Teori Dasar Modul 2

5
III. TEORI Dosis dan respon pasien berhubungan erat dengan potensi relatif farmakologis dan efikasi maksimal obat dalam kaitannya dengan efak terapeutik yang di harapkan. Adapun respon dosis sangat dipengaruhi oleh : 1. Dosis yang di berikan. 2. Penurunan / kenaikkan tekanan darah. 3. Kondisi jantung. 4. Tingkat metabolisme dan ekskresi. Respon obat masing-masing individu berbeda-beda. Respon idiosinkratik biasanya disebabakan oleh perbedaana genetik pada metabolisme obat /mekanisme- mekanisme imunologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat : 1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor. 2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen. 3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor – reseptor. 4. Perubahan – perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor. ( Katzung Bertram, 2001)

description

teori dasar

Transcript of Teori Dasar Modul 2

III. TEORI

Dosis dan respon pasien berhubungan erat dengan potensi relatif farmakologis dan efikasi maksimal obat dalam kaitannya dengan efak terapeutik yang di harapkan. Adapun respon dosis sangat dipengaruhi oleh :1. Dosis yang di berikan.2. Penurunan / kenaikkan tekanan darah.3. Kondisi jantung.4. Tingkat metabolisme dan ekskresi.

Respon obat masing-masing individu berbeda-beda. Respon idiosinkratik biasanya disebabakan oleh perbedaana genetik pada metabolisme obat/mekanisme-mekanisme imunologik, termasuk rasa alergi. Empat mekanisme umum yang mempengaruhi kemampuan merespon suatu obat :1. Perubahan konsentrasi obat yang mencapai reseptor.2. Variasi dalam konsentrasi suatu ligan reseptor endogen.3. Perubahan dalam jumlah / fungsi reseptor reseptor.4. Perubahan perubahan dalam komponen respondastal dari seseptor. (Katzung Bertram, 2001)

Dosis yang menimbulkan efek terapi pada 50% individu disebut dosis terapi median atau dosis efektif median (ED50). Dosis letal median ialah dosis yang menimbulkan kematian pada 50% individu, sedangkan TD50 ialah dosis toksik 50%. Dalam studi farmakodinamik di laboratorium, indeks terapi suatu obat dinyatakan dalam rasio berikut:

Indeks terapi = TD50 atau LD50 ED50 ED50

Gambar : Kurva-kurva yang menggambarkan kerja terapeutik dan dosis letal dari suatu obat.

(Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007)

Indeks terapi merupakan suatu ukuran obat, obat yang memiliki indeks terapi tinggi lebih aman dari pada obat yang memiliki indek terapi lebih rendah. TD50 : Dosis yang toksik pada toksik 50% hewan yang menerima dosis tersebut, kematiaan merupakan toksisitas terakhir. (Stringer, 2007)

Obat Golongan Barbiturat

Barbiturat selama beberapa saat telah digunakan secara ekstensif sebagai hipnotik dan sedatif. Namun sekarang kecuali untuk beberapa penggunaan yang spesifik, barbiturat telah banyak digantikan oleh benzodiazepin yang lebih aman.(Tjay, Tan Hoan, 2007)Fenobarbital (Phenobrabitalum)

Sinonim : LuminalRumus Empirik : C12H12N2O3Berat Molekul : 232,24Fenobarbital mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C12H12N2O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur; putih tidak berbau, rasa agak pahit.Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%)P, dalam eter P, dalam larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbonat.Penyimpanan :Dalam wadah tertutup baikKhasiat dan :Hipnotikum, sedativumPenggunaanDosis maksimum :Sekali 300 mg, sehari 600 mg(DEPKES RI, 1995)

Fenobarbital merupakan obat hipnotik-sedatif golongan barbiturat. Secara kimia, barbiturat merupakan derivat asam barbiturat. Asam barbiturat (2,4,6-trioksoheksahidropirimidin) merupakan hasil reaksi kondensasi antara urea dengan asam malonat. Asam barbiturat sendiri tidak menyebabkan depresi SSP, efek hipnotik dan sedatif serta efek lainnya ditimbulkan bila pada posisi 5 ada gugusan alkil atau aril. Gugus karbonil pada posisi 2 bersifat asam lemah, karena dapat bertautomerisasi; bentuk laktam (keto) berada dalam keseimbangan dengan bentuk laktim (enol). Bentuk laktim bereaksi dengan alkali membentuk garam yang larut dalam air. Penggantian unsur O pada atom C di posisi 2 dengan unsur S, yang umumnya disebut sebagai tiobarbiturat, menaikkan kelarutan lemak senyawa tersebut. Secara umum, perubahan struktur yang menaikkan kelarutan dalam lemak, akan menurunkan mula kerja dan lama kerja obat, meningkatkan metabolisme pengrusakan dan ikatan terhadap protein, serta sering kali meningkatkan efek hipnotik.(Tjay, Tan Hoan, 2007)

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002. Farmakologi Dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1994. Farmakope Indonesia IV. Jakarta : Depkes RI.Katzung, R-Bertram G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik edisi 3, Jakarta; EGC.Stringer L, Jonet. 2008. Konsep Dasar Farmakologi Untuk Mahasiswa, Jakarta : ECGTjay, Tan Hoan dan Raharja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta ; PT. Elex Media Komputindo.