Teori jual beli dalam islam
-
Upload
arham-gensida -
Category
Documents
-
view
776 -
download
1
Transcript of Teori jual beli dalam islam
1. Abdurrohman Anas2. Agung Hidayat3. Azzah Afifah4. Faris Farid Auliya5. Hanifa Nur Azizah
Definisi Jual Beli Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang
berarti menjual,mengganti dan menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Lafal al-ba’ dalam bahasa arab terkadang digunakan pengertian lawanya,yakni As- syira’ dengan demikian kata al’ba’I berarti jual tapi sekaligus juga berarti beli.
Menurut Hanafi ,” saling menukar harta dengan harta melalui cara tertentu atau tukar-menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui cara tertentu yang bermanfaat.
Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara khusus yang dimaksudkan ulama hanafiah adalah melalui ijab qobul atau juga boleh melalui saling memberikan barang dan harga dari penjual dan pembeli.
Dasar Hukum dan Hukum Jual Beli Jual beli hukumnya jaiz ( Boleh) berdasarkan:1. Al Qur’an
QS. An-Nisaa’ (4):29 :” Hai orang – orang yang beriman, janganlah kalian saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela diantaramu.”
QS. Al - Baqarah (2) :275 : “ Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba………………………
QS. Al – Baqarah : 282 dan 198
2. Assunnah. Nabi di tanya pekerjaan apa yang paling baik beliau
menjawab pekerjaan seseorang dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur”.
Sesungguhnya jual beli berlaku dengan suka sama suka ( HR. Al Baihaqi dan Ibnu Majah
Pedagang yang jujur dan terpercaya bersama-sama para Nabi, orang-orang yang jujur dan para syuhada( tirmidzi,Hasan)
Imam Syafi’i “ Asal jual beli semuanya jaiz( boleh) apa bila dengan ridla kedua belah pihak, yaitu transaksi yang diperbolehkannketika keduanya saling berjual beli, kecuali yang telah dilarang oleh Rosululloh SAW.
Rukun Jual Beli Rukun Jual-Beli menurut pendapat ulama Hanafiyah hanya satu,
yaitu Ijab (ungkapan membeli dari pembeli) dan qabul (ungkapan menjual dari penjual)
Rukun Jual-Beli menurut Jumhur Ulama :
1. Ada orang yang berakad
2. Ada shighat
3. Ada barang yang dibeli
4. Ada nilai tukar pengganti barang
Syarat Jual-Beli Menurut para Ulama Hanafiyah, Rukun Jual-Beli yang
disebutkan oleh para Jumhur Ulama termasuk ke dalam syarat-syarat Jual-Beli, bukan Rukun Jual-Beli
Syarat-syarat Jual Beli : Syarat Orang yang Berakad :
○ Berakal○ Yang melakukan akad itu adalah orang yang berbeda
Syarat yang terkait dengan Ijab & Qabul○ Orang yang mengucapkannya telah baligh dan berakal○ Qabul sesuai dengan Ijab○ Ijab dan Qabul itu dilakukan dalam satu majelis
Lanjutan... Syarat Barang yang dijualbelikan
○ Barang itu ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual me-nyatakan kesanggupannya untuk mengadakan barang itu
○ Dapat dimanfaatkan dan bermanfaat bagi manusia○ Milik seseorang○ Boleh diserahkan saat akad berlangsung, atau pada waktu
yang disepakati bersama ketika transaksi berlangsung
Syarat-syarat nilai tukar (harga barang)○ Harga yang disepakati kedua belah pihak○ Boleh diserahkan pada waktu akad○ Apabila jual beli itu dilakukan dengan saling
mempertukarkan barang, maka barang yang dijadikan nilai tukar bukan barang yang diharamkan syara’.
Lanjutan... Di samping syarat-syarat yang berkaitan dengan rukun jual
beli di atas, para ulama fiqh juga mengemukakan beberapa syarat lain, yaitu : Syarat sah jual beli. Suatu Jual-Beli dikatakan sah,
apabila :○ Jual-Beli itu terhindar dari cacat○ Apabila barang itu bergerak, maka barang itu boleh dikuasai
langsung oleh pembeli dan harga barang dikuasai penjual. Sedangkan barang tidak bergerak, boleh dikuasai pembeli setelah surat menyuratnya diselesaikan dengan ‘Urf setempat
Syarat yang terkait dengan pelaksanaan Jual-Beli Syarat yang terkait dengan kekuatan hukum akad Jual-
Beli
Arigatou Gozaimasu, Minna-san