BAB II TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN ... · Kemenangan Amerika Serikat di Perang...
Transcript of BAB II TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN ... · Kemenangan Amerika Serikat di Perang...
1
BAB II
TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN KEPERCAYAAN)
MENURUT FRANCIS FUKUYAMA
2.1 Latar Belakang
Kemenangan Amerika Serikat di Perang Dingin Pasca Perang Dunia II, membuat
sistem pemerintahan monarkhi, fasisme, komunis menjadi runtuh. Situasi ini
dimanfaatkan Amerika Serikat untuk memperluas ideologi pemerintahannya sehingga
terjadi banyak perubahan sistem-sistem sosial, ekonomi, politik yang berkembang di
Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad 17 sampai abad 19 dan berkembang ke
Negara-negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Perubahan sistem-sistem sosial
inilah yang mengantar masyarakat tradisional beralih menjadi masyarakat modern yang
memunculkan masyarakat industri dan informasi. Sistem masyarakat pemburu-
pengumpul dan petani sudah beralih pada masyarakat industri yang ditandai dengan
bermunculan penemuan-penemuan di bidang teknologi dan informasi seperti mesin uap,
telegraf, pesawat telepon, mobil, pesawat terbang yang membuat meningkatnya
individuliasme1. Individualisme memiliki pengertian yang mementingkan kebebasan
pribadi yaitu lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan mementingkan orang lain.
Hal ini menjadikan individu kurang bersosialisasi sehingga apapun peristiwa yang terjadi
di sekelilingnya dianggap tidak penting. Sikap individu ini dinampakkan dalam
kurangnya komunikasi, sikap kekeluargaan yang mulai luntur karena tingginya
kepentingan masing-masing, kurangnya interaksi dengan sesama dan tidak peduli dengan
1 Francis Fukuyama, The Great Disruption, Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial
(Yogyakarta: Penerbit Qalam), 1999, v.
2
keadaan sekitarnya dan sesama sehingga dampaknya adalah saling curiga. Rasa curiga
yang berlebihan akan mengarah pada konflik.
Di sisi yang lain, manusia tidak dapat menyangkali dirinya sebagai mahkluk
sosial yang memiliki hasrat untuk berkumpul. Fukuyama melalui banyak penelitian
modern menemui fakta bahwa manusia memiliki hasrat untuk berkumpul. Sejak zaman
pramodern, manusia memiliki unit organisasi yang bersifat kin selection, yaitu
kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan yang cenderung berdasarkan ikatan dan bersifat
resiprositas, yaitu cenderung menolong sesama karena saling membutuhkan2. Potensi
komunalisme ini dapat mengarahkan pada dampak yang positif yaitu manusia dapat akan
bersaing dan bekerjasama3 dan dampak negatifnya adalah nepotisme dan favoritisme
4.
Selain itu, persepsi masyarakat tentang komunalisme lebih baik daripada individualisme,
adalah bahwa pada diri manusia ada dorongan atau hasrat yang mengarahkan mereka
pada kebutuhan untuk mengadakan kontak sosial dengan sesama. Manusia dapat
memahami dirinya sebagai manusia jika ia ditempatkan pada sesamanya manusia5.
Bertolak dari ketegangan antara individualism dan komunalisme tersebut, modal
sosial yang kuat bermanfaat untuk mengembalikan individu atau kelompok pada
kebutuhan yang mendasar yaitu kebersamaan sangat diperlukan. Modal sosial yang
diperlukan dalam membangun interaksi sosial yang dinamis adalah trust. Dengan adanya
trust, individu dan kelompok mendapat kepercayaan dirinya kembali untuk memiliki
keberanian dalam menjalin komunikasi, kerjasama dengan sesamanya.
2 F. Fukuyama, The Origins Of Polical Order (United States of America: D&M Publishers, Inc),
2011, 43. 3 F.Fukuyama, The Great Disruption, Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial
(Yogyakarta: Penerbit Qalam), 1999, 274. 4 F.Fukuyama, The Great…., 275.
5 www.academia.edu oleh Fikri Haris, “Manusia Sebagai Mahkluk Sosial”, 1 (diakses tanggal 15
November 2017).
3
2.1.1 Keluarga
Yoshihiro Francis Fukuyama seorang keturunan Jepang Amerika. Lahir pada
tanggal 27 Oktober 1952 di Chicago Illinois. Fukuyama menikah dengan Laura
Holmgren. Mereka bertemu saat masih mahasiswa S2 di UCLA setelah Fukuyama mulai
bekerja di RAND Corporation. Ia mempersembahkan buku Trust: The Social Virtues and
The Creation of Prosperity kepada istrinya. Mereka tinggal di California bersama ketiga
anaknya, Julia, David dan John.
2.1.2 Pendidikan
Fukuyama, ahli sosiologi, memperoleh gelas B.A dari Cornell University dari
Harvard dalam bidang Ilmu Politik dan memperoleh gelar doktor Honoris Causa dari
Connecticut College. Ia adalah seorang ilmuwan politik, ekonomi politik dan penulis
Amerika. Ia menjabat sebagai Senior Fellow at the Center on Democracy, Development
and the Rule of Law at Stanford. Dia adalah anggota Political Science Departemen dari
RAND Corporation dari 1979-1980, kemudian tahun 1983-1989 dan dari tahun 1995-
1996. Menjadi Staf Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri A.S. Wakil
Direktur untuk persoalan-persoalan militer-politik Eropa. Tahun 1981-1981, sebagai
anggota delegasi A.S untuk pembicaraan Arab-Israel tentang otonomi Palestina.
Merupakan salah satu anggota Dewan penasihat jurnal The National Interest, Journal of
Democracy, The New American Foundation, The Internet Policy Institue, dan Geo Trust
Inc. Anggota Asosiasi Ilmu Politik Amerika, Dewan Perhubungan Luar Negeri, Dewan
Pasifik untuk Kebijakan Internasional dan Jaringan Bisnis Global6.
6 Francis Fukuyama, Kemenangan Kapitalis Demokrasi Liberal, (Yogyakarta: Penerbit Qalam),
2001, 631-632.
4
Bukunya yang terkenal yaitu 1) The End of History and the Last Man (1992)
membahas tentang runtuhnya ideologi monarkhi, fasisme dan komunis dan beralih pada
demokrasi liberal yang merupakan titik akhir evolusi ideologi manusia dan bentuk akhir
pemerintahan karena merupakan akhir dari sejarah. 2) Trust (2002) menjelaskan
kepercayaan menjadi salah satu dari modal sosial yang penting dalam mengembangkan
kerjasama menuju kesejahteraan. 3) The Great Disruption (1999) membahas tentang
upaya membangun kembali tatanan masyarakat yang harus karena ketidakpercayaan
dengan membangun kembali rasa percaya, jujur dan kerjasama sebagai indikator dari
modal sosial, 4) Falling Behind (2008), menjelaskan tentang sejarah perkembangan
Negara Amerika Serikat di sebelah Utara yang mendominasi kepentingan ekonomi,
sementara Amerika Latin dan Selatan menjadi negara-negara tertinggal. 5) The Origins of
Political Order (2014) mengisahkan asal mula tatanan politik dari zaman prasejarah ke
revolusi Perancis. 6) Political Order and Political Decay (2014) menjelaskan tentang
tatanan politik dan pembusukan politik dalam perkembangan era modernisasi dari
revolusi Perancis dan perkembangan demokrasi liberal yang disertai dengan penjelasan-
penjelasan dari penelitian yang luarbiasa.
2.1.3 Intelektualisme Era Fukuyama
Peristiwa-peristiwa politik yang muncul pada abad XX, memunculkan krisis
intelektual dari rasionalisme Barat atau yang disebut Filsafat Modern. Tokoh
rasionalisme Barat adalah Rene Decrates. Dengan dilatarbelakang membebaskan diri dari
segala pemikiran tradisional (skolastik) yang pernah diterima tetapi ternyata tidak mampu
menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi, sumber pengetahuan yang dapat
dipercaya adalah akal. Akal diperoleh kebenaran dengan metode deduktif dan ilmu pasti.
5
Decrates menempatkan akal pada kedudukan tertinggi, sehingga didambakan oleh
manusia modern.
Kaum kapitalis dan sosialis menghadirkan teori-teori modernisasi yaitu teori
pembangunan, teori tabungan dan investasi. Neoliberalisme menghadirkan gerakan
globalisasi dan pasar bebas. Postmodern menghadirkan tradisi enlightment, yaitu
perjuangan hak-hak untuk berbeda. Kemenangan pertarungan ideologi dipegang oleh
kaum kapitalis karena mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Pertarungan ideologi
mungkin berakhir tetapi ada benturan antar peradaban dunia yaitu budaya dan agama di
masa depan7.
2.2 Pemikiran Pokok Fukuyama
Fukuyama sangat dipengaruhi oleh pemikiran G.W.F Hegel dalam menjelaskan
perkembangan masyarakat kontemporer. Menurut Hegel, sejarah bukan hanya proses
masa lalu namun juga mengarah pada masa depan dengan masyarakat yang lebih
rasional8 dan universal. Sejarah mengalami perkembangan dan perubahan diawali dengan
kesadaran individu kemudian berkembang menjadi kesadaran sosial dan kesadaran
mutlak yang ditemui dalam faktor-faktor yang sifatnya irasional9, seperti agama dan
filsafat. Perkembangan dan perubahan dipengaruhi karena di salah satu sisi manusia
memiliki kebebasan, di sisi yang lain manusia memliki keterbatasan sehingga diperlukan
dialektis10
yaitu mendamaikan hal-hal yang berlawanan, antara tesis, antitesis dan
sintesis. Bagi Hegel akhir dari sejarah adalah tercapainya tujuan yaitu kebebasan11
.
7 Wildan Insan Fauzi, “Akhir Dari Ideologi Atau Ideologi Tanpa Akhir ” : Jurnal Pendidikan
(Hukum, Politik dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (2014): 237. 8 Fukuyama, Kemenangan, xi.
9 Fukuyama, Kemenangan, xiv.
10 Fukuyama, Kemenangan, xii.
11 Fukuyama, Kemenangan, 12-13.
6
Pemikiran Hegel ini digunakan oleh Fukuyama untuk menjelakan bahwa masa
sekarang adalah masa yang bersifat material dalam bentuk perkembangan ekonomi yang
didorong oleh oleh ilmu pengetahuan alam dan faktor spiritual yang ditandai oleh thymos,
yaitu keinginan untuk diakui, dihargai, persamaan hak12
. Menurut Fukuyama, akhir dari
sejarah, adalah masyarakat kapitalis dengan sistem politik demokrasi liberal13
.
Diawali dengan peristiwa pasca perang dingin14
antara negara Amerika Serikat
dan Uni Soviet tahun 1947-1991, terkait persaingan ideologi, psikologi, militer, industri,
teknologi, perlombaan nuklir dan senjata, membuat ketakutan akan akhir perang dengan
perang nuklir, dan akhirnya Amerika Serikat yang menang atas Uni Soviet, membuat
bentuk-bentuk pemerintahan diktator runtuh dan demokrasi liberal kemudian menjadi
pilihan model pemerintahan yang memberikan kebebasan bagi rakyat melalui perwakilan
rakyat turut mengambil bagian dalam kebijakan pemerintah yang menyebar ke pelbagai
daerah dan kebudayaan di seluruh dunia. Dengan prinsip liberal dalam ekonomi, pasar
bebas telah menyebar ke pelbagai daerah dan sukses dalam mengadakan produksi yang
masif dalam memenuhi kebutuhan material. Fukuyama berpendapat bahwa legitimasi
demokrasi liberal mengatasi bentuk-bentuk pemerintahan monarkhi, fasisme dan
komunis sehingga menurutnya tidak ada lagi pertikaian tentang ideologi karena
bangkitnya demokrasi liberal menjadi akhir dari sejarah15
.
Yang ia maksudkan dengan akhir sejarah bukan secara biologis yaitu berhentinya
proses alami seperti kelahiran, pertumbuhan dan kematian, namun tidak ada kelanjutan
12
Fukuyama, Kemenangan, xiiii. 13
Ibid. 14
Perang dingin adalah suasana internasional yang sangat tegang dan bermusuhan yang
diakibatkan oleh konflik ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berkembang setelah Perang
Dunia Kedua. http://kbbi.kata.web.id/perang-dingin/ (diakses 26 Juli 2017). 15
Wildan, “Akhir dari…”, 234.
7
perkembangan tentang prinsip-prinsip ideologi dan industri yang mengarah pada
modernisasi dan kapitalis. Perkembangan di bidang teknologi dan produksi secara
ekonomi membuat semua negara yang menjalankan modernisasi dan kapitalis saling
bersatu dan membuat dampak derasnya arus urbanisasi, pendidikan serta meninggalkan
sistem tradisional seperti suku dan keluarga beralih pada birokrasi yang rasional dan
efefisien seperti organisasi buruh dan profesi. Hegel juga menegaskan bahwa akhir
sejarah menuju sebuah titik sejarah yang dituju, yaitu perkembangan kesadaran untuk
memiliki kebebasan. Bagi Hegel, kebebasan manusia adalah negara konstitusional
modern yang disebut demokrasi liberal16
. Sumber penggerak demokrasi liberal yaitu
hasrat manusia untuk memiliki pengakuan jati diri secara sederajat (setara). Ini berarti
demokrasi liberal secara positif memberikan peluang bagi individu maupun komunitas
untuk secara bebas menata serta mengembangkan taraf kehidupannya dengan kreatif
dalam semangat kesetaraan (sederajat).
Menurut Fukuyama, demokrasi liberal yang sukses harus memiliki tiga elemen
yang harus diperhatikan yaitu pertama, the state kedua, the rule of law, ketiga,
accountable government17
yang menghadirkan keseimbangan yang stabil. Menurut
Hegel, negara modern terbentuk dari masyarakat unit yang terkecil yaitu keluarga.
Kontradiksi dan pertumbuhan alamiah dalam keluarga membuat keluarga masuk sebagai
masyarakat sipil. Namun kemudian ada konflik dan perbedaan pendapat yang
berkembang sehingga perlu ditengahi oleh negara.
16
Hendra Prijatna, Kajian Buku: Francis Fukuyama: The End of History and The Last Man,
Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, 6. 17
Francis Fukuyama, The Origins Of Political Order: From Prehuman To The French Revolution,
(United States of America: D&M Publishers, Inc), 2011, 16.
8
Fukuyama melalui banyak penelitian modern menemukan fakta bahwa manusia
memiliki hasrat untuk berkumpul. Sejak zaman premodern, manusia memiliki unit
organisasi yang bersifat kin selection, yaitu kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan
yang cenderung berdasarkan ikatan, dan reciprocal altruism yaitu manusia yang suka
menolong lalu menciptakan sistem patrimonialisme. Jika ingin bentuk negara modern,
maka patrimonialisme ini harus dilawan atau dihilangkan. Birokrasi bukan dipimpin oleh
keluarga, bukan pula karena keluarga tapi bersifat impersonal dan memilki otoritas
kekuasaan yang terpusat. Dalam sistem demokrasi yang terpenting adalah kontrol
kekuasaan, harus ada kekuasaan dan ada pemerintah. Sehingga hadir pemerintah yang
tunduk pada hukum dan akuntabilitas, yaitu masyarakat diberikan kesempatan untuk
turut mengontrol jalannya pemerintah.
2.2.1 Trust
Dalam menghadapi derasnya kapitalisme global, setiap negara harus memperkuat
kinerja ekonominya, sebab ekonomi selalu bergerak dalam kehidupan sosial yang
nampak dari nilai-nilai budaya yaitu cara manusia menjalani hubungannya dengan
sesama dalam semangat kebersamaan. Dalam proses inilah trust menjadi unsur yang
penting dari modal sosial untuk menciptakan ekonomi yang unggul18
. Menurut
Fukuyama, modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang
dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya
kerja sama di antara mereka19
.
18
Francis Fukuyama, Trust, Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, (Yogyakarta:
Penerbit Qalam), 2007, xiii. 19
Francis Fukuyama, The Great Disruption Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial,
(Yogyakarta: Penerbit Qalam), 2016, 22.
9
Modal sosial memiliki unsur-unsur yang menjadi komponen penting yaitu
kepercayaan (trust) yaitu suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam
hubungan-hubungan sosialnya yang didasari dengan keyakinan, percaya (belief) yaitu
kenyamanan antar anggota untuk bertukar informasi, norma-norma (norms) yaitu
kebijakan yang menentukan baik atau buruk, aturan-aturan (rules) yaitu tindakan-
tindakan yang patut dilakukan secara bersama-sama bertujuan untuk menata tindakannya,
jaringan (network) yaitu sarana, wadah bagi tiap anggota untuk berpartisipasi dalam
komunitas. Trust diselaraskan dengan istilah kepercayaan sebagai harapan-harapan
terhadap keteraturan, kejujuran dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah
komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh anggota-
anggota komunitas itu20
.
Menurut Fukuyama Trust bermanfaat untuk individu dan komunitas bekerja
secara hemat dan efisien karena semua anggota sama-sama menempatkan kepentingan
bersama diatas kepentingan individu. Untuk mendukung hipotesanya, Fukuyama
membagi dua kelompok yaitu kelompok yang memiliki kesadaran turst yang lemah
dengan kelompok pemilik trust tinggi yang tinggi21
. Ciri khas dari kelompok yang
memiliki trust yang lemah adalah kelompok ini dianggap bersikap tertutup dalam
melakukan usaha perekonomiannya22
. Di sisi lain, ciri khas kelompok yang memiliki
trust yang tinggi adalah memiliki kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kelompok ini mau
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama23
sehingga diperlukan trust dalam
membangun kerjasama antar individu maupun komunitas. Dengan demikian, kita harus
20
Francis Fukuyama, Trust Kebajikan Sosial Dan Penciptaan Kemakmuran, (Yogyakarta:
Penerbit Qalam), 2007, xiii. 21
F.Fukuyama, Trust, xiv. 22
Ibid. 23
Ibid.
10
memiliki 1) keterlibatan sosial, yaitu proaktif dalam mengasosiasikan dirinya pada
komunitas yang menjadi bidang minatnya, 2) memiliki network yaitu memperluas
pergaulan, menjalin kerjasama, 3) dialog yang terbuka yaitu dialog yang jujur dalam
artian belajar saling menerima dan memahami tujuan dan kesejahteraan bersama, 4)
memiliki spiritualitas kehidupan ekonomi yaitu pengakuan jati diri secara sederajat
(setara), yang artinya mengakui legitimasi yang dimiliki oleh sesamanya. Di era
globalisasi saat ini, kita tidak dapat menghindari penerapan ekonomi modern serta
kemerosotan moral yang menjadi masalah sosial saat ini. Oleh karena itu kita harus
melakukan rekonstitusi tatanan sosial yaitu dengan membuat kearifan lokal dengan
meningkatkan taraf pendidikan dan kebangkitan agama-agama. Artinya dengan dua
faktor ini, masyarakat dapat dipersiapkan untuk mengatasi derasnya laju globalisasi yang
di dalamnya ada pelaksanaan ekonomi modern kapitalis.
2.2.2 Social Virtues (Kebajikan-Kebajikan Sosial)
Kebajikan-kebajikan sosial, seperti kejujuran, keterandalan, kesediaan bekerja
sama, rasa tanggungjawab terhadap orang lain, sangat penting untuk menumbuhkan
kebajikan-kebajikan individu24
. Kebajikan-kebajikan sosial ini terbentuk karena pengaruh
kelompok-kelompok kultural, seperti agama dan ideologi terhadap perilaku ekonomi.
Max Weber dalam salah satu literaturnya The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism, menyatakan bahwa kelompok-kelompok kultural seperti agama dan ideologi
yang memberi pengaruh terhadap perilaku ekonomi. Khususnya gereja Protestan yang
lebih bisa fleksibel menerima kapitalisme modern daripada gereja Katolik, hal ini juga
terkuat bahwa gereja Katolik terikat dengan aturan hierarki-hierarki tradisional atau
doktrinal.
24
Fukuyama, Trust, 65.
11
Spirit kapitalisme Weber ini juga membuka peluang bagi pemeluk Protestan
untuk bergabung dalam komunitas-komunitas yang baru seperti Baptis, Metodis, Quaker,
yang ruang lingkupnya lebih kecil dan anggota komunitas dengan mudah saling
mengenal sehingga ikatan lebih erat serta memudahkan anggota untuk membuat
komitmen bersama terhadap nilai-nilai kejujuran dan pelayanan, menolong mereka untuk
bergerak daalam dunia bisnis, karena transaksi bisnis tergantung pada tingkat
kepercayaan yang besar sekaligus menciptakan jaringan bagi para pelaku ekonomi untuk
mencari pelanggan, untuk mempromosikan produk. Dengan demikian kebajikan-
kebajikan sosial mendorong terbentuknya kebajikan-kebajikan individu dan dalam
komunitas yang kuat ditemui solidaritas yang tinggi, seperti keluarga, sekolah, tempat
kerja.
2.2.3 Prosperity (Kemakmuran)
Kemakmuran ditentukan oleh modal sosial dan daya saing suatu negara. Modal
sosial ini terbentuk dari komunitas yang antar anggotanya saling terbuka dan saling
mengakui dengan tingkat yang tinggi seperti percaya, jujur, tanggungjawab, sedia untuk
menolong dan sepakat untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah negara memiliki
perekonomian yang sehat apabila terdapat cukup modal sosial, di mana masyarakat dapat
melakukan tindakan ekonomi, menjalin kerja sama dan jaringan-jaringan yang
terinstitusionalisasikan. Artinya masyarakat diberikan kebebasan secara teratur (ordered
liberty) dalam mengupayakan kesejateraan.
Kemakmuran bukan hanya diukur dari upaya masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan lahiriah melalui kekayaan saja tetapi hal yang sama pentingnya
adalah perjuangan demi pengakuan, yaitu hasrat seluruh umat manusia untuk memiliki
12
hakikatnya sebagai mahkluk yang bebas bermoral dan diakui oleh sesama manusianya25
atau yang oleh Fukuyama adalah demokrasi liberal yaitu pengakuan secara universal
dalam kesetaraaan.
Dari penjelasan teori pendekatan trust menurut Fukuyama, yang diawali dengan
latar belakang dan pemikiran Fukuyama maka dipahami bahwa Fukuyama menegaskan
kemenangan demokrasi liberal atas sistem monarkhi, fasisme dan komunis. Akhir sejarah
adalah berakhirnya evolusi ideologi manusia, universalisasi demokrasi liberal dan bentuk
final pemerintahan manusia. Pada bab III akan dideskripsikan tindakan-tindakan kolektif
warga jemaat GPIB Effatha dengan komunitas lintas agama di Bunyu dalam membangun
relasi yang harmonis dalam rangka membangun pulau Bunyu.
25
Fukuyama, Trust, 519.
13