Teori Pembelajaran Kognitif
-
Upload
mardiana-sumbung -
Category
Documents
-
view
37 -
download
14
description
Transcript of Teori Pembelajaran Kognitif
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikologi Kognitif merupakan cabang psikologi yang mempelajari
proses mental termasuk bagaimana orang berpikir, merasakan, mengingat, dan
belajar. Sebagai bagian bidang ilmu kognitif yang lebih besar, cabang
psikologi ini berhubungan dengan disiplin ilmu lain, termasuk saraf, filsafat
dan linguistik. Salah satu teori yang paling berpengaruh dari aliran pemikiran
ini adalah tahap-tahap perkembangan kognitif, teori yang diusulkan oleh Jean
Piaget.
Bidang psikologi sangat luas, tetapi umumnya dimulai dengan melihat
bagaimana masukan sensori berubah menjadi keyakinan dan tidakan melalui
proses kognisi. Psikologi kognitif memiliki reputasi untuk menjadi sedikit
lebih ilmiah dibandingkan dengan bidang psikologi lainnya. Aliran psikologi
ini menempatkan penekanan besar pada eksperimentasi dan verifikasi, serta
metode ilmiah pada umumnya. Psikologi kognitif berbeda dengan psikologi
popular, secara eksplisit menolak bukti anecdotal intorspektif sebagai dasar
yang valid untuk teori-teori psikologis.
Istilah psikologi kognitif diciptakan oleh Ulric Neisser 1967 dalam
sebuah bukunya yang berjudul Cognitive Psychology. Psikologi kognitif
mengakui otak menjalankan fungsi utama, yaitu berpikir, otak adalah sistem
fisik murni yang bekerja (meskipun kompleks) dalam batas-batas hokum alam
dan kekuatan sebab akibat. Pandangan fungsionalime kausal atau
fungsionalisme. (Danim, 2011)
Psikologi kognitif berfokus pada menggali atau “spesifikasi” dari otak
manusia. Otak bisa menampung sebanyak apapun item yang ingin dimasukkan
kedalam memori secara simultan, kemampuan membedakan hasil
penginderaan, menghasilkan kesimpulan yang lebih tinggi, serta kekuatan dan
kelemahan dalam menilai probabilitas dalam situasi sehari-hari,
mempresentasikan pengetahuan dalam pikiran dan otak manusia, membentuk
1
kategori konseptual, dan lain-lain. Psikologi kognitif merupakan bagian besar
dari lapangan ilmu kognitif secara interdispliner. Didalamnya juga meliputi
ilmu saraf, kecerdasan buatan, ilmu computer, biologi dan disiplin ilmu
lainnya. Ilmu kognitif dan psikologi kognitif, keduanya adalah pendatang
yang relatif baru didalam dunia ilmu pengetahuan. Yaitu muncul di tahun
1960-an dan 1970-an, ketika banyak publikasi diterbitkan dan berkembang
sampai sekarang. (Danim, 2011).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan diatas, dapat dirumuskan suatu masalah :
Bagaimana teori aliran psikologi kognitif berdasarkan tokoh, pandangan
terhadap manusia, teori tentang dinamika perilaku manusia dan implikasi
psikologi kognitif dalam pendidikan?
C. Tujuan
Untuk mengetahui teori aliran psikologi kognitif berdasarkan tokoh,
pandangan terhadap manusia, teori tentang dinamika perilaku manusia dan
implikasi psikologi kognitif dalam pendidikan?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tokoh Aliran Psikologi Kognitif
1. Jean Piaget (1896-1980)
Teori perkembangan kognitif dirumuskan oleh Jean Piaget (1896-
1980). Dalam mengembangkan teorinya, Piaget tidak didasarkan pada latar
belakang pendidikannya seperti para tokoh psikologi lainnya. Latar
belakang keahliannya adalah sebagai seorang ahli Biologi. Maka, dalam
kesehariannya sebagai seorang ahli biologi ia bergelut dengan bidang
penelitian biologi, dan salah satu perhatiannya adalah kehidupan kerang
(molluska). Beranjak dari pengamatannya terhadap dinamika kehidupan
kerang, terbesit dalam pikirannya bahwa makna penting dalam kehidupan
komunitas kerang, yaitu kemampuan berinteraksi dengan lingkungan
kehidupannya : kerang memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara
konsisten dengan lingkungan kehidupannya yang senantiasa berubah. Dari
awal pengamatannya tersebut, Piaget berkeyakinan bahwa aktivitas
biologis selain merupakan aktivitas untuk beradaptasi terhadap lingkungan
fisik juga sekaligus untuk mengorganisasikan lingkungan, atau disebut
adaptation and organization.
Piaget meyakini bahwa jiwa dan tubuh adalah suatu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan, dan aktivitas mental berada dalam suatu
keteraturan hukum biologis. Atas dasar pemikiran tersebut Piaget
merumuskan bahwa perkembangan intelektual berjalan beriringan dengan
perkembangan biologis: aktivitas kognitif merajuk pada aktivitas dalam
upaya beradaptasi dan mengorganisasikan lingkungan. Maka, konsep
perkembangan biologis secara sahih dapat dijadikan acuan untuk
mengamati perkembangan intelektual. Prinsip dasar perkembangan
kognitif sama halnya dengan perkembangan biologis, sehingga adaptation
and organization adalah suatu proses yang berlangsung secara utuh dan
tidak dapat dipisahkan.
3
Piaget menegaskan bahwa aktivitas intelektual tidak dapat
dipisahkan dari fungsi organism secara utuh. Fungsi dan aktivasi adalah
bentuk khusus dari aktivitas biologis. Ativitad intelektual dan biologis
adalah dua bagian yang tidak terpisahkan, dan merupakan proses dimana
organism menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mengorganisasikan
pangalaman.
Dalam upaya memahami proses kognitif dalam beradaptasi dan
mengorgansasikan lingkungan, Piaget mengetengahkan empat konsep
dasar yang menjadi acuan proses terjadinya perkembangan mental.
Keempat konsep dasar tersebut adalah schemata, assimilation,
accomdation, dan equilibration. (Surna, 2014).
Schemata merupakan konsep atau kategori. Piaget menggunakan
kata schema. Schemata adalah bentuk jamak dari kata shema, yang
melukiskan struktur mental dalam konteks biologi yang berfungsi
menyesuaikan diri. Demikian pula halnya dengan perut yang merupkan
struktur biologis, dimana binatang menggunakannya dengan berhasil untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya. Dalam kasus ini sama
halnya dengan schemata, yaitu struktur yang mampu beradaptasi dan
berubah sesuai dengan perkembangan mental.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke
dalam pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah
terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Seorang
anak 7 tahun dihadapkan dengan palu dan paku untuk memasang gambar
di dinding. Ia mengetahui dari pengamatan bahwa palu adalah obyek yang
harus dipegang dan diayunkan untuk memukul paku. Dengan mengenal
kedua benda ini, ia menyesuaikan pemikirannya dengan pemikiran yang
sudah ada (asimilasi). Akan tetapi karena palu terlalu berat dan ia
mengayunkannya dengan keras maka paku tersebut bengkok, sehingga ia
kemudian mengatur tekanan pukulannya. Penyesuaian kemampuan untuk
sedikit mengubah konsep disebut akomodasi. Kedua aktivitas tersebut
berdampak pada perubahan atau perkembangan struktur kognitif, dalam
4
hal ini adalah schemata. Setelah terjadi accommodation dan stimulus
mendapat tempat dalam schemata yang telah ada berdasarkan selesksi
seperti dijelaskan diatas, anak akan senantiasa mencoba mengasimilasi
stimulus kedalam schemata. Jika struktur telah berubah, maka stimulus
telah siap diasimiliasikan kedalam schemata.
Proses assimilation dan accommodation mendasari pertumbuhan dan
perkembangan kognitif. Hal ini sama maknanya dengan sejumlah bentuk
assimilation dan accommodation yang menjadi bagian dalam struktur
kognitif. Proses assimilation dan accomodation selayaknya berlangsung
parallel agar terjadi keseimbangan, dan inilah yang disebut equilibrium.
Disequilibrium adalah ketidak seimbangan antara assimilation dengan
accommodation. Equilibrium adalah suatu proses yang bergerak dari
kondisi disequilibrium ke equilibrium. Proses ini adalah proses pengaturan
diri yang berkenan dengan berlangsungnya assimilation dan
accommodation. Equilibrium berkenan dengan pengalaman eksternal yang
masuk kedalam struktur internal, dalam hal ini schemata. Jika terjadi
disequilibrium, sebetulnya hal ini merupakan motivasi bagi anak untuk
berupaya menuju equilibrium, yang selanjutnya secara terus menerus
terjadi proses assimilation dan accommodation. Equilibrium adalah suatu
kondisi kondisi yang penting dan betul-betul dibutuhkan dalam upaya
mengembangkan struktur kognitif. (Surna. 2014)
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui
empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan
usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Berikut adalah penjelasan
lebih lanjut:
a. Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir
hingga usia 2 tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini,
perkembangan mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam
kemampuan bayi untuk mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
sensasi (seperti melihat dan mendengar) melalui gerakan-gerakan dan
tindakan-tindakan fisik.
5
b. Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia
2 hingga 7 tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak
mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai
muncul pemikiran egosentrisme, animisme, dan intuitif. Egosentrisme
adalah suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif
seseorang dengan perspektif orang lain dengan kata lain anak melihat
sesuatu hanya dari sisi dirinya. Animisme adalah keyakinan bahwa
obyek yang tidak bergerak memiliki kualiatas semacam kehidupan dan
dapat bertindak. Seperti sorang anak yang mengatakan, “Pohon itu
bergoyang-goyang mendorong daunnya dan daunnya jatuh.”
Sedangkan Intuitif adalah anak-anak mulai menggunakan penalaran
primitif dan ingin mengetahui jawaban atas semua bentuk pertanyaan.
Mereka mengatakan mengetahui sesuatu tetapi mengetahuinya tanpa
menggunakan pemikiran rasional.
c. Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang
berlangsung dari usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga
piaget. Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis
menggantikan pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke
dalam contoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
d. Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat
pada usia 11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir
dari piaget. Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata,
pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih
logis. Sebagai pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan
gambaran keadaan yang ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah
orangtua yang ideal dan membandingkan orangtua mereka dengan
standar ideal yang mereka miliki. Mereka mulai mempersiapkan
kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan terkagum-kagum
terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap
berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak
6
bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu
karena tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang
bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap
praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur
bukanlah patokan utama.
2. Vygotsky
Menurut Vygotsky, terdapat dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif manusia yaitu, interaksi social dan bahasa. Teori
perkembangan yang dirumuskan Vygotsky adalah Sociocultal theory of
development. Terdapat tiga faktor penting yang memberi dampak terhadap
perkembangan kognitif-interaksi social, bahasa, dan budaya –yang saling
berkaitan :
a. Interaksi sosial
Peran interaksi sosial terhadap perkembangan dalam rumusan
Vygotsky ternyata berbeda dengan Piaget, dimana Piaget lebih
menekankan peran proses asimilasi dan akomodasi yang dibangun
sendiri oleh individu. Vygotsky ternyata lebih menekankan faktor
interaksi sosial, yang diperoleh individu melalui interaksi dengan
lingkungan sosialnya. Lingkungan yang dimaksudkan meliputi teman
sebaya, orang tua, saudara kandung, orang-orang dewasa, teman dalam
lingkungan kelas sekolah, guru, dan orang-orang yang berarti bagi
individu dalam upaya mengembangkan kemampuan kognitifnya.
Vygotsky meyakini bahwa anak-anak belajar sambil bekerja. Ia
memaknai aktivitas bersama orang banyak, yang memberi arti bagi
perkembangan pengetahuan baru yang diperoleh anak melalui interaksi
dengan lingkungan masyarakat, yang kemudian terjadi perubahan dan
perkembangan yang berarti bagi pembentukan struktur kognitifnya.
b. Bahasa
Dalam membahas mengenai peran bahasa terhadap perkembangan
kognitif, Vygotsky merumuskan bahwa bahasa memiliki peran sentral
dalam perkembangan, yaitu :
7
i. Melalui interaksi sosial, kemampuan berbahasa memberi
kemampuan bagi anak untuk memahami pengetahuan yang
dimiliki orang lain.
ii. Bahasa menjadi sarana bagi anak untuk meningkatkan kualitas
berpikir yang memberi kontribusi bagi pemecahan masalah dan
menganalisis tentang esensi dunia nyata yang di hadapi anak.
iii. Bahasa menjadi dasar bagi individu melaksanakan tugas secara
fungsional, serta memberi kemampuan untuk mengelola dan
mereflesksikan kemampuan berpikir, sesuai dengan pengalaman
hidup dan juga pengetahuan yang sudah ada dalam struktur kognisi
individu.
c. Budaya
Peran budaya terhadap perkembangan kognitif merupakan konsep
dasar ketiga yang diketengahkan oleh Vygotsky. Bahasa yang
digunakan oleh komunitas etnis dalam budayanya memberi acuan
dasar bagi individu untuk memahami esensi lingkungan kehidupannya.
Serta merujuk juga pada dasar-dasar berpikir dan berperilaku sesuai
dengan budayanya.
Secara empiris, budaya sebenarnya memberi makna ketentuan
terhadap perkembangan kognitif. Matsutomo dan Juang (2008)
mengungkapkan bahwa keterkaitan budaya dan kognisi adalah sebuah
fakta yang tidak dapat dipisahkan, bahkan budaya itu sendiri melekat
dalam esensinya sebagai kognisi. Dalam perspektif psikologi, budaya
secara umum dipandang sebagai sebuah fakta yang merupakan
representasi mental mengenai esensi kehidupan di dalam budaya itu.
3. Jarome S. Bruner (1915- )
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif
manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan
kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan,
terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga, perkembangan
8
bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan kognitif (Hilgard
dan Bower, 1981).
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu
sampai anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan
pelajaran harus ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan
kata lain, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan
jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai
dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat
diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi, tetapi
disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka, artinya
menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik
menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan
melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free
Discovery Learning). Dengan kata lain, belajar dengan menemukan.
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:
a. Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan
dengan observasi, pengalaman terhadap suatu realita.
b. Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan
visualaisasi verbal.
c. Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.
Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):
a. Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa
untuk menemukan jawabannya.
b. Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri
dan mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi
informasi.
9
4. David Ausebel (1918- )
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan
pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi
bermakna/ meaning full learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-
tahap:
a. Memperhatikan stimulus yang diberikan.
b. Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi
yang sudah dipahami.
Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan
tepat kepada siswa (Advanced Organizer), dengan demikian akan
mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer
adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran
yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga
manfaat yaitu :
a. Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan
dipelajari.
b. Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang
dipelajari dan yang akan dipelajari.
c. Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat
baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat
abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru
juga harus memiliki logika berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah
materi pembelajaran, merumuskannya dalam rumusan yang singkat, serta
mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang logis dan mudah
dipahami.
5. Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan
informasi dalam otak manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses
10
penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan
keluaran dalam bentuk hasil belajar.
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori
pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut
teori ini belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam
otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan
mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol
informasi yang diterimanya dan kemudian di teruskan.
b. Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat
pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan
mengadakan seleksi sehingga terbentuk suatu kebulatan perceptual.
Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam memori jangka
pendek dan sebagian hilang dalam system.
c. Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil
pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu
disimpan untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek
dikenal juga dengan informasi memori kerja, kapasitasnya sangat
terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam memori
ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya
diteruskan ke memori jangka panjang.
d. Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil
pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi yang
disimpan dalam jangka panjang, bertahan lama, dan siap untuk dipakai
kapan saja.
e. Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang
tersimpan dalam memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi
reaksi jawaban.
11
B. Pandangan Aliran Psikologi Kognitif Terhadap Manusia
Aliran psikologi kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens).
Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir. Manusia
berusaha memahami lingkungan yang di hadapinya dan merespons dengan
pikiran yang di milikinya. Psikologi kognitif juga mempelajari bagaimana
arus informasi yang di tangkap oleh indra di proses dalam jiwa seseorang
sebelum diendapkan dalam kesadaran atau di wujudkan dalam bentuk tingkah
laku. Reaksi terhadap rangsangan tidak selalu keluar berupa tingkah laku
nyata, akan tetapi juga bisa mengendap berupa ingatan, atau di proses menjadi
gejolak perasaan, seperti rasa gelisah, atau kecewa dan lain sebagainya, atau
bisa juga di proses menjadi sikap, seperti suka dan tidak suka. Karenanya
dalam pandangan psikologi ini, manusia layaknya sebuah komputer, dimana ia
menangkap informasi, mengelolah, menyimpan, atau mengeluarkannya dalam
bentuk perilaku.
Di mana konsepsi manusia sebagai pengelolah informasi (the person as
information processor ) adalah perilaku manusia yang di pandang sebagai
produk strategi pengolahan informasi yang rasional yang mengarah pada
penyediaan, penyimpanan dan pemanggilan informasi yang di gunakannya
untuk memecahkan persoalan. Dalam konsep ini manusia menjadi orang yang
sadar dalam memecahkan persoalan. Karena itu manusia menurut teori
kognitif di sebut sebagaimana di atas yakni “homo sapiens” yaitu manusia
yang berpikir.
Walaupun manusia tidaklah serasional sebagaimana di jelaskan di atas,
karena kadang kala penilaian orang didasarkan pada informasi yang tidak
lengkap dan kurang rasional, karena manusia menggunakan prinsip – priinsip
umum dalam mengambil keputusan. Walaupun psikologi kognitif sering di
kritik karena konsep – konsepnya yang sulit di uji, namun psikologi kognitif
telah berusaha memasukkan kembali “ jiwa manusia” yang sudah di cabut
behaviorisme, yang kontradiktif dengan psikoanalisis yang memandang bahwa
12
manusia sangat di pengaruhi oleh insting dan dorongan nafsu rendah.dan
menolak konsepsi ketidaksadaran dan kesadaran yang menjadi inti dari
psikoanalisis, namun lebih memandang aspek stimuli lingkungan yang bisa
membentuk prilaku manusia
C. Dinamika Prilaku Manusia
Dinamika perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki
oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan,
persuasi, dan genetika. Menurut perspektif kognitif lebih menekankan bahwa
tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam
menangkap, menilai, membandingkan dan menanggapi stimulus sebelum
melakukan reaksi. Pada dasarnya individu mempunyai keinginan untuk
memenuhi kebutuhan dan dalam memenuhi kebutuhannya individu
memerlukan perilaku-perilaku yang dinamis. Untuk mendapatkan perilaku
yang dinamis, individu perlu menyesuaikan dan menggunakan segala aspek
yang ada dalam dirinya. Apabila semua aspek dalam diri individu dapat
berjalan dinamis, individu tidak hanya dapat memenuhi kebutuhannya tetapi
juga dapat mengembangkan diri ke arah pengembangan pribadi.
Pengembangan pribadi yang dimaksud adalah individu dapat menguasai
kemampuan-kemampuan social secara umum seperti keterampilan komunikasi
yang efektif, sikap tenggang rasa, memberi dan menerima toleran,
mementingkan musyawarah untuk mencapai mufakat seiring dengan sikap
demokratis, memiliki rasa tanggung jawab sosial seiiring dengan kemandirian
yang kuat dan lain sebagainya.
Dalam Pendidikan pun dinamika perilaku perlu diterapkan agar kegiatan
bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis dan
tujuan yang diingkan tercapai.
D. Implikasi Teori Kognitif dalam Pembelajaran
Implementasi perkembangan kognitif ini dapat memberikan acuan dalam
merancang program pembelajaran yang terintegrasi dengan tingkat pendidikan
sesuai dengan usia anak, materi pembelajaran, kedalaman materi pembelajaran
13
dan kompetensi yang diharapkan. Kemampuan kognitif anak seharusnya
berkembang sesuai dengan potensi anak.
1. Teori Piaget
a. Pemahaman Konsep
Teori Piaget dapat diimplementasikan untuk mengembangkan kemampuan
pemahaman konsep pada berbagai jenjang pendidikan,
b. Perkembangan Penalaran
Teori Piaget juga dapat di implementasikan pada penggunaan proses
interaksi, dalam upaya memahami tingkat perkembangan dan mendorong
proses penalaran siswa ke tingkat yang lebih tinggi drai pada berbagai
jenjang pendidikan.
c. Kemampuan Berpikir
Implementasi teori Pieget juga dapat dilakukan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir siswa, malalui latihan menganalisis objek tertentu
pada berbagai jenjang pendidikan.
2. Teori Vygotsky
a. Perancangan program pembelajaran
Teori Vygotsky dapat mengimplementasikan dalam pemanfaatan
aktivitas yang bermakna dan tugas otentik untuk dijadikan dasar dalam
upaya merancang program pembelajaran.
b. Perkembangan Kognitif
Dalam upaya membantu perkembangan kognitif siswa di berbagai
jenjang pendidikan, implementasi dapat dilakukan melalui pengunaan
media.
c. Meningkatkan Kualitas Interaksi Siswa
Implementasi teori Vygotsky dapat dilakukan membuat prosedur
pengayaan tugas yang teratur, yang akan mendorong siswa
memningkatkan kualitas interaksinya.
3. Jarome S. Bruner (1915)
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah
menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu
14
masalah; anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya
dengan model mental yang telah dimilikinya; dan dengan pengalamannya
anak akan mencoba menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali
struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai keseimbangan di
dalam benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi dasar
dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif,
yang kemudian mengalami tahap belajar sebagai perubahan persepsi dan
pemahaman dari apa yang aia temukan.
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dsb) melalui
contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi
sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan cara
menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk
mencari contoh-contoh khusus dan konkrit .
4. Teori Ausubel
Untuk menerapkan teori Ausubel dalam mengajar, ada beberapa
prinsip-prinsip dan konsep-konsep yang perlu kita perhatikan, yaitu :
a. Pengatur awal
Pengatur awal mengarahkan para siswa ke materi yang akan mereka
pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi
yang berhubungan yang dapat digunakan untuk membantu
menanamkan pengetahuan baru. Suatu pengatur awal dapat dianggap
sebagai pertolongan mental dan disajikan sebelum materi baru.
b. Diferensiasi Progresif
Selama belajar bermakna berlangsung, perlu terjadi pengembangan
dan elaborasi konsep. Pengembangan konsep berlangsung paling
baik,bila unsur-unsur yang paling umum diperkenalkan terlebih dulu,
baru kemudian hal-hal yang lebih khusus dan detail dari konsep
tersebut.
15
c. Belajar Superordinat
Belajar superordinat terjadi, bila konsep-konsep yang telah dipelajari
sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih
luas, lebih inklusif.
d. Penyesuaian integratif
Dalam mengajar, bukan hanya urutan menurut diferensiasi progresif
yang diperhatikan, melainkan juga harus diperlihatkan bagaimana
konsep-konsep baru dihubungkan pada konsep-konsep superordinat.
Kita harus memperlihatkan secara eksplisit bagaimana arti-arti baru
dihubungkan dan dipertentangkan dengan arti-arti sebelumnya yang
lebih sempit dan bagaimana konsep-konsep yang tingkatnya lebih
tinggi sekarang mengambil arti baru.
5. Teori Gagne
Dalam pembelajaran menurut Gagne peranan guru lebih banyak
membimbing peserta didik, guru dominan sekali peranannya dalam
membimbing peserta didik. Di dalam mengajar memberikan serentetan
kegiatan dengan urutan sebagai berikut :
a. Membangkitkan dan memelihara perhatian
b. Merangsang siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan
keterampilan yang relevan sebagai prasyarat
c. Menyajikan situasi atau pelajaran baru
d. Memberikan bimbingan belajar
e. Memberikan Feedback atau balikan
f. Menilai hasil belajar.
g. Mengupayakan transfer belajar.
h. Memantapkan apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan
untuk menerapkan apa yang telah dipelajari.
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jean Piaget (1896-1980) pakar psikologi dari Swiss, mengatakan bahwa
anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Jean
Piaget tentang perkembangan kognitif memberikan batasan kembali tentang
kecerdasan, pengetahuan dan hubungan anak dengan lingkungannya.
Lev Vygotsky (1896-1934) berpendapat bahwa perkembangan kognitif
dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang
hampa. Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak
menjelajahi dunianya sendiri dan membentuk gambaran realitas batinnya
sendiri. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental
seperti ingatan, perhatian, dan penalaran melibatkan pembelajaran
menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem matematika,
dan alat-alat ingatan.
Aliran psikologi kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang aktif
mengorganisasikan dan mengolah stimuli yang diterimanya (homo sapiens).
Dimana psikologi kognitif juga menempatkan manusia sebagai makhluk yang
bereaksi secara aktif terhadap lingkungannya dengan cara berfikir.
Implementasi perkembangan kognitif ini dapat memberikan acuan dalam
merancang program pembelajaran yang terintegrasi dengan tingkat pendidikan
sesuai dengan usia anak, materi pembelajaran, kedalaman materi pembelajaran
dan kompetensi yang diharapkan. Kemampuan kognitif anak seharusnya
berkembang sesuai dengan potensi anak.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas kami memberikan beberapa saran yaitu bagi guru ,
supaya dapat mengefektifkan cara belajar siswa yang aktif, menunjang prestasi
siswa , dan mengembangkan ranah kognitif, bagi pembaca,makalah ini belum
sempurna sebagaimana yang diperlukan maka kami sangat mengharapkan
kritik, saran, ide demi memperbaiki makalah berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Danim. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung : Alfabet
Efendi, Juniska. 2015. Psikologi Pendidika tentang Aliran-Aliran. http://juniskaefendi.blogspot.co.id/2015/04/psikologi-pendidikan-tentang-aliran.html. Diakses pada tanggal 20 September 2015.
Halman, Sri Utami. 2014. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky dan Piaget. http://utamitamii.blogspot.co.id/2012/04/teori-perkembangan-kognitif-vygotsky.html. Diakses pada tanggal 20 September 2015.
Roihah. 2009. Implikasi Teori Jean Piaget Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Pada Anak Usia Sekolah 7-12 Tahun. Skripsi. Jogjakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Surna nyoman. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Erlangga
Sumanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
18