Teori Perbandingan Politik Boris Yeltsin Dan Vladimir Putin
-
Upload
ayuu-mustika-rahayu -
Category
Documents
-
view
902 -
download
3
Transcript of Teori Perbandingan Politik Boris Yeltsin Dan Vladimir Putin
OUTLINE SKRIPSI
PERBANDINGAN POLITIK LUAR NEGERI RUSIA ERA BORIS
YELTSIN dan VLADIMIR PUTIN
Disusun Oleh :
SRI MUSTIKA RAHAYU
151070242
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
2012
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Runtuhnya Uni Soviet menghadapkan Rusia pada agenda perubahan yang
berlapis-lapis. Rusia harus menyesuaikan sistem politik, sistem ekonomi dan
mencari orientasi peran baru dalam arena internasional. Dalam konteks kebijakan
luar negeri, Rusia dituntut untuk menciptakan politik luar negeri yang mendukung
perubahan politik dan ekonomi di dalam negeri dan beradaptasi di tengah
perubahan lingkungan internasional. Pergantian pemimpin juga berpengaruh pada
perubahan arah dan strategi kebijakan politik luar negeri Rusia.
Sebagai presiden Rusia pertama setelah runtuhnya Uni Soviet, Boris
Yeltsin berusaha untuk mewujudkan “Revolusi Baru Rusia”, dan berusaha
membawa Rusia pada era baru yang berbeda dengan era sebelumnya. Yeltsin juga
berusaha memperluas pengaruhnya pada negara-negara bekas Uni Soviet dan
terbuka untuk bekerja sama dengan negara lain demi kemajuan ekonomi Rusia.
Dibawah kepemimpinan Yeltsin, Rusia berusaha menjalin kedekatan dengan
negara-negara barat misalnya dengan bergabungnya Rusia pada World Trade
Organization atau WTO yang didominasi oleh negara-negara barat. Melalui
"revolusi baru Rusia" itu, Rusia dengan tiba-tiba memasuki satu era baru yang
terlalu jauh berbeda dengan era sebelumnya, walaupun Yeltsin beberapa kali
2
memperlihatkan sikap autoritarian untuk mengukuhkan kuasa seperti yang
berleluasa ketika era komunis.
Mei 2000, Vladimir Putin menggantikan posisi Boris Yeltsin sebagai
presiden Rusia. Pada hakikatnya Vladimir Putin mewarisi jejak pemimpin
pendahulunya, Boris Yeltsin, melanjutkan reformasi dan pasar bebas, namun
Putin mempunyai sikap dan cara yang berbeda dalam mengimplementasikannya,
dia mengkaji ulang sebab-sebab kemerosotan negerinya, salah satunya adalah
berkembangnya oligarki di Rusia, fokus utama Putin adalah menindak para
oligarki dan untuk memberantasnya terkadang cara yang tidak demokratispun
dilakukannya. Vladimir Putin merivisi konsep kebijakan luar negeri Boris Yeltsin
yang pernah disahkan pada tahun 1993. Dalam konsep yang baru disahkan pada
tanggal 28 Juni 2000 Putin semakin menegaskan visi, misi, dan strategi kebijakan
dan politik luar negeri Federasi Rusia. Konsep ini juga menjadi pedoman bagi
formulasi dan tindakan politik luar negeri Rusia dalam sebuah system dunia yang
telah mengalami perubahan.
Perbedaan kebijakan politik luar negeri inilah yang menarik penulis untuk
mengangkat judul “Perbandingan Politik Luar Negeri Rusia Era Boris Yeltsin dan
Vladimir Putin (Studi Kasus : kebijakan ekonomi Rusia)” dimana hal ini termasuk
ke dalam kajian hubungan internasional.
3
B. Latar Belakang Masalah
Federasi Rusia adalah sebuah negara yang membentang dengan luas di
sebelah timur Eropa dan utara Asia. Dengan wilayah seluas 17.075.200 km²,
Rusia adalah negara terbesar di dunia. Wilayahnya kurang lebih dua kali wilayah
Republik Rakyat Cina (Tiongkok; RRT), Kanada atau Amerika Serikat.
Penduduknya menduduki peringkat ketujuh terbanyak di dunia setelah Tiongkok,
India, Amerika Serikat, Indonesia, Brasil, dan Pakistan.1
Negara ini dahulu pernah menjadi negara bagian terbesar Uni Soviet.
Rusia adalah “ahli waris utama Uni Soviet” karena negara ini mewarisi 50%
jumlah penduduk, 2/3 luas wilayah, dan kurang lebih 50% aset-aset ekonomi dan
persenjataannya. Saat ini Rusia berusaha keras untuk meraih status sebagai negara
adidaya lagi. Meskipun Rusia adalah negara penting, tetapi statusnya masih jauh
dibandingkan dengan status Uni Soviet dulu.
Kebijakan luar negeri merupakan strategi atau rencana tindakan yang
dibuat oleh para pembuat keputusan Negara dalam menghadapi Negara lain atau
unit politik internasional lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan
nasional spesifik yang dituangkan dalam terminology kepentingan nasional.2
Kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh pemerintah suatu Negara memang
bertujuan untuk mencapai kepentingan nasional masyarakat yang diperintahnya
1 Wikipedia, “Rusia”, http://id.wikipedia.org/wiki/Rusia, diakses tanggal 4 April 2012
2 Jack C Planoo dan Roy Olton, “Kamus Hubungan Internasional”, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49
4
meskipun kepentingan nasional suatu bangsa pada waktu itu ditentukan oleh siapa
yang berkuasa pada waktu itu.3
Menurut Rosenau, pengertian kebijakan luar negeri yaitu upaya suatu
Negara melalui keseluruhan sikap dan aktifitasnya untuk mengatasi dan
memperoleh keuntungan dari lingkungan eksternalnya.4 Kebijakan luar negeri
menurutnya ditujukan untuk memelihara dan mempertahankan kelangsungan
hidup suatu Negara.5
Boris Yeltsin terpilih sebagai presiden lewat pemilu langsung pertama di
Rusia pada Juni 1991. Lalu pada Oktober 1991, Yeltsin mencanangkan bahwa
Rusia akan menjalankan reformasi ekonomi menuju mekanisme pasar secara
radikal. Di dalamnya termasuk program swastanisasi atas perusahaan-perusahaan
Negara.6 Yeltsin memiliki ambisi untuk mewujudkan “revolusi baru Rusia” oleh
karena itu pada 1992, Yeltsin membawa Rusia memasuki “Sistem Ekonomi
Pasar”. Sistem tersebut ternyata membawa Rusia kepada masalah ekonomi karena
memiliki dasar penswastaan, yaitu menjual asset Negara dengan harga murah. Hal
inilah yang akhirnya melahirkan satu kelompok kapitalis baru yaitu kelompok
oligarki.
3 Mochtar Mas’oed, “Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi”, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49
4 James N. Rosenau, Gavin Boyd dan Kenneth W. Thompson, “World Politics An Introduction”, dalam Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2005, hal 49
5 Ibid, hal. 32
6 Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 2
5
Oligarki (oligarchy) biasanya diartikan sebagai suatu sistem pemerintahan
negara yang pada dasarnya dikuasai oleh sekelompok kecil elit penguasa saja.
Dalam konteks Rusia, istilah oligarki menunjuk para hartawan yang memperoleh
kekayaan setelah runtuhnya komunisme di Rusia. Kekayaan mereka berasal dari
aset-aset negara yang dibeli dengan harga murah pada masa Yeltsin berkuasa,
selanjutnya aset-aset tersebut menjadi hak milik pribadi. Yeltsin memiliki ambisi
untuk mewujudkan “revolusi baru Rusia” oleh karena itu pada 1992, Yeltsin
membawa Rusia memasuki “Sistem Ekonomi Pasar”. Sistem tersebut ternyata
membawa Rusia kepada masalah ekonomi karena memiliki dasar penswastaan,
yaitu menjual asset Negara dengan harga murah. Hal inilah yang akhirnya
melahirkan satu kelompok kapitalis baru yaitu kelompok oligarki.
Dibawah Mikhail Gorbachev dan Boris Yeltsin, Kremlin adalah teman
bagi Barat. Saat itu Kremlin di isi oleh orang-orang yang berpandangan liberal,
internasionalis, dan propasar. Namun, dibwah Gorbachev dan Yeltsin, muncul
kinerja Kremlin yang memperlihatkan kegagalan ekonomi, kegagalan militer, dan
kegagalan dibanyak bidang.7
Vladimir Putin menjabat Presiden Sementara Rusia pada 31
Desember 1999, saat menggantikan Boris Yeltsin dan kemudian terpilih menjadi
presiden pada 7 Mei 2000. Pada 2004, ia terpilih kembali untuk masa jabatan
yang kedua (dan terakhir sesuai dengan Konstitusi yang berlaku sekarang),
kepemimpinannya berakhir pada 2008. Setelah terpilih menjadi presiden, Putin
dengan gaya kepemimpinannya telah mengambil kebijakan luar negeri yang baru
7 Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 52
6
dalam politik dunia. Dengan mengedepankan pada perbaikan ekonomi. Untuk
mengembalikan kebesaran Rusia, sebagaimana pendahulunya Putin menyadari
sektor ekonomilah yang harus diperbaiki lebih dahulu. Salah satunya dengan cara
menasionalisasi seluruh asset Negara, contohnya sektor energi.
Kembalinya sektor energi ke tangan pemerintah membuat AS dan NATO
merasa dirugikan. Mereka menginginkan swastanisasi sektor energi, dengan
melibatkan rakyat. Tetapi Putin menolak untuk melakukan swastanisasi tersebut,
karena hal itu berbenturan dengan misi yang Putin untuk memulihkan keadaan
Rusia menjadi lebih baik.
Putin mengatakan ia memilih system perekonomian pasar, namun harus
disesuaikan dengan kondisi di Rusia. Rusia masih merupakan Negara yang
didasarkan pada system paternalistic yang kuat. Sistem paternalistic merujuk
pada peran Negara yang lebih menonjol ketimbang elemen sipil. Setuju atau tidak
setuju, hal ini sesuai dengan kesimpulan ahli sosial Belanda, Geertz Hofstede,
yang pernah menganalisa dimensi budaya Rusia. Dari analis itu, disimpulkan
bahwa Rusia memiliki indeks “power distance” (jarak kekuasaan) yang relative
tinggi. Negara Barat pada umumnya memiliki indeks “power distance” yang
rendah, di mana elemen demokrasi menjadi sendi utama kenegaraan. Rakyat di
Negara dengan indeks “power distance” yang tinggi, relative bias mennerima
otoritas yang kurang demokratis.8
Politik luar negeri Rusia masa Putin bersifat non-ideologis yang cenderung
pragmatis. Putin lebih mengutamakan kepentingan nasional Rusia. Pada awal 8 Simon Saragih, Bangkitnya Rusia, Jakarta, Kompas, 2008, hal 108
7
pemerintahannya, Putin cenderung lunak terhadap pihak Barat. Sikap pragmatis
Rusia dilakukan untuk mengamankan posisi Rusia yang masih melakukan
perbaikan ekonomi danpolitik dalam konstelasi global, sambil menunggu posisi
Rusia kuat kembali dan mengembalikan status Super Power-nya. Oleh karena itu,
penulis ingin mencoba memaparkan bagaimana kebijakan politik luar negeri
Rusia dibawah kepemimpinan yang berbeda.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa persamaan dan perbedaan
politik luar negeri Rusia pada masa pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir
Putin?
D. Kerangka Pemikiran
Teori adalah konsep – konsep yang saling berhubungan menurut aturan
logika menjadi suatu bentuk pertanyaan tertentu sehingga dapat menjelaskan
fenomena tersebut secara ilmiah.9 Untuk menjawab pertanyaan yang dikemukakan
dalm rumusan masalah diatas, penulis menggunakan teori ‘perbandingan sistem
politik’, dan teori ‘kepentingan nasional’ (National Interest).
1. Perbandingan Sistem Politik
9 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional : Teori Dan Metodologi, Yogyakarta: pusat antar universitas-study social UGM, 1998, hal 161
8
Dalam menganalisa perbandingan biasanya harus dilalui tiga tahap
seperti yang ditunjukkan profesor Almond, yaitu : (1) tahap mencari informasi
tentang sistem politik yang jadi sasaran penelaahan; (2) memilah-milah informasi
ini berdasar klasifikasi tertentu, seperti kelompok kepentingan atau birokrasi, dan
kemudian (3) dengan menganalisa hasil pengklarifikasian itu dapat dilihat
keteraturan (regularities) dan hubungan-hubungan diantara berbagai variabel
dalam masing-masing sistem politik. Selanjutnya menjelaskan tiga konsep yang
dianggapnya paling tepat untuk menganalisa berbagai sistem politik. Konsep-
konsep itu adalah sistem, struktur dan fungsi.10
Sistem diartikan sebagai suatu konsep ekologis yang menunjukkan
adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkungan, yang
mempengaruhi maupun dipengaruhinya. Sistem politik merupakan organisasi
melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan
bersama mereka. Sistem politik melaksanakan perang atau mendorong usaha
perdamaian; memajukan perdagangan internasional atau membatasinya, membuka
diri demi pertukaran gagasan-gagasan atau menutup diri; menarik pajak dari
rakyat secara adil atau tidak adil; mengatur prilaku manusia dengan ketat atau
kurang ketat; mengalokasikan sumber daya untuk bidang pendidikan, kesehatan,
dan kesejahteraan atau tidak; dan sebagainya.
Untuk melakukan berbagai kegiatan ini sistem politik mempunyai
lembaga-lembaga atau struktur-struktur yang menjalankan kegiatan-kegiatan atau
10 Mohtar mas’oed dan Colin MacAndrews, ”Studi Perbandingan Sistem Politik” dalam Perbandingan sistem politik, yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2001, hal 21-32. Seperti yang dikutip dari Gabriel A. Almond, “The Study of Comparative Politics,”dalam Comparative Politics Today (Boston : Little Brown & Company, 1974).
9
fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya memungkinkan sistem politik itu untuk
merumuskan dan melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksaannya.
Apabila kita bisa mengetahui bekerjanya keseluruhan sistem, maka
barulah kita bisa memberi makna pada ciri-ciri struktur itu dan kita dapat
menyatakan bahwa lembaga-lembaga tertentu menjalankan fungsi-fungsi tertentu
dengan konsekuensi-konsekuensi tertentu pula. Fungsi-fungsi itu ada tiga yaitu :
fungsi sosialisasi politik, fungsi rekruitmen politik, dan fungsi komunikasi politik.
Penerapan kebijaksanaan pemerintah (output) mempengaruhi kehidupan ekonomi,
struktur social, dan kebudayaan dari masyarakat domestik. Pengaruh-pengaruh
terhadap masyarakat ini selanjutnya mempengaruhi tuntutan-tuntutan berikutnya
yang diajukan pada sistem politik, dan bisa meningkatkan maupun menurunkan
tingkat kesetiaan politik dikalangan masyarakat itu.
Pada masa transisi Uni Soviet menjadi Rusia, kondisi Rusia sangat
terpuruk. Rusia ingin mengembalikan citra sebagai Negara yang memiliki
“power”. Oleh karena itu Boris Yeltsin gencar melakukan upaya reformasi,
melakukan swastanisasi dengan menjual aset-aset Negara kepada sebuah
kelompok yang bernama oligarkhi. termasuk menghilangkan system komunis
dengan menerapkan system demokrasi di Rusia. Yeltsin membawa Rusia untuk
pro pasar juga mengarahkan politik luar negerinya pada kerjasama dengan Negara
lain, termasuk AS dan Rusia juga tidak terlalu “keras” terhadap Negara bekas Uni
Soviet lainnya. Contoh kerjasama Rusia dan AS, Yeltsin dan Bush bertemu di
Washington untuk membicarakan tentang reduksi senjata nuklir kedua Negara
dibawah jumlah minimum pada perjanjian Strategic Arms Reduction Treaty pada
10
tahun 1991. Tujuannya yaitu untuk mengurangi kepemilikan senjata nuklir kedua
Negara.
Sedangkan ketika Vladimir Putin memegang jabatan sebagai presiden
Rusia, Putin tidak mementingkan demokratisasi Rusia. Putin tetap meneruskan
upaya Yeltsin untuk membangkitkan Rusia namun dengan cara yang berbeda.
Kebijakan politik Putin lebih menitik beratkan kepada sektor perekonomian
Negara. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kembali kehidupan Rusia,
sebagai Negara yang kaya akan sumber daya alam sudah selayaknya kemakmuran
dimiliki oleh Rusia. Putin menasionalisasi kembali aset-aset Negara yang dimiliki
para oligarkhi, juga memberantas para oligarkhi yang merugikan pemerintah
Rusia. Putin berpendapat jika kestabilan ekonomi dapat tercapai, maka hal ini
dapat membantu Rusia untuk kembali mengukuhkan hegemoninya di kawasan
Negara persemakmuran Rusia juga di mata AS.
2. Kepentingan Nasional
Konsep kepentingan nasional adalah konsep yang popular dalam
analisa hubungan internasional, baik untuk mendeskripsikan menjelaskan,
meramalkan maupun menganjurkan perilaku internasional untuk menjelaskan
perilaku luar negeri suatu negara. Analisi sering menggunakan konsep
11
kepentingan nasional sebagai pengukur keberhasilan politik luar negeri yaitu
evaluasi.11
Jack C. Plano dan Roy Olton mendefinisikan kepentingan nasional
sebagai : Kepentingan nasional merupakan tujuan pokok yang paling penting yang
menjadi pedoman para pembuat keputusan disuatu negara dalam membuat
kebijakan politik. Negara akan mengedepankan apa yang paling penting
kebutuhannya secara umum. Termasuk didalamnya hak untuk mempertahankan
diri, kemerdekaan, integritas wilayah, keamanan serta kesejahteraan ekonomi.12
Prioritas kepentingan nasional setiap negara berbeda, tergantung pada
kebutuhan masing-masing negara. Para ahli cenderung untuk menempatkan
masalah survival atau self preservation sebagai prioritas utama serta beranggapan
bahwa tujuan mendasar yang menentukan dan memandu para pembuat keputusan
adalah kepentingan nasional.13
Kepentingan nasional merupakan tujuan nasional yang dijadikan dasar
dan penentu utama yang menjadi pemandu para pembuat kebijakan dalam
menentukan politik luar negeri atau satu negara dengan negara lain serta berbeda-
beda sasaran yang hendak dituju, namun biasanya berkisar pada: (1) self
preservation, yaitu hak untuk mempertahankan diri; (2) Independence, yang
berarti tidak dijajah atau tunduk pada negara lain; (3) military security, berarti
tidak ada gangguan dari kekuatan militer negara lain; (4) territorial integrity atau
kebutuhan wilayah, dan (5) economic well being atau kesejahteraan ekonomi.
11 Dorothy Pickles, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta : Rineka Cipta, 2001, hal. 18.12 Jack C. Plano and Roy Olton, the international Relation dictionary, California: western Michigan University, 1980, hal.9.13 Ibid. hal.7.
12
Pada dasarnya Boris Yeltsin dan Vladimir Putin melakukan politik luar
negerinya dengan mengutamakan kepentingan nasional yang sama yaitu economic
well being atau kesejahteraan ekonomi, akan tetapi baik Yeltsin dan Putin
memiliki cara yang berbeda dalam mewujudkannya.
Yeltsin lebih tergesa-gesa untuk melakukan reformasi dengan
membuka pasar dan swastanisasi yang justru menimbulkan korupsi besar-besaran
dan kebangkrutan pemerintah Rusia karena aset Negara dimiliki kelompok
oligarkhi. Sedangkan Putin lebih menggunakan cara yang tegas, menarik kembali
aset-aset Negara dan memberantas oligarkhi yang berkembang pesat di Rusia.
Jika kestabilan ekonomi tercapai maka akan mempermudah untuk mencapai
kepentingan yang lain, terlebih Rusia kayak akan sumber daya alam dan menjadi
eksportir sumber daya alam terbesar bagi kawasan Eropa.
E. Hipotesa
Hipotesis dari penelitian ini adalah :
1. Persamaan yang dimiliki Boris Yeltsin dan Vladimir Putin adalah sama-
sama ingin mengembalikan citra Rusia sebagai Negara yang memiliki
13
“power”, memperbaiki perekonomian Rusia untuk mensejahterakan
masyarakat, dan memperbaiki hubungan dengan Negara lain.
2. Perbedaannya antara lain :
a. Yeltsin yang pro pasar dan melakukan swastanisasi lebih bersifat
tergesa-gesa dan tidak memiliki perhitungan yang matang sehingga
kebijakan yang dilakukan malah menjadi boomerang dengan adanya
oligarkhi yang merajalela.
b. Putin memegang system perekonomian pasar yang disesuaikan dengan
kondisi Negara Rusia. Lebih tegas terhadap kaum oligarkhi dengan
melakukan nasionalisasi, dan lebih mementingkan kepentingan
nasionalnya dibandingkan dengan hubungan kerjasama dengan Negara
lain.
F. Jangkauan Penelitian
Untuk membatasi penganalisisan skripsi ini, penulis melakukan
pembahasan pada masa Boris Yeltsin sebagai presiden pertama dan pemimpin
masa transisi Rusia pasca runtuhnya Uni Soviet, hingga masa pemerintahan
Vladimir Putin.
G. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
14
1. Untuk membuktikan jawaban dari rumusan masalah dan membuktikan
kebenaran dengan teori seerta data yang relevan.
2. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pulitik luar negeri Rusia
pada masa pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin.
3. Untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat kelulusan dan
memperoleh gelar sarjana S1 jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
H. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam proses skripsi ini adalah metode deskripsi
analitik, dengan mengumpulkan data dan fakta, kemudian berdasarkan kerangka
teori disusun secara sistematis sehingga dapat memperlihatkan korelasi antara
fakta yang satu dengan yang lainnya. Metode ini ditunjang library research yang
menggunakan sumber data literatur, artikel-artikel, jurnal, situs internet, surat
kabar, dan majalah-majalah.
I. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
Merupakan pendahuluan yang di dalamnya diuraikan mengenai: alasan
pemilihan judul, latar belakang masalah, perumusan masalah, landasan teori,
15
hipotesa, jangkauan penelitian, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan
sistematika penelitian.
BAB II . Gambaran Umum Rusia
Pada bab ini akan terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: Sejarah
Berdirinya Rusia, Kondisi Rusia di Masa Uni Soviet, Pemerintahan dan
Perpolitikan di Rusia, Perekonomian Rusia, Pertahanan Keamanan Rusia.
BAB III. Masa Pemerintahan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin
Pada bab ini akan membahas tentang politik luar negeri Rusia pada masa
pemerintahan Boris Yeltsin, meliputi : Rusia, latar belakang kehidupan Boris
Yeltsin, Pembaharuan yang dilakukan, kerjasama yang dijalin dengan Negara
lain, akibat-akibat dari pembaharuan tersebut. Selanjutnya akan dibahas
mengenai politik lluar negeri pada masa pemerintahan Vladimir Putin,
meliputi : kondisi Rusia setelah masa pemerintahan Boris Yeltsin, latar
belakang kehidupan Vladimir Putin, pembaharuan yang dilakukan, upaya
Putin mmambangkitkan Rusia, kerjasama yang dilakukan dengan Negara lain,
akibat-akibaat dari pembaharuan tersebut.
BAB IV. Persamaan dan Perbedaan Pulitik Luar Negeri Rusia pada Masa
Boris Yeltsin dan Vladimir Putin
Pada Bab IV ini akan dibahas mengenai persamaan dan perbedaan politik
luar negeri Rusia dibawah pimpinan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin.
BAB V. Kesimpulan
16
Pada BAB V ini akan membahas tentang kesimpulan dari penelitian ini.
17