mencegah terjadi komplikasi. Dibutuhkan komitmen yang kuat

antara berbagai pihak untuk dapat menerapkan tehnik ini secara konsisten dan menjadi

intervensi mandiri keperawatan.

Referensi

Aroyah, Novita. (2012). Terapi dingin (cold therapy) dalam penanganan cedera olahraga .

Jurusan Pendidikan dan Rekreasi FIK UNY diakses darihttp://staff.uny.ac.id/ tanggal 26

Juni 2009

Bleakley, Sean o’connor, Mark A Tully, Laurence G Rocke, Domnhall C MacAuley and

Suzanne M McDonough. (2007). Study protocol: The PRICE study (Protection Rest Ice

Compression Elevation): design of a randomised controlled trial comparing standard

versus cryokinetic ice applications in the management of acute ankle sprain. BMC

Musculoskeletal Disorders 2007, 8:125 doi:10.1186/1471-2474-8-125

Bleakley, C., and Aucley (2004). “The use of ice in the treatment of acute soft-tissue

injury.” The American journal of sports medicine 32( 1): 251.

Bleakley, C., and Aucley (2006). Cryotherapy for acute ankle sprains: a randomised

controlled study of two different icing protocols. Br J Sports Med. 2006 August; 40(8):

700–705. doi: 10.1136/bjsm.2006.025932

Cristhopers and Nicols. (2008). Does heat or cold work better for acute muscle strain. The

journal of family volume 57. No 12 / december 2008

Gary dan Kingery. (1993). Treatment of the Inversion Ankle Sprain: Comparison of

Different Modes of Compression and Cryotherapy. JOSPT Volume 17 Number 5 May 1993

Page 8: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Sri Sumartiningsih. (2012). Cedera Keseleo pada Pergelangan Kaki (Ankle Sprains). Jurnal

Unnes Volume 2. diakses dari http://journal.unnes.ac.id/ tanggal 26 Juni 2013

Suardi, Dradjat Ryanto. (2011). Peran dan Dampak Terapi Komplementer/ Alternatif bagi

Pasien Kanker. CDK 188 / vol. 38 no. 7 / November 2011 diakses

darihttp://www.kalbemed.com tanggal 23 mei 2013

Thomas w. Kernozek, john f. Greany, danielle r. Anderson, douglas Van heel, roderick l.

Youngdahl and benjamin g. Benesh la crosse. (2008). The effect of immersion

cryotherapy on medial-lateral postural sway variability in individuals with a lateral ankle

sprain. Physiotherapy Research International Physiother. Res. Int. 13(2): 107–118 (2008)

Cryotherapy (terapi dingin) adalah pemanfaatan dingin untuk mengoati nyeri atau gangguan kesehatan lainnya.

Terapi dingin dapat dipakai dapat dipakai dengan beberapa cara, seperti menggunakan es atau Cold

Baths. Terapi ini dipakai pada saat respon peradangan masih sangat nyata (cedera akut).

Pada terapi dingin, digunakan

modalitas terapi yang dapat menyerap suhu jaringan sehingga terjadi penurunan suhu jaringan melewati

mekanisme konduksi. Efek pendinginan yang terjadi tergantung jenis aplikasi terapi dingin, lama terapi, dan

konduktivitas.

Pada umumnya terapi dingin pada suhu 3,5 derajat Celcius selama 10 menit dapat mempengaruhi suhu sampai

dengan 4 cm dibawah permukaan kulit. Jaringan otot dengan kandungan air yang tinggi merupakan konduktor

yang baik, sedangkan jaringan lemak merupakan isolator suhu sehingga menghambat penetrasi dingin. Inti dari

terapi dingin adalah menyerap kalori area lokal cedera sehingga terjadi penurunan suhu. Aplikasi dingin dapat

mengurangi suhu pada daerah cedera, membatasi aliran darah, dan mencegah cairan masuk ke jaringan di

sekitar luka. Hal ini akan mengurangi nyeri dan pembengkakan. Aplikasi dingin dapat mengurangi sensitivitas

dari akhiran syaraf yang berakibat terjadinya peningkatan ambang batas rasa nyeri. Aplikasi dingin juga akan

mengurangi kerusakan jaringan dengan jalan mengurangi metabolisme lokal sehingga kebutuhan oksigen

jaringan menurun. Respon neouro - hormonal terhadap terapi dingin adalah sebagai berikut :

Pelepasan Endorphin

Penurunan transmisi syaraf sensoris 

Penurunan aktivitas badan sel syaraf

Penurunan iritan yang merupakan limbah metabolisme sel 

Page 9: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

Peningkatan ambang nyeri

Secara fisiologis, pada 15 menit pertama setelah pemberian aplikasi dingin (suhu 10 derajat celcius) terjadi vasokontriksi arteriola dan venula secara lokal. Vasokontriksi disebabkan oleh aksi reflek dari otot polos yang timbul akibat stimulasi sistem syaraf otonom dan pelepasan epinephrine dan norepinephrine. Namun, jika terapi dingin terus dilakukan hingga 15 sampai 30 menit akan menimbulkan respon hunting. Respon hunting merupakan fase terjadinya vasodilatasi selama 4 sampai 6 menit. Respon hunting terjadi untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan akibat dari jaringan mengalami anoxia jaringan. Selain menimbulkan vasokontriksi, sensai dingin juga menurunkan eksitabilitas akhiran saraf bebas sehingga menurunkan kepekaan terhadap rangsang nyeri. Aplikasi dingin juga dapat mengurangi tingkat metabolisme sel sehingga limbah metabolisme menjadi berkurang. Penurunan limbah metabolisme pada akhirnya dapat menurunkan spasme otot. Terapi dingin biasanya digunakan pada 24 sampai 48 jam setelah terjadinya cedera dan dipakai untuk mengurangi sakit dan pembengkakan.

Beberapa cedera yang dapat ditangani dengan Cryotherapy 

1. Cedera (Sprain, Strain, dan kontusi) 

2. Sakit Kepala

3. Gangguan Temporomadibular 

4. Testicular dan Scrotal Pain 

5. Nyeri post operasi 

6. Fase akut arthritis 

7. Tendinitis dan Bursitis 

8. Carpal Tunnel Syndrome 

9. Nyeri Lutut 

10. Nyeri Sendi 

11. Nyeri perut 

Jenis Aplikasi Cryotherapy  

Es Atau Ice Packs

Es dalam pemakaian terapi sebaiknya tidak kontak langsung dengan kulitdan digunakan dengan perlindungan seperti dengan handuk. Indikasi terapi es adalah pada bagian otot lokal seperti tendon, bursae, maupun bagian - bagian Myofacial trigger point. Terapi biasanya diberikan selama 10 sampai 20 menit.  

Vapocoolant Spray

 Vapocoolant Spray merupakan semprotan yang berisi fluoromethane atau ethyl chloride. Semprotan ini sering digunakan untuk mengurangi nyeri akibat spasme otot serta meningkatkan range of motion (ROM). Terdapat beberapa prosedur dalam terapi ini, yakni semprotan membentuk sudut 30 derajat dengan kulit dengan jarak 30 samapi 50 cm dari kulit. Penyemprotan dilakukan dari arah proximal ke distal otot, dengan kecepatan semprotan 10 cm/detik. Penyemprotan dapat dilakukan 2 - 3 kali pengulangan, prosedur ini penting dilakukan untuk menghindari Frozen Bite.  

Cold Baths 

Cold Baths merupakan terapi mandi di dalam air dingin dalam jangka waktu maksimal selama 20 menit. Pada terapi ini, air dan es dicampur untuk mendapatkan suhu 10 sampai 15 derajat celcius. Terapi ini biasanya dilakukan untuk pemulihan pasca latihan maupun kompetisi. Proses ini berlangsung selama 10 sampai 15 menit. Ketika nyeri berkurang, terapi dihentikan dan dilanjutkan terapi lain seperti masase atau stretching. Pada saat nyeri kembali dirasakan, dapat dilakukan perendaman kembali. Terapi dingin berpotensi untuk meningkatkan

Page 10: Terapi Dingin Cryotherapy Sebagai Penghilang Nyeri Pada

penjedalan kolagen, konsekuensinya aktivitas fisik harus dilakukan secara bertahap pasca terapi dingin.  

Sumber : Intan Arovah, Novita. Dasar - Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga Arovah, Novita Intan. 2007. Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga.

Yogyakarta: Media Komunikasi Olahraga