Teori Belajar Mengajar Matematika Robert Mills Gagne

download Teori Belajar Mengajar Matematika Robert Mills Gagne

of 6

Transcript of Teori Belajar Mengajar Matematika Robert Mills Gagne

TEORI BELA1AR MENGA1AR MATEMATIKA ROBERT MILLS GAGNE oleh : Kadir (FKIP Unhalu Kendari) Sri Hastuti Noer (FKIP Unila Lampung) A. Pendahuluan Berbicara mengenai teori belajar dan mengajar matematika berarti berbicara mengenai bagaimana dan kepada siapa suatu topik matematika diajarkan. Belajar dan mengajar merupakan dua kata yang berbeda, tetapi dalam pelaksanaaannya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Jika pada masa dulu konsep mengajar berarti guru menyampaikan semua pengetahuan matematika yang diketahuinya kepada siswa, tapi pada masa kini mengajar lebih diupayakan pada bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan guru sehingga siswa dapat belajar. Siswa menjadi Iokus proses pembelajaran (students centered). Salah satu ciri pembelajaran matematika masa kini adalah penyajiannya didasarkan pada teori psikologi pembelajaran yang pada saat ini sedang populer dibicarakan oleh para pakar pendidikan (Suherman, 29). Secara umum teori psikologi pembelajaran tersebut dapat dibagi atas dua aliran besar, yaitu: 1. Aliran psikologi tingkah laku Tokoh teori belajar mengajar yang menganut aliran ini adalah Thorndike (law oI eIIect), Skinner (teori ganjaran atau penguatan), Ausubel (teori belajar bermakna dan pentingnya pengulangan sebelum belajar dimulai), Gagne (obyek matematika), Pavlov (teori belajar klasik), Baruda (siswa belajar itu meniru), dan aliran latihan mental (struktur otak manusia terdiri atas gumpalan-gumpalan otot yang harus dilatih). 2. Aliran psikologi kognitiI Tokoh teori belajar mengajar yang menganut aliran ini adalah: Piaget (teori perkembangan mental; skemata, asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium), Bruner (teori belajar konsep dan struktur matematika), John Dewey (teori Gestalt), Brownell (belajar bermakna dan pengertian), Dienes (matematika adalah studi tentang struktur), Van Hiele (teori perkembangan mental anak dalam geometri). Kedua aliran teori psikologi pembelajaran di atas sejak keberadaannya sampai sekarang tetap menjadi acuan setiap pakar pendidikan untuk dikaji lebih jauh. Pengkajian juga dilakukan oleh para ahli pendidikan matematika dengan tujuan untuk meningkatkan berbagai kemampuan matematika siswa. Sehubungan dengan tugas mata kuliah ini, maka pada tulisan ini hanya akan dibahas teori belajar mengajar matematika yang dikemukakan oleh Gagne. Pembahasan teori ini dimulai dengan mengemukakan biograIi singkat tentang Gagne, teori belajar mengajar matematika yang dikemukakannya, dan aplikasi teori Gagne dalam pembelajaran matematika di sekolah. B. Biografi Gagne Robert Mills Gagne adalah seorang ilmuwan psikologi yang lahir pada tahun 1916 di North Andover, MA. dan meninggal pada tahun 2002. Pada tahun 1937 Gagne memperoleh gelar A.B. dari Yale dan pada tahun 1940 memperoleh gelar Ph.D. pada bidang psikologi dari Brown University. Gelar proIesor diperolehnya ketika mengajar di Connecticut College Ior Women dari 19401949. Demikian juga ketika di Penn State University dari tahun 1945-1946, dan terakhir diperolehnya dari Florida State University. Antara tahun 1949-1958, Gagne menjadi Direktur Perceptual and Motor Skills Laboratory US Air Force. Pada waktu inilah dia mulai mengembangkan teori 'Conditions oI Learning yang mengarah pada hubungan tujuan pembelajaran dan kesesuaiannya dengan desain pengajaran. Teori ini dipublikasikan pada tahun 1965 (Anonim, 1; Gagne, 1). Gagne merupakan seorang tokoh psikologi yang mengembangkan teori belajar dan pengajaran. Walaupun pada awal karirnya, dia adalah seorang behaviorist, namun belakangan dia memusatkan perhatian pada pengaruh pemrosesan inIormasi terhadap belajar dan memori (Anonim, 1). Dia juga dikenal sebagai seorang psikolog eksperimental yang berkonsentrasi pada belajar dan pengajaran. Kontribusi besar Gagne dalam pengembangan pengajaran adalah tulisan-tulisannya tentang: Instructional Systems Design, The Condition oI Learning (1965), dan Principles oI Instructional Design (Gagne). Ketiga karyanya tersebut telah mendominasi bagaimana melaksanakan pengajaran untuk berbagai topik pelajaran di sekolah. Karyanya tentang The condition oI Learning, merupakan tulisan yang dibuatnya ketika melaksanakan latihan militer di Angkatan Udara Amerika. . Teori Belajar Mengajar Matematika Gagne Gagne mengidentiIikasi lima kategori belajar, yaitu: inIormasi verbal (verbal inIormation), keterampilan intelektual (intellectual skills), strategi kognitiI (cognitive strategies), sikap (attitudes), dan keterampilan motorik (motor skills) (Gagne, 1-4). InIormasi verbal yang dimaksudkan adalah menguraikan materi yang telah dipelajari sebelumnya seperti Iakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Keterampilan intelektual yang dimaksudkan adalah diskriminasi, konsep konkrit, konsep terdeIinisi, aturan-aturan, dan aturan-aturan yang lebih tinggi. Diskriminasi, misalnya membedakan objek, ciri-ciri, atau simbol. Konsep konkrit, misalnya mengidentiIikasi kelas-kelas objek konkrit, ciri-ciri, atau kejadian. Konsep terdeIinisi misalnya mengklasiIikasi contoh kejadian baru atau ide dengan deIinisi siswa. Aturan-aturan misalnya menerapkan suatu hubungan tunggal untuk menyelesaikan suatu kelompok masalah. Aturan-aturan tingkat tinggi misalnya menerapkan kombinasi beberapa aturan untuk menyelesaikan suatu masalah yang kompleks. Strategi kognitiI dimaksudkan adalah memanIaatkan cara sendiri sebagai pedoman untuk belajar, berpikir, bertindak, dan merasakan. Sikap digunakan untuk menentukan tindakan pribadi berdasarkan pada pengetahuan internal yang dipahami dan dirasakan. Keterampilan motorik yaitu melakukan pekerjaan disertai penggunaan otot (Gagne, 1-2). Sehubungan dengan belajar matematika, Gagne menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, yaitu objek langsung dan objek tak langsung (Suherman, 2001: 35). Pendapat ini sejalan dengan pendapat RuseIIendi (2006:165) yang menyatakan bahwa dalam belajar matematika ada 2 objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Obyek langsung adalah objek matematika yang dapat langsung diberikan kepada siswa seperti Iakta, keterampilan, konsep dan aturan. Sedang obyek tak langsung adalah obyek yang terjadi sebagai akibat pemberian objek langsung seperti terjadinya transIer belajar, kemampuan inquiry dan problem solving, belajar mandiri (disiplin diri), bersikap positiI terhadap matematika dan tahu bagaimana semestinya belajar. Kedua objek matematika ini dapat diperoleh siswa setiap pelaksanaan pembelajaran guru ataupun ketika siswa belajar sendiri suatu materi matematika. Lambang bilangan, sudut, dan berbagai notasi matematika merupakan contoh Iakta, yaitu objek matematika yang tinggal menerimanya. Keterampilan adalah kemampuan untuk memberikan jawaban secara cepat dan tepat, misalnya membagi bilangan dengan teknik bagi kurung, menjumlahkan pecahan, melukis dua ruas garis dan menentukan titik potongnya. Konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan kita dapat mengelompokkan objek ke dalam contoh dan bukan contoh, misalnya, konsep persegi panjang, bilangan komposit, himpunan, dan jarak. Objek yang paling abstrak seperti siIat atau teorema disebut aturan. Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan ke dalam 8 tipe belajar, yaitu belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, membedakan, pembentukan konsep, pembentukan aturan, dan pemecahan masalah (Suherman, 2001: 36; RuseIIendi, 2006: 165). Kedelapan tipe belajar itu terurut menurut tingkat kesukarannya dari yang mudah ke yang paling sulit. Jadi belajar dengan pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling sulit. Belajar yang tingkatnya paling rendah, karena tidak ada niat atau rencana dan terjadi secara spontan adalah belajar isyarat. Misalnya menyenangi atau menghindari pelajaran akibat perilaku guru. Jika belajar tersebut ada niat dari dalam hati dan direspons oleh jasmani maka disebut stimulus-respons. Misalnya ketika guru menulis di papan tulis, siswa mencatat. Rangkaian gerak adalah perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons. Rangkaian verbal adalah perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih dalam rangka stimulus-respons. Misalnya mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru atau siswa lainnya secara lisan. Belajar membedakan adalah belajar memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Pembentukan konsep disebut juga tipe belajar pengelompokan, yaitu belajar melihat siIat bersama benda-benda konkrit atau peristiwa untuk dijadikan suatu kelompok. Pada tipe belajar pembentukan aturan, siswa diharapkan mampu memberi respon terhadap stimulus dengan segala macam perbuatan utamanya kemampuan untuk menggunakan aturan tersebut. Misalnya pemahaman terhadap rumus kuadratis digunakan untuk menyelesaikan persamaan kuadrat. Tipe belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi derajatnya dan lebih kompleks daripada pembentukan aturan (RuseIIendi, 2006: 169; Suherman, 2001: 36). Sebagai tipe belajar yang paling kompleks, maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan dalam pemecahan masalah. RuseIIendi (2006: 169) dan Suherman (2001: 36) menyatakan bahwa dalam pemecahan masalah biasanya ada lima langkah yang harus dilakukan, yaitu: a. menyajikan masalah dalam bentuk yang lebih jelas; b. menyatakan masalah dalam bentuk yang lebih operasional; c. menyusun hipotesis-hipotesis alternatiI dan prosedur kerja yang diperkirakan baik; d. mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya; e. memeriksa kembali hasil yang sudah diperoleh. Kelima langkah pemecahan masalah di atas saling terkait satu sama lain. Namun demikian, sebelum suatu masalah disajikan dalam bentuk yang lebih jelas, harus dipahami lebih dahulu masalah itu. Pemahaman masalah yang baik akan berdampak pada kemampuan penyajian masalah yang lebih baik sehingga hasil belajar meningkat. Jadi ada tingkah laku melalui stimulus respons dan belajar bersyarat untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Gagne mengemukakan bahwa hasil belajar harus didasarkan pada pengamatan tingkah laku, melalui stimulus respons, dan belajar bersyarat. Alasannya adalah manusia itu organisme pasiI yang bisa dikontrol melalui imbalan dan hukuman (Suherman, 2001:37). Untuk memperoleh hasil pembelajaran yang baik, Gagne mengemukakan sembilan tahap kegiatan pembelajaran, yaitu: gaining attention, inIormation the learner oI the objective, stimulating recall oI prior learning, presenting the stimulus, providing learner guidance, elliciting perIormance, giving Ieedback, assessing perIormance, dan enhancing retention and transIer (Gagne, 3-4). Kesembilan kegiatan pembelajaran tersebut telah digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Indonesia. Berdasarkan urutannya, guru memulai pengajaran dengan mengupayakan perhatian siswa, menyampaikan tujuan, mengingatkan materi sebelumnya, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, berpenampilan baik, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta melancarkan transIer belajar. Kesembilan tahap kegiatan pembelajaran itu dapat diringkas dalam delapan instruksi pengajaran, yaitu: mengaktiIkan motivasi (activating motivation), memberitahu tujuan-tujuan belajar, mengarahkan perhatian (directing attention), merangsang ingatan (stimulating recall), menyediakan bimbingan belajar, meningkatkan retensi (enhancing retention), melancarkan transIer belajar, mengeluarkan penampilan; memberikan umpan balik (Dahar, 1989:143-144). . Penutup Berdasarkan uraian teori belajar mengajar di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam belajar matematika guru dapat memulai pengajaran dengan memperoleh perhatian siswa, kemudian menyampaikan tujuan, mengingatkan materi yang telah dipelajari, memberikan stimulus, menyediakan bimbingan belajar, memperlihatkan penampilan, memberikan umpan balik, evaluasi, dan meningkatkan retensi serta melancarkan transIer belajar. AFTAR PUSTAKA Dahar, R.W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Gagne, R.M. Conditions oI Learning. Tersedia: http: // www.psy.pdx.edu./ PsiCaIe/ KeyTheorists/Gagne.htm. |2 Oktober 2007| Gagne, R.M. Conditions oI Learning. Tersedia: http:// tip.psychology. org/gagne.html |2 Oktober2007| How to Plan EIIective Training Sessions. Tersedia: http://www.notrain-nogain.org/Man /TtT/mich.asp |26 Nopember 2007| Hudojo, H. (2003). Common Textbook: Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Edisi Revisi. Malang: JICA - Universitas Negeri Malang. RuseIIendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Suherman, E. dkk. (2001). Common Textbook: Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). The PsiCaIe. (1999-2001). Every on has a history: About Robert Gagne. Tersedia: http://www.psy.pdx.edu./PsiCaIe/ KeyTheorists/Gagne.htm. |2 Oktober 2007| Pembelajaran Bermakna Posted on 08/06/2011 by rvnsprasetyoKita sebagai guru apalagi proIesional dituntut untuk bisa memberikan pembelajaran bermakna untuk peserta didik kita. Dengan pembelajaran bermakna diharapkan tujuan pembelajaran tercpai.Berkaitan dengan Belajar bermakna alangkah lebih baik jika kita mengenal Teori Gagne yang sdh sngat terkenal sebagai pwngwtahuan kita untuk bekal menjadi guru proIesional. Gagne terkenal dengan Teori Kondisi Belajar . Teori ini menggabungkan 3 komponen yang berbeda. 1. Taksonomi hasil pembelafaran, 2. Kondisi belafar tertentu, 3. dan 9 peristiwa belafar.Komponen pertama Taksonomi Gagnes adalah mengidentifikasi hasil belafar. 1aksonomi Cagne's mengandung 5 komponen:1. InIormasi Verbal, 2. Keterampilan Intelektual, 3. Strategi KognitiI, 4. Sikap, 5. dan Keterampilan Motor. Gagne diusulkan taksonominya dengan asumsi, 'bahwa hasil yang berbeda disebabkan kondisi belajar yang berbeda.Komponen kedua dari Taksonomi Gagne`s adalah kondisi belajar yang spesiIik. Gagne menunjukkan bahwa penting untuk mengkategorikan tujuan pembelajaran sesuai dengan jenis hasil pembelajaran.Dengan melakukan ini instruktur/Guru dapat menyesuaikan instruksi mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan, Iokus pada apa yang mungkin tidak jelas, dan membuat tujuan instruksional. Dalam taksonominya, Gagne mengidentiIikasi 'Kondisi khusus Belajar penting untuk mencapai hasil belajar .Sebagai contoh jika Anda ingin seseorang untuk menghaIal daItar kosakata, Anda memberikan isyarat untuk mengingat dan generalisasi. Gagne terkenal karena sembilan peristiwa instruksionalnya. Beberapa perancang pembelajaran menggunakan ini saat membuat pelajaran. Peristiwa dapat bervariasi, namun hasilnya tetap harus menjadi sama. peristiwa pembelajaran, yaitu: 1. Gaining Attention, yaitu upaya atau cara kita untuk meraih perhatian siswa. 2. Informing learner of the obfectives, memberitahukan siswa tufuan pembelafaran yang akan mereka capai/peroleh, 3. stimulating recall of prior learning, guru biasa menyebutnya dengan appersepsi, yaitu merangsang siswa untuk mengingat pelafaran terkait sebelumnya dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelafari berikutnya, 4. Presenting stimulus, setelah itu mulailah dengan menyafikan stimulus, 5. Providing learning guidance, berikan bimbingan belafar, 6. Eliciting performance, tingkatkan kinerfa, 7. Providing feed back, alias berikan umpan balik, 8. Assessing performance, ukur capaian hasil belafar mereka, 9. Enhancing retention and transfer, tingkatkan capaian hasil belafar sesuai dengan tufuan pembelafaran yang telah ditetapkan untuk dicapai Dengan berdasarkan 9 peristiwa belafar dari Gagne sangatlah tepat fika diterapkan oleh instruktur/guru/dosen untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelafaran (RPP) yang selalu dibuat dalamm Proses Belafar Mengafar (PBM)