Teori Sistem Dunia

4
Teori sistem dunia Teori sistem dunia adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan untuk menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern. Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas. Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi pinggiran dan pinggiran. Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu: 1. Dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia 2. Dibutuhkannya Sarana pengembangan modal untuk industri dari negara sentral. Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat “kecemburuan” negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami oleh negara sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit negara maju. Solusi yang ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah antara keduanya atau dengan kata lain adanya usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan negara miskin. Secara ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya perluasan investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian dikenal dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional merupakan kebijakan yang merusak

Transcript of Teori Sistem Dunia

Page 1: Teori Sistem Dunia

Teori sistem duniaTeori sistem dunia  adalah adanya bentuk hubungan negara dalam sistem

dunia yang terbagi dalam tiga bentuk negara yaitu negara sentral, negara semi

pinggiran dan negara pinggiran. Ketiga bentuk negara tersebut terlibat dalam

hubungan yang harmonis secara ekonomis dan kesemuanya akan bertujuan untuk

menuju pada bentuk negara sentral yang mapan secara ekonomi. Perubahan status

negara pinggiran menuju negara semi pinggiran ditentukan oleh keberhasilan

negara pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari strategi

pembangunan, yaitu strategi menangkap dan memanfaatkan peluang, strategi

promosi dengan undangan dan strategi berdiri diatas kaki sendiri. Sedangkan upaya

negara semi pinggiran menuju negara sentral bergantung pada kemampuan negara

semi pinggiran melakukan perluasan pasar serta introduksi teknologi modern.

Kemampuan bersaing di pasar internasional melalui perang harga dan kualitas.

Negara semi pinggiran yang disampaikan oleh Wallerstein merupakan sebuah

pelengkap dari konsep sentral dan pinggiran yang disampaikan oleh teori

dependensi. Alasan sederhana yang disampaikannya adalah, banyak negara yang

tidak termasuk dalam dua kategori tersebut sehingga Wallerstein mencoba

menawarkan konsep pembagian dunia menjadi tiga kutub yaitu sentral, semi

pinggiran dan pinggiran.

Terdapat dua alasan yang menyebabkan sistem ekonomi kapitalis dunia saat ini

memerlukan kategori semi pinggiran, yaitu:

1.      Dibutuhkannya sebuah perangkat politik dalam mengatasi disintegrasi sistem dunia

2.      Dibutuhkannya Sarana pengembangan modal untuk industri dari negara sentral.

Disintegrasi sistem dunia sangat mungkin terjadi sebagai akibat

“kecemburuan” negara pinggiran dengan kemajuan yang dialami oleh negara

sentral. Kekhawatiran akan timbulnya gejala disintegrasi ini dikarenakan jumlah

negara miskin yang sangat banyak harus berhadapan dengan sedikit negara maju.

Solusi yang ditawarkan adalah membentuk kelompok penengah antara keduanya

atau dengan kata lain adanya usaha mengurangi disparitas antara negara maju dan

negara miskin. Secara ekonomi, negara maju akan mengalami kejenuhan investasi

sehingga diperlukan perluasan atau ekspansi pada negara lain. Upaya perluasan

investasi ini membutuhkan lokasi baru pada negara miskin. Negara ini kemudian

dikenal dengan istilah negara semi pinggiran, Wallerstein mengajukan tesis tentang

perlunya gerakan populis berskala nasional digantikan oleh perjuangan kelas

berskala dunia. Lebih jauh Wallerstein menyatakan bahwa pembangunan nasional

merupakan kebijakan yang merusak tata sistem ekonomi dunia. Alasan yang

disampaikan olehnya, antara lain :

1.      Impian tentang keadilan ekonomi dan politik merupakan suatu keniscayaan bagi

banyak negara.

2.      Keberhasilan pembangunan pada beberapa negara menyebabkan perubahan

radikal dan global terhadap sistem ekonomi dunia.

Page 2: Teori Sistem Dunia

3.      Strategi pertahanan surplus ekonomi yang dilakukan oleh produsen berbeda

dengan perjuangan kelas yang berskala nasional.

Pengaruh Teori Sistem Dunia

Teori sistem dunia telah mampu memberikan penjelasan keberhasilan

pembangunan ekonomi pada negara pinggiran dan semi pinggiran. Negara-negara

sosialis, yang kemudian terbukti juga menerima modal kapitalisme dunia, hanya

dianggap satu unit saja dari tata ekonomi kapitalis dunia.  Negara sosialis yang

kemudian menerima dan masuk ke dalam pasar kepitalis dunia adalah China,

khususnya ketika periode pengintegrasian kembali (Penelitian So dan Cho dalam 

Suwarsono dan So, 1991). Teori ini yang melakukan analisa dunia secara global,

berkeyakinan bahwa tak ada negara yang dapat melepaskan diri dari ekonomi

kapitalis yang mendunia. kapitalisme yang pada awalnya hanyalah perubahan cara

produksi dari produksi untuk dipakai ke produksi untuk dijual, telah  merambah jauh

jauh menjadi dibolehkannya pemilikan barang sebanyak-banyaknya, bersama-sama

juga mengembangkan individualisme, komersialisme, liberalisasi, dan pasar bebas.

Kapitalisme tidak hanya merubah cara-cara produksi atau sistem ekonomi saja,

namun bahkan memasuki segala aspek kehidupan dan pranata dalam kehidupan

masyarakat, dari hubungan antar negara, bahkan sampai ke tingkat antar individu.

Sehingga itulah, kita mengenal tidak hanya perusahaan-perusahaan kapitalis, tapi

juga struktur masyarakat dan bentuk negara.

Pendapat para ahli

1.      Wallerstein: Fase Penurunan Sistem Ekonomi-Kapitalis Dunia

Wallerstein berpendapat bahwa "pembangunan" atau "keterbelakangan" dari suatu

wilayah geografis tertentu tidak dapat dianalisis tanpa meletakan wilayah geografis

tersebut dalam konteks "irama siklus" dan kecenderungan "perputaran ekonomi

dunia" secara keseluruhan. Penjelasan perangkat "irama siklus" dalam sistem

ekonomi dunia (siklus Kondratieff dan siklus logistik)

         Daerah Sentral

Secara umum fase penurunan sistem ekonomi dunia memberikan pengaruh yang

sama untuk semua wilayah. Dengan adanya penurunan dalam permintaan dan

keuntungan, untuk dapat mempertahankan tingkat laba yang telah dicapai, tersedia

dua pilihan kebijaksanaan ekonomi (pengurangan biaya dan perluasan pangsa

pasar). Fase penurunan sistem ekonomi-kapitalis juga memberikan kemungkinan

terjadinya konsentrasi modal. Kolonialisme merupakan cara lain, yang lebih bersifat

politik, yang dapat dilakukan negara sentral untuk melaksanakan konsentrasi modal.

         Wilayah Pinggiran

Negara pinggiran yang lebih bergantung pada industri bahan makanan pokok juga

menanggapi krisis abad ke-17 dengan berbagai alternatif kebijakan ekonomi yang

tersedia, antara lain dengan kebijaksanaan penekanan biaya khususnya biaya

produksi. Penjelasan negara pinggiran Eropa Timur (kaitan antara biaya produksi

dan hasil produksi, hasil produksi dan pangsa pasar).

         Wilayah Semi-Pinggiran

Page 3: Teori Sistem Dunia

Pembedaan wilayah negara semi-pinggiran berdasarkan proses lahirnya (2 kategori).

Contoh negara semi-pinggiran kategori pertama (Polandia dan Portugis) dan kategori

kedua (Swedia).

2.      Bergessen dan Schoenberg: Gelombang Panjang Kolonialisme

Menurut Bergessen dan Schoenberg, kebanyakan studi tentang kolonialisme

dibuat dengan hanya satu titik tolak, yakni dari sudut pandang negara sentral saja

atau dari sudut pandang negara pinggiran saja. Tujuan hasil kajian Bergessen dan

Schoenberg adalah mencoba menjelaskan kolonialisme sebagai satu bentuk

dinamika kolektif yang khas dari tata ekonomi kapitalis dunia, dan menggiring

analisa kolonialisme pada tataran analisa yang lebih tinggi dan abstrak dari sekedar

tingkat nasional yang diskrit.

Pengukuran Kegiatan Kolonialisme

Contoh mengukur kolonialisme pada tataran skala global dunia: "ukuran

kehadiran pemerintah kolonial" sebagai tolok ukur kolonialisme. Penjelasan

gelombang panjang kolonialisme dengan ciri peningkatan keluasan (cakupan) dan

frekuensi dari putaran global (merupakan refleksi dari peningkatan kemakmuran dan

kekayaan sistem ekonomi-kapitalis dunia).

Model Teoritis

Rumusan teoritis yang diajukan Bergessen dan Schoenberg bertumpu pada

tiga faktor yang saling terkait (distribusi kekuasaan di negara-negara sentral,

stabilitas negara-negara sentral, jawaban sistemik terdiri dari kolonialisme atau

merkantilisme.

         Penjelasan kondisi penyebaran kekuasaan yang kurang lebih merata pada berbagai

negara sentral (a multicentric core).

         Penjelasan kondisi konsentrasi kekuasaan pada satu atau sedikit negara sentral (a

unicentric core).

Menurut Bergessen dan Schoenberg, bedasarkan analisis dan perbandingan

ketiga gelombang panjang kolonialisme, seiring dengan perjalanan waktu; ciri

merusak kolonialisme makin berkurang, berlangsung lebih singkat (pendek) namun

dengan jangkauan wilayah yang lebih luas..

         Gelombang Pertama (1500-1815) dikenal dengan "penjajahan pendudukan",

dengan tingkat kerusakan yang paling tinggi.

         Gelombang kedua ekspansi kolonialisme (1870-1945) terpusat di Afrika, India dan

Asia; dengan skala dan jumlah akibat kerusakannya lebih kecil dan lebih bersifat

"penguasaan".

         Gelombang terakhir (ketiga) kolonisasi terjadi setelah tahun 1973, lebih dalam

bentuk "ketergantungan" negara pinggiran dan negara berkembang serta

dominannya pengaruh negara sentral.

Kritikan

Dua kritik utama yang diajukan terhadap perspektif sistem dunia adalah

bahwa konsep sistem dunia seakan-akan merupakan sesuatu yang sangat nyata dan

Page 4: Teori Sistem Dunia

berwujud dan perspektif ini telah hampir secara sempurna meninggalkan

sepesifikasi sejarah pada tingkat nasional. Selanjutnya, perspektif ini juga dituduh

telah meninggalkan analisis kelas dan lebih mengunggulkan analisis stratifikasi.

Kritik yang ditujukan pada perspektif sistem dunia, pada bagian ini, sebagian besar

mengacu pada kritik yang diajukan Zeitlin.

Menurut Zeitlin, perhatian Wallerstein yang selalu dicurahkan pada "totalitas"

telah menghalanginya untuk terlibat dalam "analisis sejarah yang konkrit dan

spesifik dari suatu masyarakat tertentu. Peneliti yang mengikuti perspektif sistem

dunia tidak akan mampu menjawab pertanyaan kritis tertentu. Misalnya, mereka

akan gagal untuk memberikan jawaban yang memuaskan tentang bagaimana suatu

konfigurasi sejarah tertentu dengan hubungan sosial dari suatu formasi sosial

tertentu berpengaruh pada perkembangan internal dari suatu masyarakat. Teori

sistem dunia dianggap lebih memperhatikan hubungan pertukaran distribusi barang

di pasar dibandingkan analisis kelas dan konflik kelas di arena produksi. Menurut

Zeitlin, ketika Wallerstein berbicara tentang "kelas", sesungguhnya apa yang

dimaksud adalah stratifikasi, yang ukurannya ditentukan oleh tempat berdasarkan

urutan penjejangan pekerjaan di dalam tatanan kapitalis dunia.

Model stratifikasi ini bukan tanpa masalah karena, menurut Zeitlin, model ini

menyembunyikan ciri nyata dari hubungan kelas sosial dan mengaburkan asal usul

sejarah pembentukannya; sehingga akan mengubah keterkaitan yang nyata antara

pembagian kerja dan hubungan kelas, menjadi kacau balau.