Teori Dasar Pengolahan Citra
-
Upload
verrie-pratama-harahap -
Category
Documents
-
view
130 -
download
3
description
Transcript of Teori Dasar Pengolahan Citra
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
Teori Dasar Pengolahan CitraI. DASAR TEORI
Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran
suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal – sinyal
video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada
suatu media penyimpanan.
Citra dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu citra diam yaitu citra tunggal yang tidak
bergerak dan citra bergerak yaitu rangkaian citra diam yang ditampilkan secara beruntun, sehingga
memberi kesan pada mata sebagai gambar yang bergerak. Setiap citra didalam rangkaian itu disebut
frame. Gambar-gambar yang tampak pada film layar lebar atau televisi yaitu terdiri dari ribuan sampai
ratusan-ribu frame.
a. Citra Analog
Citra analog adalah citra yang bersifat kontinu, seperti gambar pada monitor televisi, foto
sinar-X yang tercetak di kertas foto, lukisan, pemandangan alam, hasil CT-scan, dan lain sebagainya.
Citra analog tidak dapat direpresentasikan dalam komputer sehingga tidak bisa diproses di
computer secara langsung. Agar citra analog dapat diproses di komputer, proses konversi analog ke
digital harus dilakukan terlebih dahulu
b. Citra Digital
Citra digital dapat didefinisikan sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y adalah
koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut, hal tersebut
diilustrasikan pada gambar 2.1. Teknologi dasar untuk menciptakan dan menampilkan warna pada
citra digital berdasarkan pada penelitian bahwa sebuah warna merupakan kombinasi dari tiga
warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru (Red, Green, Blue - RGB).
Sensor optik yang terdapat di dalam sistem pencitraan disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk bidang dua dimensi (x, y). besar intensitas yang diterima sensor di setiap titik (x, y)
disimbolkan oleh f(x, y) dan besarnya tergantung pada intensitas yang dipantulkan oleh objek. Ini
berarti f(x, y) sebanding dengan energi yang dipancarkan oleh sumber cahaya. Konsekuensinya,
besar intensitas f(x, y) tidak bolah nol dan harus berhingga, yaitu :
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
Fungsi f(x, y) dapat dipisahkan menjadi dua komponen, yaitu :
1. Jumlah cahaya yang berasal dari sumbernya disimbolkan oleh i(x, y) (illumination), nilainya
antara 0 dan ∞,
2. Derajat kemampuan objek memantulkan cahaya r(x, y) (reflection), nilainya antara 0 dan 1.
Nilai i(x, y) ditentukan oleh sumber cahaya, sedangkan r(x, y) ditentukan oleh karakteristik objek di
dalam gambar. Nilai r(x, y) = 0 mengindikasikan penyerapan local, sedangkan r(x, y) = 1 menyatakan
pemantulan total. Jika permukaan mempunyai derajat pemantulan nol maka fungsi intensitas cahaya
f(x, y) juga nol. Sebaliknya, jika permukaan mempunyai derajat pemantulan 1 maka fungsi intensitas
cahaya sama dengan iluminasi yang diterima oleh permukaan tersebut. Intensitas f(x, y) di titik (x, y)
disebut derajat keabuan (gray level), yang dalam hal ini derajat keabuan bergerak dari hitam ke putih,
sedangkan citranya disebut citra skala keabuan (grayscale image). Derajat keabuan memiliki rentang
nilai dari Imin < f(x, y) < Imax atau bisa ditulis dalam bentuk (Imin, Imax). Rentang nilai ini sering digeser
untuk alasan-alasan praktis menjadi selang [0, L] yang dalam hal ini intensitas 0 menyatakan hitam, nilai
intensitas L menyatakan putih.
Pada Gambar 2.1 mengilustrasikan citra digital sebagai fungsi dua variabel, f(x,y), dimana x dan y
adalah koordinat spasial dan nilai f(x,y) adalah intensitas citra pada koordinat tersebut.
Citra digital yang berukuran M x N biasanya dinyatakan dalam bentuk matriks yang berukuran M baris
dan N kolom, sebagai berikut:
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
Setiap elemen pada citra digital (elemen matriks) disebut image element, picture element atau pixel.
c. Citra Warna
RGB adalah suatu model warna yang terdiri dari merah, hijau, dan biru, digabungkan dalam
membentuk suatu susunan warna yang luas. Setiap warna dasar, misalnya merah, dapat diberi rentang-
nilai. Untuk monitor komputer, nilai rentangnya paling kecil = 0 dan paling besar = 255. Pilihan skala 256
ini didasarkan pada cara mengungkap 8 digit bilangan biner yang digunakan oleh mesin komputer.
Dengan cara ini, akan diperoleh warna campuran sebanyak 256 x 256 x 256 = 1677726 jenis warna.
Sebuah jenis warna, dapat dibayangkan sebagai sebuah vektor di ruang 3 dimensi yang biasanya dipakai
dalam matematika, koordinatnya dinyatakan dalam bentuk tiga bilangan, yaitu komponen-x, komponen-
y, dan komponen-z. Misalkan sebuah vektor dituliskan sebagai r = (x,y,z). Untuk warna, komponen-
komponen tersebut digantikan oleh komponen R(ed), G(reen), B(lue).
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
d. Citra Gray
Graysacale adalah warna-warna piksel yang berada dalam rentang gradasi warna hitam dan
putih. Untuk pengubahan warna image menjadi grayscale, cara yang umumnya dilakukan adalah dengan
memberikan bobot untuk masing-masing warna dasar red, green, dan blue. Akan tetapi cara yang cukup
mudah adalah dengan membuat nilai rata-rata dari ketiga warna dasar tersebut dan kemudian
mengisikannya untuk warna dasar tersebut dengan nilai yang sama.
II. DIGITALISASI CITRA
Citra analog tidak bisa diproses langsung oleh komputer. Citra analog harus diubah menjadi
citra digital (pencitraan) agar komputer bisa memprosesnya. Proses mengubah citra analog menjadi
citra digital disebut digitalisasi citra. Ada dua hal yang harus dilakukan pada digitalisasi citra, yaitu
digitalisasi spasial yang disebut juga sebagai sampling dan digitalisasi intensitas yang sering disebut
sebagai kuantisasi.
Citra yang dihasilkan dari peralatan digital (citra digital) langsung bisa diproses oleh
komputer karena di dalam peralatan digital sudah terdapat sistem sampling dan kuantisasi.
Sedangkan peralatan analog tidak dilengkapi kedua sistem tersebut. Kedua sistem inilah yang
bertugas memotong-motong citra menjadi x kolom dan y baris (proses sampling), sekaligus
menentukan besar intensitas yang terdapat pada titik tersebut (proses kuantisasi) sehingga
menghasilkan resolusi citra yang diinginkan.
a. Sampling
Sampling adalah transformasi citra kontinu menjadi citra digital dengan cara membagi citra
analog (kontinu) menjadi M kolom dan N baris sehingga menjadi citra diskrit. Semakin besar nilai M
dan N, semakin halus citra digital yang dihasilkan dan artinya resolusi citra semakin tinggi.
Persilangan antara baris dan kolom tertentu disebut dengan piksel. Proses sampling dihasilkan oleh
peralatan digital, misalnya scanner, foto digital, dan kamera digital. Kamera digital biasanya
menggunakan sensor optik jenis CCD (Charge Coupled Device) yang membentuk sebuah larik
berukuran M kolom dan N baris. Sensor jenis CCD digunakan untuk mendeteksi intensitas cahaya
yang masuk ke dalam kamera. Keluaran dari matriks CCD berupa arus yang besarnya sebanding
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
dengan intensitas cahaya yang mengenainya. Arus tersebut kemudian dikonversi menjadi data
digital yang kemudian dikirimkan ke unit penampil atau unit pengolah lainnya.
Jumlah seluruh pantulan cahaya yang masuk ke sensor CCD sebenarnya adalah citra analog
2 dimensi. Oleh sensor optik dari seluruh pantulan cahaya ini diterima hanya sebagian saja, yaitu
sebesar ukuran larik tadi (MxN). Akibatnya ada beberapa informasi citra yang hilang yang tidak
tertangkap oleh sensor.
Inilah yang dimaksud dengan sampling, yaitu pengambilan sebagian cahaya dari seluruh cahaya
yang diterima oleh sensor. Oleh karena cahaya yang diterima sensor hanya sebesar larik berukuran M
kolom dan N baris maka citra analog 2 dimensi ini diproyeksikan menjadi citra digital 2 dimensi
berukuran M kolom dan N baris.
b. Kuantisasi
Warna sebuah citra digital ditentukan oleh besar intensitas piksel-piksel penyusunnya.
Warna ini diperoleh dari besar kecilnya intensitas cahaya yang ditangkap oleh sensor. Sedangkan
skala intensitas cahaya di alam tidak terbatas, yang bisa menghasilkan warna dengan jumlah yang
tak terhingga. Sampai saat ini belum ada satu sensor pun yang mampu menangkap seluruh gradasi
warna tersebut. Keterbatasan inilah yang mengharuskan kita membuat gradasi warna sesuai
dengan kebutuhan. Transformasi intensitas analog yang bersifat kontinu ke daerah intensitas diskrit
disebut kuantisasi. Proses kuantisasi dihasilkan oleh peralatan digital, misalnya scanner, foto digital,
dan kamera digital.
Perhatikan Gambar 2.7 (b) dan (c). Misalnya besar memori yang digunakan untuk meyimpan
warna adalah 3 bit maka gradasi warna citra analog Gambar 2.7 (b) hanya diwakili oleh gradasi
warna 3 bit ini. kemudian, dilakukan kuantisasi untuk setiap piksel. Warna tiap-tiap piksel
disesuaikan dengan gradasi warna yang disediakan oleh memori.
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
Hasil citra digital yang disimpan oleh memori hanyalah nilai-nilai intensitas yang ditunjukkan
pada Gambar 2.8 , yang berbentuk matriks berukuran 14 baris x 11 kolom. Setelah tiap-tiap piksel
dikuantisasi, nilai-nilai intensitas diperoleh sebagai berikut. Nilai-nilai diatas diperoleh setelah
dikuantisasi,kemudian untuk selanjutnya akan ditulis dalam bentuk asimetris.
c. Kompresi Data
Kompresi Data merupakan cabang ilmu komputer yang bersumber dari Teori Informasi.
Teori Informasi sendiri adalah salah satu cabang Matematika yang berkembang sekitar akhir dekade
1940-an. Tokoh utama dari Teori Informasi adalah Claude Shannon dari Bell Laboratory. Teori
Informasi memfokuskan pada berbagai metode tentang informasi termasuk penyimpanan dan
pemrosesan pesan. Teori Informasi mempelajari pula tentang redundancy (informasi tak berguna)
pada pesan. Semakin banyak redundancy semakin besar pula ukurang pesan, upaya mengurangi
redundancy inilah yang akhirnya melahirkan subyek ilmu tentang Kompresi Data.
Teori Informasi menggunakan terminologi entropy sebagai pengukur berapa banyak
informasi yang dapat diambil dari sebuah pesan. Kata “entropy” berasal dari ilmu termodinamika.
TUGA S 1
M. FERRY PRATAMA HRP (110402107)
Semakin tinggi entropy dari sebuah pesan semakin banyak informasi yang terdapat di dalamnya.
Entropy dari sebuah simbol didefinisikan sebagai nilai logaritma negatif dari probabilitas
kemunculannya. Untuk menentukan konten informasi dari sebuah pesan dalam jumlah bit dapat
digunakan rumus sebagai berikut:
number of bits = -log base 2 (probability)
Entropy dari keseluruhan pesan adalah jumlah dari keseluruhan entropy dari seluruh symbol.
TUGA S 1