Teori Madeline Leininger

download Teori Madeline Leininger

of 15

description

yuhuu

Transcript of Teori Madeline Leininger

Teori Madeline Leininger

Teori Madeline Leininger

1. Model Keperawatan Pada tahun 1970-an dan awal 1980-an, Mendeline Leininger membuat model konseptual tentang pemberian asuhan transkultural. Konsepnya : Sunrise Model dipublikasikan diberbagai buku dan artikel jurnal dan menarik banyak perhatian dari berbagai penjuru dunia

Hal ini menghasilkan dikembangkannya konsep kerangka kerja pemberian asuhan transkultural, yang mengakui adanya perbedaaan (diversitas), dan persamaan (universalitas) dalam pemberian asuhan di budaya yang berbeda.

Konsep Inti Teori Madeline Leininger Asuhan

Budaya

Asuhan Transkultural

Diversitas asuhan kultural

Universal Asuhan Kultural

Case Study

Nama : Mona Sinaga

Kerja : Bapelkes (Badan Pelatihan Kesehatan)

Nama Suami : JonathanSimanjuntak

Mereka tinggal dirumah orang tua laki-laki.

Ekonomi mapan ( lebih dari cukup )

Pendidikan : D IV bidan

Suku : Batak

Agama : Kristen

Melahirkan : Kamis, 22 Maret 2007

Tempat : Rumah sakit Vinaestetika : 2 hari.

Selama hamil, ibu Mona rajin berenang, suka makan buah dan rutin memeriksakan kehamilannya ke dokter kandungan.

Dan diprediksi melalui USG anaknya perempuan tetapi masih ada harapan yang besar bagi mereka, bahwa nantinya anak mereka lahir laki-laki. Hal ini disebabkan karena suaminya adalah anak tunggal dan diharapkan sebagai ahli waris nantinya.

Melahirkan dengan cara Caesar, karena panggulnya merata. Sebelumnya dokter bilang bahwa dia harus dioperasi, dia menolak karena dia ingin melahirkan anaknya secara normal. Dokterpun menurutinya, setelah beberapa jam ia mengedan kuat-kuat dan berteriak, tidak berhasil juga.

Akhirnya dia mau caesar, akan tetapi rasa cemas dan takut terus menghantuinya. Disamping rasa takut tersebut ada juga rasa malu karena bagian perutnya hitam-hitam padahal ia adalah seorang bidan.

Setelah operasi selesai, keluarganya datang, tapi mereka kurang puas karena mereka tidak dapat langsung menggendong sibayi dan suster/ perawatnya kurang memperhatikan bayinya. Lebih dikesalkannya siibu tidak bisa menyusui anaknya karena air susunya tidak bisa keluar.

Pengkajian1. Faktor Sosial dan Kekeluargaan ( social and kinship factor ) Nyonya Mona sinaga, usia 26 tahun, wanita, status menikah, kehamilan pertama, tinggal bersama orang mertua (orang tua suami), hubungan dengan orang tua/ mertua erat, penggambilan keputusan secara musyawarah.

2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup Agama Kristen protestan, intensitas ibadah selama hamil meningkat. Ibu mona menginginkan anak pertamanya laki-laki karena merupakan penerus marga dalam keluarganya (suku batak) ditambah lagi karena suaminya adalah anak tunggal walaupun berdasarkan hasil USG diprediksi anak mereka perempuan.

3. Faktor Teknologi Selama hamil ibu mona rutin dalam memeriksakan kandungannya setiap bulan, selama kehamilan, klien pernah USG dan hasil dari USG diprediksikan ibu mona akan melahirkan bayi perempuan. Pada saat melahirkan, ibu mona dioperasi.

4. Faktor Pendidikan Pendidikan ibu mona adalah D IV bidan, dan suaminya adalah sarjana Ekonomi. Pekerjaan ibu mona dan suami adalah sebagai PNS. Pengetahuan ibu mona mengenai persalinan cukup luas karena profesi beliau adalah bidan.

5. Faktor Ekonomi (Economical Factor) Klien seorang PNS, biaya persalinan tidak jadi masalah (ditangguna bersama), jumlah anak yang ditanggung tidak ada, selama kehamilan klien dan suami telah mempersiapkan biaya untuk keperluan selama hamiln dan biaya persalinan dengan cara menabung.

6. Faktor Nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Dalam keluarga menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia,Ibu mona selalu membersihkan diri dan merawat kulitnya dengan lotion. Makan dengan porsi yang besar dan selama kehamilan ibu mona tidak membatasi diet makanannya. Beliau rajin berenang, rajin makan buah (memperhatikan gizi).

7. Faktor Kebijakan dan Peraturan Rumah Sakit Vina Estetika

Waktu melahirkan ibu dibolehkan ditunggui oleh suami, tetapi tidak diizinkan bagi keluarga keruang operasi. Saat bayi sudah lahir, keluarga tidak langsung diizinkan mengendong bayi karena bayi dimasukan keruang bayi untuk mendapatkan perawatan.

Diagnosa Keperawatan Ketidak patuhan klien terhadap prosedur pengobatan yakni proses persalinan. Klien menolak caesar dengan tegas karena klien yang berprofesi sebagai bidan merasa mampu menjalani persalinan secara normal.

Gangguan komunikasi verbal berdasarkan perbedaan kultur tidak ada.

Tidak ada rasa tabu/ malu dari klien ketika yang membantu persalinan dokter laki-laki.

Klien tidak percaya hasil USG, karena latar belakang kulturalnya sebagai suku batak yang sangat menginginkan anak laki-laki.

Respon klien yang dilatar belakangi budayanya yakni adanya rasa malu ketika perutnya dibuka.

Perencanaan dan Implementasi Keperawatan

Cultural Care Preserventation/ Maintenance Memelihara komunikasi yang sedang terjalin dengan baik (tanpa ada masalah karena budaya) antara klien dengan perawat maupun klien dengan dokter atau klien dengan tenaga kesehatan lain.

Cultural Care Accomodation/ Negotiation Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat interaksi dengan klien, mencoba memahami kebudayaan klien sepanjang tidak memperburuk proses intra natal klien.

Keluarga klien diketahui ingin melihat bayi dengan segera setelah persalinan, maka perawat memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa bayi yang lahir caesar membutuhkan perawatan terlebih dahulu sehingga tidak dapat langsung digendong oleh keluarga klien.

Cultural Care Repartening / Reconstruction Memberikan informasi mengenai kondisi klien yang tidak dapat menjalani persalinan secara normal dan harus caesar.

Melibatkan keluarga untuk turut serta memberikan pengertian kepada klien bahwa bayi yang akan lahir dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan sama saja.

Evaluasi Ketidakpuasan klien terhadap pelayanan dari rumah sakit tersebut, karena : klien tidak bisa bertemu langsung dengan bayinya, dan kurangnya pelayanan keperawatan bayi karena bayi kurang diperhatikan.

Perawat kurang memperhatikan kebutuhan klien seperti cuek, tidak peduli dengan klien.

Kesimpulan Teori Leininger sangat diperlukan dan membantu dalam praktek keperawatan, serta mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, perawat perlu memahami norma-norma, dan cara hidup budaya dari klien sehingga klien dapat mempertahankan kesejahteraannya, memperbaiki cara hidupnya atau kondisinya.

Pemberian informasi mengenai penyakit dan prosedur pengobatan kepada klien/ keluarga klien akan membantu kelancaran pengobatan.

dilihat dari kasus, dapat disimpulkan bahwa tim medis khususnya perawat yang ada di rumah sakit tersebut kurang dapat menerapkan konsep teori Leininger dalam pemberian asuhan keperawatan.

Saran

Hendaknya ada pemberian informasi yang jelas dari perawat kepada klien, sehingga tidak ada suatu penolakan dari klien dalam pengobatannya.

Walaupun klien termasuk orang yang berpendidikan dalam medis, hendaknya klien menerima anjuran yang diberikan dokter yang menanganinya.

Seharusnya perawat lebih memperhatikan kebutuhan klien.

APLIKASI TEORI TRANSCULTURAL NURSINGDALAM PROSES KEPERAWATANRahayu Iskandar, Ners, M.KepPENDAHULUAN

Tuntutan kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan pada abad ke-21,termasuk tuntutan terhadap asuhan keperawatan yang berkualitas akan semakinbesar. Dengan adanya globalisasi, dimana perpindahan penduduk antar negara(imigrasi) dimungkinkan, menyebabkan adaya pergeseran terhadap tuntutanasuhan keperawatan.

Keperawatan sebagai profesi memiliki landasan body of knowledge yang kuat,yang dapat dikembangkan serta dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan.Perkembangan teori keperawatan terbagi menjadi 4 level perkembangan yaitumetha theory, grand theory, midle range theory dan practice theory.

Salah satu teori yang diungkapkan pada midle range theory adalahTranscultural Nursing Theory. Teori ini berasal dari disiplin ilmu antropologi dandikembangkan dalam konteks keperawatan. Teori ini menjabarkan konsepkeperawatan yang didasari oleh pemahaman tentang adanya perbedaan nilai-nilaikultural yang melekat dalam masyarakat. Leininger beranggapan bahwa sangatlahpenting memperhatikan keanekaragaman budaya dan nilai-nilai dalam penerapanasuhan keperawatan kepada klien. Bila hal tersebut diabaikan oleh perawat, akanmengakibatkan terjadinya cultural shock.

Cultural shock akan dialami oleh klien pada suatu kondisi dimana perawattidak mampu beradaptasi dengan perbedaan nilai budaya dan kepercayaan. Hal inidapat menyebabkan munculnya rasa ketidaknyamanan, ketidakberdayaan danbeberapa mengalami disorientasi. Salah satu contoh yang sering ditemukan adalahketika klien sedang mengalami nyeri. Pada beberapa daerah atau negaradiperbolehkan seseorang untuk mengungkapkan rasa nyerinya dengan berteriakatau menangis. Tetapi karena perawat memiliki kebiasaan bila merasa nyeri hanyadengan meringis pelan, bila berteriak atau menangis akan dianggap tidak sopan,maka ketika ia mendapati klien tersebut menangis atau berteriak, maka perawatakan memintanya untuk bersuara pelan-pelan, atau memintanya berdoa atau malahmemarahi pasien karena dianggap telah mengganggu pasien lainnya. Kebutaanbudaya yang dialami oleh perawat ini akan berakibat pada penurunan kualitaspelayanan keperawatan yang diberikan.

PENGERTIAN

Transcultural Nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya padaproses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dankesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkanpada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakanuntuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budayakepada manusia (Leininger, 2002).

Asumsi mendasar dari teori adalah perilaku Caring. Caring adalah esensidari keperawatan, membedakan, mendominasi serta mempersatukan tindakankeperawatan. Tindakan Caring dikatakan sebagai tindakan yang dilakukan dalammemberikan dukungan kepada individu secara utuh. Perilaku Caring semestinyadiberikan kepada manusia sejak lahir, dalam perkembangan dan pertumbuhan,masa pertahanan sampai dikala manusia itu meninggal. Human caring secaraumum dikatakan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan dukungan danbimbingan pada manusia yang utuh. Human caring merupakan fenomena yanguniversal dimana ekspresi, struktur dan polanya bervariasi diantara kultur satutempat dengan tempat lainnya.

Konsep dalam Transcultural Nursing

1. Budaya adalah norma atau aturan tindakan dari anggota kelompok yangdipelajari, dan dibagi serta memberi petunjuk dalam berfikir, bertindak danmengambil keputusan.

2. Nilai budaya adalah keinginan individu atau tindakan yang lebih diinginkanatau sesuatu tindakan yang dipertahankan pada suatu waktu tertentu danmelandasi tindakan dan keputusan.

3. Perbedaan budaya dalam asuhan keperawatan merupakan bentuk yangoptimal daei pemberian asuhan keperawatan, mengacu pada kemungkinanvariasi pendekatan keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhanbudaya yang menghargai nilai budaya individu, kepercayaan dan tindakantermasuk kepekaan terhadap lingkungan dari individu yang datang danindividu yang mungkin kembali lagi (Leininger, 1985).

4. Etnosentris adalah persepsi yang dimiliki oleh individu yang menganggapbahwa budayanya adalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimilikioleh orang lain.

5. Etnis berkaitan dengan manusia dari ras tertentu atau kelompok budaya yangdigolongkan menurut ciri-ciri dan kebiasaan yang lazim.

6. Ras adalah perbedaan macam-macam manusia didasarkan padamendiskreditkan asal muasal manusia

7. Etnografi adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologipada penelitian etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkankesadaran yang tinggi pada perbedaan budaya setiap individu, menjelaskandasar observasi untuk mempelajari lingkungan dan orang-orang, dan salingmemberikan timbal balik diantara keduanya.

8. Care adalah fenomena yang berhubungan dengan bimbingan, bantuan,dukungan perilaku pada individu, keluarga, kelompok dengan adanya kejadianuntuk memenuhi kebutuhan baik aktual maupun potensial untuk meningkatkankondisi dan kualitas kehidupan manusia.

9. Caring adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaanyang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupanmanusia.

10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai,kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukungatau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untukmempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidupdalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai.

11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatanuntuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripadakelompok lain.

Paradigma Transcultural NursingLeininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transcultural sebagaicara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhankeperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsepsentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan (Andrewand Boyle, 1995).

1. Manusia

Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai-nilaidan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan danmelakukan pilihan. Menurut Leininger (1984) manusia memilikikecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimanapundia berada (Geiger and Davidhizar, 1995).

2. Sehat

Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisikehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatukeyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untukmenjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat yang dapat diobservasidalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang samayaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yangadaptif (Andrew and Boyle, 1995).

3. Lingkungan

Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhiperkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandangsebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya salingberinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik.Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia sepertidaerah katulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah didaerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada mataharisepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yangberhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalammasyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harusmengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut.Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yangmenyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni,riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan.

4. Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktikkeperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakangbudayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuaidengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatanadalah perlindungan/mempertahankan budaya, mengakomodasi/negoasiasibudaya dan mengubah/mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

a. Cara I : Mempertahankan budayaMempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangandengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikansesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehinggaklien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,misalnya budaya berolahraga setiap pagi.b. Cara II : Negosiasi budayaIntervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untukmembantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebihmenguntungkan kesehatan. Perawat membantu klienagar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatankesehatan, misalnya klien sedang hamil mempunyai pantang makan yangberbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yanglain.c. Cara III : Restrukturisasi budayaRestrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimilikimerugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gayahidup klien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencanahidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengankeyakinan yang dianut.

Proses keperawatan Transcultural Nursing

Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskanasuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahariterbit (Sunrise Model) seperti yang terdapat pada gambar 1. Geisser (1991)menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagailandasan berfikir dan memberikan solusi terhadap masalah klien (Andrew andBoyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahappengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. PengkajianPengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasimasalah kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien (Giger andDavidhizar, 1995). Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang adapada "Sunrise Model" yaitu :a. Faktor teknologi (tecnological factors)Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih ataumendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanankesehatan. Perawat perlu mengkaji : persepsi sehat sakit, kebiasaanberobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuankesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi kliententang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasipermasalahan kesehatan saat ini.b. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yangamat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yangsangat kuat untuk menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawatadalah : agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klienterhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yangberdampak positif terhadap kesehatan.c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : namalengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, danhubungan klien dengan kepala keluarga.d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkanoleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-normabudaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbataspada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah :posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yangdigunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisisakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaanmembersihkan diri.e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segalasesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhankeperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikajipada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang berkaitan denganjam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, carapembayaran untuk klien yang dirawat.f. Faktor ekonomi (economical factors)Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumbermaterial yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh.Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaanklien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga,biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantoratau patungan antar anggota keluarga.g. Faktor pendidikan (educational factors)Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalammenempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggipendidikan klien maka keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibuktiilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasiterhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yangperlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenispendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiritentang pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.

2. Diagnosa keperawatanDiagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakangbudayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosakeperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkulturalyaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural danketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yangdiyakini.

3. Perencanaan dan PelaksanaanPerencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalahsuatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalahsuatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalahmelaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya klien (Gigerand Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalamkeperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu : mempertahankanbudaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengankesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurangmenguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yangdimiliki klien bertentangan dengan kesehatan.

a. Cultural care preservation/maintenance1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentangproses melahirkan dan perawatan bayi2) Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien3) Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat

b. Cultural careaccomodation/negotiation1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimanakesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan kliendan standar etik

c. Cultual care repartening/reconstruction1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yangdiberikan dan melaksanakannya2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budayakelompok3) Gunakan pihak ketiga bila perlu4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatanyang dapat dipahami oleh klien dan orang tua5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan

Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budayamasingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan danperbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidakpercaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akanterganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilanmenciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.

EvaluasiEvaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadapkeberhasilan klien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, mengurangi budaya klien yang tidak sesuai dengan kesehatan atauberadaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan denganbudaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhankeperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

KESIMPULAN

Dari uraian yang telah dijabarkan pada bab terdahulu tentang penerapan asuhankeperawatan Transkultural dapat disimpulkan sebagai berikut :1. Keperawatan transkultural adalah suatu proses pemberian asuhan keperawatanyang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk mempertahankan,meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya2. Pengkajian asuhan keperawatan dalam konteks budaya sangat diperlukan untukmenjembatani perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh perawat dengan klien3. Diagnosa keperawatan transkultural yang ditegakkan dapat mengidentifikasitindakan yang dibutuhkan untuk mempertahankan budaya yang sesuai dengankesehatan, membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan atau bahkanmengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya baru.4. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan transkultural tidak dapat begitusaja dipaksakan kepada klien sebelum perawat memahami latar belakang budayaklien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai dengan budaya klien.5. Evaluasi asuhan keperawatan transkultural melekat erat dengan perencanaan danpelaksanaan proses asuhan keperawatan transkultural.

REFERENSI

Andrew . M & Boyle. J.S, (1995), Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed,Philadelphia, JB Lippincot Company

Cultural Diversity in Nursing, (1997), Transcultural Nursing ; Basic Concepts andCase Studies, Ditelusuri tanggal 14 Oktober 2006 darihttp://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

Fitzpatrick. J.J & Whall. A.L, (1989), Conceptual Models of Nursing : Analysis andApplication, USA, Appleton & Lange

Giger. J.J & Davidhizar. R.E, (1995), Transcultural Nursing : Assessment andIntervention, 2nd Ed, Missouri , Mosby Year Book Inc

Iyer. P.W, Taptich. B.J, & Bernochi-Losey. D, (1996), Nursing Process and NursingDiagnosis, W.B Saunders Company, Philadelphia

Leininger. M & McFarland. M.R, (2002), Transcultural Nursing : Concepts,Theories, Research and Practice, 3rd Ed, USA, Mc-Graw HillCompanies

Swasono. M.F, (1997), Kehamilan, kelahiran, Perawatan Ibu dan Bayi dalamKonteks Budaya, Jakarta, UI Press

Royal College of Nursing (2006), Transcultural Nursing Care of Adult ; Section OneUnderstanding The Theoretical Basis of Transcultural Nursing CareDitelusuri tanggal 14 Oktober 2006 darihttp://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

__________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section TwoTranscultural NursingModels ; Theory and Practice, Ditelusuri tanggal14 Oktober 2006 darihttp://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing

__________________________, Transcultural Nursing Care of Adult ; Section ThreeApplication of Transcultural Nursing Models, Ditelusuri tanggal 14Oktober 2006 dari http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing