Teori Evaluasi Program

4

Click here to load reader

Transcript of Teori Evaluasi Program

PENDEKATAN INTEGRATIVE

Pendekatan integrative mencoba untuk membangun dua atau lebih nilai ke dalam proses pembagunan pada evaluasi. Chen and Rossi (1987) dan Costner telah mengembangkan pendekatan ilmu sosial untuk mencapai kesepakatan dengan nilai dasar lainnya : trustworthiness dan generalisasi. Trustworthiness dalam sebuah evaluasi bisa ditingkatkan melalui korporasi teori program. Sebagai contoh, jika program treatment penyalahgunaan substansi ini dinilai sukes secara keseluruhan, bukti-bukti dari efek treatment positif dapat diperkuat ketika pola treatment teoaritis juga mendukung keberhasilan. Teori mungkin menyarankan bahwa mereka yang paling banyak mengikuti sesi treatment akan jauh lebih baik dibandingkan mereka yang hanya mengikuti sedikit sesi. Jika pola teoritis ini benar-benar ditemukan, kalim dari efek treatment ditingkatkan. Tetapi, jika, peserta program meningkat terlepas dari berapa banyak sesi yang diikuti, efek treatment dipertanyakan. Lebih jauh, Chen and Rossi (1987) berpendapat bahwa teori program dapat diformulasikan dengan cara penggabungan isu generalisasi. Jika generalisasi adalah sebuah perhatian, maka penting untuk memiliki teori program yang bisa melihat lebih dulu keadaan yang diharapkan di mana hasil evaluasi akan digunakan dan menggabungkan harapan mereka ketika mendesain program. Sebagai contoh, jika program orientasi layanan akhirnya akan diimplementasikan oleh administrator biasa dibandingkan oleh kelompok spesial yang antusias dan profesional dengan inovasi tinggi, generalisasi dalam evaluasi akan lebih tinggi ketika evaluasi program dijalankan oleh administrator biasa, dan evaluator telah membangun harapan ke dalam proses evaluasi. Chen and Rossi menyarankan pedoman berikut dalam membangun sebuah teori program yang dapat disepakati dengan generalisasi:1. Tentukan variabel conditioning, variabel interaction dan variable intervenin, yang mana akan merealisasikan hubungan sebab akibat antara variabel treatment dan variabel outcome baik di sistem penelitian dan sistem yang akan datang di mana program akan ditempatkan.2. Bangun sebuah pengetahuan tentang cara di mana program tersebut akan dioperasian, termasuk elemen populasi yang akan disajikan, lembaga yang akan diberikan tanggung jawab administrasi, dan distribusi potensial dari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dan interaksi yang terlibat.3. Bangun sebuah strategi sampling dan sebuah peralatan administrative untuk evaluasi di mana meniru sebisa mungkin gambaran pengaturan masa depan dari program yang dibangun, seperti yang diungkapkan pada point (2) diatas.Pembahasan mengenai pendekatan integratif ini tidak akan lengkap tanpa upaya mengintegrasikan ilmu sosial dan pendekatan stakeholder. Ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kerangka konseptual dari Chen and Rossi (1980) untuk mencakup nilai dalam responsiveness. Beberapa pendekatan integratif yang menggabungkan nilai dalam responsiveness membutuhkan proses pengaplikasian teori ganda untuk mengintegrasikan ilmu soasial dan pendekatan stakeholder. Di satu sisi, evaluator sebaiknya menggunakan pendekatan stake holder untuk memperjelas teori stakeholeder kunci melalui review interview dan dokumentasi seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Di sisi lain, berdasarkan pada pendekatan ilmu sosial, evaluator harus mengaplikasikan pengetahuan, keahlian, dan pemahamannya mengenai program untuk membangun teori program alternatif.Selama proses pengaplikasian dua teori ini, alternatif dan beberapa teori program mungkin akan dihasilkan. Evaluator dan stakeholder kunci harus mereview dan membicarakan implikasi dari teori ini dalam tema permasalahan seperti berikut : Apa manfaat atau keterbatasan? Jenis informasi seperti apa yang akan diberikan oleh teori ini? Bagaimana informasi akan relevan dengan kebijakan proses pengambilan keputusan? Dan sebagainya. Karena evaluasi apapun dibatasi oleh sumberdaya dan waktu, jadi sangat mungkin jika tidak semua teori yang dihasilkan oleh pendekatan intergatif akan diikut sertakan dalam evaluasi. Evaluator harus bernegosiasi dengan stakeholder kunci untuk menentukan versi teori program yang sesuai dengan perhatian stakeholder dan evaluator. Evaluasi dilaksanakan setelah kesepakatan pada program telah dicapai. Melalui kolaborasi proses pengaplikasian teori ini, pendekatan integratif memiliki kemungkinan yang lebih baik dibandingkan pendekatan lain untuk memenuhi empat nilai dasar.Versi final dari teori program yang dihasilkan oleh pendekatan integratif sangat mungkin menjadi bentuk sintetis dari teori yang mencakup isu-isu yang menjadi perhatian baik untuk stakeholder dan evaluator. Bagaimanapun, di beberapa situasi masih sangat memungkinkan bahwa, selama proses diskusi dan negosiasi, stakeholder kunci dan evaluator mungkin setuju bahwa versi final dari teori harus menjadi sesuatu yang diproduksi baik oleh pendekatan stakeholder maupun ilmu sosial. Meskipun demikian, ini tidak mengurangi manfaat atau kegunaan dari pendekatan integrative, karena keputusan untuk menggunakan baik pendekatan stake holder atau ilmu sosial untuk membangun teori program dibuat oleh pemahaman bersama dan kesepakatan antara stakeholder kunci dan evaluator dibandingkan keputusan sewenang-wenang dari satu pihak. Pemahaman bersama dan kesepakatan mungkin memfasilitasi pemanfaatan atau penggunaan hasil evaluasi.

Masalah dalam Mencapai Beberapa NilaiDi balik manfaatnya, pendekatan integratif bukan tanpa masalah. Penggunaan pendekatan integratif membutuhkan sumberdaya dan waktu yang lebih banyak. Selain kendala sumber daya dan waktu, ada juga ketidak jelasan, tetapi yang juga sama pentingnya adalah masalah dilema mendasar pada pencapaian empat nilai dasar evaluasi secara bersamaan. Ada suatu yang bertentangan antara responsiveness dan objectivity. Nilai dari objectivity membutuhkan evaluator yang berimbang atau tidak memihak. Kredibilitas sebuah evaluasi akan rusak ketika evaluator mulai mengambil sisi stakeholder atau membiarkan stakeholder mempengaruhi fokus dan prosedur evaluasi. Bagaimanpun, strategi dibutuhkan untuk menjalankan responsiveness terhadap objectivity. Menjadi sangat responsif, isu-isu yang harus digunakan untuk menilai efisiensi atau efektifitas program, dan rencana untuk melaksanakan penyelidikan, cenderung ditentukan atau dipengaruhi oleh kebutuhan dan kepentingan stakeholder. Untuk tujuan menghasilkan informasi yang tepat waktu dan relevan, metode penelitian yang fleksibel dan cair lebih disukai daripada metode standardized dan replicable dalam pengumpulan data dan prosedur penelitian. Evaluasi mungkin didesain dengan cara yang disesuaikan lebih cocok untuk realitas politik daripada untuk kebenaran ilmiah. Semakin tinggi respon, semakin tinggi kemungkinan bahwa peran evaluator sebagai pengamat obyektif dirusak.Menurut paradigma eksperimental, untuk mencapai trustworthiness, sebuah evaluasi idealnya harus bisa dikontrol dengan baik, dengan mudah manipulasi kondisi penelitian. Sample harus homogen dan tidak terlalu besar. Gangguan dan kekacauan harus dihilangkan. Subjek harus ditetapkan secara random untuk kondisi percobaan yang berbeda. Prosedur penelitian harus diikuti dengan tepat sesuai rencana, dengan tidak diizinkannya perubahan. Penelitian fokus pada sangat sedikit variabel terukur.Tetapi semua fiturini , yang mirip dengan yang di laboratorium dan dimaksudkan untuk menangani trustworthiness, secara serius membatasi generalisasi. Susunan struktur, didirikan untuk tujuan spesifik, membuatnya sangat sulit untuk mempelajari program dalam konteks yang berbeda untuk tujuan generalisasi, seperti dengan pengaturan, kelompok, waktu, dan prosedur administratif yang berbeda. Selain itu, diketahui bahwa percobaan yang dikontrol ketat kemungkinan besar menimbulkan masalah reaktivitas, yang selanjutnya membatasi generalisasi hasil penelitian.Selain itu, juga terdapat pertentangan hubungan antara trustworthiness dan responsiveness. Untuk memastikan trustworthiness, evaluasi seringkali membutuhkan desai yang tegas atau teliti, yang mana biasanya membutuhkan periode waktu yang panjang untuk perencanaan dan implementasi di lapangan. Harus fokus pada beberapa masalah yang sangat spesifik dan terukur, dengan prosedur penelitian yang sangat fix dan terstandar. Namun, persyaratan ini untuk trustworthiness juga dapat mengurangi responsiveness, yang mana membutuhkan faktor-faktor seperti ketepatan waktu, fleksibilitas, dan menangani isu-isu yang luas dan umum.