Teori Kepuasan Kerja
Click here to load reader
-
Upload
trisnadi-wijaya -
Category
Education
-
view
12.770 -
download
6
description
Transcript of Teori Kepuasan Kerja
TUGAS RESUME
MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA
Dosen : Dr. Zunaidah, M.Si
Disusun Oleh:
Trisnadi Wijaya
01122503012
ILMU MANAJEMEN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
2
Teori-Teori Kepuasan Kerja
Teori-teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian
orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori-teori ini
juga mencari landasan tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja.
Ada beberapa teori tentang kepuasan kerja antara lain:
1. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory)
Teori ini menyatakan bahwa kepuasan kerja karyawan tergantung pada
terpenuhi atau tidaknya kebutuhan. Karyawan akan merasa puas apabila ia
mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Semakin banyak kebutuhan yang
terpenuhi, maka semakin puas pula karyawan tersebut, demikian pula
sebaliknya karyawan akan merasa tidak puas jika kebutuhannya tidak
terpenuhi. Hierarki kebutuhan Maslow dapat dijadikan sebagai tolok ukur
pemenuhan kebutuhan karyawan.
Kebutuhan-kebutuhan dasar dari seorang karyawan terdiri dari:
a. Kebutuhan fisiologis;
b. Kebutuhan akan rasa aman;
c. Kebutuhan untuk dicintai;
d. Kebutuhan untuk dihargai;
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri.
2. Teori Perbedaan atau Ketidaksesuaian (Discrepancy Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Porter pada tahun 1961 yang berpendapat
bahwa kepuasan kerja seorang karyawan dapat diukur dengan menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang
dirasakan.Apabila seorang karyawan memperoleh lebih besar dari yang
diharapkannya (dicrepancy positif), maka karyawan tersebut akan menjadi
3
puas, sebaliknya jika memperoleh lebih kecil dari yang diharapkannya
(discrepancy negatif), maka terjadi ketidakpuasan.
3. Teori Keadilan atau Keseimbangan (Equity Theory)
Teori Keadilan ini dikemukakan oleh Zalesnik(1958) dan dikembangkan oleh
Adams (1963). Teori ini mengungkapkan bahwa seseorang akan merasa
puas atau tidak puas tergantung pada ada atau tidak adanya keadilan
(equity) dalam lingkungan kerjanya. Komponen utama dalam teori keadilan
adalah input, outcome, comparison person, dan equity-inequity. (1)Input
adalah semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang
pelaksanaan kerja, seperti pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan
pribadi, dan jumlah jam kerja. (2)Outcome adalah semua nilai yang
diperoleh dan dirasakan karyawan, seperti upah, keuntungan tambahan,
status, simbol, pengenalan kembali, kesempatan untuk berprestasi atau
mengekspresikan diri. (3)Comparison person adalah seorang karyawan
dalam organisasi yang sama, seorang karyawan dalam organisasi yang
berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Puas atau tidak
puasnya pegawai merupakan hasil dari membandingkan antara input-
outcome dirinya dengan perbandingan input-outcomekaryawan lain
(comparison person). (4)Equity-inequity, jika perbandingan di atas tadi
dirasa seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi
sebaliknya jika tidak seimbang (inequity) dapat menyebabkan dua
kemungkinan, yaitu over compensation inequity (ketidakseimbangan yang
menguntungkan dirinya) atau sebaliknya under compensation inequity
(ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain) yang menjadi
pembanding atau comparison person.
4. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory)
Teori ini mengungkapkan bahwa kepuasan kerja karyawan tidak hanya
bergantungpada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada
pandangan dan pendapat dari kelompok acuan.Kelompok acuan tersebut
4
dijadikan sebagai tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya.
Karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat
dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.
5. Teori Dua Faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg pada tahun 1959. Dua faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas terhadap
pekerjaan, yaitu faktor pemeliharaan (maintenance factors) dan faktor
pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan disebut juga
dengan dissatisfiers, hygiene factors, job context, extrinsic factors,
sedangkan faktor pemotivasian disebut juga dengan satisfiers, motivators,
job content, intrinsic factors.
Faktor-faktor pemeliharaan (hygiene factors) terdiri dari:
1. Kebijakan perusahaan dan administrasi (company policies);
2. Supervisi (supervision);
3. Hubungan interpersonal dengan rekan kerja;
4. Hubungan interpersonal dengan atasan;
5. Gaji (salary);
6. Keamanan kerja (security);
7. Kondisi kerja (working conditons).
Faktor-faktor motivator terdiri dari:
1. Prestasi (achievement);
2. Penghargaan (recognition);
3. Kenaikan pangkat (advancement);
4. Pekerjaan itu sendiri (work it self);
5. Tanggung jawab (responsibility).
Herzberg selanjutnya menetapkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan
kerja adalah dua hal yang berbeda. Teori ini membedakan dua kelompok
faktor pekerjaan. Kelompok yang pertama berhubungan dengan aspek
intrinsik pekerjaan yang disebut sebagai faktor motivator atau faktor intrinsik.
5
Kelompok kedua berhubungan dengan lingkungan pekerjaan atau faktor
ekstrinsik.
Faktor pemeliharaan (hygiene factor) menyebabkan banyak ketidakpuasan
bila faktor tersebut tidak ada, tetapi memberi motivasi jika faktor itu ada.
Sebaliknya motivator membimbing ke arah motivasi yang kuat dan
pemuasan bila faktor itu ada, tetapi tidak menyebabkan ketidakpuasan jika
faktor tersebut tidak ada.