Teori Relasional Dialektik

1
PENUTUP Teori Dialektika Relasional telah memberikan perspektif baru bagi teori yang membahas mengenai relasi manusia. Teori ini lebih baik dari teori-teori yang menjelaskan hubungan secara linier. Sebuah hubungan tidak semata-mata hanya berjalan lurus dan semakin baik, sebaliknya hubungan seringkali mengalami pasang surut, baik dalam isu keintiman, pembukaan diri, atau hal lainnya. Proses pemikiran dialektik memberikan tambahan yang besar dalam kerangka memahami hidup berhubungan. Pertama, kita dapat secara spesifik mengenai isu seputar bagaimana pasangan dalam suatu hubungan membentuk makna. Kedua, kita dapat memindahkan bingkai yang statis dan memberikan penekanan kita pada interaksi antara perubahan dan stabilitas. Kita tidak harus memilih antara mengamati pola dan mengamati hal yang tidak dapat diprediksi karena kita menyadari keberadaan keduanya di dalam sebuah hubungan. Kritik terbesar dalam Teori Dialektika Relasional adalah adanya dugaan parsimoni. Beberapa peneliti mempertanyakan apakah dialektika dalam hubungan hanya terdiri dari otonomi - keterikatan, keterbukaan - perlindungan, dan hal baru - hal terprediksi? Tidak adakah dialektika lainnya? Hanya saja Baxter (2006) telah memberikan penjelasan mengenai kriteria paling penting bagi Teori Relasional Dialektik adalah sifat heurisme, di mana tujuan teori ini adalah untuk memberikan penerangan pada “proses pembuatan makna yang kompleks dan tidak dapat diketahui secara jelas”. Sehingga, tuduhan adanya parsimoni teori ini mendapatkan sanggahannya. Baxter dan Montgomery (1996) mengamati bahwa dialektika bukan merupakan teori tradisional karena kebanyakan teori tradisional mengusahakan prediksi dan pernyataan akhir mengenai fenomena komunikasi; sedangkan teori ini lebih menawarkan pada susut pandang yang terbuka dan berkesinambungan. Oleh karena itu, teori ini tidak menawarkan prediksi yang baik mengenai kelanjutan dari sebuah dialektika atau mungkin strategi spesifik ketika berjumpa situasi dialektik tertentu.

description

Ilmu Komunikasi

Transcript of Teori Relasional Dialektik

Page 1: Teori Relasional Dialektik

PENUTUP

Teori Dialektika Relasional telah memberikan perspektif baru bagi teori yang membahas mengenai relasi manusia. Teori ini lebih baik dari teori-teori yang menjelaskan hubungan secara linier. Sebuah hubungan tidak semata-mata hanya berjalan lurus dan semakin baik, sebaliknya hubungan seringkali mengalami pasang surut, baik dalam isu keintiman, pembukaan diri, atau hal lainnya.

Proses pemikiran dialektik memberikan tambahan yang besar dalam kerangka memahami hidup berhubungan. Pertama, kita dapat secara spesifik mengenai isu seputar bagaimana pasangan dalam suatu hubungan membentuk makna. Kedua, kita dapat memindahkan bingkai yang statis dan memberikan penekanan kita pada interaksi antara perubahan dan stabilitas. Kita tidak harus memilih antara mengamati pola dan mengamati hal yang tidak dapat diprediksi karena kita menyadari keberadaan keduanya di dalam sebuah hubungan.

Kritik terbesar dalam Teori Dialektika Relasional adalah adanya dugaan parsimoni. Beberapa peneliti mempertanyakan apakah dialektika dalam hubungan hanya terdiri dari otonomi - keterikatan, keterbukaan - perlindungan, dan hal baru - hal terprediksi? Tidak adakah dialektika lainnya? Hanya saja Baxter (2006) telah memberikan penjelasan mengenai kriteria paling penting bagi Teori Relasional Dialektik adalah sifat heurisme, di mana tujuan teori ini adalah untuk memberikan penerangan pada “proses pembuatan makna yang kompleks dan tidak dapat diketahui secara jelas”. Sehingga, tuduhan adanya parsimoni teori ini mendapatkan sanggahannya.

Baxter dan Montgomery (1996) mengamati bahwa dialektika bukan merupakan teori tradisional karena kebanyakan teori tradisional mengusahakan prediksi dan pernyataan akhir mengenai fenomena komunikasi; sedangkan teori ini lebih menawarkan pada susut pandang yang terbuka dan berkesinambungan. Oleh karena itu, teori ini tidak menawarkan prediksi yang baik mengenai kelanjutan dari sebuah dialektika atau mungkin strategi spesifik ketika berjumpa situasi dialektik tertentu.