Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
Click here to load reader
-
Upload
asih-mami-virgita -
Category
Documents
-
view
127 -
download
9
description
Transcript of Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget
1
TEõRI PERKêMBâNGâN
KõGNITIF
-JEAN PIAGET-Tugas Individual
Disusun untuk memenuhi tugas MK Psikologi Perkembangan Bayi, Anak dan Remaja.
Disusun Oleh
Asih Fajar Lestari 832012019
FAKULTAS PSIKOLOGIPROGDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
2
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANASALATIGA
2013
TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF JEAN PIAGET
Setelah membaca dan berusaha memahami tentang teori-teori perkembangan dari
berbagai ahli, akhirnya saya memutuskan bahwa teori yang sesuai dengan pemikiran saya
adalah teori perkembangan kognitif Jean Piaget. Saya memilihnya karena saya merasakan
kebenaran adanya tahap-tahap perkembangan kognitif yang sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Piaget. Hal ini terasa ketika saya masih SD saya sangat kesulitan
mengerjakan soal-soal matematika yang membutuhkan pemikiran abstrak, tetapi sekarang
ketika saya dewasa dan diminta untuk menyelesaikan soal-soal matematika untuk SD, maka
saya tidak akan kesulitan mengerjakannya karena kemampuan pemikiran abstrak saya sudah
berkembang jauh lebih baik.
Teori perkembangan kognitif dikemukakan oleh pakar psikologi Swiss terkenal
yaitu Jean Piaget (1896-1980) dalam buku Life Span Development: Perkembangan Masa
Hidup, oleh John W. Santrok pada tahun 2002, mengatakan bahwa anak dapat membangun
secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak menyesuaikan
pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena informasi tambahan akan
menambah pemahaman mereka terhadap dunia.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan
individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita diterima oleh
pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi. Piaget
yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam pengetahuan
mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika individu menyesuaikan
diri dengan informasi baru.
Contoh asimilasi dan akomodasi adalah seorang anak berusia tujuh tahun
dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar di dinding. Ia mengetahui dari
pengamatan bahwa palu adalah obyek yang harus dipegang dan diayunkan untuk memukul
paku. Dengan mengenal kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran
yang sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia mengayunkannya
dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia kemudian mengatur tekanan
pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk sedikit mengubah konsep disebut akomodasi.
3
Piaget mengatakan bahwa kita melampaui perkembangan melalui empat tahap
dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara
berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut (dalam
www.psikologizone.com):
Tahap sensorimotor (sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2
tahun, merupakan tahap pertama Piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental ditandai oleh
kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan
mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua Piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan
kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Egosentrisme adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang
dengan perspektif orang lain, dengan kata lain anak melihat sesuatu hanya dari sisi dirinya.
Animisme adalah keyakinan bahwa obyek yang tidak bergerak memiliki kualitas semacam
kehidupan dan dapat bertindak. Seperti seorang anak yang mengatakan, “Pohon itu
bergoyang-goyang mendorong daunnya sampai daunnya jatuh.” Sedangkan intuitif adalah
anak-anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua
bentuk pertanyaan. Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari
usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga Piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan
penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam
cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia 11
hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari Piaget. Pada tahap ini, individu
melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan
lebih logis.
Contoh kasus yang terjadi di Indonesia adalah rendahnya kemampuan matematika
anak Indonesia. Prestasi siswa Indonesia (Rata-rata: 411) agak jauh di bawah Malaysia (Rata-
rata: 508) dan Singapura (Rata-rata: 605). Padahal siswa Indonesia (169 jam di Kelas 8) lebih
banyak menggunakan waktu dibandingkan siswa Malaysia (120 jam di Kelas 8) dan
Singapura (112 jam di Kelas 8) dalam mempelajari matematika (mametoisme.blogspot.com).
Hal ini disebabkan karena penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada
4
penguasaan keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit atau sama sekali tidak ada
penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi
secara matematis, dan bernalar secara matematis. Siswa-siswa yang pada umumnya masih
berada di tahap operasional konkret dipaksa untuk berpikir abstrak, sehingga membuat siswa
cenderung malas dan ketakutan menghadapi pelajaran matematika.
Setiap teori pasti ada kelebihan dan kelemahannya, kelebihan Piaget adalah
kejeniusannya dalam mengobservasi anak. Observasi-observasinya yang sangat teliti telah
mendemonstrasikan langkah baru dalam menemukan bagaimana anak-anak berperilaku dan
beradaptasi dengan perkembangan, seperti perpindahan dari tahap pemikiran praoperasional
menuju operasional konkret (Haith dan Benson, dalam Santrock: 2007).
Sedangkan kelemahan teori Piaget ini adalah setiap umur tidak bisa menjadi patokan
utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri perkembangan setiap
individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional
lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama. Hal ini
dibuktikan oleh penelitian McGarrigle dan Donalson (1974). Pada sebuah studi klasik,
McGarrigle dan Donalson (1974) menyatakan bahwa anak sudah mampu memahami
konservasi (conservation) dalam usia yang lebih muda daripada usia yang diyakini oleh
Piaget. Studi lain yang mengkritik teori Piaget yaitu bahwa anak-anak baru mencapai
pemahaman tentang objek permanence pada usia di atas 6 bulan. Balillargeon dan De Vos
(1991), anak diamati sampai mereka berusia 18 tahun dan diuji dengan berbagai tugas
operasional formal berdasarkan tugas-tugas yang dipakai Piaget, termasuk pengujian
hipotesa. Mayoritas anak-anak itu memang belum mencapai tahap operasional formal. Hal ini
sesuai dengan studi-studi McGarrigle dan Donaldson serta Baillargeon dan DeVos, yang
menyatakan bahwa Piaget terlalu meremehkan kemampuan anak-anak kecil dan terlalu
menilai tinggi kemampuan anak-anak yang lebih tua. Dan belum lama ini, Bradmetz (1999)
menguji pernyataan Piaget bahwa mayoritas anak mencapai formal pada akhir masa kanak-
kanak (valmband.multiply.com).
Sumber: http://www.psikologizone.com/teori-kognitif-psikologi-perkembangan-jean-piaget/
06511234
http://www.psychologymania.com/2011/09/teori-perkembangan-psikoseksual.html
http://mametoisme.blogspot.com/2011/12/permasalahan-pokok-dalam-pendidikan.html
http://11014ems.blogspot.com/2012/07/sejarah-erik-erikson.html
5
http://valmband.multiply.com/journal/item/12/
TEORI_PERKEMBANGAN_KOGNISI_JEJE_PIAGET
Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga