Tempat Kejadian Perkara

8
Tempat Kejadian Perkara (TKP) Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidakpernah terjadi suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Diperlukan atau tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung pada kasusnya, yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya, kejadiannya atau tersangka pelakunya. Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu kedokteran, adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang hadir. Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa yang terjadi, siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan dengan apa melakukannya,serta kenapa terjadinya peristiwa tersebut. Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang berlaku umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan TKP. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Selanjutnya dokter dapat memberikan pendapatnya dan mendiskusikannya

Transcript of Tempat Kejadian Perkara

Page 1: Tempat Kejadian Perkara

Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Tempat kejadian perkara (TKP) adalah tempat ditemukannya benda bukti

dan/atau tempat terjadinya peristiwa kejahatan atau yang diduga kejahatan menurut

suatu kesaksian. Meskipun kelak terbukti bahwa di tempat tersebut tidakpernah terjadi

suatu tindak pidana, tempat tersebut tetap disebut sebagai TKP. Diperlukan atau

tidaknya kehadiran dokter di TKP oleh penyidik sangat bergantung pada kasusnya,

yang pertimbangannya dapat dilihat dari sudut korbannya, tempat kejadiannya,

kejadiannya atau tersangka pelakunya.

Peranan dokter di TKP adalah membantu penyidik dalam mengungkap kasus

dari sudut kedokteran forensik. Pada dasarnya semua dokter dapat bertindak sebagai

pemeriksa di TKP, namun dengan perkembangan spesialisasi dalam ilmu kedokteran,

adalah lebih baik bila dokter ahli forensik atau dokter kepolisian yang hadir.

Dasar pemeriksaan adalah hexameter, yaitu menjawab 6 pertanyaan: apa yang

terjadi, siapa yang tersangkut, di mana dan kapan terjadi, bagaimana terjadinya dan

dengan apa melakukannya,serta kenapa terjadinya peristiwa tersebut.

Pemeriksaan kedokteran forensik di TKP harus mengikuti ketentuan yang

berlaku umum pada penyidikan di TKP, yaitu menjaga agar tidak mengubah keadaan

TKP. Semua benda bukti yang ditemukan agar dikirim ke laboratorium setelah

sebelumnya diamankan sesuai prosedur. Selanjutnya dokter dapat memberikan

pendapatnya dan mendiskusikannya dengan penyidik untuk memperkirakan

terjadinya peristiwa dan merencanakan langkah penyelidikan lebih lanjut.

Bila korban masih hidup maka tindakan yang utama dan pertama bagi dokter

adalah menyelamatkan korban dengan tetap mempertahankan keutuhan TKP.

Bila korban telah mati, tugas dokter adalah menegakkan diagnosis kematian,

memperkirakan saat kematian, memperkirakan cara kematian, memperkirakan sebab

kematian, menemukan dan mengamankan benda bukti biologis dan medis. Bila perlu

dokter dapat melakukan anamnesa dengan saksi-saksi untuk mendapatkan gambaran

riwayat medis korban.

Beberapa tindakan yang dapat mempersulit penyidikan, seperti memegang

setiap benda di TKP tanpa sarung tangan, mengganggu bercak darah, membuat jejak

baru, atau memeriksa sambil merokok.

Saat kematian diperkirakan pada saat itu dengan memperhatikan prinsip-

prinsip perubahan tubuh pasca mati. Cara kematian memang tidak selalu mudah

diperkirakan, sehingga dalam hal ini penyidik menganut asas bahwa segala sesuatu

Page 2: Tempat Kejadian Perkara

yang diragukan harus dianggap mengarah ke adanya tindak pidana lebih dahulu

sebelum nanti dapat dibuktikan ketidak benarannya.

Pemeriksaan dimulai dengan membuat foto dan sketsa TKP, termasuk

penjelasan mengenai letak dan posisi korban, benda bukti dan interaksi lingkungan.

Mayat yang ditemukan dibungkus dengan plastik atau kantong plastik khusus untuk

mayat setelah sebelumnya kedua tangannya di bungkus plastik sebatas pergelangan

tangan. Pemeriksaan sidik jari oleh penyidik dapat dilakukan sebelumnya.

Bercak darah yang ditemukan di lantai atau di dinding diperiksa apakah darah

manusia atau darah hewan, berasal dari nadi atau vena, jatuh dengan kecepatan )dari

tubuh yang bergerak) atau jatuh bebas, kapan saat terjadi perlukaannya dan

dihubungkan dengan perkiraan bagaimana terjadinya peristiwa.

Benda bukti yang ditemukan dapat berupa pakaian, bercak mani, bercak darah,

rambut, obat, anak peluru, selongsong peluru, benda yang diduga senjata diamankan

dengan memperlakukannya sesuai prosedur, yaitu di pegang dengan hati-hati serta

dimasukkan kedalam kantong plastik tanpa meninggalkan jejak sidik jari baru.

Benda bukti yang bersifat cair dimasukkan kedalam tabung reaksi kering.

Benda bukti yang berupa bercak kering di atas dasar keras harus dikerok dan

dimasukkan ke dalam amplop atau kantong plastik, bercak pada kain diambil

seluruhnya atau bila bendanya besar digunting dan dimasukkan kedalam amplop atau

kantong plastik. Benda-benda keras diambil seluruhnya dan dimasukkan ke dalam

kantong plastik. Semua benda bukti harus diberi label dengan keterangan tentang jenis

benda, lokasi penemuan, saat penemuan dan keterangan lain yang diperlukan.

Mayat dan benda bukti biologis/ medis, termasuk obat atau racun dikirim ke

Instalasi Kedokteran Forensik atau ke Rumah Sakit Umum setempat untuk

pemeriksaan lanjutan. Apabila tidak tersedia sarana pemeriksaan laboratorium

forensik, benda bukti dapat dikirim ke Laboratorium Kepolisian atau ke Bagian

Kedokteran Forensik. Benda bukti bukan biologis dapat langsung dikirim ke

Laboratorium Kriminil/Forensik Kepolisian Daerah setempat.

Perlengkapan yang sebaiknya dibawa pada saat pemeriksaan di TKP adalah

kamera, film berwarna dan hitam putih (untuk ruangan gelap), lampu kilat, lampu

senter, ;lampu ultra violet, alat tulis, tempat menyimpan benda bukti berupa amplop

atau kantong plastik, pinset, skalpel, jarum, tang, kaca pembesar, termometer rektal,

termometer ruangan, sarung tangan, kapas, kertas saring serta alat tulis (spidol) untuk

memberi label pada benda bukti.

Page 3: Tempat Kejadian Perkara

Ekshumasi

Penggalian kubur ( exhumation) adalah pemeriksaan terhadap mayat yang

sudah dikuburkan  dari dalam kuburannya  yang telah disahkan

oleh  hukum untuk  membantu peradilan. Ex dalam bahasa latin berarti keluar dan

humus berarti tanah. Pada umumnya, penggalian mayat dilakukan  kembali karena

adanya kecurigaan bahwa mayat mati secara tidak wajar, adanya laporan yang

terlambat terhadap terjadinya pembunuhan yang disampaikan kepada penyidik atau

adanya anggapan bahwa pemeriksaan mayat yang telah dilakukan sebelumnya tidak

akurat. Tujuan dari ekshumasi adalah untuk identifikasi korban, identifikasi jenis

perlukaan dalam kaitannya dengan senjata penyebab, penyebab dan mekanisme

kematian, rekonstruksi kematian, dan saat kematian.

Untuk melaksanakan penggalian kuburan harus diperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

1. Persiapan penggalian kuburan

Dokter harus mendapat keterangan lengkap tentang peristiwa kematian agar

dapat memusatkan perhatian dan pemeriksaan pada tempat yang dicurigai.

Jika pemeriksaan dilakukan di lokasi penggalian maka siapkan tenda lengkap

dengan dinding penutup, meja pemeriksaan, air wadah, dan perlengkapan

pemeriksaan mayat.

2. Waktu yang baik

Waktu yang baik untuk melakukan ekshumasi jika mayatnya masih baru maka

dilakukan secepat mungkin sedangkan jika mayatnya sudah lama atau lebih

dari satu bulan dapat dicari waktu yang tepat untuk penggalian. Waktu

penggalian dilakukan pada pagi hari untuk mendapatkan cahaya yang cukup

terang, udara masih segar, matahari belum terlalu terik, dan untuk

menghindari kerumunan masyarakat yang ingin tahu yang seringkali

mengganggu pemeriksaan. Bila tidak memungkinkan dilakukan pagi hari

maka pada siang hari dengan cuaca yang baik. Penggalian mayat pada sore

hari sebaiknya dihindari.

3. Kehadiran petugas

Pada saat pelaksanaan penggalian harus dihadiri oleh penyidik atau polisi serta

pihak keamanan, pemerintah setempat atau pemuka masyarakat, dokter beserta

asisten, keluarga korban/ ahli waris korban, penjaga kuburan, penggali

kuburan.

Page 4: Tempat Kejadian Perkara

4. Keamanan

Penyidik harus mengamankan tempat penggalian dari kerumunan massa.

5. Proses penggalian kuburan

Penggalian perlu dilakukan dengan sangat hati-hati agar tidak menambah

kerusakan pada mayat akibat terkena alat penggali.

6. Pemeriksaan mayat

Sebaiknya dilakukan di tempat penggalian agar mempermudah penguburan

kembali selain karena mengingat adanya masalah transportasi dan waktu.

Tetapi pemeriksaan di instalasi forensik lebih baik karena dapat dilakukan

dengan tenang tanpa harus ditonton oleh masyarakat banyak dan lebih teliti.

Pemeriksaan kedokteran forensik meliputi pembersihan rangka, rekonstruksi

tulang belulang, deskripsi umum, identifikasi personal, dan pencarian

kekerasan dan penyebab kematian.

Sebelum ahli patologi melakukan pemeriksaan terhadap mayat, terlebih dahulu

dipastikan bahwa mayat yang akan diperiksa adalah benar. Petugas pemeriksa mayat

harus memakai sarung tangan dan masker yang telah dicelupkan ke dalam larutan

potassium permanganas. Bila mayat telah mengalami pembusukan dan mengeluarkan

cairan, maka kain pembungkus mayat harus diambil juga untuk pemeriksaan

laboratorium, setentang daerah punggung mayat. Bila mayat telah hancur semuanya

maka setiap organ yang tinggal harus dilakukan pemeriksaan laboratorium. Jika organ

dalam tidak dijumpai lagi maka yang diperiksa adalah rambut, gigi, kuku, tulang dan

kulit korban.

Prosedur penggalian mayat diatur dalam KUHAP, dalam pasal 135 dan disini

terkait pada pasal 133, 134, dan 136 KUHAP. Dan bagi yang menghalangi atau

menolak  bantuan phak peradilan dapat dikenakan sanksi hukum seperti tercantum

dalam pasal 222 KUHP. Penyidik harus memberikan keterangan tentang modus dan

identitas korban sehingga dokter dapat mempersiapkan diri. Dan juga memerlukan

surat permintaan pemeriksaan dari penyidik. Disamping itu, diperlukan koordinasi

dengan pihak pemerintah daerah, dalam hal ini dinas pemakaman, untuk memperoleh

bantuan penyediaan tenaga para penggali kubur, juga perlu disiapkan kantong plastik

kecil untuk bahan/sampel pemeriksaan laboratorium.

Page 5: Tempat Kejadian Perkara

Jika ada kecurigaan tertentu, sampel tanah  harus diambil pada permukaan

kuburan, bagian di sekitar makam dan tanah di atas peti mayat. Saat peti telah

dipindahkan, ahli forensik akan mengambil sampel tanah dari pinggir dan bawah peti

mayat. Saat ada kecurigaan atau diduga tindak kriminal, rekaman gambar pada setiap

bagian identifikasi dimakamkan harus diambil ( biasa difoto oleh polisi) untuk

menemukan bukti-bukti selama otopsi.

Jika dicurigai diracun, contoh dari kain kafan, pelengkapan peti mati dan

benda yang hilang seperti cairan harus dianalisis. Mayat dipindahkan dilucuti pakaian

dan dilakukan otopsi sesuai kondisi pada tubuh. Bila terdapat kecurigaan kematian

akibat keracunan logam berat maka smapel tanah sekitar mayat harus diambil agar

terhadap hasil pemeriksaan laboratorium toksikologik dapat ditarik kesimpulan yang

tidak meragukan. Pembusukan, adiposere dan mumifikasi  merupakan penyulit

pemeriksaan, kadang ketiganya berada pada tubuh yang sama. Pada posisi yang tinggi

akan membuat keadaan mayat lebih baik daripada tanah yang berisi air ditempat

penguburan.

Sebelum mayat dikubur kembali harus dipastikan apakah bahan – bahan yang

diperlukan sudah cukup untuk menghindari penggalian ulang.