Teori interaksi simbolik

3
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK Atmi Ahsani Yusron, 0906492000 Sejarah Teori Interaksi simbolik ini berkembang di dua universitas yang berbeda yaitu University of Iowa (Manford Kuhn dan murid-muridnya), serta di University of Chicago (George Herberd Mead dan Herbert Blumer). Mead lebih menggunakan pendekatan studi kasus, sejarah dan interview langsung sedangkan Kuhn lebih mengarah pada pendekatan kuantitatif. Tema dan Asumsi Teori Teori interaksi simbolik ini didasarkan atas pemikiran tentang self (pribadi) dan hubungannya dengan masyarakat. Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes, terdapat tiga tema utama dakam teori interaksi simbolik: 1. The Importance of Meanings for Human Behavior Teori interaksi simbolik ini menyatakan bahwa setiap individu membentuk makna (meaning) melalui proses komunikasinya karena makna (meaning) tersebut seringkali tidak bersifat pasti. Dibutuhkan interpretive construction antara setiap orang untuk menciptakan suatu makna. Mengapa demikian? Karena tujuan dari interaksi simbolik ini adalah untuk menciptakan makna bersama (shared meaning). Tanpa adanya makna yang dipahami bersama, maka akan sangat sulit untuk melakukan komunikasi dan bahkan tidak mungkin untuk melakukannya. Sebagai contoh, Adi dan Tono adalah dua orang teman, mereka berencana untuk pergi ke suatu pusat perbelanjaan. Tetapi saat akan meninggalkan kampus, Adi diajak bicara oleh seorang senior. Adi merasa tidak nyaman dengan senior tersebut karena senior itu bicara sangat tidak jelas dan membosankan. Sementara Tono berdiri di belakang senior tersebut sambil memerhatikan Adi. Ketika Adi dan Tono saling pandang, Adi memberikan kode pada Tono dengan mengedikkan kepala dan juga memainkan mata yang berarti Adi meminta tolong pada Tono untuk datang dan mengajaknya pergi agar dia bisa bebas dari senior yang sedang mengoceh. Tetapi di sisi Tono, dia sendiri tidak mengerti dengan kode yang diberikan oleh Adi, sehingga dia mencoba untuk menginterpretasikan kode tersebut dengan pengetahuan yang dia miliki. Tono akhirnya menginterpretasikan kode dari Adi sebagai tanda bahwa Adi memintanya untuk berangkat terlebih dahulu dan Adi akan menyusul. Sehingga Tonopun pergi meninggalkan Adi. LaRossa dan Reitzes menyatakan bahwa ada tiga asumsi utama dalam interaksi simbolik yang diambil dari tulisan Blumer: a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna. Asumsi ini menjelaskan behavior as a loop of conscious thought and behaviour between stimuli and the responses people exhibit to those stimuli . Para pencetus teori interaksi simbolik menaruh perhatian pada makna dibalik perilaku manusia. Mereka mencoba untuk mencari makna dengan meneliti penjelasan tentang perilaku dari segi psikologi dan sosiologi. Makna yang kita berikan pada suatu simbol adalah sebuah hasil dari interaksi sosial dan menggambarkan persetujuan kita untuk menerima makna-makna tertentu dari beberapa simbol. Misalnya, di kampung saya (Karang Kelok) di Mataram, laki-laki yang menggunakan tindikan pada bagian tubuh tertentu akan dianggap sebagai preman ataupun laki-laki yang tidak baik. Karena berdasarkan hasil interaksi sosial di masyarakat, biasanya laki-laki yang menggunakan tindikan adalah laki-laki yang memiliki kelakukan buruk dan juga pergaulan yang tidak baik. Berbeda halnya dengan di

Transcript of Teori interaksi simbolik

Page 1: Teori interaksi simbolik

TEORI INTERAKSI SIMBOLIKAtmi Ahsani Yusron, 0906492000

SejarahTeori Interaksi simbolik ini berkembang di dua universitas yang berbeda yaitu University of Iowa (Manford

Kuhn dan murid-muridnya), serta di University of Chicago (George Herberd Mead dan Herbert Blumer). Mead lebih menggunakan pendekatan studi kasus, sejarah dan interview langsung sedangkan Kuhn lebih mengarah pada pendekatan kuantitatif. Tema dan Asumsi Teori

Teori interaksi simbolik ini didasarkan atas pemikiran tentang self (pribadi) dan hubungannya dengan masyarakat. Menurut Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes, terdapat tiga tema utama dakam teori interaksi simbolik:1. The Importance of Meanings for Human Behavior

Teori interaksi simbolik ini menyatakan bahwa setiap individu membentuk makna (meaning) melalui proses komunikasinya karena makna (meaning) tersebut seringkali tidak bersifat pasti. Dibutuhkan interpretive construction antara setiap orang untuk menciptakan suatu makna. Mengapa demikian? Karena tujuan dari interaksi simbolik ini adalah untuk menciptakan makna bersama (shared meaning). Tanpa adanya makna yang dipahami bersama, maka akan sangat sulit untuk melakukan komunikasi dan bahkan tidak mungkin untuk melakukannya. Sebagai contoh, Adi dan Tono adalah dua orang teman, mereka berencana untuk pergi ke suatu pusat perbelanjaan. Tetapi saat akan meninggalkan kampus, Adi diajak bicara oleh seorang senior. Adi merasa tidak nyaman dengan senior tersebut karena senior itu bicara sangat tidak jelas dan membosankan. Sementara Tono berdiri di belakang senior tersebut sambil memerhatikan Adi. Ketika Adi dan Tono saling pandang, Adi memberikan kode pada Tono dengan mengedikkan kepala dan juga memainkan mata yang berarti Adi meminta tolong pada Tono untuk datang dan mengajaknya pergi agar dia bisa bebas dari senior yang sedang mengoceh. Tetapi di sisi Tono, dia sendiri tidak mengerti dengan kode yang diberikan oleh Adi, sehingga dia mencoba untuk menginterpretasikan kode tersebut dengan pengetahuan yang dia miliki. Tono akhirnya menginterpretasikan kode dari Adi sebagai tanda bahwa Adi memintanya untuk berangkat terlebih dahulu dan Adi akan menyusul. Sehingga Tonopun pergi meninggalkan Adi.

LaRossa dan Reitzes menyatakan bahwa ada tiga asumsi utama dalam interaksi simbolik yang diambil dari tulisan Blumer:

a) Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna.Asumsi ini menjelaskan behavior as a loop of conscious thought and behaviour between stimuli

and the responses people exhibit to those stimuli. Para pencetus teori interaksi simbolik menaruh perhatian pada makna dibalik perilaku manusia. Mereka mencoba untuk mencari makna dengan meneliti penjelasan tentang perilaku dari segi psikologi dan sosiologi. Makna yang kita berikan pada suatu simbol adalah sebuah hasil dari interaksi sosial dan menggambarkan persetujuan kita untuk menerima makna-makna tertentu dari beberapa simbol. Misalnya, di kampung saya (Karang Kelok) di Mataram, laki-laki yang menggunakan tindikan pada bagian tubuh tertentu akan dianggap sebagai preman ataupun laki-laki yang tidak baik. Karena berdasarkan hasil interaksi sosial di masyarakat, biasanya laki-laki yang menggunakan tindikan adalah laki-laki yang memiliki kelakukan buruk dan juga pergaulan yang tidak baik. Berbeda halnya dengan di Australia yang lebih terbuka dan menerima hal-hal tersebut. Laki-laki menggunakan tindikan adalah hal biasa di kalangan anak muda mereka.

b) Makna terbentuk melalui interaksi antar manusia.Menurut Mead, sebuah makna akan terbentuk hanya jika manusia memiliki interpretasi yang sama

terhadap makna tersebut melalui interaksi. c) Makna tersebut berkembang melalui proses interpretive.

Proses interpretive ini menurut Blumer terdiri atas dua tahap: (1) actors point out the things that have meaning. (2) involves actors selecting, checking, and transforming the meanings in the context on which they find themselves.

2. The importance of the Self-Concept.Konsep diri ini adalah sebuah persepsi yang relatif stabil dalam diri manusia mengenai dirinya sendiri. Ketika

kita bertanya pada diri kita tentang siapa diri kita, maka itu akan menyangkut segala hal yang kita ketahui tentang diri kita. Tentang kemampuan kita, kelemahan kita, ketakutan kita, dan lain sebagainya. Dalam konsep diri, ada dua asumsi yang mendukung berdasarkan LaRossa dan Reitzes, (1) Tiap manusia membangun konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain. Karena manusia tidak dilahirkan dengan konsep diri tersebut tetapi justru mendapatkan konsep diri itu melalui interaksinya dengan orang lain. Misalnya, manusia mengetahui bahwa dirinya egois jika orang lain yang sering berinteraksi dengannya mengatakan dia egois. (2) Konsep diri menyediakan motif penting dalam perilaku manusia. Dalam asumsi ini terdapat istilah self-fulfilling prophecy yaitu

Page 2: Teori interaksi simbolik

suatu prediksi manusia tentang dirinya sendiri yang akan membuat manusia tersebut melakukan sesuatu untuk mewujudkan apa yang menjadi prediksinya itu. Misalnya, seorang mahasiswa yang ingin bisa lancar berbahasa Inggris, dia kemudian membuat target bahwa dalam waktu enam bulan dia ingin bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Untuk mewujudkan targetnya tersebut, maka dia akan mengikuti kursus bahasa Inggris.3. The Relationship Between the Individual and Society

Dalam tema ini, Mead dan Blumer memberikan dua asumsi:(1) Manusia dan Kelompok Dipengaruhi oleh Budaya dan Proses Sosial. Asumsi ini menyatakan

bahsa norma-norma sosial yang ada membatasi perilaku manusia. Secara lebih jauh, budaya sangat kuat mempengaruhi perilaku-perilaku dan sikap-sikap yang dinilai manusia melalui konsep dirinya tersebut. Contohnya: di Amerika, seorang remaja yang sudah berusia di atas delapan belas tahun sudah bisa lepas dari tanggung jawab orang tua, dia boleh melakukan apa saja termasuk tinggal serumah dengan pasangannya ataupun berhubungan seks di luar nikah. Berbeda dengan budaya orang-orang Indonesia, di mana justru remaja pada usia delapan belas tahun adalah remaja yang harus benar-benar di awasi oleh orang tuanya karena sangat labil dan rentan terhadap perilaku menyimpang, salah satunya adalah seks bebas.

(2) Social Structure Is Worked Out Through Social Interaction. Teori Interaksi Simbolik menyanggah pandangan bahwa struktur sosial itu tidak berubah dan membenarkan bahwa seorang individu dalam menentukan/merubah situasi sosial. Dengan kata lain, teori interaksi sosial ini percaya bahwa manusia adalah choice makers.

Konsep Kunci dalam Teori Interaksi Simbolik1) Mind. Mind merupakan kemampuan untuk menggunakan simbol yang memiliki makna umum. Mind harus

dapat dikembangkan melalui interaksi sosial. Namun, sebelum akhirnya manusia dapat berinteraksi secara sosial, manusia harus sudah dapat menguasai language atau bahasa terlebih dahulu untuk dapat mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Dan bahasa ini, tergantung pada apa yang disebut Mead significant symbol yaitu simbol-simbol yang maknanya telah disetujui secara umum oleh banyak orang. Konsep yang terkait dengan mind adalah thought, yang digambarkan Mead sebagai inner conversation (komunikasi interpersonal). Dan konsep yang terkait dengan konsep thought ini adalah role taking yaitu suatu kemampuan untuk menempatkan diri kita di posisi orang lain. Dari role taking inilah manusia mengenal empati untuk orang lain.

2) Self. Mead mendefinisikan self sebagai kemampuan untuk membayangkan diri kita melalui sudut pandang atau perspektif orang lain. Menurut Mead, pembentukan self adalah sejalan dengan role taking, yaitu membayangkan bagaimana kita di mata orang lain. Mead juga merujuk pada teori looking-glass self yaitu kemampuan kita untuk melihat diri kita sebagaimana pandangan orang lain terhadap kita. Menurut Charles Cooley, ada tiga prinsip pembentukan yang berkaitan dengan looking-glass self: We imagine how he appear to others, We imagine their judgement of our appearance, We feel hurt or pride based on these self-felings.

3) Society. Mead mendefinisikan society sebagai sebuah jaringan hubungan sosial yang dibentuk oleh manusia. Ada dua bagian penting yang mempengaruhi mind dan self, yaitu: Particular others, merujuk pada individu-individu dalam masyarakat yang memiliki pengaruh besar

pada kita. Generalized others, merujuk pada pandangan dan aturan dalam suatu komunitas masyarakat.

Kritik terhadap Teori Interaksi Simbolik1. Scope. Kritik-kritik muncul menyatakan bahwa teori interaksi simbolik ini terlalu luas untuk dapat digunakan.

Ini dikarenakan teori ini mencakup terlalu banyak ruang sehingga dirasa kurang spesikik dalam menjelaskan proses meaning-making dan perilaku komunikasi. Tetapi kritik ini menerima jawaban dari pada ahli, yaitu bahwa teori ini bukanlah satu kesatuan teori namun lebih mengarah pada sebuah kerangka yang mendukung banyak teori lain yang lebih spesifik.

2. Utility. Kritik yang kedua menyatakan bahwa teori interaksi simbolik ini dianggap tidak terlalu berguna. Ada dua alasan yang digunakan untuk mendukung kritik ini, yaitu bahwa teori interaksi simbolik ini terlalu banyak terfokus pada aspek individual dan juga karena teori ini menolak beberapa konsep penting yang berguna untuk membuat penjelasan yang sempurna. Kritik ini dijawab oleh para ahli, bahwa teori ini berguna untuk meningkatkan harga diri seseorang. Mead juga mengakui bahwa bukan teori yang menjadi fokus, namun hal ini hanyalah suatu metode yang dipilih oleh Mead sendiri untuk meneliti suatu fenomena.

3. Testability. Kritik yang ketiga adalah tentang kegunaan dari teori interaksi simbolik ini. Kritik ini mengatakan bahwa karena ruang lingkup teori ini terlalu luas, maka konsepnya menjadi kabur dan sangat sulit untuk mengujinya. Namun para ahli menjawab bahwa teori ini merupakan sebuah kerangka yang bersifat umum, bukanlah suatu teori tunggal.