TEORI ADMINISTRASI NEGARA
-
Upload
hamzah-ansori -
Category
Documents
-
view
147 -
download
2
Transcript of TEORI ADMINISTRASI NEGARA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), khususnya di dalam
skema, tercantum lalu-lintas administrasi negara dari eksekutif turun ke kebijakan
administrasi, lalu ke administrasi dan yang terakhir ke pemilih. Artinya, setiap
kebijakan setiap kebijakan negara yang yang diselenggarakan pihak eksekutif
diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi. Kita
mungkin mengenal badan-badan seperti Departemen, Kanwil, Kantor Kelurahan,
Kantor Samsat, di mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan
birokrasi negara yang mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat
langsung berhubungan dengan masyarakat.
Michael G. Roskin, menyebut pengertian birokrasi. Bagi mereka birokrasi
adalah setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang
diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement)
kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan (decision
makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang
terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian aturan serta prosedur yang
bersifat tetap. Terdapat rantai komando berupa hirarki kewenangan di mana
tanggung jawab setiap bagian-bagiannya mengalir dari atas ke bawah.
1
B. Rumusan Masalah
A. Pengertian Birokrasi
B. Karakteristik Birokrasi
C. Tipe-tipe Birokrasi Negara
D. Fungsi dari Birokrasi
C. Tujuan Masalah
A. Mengetahui dari Pengertian Birokrasi
B. Mengerti Karakteristik Birokrasi
C. Memahami Tipe-tipe Birokrasi Negara
D. Mengetahui Fungsi dari Birokrasi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Birokrasi
Kata birokrasi secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro (meja)
dan Kratein (pemerintahan), yang jika disintesakan berarti pemerintahan meja.
Tentu agak lucu pengertian seperti ini, tetapi memang demikianlah hakikat
birokrasi oleh sebab lembaga inilah tampak kaku yang dikuasai oleh orang-orang
di belakang meja.
Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), khususnya di dalam
skema, tercantum lalu-lintas administrasi negara dari eksekutif turun ke kebijakan
administrasi, lalu ke administrasi dan yang terakhir ke pemilih. Artinya, setiap
kebijakan setiap kebijakan negara yang yang diselenggarakan pihak eksekutif
diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi. Kita
mungkin mengenal badan-badan seperti Departemen, Kanwil, Kantor Kelurahan,
Kantor Samsat, di mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan
birokrasi negara yang mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat
langsung berhubungan dengan masyarakat.
Michael G. Roskin, menyebut pengertian birokrasi. Bagi mereka birokrasi
adalah setiap organisasi yang berskala besar yang terdiri atas para pejabat yang
diangkat, di mana fungsi utamanya adalah untuk melaksanakan (to implement)
kebijakan-kebijakan yang telah diambil oleh para pengambil keputusan (decision
makers). Idealnya, birokrasi merupakan suatu sistem rasional atau struktur yang
terorganisir yang dirancang sedemikian rupa guna memungkinkan adanya
pelaksanaan kebijakan publik yang efektif dan efisien.
3
Birokrasi juga dioperasikan oleh serangkaian aturan serta prosedur yang
bersifat tetap. Terdapat rantai komando berupa hirarki kewenangan di mana
tanggung jawab setiap bagian-bagiannya mengalir dari atas ke bawah.
B. Karakteristik Birokrasi
Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max
Weber. Menurut Weber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu :
1. Organisasi yang disusun secara hirarkis
2. Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.
3. Pelayanan publik (civil sevants) terdiri atas orang-orang yang diangkat,
bukan dipilih, di mana pengangkatan tersebut didasarkan kepada
kualifikasi kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian (examination).
4. Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.
5. Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.
6. Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.
7. Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.
8. Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's judgments).
Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya
menyebut hal-hal yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di
dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil
ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya pola
pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.
C. Tipe-tipe Birokrasi Negara
Untuk melihat tipe-tipe birokrasi negara, dapat kiranya kita manfaatkan
pemisahan tipe birokrasi menurut ideal typhus Amerika Serikat. Ideal typhus
tersebut lalu kita komparasikan dengan apa yang ada di Indonesia.
4
Departemen-departemen dalam kabinet terdiri atas beberapa beberapa
lembaga birokrasi yang dibedakan menurut tugasnya. Ada departemen tenaga
kerja, departemen pertahanan, atau departemen pendidikan. Tugas utama dari
departemen-departemen ini adalah melaksanakan kebijaksanaan umum yang telah
digariskan oleh lembaga eksekutif maupun yudikatif.
Agen-agen federal merupakan kepanjangan tangan dari lembaga
kepresidenan. Ia dibentuk berdasarkan pilihan dari presiden yang tengah
memerintah, oleh sebab itu sifatnya lebih politis ketimbang murni administratif.
Organisasi NASA di sana merupakan salah satu contoh dari agen-agen federal.
Contoh dari birokrasi ini juga diposisikan oleh FBI (Federal Bureau
Investigation). Di Indonesia agen-agen seperti ini misalnya Badan Tenaga Atom
Nasional (Batan), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Korporasi-korporasi federal merupakan birokrasi yang memadukan antara
posisinya sebagai agen pemerintah sekaligus sebagai sebuah lembaga bisnis. Di
Indonesia contoh yang paling endekati adalah BUMN (Badan Usaha Milik
Negara). Meskipun negara (eksekutif) terkadang masih merupakan pihak yang
paling menentukan dalam pengangkatan pejabatnya, tetapi secara umum sebagai
sebuah lembaga bisnis ia memiliki otoritas untuk menentukan jenis modal dan
juga memutuskan apakah perusahaan akan melakukan pemekaran organisasi atau
sebaliknya, perampingan. Di Indonesia, contoh dari korporasi-korporasi milik
negara ini misalnya Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA), Garuda Indonesia
Airways (GIA), Perusahaan Listrik Negara (PNL) atau Bank Mandiri.
Agen-agen Pengaturan Independen, sebagai jenis birokrasi yang terakhir,
merupkan birokrasi yang dibentuk berdasarkan kebutuhan untuk
menyelenggarakan regulasi ekonomi terhadap dunia bisnis, di mana
penyelenggaraan tersebut berkaitan secara langsung dengan kesejahteraan
masyarakat. Di Indonesia kini dibentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional
(BPPN) yang berfungsi untuk melakukan rekstrukturisasi kalangan bisnis tanah
5
air yang di masa lalu dianggap banyak merugikan keuangan negara, dan secara
lebih jauh, kesejahteraan masyarakat Indonesia akibat, katakanlah, kredit-kredit
macet mereka. Selain itu, contoh bisa kita sebutkan misalnya Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi
Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan
sejenisnya.
A. Fungsi Birokrasi
Michael G. Roskin. meneyebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada 4 fungsi
birokrasi di dalam suatu pemerintahan modern. Fungs-fungsi tersebut adalah :
1. Administrasi
Fungsi administrasi pemerintahan modern meliputi administrasi,
pelayanan, pengaturan, perizinan, dan pengumpul informasi. Dengan fungsi
administrasi dimaksudkan bahwa fungsi sebuah birokrasi adalah
mengimplementasikan undang-undang yang telah disusun oleh legislatif serta
penafsiran atas UU tersebut oleh eksekutif. Dengan demikian, administrasi berarti
pelaksanaan kebijaksanaan umum suatu negara, di mana kebijakan umum itu
sendiri telah dirancang sedemikian rupa guna mencapai tujuan negara secara
keseluruhan.
2. Pelayanan
Birokrasi sessungguhnya diarahkan untuk melayani masyarakat atau
kelompok-kelompok khusus. Badan metereologi dan Geofisika (BMG) di
Indonesia merupakan contoh yang bagus untuk hal ini, di mana badan tersebut
ditujukan demi melayani kepentingan masyarakat yang akan melakukan
perjalanan atau mengungsikan diri dari kemungkinan bencana alam. Untuk batas-
batas tertentu, beberapa korporasi negara seperti PJKA atau Jawatan POS dan
Telekomunikasi juga menjalankan fungsi public service ini.
3. Pengaturan (regulation)
6
Fungsi pengaturan dari suatu pemerintahan biasanya dirancang demi
mengamankan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan fungsi ini, badan
birokrasi biasanya dihadapkan anatara dua pilihan: Kepentingan individu versus
kepentingan masyarakat banyak. Badan birokrasi negara biasanya diperhadapkan
pada dua pilihan ini.
4. Pengumpul Informasi (Information Gathering)
Informasi dibutuhkan berdasarkan dua tujuan pokok: Apakah suatu
kebijaksanaan mengalami sejumlah pelanggaran atau keperluan membuat
kebijakan-kebijakan baru yang akan disusun oleh pemerintah berdasarkan situasi
faktual. Badan birokrasi, oleh sebab itu menjadi ujung tombak pelaksanaan
kebijaksanaan negara tentu menyediakan data-data sehubungan dengan dua hal
tersebut. Misalnya, pemungutan uang yang tidak semestinya (pungli) ketika
masyarakat membuat SIM atau STNK tentunya mengalami pembengkakan.
Pungli tersebut merupakan pelanggaran atas idealisme administrasi negara, oleh
sebab itu harus ditindak. Dengan ditemukannya bukti pungli, pemerintah akan
membuat prosedur baru untuk pembuatan SIM dan STNK agar tidak memberi
ruang bagi kesempatan melakukan pungli.
Selain Roskin, Andrew Heywood juga mengutarakan sejumlah fungsi
yang melekat pada birokrasi. Bagi Heywood, fungsi dari birokrasi adalah:
1. Pelaksanaan Administrasi
Fungsi ini serupa dengan yang diutarakan Roskin, bahwa fungsi utama
birokrasi adalah mengimplementasikan atau mengeksekusi undang-undang dan
kebijakan negara. Sehubungan dengan fungsi ini, Heywood membedakan 2 peran
di tubuh pemerintah. Pertama, peran pembuatan kebijakan dalam mana peran ini
ada di tangan politisi. Kedua, peran pelaksanaan kebijakan dalam mana peran ini
ada di tangan birokrat. Sebab itu, kerap disebut bahwa suatu rezim pemerintahan
disebut dengan administrasi. Misalnya administrasi Gus Dur, administrasi
Sukarno, administrasi SBY, atau administrasi Barack Obama. Ini akibat
7
kenyataan, suatu kebijakan baru akan terasa jika telah dilaksanakan. Fungsi
administrasi, oleh karena itu, merupakan fungsi sentral dari birokrasi negara.
2. Nasehat Kebijakan (Policy Advice)
Birokrasi menempati peran sentral dalam pemberian nasehat kebijakan
kepada pemerintah. Ini akibat birokrasi merupakan lini terdepan dalam
implementasi suatu kebijakan, mereka adalah pelaksananya. Sebab itu, masalah
dalam suatu kebijakan informasinya secara otomatis akan terkumpul di birokrasi-
birokrasi. Heywood membedakan 3 kategori birokrat yaitu:
a. Top level civil servants
b. Middle-rangking civil servants
c. Junior-ranking civil servants
Top level civil servant banyak melakukan kontak dengan politisi,
sementara middle dan junior civil servants lebih pada pekerjaan-pekerjaan rutin di
lapangan. Top level civil servants dapat bertindak selaku penasehat kebijakan bagi
para politisi, dalam mana informasi pelaksanaan kebijakan mereka peroleh dari
middle dan junior civil servants.
3. Artikulasi Kepentingan
Kendati bukan fungsi utamanya guna mengartikulasi kepentingan (ini
fungsi partai politik), tetapi birokrasi kerap mendukung upaya artikulasi dan
agregasi kepentingan. Dalam tindak keseharian mereka, birokrasi banyak
melakukan kontak dengan kelompok-kelompok kepentingan di suatu negara. Ini
membangkitkan kecenderungan korporatis dalam mana terjadi kekaburan antara
kepentingan-kepentingan yang terorganisir dengan kantor-kantor pemerintah
(birokrasi). Kelompok-kelompok kepentingan seperti perkumpulan dokter, guru,
petani, dan bisnis kemudian menjadi kelompok klien yang dilayani oleh birokrasi
negara. Pada satu ini klientelisme ini positif dalam arti birokrasi secara dekat
8
mampu mengartikulasikan kepentingan kelompok-kelompok tersebut yang
notabene adalah rakyat yang harus dilayani. Namun, pada sisi lain klientelisme ini
berefek negatif, utamanya ketika birokrasi berhadapan dengan kepentingan-
kepentingan bisnis besar seperti Bakri Group (ingat kasus Lapindo), kelompok-
kelompok percetakan dalam kasus Ujian Nasional di Indonesia, dalam mana
keputusan pemerintah berbias kepentingan kelompok-kelompok tersebut.
4. Stabilitas Politik
Birokrasi berperan sebagai stabilitator politik dalam arti fokus kerja
mereka adalah stabilitas dan kontinuitas sistem politik. Peran ini utamanya kentara
di negara-negara berkembang dalam mana pelembagaan politik demokrasi mereka
masih kurang handal.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara etimologis, birokrasi berasal dari kata Biro (meja) dan Kratein
(pemerintahan), yang jika disintesakan berarti pemerintahan Meja. Tentu agak
lucu pengertian seperti ini, tetapi memang demikianlah hakikat birokrasi oleh
sebab lembaga inilah tampak kaku yang dikuasai oleh orang-orang di belakang
meja.
Di dalam pendekatan institusional (kelembagaan), khususnya di dalam
skema, tercantum lalu-lintas administrasi negara dari eksekutif turun ke Kebijakan
Administrasi, lalu ke Administrasi dan yang terakhir ke pemilih. Artinya, setiap
kebijakan setiap kebijakan negara yang yang diselenggarakan pihak eksekutif
diterjemahkan ke dalam bentuk kebijakan administrasi negara, di mana
pelaksanaan dari administrasi tersebut dilakukan oleh lembaga birokrasi. Kita
mungkin mengenal badan-badan seperti Departemen, Kanwil, Kantor Kelurahan,
Kantor Samsat, di mana kantor-kantor tersebut semua merupakan badan-badan
birokrasi negara yang mengimplementasikan kebijakan negara dan bersifat
langsung berhubungan dengan masyarakat.
Dalam kehidupan politik, perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik
akan memiliki implikasi luas, terutama dalam memperbaiki tingkat kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Buruknya kinerja birokrasi selama ini menjadi
10
salah satu faktor penting yang mendorong munculnya krisis kepercayaan
masyarakat kepada pemerintah. Protes, demonstrasi dan bahkan pendudukan
kantor-kantor pemerintahan oleh masyarakat yang sering terjadi diberbagai daerah
menjadi indikator dari besarnya ketidakpuasan masyarakat terhadap kinerja
pemerintahnya. Perbaikan kinerja birokrasi pelayanan publik diharapkan akan
mampu mengembalikan image pemerintah dimata masyarakat karena dengan
kwalitas pelayanan publik yang semakin baik, kepuasan dan kepercayaan
masyarakat bisa dibangun kembali. Kalau ini dilakukan maka pemerintah akan
memperoleh kembali legitimasi dimata publik.
B. Saran-Saran
Saya selaku pemakalah mohon maaf atas segala kekurangan yang terdapat
dalam makalah ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
semuanya agar makalah ini dapat dibuat dengan lebih baik lagi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia : Prof.Dr. Agus Dwiyanto, dkk
Tri Kadarwati. 2001. Administrasi Negara Perbandingan. Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Birokrasi dan Politik di Indonesia : Prof.DR.Miftah Thoha, MPA
Reformasi Pelayanan Publik, Prof.Dr. Agus Dwiyanto
Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik : Edi Suharto, Ph.D
12