analisis administrasi negara

85
Analisis Administrasi Negara ( SON491) Disusun Oleh : Herfina Tedjo Warsito 071211132025 S1 Ilmu Administrasi Negara Departemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Airlangga

description

analisis administrasi negara

Transcript of analisis administrasi negara

Page 1: analisis administrasi negara

Analisis Administrasi Negara

( SON491)

Disusun Oleh :

Herfina Tedjo Warsito 071211132025

S1 Ilmu Administrasi Negara

Departemen Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Airlangga

Surabaya

2015

Page 2: analisis administrasi negara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada awalnya Indonesia menganut sistem pemerintahan sentralistis

yang berlangsung pada jaman pemerintahan Soeharto dimana segala hal mengenai

penyelenggaraan pemerintahan dijalankan secara terpusat. Adanya sistem

pemerintahan terpusat mengakibatkan sistem pemerintahan yang seragam dan

tidak bervariasi. Kemudian dengan adanya sistem pemerintahan terpusat juga

membuat pemerintah daerah harus ‘menunggu’ terlebih dahulu instruksi dari

pemerintah pusat untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan.

Seiring berjalannya waktu, setelah sistem pemerintahan sentralistis

digantikan dengan sistem pemerintahan desentralistis, seluruh kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan menjadi tanggung jawab dari pemerintah daerah

dan dilaksanakan secara mandiri dengan adanya pengawasan oleh pemerintah

pusat.

Sistem pemerintahan desentralistis memiliki beberapa aspek positif,

antara lain, membuat tiap-tiap pemerintah daerah berlomba-lomba untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran daerahnya. Masing-masing daerah

diberi hak untuk mengatur dan mengurus pemerintahannya guna mewujudkan

efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, serta

pelayanan publik pada masyarakat. Penyerahan urusan yang lebih besar kepada

pemerintah daerah, selain memberikan kewenangan yang lebih besar, sekaligus

2

Page 3: analisis administrasi negara

juga memberikan implikasi terhadap makin besarnya beban tugas yang harus

ditanggung oleh pemerintah daerah.

Melalui desentralisasi, pemerintah daerah tidak hanya mampu

merespon kebutuhan-kebutuhan warga, tetapi juga mampu mendorong warga

untuk memiliki kemauan untuk membayar (willingness to pay for services)

pelayanan publik yang sesuai dengan keinginan mereka; serta mendorong warga

agar memiliki kemauan untuk mempertahankan pelayanan publik yang telah

diberikan (maintain services that match their demands) utamanya jika mereka

telah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyediaan pelayanan

publik tersebut.1

Sejak digulirkannya otonomi daerah dan sistem pemerintahan

desentralistis, banyak sekali pemerintah daerah yang telah melakukan berbagai

pembaharuan dalam pelayanan publik. Pembaharuan dalam pelayanan publik

dilakukan karena berbagai macam alasan, yaitu, bertujuan untuk meningkatkan

kepuasan warga sebagai pelanggan (customer satisfaction), adanya peningkatan

Pendapatan Asli Daerah (PAD), juga sebagai terobosan dalam reformasi birokrasi

menuju ke arah yang lebih baik.

Seiring dengan pesatnya arus globalisasi yang semakin meluas

diberbagai negara dan juga merambah ke Indonesia, bersamaan dengan gencarnya

tuntutan dari masyarakat pada berbagai proses penyelenggaraan pelayanan publik

1 Agus, Pramusinto,. Inovasi-Inovasi Pelayanan Publik Untuk Pengembangan Ekonomi Lokal: Pengalaman Beberapa Daerah. Makalah Tidak Diterbitkan (Makalah disampaikan dalam Seminar Lokakarya Nasional “Perda dalam Pencapaian Tujuan Otonomi Daerah:Meningkatkan Akses dan Partisipasi Publik dalam Menelaah Perda untuk Menjamin Transparansi dan Akuntabilitas Pengimplementasian Perda”, 26-27 Juli 2006 (Online), Hlm. 2-3

3

Page 4: analisis administrasi negara

menuju ke arah yang lebih baik, membuat pemerintah daerah untuk menghasilkan

inovasi-inovasi terbaru dalam hal pelayanan publik.

Inovasi-inovasi tersebut dihasilkan dalam berbagai macam bidang,

yaitu antara lain, bidang pendidikan, bidang kesehatan, dan segala macam bidang

yang terkait dengan pengadministrasian yang fokus pada urusan birokrasi

pemerintah. Tujuan adanya inovasi-inovasi tersebut biasanya cenderung untuk

memudahkan proses pengurusan hal yang terkait dengan birokrasi dan bersifat

praktis, cepat, efisien, dan efektif.

Dari tahun ke tahun, inovasi-inovasi yang lahir dalam ranah publik makin

banyak, apalagi semenjak adanya peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia

Nomor 30 Tahun 2014 mengenai Pedoman Inovasi Pelayanan Publik. Munculnya

peraturan menteri tersebut dilatarbelakangi oleh adanya tuntutan dari pelaksanaan

reformasi birokrasi yang dapat dicapai salah satunya adalah dengan peningkatan

pelayanan publik.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam memperbaiki

regulasi pelayanan, mempercepat dan mempermudah proses dan mekanisme

pelayanan serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagai aparatur

pelayanan. Namun upaya perbaikan tersebut sampai saat ini belum sesuai dengan

harapan masyarakat. Menghadapi kondisi yang demikian, maka masih perlu

dilakukan upaya percepatan peningkatan kualitas pelayanan publik dengan

mendorong tumbuhnya model-model pelayanan yang inovatif yang dapat

4

Page 5: analisis administrasi negara

menginspirasi, menjadi contoh, dan dapat ditransfer/ditiru melalui transfer

pengetahuan dan pengalaman.2

Dengan adanya model-model inovasi pelayanan terbaru, maka akan

mendorong pemerintah daerah untuk menjadi unit teknis yang lebih kreatif dan

inovatif. Disamping itu, peran pemerintah daerah yang telah melahirkan inovasi-

inovasi terbaru dapat diapresiasi dan mendapatkan pengakuan terhadap inovasi

yang telah dibuat, juga memotivasi pemerintah daerah lainnya untuk berbuat hal

yang serupa walaupun tidak sama (perlu dimodifikasi).

Agar dorongan dalam melahirkan berbagai macam inovasi pelayanan

publik lebih kuat, maka perlu dibangun budaya minimal satu inovasi setiap

tahunnya yang dikembangkan oleh setiap Kementerian/Lembaga dan pemerintah

daerah (program One Agency, One Innovation) melalui kerjasama jaringan kerja

pengembangan inovasi pelayanan publik, diantaranya dengan melakukan

kompetisi inovasi pelayanan publik dan pemberian penghargaan inovasi

pelayanan publik (Peraturan Menteri PAN-RB).

Pengembangan inovasi pelayanan publik dilakukan dalam kesatuan sistem,

sehingga pengembangan inovasi yang dilakukan secara terus menerus dan

berkelanjutan transfer pengetahuan dari unit yang satu kepada unit pelayanan

publik yang lain. Dalam rangka menjamin hal tersebut perlu mendapat payung

hukum berupa Peraturan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan

Reformasi Birokrasi.3

2 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Pedoman Inovasi Pelayanan Publik, Hlm. 13 Ibid. Hlm. 1-2

5

Page 6: analisis administrasi negara

Salah satu sebab lahirnya inovasi pelayanan publik sendiri adalah

untuk mewujudkan adanya good governance pada suatu pemerintahan daerah.

Good governance sebagai sebuah konsep dan gerakan memiliki dimensi yang

banyak dan area yang sangat luas. Sebagai sebuah konsep baru, governance

juga sering dipahami secara berbeda serta memiliki ciri dan indikator yang

banyak dan bervariasi tergantung cara pandang yang digunakan. Kondisi

seperti inilah yang sedikit banyak akan mempersulit upaya untuk

mempercepat pengembangan good governance (Agus, 2006).

Namun segala kebingungan mengenai konsep governance serta pro

dan kontra mengenai aspek-aspek governance, upaya-upaya konkret menuju

good governance haruslah segera dilaksanakan. Prioritas harus segera dipilih

karena tidak mungkin untuk melakukan seluruh tindakan secara bersamaan.

Waktu, tenaga, anggaran, dan sumber daya lainnya sangatlah terbatas dalam

perwujudan good governance. Namun, aksi konkret dari pemerintah harus

segera dilaksanakan4 dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah

dengan membuat suatu inovasi baru dan menggunakan inovasi tersebut.

Dari tahun ke tahun, telah dilahirkan berbagai macam inovasi

pelayanan publik. Salah satu contohnya yaitu Kabupaten Jembrana. Kabupaten

Jembrana sering disebut sebagai juara yang mempelopori pendidikan dan

kesehatan gratis. Sejak tahun 2001 Jembrana menyediakan pelayanan publik

yang terjangkau dan merata bagi rakyat, misalnya melalui skema “sekolah

gratis” dan “kesehatan gratis”. Sejak tahun 2003, Jembrana melakukan relokasi

subsidi kesehatan, yakni mengalihkan subsidi yang semula diberikan untuk 4 Agus Dwiyanto (ed), Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, 2006, Hlm. 41

6

Page 7: analisis administrasi negara

biaya obat-obatan RSUD dan Puskesmas, kemudian digunakan untuk

membayar premi (iuran) asuransi bagi seluruh rakyat. Untuk mendanai sekolah

gratis, Jembrana telah mensubsidi Rp. 14,7 miliar, atau hampir Rp. 3,7 miliar

per tahun, dalam kurun waktu 2001-2004. Sejak tahun 2003 Jembrana juga

menyediakan beasiswa untuk siswa sekolah swasta yang membutuhkan.

Selain Jembrana, juga ada Purbalingga, yang memang belum banyak

terdengar suaranya dalam hal inovasi pelayanan. Purbalingga melakukan

inovasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan dengan

mengusung empat program utama : Program Stimulan Pemugaran Rumah

Keluarga Miskin (PSPR Gakin); Program Padat Karya Pangan (PPPP);

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat, serta Alokasi Dana Desa

(ADD).5

Praktik inovasi dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintah di

Indonesia memang telah diungkapkan dalam sejumlah literatur. Beberapa

daerah yang sering menjadi rujukan best practices penerapan inovasi antara

lain adalah provinsi Gorontalo, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Jembrana.6

Menilik kinerja ketiga daerah tersebut, terbukti bahwa inovasi sangat

diperlukan bagi birokrasi pemerintah dalam proses reformasi.

Tidak berhenti pada beberapa daerah tersebut, baru-baru ini dalam

suatu kompetisi inovasi pelayanan publik yang dihelat oleh Kementerian PAN-

RB, berbagai macam daerah di seluruh Indonesia juga telah diapresiasi dengan

5 Andhyka Muttaqin,. Inovasi Birokrasi Sebagai Syarat Pelayanan Publik;Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Universitas Brawijaya, Vol. 2, No 1, Januari-Juni 2011 (Online). Hlm. 1986 Ibid. Hlm. 199

7

Page 8: analisis administrasi negara

diterbitkannya buku Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2014. Salah satu

daerah yang menyabet beberapa penghargaan dari kompetisi tersebut adalah

kota Surabaya.

Beberapa inovasi pelayanan publik kota Surabaya yang telah

diapresiasi adalah Media Center milik pemerintah kota Surabaya, Rapor Online

Kota Surabaya, Government Resources Management System (GRMS) Sistem

Informasi Manajemen Sumber Daya Pemerintahan Kota Surabaya, Surabaya

Single Window (SSW) Kota Surabaya, E-Health Kota Surabaya, dan Try Out

Online Kota Surabaya. Dengan adanya beberapa penghargaan yang diperoleh

kota Surabaya dalam kompetisi inovasi pelayanan publik ini membuktikan

bahwa pemerintah kota Surabaya adalah unit pemerintah yang kreatif, inovatif,

dan kapabel dalam mengelola inovasi tersebut.

Salah satu inovasi pelayanan publik di Kota Surabaya yang telah

berjalan dari tahun 2014 hingga memasuki tahun 2015 ini adalah E-Kios atau

juga bisa disebut Kios Pelayanan Publik. E-Kios ini dilengkapi dengan layar

touch screen, keyboard, printer, serta aplikasi ini dilengkapi dengan bahasa

Jawa dan bahasa Madura. Inovasi pelayanan publik ini terdiri dari tiga menu

utama dengan peruntukan yang berbeda. Tiga menu tersebut yakni adalah

Surabaya Single Window (SSW) untuk urusan perizinan, E-Lampid (layanan

akta kelahiran-kematian-pindah-datang) untuk administrasi kependudukan, dan

E-health untuk layanan kesehatan.

Kios Pelayanan Publik tersebut dapat diakses di ratusan titik di wilayah

Surabaya, seperti di kantor kelurahan, kantor kecamatan, puskesmas dan kantor

8

Page 9: analisis administrasi negara

SKPD Pemerintah Kota Surabaya. Masyarakat sudah tidak perlu repot-repot lagi

untuk mengantri di loket dinas terkait untuk mengurus registrasi karena bisa

mengakses menu registrasi tersebut di kantor kelurahan, kecamatan, ataupun

puskesmas terdekat di rumahnya.7

Sayangnya dalam implementasi inovasi E-Kios tersebut nyatanya telah

ditemukan beberapa kendala teknis, seperti kutipan berita yang dilansir dari artikel

Jawa Pos dalam bentuk olahan tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Tabel Masalah Implementasi E-KiosMasalah-masalah pelaksanaan E-Kios Lokasi E-Kios

Masalah pada mesin E-Kios; layar bergerak tidak menentu, menu layanan tidak bisa dilihat, mesin ngadat

Kelurahan Karah, Surabaya

Kesalahan database. Data pendaftar layanan masuk ke database kelurahan lain

Kelurahan Manyar Sabrangan, Surabaya

Jaringan internet yang lambat dan tidak stabil

Kelurahan Gunung Anyar Tambak

Jaringan internet belum tersambung Kecamatan SawahanTerdapat gangguan sistem pada touchscreen, layar sentuh hang

Kelurahan Sonokwijenan

Mesin sering ngadat sehingga masyarakat jarang sekali menggunakan mesin E-Kios

Kelurahan Putat Jaya

Masalah pada layar sentuh, koneksi internet yang tidak stabil atau sering putus

Kecamatan Sambikerep

Data seringkali tidak terbaca Kelurahan Tambak SariosoJumlah pengakses E-Kios minim karena jumlah penduduk di kelurahan hanya 4000 jiwa

Kelurahan Tambak Osowilangon

Internet lamban, aplikasi komputer tidak menunjang

Kelurahan Asemrowo

Layanan internet dari E-Kios terputus sehingga E-Kios belum digunakan sama sekali

Kelurahan Sukolilo Baru

Mesin masih terkena gangguan pada Kelurahan Kebraon7 Dispendukcapil, Surabaya Launching 203 Anjungan Pelayanan Publik, diakses dari http://dispendukcapil.surabaya.go.id/media-a-publik/berita?start=10, pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.29 WIB

9

Page 10: analisis administrasi negara

koneksi internetInternet masih lambat Kelurahan Bulak Banteng

Sumber : Olahan berita Jawa Pos Online

Adapun juga terdapat berita yang dikutip dari www.swaraguna.com

mengenai masalah yang berkenaan dengan sosialiasi E-Kios, yaitu sebagai berikut

:

Swaraguna - Senin depan terhitung tanggal 09 Februari, jam kerja staff kelurahan di Surabaya akan bertambah panjang. Tiap harinya mereka akan bekerja hingga pukul 20.00 WIB seminggu penuh termasuk hari Sabtu dan Minggu. Hal ini di karenakan fasilitas E-Kios sudah akan berjalan secara penuh. Seperti di beritakan sebelumnya bahwa Pemkot Surabaya saat ini sudah memberikan fasilitas kepada warga yang hendak mengurus surat-surat baik akta kelahiran dan akta kematian melalui E-Kios, tetapi masalahnya belum semua warga paham akan fasilitas tersebut sehingga butuh staff dari kelurahan untuk membimbing.(baca :pemkot surabaya resmikan e-kios).

Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) surabaya, Suharto Wardoyo mengatakan, kelurahan akan di berikan waktu untuk persiapan sehingga di harapkan pada Senin depan semuanya sudah siap memberikan pelayan E-Kios tersebut. Saat ini semua perangkat berupa mesin dan buku register sudah di distribusikan ke seluruh kelurahan yang ada di Surabaya.

Kebijakan pelayanan seminggu penuh ini tentu saja akan merombak jam kerja staff Kelurahan yang biasanya tiap harinya mereka bisa pulang pada pukul 16.00 WIB menjadi lebih panjang menjadi pukul 20.00 WIB. Di hubungi secara terpisah, Lurah Kedung Baruk, Ruly Presetia Negara mengungkapkan sudah membagi tim yang bertugas mengawal alat tersebut. Tim ini bertugas mulai sore, malam hingga Sabtu dan Minggu.

Sumber : www.swaraguna.com (berita telah diolah)

Surabaya (KN) – Kios Pelayanan Publik yang diluncurkan Walikota Surabaya Tri Rismaharini beberapa waktu lalu, diklaim mampu melayani masyarakat dengan baik. Namun nyatanya kios layanan yang ada di kantor kelurahan dan kecamatan itu tak berfungsi sesuai harapan. Dari penelusuran secara acak koran ini, di beberapa kelurahan dan kecamatan, diantaranya Kelurahan Kedungbaruk, Kelurahan Panjang Jiwo dan Kecamatan Rungkut, kios layanan publik tersebut hanya sebatas pajangan karena tidak berfungsi normal seperti yang diharapkan.

Petugas PNS kelurahan tersebut juga menunjukkan surat pengaduan tidak berfungsinya scanner dan ngadatnya akses internet Kios Pelayanan Publik tersebut yang akan dikirimkan ke Dinas Kominfo Kota Surabaya.

10

Page 11: analisis administrasi negara

Beberapa hari sebelumnya, hal ini pun mendapat sorotan dari Komisi Pelayanan Publik (KPP) Jatim. KPP Jatim menemukan Kios Pelayanan Publik tersebut yang tak berfungsi di salah satu kelurahan dan kecamatan di Surabaya.Menurut salah satu komisioner KPP Jatim Nuning Rodiyah, saat pihaknya melakukan sidak, mendapati ada beberapa alat di kantor kecamatan Kios Pelayanan Publik yang rusak. Seperti touch screen, scanner, dan printer dalam kondisi mati bahkan ditutupi dengan bekas banner. Saat komisioner KPP mengunjungi Kecamatan Tambaksari, Kecamatan Tenggilis Mejoyo dan Kelurahan Ploso, kasusnya sama,  Kios Pelayanan Publik di tempat tersebut juga tak difungsikan.

Bagi KPP, kios pelayanan publik itu merupakan kerja inovatif yang tak optimal. Harapan KPP, peralatan kios pelayanan itu bisa berfungsi dengan baik sehingga kebutuhan masyarakat bisa terlayani. Artinya, Pemkot Surabaya belum siap melayani warganya.

Sumber : korannusantara.com (berita telah diolah)

Komputer dengan layar sentuh untuk mendukung Kios Pelayanan Publik telah disebar seluruh kantor kecamatan, beberapa kelurahan, kantor SKPD dan beberapa wilayah publik lainnya. Namun sayangnya, dalam pantauan Komisi Pelayanan Publik di lapangan masih ada beberapa komputer yang tidak digunakan.

Salah satunya di kantor Kecamatan Tenggilis, dimana komputer tersebut belum terpasang dengan alasan kantor masih renovasi. Di kantor Kecamatan Tambaksari, sudah terpasang namun dalam kondisi mati. Warga yang sedang mengurus berbagai administrasi ketika ditanya, ternyata tidak mengetahui keberadaan Kios Pelayanan Publik maupun fungsi dari komputer layar sentuh tersebut.

Komisi Pelayanan Publik Provinsi Jawa Timur menyayangkan kondisi tersebut. Karena tujuan yang baik serta didukung oleh sarana dan prasarana yang canggih,ternyata belum dioptimalkan penggunaannya

Kendala yang terlihat di lapangan, antara lain: 1).Petugas Pemkot belum semua memahami tentang Kios Pelayanan Publik. 2). Petugas tidak tahu cara menjalankan komputer sentuh yang sudah tersedia. 3).Tidak ada papan sosialisasi terkait Kios Pelayanan Publik maupun cara menggunakan komputer sentuh.

Sumber : radjawarta.co (berita telah diolah)

Selain itu berikut ini akan dilampirkan data pengguna E-Kios (E-Lampid,

E-Health, Surabaya Single Window) yang diambil dari Dinas Kesehatan Surabaya,

11

Page 12: analisis administrasi negara

Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Surabaya, dan Dinas Komunikasi dan

Informatika Surabaya.

Data Pengguna E-Kios (Surabaya Single Window, E-Lampid, dan E-Health)

Tabel 2. Laporan Pengurusan Akta Kelahiran dan Kematian Tahun 2015 (E-Lampid)

Bulan Akta Kelahiran Akta KematianJanuari 257 berkas 34 berkasFebruari 1238 berkas 293 berkasMaret 2587 berkas 917 berkasApril 2689 berkas 812 berkasMei 2740 berkas 735 berkas

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya (data telah diolah)

Tabel 3. Tabel Berkas Masuk E-Lampid Kota Surabaya (Data pendaftaran kelahiran dan kematian sampai Mei 2015) terdiri dari 154 kelurahan dan 31 kecamatan serta sejumlah instansi lainnya

Total Approve sampai Kelurahan

Approve sampai staff dispenduk

Kelahiran 12.312 orang 9.741 orang 9.718 orangKematian 3.934 orang 2.700 orang 2.684 orang

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Surabaya (data telah diolah)

Menurut Ibu Devi, staf dari UPTSA Surabaya, rata-rata berkas masuk pada Surabaya Single Window adalah 700 berkas tiap bulannya. Berikut ini adalah tabel jumlah berkas masuk Surabaya Single Window pada tahun 2015

Tabel 4. Tabel Berkas Masuk Surabaya Single Window Tahun 2015

12

Page 13: analisis administrasi negara

No Bulan/Tahun Jumlah Berkas1 Januari 2015 101 berkas2 Februari 2015 895 berkas3 Maret 2015 1281 berkas4 April 2015 1419 berkas5 Mei 2015 976 berkas6 Juni 2015 (s/d tanggal 19 Juni 2015) 882 berkas

Sumber : Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap Surabaya (data telah diolah)

(Jumlah pendaftar E-Health masih dalam tahap proses pengumpulan data)

Studi terdahulu yang telah membahas implementasi inovasi pelayanan

publik adalah skripsi yang berjudul “Implementasi Sistem Payment Point dalam

Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

di Kantor Bersama Samsat II Katang Kediri Kabupaten”, disusun oleh Nurlin

Prana Wijaya. Skripsi tersebut mendeskripsikan tentang implementasi payment

point dimana payment point adalah hasil inovasi pelayanan yang dihasilkan kantor

Samsat II Katang untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat wajib

pajak pada pembayaran pajak kendaraan bermotor8.

Yang kedua adalah skripsi yang berjudul “Implementasi Program

LARASITA (Studi Deskriptif Tentang Penerapan Program LARASITA “One Day

Service” di Badan Pertanahan Nasional Sidoarjo)”, disusun oleh Keny Karina

Bonita. Skripsi ini mendeskripsikan bagaimana implementasi LARASITA di

kantor BPN Sidoarjo. Selama ini citra BPN Republik Indonesia di mata

masyarakat, karena pelayanannya yang berbelit-belit, mahal, serta banyaknya

8 Nurlin Prana Wijaya, Implementasi Sistem Payment Point dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Bersama Samsat II Katang Kediri Kabupaten, S1 Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, 2010, hlm. 1

13

Page 14: analisis administrasi negara

calo. Sehingga dengan adanya masalah tersebut, BPN berupaya memperbaiki

pelayanan dengan menghadirkan program LARASITA9.

Sejumlah studi terdahulu di atas menyatakan bahwa hadirnya masalah-

masalah yang terjadi dalam proses pelayanan di ranah birokrasi telah

menghadirkan sejumlah inovasi dalam berbagai bentuk, seperti inovasi kebijakan,

inovasi teknologi, dan inovasi-inovasi lainnya. Dengan kehadiran sejumlah

inovasi tersebut, seharusnya proses pelayanan publik pada masyarakat semakin

praktis, mudah, dan cepat.

Pada inovasi E-Kios yang telah berjalan selama kurang lebih satu tahun,

apakah E-Kios tersebut telah diimplementasikan dengan baik oleh pihak

pemerintah? Apa seluruh masyarakat mengetahui dan memahami penggunaan

inovasi ini? Dan apakah mereka telah mendapatkan sosialisasi yang cukup jelas

mengenai inovasi tersebut?

Didasarkan pada uraian permasalahan yang telah disajikan di atas, maka

peneliti menganggap bahwa hal tersebut perlu dikaji lebih lanjut untuk

mengetahui seberapa jauh implementasi E-Kios yang dilaksanakan oleh

pemerintah kepada masyarakat kota Surabaya serta faktor-faktor yang

mempengaruhi implementasi inovasi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

9 Keny Karina Bonita, Implementasi Program LARASITA (Studi Deskriptif Tentang Penerapan Program LARASITA “One Day Service” di Badan Pertanahan Nasional Sidoarjo), S1 Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga, 2012, hlm. 1

14

Page 15: analisis administrasi negara

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil

rumusan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi E-Kios Kota Surabaya?

2. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi E-Kios

sebagai inovasi pelayanan publik kota Surabaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi E-Kios (Kios

Pelayanan Publik) Kota Surabaya dan faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi inovasi pelayanan tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat bagi para pembaca,

yaitu antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Akademis

Dapat memberikan gambaran, wawasan, ataupun pengetahuan tentang

implementasi inovasi pelayanan publik yang efisien dan efektif untuk

kelanjutan program studi Ilmu Administrasi Negara; terutama pada

kalangan praktisi dan akademisi untuk memberikan kontribusi dan

mengembangkan inovasi pelayanan yang lebih baik lagi

2. Manfaat Praktis

15

Page 16: analisis administrasi negara

Dapat memberikan usul, kritik, dan saran yang bermanfaat bagi para

staf pemerintahan terkait untuk memperhatikan dan melaksanakan

implementasi inovasi pelayanan yang ada dengan baik.

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Inovasi Pelayanan Publik

Adanya inovasi pelayanan publik yang telah dikeluarkan oleh suatu

pemerintah daerah tertentu pastinya bertujuan untuk mempercepat dan

memudahkan hal-hal yang berkaitan dengan urusan pemerintahan, seperti hal

perizinan, hal administrasi seperti E-KTP, akta kelahiran, dan sejenisnya, ataupun

hal layanan kesehatan, pendidikan, dan hal-hal layanan sejenis lainnya

Inovasi yang dikeluarkan oleh pemerintah bermacam-macam fungsi dan

tujuannya. Hingga sekarang ada beberapa kota yang patut dicontoh best practices

nya karena telah mengeluarkan inovasi yang membantu masyarakat dalam

berbagai urusan yang terkait dengan birokrasi pemerintahan.

Inovasi sendiri merupakan konsep yang relatif baru dalam literatur

administrasi publik (public administration). 10 Inovasi berasal dari innovate yang

berarti make change atau introduce new things atau dengan kata lain bring in

novelties or bring changes. Sehingga inovasi berarti mengubah sesuatu hal

menjadi sesuatu yang baru.11 Inti dari inovasi adalah perubahan menuju hal-hal

10 Andhyka Muttaqin,. Inovasi Birokrasi Sebagai Syarat Pelayanan Publik;Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Universitas Brawijaya, Vol. 2, No 1, Januari-Juni 2011 (Online). Hlm. 19511 Khairul Muluk, Knowledge Management;Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, 2008 Hlm. 44

16

Page 17: analisis administrasi negara

baru. Berbagai macam inovasi telah dilahirkan, antara lain inovasi pendidikan,

teknologi, sosial, ekonomi, dan inovasi-inovasi lainnya.

Secara khusus, inovasi dalam lembaga publik bisa didefinisikan sebagai

penerapan (upaya membawa) ide-ide baru dalam implementasi, dicirikan oleh

adanya perubahan langkah yang cukup besar, berlangsung cukup lama dan

berskala cukup umum sehingga dalam proses implementasinya berdampak cukup

besar terhadap perubahan organisasi dan tata hubungan organisasi.

Proses kelahiran suatu inovasi bisa didorong berbagai macam situasi.

Secara umum inovasi dalam pelayanan publik bisa lahir dalam bentuk inisiatif

seperti :

a. Kemitraan dalam penyampaian layanan publik, baik antara pemerintah

dengan pemerintah, sektor swasta dengan pemerintah, CBO-NGO dengan

pemerintah

b. Penggunaan teknologi informasi untuk komunikasi dalam pelayanan

publik

c. Pengadaan atau pembentukan layanan yang secara jelas meningkatkan

efektifitas layanan (kesehatan, pendidikan, hukum, atau keamanan

masyarakat)

d. Peningkatan pengayaan peran atas sistem internal pemerintahan yang

sebelumnya sudah ada dalam masyarakat12

Inovasi di sektor publik dibutuhkan untuk memberikan layanan publik

yang lebih mencerminkan ketersediaan bagi pilihan-pilihan publik dan

12 Rina Mei Mirnasari, Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-Bungurasih; Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Universitas Airlangga, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 (Online), hlm. 77

17

Page 18: analisis administrasi negara

menciptakan keanekaragaman metode pelayanan. Inovasi di sektor publik juga

bisa dilaksanakan dalam rangka meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya

mengingat pada dasarnya organisasi sektor publik senantiasa menghadapi

kelangkaan sumber daya dan keterbatasan anggaran.

Inovasi juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan

dan dampaknya bagi masyarakat terutama untuk mengatasi kebijakan sebelumnya

yang kurang menampakkan hasil yang memuaskan. Inovasi juga dapat digunakan

untuk mengembangkan penggunaan Information and Communication Technology

(ICT) untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, partisipasi masyarakat, serta

transparansi.13

- Tipologi Inovasi

Mulgan dan Albury (2003) menunjukkan bahwa “Successful innovation is

the creation and implementation of new process, products, services, and methods

of delivery which result in significant improvements in outcomes efficiency,

effectiveness or quality.” Inovasi yang berhasil merupakan kreasi dan

implementasi dari proses, produk layanan, dan metode pelayanan baru yang

merupakan hasil pengembangan nyata dalam hal efisiensi, efektifitas, atau kualitas

hasil.14

Inovasi produk atau layanan berasal dari perubahan bentuk dan desain

produk atau layanan sementara inovasi proses berasal dari gerakan pembaruan

kualitas yang berkelanjutan dan mengacu pada kombinasi perubahan organisasi,

prosedur, dan kebijakan yang dibutuhkan untuk berinovasi. Inovasi dalam metode

13 Khairul Muluk, Knowledge Management;Kunci Sukses Inovasi Pemerintahan Daerah, 2008, hlm. 4314 Ibid, hlm. 44

18

Page 19: analisis administrasi negara

pelayanan adalah perubahan baru dalam hal berinteraksi dengan pelanggan atau

cara baru dalam memberikan pelayanan. Inovasi dalam strategi atau kebijakan

mengacu pada visi, misi, tujuan, dan strategi baru beserta alasannya yang

berangkat dari realitas yang ada. Jenis lain yang kini juga berkembang adalah

inovasi dalam interaksi sistem yang mencakup cara baru atau yang diperbarui

dalam berinteraksi dengan aktor-aktor lain atau dengan kata lain adanya

perubahan dalam tata kelola pemerintahan (changes in governance).

Berikut ini adalah tipologi inovasi sektor publik (Khairul Muluk 2008:45)

antara lain adalah :

a. Inovasi sistem

b. Inovasi produk atau layanan

c. Inovasi proses pelayanan

d. Inovasi kebijakan

e. Inovasi metode pelayanan15

- Kategori Inovasi

Dilihat dari segi proses, inovasi juga dapat dibedakan dalam dua kategori

yaitu :

a. Sustaining innovation (inovasi terusan)

Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan baru namun dengan

tetap mendasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem yang sedang

berjalan atau produk yang sudah ada

b. Discontinues innovation ( inovasi terputus)15 Ibid, hlm. 44-45

19

Page 20: analisis administrasi negara

Merupakan proses inovasi yang membawa perubahan yang sama sekali

baru dan tidak lagi berdasar kondisi yang sudah ada sebelumnya

Inovasi jenis kedua ini membawa pelayanan atau produk yang berbeda,

pengguna layanan yang berbeda, dan bahkan membutuhkan sumber daya yang

berbeda pula.16

- Level Inovasi

Aspek penting lain dalam kajian inovasi berkenaan dengan level inovasi

yang mencerminkan variasi besarnya dampak yang ditimbulkan oleh inovasi yang

berlangsung. Kategori inovasi tersebut antara lain adalah:

a. Inovasi Inkremental

Inovasi yang terjadi membawa perubahan-perubahan kecil terhadap proses

atau layanan yang ada. Umumnya sebagian besar inovasi berada dalam

level ini dan jarang sekali membawa perubahan pada struktur organisasi

dan hubungan keorganisasian. Walaupun demikian inovasi inkremental

memainkan peran penting dalam pembaharuan sektor publik karena dapat

melakukan perubahan kecil yang dapat diterapkan secara terus-menerus,

dan mendukung rajutan pelayanan yang responsif terhadap kebutuhan

lokal dan perorangan, serta mendukung nilai tambah uang (value for

money)

b. Inovasi Radikal

Merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan publik atau pengenalan

cara-cara yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian dan

pelayanan. Inovasi jenis ini jarang sekali dilakukan karena membutuhkan 16 Ibid, hlm. 47-48

20

Page 21: analisis administrasi negara

dukungan politik yang sangat besar karena umumnya memiliki resiko

yang lebih besar pula. Inovasi radikal ini diperlukan untuk membawa

perbaikan yang nyata dalam kinerja pelayanan publik dan memenuhi

harapan pengguna lama yang terabaikan

c. Inovasi Transformatif atau Sistemis

Membawa perubahan dalam struktur angkatan kerja dan keorganisasian

dengan mentransformasi semua sektor dan secara dramatis mengubah

keorganisasian.Inovasi jenis ini membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan membutuhkan perubahan

mendasar dalam susunan sosial, budaya, dan organisasi17

1.5.2 Teori Implementasi

Pakar yang lebih awal mencurahkan perhatian dan gagasan terhadap

masalah implementasi ialah Douglas R. Bunker di depan forum The American

Association for The Advancement of Science pada tahun 1970. Eugene Bardach

mengakui bahwa pada forum itu untuk pertama kali disajikan secara konseptual

mengenai proses implementasi kebijakan sebagai suatu fenomena sosial politik

(Edward III, 1984:1) atau yang lazim disebut political game.18

Konsep implementasi semakin marak dibicarakan seiring dengan

banyaknya pakar yang memberikan kontribusi pemikiran tentang implementasi

kebijakan sebagai salah satu tahap dari proses kebijakan.

Pemahaman umum mengenai implementasi kebijakan dapat diperoleh dari

pernyataan Grindle (1980:7) bahwa implementasi merupakan proses umum

17 Ibid, hlm. 46-4718 Haedar, Akib, Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana, Jurnal Administrasi Publik, Universitas Negeri Makassar, Volume 1, Nomor 1, Tahun 2010 (Online), h. 1-2

21

Page 22: analisis administrasi negara

tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. Proses

implementasi baru akan dimulai apabilan tujuan dan sasaran telah ditetapkan,

program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan disalurkan untuk

mencapai sasaran.

Jika pemahaman tersebut diarahkan pada lokus dan fokus (perubahan)

dimana kebijakan diterapkan akan sejalan dengan pandangan van Meter dan van

Horn yang dikutip oleh Parsons (1995:461) dan Wibawa, dkk., (1994: 15) bahwa

implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh (organisasi)

pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang

dimaksudkan untuk mencapai tujuan.

Deskripsi sederhana tentang konsep implementasi dikemukakan oleh Lane

bahwa implementasi sebagai konsep dapat dibagi ke dalam dua bagian, yakni

implementasi merupakan fungsi yang terdiri dari maksud dan tujuan, hasil sebagai

produk, dan hasil dari akibat. Selanjutnya, implementasi merupakan persamaan

fungsi dari kebijakan, formator, implementor, inisiator, dan waktu (Sabatier,

1986:21-48). Penekanan utama kedua fungsi ini adalah kepada kebijakan itu

sendiri, kemudian hasil yang dicapai dan dilaksanakan oleh implementor dalam

kurun waktu tertentu.

Implementasi kebijakan menghubungkan antara tujuan kebijakan dan

realisasinya dengan hasil kegiatan pemerintah. Ini sesuai dengan pandangan Van

Meter dan Van Horn (Grindle, 1980:6) bahwa tugas implementasi adalah

membangun jaringan yang memungkinkan tujuan kebijakan publik direalisasikan

22

Page 23: analisis administrasi negara

melalui aktivitas instansi pemerintah yang melibatkan berbagai pihak yang

berkepentingan.19

Kejelasan Makna

Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan

dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih dan tidak kurang. Untuk

mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah yang ada,

yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau

melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan publik tersebut.

Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.20

Gambar 1. Gambar Derivat Kebijakan Publik

Rangkaian implementasi kebijakan, dari gambar di bawah, dapat dilihat

dengan jelas, yaitu dimulai dari program, ke proyek, dan ke kegiatan. Model

19 Ibid, hlm. 220 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, 2003. Hlm. 158

23

Kebijakan PublikKebijakan Publik PenjelasProgram IntervensiProyek IntervensiKegiatan IntervensiPublik/Masyarakat/Beneficiaries

Page 24: analisis administrasi negara

tersebut mengadaptasi mekanisme yang lazim di dalam manajemen, khususnya

manajemen sektor publik, sebagaimana digambarkan berikut ini.

Gambar 2. Gambar Rangkaian Implementasi Kebijakan Publik

Kebijakan publik—sejak formulasi hingga implementasi—perlu mengikuti

kaidah-kaidah tersebut karena memang kaidah tersebut bersifat given atau tidak

dapat ditolak.

Tujuan kebijakan pada prinsipnya adalah melakukan intervensi. Oleh

karena itu implementasi kebijakan sebenarnya adalah tindakan atau action

intervensi itu sendiri. Mazmanian dan Sabatier (1983) memberikan gambaran

bagaimana melakukan intervensi atau implementasi kebijakan dalam langkah

berurutan sebagai berikut.21

21 Ibid, Hlm. 159-161

24

MisiVisiRencana

Page 25: analisis administrasi negara

Gambar 3. Gambar implementasi kebijakan Mazmanian dan Sabatier

Pelaksanaan atau implementasi kebijakan di dalam konteks manajemen berada

dalam kerangka organizing-leading-controlling. Jadi ketika kebijakan sudah

dibuat maka tugas selanjutnya adalah mengorganisasikan, melaksanakan

kepemimpinan untuk memimpin pelaksanaan, dan melakukan pengendalian

pelaksanaan tersebut. Secara rinci kegiatan di dalam manajemen implementasi

kebijakan dapat disusun berurutan sebagai berikut:

25

Identifikasi masalah yang harus diintervensimenegaskan tujuan yang hendak dicapaimerancang struktur proses implementasi

Page 26: analisis administrasi negara

Tabel 5. Tabel Manajamen ImplementasiNo Tahap Isu Penting1 Implementasi Strategi

(pra implementasi)Menyesuaikan struktur dengan strategiMelembagakan strategiMengoperasionalkan strategiMenggunakan prosedur untuk memudahkan implementasi

2 Pengorganisasian (organizing)

Desain organisasi dan struktur organisasiPembagian pekerjaan dan desain pekerjaanIntegrasi dan koordinasiPerekrutan dan penempatan sumber daya manusia (recruting & staffing)Hak, wewenang, dan kewajibanPendelegasian (sentralisasi dan desentralisasi)Pengembangan kapasitas organisasi dan kapasitas sumber daya manusiaBudaya organisasi

3 Penggerakan dan Kepemimpinan

Efektivitas kepemimpinanMotivasiEtikaMutuKerjasama timKomunikasi organisasiNegosiasi

4 Pengendalian Desain pengendalianSistem informasi manajemenPengendalian anggaran/keuanganAudit

Dari matriks tersebut tampak tahapan dan rincian pekerjaan dalam implementasi

kebijakan. Namun demikian, untuk menyederhanakan, ada beberapa panduan

yang diperlukan untuk melakukan implementasi kebijakan melalui model diagram

berikut ini:

26

Page 27: analisis administrasi negara

Alokasikan sumber daya

Kendalikan pelaksanaan

Sesuaikan prosedur implementasi dengan

sumber daya yang digunakan

Buat prosedur implementasi

Apakah kebijakan publik bisa langsung dilaksanakan ?

Tidak! Ya

Buat kebijakan pelaksana

Evaluasi implementasi

Implementasi good governance :1. Transparansi2. Akuntabilitas3. Fairness4. Responsivitas

Gambar 4. Gambaran Sederhana Implementasi Kebijakan

Dari gambar tersebut tampak bahwa inti permasalahan dalam implementasi

kebijakan adalah bagaimana kebijakan yang dibuat disesuaikan dengan sumber

daya yang tersedia. Dari gambar tersebut tampak adanya keharusan implementasi

good governance khususnya pada elemen “penyesuaian prosedur implementasi

dengan sumber daya yang digunakan.”

27

Page 28: analisis administrasi negara

Namun demikian ada satu hal yang penting ditambahkan adalah pedoman

diskresi, atau ruang gerak bagi individu pelaksana untuk memilih tindakan sendiri

yang otonom di dalam batas wewenangnya apabila menghadapi situasi khusus.22

Model-Model Implementasi

Pada prinsipnya terdapat dua pemilahan jenis teknik atau model

implementasi kebijakan. Pemilahan pertama adalah implementasi kebijakan yang

berpola “dari atas ke bawah” (top-bottomer), dan pemilahan implementasi yang

berpola paksa (command-and-control) dan mekanisme pasar (economic

incentive). Model-model implementasi kebijakan dapat dipetakan sebagai berikut:

Model mekanisme paksa adalah model yang mengedepankan arti penting

lembaga publik sebagai lembaga tunggal yang mempunyai monopoli atas

mekanisme paksa di dalam negara dimana tidak ada mekanisme insentif bagi yang

menjalani, namun ada sanksi bagi yang menolak melaksanakan atau

melanggarnya.

Model mekanisme pasar adalah model yang mengedepankan mekanisme

insentif bagi yang menjalani, dan bagi yang tidak menjalankan tidak mendapatkan

sanksi, namun tidak mendapatkan insentif. Di antaranya ada kebijakan yang

memberikan insentif di satu kutub, dan memberikan sanksi di kutub lain.

Model top-down mudahnya berupa pola yang dikerjakan oleh pemerintah

untuk rakyat, dimana partisipasi lebih berbentuk mobilisasi. Sebaliknya bottom up

bermakna meski kebijakan dibuat oleh pemerintah, namun pelaksanaannya oleh

22 Ibid, Hlm. 162-165

28

Page 29: analisis administrasi negara

rakyat.23 Di antara kedua kutub ini ada interaksi pelaksanaan antara pemerintah

dengan masyarakat. Berikut ini diurai satu persatu model-model implementasi.

Implementasi Kebijakan Publik Model Donald Van Meter dan Carl Van

Horn

Model pertama adalah model yang paling klasik, yakni model yang

diperkenalkan oleh Donald Van Meter dan Carl Van Horn (1975). Model ini

mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan

publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Beberapa variabel yang

dimasukkan sebagai variabel yang mempengaruhi kebijakan publik adalah

variabel:

1. Akivitas implementasi dan komunikasi antar organisasi

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-

pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya

kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi. Dan, begitu pula

sebaliknya

2. Karakteristik dari agen pelaksana/implementor

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan

organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan

publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan

(publik) akan sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok

dengan para agen pelaksananya24

23 Ibid, Hlm. 165-16624 Riant Nugroho D, Op.cit., Hlm. 167

29

Page 30: analisis administrasi negara

3. Kondisi ekonomi, sosial, politik

Sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan

kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan

politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan

kinerja implementasi kebijakan

4. Kecenderungan (disposition) dari pelaksana/implementor

Sikap penerimaan/penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak

mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan

publik. Hal ini sangat mungkin terjadi oleh karena kebijakan yang

dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal

betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan

5. Ukuran dan tujuan kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika-

dan-hanya-jika ukuran dan tujuan kebijakan memang realistis dengan

sosio-kultur yang mengada di level pelaksana kebijakan.

6. Sumber daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari

kemampuan memanafaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia

merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan suatu

keberhasilan proses implementasi.

Tetapi di luar sumber daya manusia, sumber daya-sumber daya lain yang

perlu diperhitungkan juga ialah: sumber daya finansial dan sumber daya

waktu.25

25 Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, 2008, Hlm. 142

30

Page 31: analisis administrasi negara

Implementasi Kebijakan Publik Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier

Model kedua adalah model kerangka Analisis Implementasi (A Framework

for Implementation Analysis) yang diperkenalkan oleh Daniel Mazmanian dan

Paul Sabatier (1983). Duet Mazmanian-Sabatier mengklasifikasikan proses

implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.

Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah yang

dikendalikan yang berkenaan dengan indikator:

1. Masalah teori dan teknis pelaksanaan

Tercapai atau tidaknya suatu kebijakan akan tergantung pada sejumlah

persyaratan teknis, termasuk di antaranya: kemampuan untuk

mengembangkan indikator-indikator pengukur prestasi kerja yang tidak

terlalu mahal serta pemahaman mengenai prinsip-prinsip hubungan kausal

yang mempengaruhi masalah. Disamping itu tingkat keberhasilan suatu

kebijakan dipengaruhi juga oleh tersedianya atau telah dikembangkannya

teknik-teknik tertentu

2. Keragaman obyek

Semakin beragam perilaku yang diatur, maka asumsinya semakin beragam

pelayanan yang diberikan, sehingga semakin sulit untuk membuat

peraturan yang tegas dan jelas. Dengan demikian semakin besar kebebasan

bertindak yang harus dikontrol oleh para pejabat pada pelaksana

(administrator atau birokrat) di lapangan

3. Perubahan seperti apa yang dikehendaki

31

Page 32: analisis administrasi negara

Semakin besar jumalah perubahan perilaku yang dikehendaki oleh

kebijakan, maka semakin sukar/sulit para pelaksana memperoleh

implementasi yang berhasil. Artinya, ada sejumlah masalah yang jauh

lebih dapat kita kendalikan bila tingkat dan ruang lingkup perubahan yang

dikehendaki tidaklah terlalu besar26

4. Persentase totalitas penduduk yang tercakup dalam kelompok sasaran

Semakin kecil dan semakin jelas kelompok sasaran yang perilakunya akan

diubah (melalui implementasi kebijakan), maka semakin besar peluang

untuk memobilisasikan dukungan politik terhadap sebuah kebijakan dan

dengannya akan lebih terbuka peluang bagi pencapaian tujuan kebijakan27

Kedua, variabel intervening: yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan proses implementasi dengan indikator:

1. Kejelasan dan konsistensi tujuan

Semakin mampu suatu peraturan memberikan petunjuk-petunjuk yang

cermat dan disusun secara jelas skala prioritas/urutan kepentingan bagi

para pejabat pelaksana dan aktor lainnya, maka semakin besar pula

kemungkinan bahwa output kebijakan dari badan-badan pelaksana akan

sejalan dengan petunjuk tersebut

2. Dipergunakannya teori kausal

26 Riant Nugroho D, Op.cit., Hlm. 16927 Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, 2008, Hlm.145

32

Page 33: analisis administrasi negara

Memuat suatu teori kausalitas yang menjelaskan bagaimana kira-kira

tujuan usaha pembaharuan yang akan dicapai melalui implementasi

kebijakan

3. Ketepatan alokasi sumber dana

Tersedianya dana pada tingkat batas ambang tertentu sangat diperlukan

agar terbuka peluang untuk mencapai tujuan-tujuan formal

4. Keterpaduan hierarkis di antara lembaga pelaksana

Salah satu ciri penting yang perlu dimiliki oleh setiap peraturan

perundangan yang baik ialah kemampuannya untuk memadukan hirarki

badan-badan pelaksana. Ketika kemampuan untuk menyatupadukan dinas,

badan, dan lembaga alpa dilaksanakan, maka koordinasi antar instansi

yang bertujuan mempermudah jalannya implementasi kebijakan justru

akan membuyarkan tujuan dari kebijakan yang telah ditetapkan

5. Aturan pelaksana dari lembaga pelaksana

Selain dapat memberikan kejelasan dan konsistensi tujuan, memperkecil

jumlah titik-titik veto, dan intensif yang memadai bagi kepatuhan

kelompok sasaran, suatu undang-undang harus pula dapat mempengaruhi

lebih lanjut proses implementasi kebijakan dengan cara menggariskan

secara formal aturan-aturan pembuat keputusan dari badan-badan

pelaksana

6. Perekrutan pejabat pelaksana dan keterbukaan kepada pihak luar

33

Page 34: analisis administrasi negara

Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi implementasi kebijakan adalah

sejauh mana peluang-peluang yang terbuka bagi partisipasi para aktor di

luar badan pelaksana dapat mendukung tujuan resmi. Ini maksudnya agar

kontrol pada para pejabat pelaksanaan yang ditunjuk oleh pemerintah

pusat dapat berjalan sebagaimana mestinya28

7. Kesepakatan para pejabat terhadap tujuan yang termaktub dalam undang-

undang

Para pejabat pelaksana memiliki kesepakatan yang diisyaratkan demi

tercapainya tujuan. Hal ini sangat signifikan, oleh karena top-down policy

bukanlah perkara yang mudah untuk diimplankan pada para pejabat

pelaksana di level lokal29

Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi

dengan lima tahapan, yaitu pemahaman dari lembaga/badan pelaksana dalam

bentuk disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan

atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan

yang dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang

bersifat mendasar.30

Implementasi Kebijakan Publik Model Brian W. Hoogwood dan Lewis A.

Gunn

28 Riant Nugroho D, Op.cit., hlm. 16929 Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, 2008, hlm. 14730 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, 2003, hlm. 169

34

Page 35: analisis administrasi negara

Menurut kedua pakar tersebut, untuk melakukan implementasi kebijakan

diperlukan beberapa syarat.

Syarat pertama berkenaan dengan jaminan bahwa kondisi eksternal yang

dihadapi oleh lembaga/badan pelaksana tidak akan menimbulkan masalah yang

besar.

Syarat kedua adalah apakah untuk melaksanakannya tersedia sumber daya

yang memadai, termasuk sumber daya waktu.

Syarat ketiga, apakah perpaduan sumber-sumber yang diperlukan benar-

benar ada. Kebijakan publik adalah kebijakan yang kompleks dan menyangkut

impak yang luas. Karena itu, implementasi kebijakan publik akan melibatkan

berbagai sumber yang diperlukan.

Syarat keempat adalah apakah kebijakan yang akan diimplementasikan

didasari hubungan kausal yang andal. Jadi prinsipnya adalah apakah kebijakan

tersebut memang dapat menyelesaikan masalah yang hendak ditanggulangi.

Syarat kelima adalah seberapa banyak hubungan kausalitas yang terjadi.

Asumsinya, semakin sedikit hubungan “sebab-akibat” semakin tinggi pula hasil

yang dikehendaki oleh kebijakan tersebut dapat dicapai.

Syarat keenam adalah apakah hubungan saling ketergantungan kecil.

Asumsinya adalah jika hubungan saling ketergantungan tinggi, justru

implementasi tidak akan dapat berjalan secara efektif—apalagi jika hubungannya

adalah hubungan ketergantungan.31

31 Riant Nugroho D, Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, 2003, hlm. 170-173

35

Page 36: analisis administrasi negara

Syarat ketujuh adalah pemahaman yang mendalam dan kesepakatan

terhadap tujuan. Tidaklah begitu sulit dipahami, bahwa mereka yang ada dalam

perahu yang sama sepakat akan tujuan yang sama.

Syarat kedelapan adalah bahwa tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan

dalam urutan yang benar. Tugas yang jelas adalah kunci efektivitas implementasi

kebijakan.

Syarat kesembilan adalah komunikasi dan koordinasi yang sempurna.

Komunikasi adalah perekat organisasi dan koordinasi adalah asal muasal dari

kerjasama tim serta terbentuknya sinergi.

Syarat kesepuluh adalah bahwa pihak-pihak yang memiliki wewenang

kekuasaan dapat menuntut dan mendapatkan kepatuhan yang sempurna.

Kekuasaan atau power adalah syarat bagi keefektivan implementasi kebijakan.32

Implementasi kebijakan publik Model Merilee S. Grindle

Model Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Hal

ini dikemukakan oleh Grindle, dimana pengukuran keberhasilan implementasi

kebijakan tersebut dapat dilihat dari dua hal, yaitu:

1. Dilihat dari prosesnya, dengan mempertanyakan apakah pelaksanaan

kebijakan sesuai dengan yang ditentukan (design) dengan merujuk pada

aksi kebijakannya

2. Apakah tujuan kebijakan tercapai. Dimensi ini diukur dengan melihat dua

faktor, yaitu:

a. Impak atau efeknya pada masyarakat secara individu dan kelompok

32 Ibid, hlm. 173-174

36

Page 37: analisis administrasi negara

b. Tingkat perubahan yang terjadi serta penerimaan kelompok sasaran

dan perubahan yang terjadi

Ide dasarnya adalah bahwa setelah kebijakan ditransformasikan, maka

implementasi kebijakan dilakukan. Keberhasilannya ditentukan oleh derajad

implementability dari kebijakan tersebut. Isi kebijakan mencakup:33

1. Kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan

Interest affected berkaitan dengan berbagai kepentingan yang

mempengaruhi suatu implementasi kebijakan. Indikator ini berargumen

bahwa suatu kebijakan dalam pelaksanaannya pasti melibatkan banyak

kepentingan, dan sejauhmana kepentingan-kepentingan tersebut membawa

pengaruh terhadap implementasinya, hal inilah yang ingin diketahui lebih

lanjut

2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan

Pada poin ini content of policy berupaya untuk menunjukkan atau

menjelaskan bahwa dalam suatu kebijakan harus terdapat beberapa jenis

manfaat yang menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh

pengimplementasian kebijakan yang hendak dilaksanakan

3. Derajad perubahan yang diinginkan

Setiap kebijakan mempunyai target yang hendak dan ingin dicapai.

Content of policy yang ingin dijelaskan pada poin ini adalah bahwa

33 Leo Agustino, Op.cit., hlm 154

37

Page 38: analisis administrasi negara

seberapa besar perubahan yang hendak atau ingin dicapai melalui suatu

implementasi kebijakan harus mempunyai skala yang jelas

4. Letak pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan dalam suatu kebijakan memegang peranan penting

dalam pelaksanaan suatu kebijakan, maka pada bagian ini harus dijelaskan

dimana letak pengambilan keputusan dari suatu kebijakan yang akan

diimplementasikan

5. (siapa) pelaksana program

Dalam menjalankan suatu kebijakan atau program harus didukung dengan

adanya pelaksana kebijakan yang kompeten dan kapabel demi

keberhasilan suatu kebijakan. Dan ini harus sudah terdata dan terpapar

dengan baik

6. Sumber daya yang dikerahkan

Pelaksanaan suatu kebijakan juga harus didukung oleh sumber daya-

sumber daya yang mendukung agar pelaksanaannya berjalan dengan baik

Sementara itu konteks implementasinya adalah:

1. Kekuasaan, kepentingan dari aktor strategi yang terlibat

Dalam suatu kebijakan perlu diperhitungkan pula kekuatan atau

kekuasaan, kepentingan, serta strategi yang digunakan oleh para aktor

yang terlibat guna memperlancar jalannya pelaksanaan suatu implementasi

kebijakan. Bila hal ini tidak diperhitungkan dengan matang, sangat besar

kemungkinan program yang hendak diimplementasikan akan jauh arang

dari api

38

Page 39: analisis administrasi negara

2. Karakteristik lembaga dan penguasa

Lingkungan dimana suatu kebijakan tersebut dilaksanakan juga

berpengaruh terhadap keberhasilannya, maka pada bagian ini ingin

dijelaskan karakteristik dari suatu lembaga yang akan turut mempengaruhi

suatu kebijakan

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Hal lain yang dirasa penting dalam proses pelaksanaan suatu kebijakan

adalah kepatuhan dan respon dari para pelaksana, maka yang hendak

dijelaskan pada poin ini adalah sejauhmana kepatuhan dan respon dari

pelaksana dalam menganggapi suatu kebijakan34

Implementasi Kebijakan Publik Model George C. Edward III

Model implementasi yang berperspektif top-down dikembangkan oleh George C.

Edward III. Edward III menamakan model implementasi kebijakan publiknya

dengan Direct and Indirect Impact on Implementation. Dalam pendekatan yang

diteoremakan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang sangat menentukan

keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu : 1) komunikasi; 2) sumber

daya; 3) disposisi; dan 4) struktur birokrasi.35

Variabel pertama yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu

kebijakan, menurut George C. Edward III, adalah komunikasi. Komunikasi,

menurutnya lebih lanjut, sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari

implementasi kebijakan publik. Implementasi yang efektif terjadi apabila para

pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan.

34 Riant Nugroho D, Op.cit., hlm. 17535 Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik, 2008, hlm. 149

39

Page 40: analisis administrasi negara

Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi

berjalan dengan baik, sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan

implementasi harus ditransmisikan (atau dikomunikasikan) kepada bagian

personalia yang tepat.36

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam

mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut di atas, yaitu:

1. Transmisi; penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan

suatu implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam

penyaluran komunikasi adalah adanya salah pengertian (miskomunikasi),

hal tersebut disebabkan karena komunikasi telah melalui beberapa

tingkatan birokrasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah

jalan

2. Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan

(street-level-bureucrats) haruslah jelas dan tidak membingungkan (tidak

ambigu/mendua)

3. Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi

haruslah konsisten dan jelas untuk diterapkan. Karena jika perintah yang

diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan

bagi pelaksana di lapangan

Variabel atau faktor kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu

kebijakan adalah sumber daya. Indikator sumber daya terdiri dari beberapa

elemen, yaitu:

36 Ibid, hlm. 150

40

Page 41: analisis administrasi negara

1. Staf, sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf.

Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya

disebabkan oleh karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun

tidak kompeten di bidangnya.37

2. Informasi; dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua

bentuk, yaitu pertama informasi yang berhubungan dengan cara

melaksanakan kebijakan. Implementor harus mengetahui apa yang harus

mereka lakukan disaat mereka diberi perintah untuk melakukan tindakan.

3. Wewenang; pada umumnya kewenangan harus bersifat formal agar

perintah dapat dilaksanakan. Ketika wewenang itu nihil, maka kekuatan

para implementor di mata publik tidak terlegitimasi, sehingga dapat

menggagalkan proses implementasi kebijakan.

4. Fasilitas, fasilitas fisik juga merupakan faktor penting dalam implementasi

kebijakan. Implementor mungkin memiliki staf yang mencukupi, mengerti

apa yang harus dilakukannya, dan memiliki wewenang untuk

melaksanakan tugasnya, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung maka

implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.

Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan

publik, bagi George C. Edward III, adalah disposisi. Jika pelaksanaan suatu

kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus

mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan

untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi adalah:37 Ibid, hlm. 150-151

41

Page 42: analisis administrasi negara

1. Pengangkatan birokrat; disposisi atau sikap para pelaksana akan

menimbulkan hambatan-hambatan yang nyata terhadap implementasi

kebijakan bila personil yang ada tidak melaksanakan kebijakan-kebijakan

yang diinginkan oleh pejabat-pejabat tinggi.38

2. Insentif; Edward menyatakan bahwa salah satu teknik yang disarankan

untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana adalah dengan

memanipulasi insentif. Oleh karena itu, pada umumnya orang bertindak

menurut kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh

para pembuat kebijakan mempengaruhi tindakan para pelaksana kebijakan.

Variabel keempat menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan

implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-

sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana

kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan

untuk, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi

karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.

Dua karakteristik menurut Edward III yang dapat mendongkrak kinerja

struktur birokrasi/organisasi ke arah yang lebih baik adalah: melakukan Standar

Operating Procedures (SOPs) dan melaksanakan fragmentasi.39

Pada implementasi program E-Kios perlu diketahui bagaimana cara SKPD

dan dinas-dinas terkait dalam mensosialisasikan dan mengkomunikasikan kepada

masyarakat luas tentang E-Kios itu sendiri. Dalam implementasinya, bagaimana

38 Ibid, hlm. 151-15339 Ibid, hlm. 153

42

Page 43: analisis administrasi negara

staf dan sumber daya yang dimiliki Diskominfo dan SKPD-SKPD terkait yang

membantu Diskominfo Surabaya untuk mengenalkan E-Kios. Koordinasi dan

kerjasama antar SKPD sangatlah penting dalam implementasi inovasi ini.

Kepentingan dan manfaat apa yang akan dibawa oleh E-Kios dalam waktu

kedepannya. Perubahan apa yang dikehendaki oleh pemerintah dengan adanya E-

Kios tersebut dan karakteristik masyarakat Surabaya sangatlah beragam dalam hal

pengurusan administrasi apapun yang terkait dengan birokrasi pemerintahan.

Fasilitas fisik atau non-fisik dan dana juga mempengaruhi dalam proses

implementasi E-Kios. Apabila fasilitas dan dana tidak mencukupi, maka proses

implementasi juga tidak akan berjalan dengan lancar.

1.6 Definisi Konsep

1.6.1 Inovasi Program E-Kios

Program E-Kios adalah suatu inovasi pelayanan publik milik kota

Surabaya yang mana pada E-Kios terdiri dari tiga layanan, yaitu E-

Health, E-Lampid, dan Surabaya Single Window (SSW). SSW

merupakan salah satu dari Top 99 Inovasi Pelayanan Publik 2014 dan

E-Health adalah salah satu dari 25 Top Pelayanan Publik 2015. Wujud

atau bentuk E-Kios adalah mesin yang dilengkapi dengan printer,

scanner, dan keyboard. Mesin E-Kios mengintegrasikan tiga inovasi

pelayanan publik yang ada, sehingga masyarakat dapat dengan mudah

mengakses ketiga program tersebut apabila dibutuhkan. Mesin

tersebut berada hampir di seluruh kantor kecamatan, kelurahan, rumah

sakit pemerintah, dan di beberapa dinas kota Surabaya.

43

Page 44: analisis administrasi negara

1.6.2 Implementasi Program E-Kios

Implementasi E-Kios adalah proses penerapan atau pelaksanaan E-

Kios di seluruh kota Surabaya. E-Kios pastinya memiliki seperangkat

tujuan yang harus direalisasikan oleh aktivitas atau kegiatan

pemerintah. Sehingga implementasi E-Kios bisa diartikan sebagai

cara-cara yang dilakukan oleh E-Kios agar tujuan dari program E-

Kios dapat tercapai.

Metode penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut,

terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan,

dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-

ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan

penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau

oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat

diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan

mengetahui cara-cara yang digunakan. Sistematis artinya proses yang digunakan

dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.40

1.7.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau

berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek 40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, 2008, Hlm. 2

44

Page 45: analisis administrasi negara

penelitian itu.41 Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang

bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi E-Kios dan faktor-faktor

yang mempengaruhi implementasi program E-Kios (Kios Pelayanan

Publik) di kota Surabaya.

1.7.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Dinas Komunikasi dan

Informatika Surabaya dan beberapa kantor pemerintahan yang tersebar di

keempat kawasan kota Surabaya.

Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Dinas

Komunikasi dan Informatika Surabaya adalah karena dinas tersebut yang

berperan sebagai leading sector E-Kios dan menghasilkan kebijakan atau

program E-Kios di Kota Surabaya. Selain itu adanya pemilihan beberapa

kantor pemerintahan yang tersebar secara merata di empat kawasan kota

Surabaya bertujuan untuk mengetahui data dan informasi yang berkaitan

dengan implementasi E-Kios di keempat kawasan tersebut dan tidak terpusat

hanya pada satu kawasan saja.

1.7.3 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan pada penelitian ini sangat diperlukan karena

menyangkut berbagai data dan informasi pada implementasi program ini.

Penentuan informan pada penelitian ini menggunakan purposive sampling,

yaitu teknik penentuan informan dengan menggunakan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap

41 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial:Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif, 2001, Hlm. 48

45

Page 46: analisis administrasi negara

paling tahu tentang apa yang diharapkan dalam penelitian atau dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi

sosial yang diteliti. Dilanjutkan dengan snowball sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit,

lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data

yang sedikit itu belum mampu memberikan data yang memuaskan, maka

mencari orang lain lagi yang dapat menggunakan sumber data.

1.7.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling strategis

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan

data. Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan melalui:

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk

menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang

lebih mendalam

2. Observasi

Nasution (1988) menyatakan bahwa, observasi adalah dasar

semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang

diperoleh melalui observasi

3. Dokumentasi

46

Page 47: analisis administrasi negara

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, karya-karya

monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan

misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, ceritera, biografi,

peraturan, kebijakan

4. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai

teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada

1.7.5 Teknik Analisis Data

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data

sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan

terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data

sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus

penelitian

2. Analisis data di lapangan model Miles and Hubberman

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada

saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu.

Miles and Hubberman (1984) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara

interaktif dan berlangsung secara menerus sampai tuntas

47

Page 48: analisis administrasi negara

sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis

data yaitu data reduction, data display, dan conclusion

drawing/verification. Langkah-langkah analisisnya

adalah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan

rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama

peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan

semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu

perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi

data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih

hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

penting, dicari tema dan polanya.

b. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

Dengan mendisplaykan data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa

yang telah dipahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/Verification

48

Page 49: analisis administrasi negara

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif

menurut Miles and Huberman adalah penarikan

kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang

dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan

berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan data

berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif

adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih

remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti

menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori.

3. Analisis data selama di lapangan

Proses penelitian kualitatif setelah memasuki lapangan,

dimulai dengan menetapkan seorang informan kunci

yang merupakan informan yang berwibawa dan

dipercaya mampu membukakan pintu kepada peneliti

untuk memasuki obyek penelitian. Setelah itu peneliti

melakukan wawancara kepada informan tersebut dan

mencatat hasil wawancara. Setelah itu perhatian peneliti

pada obyek penelitian dan mulai mengajukan

49

Page 50: analisis administrasi negara

pertanyaan deskriptif, dilanjutkan dengan analisis

terhadap hasil wawancara.

Pedoman Wawancara (Interview Guide)

Informan kunci pada penelitian ini adalah Kepala Bidang Sarana Komunikasi dan

Diseminasi Informasi di Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo)

Surabaya. Kemudian dilanjutkan dengan pihak-pihak terkait yang penting dalam

implementasi E-Kios di Kota Surabaya seperti bagian Sekretariat Diskominfo

serta beberapa orang dari kelompok masyarakat pengguna E-Kios.

Wawancara kepada Kepala Bidang Sarana Komunikasi dan Diseminasi

Informasi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Surabaya

50

Page 51: analisis administrasi negara

1. Pihak SKPD apa saja yang terlibat dengan Diskominfo dalam

implementasi E-Kios Surabaya? Mengapa demikian?

2. Bagaimana koordinasi SKPD tersebut dengan Diskominfo dalam

implementasi E-Kios Surabaya?

3. Bagaimana metode komunikasi dari Diskominfo dalam mengenalkan

E-Kios pada masyarakat?

4. Apakah saluran komunikasi yang dipergunakan Diskominfo dan

SKPD terkait dalam pengenalan E-Kios pada masyarakat?

5. Bagaimana karakteristik sumber daya SKPD dan Diskominfo sebagai

agen implementasi E-Kios Surabaya?

6. Perubahan apa yang dikehendaki dengan munculnya E-Kios

Surabaya?

7. Bagaimana fasilitas dan dana yang dipergunakan dalam implementasi

E-Kios? Apakah mencukupi? Mengapa demikian?

8. Bagaimana daya tanggap SKPD dan Diskominfo dalam merespon

masalah-masalah yang terjadi dalam implementasi E-Kios?

9. Bagaimana informasi yang diberikan Diskominfo dalam mengarahkan

SKPD? Apakah sudah konsisten dan jelas? Mengapa demikian?

10. Bila terjadi kendala dalam implementasi E-Kios, siapakah yang

cenderung berhak mengambil keputusan dalam penanganan masalah

tersebut?

51

Page 52: analisis administrasi negara

11. Apakah E-Kios dapat menjawab masalah dan menjadi solusi bagi para

masyarakat dalam urusan layanan kesehatan, administrasi, maupun

perizinan?

12. Bagaimana tingkat keberhasilan implementasi E-Kios sejauh ini

dalam masyarakat?

13. Apa saja aturan dan prosedur dari SKPD terkait dalam implementasi

E-Kios?

Wawancara kepada Masyarakat Pengguna E-Kios

1. Bagaimana pandangan saudara/i mengenai pelaksanaan E-Kios selama

ini?

2. Apakah saudara/i mengerti sepenuhnya dengan cara penggunaan E-

Kios?

3. Bagaimana informasi yang disampaikan dari para staf pemerintah

terkait cara penggunaan E-Kios? Apakah cukup jelas?

4. Apakah terdapat manfaaat dan keuntungan yang berarti dari adanya

penggunaan E-Kios bagi saudara/i?

52

Page 53: analisis administrasi negara

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo.2008.Dasar Dasar Kebijakan Publik.Bandung:Penerbit Alfabeta

Bonita, Keny Karina.Implementasi Program LARASITA (Studi Deskriptif

Tentang Penerapan Program LARASITA “One Day Service” di Badan

Pertanahan Nasional Sidoarjo). S1 Ilmu Administrasi Negara Fakultas

53

Page 54: analisis administrasi negara

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Skripsi tidak diterbitkan.Universitas

Airlangga.2012

Bungan, Burhin.2001.Metodologi Penelitian Sosial:Format-Format Kuantitatif

dan Kualitatif.Surabaya:Airlangga University Press

Dwijowijoto, Riant Nugroho.2003.Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi,

dan Evaluasi.Jakarta. Penerbit PT Elex Media Komputindo

Dwiyanto, Agus (ed).2006.Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan

Publik.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press

Haedar, Akib.Implementasi Kebijakan: Apa, Mengapa, dan Bagaimana.Jurnal

Administrasi Publik, Universitas Negeri Makassar, Volume 1, Nomor 1,

Tahun 2010 (Online)

Mirnasari, Rina Mei.Inovasi Pelayanan Publik UPTD Terminal Purabaya-

Bungurasih; Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Universitas

Airlangga, Volume 1, Nomor 1, Januari 2013 (Online)

Muluk, Khairul.2008.Knowledge Managament:Kunci Sukses Inovasi

Pemerintahan Daerah.Malang:Bayumedia Publishing dan Lembaga

Penerbitan & Dokumentasi FIA-Unibraw

54

Page 55: analisis administrasi negara

Muttaqin, Andhyka. Inovasi Birokrasi Sebagai Syarat Pelayanan Publik;Jurnal

Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Universitas Brawijaya,

Vol. 2, No 1, Januari-Juni 2011 (Online).

Pramusinto, Agus. Inovasi-Inovasi Pelayanan Publik Untuk Pengembangan

Ekonomi Lokal: Pengalaman Beberapa Daerah. Makalah Tidak

Diterbitkan (Makalah disampaikan dalam Seminar Lokakarya Nasional

“Perda dalam Pencapaian Tujuan Otonomi Daerah:Meningkatkan Akses

dan Partisipasi Publik dalam Menelaah Perda untuk Menjamin

Transparansi dan Akuntabilitas Pengimplementasian Perda”, 26-27 Juli

2006 (Online)

Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D.Bandung:Penerbit Alfabeta

Wijaya, Nurlin Prana.Implementasi Sistem Payment Point dalam Rangka

Peningkatan Kualitas Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor

di Kantor Bersama Samsat II Katang Kediri Kabupaten.S1 Ilmu

Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.Skripsi tidak

diterbitkan.Universitas Airlangga.2010

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014

55

Page 56: analisis administrasi negara

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009

http://dispendukcapil.surabaya.go.id/media-a-publik/berita?start=10 diakses pada

tanggal 24 Mei 2015 pukul 21.29 WIB

www.korannusantara.com diakses pada tanggal 24 Mei 2015 pukul 23.43 WIB

radjawarta.co diakses pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 21.23 WIB

http://www.jawapos.com/baca/artikel/11963/Melihat-E-Kios-Mesin-Layanan-

Publik-Berbasis-Teknologi-Informasi diakses pada tanggal 24 Mei 2015

pukul 21.08 WIB

http://www.pressreader.com/indonesia/jawapos/20150526/282690455786364/

TextView diakses pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 20.55 WIB

www.swaraguna.com diakses pada tanggal 1 Juni 2015 pukul 21.22 WIB

56