TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS...

129
TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS SUSMONO DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH TAHUN 2013-2017 Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Rizka Putri Fauziah NIM. 1113022000081 PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Transcript of TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS...

Page 1: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN

DALANG KI ENTHUS SUSMONO

DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH

TAHUN 2013-2017

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Rizka Putri Fauziah

NIM. 1113022000081

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

ii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Rizka Putri Fauziah

NIM : 1113022000081

Program Studi : Sejarah dan Peradaban Islam

Judul Skripsi : Tema-Tema Lakon Pewayangan Dalang Ki Enthus

Susmono di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah Tahun

2013-2017

Dengan ini menyatakan bahwa, skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri

yang merupakan hasil penelitian, pengolahan, dan analisis sendiri serta bukan

bentuk plagiarisme maupun replikasi dari hasil penelitian atau karya orang lain.

Apabila terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya sendiri atau hasil

plagiarisme dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang

berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian surat ini saya buat, dengan segala akibat yang timbul di kemudian

hari menjadi tanggung jawab pribadi.

Page 3: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

iii

TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN

DALANG KI ENTHUS SUSMONO

DI KABUPATEN TEGAL JAWA TENGAH

TAHUN 2013-2017

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)

Oleh

Rizka Putri Fauziah

NIM. 1113022000081

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018M

Page 4: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

iv

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Tema-Tema Lakon Pewayangan Dalang Ki Enthus

Susmono di Kabupaten Tegal Jawa Tengah Tahun 2013-2017 ini telah

diujikan dalam sidang skripsi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 12 Maret 2018. Skripsi ini telah diterima sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada Program Studi

Sejarah dan Peradaban Islam.

Ciputat, 12 Maret 2018

Page 5: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

v

DEDIKASI

Skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Kedua orang tua penulis, Abi Sobirin (alm.) dan Umi Siti Julaekha, serta kedua

adik penulis, Qotrunnada Salsabila dan Faiq Fachrurrozy Abdillah. Kalianlah

yang menjadi penyemangat bagi penulis untuk terus berjuang menyelesaikan

skripsi ini.

Page 6: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

vi

ABSTRAK

Studi ini menjelaskan tentang tema-tema lakon wayang di Kabupaten Tegal,

dengan dalang Ki Enthus Susmono yang masih melestarikan kesenian wayang,

dan tidak mengurangi kegiatan Ki Enthus sebagai Bupati Tegal. Ki Enthus

merupakan anak dari keturunan dalang. Wayang yang lekat dengan budaya Jawa

ini telah ada sejak zaman animisme. Ki Enthus merupakan dalang wayang golek

dan wayang kulit, di tangan Ki Enthuslah boneka-boneka dari kulit kerbau dan

kayu Leme atau Albasiah ini menjadi pagelaran yang ditunggu-tunggu pentasnya

oleh masyarakat. Tidak hanya menghibur masyarakat Tegal, Ki Enthus juga

pentas di luar pulau Jawa. Metode yang penulis gunakan adalah metode analisis

dengan deskriptif data (kualitatif), dengan cara observasi langsung ke tempat

penelitian dan melakukan wawancara kepada narasumber terkait skripsi. Dan

metode dokumentasi dengan pengumpulan artikel serta video-video terkait tema-

tama lakon pagelaran Ki Enthus. Temuan peneliti adalah bahwa Ki Enthus

merupakan dalang kontemporer, tema-tema yang Ki Enthus gunakan merupakan

tema-tema keseharian, kenabian, isu-isu yang sedang hangat diperbincangkan oleh

masyarakat. Karena Ki Enthus merupakan Bupati di Kabupaten Tegal, maka

dunia perpolitikan ia masukan ke dalam tema lakon pagelarannya, untuk

mengkritisi para penguasa. Selain tema yang bersifat politik, Ki Enthus juga

memodifikasi tema-temanya kedalam tema Nasionalisme dan Ekonomi.

Dipentaskan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, serta diselingi

dengan guyonan-guyonan, pagelaran Ki Enthus pun menjadi semakin hidup.

Menampilkan dua tokoh Wayang Golek yang fenomenal Lupit dan Slenteng.

Tidak hanya Lupit dan Slenteng Ki Enthus pun banyak membuat tokoh-tokoh

kontemporer, seperti wayang politik Susilo Bambang Yudhoyono, Barack Obama,

Saddam Husein, Jokowi, Jusuf Kalla, dan masih banyak lagi karya-karya tokoh

pewayangannya. Ki Enthus juga mengutip ayat-ayat suci al-Qur‟an serta Hadits

Nabi dalam pementasannya.

Kata kunci: Ki Enthus Susmono, Wayang Santri, Kesenian Kabupaten Tegal.

Page 7: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji dan syukur penulis haturkan

kepada Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang, yang telah melimpahkan

segala macam nikmat dan rahmat-Nya. Sholawat dan salam senantiasa selalu

tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,

sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir zaman ini. Amin.

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar

Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah

membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dengan usaha dan tekad yang

kuat akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Tema-

Tema Lakon Pewayangan Dalang Ki Enthus Susmono di Kabupaten Tegal,

Jawa Tengah Tahun 2013-2017”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, banyak pihak yang telah berpartisipasi

dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini baik bersifat moril ataupun materil.

Dengan ini penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaannya atas dorongan

dan kerjasamanya kepada penulis, untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa

terimakasih dan penghargaan yang begitu besar penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Syukron Kamil, M.A selaku Dekan Fakultas Adab dan

Humaniora.

3. Bapak H. Nurhasan, M.A selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam, yang telah membantu penulis selama menjadi mahasiswi dalam

beberapa hal yang berhubungan dengan Universitas sehingga segalanya

menjadi lebih mudah.

4. Ibu Solikhatus Sa‟diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam, yang telah banyak membantu penulis saat menjadi

mahasiswi di Prodi SPI ini, baik yang berhubungan dengan surat menyurat

ataupun motivasi untuk terus berkembang menjadi pribadi yang lebih baik.

Page 8: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

viii

5. Bapak Prof. Budi Sulistiono M.Hum selaku dosen pembimbing skripsi yang

memberikan banyak masukan serta saran kepada penulis untuk terus

mencari sumber dalam penulisan skripsi ini, yang selalu memotivasi penulis

untuk segera menyelesaikan kewajiban menulis skripsi yang dengan sabar

dan berdedikasi tinggi dalam proses penulisan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Sudarnoto Abdul Hakim M.A selaku dosen Penasehat Akademik

Penulis dan dosen penguji skripsi I yang telah memperbaiki isi skripsi

penulis sehingga menjadi lebih baik.

7. Bapak Dr. Abdul Wahid Hasyim M.Ag selaku dosen penguji II yang telah

memperbaiki isi skripsi penulis sehingga menjadi lebih baik.

8. Seluruh dosen Prodi Sejarah Peradaban Islam yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu namun ilmu yang telah kalian berikan sangat berarti

dalam hidup penulis.

9. Kedua orang tua Abi Sobirin (alm.) dan Umi Siti Julaekha, selaku orang tua

penulis. Terimakasih atas cinta, kasih sayang, kepercayaan, motivasi, do‟a

dan pengorbanan tiada pamrih kepada penulis, sehingga penulis termotivasi

hingga bisa menyelesaikan skripsi ini.

10. Qotrunnada Salsabila dan Faiq Fachrurrozy Abdillah, kedua adik penulis

yang selalu memberikan semangat dan kebahagiaan bagi penulis.

11. KH. Syarif Rahmat RA. SQ. MA dan Hj. Uswatun Chasanah selaku

pengasuh Pondok Pesantren Ummul Qura, terimakasih atas segala ilmu

yang diberikan kepada penulis, semoga bisa terus dimanfaatkan oleh penulis

dengan sebaik-baiknya.

12. Arfan Effendi selaku sahabat penulis, terimakasih atas do‟a, dukungan dan

motivasi yang tiada henti-hentinya.

13. Keluarga besar kakek Damad dan keluarga besar kakek H. Nurcholis yang

telah memberikan semangat kepada penulis.

14. Abah Enthus Susmono, selaku informan utama dalam skripsi ini, yang telah

meluangkan waktu di sela-sela kesibukan yang begitu padat, memberikan

pengalaman baru, dan semangat kepada penulis.

Page 9: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

ix

15. Teman-teman dari Komunitas Anak Panah yang tanpa mengurangi rasa

kasih sayang dari penulis, tidak bisa disebutkan satu persatu, namun

kalianlah yang menjadi salah satu penyemangat untuk segera menyelesaikan

skripsi ini, dan menjadi sahabat yang selalu ada untuk penulis.

16. Teman-teman seperjuangan di SPI angkatan 2013 yang banyak membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Abang dan Neng Kece yang merupakan teman seperjuangan di Pondok

Pesantren Ummul Qura, terimakasih atas semangat dan dukungan yang

selalu menginspirasi penulis.

18. Ka Haryo Ja‟far Susilo dan Bapak Hatmanto, serta crew Sanggar Satria

Laras, yang telah membantu penulis dan menggali informasi terkait dengan

skripsi ini.

19. Teman-teman KKN 2016 Pasba Abipraya yang telah memberikan semangat

kepada penulis.

Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu

memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi perbaikan

selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang

hati. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, mudah-

mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi kita semua.

Jakarta, 12 Maret 2018

Rizka Putri Fauziah

Page 10: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

DEDIKASI ............................................................................................................. v

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Permasalahan .......................................................................................... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 9

D. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10

E. Landasan Teori ..................................................................................... 11

F. Metode Penelitian ................................................................................. 12

G. Sistematika Penulisan ........................................................................... 14

BAB II BIOGRAFI KI ENTHUS SUSMONO ................................................. 15

A. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Tegal .......................................... 15

B. Biografi Ki Enthus Susmono ................................................................ 20

C. Pengalaman Sosial, Politik dan Keagamaan Ki Enthus Susmono........ 25

BAB III SEJARAH DAN FUNGSI WAYANG ................................................ 31

A. Sejarah Wayang .................................................................................... 31

B. Jenis-Jenis Wayang .............................................................................. 34

C. Perkembangan Wayang dari Masa ke Masa ......................................... 39

D. Wayang Sebagai Media Dakwah .......................................................... 47

BAB IV PEWAYANGAN KI ENTHUS SUSMONO ...................................... 50

A. Karya dan Penghargaan Ki Enthus Susmono ....................................... 50

B. Tema Nasionalisme .............................................................................. 54

C. Tema Politik ......................................................................................... 57

D. Tema Keagamaan ................................................................................. 59

Page 11: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

xi

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 66

A. Kesimpulan ........................................................................................... 66

B. Saran ..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 68

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 74

Page 12: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia memiliki wilayah yang luas, meliputi wilayah Sabang

sampai Marauke, dan memiliki karya budaya tradisi lisan yang banyak tersebar

diseluruh pelosok Nusantara. Berbagai bentuk tradisi lisan mulai dari cerita

rakyat, teater rakyat, pantun, nyanyian rakyat, merupakan kekayaan budaya yang

memiliki nilai-nilai.1 Kekayaan budaya tradisi lisan yang corak dan ragamnya tak

terhitung, kini semakin sulit untuk dicari jejaknya. Kalaupun ada cenderung sudah

tidak utuh lagi karena pelakunya sudah tidak ada, atau hanya satu dua, bahkan ada

yang sudah tidak tampak jejaknya. Kondisi ini, di samping karena perkembangan

zaman dan pesatnya kemajuan tekhnologi, juga karena tidak adanya perhatian dari

pemilik maupun perhatian dari pemerintah.

Budaya Indonesia memiliki jenis dan warna yang beragam. Di antara

berbagai suku yang mendiami kepulauan Nusantara, budaya Jawa termasuk yang

dapat dimanifestasikan dalam bentuk-bentuk kesenian yang amat kaya, telah ada

sejak zaman kuno dan masih dinikmati oleh masyarakat hingga kini. Namun ada

pula yang semakin ditinggalkan para pendukungnya, dan tersisih oleh peredaran

zaman. Budaya adalah adat suatu masyarakat setempat yang sudah dilakukan

secara turun-temurun,2 kawasan budaya Jawa meliputi Jawa Tengah dan sebagian

besar Jawa Timur yang menjadi tempat berkembangnya salah satu kesenian milik

budaya Jawa yang sangat berharga, yaitu wayang suatu jenis kesenian yang

beraneka ragam dan masing-masing dengan bahan cerita serta pesan yang

dibawanya.

Masyarakat Jawa memiliki ragam kesenian sendiri dan tumbuh sesuai

dengan perkembangan budaya Jawa. Kesenian Jawa mengalami pertumbuhan

yang pesat setelah mendapat pengaruh berbagai macam kesenian asing. Namun

1 Sumitarsih, dkk., Wayang Topeng sebagai Wahana Pewarisan Nilai (Jakarta : Kementrian

Pendidikan Kebudayaan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, 2000), h. 2. 2 M. Naufal Zharif Bakar, Mengenal Budaya Nusantara (Bandung : Usaha Jaya Pratama,

2012), h. 15.

Page 13: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

2

kesenian asing tidak mampu mematikan kesenian Jawa karena kesenian Jawa

tetap mengakar pada kepribadian Jawa.3 Dari sekian banyak jenis kesenian Jawa,

seni pewayangan yang hidup sejak beribu-ribu tahun yang lalu telah mencapai

mutu yang tinggi. Seni pewayangan memuat filsafat hidup di Jawa, etika Jawa,

estetika Jawa, sehingga seni pewayangan merupakan ensiklopedi dan tuntunan

hidup bagi masyarakat Jawa. Begitu besarnya peran wayang dalam kehidupan

masyarakat Jawa, maka tidak berlebihan jika dikatakan bahwa wayang merupakan

identitas orang Jawa.

Pada dasarnya pertunjukan wayang pada masa lalu adalah sebagai upacara

ritual pemujaan roh nenek moyang. Kenyataan ini memang masih terasa hingga

sekarang, kepercayaan itu tentu erat kaitannya dengan kepercayaan kuno

Indonesia, yakni kepercayaan animisme dan dinamisme.4

Para ahli sejarah berupaya mengkontruksikan asal usul pagelaran wayang

G.A.J Hazeu yang teorinya lebih banyak diterima berpendapat bahwa pergelaran

seni pertunjukan wayang diperkirakan sudah ada sejak zaman animisme.5

Sedangkan Sri Mulyono berpendapat bahwa pertunjukan wayang sudah berumur

lebih dari 3000 tahun, atau bila dihitung dari pertunjukkan bentuk aslinya sudah

mempunyai umur kurang lebih 3.518 tahun (kurang lebih 1500 SM–2018).6

Walaupun wayang kulit sudah berumur lebih dari 3000 tahun, namun masih tetap

digemari dan tetap mendarah daging bagi bangsa Indonesia pada umumnya dan

suku Jawa pada khususnya. Begitu juga dengan teater wayang kulit, banyak orang

mengira bahwa pertunjukkan itu adalah peninggalan kebudayaan Hindu, akan

tetapi pada dasaranya kenyataan tidak sesuai dengan halnya, karena wayang kulit

dalam bentuk yang asli dengan diciptakan serba sederhana dipastikan berasal dari

Indonesia dan diciptakan oleh bangsa Indonesia di Jawa jauh sebelum kebudayaan

Hindu datang yakni kira-kira tahun 1500 SM.7

3 Suwadji Bastomi, Nilai-Nilai Seni Pewayangan. (Semarang : Dahara Press, 1993), h. 5.

4 Sujamto, Wayang dan Budaya Jawa (Semarang : Effhar dan Dahara Prize, 1992), h. 13-

14. 5 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal-Usul. Filsafat, dan Masa Depannya (Jakarta : PT.

Gunung Agung, 1982), h. 8. 6 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal-Usul. Filsafat, dan Masa Depannya, h. 1-7.

7 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal-Usul. Filsafat, dan Masa Depannya, h. 2.

Page 14: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

3

Masuknya agama Islam di Indonesia pada abad ke-15, membawa perubahan

besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Begitu pula wayang telah

mengalami masa pembaharuan besar-besaran, tidak saja dalam bentuk dan cara

pagelaran wayang, melainkan juga isi dan fungsinya. Berangkat dari perubahan

nilai-nilai yang dianut, maka wayang pada zaman Demak dan seterusnya telah

mengalami penyesuaian dengan zamannya. Bentuk wayang yang semula realistik

profesional seperti tertera dalam relief candi-candi, distilir8 menjadi bentuk

imajinatif seperti wayang sekarang ini. Selain itu, banyak sekali tambahan dan

pembaharuan dalam peralatan seperti Kelir atau layar, Blencong atau lampu yang

digunakan di atas kepala dalang, Debog yaitu pohon pisang untuk menancapkan

wayang, dan masih banyak lagi.9

Para wali dan pujangga Jawa mengadakan pembaharuan yang berlangsung

terus-menerus sesuai perkembangan zaman dan keperluan pada waktu itu,

utamanya wayang digunakan sebagai sarana dakwah Islam.10

Sesuai nilai Islam

yang dianut, isi dan fungsi wayang telah bergeser dari ritual agama (Hindu)

menjadi sarana pendidikan, dakwah, penerangan, dan komunikasi massa. Ternyata

wayang yang telah diperbaharui kontekstual dengan perkembangan agama Islam

dan masyarakat, menjadi sangat efektif untuk komunikasi massa dalam

memberikan hiburan serta pesan-pesan kepada masyarakat. Fungsi dan peranan

ini terus berlanjut hingga sekarang.

Wayang dalam bahasa Jawa berarti bayangan.11

Jika dilihat dari sudut

pandang terminologi ada beberapa pendapat tentang wayang. Pertama wayang

berasal dari kata wayangan yang berarti sumber ilham maksudnya adalah ide

dalam menggambarkan wujud tokohnya. Kedua wayang berasal dari dua kata

yakni wad dan byang yang artinya leluhur.12

Dan secara harfiah dari wayang

adalah bayangan, tetapi dalam perjalanan waktu pengertian wayang itu berubah,

8 Dalam seni rupa bermakna gaya

9 Herry Lisbijanto, Wayang (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), h. 25.

10 Herry Lisbijanto, Wayang, h. 32.

11 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal- usul. Filsafat, dan Masa Depannya, h. 9.

12 Rizem Aizid, Atlas Tokoh-Tokoh Wayang (Yogyakarta : Diva Press, 2012), h. 19.

Page 15: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

4

dan kini wayang dapat diartikan sebagai pertunjukkan panggung atau teater atau

dapat berarti aktor dan aktris.13

Wayang bukan hanya pagelaran yang bersifat menghibur, tetapi juga syarat

akan nilai-nilai filsafat hidup. Karena dalam cerita wayang tiap tokohnya

merupakan refleksi atau representasi dari sikap, watak, dan karakter manusia

secara umum. Wayang pada umumnya menunjuk pada teater boneka yang

digerakkan oleh seorang dalang dengan iringan bunyi-bunyian, mulai dari yang

sederhana sampai pada orkestra gamelan penuh.14

Bahkan wayang juga dikenal

sebagai salah satu media komunikasi pembangunan merupakan langkah yang

sangat positif dan bijaksana, pertama wayang berfungsi sebagai melestarikan

warisan nilai budaya nenek moyang bangsa, dan kedua wayang sebagai suatu

bentuk kesenian tradisional yang telah berakar kuat dalam kebudayaan masyarakat

Indonesia, khususnya Jawa.15

Sekarang banyak orang mengatakan bahwa wayang

kulit adalah kesenian yang tinggi martabatnya, bahkan memberi predikat bahwa

wayang kulit adalah kesenian klasik tradisional adhiluhung.

Indonesia mempunyai banyak jenis-jenis wayang, diantaranya Wayang

Kulit, Wayang Golek, Wayang Topeng, Wayang Banjar, Wayang Beber, Wayang

Klitik, Wayang Suluh, Wayang Warta, Wayang Jawa, Wayang Perjuangan,

Wayang Tutus yang merupakan khas Tegal. Keistimewaan wayang sebagai

bentuk kesenian adalah sifat-sifatnya yang adhiluhung dan edipeni, yaitu seni

yang sarat dengan falsafatnya, serta sangat indah. Bisa juga dikatakan

mengandung nilai-nilai etika dan estetika. Para pakar budaya barat menyebutkan

wayang sebagai bentuk drama yang canggih di dunia (The most complex and

sophisticated theatrical form in the world).16

Wayang berfungsi sebagai tontonan

dan juga tuntunan dalam masyarakat Indonesia sejak berabad-abad yang lalu

hingga sekarang, banyak sarjana Barat yang telah melakukan penelitian dan

13

Pandam Guritno, Wayang Kebudayaan Indonesia dan Pancasila (Jakarta : UI-Press,

1988), h. 11. 14

Bagyo Suharyono, Wayang Beber Wonosari (Depok : Bina Citra Pustaka, 2005), h. 5. 15

Ali Rif‟an, ed., Buku Pintar Wayang (Yogyakarta : Garai lmu, 2010), h. 10. 16

Edy Sedyawati, Ensiklopedi Wayang Indonesia Jilid I, Volume I (Sekretaris Nasional

Pewayangan Indonesia : Sena Wangi, 1999), h. 21.

Page 16: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

5

belajar tentang wayang misalnya Sarah Bilby (Inggris), G.J Davidson (Australia),

Matthew Isaac Cohen (Belanda), dan masih banyak lagi.17

Kota Tegal berada di jalur Pantai Utara (Pantura) Jawa Tengah, terletak

165 km sebelah Barat Kota Semarang atau 329 km sebelah Timur Jakarta, terletak

di antara 109°08‟ - 109°10‟ Bujur Timur dan 6°50‟ - 6°53‟ Lintang Selatan,

dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 Hektar. Kota Tegal

berada di wilayah Pantura, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di

wilayah Barat, dengan bentang terjauh Utara ke Selatan 6,7 Km dan Barat ke

Timur 9,7 Km. Dilihat dari letak geografis, posisi Tegal sangat strategis sebagai

penghubung jalur perekonomian lintas nasional dan regional di wilayah Pantura

yaitu dari Barat ke Timur (Jakarta-Tegal-Semarang-Surabaya) dengan wilayah

tengah dan selatan Pulau Jawa (Jakarta-Tegal-Purwokerto-Yogyakarta-Surabaya)

dan sebaliknya.18

Tegal semula merupakan salah satu daerah pemukiman yang ada di Jawa

Tengah, dan dianggap sebagai tempat terpencil, yang kemudian berkembang

menjadi Kota, letaknya di pantai Utara Jawa. Maka Tegal merupakan salah satu

kota pantai yang dihuni oleh sejumlah penduduk, sehingga Tegal menarik untuk

dikaji. Asal mula nama Tegal yakni konon menurut cerita rakyat tokohnya adalah

Pangeran Panggung19

sebagai pembuka babad daerah dan pemimpin awal tempat

tersebut. Diceritakan bahwa pada masa pemerintahan Demak daerah Tegal di

bawah pimpinan Pangeran Panggung atau Raden Panggung yang kemudian juga

disebut sebagai Mbah Panggung. Cerita rakyat yang kedua menjelaskan bahwa

Tegal berasal dari kata tetegal yang artinya lahan pertanian kering (tegalan) yang

dapat ditanami palawija.20

Daerah ini berkaitan dengan adanya tokoh bernama Ki

17

Hereby Proclaims, Wayang Puppet Theatre (Paris : a Masterpiece of the Oral and

Intangible Heriage of humanity, 2008), h. 2. 18

http://www.tegalkab.go.id/page.php?id=5 (diakses pada tanggal 31 April 2017, Pukul

14.30 WIB) 19

Ulama karismatik dari Jazirah Arab, yang menyebarkan agama Islam di wilayah Tegal.

Nama aslinya adalah Syekh Abdurrahman 20

Merupakan hasil panen kedua disamping padi, istilah ini berkembang diantara para petani

di pulau Jawa

Page 17: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

6

Gede Sebayu,21

ia beserta pengikutnya Ki Wanakusma anak dari Raden

Panggung, menyiarkan agama Islam di tempat tersebut, mengajarkan tentang

keesaan Tuhan (Ketauhidan), akhlaq mulia, budi pekerti yang baik, sehingga

lama-lama tempat itu ramai dan menjadi kota yang disebut dengan Tegal.22

Ada juga yang melatar belakangi sejarah berkaitan dengan tindakan

seseorang, mengenai asal kata Tegal berasal dari kata Tegel yang artinya tega atau

sampai hati.23

Pada masa Kerajaan Mataram ada dua orang saudara seperguruan

yakni Martoloyo dan Martapuro. Martoloyo adalah putra Panembahan Senopati

dengan Retno Dumilah, yang merupakan salah satu Adipati daerah pantai Utara.

Sedangkan Martopuro adalah Adipati Jepara. Keduanya berguru di Padepokan

Lembah Manah kepada Kyai Lembah Manah. Dan dihadapan gurunya mereka

telah berjanji Sabaya Mukti, Sabaya Pati yang artinya kalau bahagia, bahagia

semua, kalau mati, mati semua.24

Akan tetapi seiring dengan berjalannya waktu

dan terdorong oleh situasi pada masa itu, kemudian berakibat lain tidak seperti

yang diharapkan.

Peran penting dalam dunia pewayangan adalah dengan hadirnya seorang

Dalang. Kata Dalang berasal dari kata weda dan wulang atau mulang. Weda

adalah kitab agama Hindu yang memuat peraturan tentang hidup dan kehidupan

manusia dalam masyarakat ramai, dalam pergaulan sesama manusia, terutama

menuju kesempurnaan di alam baka. Wulang berarti ajaran atau petuah,

sedangkan mulang berarti memberi pelajaran. Dengan demikian yang disebut

dengan dalang adalah seorang yang mempunyai kejuruan dan menganggap

dirinya mempunyai tugas suci untuk memberikan wejangan, pelajaran, uraian atau

tafsiran tentang isi kitab suci Weda beserta maknanya kepada masyarakat.25

21

Bupati Tegal, dan merupakan salah satu orang yang sangat berjasa dalam membangun

Tegal. 22

S. Ilmi Albiladiyah, dkk, Tegal dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta : Balai Pelestarian Nilai

Budaya, 2013), h. 13-18. 23

Suriali Andi Kustomo, Jejak Kota Tegal 1999-2009 (Tegal : Bagian Humas dan Protokol

Kota Tegal, 2010), h. 6. 24

Rochani A.H, Ki Gede Sebayu Babad Negeri Tegal (Tegal : Intermedia Paramadina

bekerjasama dengan Pemerintahan Kabupaten Tegal, 2005), h. 115-153. 25

Nursodik Gunarjo, ed., Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam Diseminasi

Informasi (Jakarta Barat : UEU- University Press, 2013), h. 36.

Page 18: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

7

Salah satu dalang yang masih melestarikan seni pertunjukkan wayang

adalah Ki Enthus Susmono, Ki Enthus merupakan seorang dalang wayang kulit

dari Kabupaten Tegal, nenek moyangnya merupakan seorang dalang. Ki Enthus

Susmono merupakan anak dari keturunan dalang, ayahnya merupakan seorang

dalang, sehingga Ki Enthus ingin melestarikan kesenian wayang yang merupakan

budaya Jawa.

Pendidikan Ki Enthus dengan belajar bersama dalang yang lebih dulu,

otodidak, dan sering kali mengikuti pementasan ayahnya.26

Ia dikenal sebagai

orang yang mudah bergaul dengan siapapun dan berbagai kalangan, khususnya

kalangan pedalangan dan pagelaran dengan apresiasi masyarakat serta

penyajiannya selalu sesuai dengan perkembangan zaman.

Ki Enthus Susmono menjadikan pertunjukan wayang kulit dan wayang

golek sebagai media da‟wah. Ia mempunyai kreasi dan inovasi untuk menjadikan

pertunjukkan wayang kulit sebagai media tontonan dan tuntunan yang

mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam. Dalam media wayang inilah Ki

Enthus melakukan inovasi dalam menyajikan pertunjukan wayang kulitnya,

walaupun Ki Enthus sering kali mendapatkan kritikan dari dalang lainnnya,

mengatakan bahwa Ki Enthus merupakan dalang yang slebor,27

sebab disaat

orang lain mencaci, Ki Enthus justru memiliki kreasi dan inovasi untuk

menjadikan pertunjukan wayang kulit sebagai media tontonan dan tuntunan yang

mengandung nilai-nilai ajaran agama Islam.28

Tema-tema yang ia gunakan sebagai tema pertunjukan sebagian besar

merupakan tentang da‟wah Islam, dimana ia menggabungkan antara seni dengan

pokok ajaran Islam.29

Ada dua metode yang ia gunakan dalam menyampaikan

ajaran agama Islam dalam wayang selama ini, yang pertama dengan mengutip

ayat al-Qur‟an dan Hadits secara langsung, dan yang kedua mengutip ayat al-

26

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB 27

Acak-acakan (tentang pakaian, pekerjaan, dan lain sebagainya) 28

https://nasional.kompas.com/read/2009/02/27/11150324/ki.enthus.susmono.kreativitas.tia

da.henti (diakses pada tanggal 10 Februari 2017, pukul 08.00 WIB) 29

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB.

Page 19: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

8

Qur‟an atau Hadits secara tidak langsung, tetapi secara simbolis atau

terselubung.30

Ada juga tema yang tidak ada unsur ke-Islaman nya melainkan

adanya tema yang mengandung moral, pendidikan, dan lain sebagainya.

Tema-tema lakon pewayangan Ki Enthus sudah banyak diantaranya : 1.

Lakon wayang Karna Tanding, lakon ini bertemakan perjuangan menuntut hak

demi tegaknya keadilan yang ada di dunia, dan memiliki amanat jangan mudah

putus asa dalam menuntut hak demi tegaknya keadilan yang ada. 2. Lakon

wayang Resi Durna, dimaknai sebagai lambang angan-angan atau budi yang

menggerakkan tokoh Bima. 3. Lakon wayang Arjuna Krama, 4. Lakon wayang

Rama Nitis, 5. Lakon wayang Semar Wirid, 6. Lakon wayang Murid Murtad, dan

masih banyak lagi. Dalam penelitian ini, penulis ingin memaparkan apa saja

tama-tema lakon pewayangan Ki Enthus Susmono, penulis membaginya menjadi

beberapa komponen yaitu tema Nasionalisme, tema Politik dan tema Agama.

B. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dari uraian, maka penulis mencoba mengangkat

serta menginformasikan kembali mengenai kesenian Wayang Kulit dan Wayang

Golek, dengan dalang Ki Enthus Susmono dari Kabupaten Tegal, yang masih

melestarikan kesenian wayang. Berbeda dengan dalang-dalang lainnya, yang

biasanya seorang dalang hanya mempagelarkan wayang kulit ataupun wayang

golek, Ki Enthus dapat memainkan keduanya. Tema-tema wayangnya pun tidak

hanya berbicara tentang da‟wah Islam, akan tetapi ia memodifikasi dengan tema-

tema Politik, Nasionalisme, dan Ekonomi.

Oleh karena itu yang menjadi permasalahan utama adalah apasaja tema-

tema lakon wayang Kulit dan Wayang Golek dalang Ki Enthus Susmono.

2. Pembatasan Masalah

Terkait dengan judul penulisan penelitian : “Tema-Tema Lakon

Pewayangan Dalang Ki Enthus Susmono di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah

tahun 2013-2017”, penulis membatasi mengenai dalang, yaitu hanya kepada

30

Muhammad Mukti, “Wayang Dalam Konteks Budaya”, Jurnal Imaji, (Februari, 2006)

Page 20: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

9

Ki Enthus Susmono. Selanjutnya penulisan ini hanya berfokus pada tema-

tema Wayang Kulit dan Wayang Golek Ki Enthus.

3. Batasan Masalah

Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :

1) Bagaimana sejarah pertunjukan Wayang?

2) Apa saja karya-karya dan biografi Ki Enthus Susmono ?

3) Apa saja tema-tema lakon Wayang Kulit dan Wayang Golek Ki Enthus

Susmono ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui nilai ajaran Islam yang dikemas dalam sebuah lakon /

tema oleh Ki Enthus Susmono dan bagaimana pertunjukan wayang itu di

pentaskan.

2. Untuk mengetahui bagaimana karya-karya dan biografi Ki Enthus Susmono

3. Untuk mengetahui apa saja, bagaimana dan kapan tema / lakon wayang kulit

dan wayang golek dipentaskan.

4. Penelitian ini bertujuan untuk menambah wawasan dalam bidang kesenian

wayang.

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan khazanah keilmuan, penelitian ini terkait sejarah lokal, dimana

sampai saat ini belum ada penelitian oleh mahasiswa Sejarah Peradaban

Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah, Jakarta, yang membahas tentang kesenian wayang dengan

dalang dari Kabupaten Tegal Ki Enthus Susmono.

2. Memberikan gambaran tentang melestarikan kebudayaan Indonesia

khusunya Jawa dengan kesenian wayang.

3. Menambah wawasan dan pengetahuan untuk para pembaca dan penulis

tentang sejarah lokal yang ada di Kabupaten Tegal.

Page 21: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

10

4. Setelah melihat dan mempelajari kebudayaan dalam perwayangan Jawa,

maka diharapkan masyarakat dapat mengambil i‟tibar (manfaat) atau

pelajaran tentang kehidupan dan tujuan hidup.

D. Tinjauan Pustaka

Banyak sekali referensi yang membahas tentang kesenian wayang, akan

tetapi referensi yang berkenaan mengenai tema skripsi ini hanya sedikit. Buku

rujukan pertama adalah Buku tentang Wayang : Asal Usul, Filsafat dan Masa

Depannya, ditulis oleh Ir. Sri Mulyono, tahun 1982. Buku ini membahas tentang

sejarah tentang asal usul wayang, dan perkembangan seni wayang kulit zaman

kedatangan agama Islam sampai wayang dalam pembaharuan.31

Buku yang berjudul Nilai-Nilai Seni Pewayangan, ditulis oleh Suwadji

Bastomi (ed), tahun 1993. Buku ini membahas tentang sejarah wayang, nilai-nilai

yang ada di pagelaran wayang, dan makna dalang.32

Skripsi yang berjudul Inovasi Ki Enthus Susmono dalam Pertunjukan

Wayang Kulit Lakon Sesaji Rajasuyo, ditulis oleh Nur Latifah, UIN Sunan

Kalijaga, Yogyakarta, 2014. Skripsi ini menjelaskan tentang biografi Ki Enthus

Susmono dan perkembangan wayang kulit Lakon Sesaji. Dimana Skirpsi Nur

Latifah membahas tentang inovasi Ki Enthus dalam pertunjukan wayang kulit

Lakon Sesaji Rajasuryo. Bedanya jika di skripsi ini hanya fokus membahas Lakon

Sesaji Rajasuryo.33

Skripsi yang berjudul Teknik Penyampaian Pesan Dakwah Dalam Video

Pementasan Wayang Santri Lakon Murid Murtad Dalang KI Enthus Susmono,

ditulis oleh Budiman Yulianto, IAIN Walisongo, Semarang, 2013. Skripsi ini

31

Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal- usul. Filsafat, dan Masa Depannya, h. 1-4. 32

Suwadji Bastomi, Nilai-Nilai Seni Pewayangan (Semarang : Dahara Press, 1993), h. 6. 33

Nur Latifah, “Inovasi Ki Enthus Susmono dalam Pertunjukan Wayang Kulit Lakon Sesaji

Rajasuyo,” (Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga,

Yogyakarta, 2014), h. 6.

Page 22: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

11

menjelaskan tentang bagaimana caranya ta‟dzim (patuh) kepada guru dan yang

lebih tua, serta membahas satu tema saja dan menggunakan tekhnik video.34

Jurnal Imaji, Vol 4, No.1 dengan judul Pertunjukan Wayang Kulit Purwa

Lakon Ruwatan Rajamala, ditulis oleh Muhammad Mukti. Penelitian ini

menjelaskan tentang nilai ajaran Islam yang berhubungan dengan Allah, nilai

ajaran Islam yang berhubungan dengan manusia, dan nilai ajaran Islam yang

berhubungan dengan alam. Perbedaannya terletak pada bentuk pertunjukan yang

ditekankan penyajian cerita lakonnya dan nilai ajaran Islam yang terungkap dalam

penelitian ini tidak dihubungkan dengan Ki Enthus Susmono.35

Dari beberapa sumber yang penulis baca, penulis belum menemukan

tentang tema-tema lakon yang akan penulis bahas. Oleh karena itu penelitian ini

bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih banyak lagi tentang tema-tema

lakon pedalangan Ki Enthus Susmono.

E. Landasan Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan antropologi budaya.

Objek kajian pendekatan ini adalah manusia dan budayanya. Agama merupakan

salah satu unsur-unsur dari kebudayaan yang eksistensinya tidak terlepas dari

realitas kebudayaan yang ada di sekelilingnya.36

Bahkan pagelaran wayang

dikembangkan dari ajaran agama dan kemudian disesuaikan dengan lingkungan

budaya.

Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan, hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan

milik diri manusia dengan belajar.37

Ada tiga wujud kebudayaan, pertama

kebudayaan sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilai, norma, peraturan.

34

Budiman Yulianto, “Teknik Penyampaian Pesan Dakwah Dalam Video Pementasan

Wayang Santri Lakon Murid Murtad Dalang KI Enthus Susmono,” (Skripsi S1 Fakultas Dakwah

dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2013), h. 3. 35

Muhammad Mukti, “Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon Ruwatan Rajamala,”

Jurnal Imaji, Vol 4, no.1, (Februari 2006) : h. 46-52. 36

Adrew Beatty, Varities Og Javanese Religion, Diterjemahkan oleh Achmad Fedyani

Saefuddin “Variasi Agama di Jawa : Suatu Pendekatan Antropologi”, Jakarta : PT.Raja Grafindo

Persada, 2001, h. 35. 37

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I (Jakarta : Erlangga, 1981), h. 180.

Page 23: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

12

Kedua kebudayaan sebagai komplek aktivitas serta tindakan berpola dari manusia

dalam masyarakat. Ketiga kebudayaan sebagai benda hasil karya manusia.38

Menurut Geertz evolusi budaya adalah suatu perubahan atau perkembangan

kebudayaan, dari bentuk sederhana kebentuk yang lebih komplek, yang kemudian

dilanjutkan dengan proses difusi, yaitu penyebaran kebudayaan-kebudayaan yang

terjadi bersamaan.39

Geertz menfokuskan konsep kebudayaan kepada nilai-nilai

budaya yang menjadi pedoman masyarakat untuk bertindak dalam menghadapi

berbagai permasalahan hidupnya. Sehingga pada akhirnya konsep budaya

merupakan penilaian terhadap gejala-gejala yang dipahami oleh si pelaku

tersebut.40

F. Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan adalah metode analisis data dengan deskriptif

kualitatif. Dengan pendekatan antropologi untuk merekontruksi peristiwa masa

lampau yang bersifat komperhensif.41

Adapun dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi 4 tahap yaitu:42

1. Heuristik

Heuristik berarti menemukan atau mengumpulkan sumber. Adapun sumber

yang penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber yakni

sumber primer yang bersifat tertulis, sumber yang diterbitkan seperti dokumen,

arsip (lembaran tertulis dari koleksi Ki Enthus), dan kemudian wawancara dan

pengamatan langsung karena peneliti hadir dalam pentas wayang. Sumber

sekunder berupa pandangan buku-buku terkait tesis, disertasi, majalah, surat kabar

(Tempo, Kompas, Sindo, Tribunews, Republika, Radar Pekalongan, Pantura post,

dll), jurnal serta sumber elektronik dari website. Pengumpulan sumber-sumber

yang dilakukan oleh penulis menggunakan studi perpustakaan (Library Research),

38

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I, h. 180. 39

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I, h. 150. 40

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I, h. 31. 41

Syaiful Arif, Refilosofi Kebudayaan Pascastruktural (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media,

2010), h. 84 dan 11. 42

Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah (Jakarta : PT

Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 4-5 dan 152-156.

Page 24: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

13

yakni dengan mengunjungi beberapa lembaga yang memiliki koleksi buku

maupun arsip yang terkait dengan penelitian ini, seperti Perpustakan Nasional di

Jalan Merdeka Selatan-Jakarta Pusat, Arsip Negara Republik Indonesia di Jalan

Ampera Raya-Jakarta Selatan, Pusat Perfilman H.B Jassin di Cikini-Jakarta Pusat,

Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di Kuningan-Jakarta Selatan,

Perpustakaan Universitas Indonesia di Pondok Cina-Depok, Perpustakaan Daerah

Depok di Jalan Margonda Raya-Depok, Perpustakaan Daerah Tegal di Jalan KH.

Ahmad Dahlan-Tegal, dan mencari hasil penelitian, kajian, Disertasi dan lain–

lain.

Metode dokumentasi adalah dokumen-dokumen yang dipelajari untuk

mengetahui semua data-data seperti pengumpulan artikel, video-video, dll.

Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, yaitu kata-kata

tertulis atau lisan orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.43

Kemudian

penulisan pada aspek kebudayaan memusatkan perhatian kepada interpretasi

penuh arti dan kondisi faktual termasuk hal yang bersifat kualitas.

2. Kritik Sumber

Tahapan selanjutnya setelah mengumpulkan sumber adalah kritik sumber,

yang terbagi menjadi dua yaitu kritik intern dan ekstern. Penulis berusaha

menganalisis dan membandingkan sumber-sumber yang didapat baik berupa

buku, jurnal, tesis, dan surat kabar.

3. Interpretasi

Tahapan selanjutnya adalah interpretasi, dalam tahapan ini penulis

melakukan analisa sejarah terhadap sumber-sumber, yang terkait dengan tema-

tema lakon wayang, dengan menggunakan pendekatan ilmu Antropologi budaya,

sehingga dapat memecahkan masalah yang ada.

4. Penulisan Sejarah

Dan terakhir adalah Historiogarfi (penulisan sejarah). Penulis menuliskan

hasil pemikiran dan penelitian, memaparkan hasil dari penelitian sejarah secara

sistematik yang telah diatur dalam pedoman penulisan skripsi.

43

Lexy, J. Moloeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

2000), h. 3.

Page 25: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

14

G. Sistematika Penulisan

Secara Keseluruhan skripsi ini terbagi menjadi lima bab, termasuk di

dalamnya pendahuluan dan penutup. Berikut dituliskan secara singkat bab I

sampai bab V;

Bab I, berisikan pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah,

permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II, terdapat pembahasan tentang biografi Ki Enthus Susmono, meliputi

keadaan sosial budaya masyarakat Tegal, biografi Ki Enthus Susmono, dan

pengalaman sosial, politik dan keagamaan Ki Enthus Susmono.

Bab III, terdapat pembahasan mengenai sejarah dan fungsi wayang, meliputi

sejarah wayang, jenis-jenis wayang, perkembangan wayang dari masa ke masa,

dan wayang sebagai media dakwah.

Bab IV, terdapat pembahasan inti yang membahas mengenai pewayangan

Ki Enthus Susmono, yang meliputi karya dan penghargaan Ki Enthus Susmono,

tema Nasionalisme, tema Politik dan tema Agama pewayangan Ki Enthus

Susmono.

Bab V, merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan yang merupakan

jawaban dari permasalahan yang menjadi tujuan awal pengkajian penelitian ini,

dan saran-saran yang menjadi masukan-masukan untuk perbaikan penelitian

berikutnya.

Page 26: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

15

BAB II

BIOGRAFI KI ENTHUS SUSMONO

A. Keadaan Sosial Budaya Masyarakat Tegal

Kota Tegal merupakan kota tua, didirikan oleh Ki Gede Sebayu pada tahun

1850, Tegal pada masa silam merupakan daerah enclave Mataram yang memiliki

loyalitas yang tinggi sehingga mengukir sejarah yang panjang. Pernah menjadi

tempat penobatan Raja Mataram Amangkurat I, ketika kerajaan Mataram jatuh ke

tangan Trunojoyo. Tegal juga memiliki Senopati yang gagah berani di zaman

Sultan Agung, yakni Tumenggung Tegal yang kemudian bergelar Martoloyo

setelah menjadi Bupati Tegal.

Cerita rakyat memaparkan bahwa kemunculan kata Tegal yang kemudian

menjadi sebuah desa lalu berkembang menjadi kota, erat kaitannya dengan tokoh

masa lalu. Yakni Pangeran Panggung,1 sebagai pembuka (babad) daerah dan

pemimpin awal tempat tersebut, cerita tentang Pangeran Panggung ini bermacam-

macam dan simpang siur. Bahwa setelah memeluk Islam Pangeran Pangung

kemudian bernama Abdurrahman, setelah pangeran panggung belajar agama islam

dengan Syeh Siti Jenar, maka ia menetap di Tegal sambil mengajarkan agama

Islam. Dengan ketokohan Pangeran Panggung dengan kegiatannya itu, maka

Tegal menjadi lebih ramai karena banyak dikunjungi orang yang akan berguru

agama.2

Sedangkan cerita lainnya mengatakan bahwa Tegal berasal dari kata

tetegalan yang artinya lahan pertanian kering (tegalan) yang dapat di tanami

palawija.3 Daerah ini berkaitan dengan adanya seorang tokoh bernama Ki Gede

Sebayu, ia beserta pengikutnya dari Panjang mengembara ke arah barat mencari

seseorang bernama Ki Wanakusuma anak dari Raden Panggung. Para pengikutnya

1 https://daerah.sindonews.com/read/1216261/29/mbah-panggung-dan-syiar-islam-di-tegal-

1498212008 (diakses pada tanggal 18 Januari 2018, pukul 14.00). Mbah Panggung dikenal sebagai

sosok ulama karismatik dari jazirah Arab yang menyebarkan Islam di wilayah Kota Tegal, nama

aslinya adalah Syekh Abdurrahman. Mbah Panggung juga menyebarkan Islam di Tegal. 2 S. Ilmi Albiladiyah, dkk, Tegal dalam Lintas Sejarah (Yogyakarta : Balai Pelestarian

Nilai Budaya, 2013), h. 16. 3 Tanaman hasil kedua setelah padi, istilah palawija ini berkembang diantara petani di

Pulau Jawa

Page 27: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

16

mempunyai keterampilan yang berbeda-beda, yakni membuat kue-kue, parabotan

gerabah, alat pertukangan, alat-alat perlengkapan dapur, tenun serta perhiasan dari

emas.

Sesanti (semboyan) kota Tegal adalah “Banteng Loreng Binoncengan”

sebuah simbolik seorang anak kecil yang menunggang Banteng Loreng.4

Masyarakat Tegal digambarkan seperti banteng loreng, yang memiliki watak

keras, kasar, pekerja keras dan sukar diatur. Sementara anak kecil bersuling

merupakan gambaran watak pemimpin yang suci yang hatinya seperti anak kecil,

penuh kejujuran dan lemah lembut. Artinya masyarakat Tegal bertempramental

keras kasar dan susah diatur, akan tetapi pada hakikatnya patuh jika dipimpin oleh

pemimpin yang jujur, memiliki kesucian hati dan lembut hatinya.

Kota Tegal memiliki empat potensi utama, yaitu sebagai Kota Bahari, pusat

perdagangan, kota wisata, belanja dan wisata kuliner. Empat potensi ini

divisualkan dalam bentuk gelombang yang selalu bergerak dinamis, tidak pernah

mati dan tidak berhenti menggeliat mencari celah-celah baru bagi pengembangan

dimasa yang akan datang. Empat pontensi ini memiliki nilai dasar yang kuat,

megah, modern, dan selalu tumbuh serta berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman.5

Kesenian yang ada di daerah Tegal pada masa pergerakan Nasional antara

lain Sintren, Lais, Tari Topeng Endel, Tradisi Labuhan, Seni Kentrung, Gending-

Gending Tegal seperti Lutung Bingung, Karategan, Ronggeng Tegal. Sintren dan

Lais adalah tarian yang berdasarkan magis dan diadakan dalam upacara adat untuk

memohon hujan. Sintren yang berpegang peran adalah gadis, jika gadis itu sudah

bersuami maka tidak dapat menerima roh yang akan masuk ke dalam badannya.

Di dalam seni Lais yang pegang peran adalah jejaka yang belum beristri. Baik

Sinten maupun Lais didampingi oleh Bodor (pelawak) sebanyak dua orang.

Tarian ini dilakukan dalam keadaan tidak sadar (kesurupan). Kedua tarian ini

berbeda baik nyanyian maupun instrumen untuk mengiringinya. Sintren diiringi

dengan Gamban dan Kendang, sedangkan Lais diiringi dengan Gambang dan

4 Suriali Andi Kustomo, Jejak Kota Tegal 1999-2009 (Tegal : Bagian Humas dan Protokol

Kota Tegal, 2010), h. 4. 5 Suriali Andi Kustomo, Jejak Kota Tegal (1999-2009), h. 6.

Page 28: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

17

Buyung (genthong kecil). Berikut ini beberapa budaya yang ada di Kabupaten

Tegal antara lain :

1. Tari Topeng

Tari Topeng merupakan salah satu tarian tradisional Tegal. Tari ini

ditetapkan sebagai tari khas Tegal oleh surat keputusan Bupati pada tanggal 1

Februari 2005, tari ini terdiri dari enam jenis, yakni tari Topeng Endel, tari

Topeng Panji, tari Topeng Kelana, tari Topeng Kiprahan Patih atau Pongawa, tari

Topeng Kresna dan tari Topeng Lanyapan Alus.6 Dan wilayah Tegal saat itu

masih hutan belantara, penduduknya pun masih sedikit.7 Endel juga merupakan

seni khas Tegal. Tari Topeng Endel merupakan tari topeng wanita dengan kostum

endel mirip penari gambyong, tari ini biasanya di bawakan oleh satu atau dua

penari bergantian. Tarian ini di iringi gending lancaran ombak banyu laras slendro

patet menyura. Adapun instrumennya terdiri Kendang, Boning, Saron, Balongan

dan Peking. Kegenitan menjadi salah satu ciri topeng endel sesuai dengan

namanya Endhel yang dalam bahasa Tegal artinya kenes atau genit.8

Tari Topeng Tegal adalah tarian yang penarinya menggunakan topeng

berwajah manusia. Tari ini menyimpan beragam nilai kehidupan manusia pada

masa lampau, khususnya berhubungan dengan kehidupan rakyat. Gerakan penari

yang lincah mencerminkan perempuan desa yang periang dan percaya diri, karena

itu mereka di tuntut untuk percaya diri, jika tidak maka ia di cap sebagai gadis

yang kurang berguna.9

2. Tradisi Labuhan (Sedekah Laut)

Tradisi Labuhan merupakan ritual melarung atau menghanyutkan sesaji ke

laut yang dilaksanakan oleh masyarakat di desa Tegalsari Tegal. Tradisi ini

dilaksanakan setiap tahun pada tanggal satu Sura‟.10

Masyarakat nelayan Desa

6 Dra, Wuninggar dkk, Tari Topeng Khas Tegal (Tegal : Yayasan Tadulakota : 2013), h. 1.

7 Soipah, Kesenian Tradisional Tari Topeng Gaya Tegal Selayang Pandang (Tegal : T.pn.,

2007) 8Suriali Andi Kustomo, Kabupaten Tegal Pesona Alam, Wisata, Industri, dan

Perdagangan, h. 56. 9 Dra, Wuninggar dkk, Tari Topeng Khas Tegal, h. 12.

10 Hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, dan bertepatan dengan 1 Muharam

dalam kalender Hijriyah, karena kalender Jawa diterbitkan Sultan Agung mengacu penanggalan

Page 29: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

18

Tegalsari meyakini bahwa tanggal satu Sura‟ adalah hari yang tepat untuk

melakukan ritual suci. Mereka percaya pada pergantian tahun dalam penanggalan

Jawa bersamaan dengan hari meninggalnya Ki Budug Basuh,11

tetapi menurut

legenda Ki Budug Basuh kalah dalam perang merebutkan Dewi Sri kemudian

kembali lagi ke laut dan kemudian menjadi penguasa laut. Hal inilah yang

mendasari tiap tahun pada tanggal satu sura‟ masyarakat nelayan di desa Tegalsari

menyelenggarakan Tradisi Labuhan atas sedekah laut untuk menghormati dan

memohon perlindungan dari penguasa laut.12

Inti dari pelaksanaan Tradisi Labuhan di desa Tegalsari ini adalah untuk

membuang segala bencana, kejahatan dan malapetaka sehingga memperoleh

keselamatan dan kebahagiaan, untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan

bagi warga masyarakat nelayan desa Tegalsari. Dengan melakukan ritual ini

masyarakat akan merasa tenang, ayem tentrem. Sebaliknya apabila masyarakat

tidak melaksanakan ritual maka akan timbul rasa takut akan adanya musibah, rasa

takut akan diganggu roh halus yang jahat. Tradisi Labuhan juga berhubungan

dengan pemujaan dan penghormatan kepada Allah SWT dan para leluhur ini

merupakan permohonan untuk memperoleh keselamatan dan kebahagiaan dunia

dan akhirat dan rezeki yang melimpah. Dalam acara tradisi labuhan Ki Enthus

juga ikut serta, biasanya ia memang diundang khusus untuk memperingati tradisi

labuhan dengan mengadakan pentas wayang.

3. Seni Kentrung

Kentrung merupakan sebuah grup kesenian dengan seperangkat alat musik

yang terdiri dari Kendang Rebana, Ketipung dan Jidor.13

Kentrung hanya

dimainkan oleh satu orang dengan membawa Kendang atau Terbang Jawa. Sang

pemain berfungsi sebagai dalang sekaligus penyair. Kentrung merupakan tradisi

Hijriyah (Islam) https://id.m.wikipedia.org (diakses pada tanggal 13 Maret 2018, pukul 01.00

WIB) 11

Masyarakat Cirebon menyakini bahwa Ki Budug Basuh merupakan cikal bakal seluruh

makhluk hidup yang ada dilaut. Dedy Irawan, Hubungan Antara Etnisitas, Status Sosial, Ekonomi

dan Religiutas dengan Prespektif Terhadap Tradisi Nadran, (Skripsi S1, Fakultas Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Lampung, 2016), h. 5. 12

www.balaibahasajateng.web.id>home (diakses pada tanggal 05 Juli 2017) 13

Dra, Wuninggar dkk, Seni Kentrung Khas Tegal (Tegal : Yayasan Tadulakota : 2013), h.

2.

Page 30: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

19

atau sastra lisan, kekuatannya terletak pada makna dari syair yang dilantunkan.

Syair berupa pakeliran Jawa dinyanyikan seperti lagu atau hanya sekedar

disampaikan seperti orang memberi petuah pada anak atau masyarakat.

Asal usul kesenian Kentrung dipengaruhi oleh tradisi seni Arab, ada juga

yang menyatakan bahwa kentrung berasal dari Persia, India atau Jazirah Arab,

yang dibawa oleh para pedagang sebagai sarana dakwah Islam oleh Walisanga.

Pada masa Sunan Kalijaga kentrung tersebar hampir diseluruh pulau Jawa,

khususnya di daerah pesisir pantai utara Jawa mulai dari Semarang, Pati, Jepara

hingga Tuban. 14

Sekarang Kentrung sangat memprihatinkan dan hampir punah. Dahulu

setiap pedesaan di Kabupaten Tegal, Kentrung sering dimainkan untuk acara

hajatan, sunatan, pernikahan, bersih desa, atau hiburan rakyat biasa. Namun kini

keberadaannya diangap kuno, generasi muda tak lagi suka, dan Kentrung

dianggap ketinggalan zaman.

4. Kesenian Wayang

Kesenian wayang di Tegal sangat beragam, seperti wayang Tutus yang

terbuat dari bambu (dalam bahasa Jawa disebut Pring) yang dibelah tipis-tipis

(Tutus). Wayang Tutus merupakan versi lain dari bentuk wayang Jawa, yakni

hasil kreativitas seniman tradisional di Kabupaten Tegal yakni Pak Kasirun.15

Ia

belajar menciptakan wayang Tutus secara otodidak (belajar sendiri), awalnya

karena ia suka melihat pertunjukan wayang kulit, kemudian ia berimajinasi dan

mencoba membuat wayang dari Tutus bekas ia mengikat padi. Wayang tutus

merupakan seni tradisi lisan, serta dipentaskan oleh seorang diri sang dalang,

musik hanya berasal dari suara mulut sang dalang, kecuali pada pentas tertentu

yang mengharuskan wayang tutus dipentaskan dengan iringan beberapa gamelan

Jawa seperti Gamelan, Gong, Gambang dan Saron.16

Ada juga wayang kulit Purwa. Kesenian wayang kulit di Jawa Tengah

sangat beragam, karena kesenian ini tumbuh di sepanjang daerah pesisir.

14

Dra, Wuninggar dkk, Seni Kentrung Khas Tegal, h. 8. 15

Dra, Wuninggar dkk, Wayang Tutus Khas Tegal (Tegal : Yayasan Tadulakota : 2013), h.

1-3. 16

Dra, Wuninggar dkk, Wayang Tutus Khas Tegal, h. 5.

Page 31: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

20

Kelompok kesenian wayang kulit Purwa yang berkembang salah satunya adalah

Paguyuban Satria Laras yang terdapat di daerah Kecamatan Talang, Kabupaten

Tegal dengan pimpinannya dalang Ki Enthus Susmono. Berdirinya kelompok

paguyuban ini telah membantu pemerintah dalam melestarikan kesenian wayang

kulit Purwa dan wayang Golek di Kabupaten Tegal sejak tahun 1984.17

Tidak

hanya wayang kulit tetapi dalang Enthus juga mahir dalam memainkan wayang

Golek, dengan tokoh-tokoh pembaharuan seperti Susilo Bambang Yudhoyono,

Yusuf Kalla, Barack Obama, Osama bin Laiden, Sadam Husain, dan lain

sebagainya.

Pertunjukan wayang kulit Purwa dan wayang Golek di Tegal pada

kenyataannya mengalami pasang surut dalam dinamika perubahan dan

perkembangannya. Dalam kebudayaan daerah terkandung berbagai segi

kehidupan yang dihayati oleh masyarakat sepanjang zaman, kebudayaan itu

mengenal proses perubahan dari masa lampau ke masa kini, demikian juga

kehidupan kesenian tanpa masa lampau dari suatu kesenian, kiranya akan sulit

untuk mengerti dan menghayati perkembangan seperti yang dialami masa kini.

B. Biografi Ki Enthus Susmono

1. Profil dan Latar Belakang Ki Enthus Susmono

Ki Enthus dibesarkan dari lingkungan keluarga seniman.18

Ia adalah anak

semata wayang Soemarjadihardja, dalang wayang Golek Tegal dengan istri ketiga

bernama Tarminah. Bahkan kakek moyangnya, R.M. Singadimedja, merupakan

dalang terkenal dari Bagelen pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat di

Mataram, ia merupakan keturunan ketujuh. Ki Enthus Susmono lahir di Tegal, 21

Juni 1966.19

Di jalan Projosumarto II Bengle RT 10/ RW 02 Talang, Kabupaten

Tegal, berbagai inspirasi dituangkan dalam bentuk kreasi seni. Sekarang ia tinggal

17

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 18

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 19

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Yogyakarta 30

Desember 2017, pukul 07.30 WIB.

Page 32: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

21

di rumah Dinas Jalan Merpati, Slawi Kulon, selama ia menjabat sebagai Bupati

Kabupaten Tegal.20

Pada tahun 1990 Ki Enthus menikah dengan gadis pilihannya sendiri,

Romiyati asli Brebes, dan menurunkan dua anak laki-laki yaitu Firman Jindra

Satria dan Firman Haryo Susilo. Mereka menempati rumah peninggalan ayahnya,

Soemardihardja, di Desa Dampyak, Kecamatan Keramat, Kabupaten Tegal.

Namun perkawinannya hanya bertahan lima tahun. Setelah dua tahun menduda,

pada tahun 1997 Ki Enthus menikah lagi dengan gadis yang bernama Nurlaela,

anak dari guru spiritualnya sendiri, yaitu Sukiman Tamid.21

Perkawinannya itu

tanpa diawali dengan proses pacaran layaknya orang-orang yang mau berumah

tangga pada zaman sekarang, Ki Enthus mempunyai konsep bahwa tresno jalaran

soko kulino (cinta akan tumbuh sendirinya dengan seiring waktu). Dengan

perkawinan yang kedua, Ki Enthus dikaruniai seorang putri cantik yang bernama

Firma Nur Jannah dan seorang putra yang bernama Firman Ja‟far Tantowi. Firma

Nur Jannah lahir pada tanggal 24 Februari 1998, ia sekarang sedang melakukan

studi di ISI (Institut Seni Indonesia), di Surakarta Jurusan Seni Pendalangan, ia

berencana akan melanjutkan orang tuanya sebagai dalang. 22

2. Latar Belakang Pendidikan Ki Enthus Susmono

”Dadi dalang kuwi abot sanggane (menjadi dalang itu berat bebannya).”

Kata-kata yang diucapkan ayahnya ketika melarang menjadi dalang, kala Ki

Enthus masih kecil itu senantiasa diingatnya hingga kini.23

Awalnya ia tidak

memahami maksud ayahnya, namun seiring bergulirnya waktu Ki Enthus mulai

mengerti makna ucapan yang sangat filosofis itu, hal paling pokok yang sering

terjadi pada dalang adalah manajemen keuangan yang salah, memakai manajemen

ayam yaitu langsung menghabiskan uang yang diperolehnya. Ki Enthus

diharapkan dapat belajar sampai perguruan tinggi agar mempunyai bekal hidup

20

Hasil observasi penulis dan wawancara pribadi dengan Ki Enthus Susmono, dalang

Kabupaten Tegal, 20-30 Desember 21

http://www.wayang.wordpress.com/2010/03/06/ki-enthus-soesmono/dewa (diakses pada

tanggal 05 Agustus 2017, Pukul 20.00 WIB) 22

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 23

http://dalangenthus.id/berita/298-ki-enthus-susmono-kreativitas-tiada-henti (diakses pada

tanggal 05 September 2017)

Page 33: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

22

cukup. Namun, darah seni pedalangan lebih menonjol dan akhirnya takdir

menuntunnya lain. Sejak masih kecil ia justru sering mencuri kesempatan

memainkan wayang milik ayahnya. “Saya memainkan wayang kalau ayah saya

sedang tidur, seusai pentas. Kalau beliau bangun, semua perlengkapan sudah saya

rapikan lagi”.24

Sejak berumur 5 tahun ia telah sering mengikuti pentas ayahnya. Oleh

karena itu ia sangat akrab dengan dunia pedalangan, sudah menampakan sosok

pribadi yang kreatif dan dinamis dalam bergaul sesama teman usianya.

Kesukaannya menggambar, menatah dan mewarnai (nyungging) wayang kulit

menghasilkan karya pertama tokoh Indrajid, yang dikerjakan pada saat ia duduk di

kelas IV Sekolah Dasar. Setelah sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1

Tegal (1979-1981), ia mulai menekuni karawitan secara metodik, yang diasuh

oleh dua orang guru keseniannya, Mawardi dan Prasetyo. Keterampilannya

menabuh gamelan itu kemudian digunakan untuk melatih rekan-rekan di Sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Tegal (1982-1985),25

yang semula tidak pernah

mendapat kegiatan ekstrakurikuler karawitan karena tidak mempunyai grup musik

yang merupakan kolaborasi antara karawitan dan band. Pada 24 Agustus 1983, Ki

Enthus diminta mendalang selama dua jam, ketika itu sang ayah menyaksikan

pementasannya. Setelah itu, tak hanya mengizinkan, ayahnya pun mewisuda Ki

Enthus sebagai dalang di hadapan warga setempat. ”Dia hanya berpesan agar saya

memahami pakem kehidupan lebih dulu, sebelum belajar pakem wayang,”

katanya. Sejak itu, Ki Enthus menjadi dalang yang sesungguhnya, ia kerap

diminta pentas di balai desa dan acara hajatan.26

Kemampuan mendalangnya tidak didapat dari lembaga pendidikan formal

seperti Sekolah Menengah Kejuruan, kursus pedalangan, maupun pelajaran

ayahnya, tetapi karena ia sering mengikuti pentas ayahnya dan jeli mengamati

sajian pakeliran para dalang lain. Hampir setiap ada pertunjukan wayang di

24

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 25

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 26

http://dalangenthus.id/berita/298-ki-enthus-susmono-kreativitas-tiada-henti (diakses pada

tanggal 05 September 2017)

Page 34: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

23

daerahnya selalu disaksikan. Selain itu ia juga berlatih secara serius kepada

Sugino Siswotjarito (Banyumas) dan Ki Gunawan Suwati (Slawi),27

aktif

mendengarkan kaset komersial rekaman pakeliran Ki Nartosabdo (Semarang) dan

Ki Anom Suroto (Surakarta), serta sering menyaksikan para dosen ASKI

(Akademik Seni Karawitan Indoensia), Surakarta yang sedang memberikan

materi kuliah praktik pedalangan di Kampus ASKI, Sasono Mulyo Keraton

Surakarta (1982-1983).28

Keinginan tampil sebagai dalang wayang kulit purwa tidak dapat dicegah

ketika kelas dua SMA, di sekolahnya ada acara lustrum kelima SMA Negeri 1

Tegal, yang dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 1983. Pada saat itu ia

menyajikan pakeliran ringkas selama 4 jam dengan lakon Gatutkaca Winisudha,

yang diiringi kolaborasi karawitan dan band oleh rekan-rekan SMA-nya. Ia

menekuni pedalangan sebagai profesi karena terpaksa harus menggantikan peran

ayahnya yang telah meninggal dunia pada 10 Februari 1984. Saat itu ayahnya

banyak meninggalkan pekerjaan pentas yang belum sempat dilaksanakan,

sementara uang muka sudah terlanjur diterima oleh ibunya, dengan berbekal

keberanian ia menggantikan peran ayahnya sebagai dalang wayang golek. Sejak

itu profesi sebagai dalang merupakan penyangga kebutuhan hidup bersama

ibunya, ia mulai giat berlatih dan mencari kiat-kiat yang belum pernah

ditampilkan dalam pakeliran wayang kulit maupun golek.29

Pada tahun 1984 Ki Enthus mengikuti lomba pakeliran dalang remaja se-

Jawa Tengah di Klaten, sebagai wakil Kabupaten Tegal, dengan menyajikan lakon

Brajadenta Mbalela. Dalam lomba tersebut ia hanya mampu meraih Juara harapan

II,30

namun demikian kegagalannya itu tidak membunuh keinginanya menjadi

dalang, sebaiknya justru sebagai peringatan untuk lebih giat berlatih. Ia menjadi

27

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB 28

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB 29

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB 30

http://www.wayang.wordpress.com/2010/03/06/ki-enthus-soesmono/dewa (diakses pada

tanggal 14 November 2017)

Page 35: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

24

semakin aktif datang ke kampus ASKI Surakarta serta minta saran, pendapat,

bahkan contoh-contoh teknik pakeliran yang baik kepada Ki Manteb Soedarsono.

Setelah lulus SMA Ki Enthus tidak dapat melanjutkan kuliah karena tidak

mempunyai biaya, pada saat itu keluarganya hidup dibawah garis kemiskinan.31

Agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan sesuai dengan harapan almarhum

ayahnya, ia mendaftarkan diri menjadi polisi. Namun tidak diterima karena ia

dianggap tidak bersih lingkungan, pada waktu itu kakak sulungnya,

Darjoprayitno, baru bebas dari Nusakambangan. Untuk memenuhi kebutuhan

hidupnya, ia bekerja menjadi penyiar sekaligus penata musik dan pemain teater di

RSPD (Radio Siaran Pemerintah Daerah) Tegal merangkap sebagai penyiar radio

Anita Tegal. Namun ternyata hal tersebut belum mencukupi kebutuhan hidupnya,

ia mencari pekerjaan tambahan sebagai buruh, natah dan nyungging32

wayang

golek di berbagai tempat dalang wayang golek yang memerlukan jasanya.

Tidak hanya itu, Ki Enthus belajar wayang Golek juga dari Ki Bonggol

yang mempunyai nama asli Sujana, ia jugalah yang menciptakan dua tokoh

wayang Golek yakni Lupit dan Slenteng.33

Pada tahun 2000-an Ki Bonggol juga

menyarankan agar Ki Enthus beralih dari wayang kulit ke wayang golek,

walaupun sebenarnya Ki Enthus memang sudah memainkan wayang golek namun

belum lancar.

Karena ketokohannya di dunia pedalangan, pada tahun 2005, dia menerima

gelar Doktor Honoris Causa bidang seni-budaya dari International Universitas

Missouri, U.S.A dan Laguna College of Bussines and Arts, Calamba, Philippines

(2005).34

31

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Yogyakarta, 30

Desember 2017, pukul 07.30 WIB. 32

Membuat pola atau motif batik pada kertas 33

http://panturapost.com/daerah/2-16/10/31/perkenalkan-inilah-ki-bonggol-gurunya-dalang-

kondang-ki-enthus-susmono/ (diakses pada tanggal 01 September 2017) 34

http://amp.kompas.com/megapolitan/read/2009/02/27/11150324/~Oase~Padamu%20Neg

eri (diakses pada tanggal 05 September 2017)

Page 36: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

25

C. Pengalaman Sosial, Politik dan Keagamaan Ki Enthus Susmono

1. Pengalaman Sosial dan Politik Ki Enthus Susmono

Di tengah semakin merosotnya pamor kesenian tradisional, khususnya

wayang kulit dan wayang golek, di Tegal masih ada penjaga gawang kokoh yang

melestarikan kesenian khas Jawa. Ia adalah dalang Ki Enthus Susmono, Ki Enthus

memang pernah berada dipenjara pada tahun 2008 hingga 2009 karena didakwa

melanggar pasal 160 KUHP tentang Penghasutan. Meski demikian, terkurung

dalam bui penjara ternyata tidak menghentikannya untuk terus berkreativitas, ada

sembilan wayang yang sempat ia buat hingga akhirnya keluar dari hotel prodeo

tersebut.35

Reputasinya bukan sekedar dalang handal, kiprahnya bukan hanya di ajang

Nasional. Namun, aktivitas berkesenian yang ia lakoni mampu menembus manca

negara. Tahun 2009, ia bersama rombongan keseniannya berangkat ke Belanda.

Di Museum Tropen, Amsterdam, Negeri Belanda, ia melakukan pameran dan

pementasan wayang, sekaligus lokakarya tentang wayang.36

Ki Enthus mendapat banyak julukan karena aktivitas kreatifnya.

Diantaranya dalang mbeling, dalang edan, atau saapan akrabnya abah Enthus.37

Karena dalam membawakan lakon pewayangan ia sering tidak sesuai pakem

pewayangan, itulah yang membuat Ki Enthus dikenal oleh banyak masyarakat. Ki

Enthus menampilkan pertunjukan wayang bukan hanya sekedar cerita wayang

Mahabharata melainkan diselingi dengan guyon-guyon kecil, atau sholawat. Ki

Enthus seperti tak peduli dengan sebutan apapun, apa arti sebuah nama, kata

William Shakespeare, Shakespeare dan Ki Enthus memilki kemiripan, sebagai

seniman kondang, kehidupan pribadi yang berliku dan mampu memukau dengan

keseniannya.38

35

http://jateng.tribunnews.com/2016/10/26/ini-wayang-yang-sempat-dibuat-ki-enthus-

susmono-di-penjara (diakses pada tanggal 14 Juli 2017) 36

http://dalangenthus.id/berita/295-reportase-pameran-wayang-superstar-the-theatre-world-

of-ki-enthus-susmono (diakases pada tanggal 30 Juli 2017) 37

Wawancara Pribadi dengan Bambang, Banser NU (Penjaga Rumah Wayang), Tegal, 20

Juli 2017, pukul 10.00 WIB. 38

https://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-modern_55005de38133117c1bfa76d6

(diakses pada tanggal 19 Juli 2017, pukul 21.00)

Page 37: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

26

Dalam kesenian modern memang tidak mengenal pakem39

yang baku, daya

kreativitas menjadi faktor utama. Terbukti segala kreativitas pewayangannya,

membuat Ki Enthus melestarikan wayang yang tetap eksis hingga sekarang. Dan

itu strategi jitu yang mengalahkan bentuk iklan dan sosialisasi apapun. Malah

sosialisasi kesenian oleh pemerintah kadang dicurigai sebagai kampanye politik.

Ki Enthus Susmono, namanya terkenal bersama dua tokoh wayang golek

yang sering dipentaskannya Lupit dan Slenteng. Ki Enthus, begitu sapaannya,

dengan segala kiprahnya yang kreatif, inovatif serta intensitas eksplorasi yang

tinggi, telah mengantarkan dirinya menjadi salah satu dalang kondang dan terbaik

yang dimiliki Indonesia. Pikiran dan darah segarnya mampu menjawab tantangan

dan tuntutan yang disodorkan oleh dunianya, yaitu jagat pewayangan.

Gaya sabetannya (memukul) wayang yang khas, kombinasi sabet wayang

Golek dan wayang Kulit membuat pertunjukannya berbeda dengan dalang-dalang

lainnya. Ki Enthus ini mempunyai ciri khas yang sangat menonjol. Dengan gaya

bicara yang blak-blakan (tidak ditutup-tutupi) dan guyonan (candaan) yang

berkualitas tentunya. Kritik yang sangat tajam dan terkadang jangan kaget Ki

Enthus suka sekali bicara jorok.40

Tapi itu tidak masalah selagi tidak merugikan

orang lain. Ki Enthus juga memiliki kemampuan dan kepekaan dalam menyusun

komposisi musik, baik modern maupun tradisi (gamelan).41

Kekuatan

mengintrepretasi dan mengadaptasi cerita serta kejelian membaca isu-isu terkini

membuat gaya pakeliran-nya menjadi hidup dan interaktif.

Baginya, wayang adalah sebuah kesenian tradisi yang tumbuh dan harus

selalu dimaknai kehadirannya agar tidak beku dalam kemunduruan. Daya kreatif

dan inovasinya telah terwujud dalam berbagai bentuk sajian wayang, menjadikan

Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) menganugerahi dirinya sebagai dalang

terkreatif dengan kreasi jenis wayang terbanyak yaitu 1491 wayang.42

39

Dalam dunia pewayangan disebut cerita asli dan dianggap sebagai induk semua cerita 40

Wawancara Pribadi dengan Mba Suci, (Sinden Satria Laras), Yogyakarta, 30 Desember

2017, pukul 04.50 WIB 41

https://www.kaskus.co.id/thread/5735802ec1cb1713138b456c/mengenal-lebih-dekat-

dalang-wayang-ki-enthus-susmono/ (diakses pada 19 Juli 2017) 42

http://www.tegalkab.go.id/news.php?id=1742&page=200 (diakses pada 19 Juli 2017)

Page 38: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

27

Didukung eksplorasi pengelolaan ruang artistik kelir43

menjadikannya

lakon-lakon yang Ki Enthus bawakan seperti pertunjukan opera wayang yang

komunikatif, spektakuler, aktual, dan menghibur. Pada tahun 2005, Ki Enthus

terpilih menjadi dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia

yang di selenggarakan di Taman Budaya Jawa Timur. Dan pada tahun 2008 Ki

Enthus mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di

Denpasar, Bali.44

Ki Enthus bukan hanya seorang dalang, ia juga seorang aktivis,

kepeduliannya terhadap fenomena sosial tidak diragukan lagi. Pada tahun 1998,

Ki Enthus termasuk aktivis reformasi yang berkontribusi bagi perubahan, di

Kabupaten Tegal khususnya, bersama mahasiswa. Ia juga merupakan salah satu

dalang yang mampu membawa pertunjukan wayang menjadi media komunikasi

dan dakwah secara efektif. Pertunjukan wayangnya kerap dijadikan sebagai ujung

tombak untuk menyampaikan program-program pemerintah kepada masyarakat

seperti: kampanye anti-narkoba, anti-HIV/Aids, HAM, Global Warming, program

KB, pemilu damai, dan lain-lain. Di samping itu dia juga aktif mendalang di

beberapa pondok pesantren melalui media Wayang Walisanga.45

Kemahiran dalam mendesain wayang-wayang baru / kontemporer seperti

Wayang George Bush, Saddam Hussein, Osama bin Laiden, Gunungan Tsunami

Aceh, Gunungan Harry Potter, Batman, wayang alien, wayang tokoh-tokoh

politik, dan lain-lain membuat pertunjukannya selalu segar, penuh daya kejut, dan

mampu menembus beragam segmen masyarakat. Ribuan penonton selalu

membanjiri saat ia mendalang. Keberaniannya melontarkan kritik terbuka dalam

setiap pertunjukan wayangnya, memposisikan tontonan wayang bukan sekadar

media hiburan, melainkan juga sebagai media alternatif untuk menyampaikan

aspirasi masyarakat.46

43

Layar tempat memainkan wayang, biasanya berwarna merah atau putih 44

http://infotegal.com (diakses pada tanggal 15 November 2017) 45

http://www.dalangenthus.com/ (diakses pada tanggal 15 Agustus 2017) 46

http://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-modern_55005de38133117c1bfa76d6

(diakses pada tanggal 13 Agustus 2017, Pukul 14.00 WIB)

Page 39: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

28

Ki Enthus juga seorang penata musik handal, ia bukan hanya menggarap

musik Karawitan dengan alat Gamelan. Tetapi, musik bernafaskan Islam yakni

Qasidah ia kerjakan, dan musik etnik. Dalam sejarah, terutama pada masa

Walisanga, wayang atau gamelan merupakan alat dakwah. Pada perjalanannya

kesenian gamelan ataupun wayang mengalami kontradiksi dengan dunia Islam.

Kini di tangan Ki Enthus gamelan atau wayang dengan kesenian Islam bisa

dikolaborasi. Tidak mengherankan, jika pementasan wayang Ki Enthus pesinden

atau waranggono mengumandangkan sholawat atau melantunkan lagu Qasidah.47

Bersama Yono Daryono, Sutradara teater RSPD (Radio Saluran Pemerintah

Daerah) Kota Tegal, Ki Enthus berlangganan menjadi penata musik setiap

pementasan teater.48

Istana kerajaan wayangnya berdiri di Jalan Projosumarto, Desa Bengle-

Kabupaten Tegal, di tempat itulah berbagai inspirasi dituangkan dalam bentuk

kreasi seni. Ia bukan hanya mendalang dengan mementaskan wayang

membawakan sebuah lakon, ia sekaligus pengrajin wayang, berupa karya wayang

kontemporer. Karya yang terkenal adalah wayang Rai Wong, wayang yang

menggambarkan tokoh-tokoh masa kini, dan juga wayang planet. Mertuanya

itulah yang sangat mewarnai kehidupannya, tak terkecuali dalam berkesenian.

Seperti terlihat di rumahnya yang juga sebagai sanggar, ia membangun masjid,

bahkan masjid dibangun sebelum membangun rumah sendiri, semua itu atas saran

sang mertua.

Tidak berhenti di situ, bagi warga sekitar dan siapa saja Ki Enthus biasa

berdiskusi, rumahnya yang serba antik atau bahkan aneh bagi ukuran kebanyakan

orang adalah tempat untuk ngobrol, berbagi, kadang sampai larut malam. Disini

Ki Enthus benar-benar menjalani posisi sebagai dalang, artinya mudal piwulang

(memberi pengajaran), walaupun tidak di istilahkan guru, dalam konteks kekinian

lebih tepat dinamakan diskusi atau sharing. Dengan istilah diskusi, Ki Enthus

tidak mencerminkan dalang yang sakral sebagaimana dalang pada umumnya. Ia

47

Hasil Observasi penulis dan wawancara pribadi dengan Ki Enthus Susmono, (Dalang

Kabupaten Tegal) Kabupaten Tegal, 20-30 Desember 2017 48

http://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-modern_55005de38133117c1bfa76d6

(diakses pada tanggal 13 Agustus 2017, Pukul 14.00 WIB)

Page 40: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

29

tidak memposisikan diri sebagai orang tua atau yang dituakan.49

Dimata

masyarakat atau paling tidak menurut persepsi penulis, ia adalah seorang pekerja

keras, aktivis, dan yang jelas ia seniman, dalang modern.50

Di rumahnya ia mendirikan rumah wayang yang diberi nama “Konsersium

Rumah Wayang”, bertujuan memperkenalkan budaya wayang kepada generasi

muda. Ini realisasi dari rasa gundah tentang nilai-nilai budaya wayang yang mulai

dilupakan, ia mengaku keberadaan rumah wayang sebagai ajang pengenalan

generasi muda agar tak melupakan nilai budaya wayang. Selain menikmati

koleksi wayang miliknya, para pengunjung rumah wayang diberi kebebasaan

untuk memainkan gamelan yang tersedia.51

Terlepas dari segala pandangan miring, karena keunikannya, padatnya

aktivitas, daya kreativitasnya tergolong tinggi, dan segala predikat yang ia

sandang justru menarik bagi siapa saja. Terbukti, selalu dikejar media massa

sebagai narasumber. Seakan menegaskan, bahwa langkah Ki Enthus melepas

kekangan pakem pewayangan dengan segala resikonya, membuat kesenian

wayang bisa hidup dan mampu menghidupi. Namun, dalam hal spiritual ia

mendengarkan dan taat apa yang dikatakan mertuanya yang ia anggap sebagai

guru spiritualnya. Barangkali ini bentuk kerendah hatian seorang Ki Enthus.

Pada tahun 2013 Ki Enthus bersama Umi Azizah mencalonkan diri sebagai

peserta PILKADA (Pemilihan Ketua Daerah) Bupati Kabupaten Tegal dan Wakil

Bupati Kabupaten Tegal. Akhirnya ia terpilih menjadi Bupati, maka pada tanggal

08 Januari ia dilantik oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo untuk menjadi

Bupati periode tahun 2014-2019.52

Tidak heran jika disetiap pagelaran yang ia

tampilkan khususnya di Kabupaten Tegal, ia selalu memasukan program-program

yang sudah ia rancang selama ia menjabat sebagai Bupati Tegal bersama wakil

Bupati Umi Azizah.

49

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 50

Observasi langsung 20-30 Desember 2017 51

http://dalangenthus.id/berita/297-ki-enthus-susmono-dirikan-umah-wayang (diakses pada

tanggal 05 September 2017) 52

http://daerah.sindonews.com/ready/824601/2/2/tampil-nyentrik-dalang-enthus-dilantik-

jadi-bupati-1389156985 (diakses pada tanggal 28 Juli 2017)

Page 41: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

30

Hingga kini Ki Enthus aktif di berbagai macam organisasi, dulu Ki Enthus

aktif di PEPADI (Persatuan Pendalangan Indonesia), LESBUMI (Lembaga

Seniman Budayawan Muslimin Indonesia), saat ini ia menduduki sebagai wakil

ketua LESBUMI, Ki Enthus merupakan anak buah dari Pak Agus Sunyoto, M.

Jadul Maula, Asep Zam-Zam, Nur Inayah Wulandari dan Habiburrahman

Syairozi.53

2. Pengalaman Kegamaan Ki Enthus Susmono

Pengalaman keagamaan Ki Enthus sendiri didapat ketika ia masih kecil, ia

belajar kepada para Ustadz, Kyai, habaib dan orang yang memang ahli agama.

Untuk memperbaiki kehidupannya, pada setiap malam ia selalu menyempatkan

diri untuk belajar al-Qur‟an dan berdiskusi tentang ilmu agama. Disamping itu ia

juga sering meminta bimbingan para Kyai di berbagai pondok pesantren.

Ketika Ki Enthus kesulitan dan lupa dalam mementaskan pagelaran dan

ingin mengutip ayat al-Qur‟an, Ki Enthus tidak sungkan untuk bertanya kepada

teman-temannya, Kyai Mahfudz, sama Pak Atmo Tansidiq.54

Cerita-cerita yang digunakan wayang santri merupakan cerita yang ditulis

oleh beberapa Kyai diantaranya : Kyai Amiruddin, KH Amir dari Lebaksiu-Tegal,

KH. Tolib dari Tembok-Banjaran, dan Kyai Mahfudz Kholik dari Tegal.

53

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Yogyakarta, 30

Desember 2017, pukul 04.50 WIB. 54

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB.

Page 42: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

31

BAB III

SEJARAH DAN FUNGSI WAYANG

A. Sejarah Wayang

Wayang merupakan salah satu unsur jati diri bangsa Indonesia dan mampu

membangkitkan rasa solidaritas menuju persatuan. Wayang mempunyai peran

yang bermakna dalam kehidupan dan pembangunan budaya khususnya guna

membentuk watak bangsa. Karena diperlukan usaha terus-menerus melestarikan

dan mengembangkan wayang, ini sangat penting untuk menghadapi erosi

kebudayaan yang melanda diseluruh dunia. Nilai-nilai luhur manusia sudah

dikikis dan terdesak oleh budaya global konsumerisme. Pagelaran wayang adalah

gabungan indah lima unsur yaitu, Seni Cipta (Konsepsi dan Ciptaan baru), Seni

Pentas (Drama dan Karawitan), Seni Kriya (Pahat dan Lukisan), Seni Ripta

(Sanggit dan Kesusastraan), dan Seni Widya (Filsafat dan Pendidikan).1

Wayang merupakan identitas utama orang Jawa menurut Marbangun

Hardjowirogo.2 Dengan kata lain orang Jawa yang tidak mengerti wayang adalah

sama saja dengan orang yang tidak faham dengan jati dirinya sendiri. Ir Mulyono

menyimpulkan bahwa pertunjukan wayang terpengaruh oleh pertunjukan tonil

India Purba yang disebut Chayanataka (seperti pertunjukan bayang-bayang) dan

pertunjukan wayang adalah ciptaan asli orang Jawa.3

Wayang adalah potret kehidupan yang berisi kebiasaan hidup, tingkah laku

manusia dan keadaan alam. Dengan demikian wayang juga disebutkan sebagai

estetika kehidupan manusia. Lakon wayang merupakan cermin kehidupan

manusia sejak lahir, hidup, mati. Cerita lakon wayang mencerminkan lambang

kehidupan manusia, ada beberapa lakon cerita wayang, antara lakon satu dengan

yang lainnya berbeda, sebab pelaku-pelaku yang disebut dalam cerita berbeda,

1 http://docplayer.info/68189472-Seni-pertunjukan-berbasis-kearifan-lokal.html (diakses

pada tanggal 10 September 2017, pukul 08.00) 2 Purwadi, “Kejawen”, Jurnal Kebudayaan, Universitas Negeri Yogyakarta, Jurusan

Pendidikan Bahasa Daerah, h. 63. 3 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal- usul. Filsafat, dan masa Depannya, h. 12.

Page 43: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

32

namun isi cerita wayang sama, yaitu menggambarkan kehidupan manusia mulai

lahir, dewasa hingga mati.4

Menurut sumber-sumber sejarah, agama Hindu masuk ke Indonesia sekitar

abad I Masehi. Sumber-sumber tersebut berasal dari prasasti-prasasti yang

ditemukan dan dari berita-berita penulis sejarah bangsa Tionghoa. Kerajaan-

kerajaan Hindu yang berada di Indonesia antara lain adalah Kerajaan Hindu di

Kutai, Kalimantan Timur (awal abad ke V), dan kemudian disusul oleh kerajaan

Taruma di Jawa Barat. Sedangkan Dr. Hazeu berpendapat pada zaman Raja

Airlangga pemulaan abad ke-11, wayang telah dipertunjukkan di kerajaan Kediri

yang saat itu mengalami kejayaan.5

Budaya wayang diperkirakan sudah lahir di Indonesia setidaknya pada

zaman pemerintahan Prabu Airlangga, Raja Kahuripan (976-1012), yakni ketika

kerajaan di Jawa Timur itu sedang makmur-makmurnya. Karya sastra yang

menjadi bahan cerita wayang sudah ditulis oleh para pujangga Indonesia, sejak

abad X, antara lain, naskah sastra Kitab Ramayana Kakawin berbahasa Jawa Kuna

ditulis pada masa pemerintahan Raja Dyah Balitung.

Di rumah-rumah tradisional Jawa, biasanya terdapat suatu ruangan yang

disebut dengan empher, pendhopo, omah, mburi, gandhok, senthong dan bagian

pinggir yang disebut pringgitan. Pringgitan adalah tempat untuk mempergelarkan

ringgit yang dalam bentuk bahasa Jawa (krama) artinya wayang. Jadi di dalam

membangun rumah, orang Jawa sudah meniati untuk menyediakan tempat khusus

bagi pagelaran wayang. Hal ini menandakan bahwa betapa kuatnya pengaruh

wayang dalam kehidupan masyarakat Jawa. 6

Dalam bahasa Jawa halus atau kromo pagelaran wayang disebut ringgitan,

jadi dalam membangun rumah, orang Jawa sudah meniati untuk menyediakan

tempat khusus bagi pagelaran wayang, hal ini menandakan betapa kuatnya

pengaruh wayang dalam kehidupan orang Jawa. Salah satu kekuatan dari

4 Suwaji Bastomi, ed., Nilai-Nilai Seni Pewayangan (Semarang : Dahara Prize, 1993), h.

49. 5 Ir. Sri Mulyono, Wayang : Asal- usul. Filsafat, dan masa Depannya, h.8.

6 R.M Ismunandar K, Wayang Asal Usul dan Jenisnya (Jakarta : Effhar dan Dahara Prize,

1992), h. 5.

Page 44: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

33

kebudayaan Jawa ini adalah kemampuan untuk menyerap dan mengintegrasikan

semua pengaruh yang datang dengan unsur-unsur authochton (dari dirinya

sendiri). Kisah-kisahnya jelas berasal dari kebudayaan Hindu, akan tetapi

perwujudannya jelas dari Jawa.7

Perhatian pengamat-pengamat Barat terhadap wayang dan budaya Jawa

telah bermula sejak mereka menginjakkan kaki di Indonesia, khususnya di pulau

Jawa. Raffles meluangkan waktu cukup lama di Cisarua Jawa Barat, untuk

menterjemahkan kitab Baratayudha, dan dibantu oleh para staf-stafnya yang

merupakan orang-orang Jawa.8 Didalam kitab itu Raffles banyak menyoroti

masalah wayang, dalang dan budaya Jawa pada umumnya, salah satu yang

menarik adalah bahwa Raffles mengkaitkan tarikh Ramayana dengan tarikh

Mahabharata dengan berbeda versi pewayangan sekarang.

Mengenai asal-usul wayang ini, di dunia ada dua pendapat. Pertama,

pendapat bahwa wayang berasal dan lahir pertama kali di Pulau Jawa, tepatnya di

Jawa Timur. Pendapat ini selain dianut dan dikemukakan oleh para peneliti dan

ahli-ahli bangsa Indonesia, juga merupakan hasil penelitian sarjana-sarjana Barat.

Diantara para sarjana Barat yang termasuk kelompok ini, adalah Hazeu, Brandes,

Kats, Rentse dan Kruyt.9 Alasan mereka cukup kuat. Diantaranya, bahwa seni

wayang masih amat erat kaitannya dengan keadaan sosio-kultural dan religi

bangsa Indonesia, khususnya orang Jawa. Punakawan, tokoh terpenting dalam

pewayangan, yakni Semar, Gareng, Petruk, Bagong, hanya ada dalam

pewayangan Indonesia, dan tidak di negara lain. Selain itu, nama dan istilah teknis

pewayangan, semuanya berasal dari bahasa Jawa (Kuna), dan bukan bahasa lain.10

Sementara itu, pendapat kedua menduga wayang berasal dari India, yang

dibawa bersama dengan agama Hindu ke Indonesia. Mereka antara lain adalah

Pischel, Hidding, Krom, Poensen, Goslings dan Rassers.11

Sebagian besar

7 Sujamto, Refleksi Budaya Jawa ( Jakarta : Dahara Prize, 1997), h. 40-41.

8 Thomas Stamford Raffles, The History Of JavaVolume 2 Chapter VI (Kuala Lumpur :

Oxford University Press, 1978) ,h.255. Diterjemahkan oleh John Bastin tahun 1988 9Hazim Amir, Nilai-Nilai Etis dalam Wayang ( Jakarta : Pustaka Sinar Jaya, 1994), h. 26.

10http://www.tempokini.com/2014/09/kenalilah-wayang-maka-anda-akan-mencintai-nya/

(diakses pada tanggal 16 Mei 2017) 11

Hazim Amir, Nilai-Nilai Etis dalam Wayang, h. 26-27.

Page 45: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

34

kelompok kedua ini adalah sarjana Inggris, negeri Eropa yang pernah menjajah

India. Namun, sejak tahun 1950-an, buku-buku pewayangan seolah sudah sepakat

bahwa wayang memang berasal dari Pulau Jawa, dan sama sekali tidak diimpor

dari Negara.12

B. Jenis-Jenis Wayang

Di Indonesia ada beberapa jenis wayang. Wayang hadir dalam berbeda

bentuk, ukuran, dan medium (gunungan). Ada lima jenis wayang yang paling

popular di Jawa, diantaranya :

1. Wayang Beber

Dalam bahasa Jawa Beber berasal dari kata ambeber yang berarti

membentangkan, membentangkan gambar yang dilukis pada panil kertas dan

menceritakan gambar-gambar melalui dalang.13

Berbeda dengan jenis wayang lainnya. Wayang Beber menggunakan

gambaran-gambaran yang dibentangkan sebagai objeknya. Menurut Sutterhim

yang dikutip oleh Djoko Sukiman bahwa wayang beber dapat disejajarkan dengan

teater gambar Jepang kuno yang berusia tua bernama Khamishibaii atau

pertunjukan gambar Makemon.

Wayang Beber merupakan wayang tertua yang ada di Indonesia. Dalam

pertunjukan narasi dan lembaran panjang dijelaskan oleh dalang. Wayang Beber

tertua terdapat di Pacitan, Donorojo, Jawa Timur. Berkisah tentang Mahabharata

dan Ramayana, kisah-kisah rakyat, kisah asmara Panji Asmoro dan Dewi

Sekartaji.14

Dibandingkan dengan pertunjukkan wayang lainnya, wayang Beber paling

terpinggirkan. Ada beberapa penyebab, yakni pertunjukan gambar yang tidak

menarik, hanya berkisah tentang panji, adanya peraturan adat yang melarang

wayang Beber dibeberkan oleh orang luar trah keluarga, serta ketidaktertarikan

12

Hazim Amir, Nilai-Nilai Etis dalam Wayang, h. 29-30. 13

B. Soelarto, dkk., Album Wayang Beber Pacitan dan Yogyakarta (Jakarta : Depdikbud

Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Media Budaya, 1984), h. 1. 14

https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_beber (diakses pada tanggal 13 Maret 2018, pukul

08.00 WIB)

Page 46: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

35

masyarakat kepada seni untuk mengembangkan wayang tersebut. Jika keadaan ini

dibiarkan secara terus-menerus dan tanpa adanya perhatian dari berbagai pihak,

maka wayang beber akan punah.

2. Wayang Klitik

Bentuk wayang Klitik seperti wayang Kulit, namun terbuat dari kayu bukan

dari kulit dan berbentuk pipih. Menggunakan bayangan dalam pertunjukan

wayang seperti wayang kulit. Kata klitik berasal dari kayu yang bersentuhan

disaat wayang digerakkan atau saat adegan perkelahian. Cerita yang paling

popular adalah cerita tentang Damarwulan.

Wayang ini pertama kali diciptakan oleh Pangeran Pekik, adipati Surabaya,

dari bahan kulit dan berukuran kecil sehingga lebih sering disebut dengan wayang

krucil. Munculnya wayang menak yang terbuat dari kayu yang dipipih dua,

membuat Sunan Pakubuwana II kemudian menciptakan wayang klithik yang

terbuat dari kayu yang pipih (dua dimensi). Tangan wayang ini dibuat dari kulit

yang ditatah. Berbeda dengan wayang lainnya, wayang klithik memiliki gagang

yang terbuat dari kayu. Apabila pentas menimbulkan bunyi "klithik, klithik" yang

diyakini sebagai asal mula istilah penyebutan wayang klithik.15

3. Wayang Wong

Wayang wong di ciptakan oleh Mangkunegara I pada abad XVIII, yang di

adaptasi dari seni drama yang berkembang di Eropa. Selanjutnya di sempurnakan

oleh Mangkunegara IV dan Mangkunegara V dengan pakaian yang mirip dengan

wayang. Pada awalnya wayang wong merupakan pertunjukan esklusif yang di

pentaskan di lingkungan kraton. Namun seiring dengan perkembangan jaman,

wayang wong mulai populer dan sangat di minati oleh masyarakat.16

Wayang wong adalah salah satu jenis wayang teater tradisional Jawa yang

merupakan gabungan antara seni drama yang berkembang di Barat dengan

pertunjukan wayang yang tumbuh dan berkembang di Jawa. Wayang Wong

15

https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_klithik (diakses pada tanggal 13 Maret 2018, pukul

08.00 WIB) 16

http://www.negerikuindonesia.com/2015/03/kesenian-nusantara-wayang-wong.html

(diakses pada tanggal 13 Maret 2018, pukul 08.00 WIB)

Page 47: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

36

berkembang terutama di lingkungan Kraton dan kalangan para priyayi

(Bangsawan) Jawa.

Jenis wayang ini adalah sebuah drama tari yang menggunakan manusia

untuk memerankan tokoh pewayangan tradisional. Awalnya wayang Wong

dipertunjukan sebagai hiburan untuk para bangsawan, namun saat ini menjadi

kesenian yang popular. Wayang Wong memiliki bentuk yang berbeda-beda dari

masing-masing daerah, baik Surakarta maupun Yogyakarta. Kisah-kisah yang

digunakan adalah Smaradahana.

Dalam pertunjukan wayang wong tidak menggunakan dalang sebagai

pembaca dialognya, namun pemeran tokoh lah yang memegang dialognya. Dalam

pemeranan tokoh-tokoh tersebut ada beberapa hal penting yang perlu di

perhatikan. Pemilihan peran pun harus selektif, karena agar pertunjukan terlihat

menarik di butuhkan orang yang pas untuk memerankan tokohnya. Beberapa

syarat untuk menjadi pemeran di antaranya postur tubuh dan kemampuan

memerankan tokoh yang di perankan. Karena dalam wayang, setiap tokoh

mempunyai ciri khas yang berbeda dan watak yang berbeda pula.

Pementasan wayang wong mempunyai nilai seni yang sangat besar. Banyak

unsur seni di dalamnya seperti seni drama, tari, busana, visualisasi, musik

pengiring cerita dan berbagai unsur seni yang menarik lainya. Namun

kepopularitasan wayang wong mulai menurun seiring dengan perkembangan

jaman yang semakin modern. Sehingga minat masyarakat terhadap wayang wong

mulai memudar.17

4. Wayang Kulit

Wayang kulit purwa adalah salah satu jenis wayang kulit yang paling tua

atau awal yang dimainkan seorang dalang dan didukung oleh sinden dan niyaga.

Wayang kulit purwa merupakan peninggalan kebudayaan yang mampu bertahan

hidup hingga hari ini, khususnya dikalangan masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali.

Cerita pokoknya bersumber dari kitab Mahabharata dan Ramayana yang

bernafaskan kebudayaan dan filsafat Hindhu India, akan tetapi perkembangannya

17

http://www.negerikuindonesia.com/2015/03/kesenian-nusantara-wayang-wong.html

(diakses pada tanggal 13 Maret 2018, pukul 08.00 WIB)

Page 48: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

37

telah diserap kedalam budaya Indonesia yang mengalami asimilasi atau akulturasi

dengan berbagai kebudayaan asing yang berpengaruh di Indonesia.18

Beberapa lakon wayang yang terkenal adalah Pendawa Lima, yakni Prabu

Yudistira merupakan kakak tertua menjadi raja yang baik, yang memerintahkan

kerajaannya dengan adil serta murah hatinya. Wrekudara (Bima) merupakan

kesatria yang paling ditakuti, karena membuat kehancuran dengan gadanya yang

menegerikan dan kuku jarinya yang mencuat. Arjuna merupakan satria yang

paling tampan, berhati lembut dan setia dengan keluarganya. Nakula dan Sadewa

merupakan penjelmaan dari dewa kembar Aswin yakni dewa pengobatan, Nakula

merupakan ksatria yang tangguh dan mahir dalam memainkan senjata pedang,

sedangkan Sadewa seorang yang ahli dalam bidang ilmu astronomi, rajin dan

bijaksana. Kresna dan kakaknya Baladewa adalah sepupu para pandawa, sebagai

titisan Wisnu dia setengah dewa, politikus, diplomat dan ahli strategi perang yang

paripurna. Dialah yang paling cerdas diantara para Pandawa.19

Ada beberapa pendapat tentang pertunjukan wayang kulit, yang pertama

kelompok Jawa berpendapat wayang berasal dari Jawa karena wayang diubah

kedalam model yang sangat tua, dan cara seorang dalang mementaskan pagelaran

dengan suara yang rendah, bahasanya dan ekspresinya mengikuti tradisi yang

sudah tua, serta gaya dan susunan lakon-lakon juga bersifat khas Jawa.20

Yang

kedua kelompok India berpendapat bahwa wayang adalah kreasi Hindu Jawa,

karena wayang ada di Jawa dan di Bali saja yang mengalami pengaruh

kebudayaan Hindu paling banyak, India juga mengenal teater bayangan, dan

tentang hubungan antara wayang sebagai penyembahan arwah nenek moyang.

Pendapat ini dipahami oleh Poensen, Goslings, dan Rassers.21

18

Freddy H. Tulung, wayang sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam Diseminasi

Informasi (Jakarta : Kementrian Komunikasi dan Informatika RI Direktorat Jendral Informasi dan

Komunikasi Publik, 2011), h. 9-10. 19

Benedict R.O‟G. Anderson, Mitologi dan Toleransi Orang Jawa (Yogyakarta : Mata

Bangsa, 2008), h. 36. 20

Hazim Amir, Nilai-Nilai Etis dalam Wayang (Jakarta : Pustaka Sinar Jaya, 1994), h. 27. 21

Haim Amir, Nilai-Nilai Etis dalam Wayang, h. 29-30

Page 49: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

38

Perubahan wayang yang sekarang ini melalui proses perombakan dan

perkembangan wayang. Perubahan yang terjadi karena wayang terpahat dari relif

candi dan kemudian menjadi wayang kulit.

5. Wayang Golek

Awal kemunculan kesenian wayang kayu lahir dan berkembang di wilayah

pesisir utara pulau Jawa. Pada awal abad ke -17 dimana kerajaan Islam tertua di

pulau Jawa tumbuh, dengan menggunakan bahasa Sunda dalam dialognya.

Sedangkan Sunan Kudus menggunakan bentuk wayang golek ini untuk

menyebarkan Islam di masyarakat. Sedangkan sejarah terjadinya wayang kulit

purwa dimulai sejak jatuhnya Majapahit dan berdirinya kerajaan Demak dengan

raja pertamanya adalah Raden Patah, yang kemudian digantikan oleh Pangeran

Sebrang Lor. Mulanya para Raja dan para Wali gemar akan kesenian daerah,

termasuk wayang, yang pada saat itu ada adalah wayang beber, karena dinilai

bertentangan dengan syariat Islam, terutama Sunan Giri maka dibuatkan kreasi

baru oleh raja dan para Wali, terutama Sunan Kalijaga untuk membuat wayang

kulit. Perubahan ini mengenai bentuknya, gambarnya, alat peraganya, dan sarana

lainnya di selaraskan dengan syariat islam.

Wayang golek merupakan pertunjukan asli Indonesia yang berkembang di

Jawa dan Bali, pertunjukan wayang golek juga popular di wilayah Tanah Pasudan,

dan dipengaruhi oleh budaya Hindhu dan Jawa. Wayang golek berasal dari kata

“golek” yang berarti mencari, jika sebagai kata benda berarti boneka kayu, ada

dua wayang golek yaitu wayang golek papak (cepak) dan wayang golek purwa

yang ada di daerah Sunda. Ki H. Asep Sunandar Sunarya yakni pencipta wayang

cepot yang masih melestarikan kesenian wayang golek hingga sekarang.

Wayang golek yang terkenal di Tegal adalah, garapan dalang Ki Ethus

yakni Lupit dan Slenteng, ia menggunakan Lupit dan Slenteng sebagai tokoh

utama di setiap pagelaran wayang santri / ngaji budaya, bahkan Lupit dan

Slenteng pun menjadi maskot Kabupaten Tegal. Lakon Lupit dan Slenteng pun

dikenal oleh kalangan Internasional, Ki Enthus berhasil mendobrak dan keluar

dari pakeliran Surakartanan maupun Yogyakartanan yang terkesan kalem, Ki

Enthus mempunyai gaya pakeliran sendiri, yang ia beri nama pakeliran ala

Page 50: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

39

Enthus-an.22

Lupit dan Slenteng adalah suara rakyat, dalam dunia pendalangan

mereka hampir sama seperti Gareng dan Petruk, lakon yang menarik adalah ketika

Petruk dadi ratu,23

ketika terjadi gonjang-ganjing sudah sampai taraf sangat tidak

wajar, para punakawan mulai membangkang, sehingga puncaknya ketika Petruk

melabrak Istana para penguasa, dan merekontruksi tatanan yang selama ini

dipakai para penguasa, Petruk turun tangan merebut kekuasaan.24

Petruk dadi ratu selama ini menjadi impian wong cilik yang banyak didera

permasalahan, melalui tokoh Petruk atau Lupit ketika awal-awal berkuasa

merevolusi semua tatanan agar kembali pada tempat yang semestinya. Maka

Petruk atau Slenteng menjadi seorang pengabdi. Lupit dadi ratu menjadi sihir

tersendiri bagi publik, jika tidak diimbangi dengan karya besar sinar itu akan

redup, namun Ki Enthus paham bentul dan menjaga sinar itu, dengan dilakukan

gebrakan-gebrakan terus menerus, jurus dan sabetan juga terus dilakukan.25

Lupit dan Slenteng selalu tampil dengan tidak tedheg aling-aling dalam

bertutur, sehingga menganggapnya liar dan kasar, sikap inilah kemudian

dikatakan oleh Prof. Abu Su‟ud sebagai prototype wong Tegal.26

Mereka berdua

memiliki perwatakan apa adanya dan selalu menjalani hidup penuh keikhlasan

yang diharapkan menjadi filosofi warga Kabupaten Tegal. Lupit dan Slenteng

memberikan celotehan-celotehan menarik, ringan dan renyah, tanpa melupakan

makna yang tersirat dalam celotehannya.

C. Perkembangan Wayang dari Masa ke Masa

1. Wayang Pada Masa Walisanga

Islam merupakan agama Samawi (ajaran agama yang didasarkan pada

wahyu yang diberikan Tuhan kepada utusan-Nya), yang lahir di Semenanjung

22

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 23

Dadi itu dalam bahasa Jawa Tegal, adalah menjadi 24

Maskot Baru Lupit-Slenteng https://www.kompasiana.com (diakses pada tanggal 15

Desember 2017) 25

https://www.kompasiana.com/rajauntung/maskot-baru-lupit-

slenteng_54f5d6fda33311f64e8b46ed (diakses pada tanggal 15 Desember 2017) 26

Maskot Baru Lupit-Slenteng https://www.kompasiana.com (diakses pada tanggal 15

Desember 2017

Page 51: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

40

Arab, khususnya di dataran tinggi Hijaz di kota yang bernama Mekkah.27

Agama

Islam berkembang sekitar abad ke-6 M dengan diutusnya Nabi Muhammad

sebagai Nabi dan Rasul untuk menyebarkan agama Islam di seluruh penjuru

dunia. Agama Islam merupakan agama yang perkembangan penyebarannya di

dunia cukup pesat, hingga saat ini agama Islam menjadi agama kedua di dunia

yang memiliki penganut terbanyak setelah agama Nasrani.

Islam dibawa masuk oleh para pedagang Arab, Gujarat dan Persia ke

Indonesia sekitar abad ke-7 M sampai abad ke-15 M, melalui jalur perdagangan.

Selain itu agama Islam juga berkembang melalui saluran pernikahan.28

Para

pedagang yang menetap kemudian menikah dengan wanita-wanita setempat

sehingga melalui proses pernikahan, agama Islam juga berkembang pesat di

Indonesia. Dengan jumlah pemeluk yang semakin banyak, maka mulai muncul

pusat-pusat pemerintahan yang berbentuk kerajaan. Pada awal perkembangannya,

sebagian besar kerajaan Islam mulai muncul di daerah Sumatera karena Pulau

Sumatera memang letaknya yang strategis sebagai jalur perdagangan

Internasional.

Kerajaan Islam pertama yang muncul di Indonesia adalah Kerajaan

Samudera Pasai (1990),29

Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh dengan raja

pertamanya yang bernama Sultan Malik Al-Saleh. Kerajaan Samudera Pasai

kemudian runtuh sekitar tahun 1360 M karena mendapat serangan Kerajaan

Majapahit dari Jawa. Di Jawa, juga terdapat kerajaan Islam tersohor yang

peninggalan-peninggalannya masih dapat kita saksikan hingga saat ini. Kerajaan

tersebut bernama Kerajaan Demak yang juga merupakan kerajaan Islam pertama

di Pulau Jawa. Kerajaan Demak mulai berdiri pada abad ke-16 berkat perjuangan

27

https://www.kompasiana.com/aditya_alfajr01/fungsi-wayang-kulit-dalam-penyebaran-

agama-islam-di-pulau-jawa_56f941950e93732905e12dbd (diakses pada tanggal 15 Desember

2017) 28

Azumardi Azra, Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal (Bandung : Mizan, 2002),

h. 22.

29

Sunarto, Seni Gatra Wayang Kulit Purwa (Semarang : Dahara Prize, 1997), h. 4.

Page 52: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

41

dan usaha Pangeran Jimbun / Raden Patah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan

Majapahit di Jawa Timur.30

Setelah kerajaan Majapahit runtuh dan kemudian berpindah ke Demak, pada

tahun 1437 M, Raden Patah sebagai raja mulai menciptakan wayang yang dibantu

oleh wali. Sunan Giri membantu menciptakan wayang kera dengan menggunakan

dua mata, Sunan Bonang menciptakan ricikan, Sunan Kalijaga menciptakan Kelir

(layar pertunjukan) beserta perlengkapannya.31

Dan pada tahun 1443 Raden Patah

menciptakan gunungan wayang. Sehingga tidak terlepas dari para wali khususnya

Sunan Kalijaga, yang tidak langsung menghilangkan wayang beber tetapi

menyesuaikan atau memasukan nilai-nilai Islam dalam bentuk maupun cerita

wayang.

Dalam menjalankan perannya sebagai mubaligh, tentunya ajaran yang

dibawakan para Wali tidak serta mengajarkan ajaran-ajaran pokok Islam, akan

tetapi untuk mempermudah masyarakat dalam memahami ajaran agama Islam,

disertakanlah ajaran agama Islam dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat

setempat. Misalnya, Sunan Drajad yang menggunakan media gamelan dan

tembang Pangkur untuk menyebarkan agama Islam di daerah Lamongan, Sunan

Kalijaga yang menggunakan media wayang dan tembang dolanan, Sunan Kudus

yang mengajarkan masyarakat untuk membuat keris dan mengajarkan toleransi

antar umat beragama, dan lain-lain. Dari uraian tersebut, jelaslah bahwa para wali

memanfaatkan kebiasaan masyarakat sebagai media dakwah, sehingga masyarakat

akan lebih mudah untuk menerima dan memahami ajaran Islamlainnya di

selaraskan dengan syariat islam.32

Perkembangan wayang semakin meningkat

pada masa setelah Demak, memasuki era kerajaan-kerajaan Jawa seperti Pajang,

Mataram, Kartasura, Surakarta, dan Yogyakarta.

Adapun yang memimpin penyebaran Islam ke pulau Jawa itu adalah para

Walisanga.33

Dalam berdakwah para wali menggunakan tradisi hasil pencampuran

30

http://daerahsindonews.com (diakses pada tanggal 16 Mei 2017) 31

R.M Ismunandar, Wayang Asal Usul dan Jenisnya, h. 96. 32

Soekatno, BA, Wayang Kulit Purwa (Semarang : Aneka Ilmu, 2005), h. 190. 33

Widji Saksono, MengIslamkan Tanah Jawa : Telaah Atas Metode Dakwah Walisanga

(Bandung : Mizan, 1995), h. 200.

Page 53: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

42

ajaran Islam dan budaya lokal setempat untuk menarik perhatian masyarakat.

Terbukti metode ini berhasil, dan Islam dapat menyebar di seluruh tanah Jawa.

Salah satu tradisi lokal yang digunakan dalam berdakwah ialah kesenian wayang

kulit. Metode dakwah menggunakan wayang kulit dikenalkan oleh Sunan

Kalijaga.34

Sunan Kaljaga menanamkan unsur-unsur ajaran Islam di dalam

pertunjukan pewayangan, sehingga Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Lakon-lakon yang dibawakan dalam pertunjukan wayang pun lebih Islami,

bukan lakon-lakon Hindu seperti Mahabharata-Ramayana. Karakter-karakter

wayang yang dibawakan Sunan Kalijaga ditambah dengan unsur-unsur ajaran

Islam didalamnya, Sunan Kalijaga juga pandai mendalang. Dalam pagelaran

wayang seperti Jimat Kalimasada, Serat Dewa Ruci, Petruk dadi Ratu, dan lain-

lain, namun cerita Jimat Kalimasada ini yang paling sering dipentaskan Sunan

Kalijaga.35

Makna yang terkandung dalam wayang, dalam arti kata yang bernafaskan

keIslaman, wayang yang kita lihat saat ini adalah wayang hasil gubahan para

Wali. Falsafah Islam yang lain juga kita dapati dalam gunungan. Gunungan dibuat

pada zaman Demak oleh Raden Patah (Sultan She Alam Akbar) sekitar tahun

1443. Gunungan ini merupakan gambar simbolis dari Mustika Masjid, yang ketika

dijungkir balikkan akan menyerupai jantung manusia yang terdiri dari bilik kiri

dan bilik kanan, serambi kiri dan serambi kanan. 36

Berdasarkan uraian singkat itulah, maka wayang memiliki fungsi yang

penting bagi perkembangan dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, karena

wayang merupakan kesenian kegemaran masyarakat ketika Pulau Jawa masih

dikuasai kerajaan yang bernafaskan Hindu dan Budha hingga masuknya agama

Islam dengan berdirinya Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di

Pulau Jawa. Islamisasi di Jawa pada abad ke-15 mempuyai karakteristik yang

berbeda dengan Islamisasi abad ke-13, pada masa ini Islam begitu mudah

34

Effendy Zarkasi, Unsur-unsur Islam dalam Pewayangan (Bandung : Al-Ma‟arif, 1983),

h. 70. 35

Sofwan Ridin Mundiri, Islamisasi di Jawa : Walisongo Penyebar Islam di Jawa menurut

penuturan Babad (Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2004), h. 277. 36

R.M Ismunandar K, Wayang Asal Usul dan Jenisnya, h. 102.

Page 54: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

43

diterima, penyebabnya karena para pendakwah dalam menyampaikan ajaran Islam

menggunakan metode yang mengedepankan keharmonisan, yakni dengan

merangkul tradisi lokal yang baik sebagai bagian dari ajaran agama Islam

sehingga masyarakat merasa enjoy menerima Islam menjadi agamanya.

2. Wayang Pada Masa Kemerdekaan

Berdirinya sebuah lembaga pada tahun 1923, pengajaran pendalangan

dengan dinamai Pasinaoun Dhalang Surakarta (PADHASUKA), tahun 1925

Kasultanan Yogyakarta mendirikan Hambiwarakake Rancangan Andhalang

(HABIRANDHA), serta disusul tahun 1930 Kadipaten Mangkunagaran

mendirikan Pasinaoun Dalang Mangkunegaran (PDMN). Pakem oleh keraton

dipakai sebagai salah satu sarana untuk melestarikan nilai-nilai estetika

pendalangan yang menyangkut sabet, catur, karawitan, dan lakon yang disikapi

sebagai satu bentuk acuan bagi para calon dalang.37

Pakem pendalangan ini awalnya hanya bagi para kerabat atau lingkungan

keraton (Serat Sastramiruda), akhirnya menyebar luas ke luar keraton. Seperti

halnya dengan lembaga pengajaran dalang berdiri hanya untuk calon dalang dan

dalang pemula yang berada di lingkungan keraton, akan tetapi kenyataannya

diikuti juga oleh para dalang muda dan anak-anak dalang dari desa-desa sekitar

keraton. Sebagian besar para siswa dalang ini kemudian pulang ke desa masing-

masing, serta menjadi dalang terkenal yang tetap berpedoman pada pakem gaya

keraton yang diperoleh saat mengikuti kursus di keraton.

Kehidupan Pakeliran gaya kerakyatan yang beredar di pedesaan-pedesaan

bentuk ekspresi dan sifatnya lebih bebas, sederhana dan lugas, sehingga semakin

lama semakin tersisih. Hal ini disebabkan oleh kehadiran serta terkenalnya para

dalang yang menggunakan pakem gaya keraton. Di sisi lain merebaknya Pakeliran

gaya keraton dimasyarakat luas mendapat dukungan dari berbagai pihak dan

mendapat nilai yang sangat tinggi. Dari sinilah muncul anggapan bahwa pakeliran

gaya keraton memiliki nilai tinggi sehingga dikenal oleh masyarakat pendalangan

sampai sekarang.

37

Bambang Murtiyoso, Seni Pertunjukan Pewayangan (Surakarta : Citra Etnika, 2004), h.

18-19.

Page 55: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

44

Sesudah kemerdekaan, Keraton memang sudah tidak memiliki otoritas lagi,

tetapi wibawanya dibidang seni pedalangan ini tidak terbatas pada bekas wilayah

administrasinya saja melainkan meluas hampir ke seluruh pendukung budaya

wayang. Pakeliran gaya keraton yang semula dilegitimasikan dalam bentuk

pakem melalui lembaga-lembaga pengajaran pendalangan yang langsung dikelola

keraton berpengaruh luas terhadap kehidupan pewayangan diluar keratin juga.

Dari sinilah muncul teknik atau acuan pakeliran yang berasal dari keraton dari

sejumlah murid yang digabungkan dengan konveksi yang telah lama dipahami di

daerah asal, kemudian lahir varian-varian pakeliran yang memiliki pengaruh

terhadap komunitasnya masing-masing.

3. Wayang Pada Tahun 1970-1990

Pada tahun 1974 diselenggarakan Pekan Wayang Indonesia kedua di Taman

Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Pada saat pekan wayang itu diselenggarakan pula

pertemuan komponen penyangga dunia pewayangan dan pandangan dari seluruh

daerah di Indonesia, yang tergabung dalam Dewan Kebijakan SENA WANGI,

pergelaran, pameran, dan sarasehan para dalang. Pada tahun 1976 SD Humardani

bersama mahasiswa jurusan Pendalangan Akademi Seni Karawitan Indonesia

(ASKI) Surakarta telah mengadakan inovasi pendalangan yang disebut pakeliran

padat. Tujuannya adalah menggarap masalah-masalah kemanusiaan yang paling

wigati dan mantap.38

Pada tahun 1980-an jagad pendalangan mengalami zaman keemasan.

Pertunjukan wayang merebak hampir di seluruh kawasan perkotaan, bahkan kota-

kota besar seperti Surabaya, Jakarta, dan Semarang. Kondisi pakelir saat ini

sangat kuantitatif menggembirakan, hal ini disebabkan oleh banyaknya

penggemar wayang yang memiliki otoritas tinggi, sehingga membantu

tercapainya zaman keemasan tersebut.

Pada 16 November 1993 Ki Anom Suroto, Ki Manteb Soedarsono dan

beberapa rekannya telah menyelenggarakan Sesaji Dhalang di Taman Budaya

Surakarta, Jawa Tengah. Tujuannya merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa atas maraknya jagad pendalangan, para dalang diajak merenung

38

Bambang Murtiyoso, Seni Pertunjukan Pewayangan, h. 37.

Page 56: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

45

(kontemplasi) tentang dunianya. Pada siang harinya Gunawan Mohammad, Edy

Setyawati dan Kuntara Wiryamartana mengisi ceramah, dan pada malam harinya

diadakan upacara sesaji dan pagelaran wayang kulit dengan dalang Ki Darman

Gandadarsana (Sragen). Acara ini diikuti lebih dari 500 dalang terkenal dari DKI,

Jawa Tengah, DIY Yogyakarta dan Jawa Timur. 39

Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan wayang, tumbuhnya dalang-

dalang baru, pertumbuhan fungsi pertunjukan wayang, properti dan unsur

pendukung wayang sudah di tingkatkan kualitasnya. Berbagai lembaga telah

banyak menyelenggarakan lomba dan festifal dalang, seperti Dinas P dan K Jawa

Timur, Yayasan Daniwara Surabaya, dan lain-lain. Contohnya adalah pertunjukan

spektakuler pagelaran wayang dengan menampilkan 50 dalang terpilih dalam

pagelaran secara berurutan (marathon) selama 50 malam pada tahun 1995.

Salah satu dalang wanita dari daerah Sragen Nyi Suharni mengemukakan

pendapatnya:

“…untuk mengikat daya tarik penonton, berbagai cara bisa dilakukan

oleh pra dalang sebatas tidak terlalu jauh melanggar kode etik

pendalangan. Hal ini harus dimaklumi, karena selain memiliki tanggung

jawab moril bagi kelestarian seni budaya tradisional, dalam hal ini wayang

kulit dan dalang juga cari duit atau uang. Karena dalang bukan pegawai

Negeri, dimana mendalang merupakan sumber penghasilan…”40

Pendapat Nyi Suharni ini memang mengandung kebenaran, tetapi para

dalang seharusnya tidak lupa daratan, sehingga hanya demi larisnya saja apa

kehendak penonton dituruti. Sebenarnya kehendak penonton itu gilirannya dapat

membuat penonton kecanduan dan menjadi tidak terhibur bila melihat pagelaran

wayang yang tidak akrobatik sabetnya, cantik-cantik sindennya dan lawakannya

yang jorok seperti sekarang ini. Bahwa bakat yang dimilikinya itu juga digunakan

sebagai sarana mencari nafkah adalah wajar, akan tetapi tujuan utama mereka

seharusnya adalah melakukan “darma pewayangan” seniman dalang yang

39

Bambang Murtiyoso, Seni Pertunjukan Pewayangan, h. 8. 40

Bambang Murtiyoso, Faktor-faktor Pendukung Popularitas Dalang (Yogyakarta : Tesis

Universitas Gajah Mada, 1996), h. 53.

Page 57: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

46

mengantarkan keindahan kepada penonton lewat garap unsur-unsur pakeliran

yaitu gerak, musik, dan sastra.41

Melihat semakin mundurnya kesenian tradisional, seniman tradisional

ternama Ki Nartosabando, pada tahun 1979 di Balai Sidang Senayan mengadakan

pagelaran wayang kulit dalam rangka menyambut 1 suro tahun Jawa 1912 BE.

Acara ini didukung oleh 19 Radio Swasta Niaga yang mempunyai acara kesenian

Jawa, termasuk radio ABRI, Surat Kabar Mingguan Buana Minggu dan Harian

Berita Buana, media-media tersebut ikut membantu dalam publikasi.

Saat ini pertunjukan wayang benar-benar sangat menggembirakan, dalam

artian sering diselenggarakan oleh masyarakat dan lembaga untuk berbagai

keperluan. Kehidupan pertunjukan wayang kulit Jawa menunjukkan peningkatan

kuantitas pewayangan yang luar biasa, kondisi seperti ini oleh kebanyakan pakar

dan budayawan disebut sebagai zaman kebangkitan (renaissance) yang di tandai

dengan boom wayang.42

Yang lebih menarik para penonton tidak hanya dari kalangan tua saja, tetapi

dari kalangan muda yang terdiri dari berbagai profesi, seperti mahasiswa, pemuda

dan rakyat biasa. Hal ini menandakan bahwa anak-anak muda kita yang berkiblat

kepada kesenian mancanegara tidak seluruhnya benar. Begitu pula anggapan

wayang kulit hanya di nikmati oleh golongan tua.

Seni pertunjukan wayang mempunyai fungsi sebagai ekspresi seni-

ungkapan pengalaman jiwaa yang dalam, wayang dapat digunakan sebagai sarana

upacara atau kepercayaan, pendidikan, penerangan, propaganda, hiburan, dan lain

sebagainya. Wayang juga mempunyai sisi simboliknya, mistiknya, pesan

ajarannya, dan tuntutannya.

4. Wayang pada saat ini

Demi melestarikan kesenian wayang, maka para dalang membuat perubahan

dan inovasi disetiap pertunjukan. Mulai dari cerita, lakon, gaya bahasa, bahkan

tata cara pagelaran. Ki Enthus membuat perubahan pada pagelarannya, seperti

disetiap pementasannya Ki Enthus menampilkan beberapa tokoh-tokoh wayang

41

Bambang Murtiyoso, Faktor-faktor Pendukung Popularitas Dalang, h. 52. 42

Bambang Murtiyoso, Pertumbuhan dan Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang, h.

135-136.

Page 58: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

47

kotemporer, wayang yang biasanya hanya menggunakan bahasa Jawa kromo,

berbeda dengan pagelaran Ki Enthus, dimana ia selalu menggunakan bahasa yang

mudah dimengerti oleh setiap penontonnya, mulai dari anak-anak hingga dewasa.

Ki Enthus juga menggunakan lagu-lagu bukan hanya bertemakan Islami, melaikan

lagu-lagu yang sedang popular dikalangan masyarakat.

Ki Enthus tidak pakem ketika pagelaran, apasaja pasti ia masukan kedalam

setiap pagelaran, isu-isu yang sedang hangat pun ia masukan, dengan bahasa-

bahasa yang sedang hangat diperbincangkan. Sehingga wajar saja setiap

pagelarannya selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

D. Wayang Sebagai Media Dakwah

Ditinjau dari segi upaya pengembangan budaya Jawa, fungsi wayang yakni

sebagai tontonan dan tuntunan perlu mendapatkan perhatian dalam pembinaan

wayang, keduanya harus senantiasa dijaga dan ditingkatnya kualitasnya agar

selalu baik. Seni perwayangan ini telah menjadi asset budaya Nasional maka

kewajiban untuk menjaganya terletak dipundak masyarakat Indonesia seluruhnya.

Dakwah Islam di pulau Jawa sudah berlangsung sejak abad ke-13 Masehi,

dimana yang menyebarkan agama Islam merupakan para pedagang dari Timur

Tengah. Para pedagang Timur Tengah menyebarkan agama Islam dengan

membawa tarekat Qadariyah ke Indonesia, akan tetapi ajaran tarekat ini belum

mampu menembus ke masyarakat Indonesia, karena di Indonesia masih percaya

dengan budaya animisme dan dinamisme43

. Maka setiap agama baru yang ingin

masuk ke suatu daerah, mau tidak mau harus bersifat membumi mengikuti ajaran

lokal daerah tersebut, sehingga agama tersebut dapat di terima di masyarakat.

Islamisasi di Jawa pada abad ke-15 mempuyai karakteristik yang berbeda

dengan Islamisasi abad ke-13, pada masa ini Islam begitu mudah diterima,

penyebabnya karena para pendakwah dalam menyampaikan ajaran Islam

menggunakan metode yang mengedepankan keharmonisan, yakni dengan

43

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam, (Yogyakarta : Narasi, 2010), h. 19.

Page 59: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

48

merangkul tradisi lokal yang baik sebagai bagian dari ajaran agama Islam

sehingga masyarakat menerima Islam menjadi agamanya.44

Adapun yang memimpin penyebaran Islam ke pulau Jawa itu, adalah para

wali (Walisanga), dalam berdakwah para wali menggunakan tradisi hasil

pencampuran ajaran Islam dan budaya lokal setempat untuk menarik perhatian

masyarakat. Terbukti metode ini berhasil, dan Islam dapat menyebar di seluruh

tanah Jawa. Salah satu tradisi lokal yang digunakan dalam berdakwah ialah

kesenian wayang kulit. Metode dakwah menggunakan wayang kulit dikenalkan

oleh Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga menanamkan unsur-unsur ajaran Islam di

dalam pertunjukan pewayangan, sehingga Islam dapat diterima oleh masyarakat.

Wayang Kulit, yang merupakan salah satu warisan dari walisangga dalam

menyebarkan ajaran agama Islam. Walisangalah yang mempelopori dakwah Islam

di Bumi Jawa, Walisanga dianggap sebagai tokoh-tokoh sejarah kharismatik yang

membumikan Islam di tanah Jawa yang sebelumnya. Berkembang bersama tradisi

Hindu-Budha. Masing-masing tokoh Walisanga mempunyai peran yang unik

dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan

diri sebagai “Tabib” bagi kerajaan Hindu Majapahit, Sunan Giri yang disebut

“Paus dari timur” hingga sunan Kalijaga atau Pangeran Tuban atau Syeh Malaya

yang mencipta yang menciptakan karya kesenian dengan menggunakan nuansa

yang dapat dipahami masyarakat Jawa, yakni Hindu dan Budha. Sebagai penyeru

agama, Sunan Kalijaga termaysur kemana-mana.45

Mubaligh keliling yang daerah operasinya sangat luas. Banyak kaum

bangsawan serta kaum cendikiawan yang tertarik kepada tablignya, karena dalam

berdakwah ia amat pandai menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia berusaha

menggabungkan adat istiadat Jawa dengan kebudayaan Islam, dan menjadikannya

media meluaskan syiar Islam. Salah satu karya besarnya adalah menciptakan

bentuk ukiran wayang kulit yang bentuknya dirubah sedemikian rupa, sehingga

tidak menyalahi hukum Islam.46

44

http://wawasansejarah.com/wayang-kulit-dan-islamisasi-di-jawa-abad-ke-15/ (diakses

pada tanggal 13 Agustus 2017) 45

R. M Ismunandar, Wayang : Asal-usul dan jenisnya, h. 90 46

R. M Ismunandar, Wayang : Asal-usul dan jenisnya, h. 95.

Page 60: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

49

Dalam pertunjukan Wayang sang wali selalu mengadakan di halaman

masjid, yang disekelilingnya diberi parit melingkar berair jernih. Guna parit ini

tak lain adalah untuk melatih penonton Wayang untuk wisuh atau mencuci kaki

mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi wudhu yang disampaikan secara baik.

Wayang merupakan media da‟wah Islam, sebab wayang merupakan salah

satu jenis kesenian tradisional yang paling di gemari oleh masyarakat pedesaan,

selain itu juga wayang merupakan alat pendidikan serta komunikasi langsung

dengan masyarakat yang dimanfaatkan untuk penyiaran agama Islam. Wayang

sering di ibaratkan dengan mistik dan kemusyrikan, sehingga perlu dibenahi dan

diisi dengan ajaran Islam, sehingga agama Islam dapat tersebar dan tertanam ke

dalam masyarakat luas.47

Karena wayang bertujuan untuk menyiarkan agama Islam, dan mudah

diterima oleh masyarakat, wayang perlu dibesut, dirubah dan disempurnakan

dengan nilai budi luhur yang bernafas keIslaman. Sri Mulyono mulai

menyempurnakan bahwa wayang telah ada sejak zaman Panembahan Senopati di

Mataram tahun 1541, untuk menghilangkan kemusyrikan atau penyembahan

terhadap dewa dalam silsilah wayang, yang dikarang oleh Raden Ngabehi

Ronggowarsito.48

Kualitas pertunjukan wayang di tentukan oleh dalang, seorang dalang harus

menguasai hamper setiap hal, dalam istilah Jawa disebut mumpuni. Dalang harus

memiliki kualitas diri yang melampaui anggota masyarakat lainnya, untuk dapat

memberikan pelajaran seorang dalang tak henti-hentinya harus rajin belajar

dengan membaca banyak-banyak buku. Bukan hanya sebagai penghibur akan

tetapi juga sebagai komunikator, sebagai penyuluh, sebagai penatar, pendidik atau

guru bagi masyarakat dan sebagai rohaniawan yang berkewajiban mengajak

masyarakat untuk berbuat kebaikan dan menghindari kejahatan.49

47

Muhammad Sholikhin, Ritual dan Tradisi Islam, h. 95. 48

RM Ismunandar, Wayang, Asal -Usul dan Jenisnya, h. 95. 49

Sujatmo, Wayang dan Budaya Jawa, Semarang : Dahara Prize, 1992, h. 21.

Page 61: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

50

BAB IV

PEWAYANGAN KI ENTHUS SUSMONO

A. Karya dan Penghargaan Ki Enthus Susmono

1. Kiprah Pewayangan1

1) Ribuan kali pementasan pewayangan di berbagai kota di Indonesia (1986-

sekarang), dengan akumulasi rata-rata setiap tahunnya sebanyak 70

pementasan.

2) Menggelar Wayang Simphony di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dalam

rangka Sepekan Wayang Kebangsaan (2006)

3) Melahirkan konsep Wayang Kebangsaan, sebuah konsep pagelaran wayang

yang mengangkat isu-isu Kebangsaan dan Nasionalisme.

4) Menggelar pentas Duel Dalang Kondang Ki Enthus dan Ki Manteb, di

Monumen GBN Slawi, Tegal (2007)

5) Menggelar pentas Wayang Blong, dalam event Festival Seni Surabaya

(2007)

6) Mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di

Denpasar, Bali (2008)

7) Wayang kulit Ki Enthus dipamerkan dalam event bergengsi di Museum

Tropen Belanda, dengan tema “Wayang Superstar The Theatre World Of Ki

Enthus Susmono” (2009)

8) Tour pentas wayang “Dewa Ruci” dibeberapa Negara seperti Belanda,

Perancis dan Korea Selatan (2009)

2. Karya Tokoh Pewayangan

Perhatiannya pada sarana utama pakeliran wayang cukup besar, ia tidak

cukup puas dengan figur-figur wayang yang sudah ada, sehingga berusaha

mengembangkan figur wayang tradisi atau menciptakan desain baru. Penciptaan

tokoh-tokoh masa kini dalam wayangnya adalah salah satu upaya untuk

memperkenalkan wayang pada generasi muda. Sebab tokoh-tokoh pewayangan

1http://amp.kompas.com/megapolitan/read/2009/02/27/11150324/~Oase~Padamu%20Nege

ri (diakses pada tanggal 05 September 2017)

Page 62: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

51

seperti Werkudara, Gatutkaca, dan Arjuna mulai terdesak oleh hadirnya tokoh-

tokoh fiktif dari luar budaya Nusantara seperti Supermen, Doraemon, Ninja Boy,

Upin dan Ipin, dan Shinchan.2 Dengan diciptakan tokoh-tokoh fiktif masa kini

dalam bentuk wayang kulit, maka setiap hari sabtu pagi Ki Enthus mengajari

anak-anak untuk bermain wayang, sehingga anak-anak akan senang untuk

memainkannya, bahkan kadang Ki Enthus lepas agar anak-anak belajar

memainkan wayang sesuka hati mereka. Karena Ki Enthus ingin wayang tetap ada

yang melestarikan.3

Wayang-wayang baru kreasinyanya tersebut digambar sendiri sedangkan

pemahatannya dan pewarnaannya dibantu oleh tiga orang penatah (pemahat) dan

empat orang penyungging (pewarnaan), yang berasal dari daerah Sukoharjo dan

Klaten.4 Sampai saat ini ia telah menyelesaikan hampir 200 buah wayang kreasi

serta memiliki sebelas kothak wayang dengan berbagai gaya dan tipe, wayang

kulit gaya Kedu, wayang Kulit gaya Cirebon, dan wayang golek Cepak. Wayang-

wayang produksinya itu disamping untuk memenuhi kebutuhan pentas juga

sebagai barang dagangan. Di antara karya-karyanya antara lain:5

1) Wayang Supermen (1996)

2) Wayang Gathutkaca Terbang (1996)

3) Wayang Satria Baja Hitam (1996)

4) Wayang Sumo (1996)

5) Kayon Ganesha (1998)

6) Wayang Dasamuka (1998)

7) Wayang Indrajid (1998)

8) Wayang Patih dan Tumenggung (1998)

9) Wayang Yuyu Rumpung (1999)

10) Kreta Jaladara (1999)

11) Kreta Jatisura (1999)

2 Observasi langsung tanggal 20-30 Desember 2017

3 Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 4 Hasil Observasi penulis dan wawancara pribadi dengan Ki Enthus Susmono, dalang

Kabupaten Tegal, 20-30 Desember 2017 5 http://wayang-ki-enthus-wayang-spektakuler (diakses pada tanggal 10 Oktober 2017)

Page 63: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

52

12) Wayang Limbuk dan Suaminya (1999)

13) Baris Kampak (1999)

14) Kayon Hawa Bayu (1999)

15) Kayon Masjid (2000)

16) Wayang Pandawa (2000)

17) Kayon Ganesha Kecil (2000)

18) Kayon Liong (2000)

19) Wayang Prayungan (2000)

20) Wayang Batman (2001)

21) Wayang Alien (2001)

22) Wayang tokoh-tokoh politik (2001)

23) Wayang Teletubies (2001)

24) Wayang planet (2001)

25) Kayon Loteng (2001)

26) Wayang Osama bin Laden (2002)

27) Wayang Inul (2003)

28) Wayang Wali (2004)

29) Wayang Rai Wong (2005-2006)

30) Wayang Kebangsaan (2006)

31) Wayang Gunungan Harry Potter (2006)

32) Wayang Walisanga (2006)

33) Wayang Goerge Bush (2006 dan 2008)

34) Wayang Saddam Husein (2006 dan 2008)

35) Wayang Gunungan Tsunami Aceh (2006)

36) Wayang Simphony (2007)

37) Wayang Blong (2007)

38) Wayang Minimalis (2007)

39) Wayang Barrack Obama

Page 64: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

53

3. Penghargaan Ki Enthus Susmono6

1) Juara 1 Festival Dalang Remaja tingkat Jawa Tengah di Wonogiri (1988)

2) Dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia (2004)

3) Dalang terbaik se-Indonesia dalam Festival Wayang Indonesia (2005)

4) Gelar Doktor Honoris Causa bidang seni budaya dari Laguna College of

Bussines and Arts, Calamba, Philippines (2005).

5) Pemuda Award Tahun bidang Seni dan Budaya, dari DPD HIPMI Jawa

Tengah (2005).

6) Memecahkan Rekor Muri sebagai dalang terkreatif dengan menampilkan

kreasi jenis Wayang terbanyak 1491 wayang (2007).

7) Mewakili Indonesia dalam event Festival Wayang Internasional di

Denpasar, Bali (2008).

8) Seniman berprestasi

9) Upakarti Reksa Menggala Budaya dari Unnes, dalam rangka acara Dies

Natalis Unnes (2017).7

4. Karya dalam Museum

Karya-karya Ki Enthus di akui oleh beberapa Museum di Dunia, karena

mereka mengagumi wayang budaya Indonesia, dan figure wayang kreatif Ki

Enthus, di antaranya:8

1) Tropen Museum di Amsterdam, Belanda

2) Museum of Internasional Folk Arts (MOIFA) di New Mexico

3) Museum Wayang Walter Angts di Jerman

5. Pameran Wayang

1) Pameran Wayang bertajuk Wayang adalah Rohku dalam rangka Dies

Natalis STSI Surakarta (2003).

2) Pameran Wayang Grand Launching Wayang Rai Wong di Galeri Seni Rupa

Taman Budaya Jawa Tengah, Surakarta (2006)

6 Wawancara Pribadi dengan Mas Haryo Susilo, (Anak Kedua Ki Enthus), Tegal, 10

Februari 2018, pukul 08.00 WIB. 7 http://infotegal.com (diakses pada tanggal 15 Juli 2017)

8http://dalangenthus.id/berita/295-reportase-pameran-wayang-superstar-the-theatre-world-

of-ki-enthus-susmono (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

Page 65: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

54

3) Pameran Wayang Rai Wong, di Galeri Merah Putih, Balai Pemuda Surabaya

(2006).

4) Pameran Wayang Rai Wong dalam Pekan Wayang Kebangsaan, di Galeri

Cipta II TIM-Jakarta (2007).

5) Pameran bersama Wayang Indonesia, diselenggarakan oleh Museum

Wayang Indonesia, di Jakarta (2007).

6) Pameran Wayang Superstar The Theater World of Ki Enthus Susmono, 29

Januari sampai 30 Juni 2009, di Tropen Museum-Amsterdam, Belanda.

7) Pameran wayang budaya pesisir, yang menampilkan wayang Rai Wong,

Wayang Planet, Wayang Pesisiran, di Universitas Negeri Semarang

(UNES) 26 Oktober-02 November 2016.9

8) Pameran wayang dalam rangkaian Jogya International Heritage Festival

2017, dengan judul Wayang: Lakon Tanpa Batas, 05 November 2017

9) Pameran wayang yang bertajuk ENTHUSiasme Susmono di galeri RJ.

Katamsi Institut Seni Indonesia (ISI) 11 November 2016

B. Tema Nasionalisme

Ki Enthus tidak akan memposisikan rakyatnya sebagai wayang, wayang

adalah benda mati yang bisa dengan mudah digerakkan, sedangkan manusia hidup

mempunyai akal dan pikiran yang berbeda-beda. Menjadi Bupatinya manusia

tentu berbeda dengan menjadi dalang menggerakan wayang. Adapun tema-tema

tersebut terdiri dari beberapa bagian, diantaranya :

Tema Nasionalisme atau perjuangan pada mula menggunakan wayang

suluh, yang mempunyai fungsi menyebarkan semangat nasionalisme masayarakat

Indonesia untuk melawan Belanda. Wayang ini diciptakan oleh R. M Sutarta

Harjawahana pada tahun 1920, ia seorang dalang dari Surakarta. Wayang ini

dibuat sebagai sarana penerangan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sebelumnya nama wayang ini adalah wayang merdeka, namun berganti

dengan sebutan wayang suluh karena diadakan sayembara yang dihadiri oleh

9http://krjogya.com/web/news/read/13895/ki_enthus_gelar_pameram_wayang(diakses pada

tanggal 17 November 2017)

Page 66: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

55

beberapa perwakilan partai dan wakil Kementrian Penerangan Yogyakarta ,

akhirnya namanya berubah menjadi wayang suluh. Lakon-lakon yang

dipagelarkan pun berdasarkan kejadian penting pada masa revolusi kemerdekaan,

diantaranya Sumpah Pemuda, Proklamasi Kemerdekaan, Perjanjian Linggarjati,

dll.10

Kemudian ditangan dalang dari Kabupaten Tegal inilah membuat inovasi

dengan menciptakan beberapa lakon-lakon bertemakan Nasionalisme. Yang

biasanya dipentaskan ketika hari-hari besar, kemerdekaan Indonesia dengan

memperingati 17 Agustus, Sumpah Pemuda, hari lahir Pancasila, dll. Yang

membedakan dipagelaran ini menambahkan lagu-lagu kebangsaan, Nasionalisme,

bahkan hari-hari besar lainnya. Dengan tokoh-tokoh perjuangan seperti Bung

Karno, Bung Hatta, Jendral Sudirman, dll. Tema-tema ini berisi tentang

patriotisme dan nasionalisme, religius, toleransi, demokrasi, persatuan, dan

kemanusiaan. Memberikan kesadaran dan menggugah anak bangsa untuk selalu

mencintai Tanah Air Indonesia. Maka diharapkan para penonton mengetahui

bagaimana sejarah kemerdekaan Indonesia melalui pementasan wayang

nasionalisme. Di antara tema-tema tersebut adalah:

1. Babat Wanamarta. Pagelaran wayang kulit di Balaikota Malang, dalam

Rangka Menyambut Peringatan 70 Tahun Kemerdekaan Indonesia & Hari

Jadi 101 Tahun Kota Malang, 29 Agustus 2016

2. Jamus Kalimasada. Berisi tentang lima nasehat yang disebut Kalimasada,

yang berasal dari kata Kali Maha Usada, Kali artinya zaman, Maha artinya

sangat, dan Usada artinya penyembuh, jadi Kalimasa merupakan nasehat

atau pentunjuk untuk memperbaiki keadaan masyarakat yang rusak dunia.

Kaimasada merupakan Pancasila. Dalam rangka mengenang dan

menguatkan kembali nilai-nilai kebudayaan dalam ajaran Islam, Pendopo

Sidoarjo, 24 Mei 2013.

3. Gatotkaca Winishuda. Berisi tentang menjadi pemimpin harus berani,

melindungi rakyat, mengambil resiko dan mempertanggung jawabkan.

10

Sunardi, dkk. Jurnal Panggung, Vol. 26 No. 2, “Pertunjukan Wayang Babad Nusantara :

Wahana Pengajaran Nilai Kebangsaan Bagi Generasi Muda,” h. 197-198.

Page 67: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

56

Gatotkaca melawan pamannya sendiri karena dia raja yang harus

mengayomi rakyatnya dari tindak angkara murka, meski harus membunuh

pamannya sendiri. Teguh janji apapun yang terjadi, Brajamusti dan Kala

Bendana menepati sumpahnya mengabdi kepada Gatotkaca selaku raja, dan

berani berhadapan dengan kakaknya sendiri. Kemenangan Pilkada Walikota

Magelang, 23 April 2016.

4. Pandawa Kumpul. 14 Juli 2017. Merupakan karya Ki Enthus bukan karya

dari orang lain.

5. Pandawa Bangkit. Festival wayang kulit 2017 keliling di 14 Kabupaten, di

Jawa Timur, Bojonegoro. 24 Oktober 2017. Menyisihkan waktu untuk

berbuat baik, bersilaturahmi, dan membangun semangat gotong royong di

masyarakat.11

6. Wisanggeni Lahir, PT ISM-Divisi Bogasari Flour Mills, Tanjung Priuk,

Jakarta Utara, 08 Desember 2017. Cemburunya Dewasrani terhadap

pernikahan Arjuna dan Dresnala, dan akhirnya dipisahkan oleh Batara

Drama, kemudian Batara Drama dan Dreslana menikah, namun Dreslana

selalu disakiti. Kemudian lahirlah Wisanggeni yang merupakan cucunya,

tumbuh dewasa dan membuat kekacauan di kayangan. Akhirnya Arjuna dan

Dreslana bertemu dan kemudian bersatu kembali.12

7. Pandawa Mbangun Negara. Bekas Pabrik Minyak Kelapa (PMK) Sari

Nabati Panjer, Kebumen, 30 September 2017.

8. Gatot Kaca Bangkit. Harlah PKB Ke-19, Lapangan DPR?MPR-Jakarta, 22

Juli 2017.

9. Nurkala Kalidasa. Mukhtamar ke-33 Nahdlatul Ulama, Jombang, 1-5

Agustus 2015.

10. Ruwatan Politik : Jaka Bereg Mbangun Negara. Peringatan Maulid Nabi

Muhammad SAW, Desa Slatri, Brebes. 02 Desember 2017. Ruwatan dalam

11

http://rakyatindependen.com/festival-wayang-kulit-2017-di-purwosari-dihadiri-wagub-

jatim-h-saifullah--yusuf/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2018) 12

http://wartakota.tribunnews.com/2017/2/07/jangan-lupa-ulang-tahun-bogasari-ada-gelar-

wayangan-di-tanjung-priuk (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

Page 68: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

57

bahasa Jawa artinya bersih-bersih, jadi diartikan dengan bersih-bersih

politik.

11. Saridin Menuntut Ilmu

12. Kembang Wijaya Kusuma

13. Hilangnya Pustaka Merah Delima Samson Delilah. HUT Juang Kartika ke-

72, Slawi. 15 November 2017. Jadikan masa lalu sebagai pelajaran untuk

masa yang akan datang.

C. Tema Politik

Tema politik dipentaskan karena Ki Enthus ingin menyampaikan program-

program pemerintah kepada masyarakat, mengkritik para pejabat pemerintahan

yang dianggap ia seenaknya saja kepada rakyat. Menggunakan media wayang dan

diselingi dengan guyonan-guyonan. Seperti mengkritik para pejabat yang korupsi

uang Negara atau uang rakyat, Kasus Pilkada, para pejabat yang seenaknya

sendiri, Bagaimana menjadi pemimpin yang baik, dan lain sebagainya. Di antara

tema-tema lakon:

1. Antara NU dan Muhammadiyah. Pondok Pesantren Nurul Huda, Sragen, 4

Juli 2017. Menyinggung antara dua perbedaan diantara Muhammadiyah dan

Nahlatul Ulama, dari bacaan do‟a qunut, tahlil dan lain-lain. Bahkan

pengikutnya fanatik dan kurang mengenal toleransi.

2. Hanoman Berbaik Hati, 22 Maret 2014, PP Nurul Huda, Plosorejo

Gendong-Sragen.

3. Amukan Sang Hanoman. 14 April 2017.

4. Arjuna Kromo. Rawamangun-Jakarta Timur, 11 Oktober 2014

5. Bima Bangun Negara. Pemenang Pemilu Partai Golkar Wilayah Indonesia I,

Nusron Wahid dan djarot Saiful Hidayat, 01 April 2017

6. Bima Ngaji. Aula Insan Berprestasi Gedung A, Kemendikbud, Senayan-

Jakarta, 02 Desember 2016

7. Bima Wisuda. Pagelaran Balon Gubernur Lampung, Arinal Djunaidi. Desa

Trimodadi, Lampung Utara, 12 Agustus 2017. Seorang pemimpin harusnya

Page 69: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

58

mempunyai sifat yang jujur , adil, dan tulus, serta raja yang tidak mudah

marah.13

8. Bimo Bungkus. Hari ulang tahun SMK PGRI 2 Ponorogo ke-33, 29 April

2017

9. Caleg Gagal. 21 Mei 2017.

10. Cupu Manik Astagina. Sosialisasi calon Gubernur Lampung Arinal

Djunaidi, lapangan Mulyojati 16C, Kota Metro. 07 Juli 2017. Cupu adalah

suatu wadah berbentuk bundar kecil terbuat dari kayu atau logam,

sedangkan manik artinya permata. Dapat memperlihatkan tempat-tempat

didunia tanpa harus mendatanginya.14

11. Dasamuka Gugur. Memperingati hari lahir (Sejit) Dewa Bumi (Hok Tek

Ceng Sin) tiap tanggal 2 bulan Imlek, 01 Maret 2014.

12. Dewa Ruci. Peringatan Hut PDI-P ke 44 di Jakarta Selatan.

13. Gatotkaca Kelana Jaya. Peresmian tahap dua Taman Air Mancur Sri

Baduga, Purwakarta-Jawa Barat, 16 Januari 2016.

14. Goro-Goro Semar Wirid, 26 Februari 2016.

15. Hakekat Wahyu Kembar, 25 Oktober 2014

16. Hewan Perwakilan Rakyat. 05 Agustus 2017

17. Karmo Tandhing. 09 Juni 2015

18. Konvensi Rajamala (Gambaran tentang ilkim politik Indonesia di tahun

2014)

19. Lahire Wisanggeni. 15 September 2015

20. Ma‟rifat Dewa Ruci. Menyambut tahun baru 2017, Kantor Gubernur Jawa

Tengah, 31 Desember 2017. Perjuangan Bima mendapatkan jimat

keutamaan.

21. Menteri Brengsek. 27 Juni 2017. Ketika penguasa salah harus disalahkan,

jangan malah di benarkan tetapi sebenernya salah.

22. Pejabat Asu.17 Juli 2013. Masalah pejabat yang mengkorupsi uang rakyat.

13

http://www.teraslampung.com/sosialisasi-arinal-di-lampura-ki-enthus-pentaskan-lakon-

bimo-wisudo/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2018) 14

https://lampungpro.com/post/5120/malam-ini-ki-enthus-bawakan-lakon-cupu-manik-

astagina-di-mulyojati-metro (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

Page 70: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

59

23. Petruk Dadi Ratu. Haul ke-25 Bapak H. Asmo Prawiro dan Hj. Suriptinah,

Surakarta, 03 oktober 2014. Ini juga merupakan tema pertama kali ketika

Abah menjadi sorang nomor 1 di Kabupaten Tegal. Sosok orang yang

paling bawah, kalau sudah menjadi takdir akan diangkat drajatnya menjadi

pemimpin.

24. Rama Nitis.

25. Semar Gugat. Berisi tentang Amarta yang diguncang prahara bencana banjir

bandang sehingga rakyatnya sangat menderita, sementara para pemimpin

berlaku tidak dil terhadap rakyatnya, dimna agama sebagai alat adu domba,

korupsi merajalela, dan wakil rakyat berfoya-foya. Untuk itulah Semar

menggugat para pemimpin bangsa untuk membantu rakyat, memikirkan

persatuan bangsanya bukan mementingkan kekuasaan, tetapi pikirkanlah

rakyat. Tetapi yang diharapkan Semar ternyata tidak terlaksana karena

ketika Semar menggugat ke Astina, para pejabat justru senang dengan

bencana yang menimpa Amarta, dimana rasa sosialisme memang sudah

tidak ada lagi di Astina, dan memanfaatkan bencana alam untuk

memenangkan kekuasaan.

26. Semar Mbangun Deso. Penutupan Dies Natalis ke-47 Universitas Negeri

Jakarta (UNJ), Gedung Pertemuan Kampus B UNJ, 14 Juni 2011

27. Semar Mbangun Khayangan. Purbalingga, 18 Desember 2016.

28. Sengkuni Sang Provokator. 22 Desember 2013

29. Sugriwa Subali, 08 Agustus 2017.

D. Tema Keagamaan

Wayang Santri dan Ngaji Jijen (Ngaji Orgen) sebenarnya merupakan

wayang Golek. Wayang santri merupakan program Ki Enthus Susmono untuk

melakukan penyiaran agama Islam, wayang santri pertama kali dipentaskan di

Pendopo Ki Enthus Susmono di desa Bengle, kecamatan Talang.15

Dinamakan

wayang santri karena Ki Enthus mengakui bahwa ia bukanlah seorang Kyai,

penceramah, atau ahli agama, karena ilmu yang ia dapatkan masih dangkal

15

Suara Merdeka, 2015, h.29

Page 71: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

60

(sedikit).16

Itulah yang membuat Ki Enthus terbiasa menamakannya dengan

mengaji bersama dan Ki Enthus hanya membantu para Ustadz dan Kyai untuk

menyebarkan agama Islam. Sehingga jika ada kekeliruan atau kesalahan Ki

Enthus siap untuk diluruskan oleh para Ulama yang lebih mengerti agama Islam.17

Cerita-cerita yang digunakan untuk pementasan wayang santri merupakan

cerita tentang keteladanan Nabi Muhammad, dan para pejuang alim Ulama.

Pesan-pesan yang ada di wayang santri merupakan pesan dakwah Islam yaitu

tentang keimanan, bagaimana caranya agar seorang muslim senantiasa

memelihara dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, dengan beramal

sholeh. Tentang syari‟ah, bagaimana ketundukan seorang muslim kepada

Tuhannya, ibadah yang berhubungan langsung dengan sang pencipta dan adanya

rukun Islam, sedangkan muamalah berhubungan langsung dengan kehidupan

sosial masyarakat seperti dalam hal hak warisan, jual beli, sosial, dll. Tentang

akhlak bagaimana menjadi seorang muslim yang baik akhlaknya yaitu dengan

habluminannas.

Inovasi iringan lagu serta kolaborasi musik selain bedug, rebana, bass,

keyboard dan lain sebagainya. Iringan sholawat seperti sholawat Abu Nawas,

Nadhlatul Ulama, Yaumul Asyuro, Kuntulan, Sholawat Fatih. Durasi dalam

pementasan wayang santri berkisar antara 2-4 jam, dan para pangrawitnya pun

tidak seperti pada pementasan wayang kulit.

Dua tokoh sentral dalam pementasan wayang santri adalah Lupit dan

Slenteng. Lupit berasal dari kata Lutfi yang berati lembut, sesuai namanya Lupit

mempunyai sifat lembut, bijaksana, lebih dewasa dan lebih mengayomi.

Sedangkan Slenteng memiliki sifat humoris, arogan akan tetapi dia cerdas. Lupit

digambarkan mempunyai sifat baik sedangkan Slenteng arogan tetapi manusiawi.

Meskipun kedua tokoh tersebut mempunyai sifat berlawanan, keduanya saling

melengkapi, bersatu dan terlihat kompak. Hal ini menandakan bahwa perbedaan

tidaklah menjadikan seseorang untuk saling bermusuhan dan saling berselisih,

16

Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Wawancara Pribadi, Tegal, 27 Desember

2017, pukul 00.30 WIB. 17

Radar Tegal, 18 November 2008

Page 72: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

61

akan tetapi dengan adanya perbedaan menjadikan sebuah rahmat sehingga

keduanya saling melengkapi.18

Selain Lupit dan Slenteng, Ki Enthus juga membuat tokoh-tokoh yang

lainnya, diantaranya adalah : Putri, Sugeng, Kyai Ma‟ruf, Kyai Gusdur, Warja,

Darmo, Supri, Abu Nawas, Wali Songo, Kampala, dll.

Berikut adalah tema-tema wayang santri Ki Enthus, di antaranya adalah:

1. Adam Bali Adam

2. Adam awal adam akhir. Sedekah bumi dan Santunan Yatim Piatu, Kersana-

Brebes

3. Ajaran Sunan Kalijaga

4. Ajaran Wali. Modal utama umat Islamyaitu dengan menyebarkan salam

keselamatan dan menjawab salam, tidak boleh serakah, pesan aqidah

(bersedekah), pesan akhlaq (larang berbuat aklaq mazmumah, akhlaq tercela

5. Anjala Anjali

6. Gamelan Sekaten

7. Gara-Gara Nanggap Sugeng

8. Goro-Goro Nanggap Sugeng

9. Jaka Subur

10. Jaka Mambang

11. Khoirunas Anfauhum Linnas

12. Kyai Kawin.

13. Kungfu TaiChi

14. Kyai Kawin

15. Lupit Belajar Ngaji

16. Lupit Debat

17. Lupit Gragas

18. Lupit Kena Fitnah.

19. Lupit Munggah Haji. Hari jadi Kabupaten Tegal ke-414, Tegal Expo,

Tegal-Jawa Tengah

18

Nur Aviah, Pandangan Dakwah Ki Enthus Susmono dalam Wayang Santri, Sekolah

Tinggi Agama Islam (STAIN) Purwokerto, 2012, h. 25.

Page 73: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

62

20. Lupit Ngaji

21. Lupit Nulungi Putri, Menyambut Tahun Baru Hijriyah, 22 Oktober 2016.

Dihalaman Graha Gusdur-DPP PKB Jakarta Pusat. Slenteng menolong putri

yang Bapaknya terjebak di sumur, kemudian akhirnya Sleteng menikah

dengan putri.

22. Lupit Perang

23. Lupit Seneng Tetulung. HUT Kota Pekalongan ke-110, 1 April, didalam

pementasan ini isinya adalah jangan durhaka terhadap orang tua dan guru,

dan menjadi siswa juga harus mengingat pentingnya disiplin, selalu rapih

berbusana.19

24. Mabuk Ciu

25. Matine Syeh Siti Jenar

26. Murid Murtad

27. Pendowo Mbangun Negoro.

28. Pencak Silat

29. Rebutan Kotak Pandora.

30. Samson Delila

31. Sang Pencerah

32. Santri Suci.

33. Saridin Jadi Hakim

34. Sayidin Si Macam Gembong

35. Semar Boyong. Halal bi halal, 08 April 2015

36. Sekar Wijaya Kusuma. Kemangkon-Purbalingga, 03 November 2017

37. Sindang Mulya. Malam tasyakuran berdirinya BUMDES, Margasari-Tegal,

22 Desember 2016

38. Slenteng di Gencet Kotak

39. Slenteng Kembar Empat

40. Sorban Mayan Rosul

19

http://www.nu.or.id/post/read/85907/dalang-enthus-tanamkan-karakter-lewat-

pementasan-wayang-santri (diakses pada tanggal 10 Februari 2018)

Page 74: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

63

41. Sunate Abu Nawas, Pelantikan PCNU Masa Khidmat 2013-2018, Alun-

Alun Tegal, 11 Juni 2013. Membahas tentang Muhammadiyah dan Nahlatul

Ulama, sholat, puasa, tentang nanti diakhirat ditanya oleh malaikat

Mungkar-Nakir.

42. Wayang Santri, Pidato Kebudayaan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan

menyambut Hari Santri Nasional 14 Oktober 2015, didalam cerita tersebut.

Ki Enthus mengkritik masalah-masalah yang tengah dihadapi Indonesia,

seperti masalah asap yang melanda pulau Sumatra dan Kalimantan, masalah

tinnginya dollar, masalah pesebakbolaan Indonesia, bahkan juga menyindir

masalah perbedaan Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Bahkan didalam

pementasan ini Ki Enthus memunculkan Presiden Jokowi-Jusuf Kalla,

Susilo Bambang Yudhoyono, dan Barack Obama.20

Pagelaran wayang pun tidak pernah lepas dengan hadirnya seorang sinden

dan pemegang alat musik, karena mereka semua seperti sudah menjadi satu

kesatuan yang melengkapi satu sama lain, ini adalah orang-orang yang bergabung

dalam Sanggar Satria Laras, di antaranya:21

1. Sugeng bertugas sebagai : pemain alat musik penyimping dan bedug

2. Cipto bertugas sebagai : wiraswara

3. Fetty bertugas sebagai : wiraswara

4. Pur bertugas sebagai : wiraswara

5. Gunarti bertugas sebagai : wiraswara

6. Suci bertugas sebagai : wiraswara

7. Desi bertugas sebagai : wiraswara

8. Yanto bertugas sebagai : pemain alat musik demung 1

9. Lian bertugas sebagai : pemain alat musik demung 2

10. Nardi bertugas sebagai : pemain alat musik saron 1

11. Warsito bertugas sebagai : pemain alat musik saron 2

12. Eko bertugas sebagai : pemain alat musik kethuk

20

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/10/15/nw8rli346-kritik-

banyolan-wayang-santri-ki-enthus (diakses pada tanggal 11 Januari 2018) 21

Wawancara pribadi dengan Mas Haryo Susilo, (Anak Kedua Ki Enthus Susmono), Tegal,

10 Februari 2018, pukul 20.00 WIB.

Page 75: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

64

13. Anom bertugas sebagai : pemain alat musik kenong/ boning

14. Giano bertugas sebagai : pemain alat musik gong

15. Bintoro bertugas sebagai : pemain alat musik biola

16. Kris bertugas sebagai : pemain alat musik keyboard

17. Rohim bertugas sebagai : operator sound

18. Yusuf bertugas sebagai : pemain alat musik tamborin

Sanggar Satria Laras lahir ketika tahun 90-an, dimana sebelumnya keadaan

musik Tegalan mengalami kemunduran, sehingga munculnya krisis ekonomi, dan

penyuka lagu-lagu pun sudah di masuki lagu-lagu barat. Kemudian Ki Enthus

Susmono berani menciptakan album bergenre campursari dengan lirik bahasa

Tegal yang berjudul “Topeng Monyet”, Ki Enthus menggabungkan antara musik

reggae, rock, dangdut dan jaipong, sehingga musik Tegal pun bangkit kembali dan

mengalami kemajuan.22

Gamelan musik Jawa merupakan pendukung dalam pagelaran wayang kulit

maupun wayang golek, orkes gamelan menampilkan ketelinga yang

menggambarkan tentang kehidupan batin. Gamelan merupakan orkes tabuh,

biasanya jika digunakan di Kraton ada sekitar 50 alat musik yang dimainkan,

namun di pewayangan biasa hanya sekitar 12 orang saja, pemain gamelan

biasanya kalangan laki-laki.23

Pada umumnya alat musik yang digunakan pada pagelaran wayang golek

adalah, rebab, kendang, serulingnya khusus Sunda, Kecapi Sunda. Sedangkan jika

pagelaran wayang kulit memang komplit hanya ada tambahan timpani, wayangan

yang digunakan pun lebih banyak.24

Alat musik yang digunakan biasanya ada

saron, semacam gambang logam yang salah satu dari ketujuh nadanya dipukul

sekali pada saatnya dengan pemukul dari kayu kemudian dipegang segera untuk

menghindarkan nada tambahan. Serangkaian gong (gong gede, kenong, kempul

dan ketuk merupakan yang paling penting, yang pertama merupakan yang paling

22

Wawancara pribadi dengan Suci, (Sinden Satria Laras), Yogyakarta, 27 Desember 2017,

pukul 04.50 WIB. 23

Observasi langsung 20-30 Desember 2017 24

Wawancara Pribadi dengan Hatmanto, (Pemain Kendang Satria Laras), Tegal, 10

Februari 2018, pukul 20.30 WIB

Page 76: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

65

besar yang terakhir yang kecil) memberikan tanda berpisah pada musik itu.

Xylophon, kendang, dll. Antara wayang dan gamelan memang melengkapi, ada

tiga pembagian besar dalam wayang yang disebut diatas priode pembukaan

sampai tengah malam, periode komplikasi sampai pukul tiga, dan bagian akhir

sampai dini hari.25

Tidak lupa dengan hadirnya seorang sinden untuk mengiringi pementasan

wayang, dengan tembang-tembang Jawa untuk membuat pertunjukan semakin

hidup. Tidak ada syarat-syarat khusus untuk menjadi pesinden, yang terpenting

adalah pesinden Jawa itu tetap mempunyai etika dan kualitas harus bisa dulu

gending-gending Jawa untuk iringan wayang, terus juga harus bisa membaca

notasi karawitan itu kunci utamanya.26

Yang membedakan tema-tema lakon

wayangnya adalah ketika lakon ceritanya tentang Nasionalisme, maka harus di

selingi dengan lagu-lagu Nasionalis seperti 17 Agustus, Maju Tak Gentar, dll.

Begitupun jika ekonomi seperti pada tanggal 15 Desember 2017 diundang oleh

Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi, maka Ki Enthus membuat lagu tentang

ikan dengan tema lakon pendawa layar.27

25

Clifford Geertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa (Jakarta : Pustaka

Jawa, 1983), h. 353. 26

Wawancara Pribadi dengan Enthus Susmono, (Dalang Kabupaten Tegal), Tegal, 27

Desember 2017, pukul 00.30 WIB. 27

Wawancara Pribadi dengan Suci, (Sinden Satria Laras), Yogyakarta, 27 Desember 2017,

pukul 04.50 WIB.

Page 77: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

66

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tema-tema lakon

pewayangan Ki Enthus sangat beragam. Bukan hanya tema yang berkaitan dengan

Mahabarata dan Ramayan, ia menginovasi pagelarannya, sehingga membuat

penonton tidak bosan. Pagelaran wayang kulit durasinya lebih lama dibandingkan

dengan wayang golek / wayang santri. Masyarakat Kabupaten Tegal lebih

menyukai pagelaran wayang golek / wayang santri, tetapi jika Ki Enthus mengisi

acara diluar Kabupaten Tegal, ia menggunakan wayang kulit.

Tema-tema lakon Ki Enthus Susmono tidak hanya tentang Jamus

Kalimasada, Semar Bangun Kayangan, dll. Dan lakonnya pun tidak hanya Petruk,

Bagong, Semar, Gareng, atau Pandawa Lima. Ia memodifikasi tema-tema

wayangnya, sehingga setiap pagelaran Ki Enthus selalu ditunggu pementasannya.

Ki Enthus memodifikasi dengan mementaskan menggunakan bahasa keseharian

agar mudah diterima oleh masyarakat.

Tema-tema lakon Ki Enthus berbicara tentang tema Nasionalisme, dimana

setiap kali pementasan ia menceritakan bagaimana dulu bangsa Indonesia dijajah

oleh Belanda, tentang pentingnya Pancasila yang merupakan dasar Negara

Indonesia. Tema politik pun ia masukan kedalam pagelarannya untuk mengkritik

para pejabat tinggi, mengenai penggelapan uang (korupsi), dll. Serta tema agama

yang berbica tentang masalah keseharian, kenabian, berpesan dakwah Islam

keimanan, ketauhidan, syariah.

B. Saran

Penulis menyadari kekurangan atas penulisan skripsi ini, maka untuk

penulis selanjutnya:

1. Karena penelitian ini hanya mengkaji tema-tema lakon dalang Ki Enthus

Susmono, mana yang termasuk lakon Nasionalis, serta politik dan lakon

keagamaann. Demikian hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

Page 78: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

67

acuan untuk penelitian lain, dengan mengambil salah satu lakon yang Ki

Enthus pagelarkan.

2. Pertunjukan wayang golek dan wayang kulit yang disajikan oleh Ki Enthus

Susmono diharapkan tidak hanya untuk sebagai hiburan dan tontonan saja,

melainkan juga sebagai media dakwah Islam untuk menyampaikan nilai-

nilai keIslaman dengan menggunakan wayang.

3. Kita wajib melestarikan budaya Jawa, khususnya kesenian wayang, agar

kebudayaan ini tidak punah dimakan oleh zaman, dan sebagai generasi

penerus kita wajib menjaga dan mengetahui tentang pertunjukan wayang.

Page 79: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

68

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Aizid, Rizem. Atlas Tokoh-Tokoh Wayang. Yogyakarta: Diva Press, 2012.

Albiladiyah, S. Ilmi, dkk. Tegal dalam Lintas Sejarah, Yogyakarta: Balai

Pelestarian Nilai Budaya, 2013.

Amir, Hazim. Nilai-Nilai Etis dalam Wayang. Jakarta: Pustaka Sinar Jaya, 1994.

Anderson, Benedict R.O‟G. Mitologi dan Toleransi Orang Jawa. Yogyakarta:

Mata Bangsa, 2008.

Arif, Syaiful. Refilosofi Kebudayaan Pascastruktural, Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media, 2010.

Azra, Azumardi. Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal. Bandung: Mizan,

2002.

Bastomi, Suwadji. Nilai-Nilai Seni Pewayangan. Semarang: Dahara Press, 1993.

Beatty, Andrew. Varities Og Javanese Religion. Diterjemahkan oleh Achmad

Fedyani Saefuddin Variasi Agama di Jawa: Suatu Pendekatan Antropologi.

Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001.

Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:

Pustaka Jawa, 1983.

Gunarjo, Nursodik, ed. Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam

Diseminasi Informasi. Jakarta Barat: UEU- University Press, 2013.

Guritno, Pandam Wayang Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: UI-

Press, 1988.

Hamam, Rochani Ahmad..Ki Gede Sebayu Babad Negeri Tegal. Tegal:

Intermedia Paramadina bekerjasama dengan Pemerintahan Kabupaten

Tegal, 2005.

Ismunandar, R.M. Wayang Asal Usul dan Jenisnya. Jakarta: Effhar dan Dahara

Prize, 1992.

Kartodirdjo, Sartono. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I. Jakarta: Erlangga, 1981.

Kustomo, Andi Suriali. Kabupaten Tegal Pesona Alam, Wisata, Industri, dan

Perdagangan. Tegal: Media Post, 2005.

Page 80: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

69

_____ . Jejak Kota Tegal (1999-2009). Tegal: Bagian Humas dan Protokol Kota

Tegal, 2010.

Lisbijanto, Herry. Wayang. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.

Moloeng, J. Lexy. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya, 2000.

Mulyono, Sri. Wayang : Asal- usul. Filsafat, dan Masa Depannya. Jakarta: PT.

Gunung Agung, 1982.

Mundiri, Sofwan Ridin. Islamisasi di Jawa: Walisongo Penyebar Islam di Jawa

menurut penuturan Babad. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004.

Murtiyoso, Bambang. Faktor-faktor Pendukung Popularitas Dalang. Yogyakarta:

Tesis UGM, 1996.

_____. Seni Pertunjukan Pewayangan. Surakarta: Citra Etnika, 2004.

Proclaims, Hereby. Wayang Puppet Theatre. Paris: a Masterpiece of the Oral and

Intangible Heriage of humanity, 2008.

Raffles, Thomas Stamford. The History Of Java Volume 2 Chapter VI. Kuala

Lumpur: Oxford University Press, 1978. Diterjemahkan oleh John Bastin

tahun 1988.

Rif‟an, Ali, ed. Buku Pintar Wayang. Yogyakarta: Garai lmu, 2010.

Saksono, Widji. MengIslamkan Tanah Jawa: Telaah Atas Metode Dakwah

Walisanga. Bandung : Mizan, 1995.

Sedyawati, Edy. Ensiklopedi Wayang Indonesia Jilid I, Volume I. Sekretaris

Nasional Pewayangan Indonesia: Sena Wangi, 1999.

Sholikhin, Muhammad. Ritual dan Tradisi Islam. Yogyakarta: Narasi, 2010.

Soelarto, dkk., Album Wayang Beber Pacitan dan Yogyakarta. Jakarta:

Depdikbud Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Media Budaya, 1984

Soekatno, BA. Wayang Kulit Purwa. Semarang: Aneka Ilmu, 2005.

Sopiah, Kesenian Tradisional Tari Topeng Gaya Tegal Selayang Pandang. 2007

(tidak diterbitkan).

Suharyono, Bagyo. Wayang Beber Wonosari. Depok: Bina Citra Pustaka, 2005.

Sujamto, Refleksi Budaya Jawa. Semarang: Dahara Prize, 1997.

_____ . Wayang dan Budaya Jawa. Semarang: Effhar dan Dahara Prize,1992.

Page 81: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

70

Sumitarsih, dkk. Wayang Topeng sebagai Wahana Pewarisan Nilai. Jakarta:

Kementrian Pendidikan Kebudayaan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai

Tradisional, 2000.

Sunarto, Seni Gatra Wayang Kulit Purwa. Semarang: Dahara Prize, 1997.

Tulung, Freddy H. Wayang sebagai Media Komunikasi Tradisional dalam

Diseminasi Informasi. Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informatika RI

Direktorat Jendral Informasi dan Komunikasi Publik, 2011.

Wuninggar, dkk. Seni Kentrung Khas Tegal. Tegal: Yayasan Tadulakota : 2013.

_____. Tari Topeng Khas Tegal. Tegal : Yayasan Tadulakota: 2013.

_____. Wayang Tutus Khas Tegal. Tegal : Yayasan Tadulakota: 2013.

Zarkasy, Effendi. Unsur-unsur Islam dalam Pewayangan. Bandung: Al-Ma‟arif,

1983.

Zharif, Bakar M. N, Mengenal Budaya Nusantara. Bandung: Usaha Jaya Pratama,

2012.

Jurnal:

Mukti, Muhammad. “Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon Ruwatan

Rajamala”. Jurnal Imaji, Vol 4, No.1, Februari 2006.

_____. “Wayang Dalam Konteks Budaya”, Jurnal Imaji, Vol 4, No.1, Februari

2006.

Purwadi, “Kejawen”, Jurnal Kebudayaan, Universitas Negeri Yogyakarta,

Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah. September, 2005.

Sunardi, dkk. “Pertunjukan Wayang Babad Nusantara : Wahana Pengajaran Nilai

Kebangsaan Bagi Generasi Muda”. Jurnal Panggung, Vol. 26 No. 2,

Skripsi:

Aviah, Nur. “Pandangan Dakwah Ki Enthus Susmono dalam Wayang Santri.”

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Purwokerto, 2012.

Irawan, Dedy. “Hubungan Antara Etnisitas, Status Sosial, Ekonomi dan Religiutas

dengan Prespektif Terhadap Tradisi Nadran.” Skripsi S1 Fakultas Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2016.

Latifah, Nur. “Inovasi Ki Enthus Susmono dalam Pertunjukan Wayang Kulit

Lakon Sesaji Rajasuyo.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan Ilmu Budaya,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2014.

Yulianto, Budiman. “Teknik Penyampaian Pesan Dakwah Dalam Video

Pementasan Wayang Santri Lakon Murid Murtad Dalang KI Enthus

Page 82: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

71

Susmono.” Skripsi S1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama

Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2013.

Sumber Elektronik:

Suara Merdeka, 2015

Radar Tegal, 18 November 2008

www.balaibahasajateng.web.id>home (diakses pada tanggal 05 Juli 2017

https://daerah.sindonews.com/read/1216261/29/mbah-panggung-dan-syiar-islam-

di-tegal-1498212008 (diakses pada tanggal 18 Januari 2018, pukul 14.00)

http://www.tegalkab.go.id/page.php?id=5 (diakses pada tanggal 31 April 2017,

Pukul 14.30 WIB)

http://www.wayang.wordpress.com/2010/03/06/ki-enthus-soesmono/dewa

(diakses pada tanggal 05 Agustus 2017, Pukul 20.00 WIB)

http://dalangenthus.id/berita/298-ki-enthus-susmono-kreativitas-tiada-henti

(diakses pada tanggal 05 September 2017)

http://dalangenthus.id/berita/298-ki-enthus-susmono-kreativitas-tiada-henti

(diakses pada tanggal 05 September 2017)

http://www.wayang.wordpress.com/2010/03/06/ki-enthus-soesmono/dewa

(diakses pada tanggal 14 November 2017)

http://panturapost.com/daerah/2-16/10/31/perkenalkan-inilah-ki-bonggol-

gurunya-dalang-kondang-ki-enthus-susmono/ (diakses pada tanggal 01

September 2017)

http://amp.kompas.com/megapolitan/read/2009/02/27/11150324/~Oase~Padamu

%20Negeri (diakses pada tanggal 05 September 2017)

http://jateng.tribunnews.com/2016/10/26/ini-wayang-yang-sempat-dibuat-ki-

enthus-susmono-di-penjara (diakses pada tanggal 14 Juli 2017)

http://dalangenthus.id/berita/295-reportase-pameran-wayang-superstar-the-

theatre-world-of-ki-enthus-susmono (diakases pada tanggal 30 Juli 2017)

https://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-

modern_55005de38133117c1bfa76d6 (diakses pada tanggal 19 Juli 2017,

pukul 21.00)

https://www.kaskus.co.id/thread/5735802ec1cb1713138b456c/mengenal-lebih-

dekat-dalang-wayang-ki-enthus-susmono/ (diakses pada 19 Juli 2017)

http://www.tegalkab.go.id/news.php?id=1742&page=200 (diakses pada 19 Juli

2017)

Page 83: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

72

http://infotegal.com (diakses pada tanggal 15 November 2017)

http://www.dalangenthus.com/ (diakses pada tanggal 15 Agustus 2017)

http://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-

modern_55005de38133117c1bfa76d6 (diakses pada tanggal 13 Agustus

2017, Pukul 14.00 WIB)

http://www.kompasiana.com/sumarno/dalang-

modern_55005de38133117c1bfa76d6 (diakses pada tanggal 13 Agustus

2017, Pukul 14.00 WIB)

http://dalangenthus.id/berita/297-ki-enthus-susmono-dirikan-umah-wayang

(diakses pada tanggal 05 September 2017)

http://docplayer.info/68189472-Seni-pertunjukan-berbasis-kearifan-lokal.html

(diakses pada tanggal 10 September 2017, pukul 08.00)

http://www.tempokini.com/2014/09/kenalilah-wayang-maka-anda-akan-

mencintai-nya/ (diakses pada tanggal 16 Mei 2017)

Maskot Baru Lupit-Slenteng https://www.kompasiana.com (diakses pada tanggal

15 Desember 2017)

http://daerahsindonews.com (diakses pada tanggal 16 Mei 2017)

http://wayang-ki-enthus-wayang-spektakuler (diakses pada tanggal 10 Oktober

2017)

http://infotegal.com (diakses pada tanggal 15 Juli 2017

http://dalangenthus.id/berita/295-reportase-pameran-wayang-superstar-the-

theatre-world-of-ki-enthus-susmono (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

http://krjogya.com/web/news/read/13895/ki_enthus_gelar_pameram_wayang

(diakses pada tanggal 17 November 2017)

http://rakyatindependen.com/festival-wayang-kulit-2017-di-purwosari-dihadiri-

wagub-jatim-h-saifullah--yusuf/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

http://wartakota.tribunnews.com/2017/2/07/jangan-lupa-ulang-tahun-bogasari-

ada-gelar-wayangan-di-tanjung-priuk (diakses pada tanggal 11 Januari

2018)

http://www.teraslampung.com/sosialisasi-arinal-di-lampura-ki-enthus-pentaskan-

lakon-bimo-wisudo/ (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

https://lampungpro.com/post/5120/malam-ini-ki-enthus-bawakan-lakon-cupu-

manik-astagina-di-mulyojati-metro (diakses pada tanggal 11 Januari 2018)

Page 84: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

73

http://www.nu.or.id/post/read/85907/dalang-enthus-tanamkan-karakter-lewat-

pementasan-wayang-santri (diakses pada tanggal 10 Februari 2018)

http://m.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/15/10/15/nw8rli346-

kritik-banyolan-wayang-santri-ki-enthus (diakses pada tanggal 11 Januari

2018)

https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_beber (diakses pada tanggal 13 Maret 2018,

pukul 08.00 WIB)

https://id.wikipedia.org/wiki/Wayang_klithik (diakses pada tanggal 13 Maret

2018, pukul 08.00 WIB)

Wawancara:

Wawancara Pribadi dengan Bambang, Banser Nadhlatul Ulama (Penjaga

Glosarium Wayang). Tegal, 20 Juli 2017.

Wawancara Pribadi dengan Firman Haryo Susilo, Anak Kedua Ki Enthus

Susmono. Tegal, 10 Februari 2018

Wawancara Pribadi dengan Hatmanto, Penabuh Kendang Satria Laras. Tegal, 10

Februari 2018.

Wawancara Pribadi dengan Ki Enthus Susmono, Dalang Kabupaten Tegal. Tegal,

27 Desember 2017.

Wawancara Pribadi dengan Ki Enthus Susmono, Dalang Kabupaten Tegal.

Yogyakarta, 30 Desember 2017.

Wawancara Pribadi dengan Suci Ofita Dewi, Sinden Satria Laras. Yogyakarta, 30

Desember 2017, Pukul 04.50 WIB

Page 85: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 86: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

75

DOKUMENTASI

Gambar 1 : Lukisan kedua orang tua

Ki Enthus

Gambar 2 : Pagelaran Ki Enthus

Susmono dan Ki Manteb Soedarsono

Gambar 3 : Ki Enthus Susmono

dengan Bapak Dahlan Iskan

Gambar 4 : Ki Enthus sedang

menggambar lakon

Gambar 5 : Ki Enthus dengan Bapak

Said Aqil

Gambar 6 : Ki Enthus sedang

bertanya kepada tokoh agama

Page 87: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

76

Gambar 7 : Wayang kulit Teletubis Gambar 8 : Wayang kulit

punakawan (Bagong, Petruk, Semar

dan Gareng )

Gambaar 9 : Wayang kulit walisanga Gambar 10 : wayang kulit pandawa

lima

Gambar 11 : Wayang kulit Syeh Siti

Jenar dan Sunan Kalijaga

Gambar 12 : Wayang kulit alien

Page 88: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

77

Gambar 13 : Wayang golek Upin dan

Ipin

Gambar 14 : Wayang golek rama

Rama dan Sinta

Gambar 15 : Proses pembuatan

Wayang kulit

Gambar 16 : Proses pembuatan

wayang golek

Gambar 17 : Wayang golek

peninggalan ayah Ki Enthus

Gambar 18 : Wayang golek udud

dulu

Page 89: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

78

Gambar 19 : Pagelaran wayang kulit

di Ponjong, Gunung Kidul

Gambar 20 : Pagelaran wayang golek

di Dukuhturi, Tegal

Gambar 21 : Pagelaran wayang

santri di Mejasem Timur, Tegal (

Maulid Nabi Muhammad SAW)

Gambar 22 : Buku pagelaran Ki

Enthus

Gambar 23 : Gladiresik pagelaran

wayang kulit

Gambar 24 : Salah satu niyaga

(penabuh gamelan)

Page 90: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

79

Gambar 25 : Tampak depan

Glosarium Rumah Wayang

Gambar 26 : Salah satu tembang

Jawa yang dinyanyikan Sinden

Gambar 27 : Piagam penghargaan Ki

Enthus, dalang pesisiran

Gambar 28 : Penghargaan Ki

Enthus di Museum Trophen

Belanda

Gambar 29 : Gunungan Ki Enthus Gambar 30 : salah satu tulisan yang

mengangkat pagelaran Ki enthus

Page 91: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

80

Gambar 37 : wayang kulit Tom and

Jerry

Gambar 38 : wayang kulit cerita

cupu manik antagina

Gambar 39 : wayang golek Bapak

Basuki dan Bapak Djarot

Gambar 40 : wayang politik

Gambar 41 : Wayang golek raksasa

Lupit dan Slenteng

Gambar 42 : Senjata-senjata

pagelaran wayang kulit

Page 92: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

81

Gambar 43 : Miniatur

pertunjukan wayang kulit

Gambar 44 : Wayang kertas Gatut

Kaca dan Anoman

Gambar 45 : Wayang pring

(bamboo)

Gambar 46 : Wayang klitik terbuat dari

kayu dan pipih

Gambar 47 : Wayang kulit dalam

perang Baratayudha

Gambar 48 : Wayang beber kreasi Ki

Enthus

Page 93: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

82

Ki Enthus Susmono dengan penulis Penulis dengan Sinden Mba Suci dan

Mba Nova

Ki Enthus Susmono dengan Bapak

Presiden Joko Widodo

Glosarium Wayang KI Enthus

Susmono

Musholla Abu Nawas yang berada di

Rumah Wayang

Ki Enthus Susmono dengan Habib

Syech

Page 94: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

83

TRANSKRIP WAWANCARA

Wawancara 1

Narasumber : Abah Enthus Susmono

Tanggal : 27 Desember 2017

Tempat : Didalam mobil perjalanan ke Rumah Wayang Bengle

Pukul : 00.30

Penulis : Bagaimana cara Abah memodifikasi tema-tema wayang kedalam

dakwah Islam ?

Narasumber : Yang pertama kali saya belajar agama dulu, saya sebagai santri,

belajar kepada Kyai, kepada Ustadz. Kemudian saya, saya ee cari tema-tema

wayang yang mirip kejadiannya terutama dalam ayat-ayat tentang cerita, cerita

dongeng kan peni riwayatul anbiya, dan sebagainya. Maka saya, abah kemudian

memodifikasi dan mengkaji tentang masalah itu, dari mulai bahasa Arabnya harus

mulai dijawab, maka kalau pun ada dan dibuat semacam kaya adegan ataupun

kaya dramatik tentang masalah ee pesan dan kesan Islam. Jadi bukan dakwah

nggeh, jadi adalah saya hanya menyampaikan kisi-kisi Islam saja, karena saya

masih santri bukan kyai

Penulis : Abah mempelajari dunia perwayangan dari mana ?

Narasumber : Saya belajar dari Bapak saya, Kakek saya, juga saya dengan

beberapa dalang-dalang yang senior di tanah Jawa ini

Penulis : Menurut Abah sejarah wayang itu seperti apa ?

Narasumber : Wayang itu kan, sejarahnya itu kan sama seperti botol kosong

yah, mau diisi apa sebenarnya didalamnya, botol kosong itu bersih, maka kesenian

wayang itu sifatnya bersih, cuman tinggal yang akan mengisi itu akan di isi

dengan apa ? kalau Abah, Pak Enthus itu, wayang itu akan diisi dengan adanya

orang yang gemar wayang, maka diingatkan dalam bidang tentang masalah

hukum-hukum Islam sampai tahu dan pelan-pelan, tidak memaksa

Page 95: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

84

Penulis : Apa makna wayang itu sendiri menurut Abah?

Narasumber : Yaaa,, wayang itu kan gambaran, jadi gambaran seperti tadi ya,

yang ngomong Lupit dan Slenteng loh, maka tidak ada orang yang tersinggung,

tidak orang, emmm rohnya dakwah itu kan berarti merangkul, berbuat baik.

Pantangannya dakwah itu adalah kalau sampe menyakiti hati orang yang sedang

diajak untuk berfikir tentang Islam, itu makannya namanya gagal dakwah,

makannya abah menggunakan wayang

Penulis : Apakah abah anak dari seorang dalang ? atau disini merupakan

kampung dalang ?

Narasumber : Iya, bukan memang saya merupakan keturunan dalang , saya

keturunan ke tujuh dari kakek moyang saya

Penulis : Tema-tema apa saja yang menjadi bahan pentas berdakwah

Abah?

Narasumber : Sekali lagi tema-tema itu adalah tema-tema yang bersifat

keseharian, tema-tema tentang masalah kenabian, terus kemudian ada adegan,

yang kemudian adegan itu tidak sesuai dengan kisi-kisi Islam maka ada tokoh

yang untuk menjelaskan. Ini sebenarnya begini, maka ini sebenarnya, dengan cara

tersirat, karena ini dalam pertunjukan wayang

Penulis : Adakah nama-nama tokoh yang dimunculkan dalam pentas

wayang diluar tokoh yang semestinya ?

Narasumber : Banyak, banyak sekali. Terutama di wayang santri, itu Abah

menciptakan di luar tokoh-tokoh wayang, disamping juga ada tokoh legendaris

dari kakek abah itu, Lupit dengan Slenteng

Penulis : Apa yang melatar belakangi abah terjun kedunia pewayangan ?

Narasumber : Sejak abah kelas 2 SMA itu, bapak abahnya ini meninggal dunia,

padahal bapaknya Abah Enthus itu adalah merupakan satu-satunya yang bisa

Page 96: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

85

mencari nafkah dikeluarga. (Ini masuk yah rekamannya ? Masuk abah). Maka

mau tidak mau, maka saya dengan kepandaian yang waktu itu sangat terbatas

masih sangat sederhana, saya berusaha untuk berjuang melalui dunia pewayangan,

untuk memenuhi kebutuhan keluarga

Penulis : Apa dan bagaimana tema-tema wayang kulit dipentaskan ?

Narasumber : Ya,,, tema-tema ya ada semacam Gatot Koco bangun gapuro,

gapuro itu kan asal katanya dari bahasa Arab Ghofuru, jadi ya itu di terjemahin,

ya kalau orang Jawa itu kan tidak bisa ngomong „ain, ngomongnya pakainya

„ngain, karena punyanya huruf Jawa. Kita sesuaikan itu, saya juga mengkaji dari

ustadz, dari para Kyai, Habaib, saya juga belajar

Penulis : Siapakah tokoh-tokoh di sekitar Abah yang berperan penting

hingga sekarang?

Narasumber : Ya, para Kyai, para cendekia-cendekia, para semuanya sajalah.

Saya menimba ilmu dari semua unsur disiplin ilmu yang ada, kemudian saya

unggah ke wayang, kemudian saya kolaborasikan, kemudian saya informasikan,

saya redufain, saya definisikan kembali maka terjadilah ada unsur pesan Islam

yang ada di wayangnya abah itu.

Penulis : Apa saja perbedaan wayang kulit dan wayang golek ?

Narasumber : Ya,, Cuma hanya wahananya saja yang beda, ada orang yang suka

dengan wayang kulit, ada suka wayang golek. Saya melalui wayang kulit itu

dakwah Islam, ada yang tidak suka dengan wayang kulit dengan beberapa alasan,

saya gunakan dengan wayang golek, atau wayang santri, atau wayang yang saya

lakukan itu ngaji budaya tetap membawa boneka wayang.

Penulis : Bagaimana cara abah melestarikan kesenian wayang ?

Narasumber : Yaa,, kesenian wayang itu yang terutama adalah prinsip abah

itukan siapa yang akan menikmati wayang 20 tahun yang akan datang ? itulah

yang paling, paling banyak saya garap, makannya kalau pementasan wayang abah

Page 97: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

86

itu kebanyakan anak-anak muda, berarti bahasa wayang itu pun harus mengalami

perubahan, yang pentingkan subtansinya kan sampai, pesannya sampai, maka

bahasalah yang kemudian sering saya rubah menjadi bahasa-bahasa yang

sederhana. Dari misalkan bahasa kawi yang orang-orang sudah enggak tahu

maknanya, dipilih bahasa Jawa yang paling sederhana bahkan yang paling didapat

dalam kehidupan keseharian

Penulis : Pengalaman keagamaan apa saja yang menjadi acuan abah untuk

menjadi seorang dalang ?

Narasumber : Pengalaman keagamaan Abah, sementara ini abah lebih suka

merasa santri, dimana saya masih belum cukup ilmu untuk bisa mematenkan,

ataupun bisa mengutarakan beberapa pesan-pesan Islam. Maka saya harus tetap

ngaji, saya harus banyak belajar Qur‟an, Hadits, terus kemudian kitab-kitab

meskipun dengan sangat sederhana

Penulis : (Suara batuk) Gaya pakeliran mana yang menjadi acuan abah

untuk mendalang?

Narasumber : Semua gaya pakeliran saya bisa, tapi yang sekarang saya lakukan

lewat gaya pekliran cara Enthus-an, saya bikin gaya pakeliran sendiri

Penulis : Bagaimana cerita awal mula yang tadinya abah adalah dalang

wayang kulit kemudian ke wayang golek ?

Narasumber : Terbalik, saya itu jadi dalang wayang golek dulu, memang bapak

saya itu dalang wayang golek juga wayang kulit. Jadi kalau dasarnya abah

wayang golek, kemudian wayang kulit

Penulis : Dalam sebulan berapa kali abah pentas dan dimana saja ?

Narasumber : Tidak mesti, tidak mesti, tapi dengan segala kesederhanaan kalau

misalkan satu bulan ada dua saja sudah bisa cukup untuk makan, juga sudah

cukup untuk teman-teman pekerja-pekerja seni yang mendukung abah seperti

sinden, dan sebagainya

Page 98: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

87

Penulis : Bagaimana cara abah membagi waktu antara menjadi dalang dan

menjadi seorang Pak Bupati ?

Narasumber : Ya begini, saya akan membagi waktu dan saya mengurangi

waktu-waktu yang kira-kira tidak berguna, seperti malam ini yang tadi kan

menemui tamu lalu saya menggarap boneka-boneka wayang, menggambar, lalu

sisanya saya tidur sebentar, lalu melakukan pengajian nanti melek sampai subuh

lagi, habis subuh baru tidur setengah sembilan baru berangkat ngantor. Dikantor

kan ada waktu istirahat satu jam saya gunakan untuk istirahat

Penulis : Wayang kulit apa saja yang menjadi seni pentas masyarakat di

Tegal ?

Narasumber : Ehm,, masyarakat Tegal kebanyakan sukanya wayang golek yah,

bukan wayang kulit.

Penulis : Abah membuat wayang sendiri, atau ada orang lain, dan berapa

lama waktu pengerjaannya ?

Narasumber : Kalau lama pengerjaaan ukurannya lamanya itu bukan masalah,

jadi pengerjaannya harus bagus. Menurut abah itu membuatnya dengan

menikmatinya itu lebih lama menikmatinya, membuat wayang misalkan dua

bulan, menikmatinya bisa berpuluh-puluh tahun, bahkan ratusan tahun

Penulis : Apakah abah aktif dalam PEPADI dan LESBUMI ?

Narasumber : Yaa, dulu saya ketua di PEPADI, dan di LESBUMI saya masih

menduduki sebagai wakil ketua LESBUMI, saya anak buahnya Pak Agus Suyoto.

Penulis : Bagaimana awal mula terbentuknya sanggar satria laras?

Narasumber : Yaa, sanggar satria laras kemudian karena menjelang kebanyakan

laku, kemudian saya harus menjual kesenian, menjual prodak seni ini maka saya

untuk membentuk ee apa namanya sebuah sanggar, tempat untuk latihan terutama,

tempat untuk berproses, tempat untuk mencari ide, tempat ngumpulnya teman-

teman, maka disitulah ada kaya semacam sanggar satria laras

Page 99: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

88

Penulis : Apakah ada orang lain yang berperan penting dalam berdirinya

sanggar satria laras?

Narasumber : Banyak, banyak yang khusus untuk administrasi pembukuan juga

ada disiplin menabung, disiplin ee apa namanya, disiplin ada semacam kaya

komunitas baru, disiplin untuk nyambangi yang sakit, membantu yang perlu ada

bantuan dari hasil berkesenian, disiplin sosial, masalah agama juga diambil dari

berkesenian

Page 100: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

89

Wawancara 2

Narasumber : Abah Enthus Susmono

Tanggal : 30 Desember 2017

Tempat : Didalam mobil perjalanan ke Pondok Pesantren Ora Aji

Sleman

Pukul : 06.30

Penulis : Siapa nama lengkap dan gelar Abah ?

Narasumber : Nama saya ? Gelarnya Ki, nama saya Enthus Susmono

Penulis : Kapan dan dimana abah lahir ?

Narasumber : 21 Juni 1966

Penulis : Bagaimana latar belakang keluarga abah?

Narasumber : Latar belakangnya dari keluarga seniman,

Penulis : Bagaimana hubungan abah dengan ayah abah ?

Narasumber : Hubungnnya ya bagus sebagai guru, sebagai orang tua, sebagai

pembimbing, sebagai yang membesarkan aku

Penulis : Terus bagaimana sih pendapat abah terhadap ayah abah sendiri ?

Narasumber : Ooh, ayah abah itu sosok orang tua yang sangat hebat sekali

Penulis : Berarti motivator tebesar abah ?

Narasumber : Iya

Penulis : Bagaimana hubungan abah dengan ibu abah ?

Narasumber : Kalau ibu itu lebih keras yah dari pada ayah abah, ibu saya lebih

keras, jadi sering memberikan fatwa-fatwa yang keras, terutama dalam sikap

hidup. Sebagai contoh begini, kalau dulu ada orang yang berbuat jelek kepada ibu

atau keluarga, ibu itu begini bilang, “sudahlah diamkan saja, nanti akan ada yang

Page 101: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

90

ngurusi sendiri, orang boleh benci sama ibu, tapi mengko sedulure ibu, sedulur

papat lima panca ibu sing ora terima”, kue ibu. Kamu juga nanti besok gitu kalau

ada orang yang membuat kamu celaka, membuat kamu difitnah itu diamkan saja,

menjawab soal adanya saja.

Penulis : Apa pencapaian terbesar dalam hidup abah ?

Narasumber : Pencapaian terbesar saya ya selamet, sebagai orang Islam ya

harus selamet dunia akhirat, pencapaian terbesar abah, saya akan menjadi apa pun

itu ga pentinglah menurut saya, yang penting saya menjadi orang yang selamet

dunia akhirat

Penulis : Tapi ada enggak sih abah mimpi abah yang belum tercapai ?

Narasumber : Mimpi saya yang belum tercapai ada, anak-anak saya menjadi

anak-anak yang sholeh dan sholehah, berkehidupan yang baik, baik secara agama

maupun secara Negara. Mimpinya itu tok saja

Penulis : Idola abah sendiri siapa ?

Naraumber : Yaa,, Nabi Muhammad

Penulis : Terus latar belakang pendidikan, menurut abah pendidikan itu

seperti apa ?

Narasumber : Pendidikan itu adalah pengalaman batin seseorang, ketika

mendapatkan sesuatu kesan, dan kemudian nanti pendidikan itu akan dijadikan

sebagai modal, gagasan, dan acuan ketika dia hidup, hidup untuk seterusnya

Penulis : Dimana, dan kapan abah menyelesaikan pendidikan formal abah ?

Narasumber : Di SMA 1 Tegal

Penulis : Apakah sekolah-sekolah abah ditentukan oleh orang tua abah atau

keinginan abah sendiri ?

Narasumber : Dulu mau sendiri, bapak cuma memberi saran saja

Page 102: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

91

Penulis : Terus kesan abah sekolah di SMA 1 Tegal bagaimana abah ?

Narasumber : TOP dong, saya banyak pengalaman yang sangat, sangat berkesan

sekali, karena pada waktu itu, abah kan itu orang kampung yah, orang biasa. SMA

1 itu kan rata-rata ee golongan, yang sekolah disitu adalah anak-anaknya orang-

orang The High, anak-anaknya orang kayalah. Sedangkan abah ini kan orang pas-

pasan keluarganya abah, keluarga seorang seniman

Penulis : Kegiatan non formal apa yang abah ikuti ?

Narasumber : Yaa,, secara naluri saja, berjalan seperti air, saya bisa kursus

karawitan, belajar dalang, belajar teater, belajar agama, belajar filsafat. Pokoknya

saya paling suka adalah belajar, sampai sekarang

Penulis : Bagaimana pendidikan anak-anak abah sendiri?

Narasumber : Saya akan memaksimalkan pendidikan anak-anak saya, sampai

dengan cita-cita mereka itu dalam bidang pendidikan, contohnya setelah lulus S2

eh lulus Sarjana, monggo mau apa ? ada yang mau kerja, ada yang mau

melanjutkan sekolah lagi, ya monggo. Sebatas kemampuan saya sendiri

Penulis : Apakah ada keinginan abah untuk anak-anak abah menjadi

seorang dalang ?

Narasumber : Yaaa ada kan, sudah ada, yang sekarang kuliah di kesenian,

Firman Nurjannah, Perempuan

Penulis : Apakah itu keinginan sendiri atau memang abah menyuruhnya ?

Narasumber : Keinginan sendiri

Penulis : Sejak kapan abah menyukai wayang?

Narasumber : Sejak kecil, saya anak dalang, saya keturunan ke tujuh

Page 103: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

92

Penulis : Apakah cita-cita abah ? memang abah ingin menjadi dalang atau

ada yang lainnya ?

Narasumber : Saya malah tidak pernah punya cita-cita yah, cita-cita saya malah

kepengin jadi sarjana karawitan, kuliah di ISI tapi kemudian tidak kesampaian,

karena bapak, ayah abah yah keburu meninggal dunia. Karena bapak itu kan

tulang punggung keluarga, satu-satunya orang yang mencukupi kebutuhan

dikeluarga, meninggal, akhirnya mau tidak mau saya harus menggantikan. Sambil

sekolah, sambil saya atur kehidupan

Penulis : Dimana abah belajar mendalang ?

Narasumber : Dari bapak saya

Penulis : Selain dari bapak abah ?

Narasumber : Ya dari Pak Mantep Soedarsono, Anom Suroto, Ki Narto Sapto,

pokoknya semua dalang-dalang, saya ambil ilmunya dan saya ambil gayanya

Penulis : Idola abah siapa ?

Narasumber : Pak Mantep Soedarsono

Penulis : Terus kalau lakon favorit abah ?

Narasumber : Semua lakon favorit, cuman kalau abah ini membuat lakon itu

seperti dalam film itu, ada film layar emas, film ini dan itu. Jadi semua lakon

menurut saya favorit, karena lakon itu juga harus menjadi favorit, bedanya abah

dengan dalang lain kan (astaghfirullah, penulis kaget) abah itu kaya semacam

dialog pada awal ketawa, penonton merespon

Penulis : Menurut abah makna agama itu seperti itu apa?

Narasumber : Agama itu kan acuan ya, jalan ya, jalan menuju, agama itu

thariqot, agama itu adalah jalan untuk menuju kepada keteraturan hidup dunia

yang nanti akan keteraturan hidup di akhirat.

Page 104: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

93

Penulis : Al-Qur‟an sendiri menurut abah ?

Narasumber : Al-Qur‟an itu kan way of life nya orang Islam, jadi untuk apa

manusia, punya persoalan apa didunia di Al-Qur‟an ada semuanya. Karena Al-

Qur‟an dalam bahasa global kemudian di dengan hadist, dengan semua yang

dilakukan kanjeng Nabi

Penulis : Abah belajar agama dengan siapa ?

Narasumber : Dulu ya dengan ustadznya abah, kemudan dengan siapapun kalau

sekarang ini dengan siapapun, Kyai siapapun kan sekang banyak, para habaib

juga, para ustadz, teman-teman. Abah juga sering tanya kalau bingung ini Qur‟an

surat apa yah, abah tanya sama temennya abah. Buka Qur‟an surat ini, abah

biasakan seperti itu sejak lama

Penulis : Kalau pagelaran wayang kulit berdiri kapan abah ?

Narasumber : Itu pas di Indosiar itu tahun berapa yah, lupa tahun 89 apa yah,87,

eh tahun 90-an

Penulis : Yang melatar belakangi berdirinya ?

Narasumber : Secara spontan saja, abah pikir setelah kalau wayang dengan

wayang sudah diomongin sudah ga mau, ya dalangnya. Ya kaya gini kalau

manusia dengan manusia sudah diomongi tidak bisa ya dengan Allah, biar Tuhan

yang mengaturnya, ya begini budaya itukan kan yah memaknai filosofinya

Penulis : Jabatan abah sebagai bupati itu mempengaruhi pagelaran abah ?

Narasumber : Ya sangat mempengaruhi, karena di dalam bupati itu saya belajar

tentang ilmu pemerintahan, maka didalam pewayangannya pun itu akan ada

semacam kaya cipratan untuk, ada pengaruh-pengaruh dalam program-program

pemerintah. Bisa jelas karena saya adalah orang pemerintah. Jadi sebagai juru

pemerintahan bertemu dengan masyarakat secara pas, karena abah mengalami

sendiri sebagai kepala pemerintah

Page 105: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

94

Penulis : Orang yang paling dipercaya dalam pagelaran siapa Abah ? dan

mengapa dia ?

Narasumber : Banyak ya, kalau saya itu banyak, tidak hanya satu orang, jadi

yang pegang arasenmen Atmanto sama Mas Agung, yang berkaitan dengan

transportasi ya Mas Yus, Mba Vetty, yang untuk masalah sound system, wayang

ya Pak Rohim dan Pak Sugeng, banyak pokoknya

Penulis : Apakah ada personil dari pagelaran abah yang selain agamanya

Islam ?

Narasumber : Dulu ada, tapi lalu kemudian masuk agama Islam, Mba Nova

sendiri kan dulu agamanya Kristen

Penulis : Apakah ada ritual-ritual khusus sebelum dan sesudah memulai

pagelaran ?

Narasumber : Kalau ritual menurut terjemahan saya itu ya latihan,

mempersiapkan sesuatu, mental, cek sound, itu ritual abah begitu

Penulis : Mengapa abah mengutip ayat-ayat Al-Qur;an dan hadist dalam

pagelaran ?

Narasumber : Ya memang harusnya begitu, kalau seorang seniman seni lukis

maka sarana dan wahananya adalah kanvas dengan cat, kalau penyair dengan

puisi, kalau drama dengan drama dan adegan, kalau wayang ya dengan ayat,

meskipun tidak dibaca secara ayat Al-Qur‟annya dalam bahasanya minimal

saripati terjemahannya, dengan segala keterbatasan

Penulis : Apakah abah mengkaji dulu, atau secara spontan?

Narasumber : Tidak, tidak spontal, kalau ayat itu tak persiapan, persoalan ini

ayatnya ini, persoalan ini ayatnya ini, sejauh ini kalau ayatnya belum ketemu abah

tanya Kyai Mahfudz, sama Pak Atmo Tansidiq tentang ayat apa

Penulis : Menurut abah tokoh Slenteng dan Lupit itu seperti apa?

Page 106: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

95

Narasumber : Ya, seperti personilfikasinya abah, untuk menjelaskan

Penulis : Itu buat sendiri abah ? ko sampai bisa kepikiran gitu?

Narasumber : Kan dari dulu sudah ada, cuman abah rekontruksi lagi agar bagus,

pakaian dengan bagus, di cat dengan bagus

Page 107: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

96

Wawancara 3

Narasumber : Mba Suci Ofita Dewi

Tanggal : 29 Desember 2017

Tempat : Ponjong, Sleman Gunung Kidul

Pukul : 04.50

Narasumber : Hallo, Assalamu‟alaikum

Penulis : Iyah, wa‟alaikumsalam

Narasumber : Gimana kabarmu?

Penulis : Baik Mba, Alhamdulillah, Mba gimana ?

Narasumber : (suara ketawa) Alhamdulillah baik

Penulis : Alhamdulillah, okay dimulai yah mba wawancaranya.

Narasumber : Okeh,,okeh

Penulis : Iyah, Eee apa namanya, nama panjang Mba siapa, nama

lengkapnya ?

Narasumber : Namaku, Suci Ovita Dewi, Ofita nya pake f yah

Penulis : Iyah Mba okeh, Sudah berapa lama mba bergabung dengan

pagelaran Abah ?

Narasumber : Dengan pagelaran abah sudah, 8 tahun.

Penulis : Sudah 8 tahun, berarti sudah lama yah mba

Narasumber : Iyah, sudah lama

Penulis : Terus kenapa sih mba, mba bergabung dengan pagelaran abah ?

awalnya gitu ?

Narasumber : Oohh awal mulanya sih sepele, dulu kan ada udah almarhum sih,

ee itu salah satu rombongannya abah dari Solo, dia itu cowok, namanya Mas Ari.

Tukang nyari sinden gitu loh, terus Mas Ari itu kalau ada job, ada job gitu ngejak

Page 108: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

97

aku, terus pas akau SMK di Negeri Solo itu mas Ari ngejak aku, terus gabung kea

bah. Dan ternyata disitu cocok yaudah ikut sampe sekarang

Penulis : Ehhh gitu, berarti pesan dan kesannya mba seperti apa mba ?

seneng yah mba ikut abah?

Narasumber : He‟em seneng,

Penulis : Berarti waktu pertama kali mba ikut abah pertama kali nyinden

dimana ?

Narasumber : Nyindennya pertama kali di alun-alin Sragen,

Penulis : Selama menjadi sinden, ehm apa namanya, mengalami kesulitan

ga mba ?

Narasumber : Iyah, ya ada, ya banyak sih kesulitannya, kaya itu kemaren kan

juga, kemarennya ke perkulihanku, pada saat sekolah dulu juga sama, antara

jadwal manggung sama jadwal sekolah sampe kuliah itu, gimana yah cara

mensingkronkannya itu sangat sulit gitu loh. Karena kadang job nya jauh, harus

berangkat pagi, bahkan harus dari tempat satu ke tempat yang lain, selanjutnya tuh

langsung, tuh ga bisa kuliah, ga bisa sekolah. Kendalanya hanya itu sih, jadi

intinya harus pinter-pinter mengatur jadwal sendiri gitu.

Penulis : Iyah yah mba, terus pembagian antara sindennya itu gimana mba?

Narasumber : Ohh kalau bagian sindennya kan di tempat abah, ada yang Mbak

Fetty bagian yang lagu-lagu dangdut untuk wayang santri sama Mba Pur itu

bagian wayang-wayang santri, kalau wayang kulit ya pas kalau ada pengajian atau

qira‟ gitu. Kalau bu Gunarti itu yang bagian-bagian gending jadi kalau bu Gunarti

itu sesepuh dari sinden-sinden klasik wayang kulit. Kalau kaya kami mba Eni mba

Nova itu pesinden klasik yang bagian wayang kulitnya abah, wayang kulit,

wayang santri ada kru sendiri, gitu

Penulis : Kalau misalkan, yang kemaren yang saya lihat itu kan dua yah

mba Suci sama mba Nova saja

Narasumber : Karena ini, ehh karena apa yah, super inti lah job nya job kecil

Page 109: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

98

Penulis : Ohh gitu, terus kalau misalkan , apa sih, kan nyanyinya beda-beda

tuh kan yah mba, itu sebelumnya udah di bagi-bagi apa inisiatif sendiri,atau di

suruh abah kamu nanti yang bagian ini gitu, apa gimana ?

Narasumber : Ohh enggak sih, kalau pembagian waktu, pembagian satu gending

gitu satu sinden seumpama udah memenuhi, kita temannya juga udah, tinggal

gentian, nah terkecuali kalau lagu-lagu sinden gawean, apa yah sinden yang udah

garup-grup itu, lagu-lagu pokoknya itu sudah hafal, lagu-lagu untuk sesi break

atau limbuan, goro-goro itu boleh sih nyanyi, aku mau nyanyi ini ini, abahe ga

apa-apa. Jadi terserah sindennya, tapi kalau kadang kan ada kan mba, ehmm

bahwa sinden yang baru itu pas job besar gitu loh, bawa sinden banyak dan

sindennya ga kru biasanya, itu biasanya di tanya mau nyayi apa, gitu dari abah.

Jadi kalau untuk pembagiannya itu bebas, selagi temannya mampu okeh, kalau ga

bisa ya yang bisa-bisa saja.

Penulis : Terus lagu apa sih mba yang sering di bawain?

Narasumber : Untuk di wayangnya atau untuk yang breaknya ?

Penulis : Untuk dua-duanya mba

Narasumber : Oh dua-duanya kalau di wayang, wayang bagian wayangnya itu

biasanya ayak-ayak, capek kaya gitu, terus palaran. Terus karena abah kotemporer

jadi di apa ya Satria Laras itu menciptakan lagu sendiri, lagu-lagu sendiri seperti

sholawatan, atau ladrang-ladrang seperti itu. Tapi kalau yang di pokok ke

pagelaran wayang kulit jawa itu, yang bagian serbag, ayak-ayak, sama palaran-

palaran tadi, ladrang gitu.

Penulis : Okeh, okeh. Berarti itu semua mba Suci hafal lagunya dong?

Narasumber : Iyah hafal karena, kita dituntut hafal, karena kita selalu mengikuti

abah. Carane pribahasane ini sinden bener-bener sindennya abah, gitu loh. Untuk

garapan-garapan lagunya, kalau untuk limbukan dan goro-goro itu biasanya,

cuman lagu-lagu kaya aku tresno, terus kates godong gandul, terus apa yah

untrack-untruk, terus pelengkapan derita, terus dan lain sebagainya. Nah lain lagi

Page 110: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

99

kalau ada bintang tamu, apa bintang tamu kaya Soimah, Syahrini atau siapa, dia

lagunya udah sendiri loh yah, enggak lagu-lagu yang ada dipagelaran gitu loh,

Penulis : Kalau lagu favorit mba Suci sendiri apa, terus kenapa lagu itu?

Narasumber : Ohh kalau favoritnya si. Oh ada tambahan biasanya ada gelang

alit garap Banyuwangi-an itu ada lagu-lagu sinden, bajing loncat, aku sih lebih

suka yang itu Sunda, sama yang Banyuwangi kalau favoritku lebih ke itu. Kalau

lagu-lagunya Satria Laras sih juga suka tapi lebih favorit ke yang Sunda sama

yang Banyuwangi tadi.

Penulis : Terus ada ga sih mba, aturan-aturan khusus untuk menjadi

seorang sinden?

Narasumber : Eee,, pesinden yah ? sebenernya ga ada sih kami seniman itu ga

terbatas atau terpaku pada sesuatu, yang penting pesinden Jawa itu tetap

mempunyai etika dan kualitas gitu loh, sebagai pesinden Jawa itu sebenarnya

pertama harus mempunyai dalam hal apa yah dalam untuk gending-gendhing itu,

harus bisa dulu gending-gending Jawa untuk iringan wayang, bener-bener

pesinden wayang. Nah setelah itu bolehlah, ee menyanyikan lagu dangdut, lagu

campur sari atau apa, kalau pakem yang dulu seperti itu sinden wayang itu.

Berhubung sekarang era nya udah modern kan udah berbeda yah, kadang ada

pesinden yang penyanyi tapi dandan pesinden bahkan dia ga bisa menyajikan

bagian dari gending-gending pada sajian, pada pementasan wayang kulit. Mereka

bagiannya, bagian dangdut kaya gitu, tapi dandannya sinden, nah itu kalau orang

awam menyebutnya juga sinden. Tapi bagi kita seniman yang kita orang pesinden,

yang benar-benar pesinden sebenernys mereka itu penyanyi, gitu loh. Yang bener

–bener pesinden ya kaya kita bisa membaca notasi yang kaya aku kirim ke kamu

itu, notasi kekawitan itu kunci utamanya.

Penulis : Sekarang aku mau nanya latar belakang pendidikan mba suci nih,

kapan dan dimana mba Suci belajar menjadi sinden ?

Page 111: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

100

Narasumber : Ee aku belajar nyinden itu dari TK sebenarnya, iyah dari TK aku

sudah di belajari, sebenarnya suka nyanyi, nyanyi kaya campur sari, nah setelah

aku kelas 1, kelas 2, kelas 3, berhubung dulu kakekku itu dalang, keluarga

besarku seniman, ada penari, niyaga, ada dalang, ada pesinden, jadi lengkap. Jadi

kakekku itu dalang, tapi ga ikut nyinden, sesi break limbuan itu jam 11‟an lah

dulu waktu aku kelas 1 sampai gede ikut kakek, kaya gitu, itupun aku nangis

sebenernya gam au tapi dipakasa ibuku, aku nangis didandani terus sebelum kalau

menunggu jam 11 itu aku pasti minta mainan yang balon yang kekok-kekok-

kekok itu sama pa yah yang di tiup-tiup dari sabun yang berbusa (suara ketawa)

aku pasti pake itu. Nah sampai kelas 4 akhirnya aku nyanyi campur sari sampai

nyanyi dangdut dari panggung ke panggung, tetap ikut wayangan sampai SMP,

aku SMP ikut namanya Mas Eko, dia itu salah satu dalang yang cukup tenar di

Kabupatenku di Jawa Timur sana, di Tulung Agung, pokoke aku mulai kalau yang

belajar sinden klasik itu aku mulai SMP deh kayanya, tapi aku disitu ga langsung

bisa sih, karena aku lebih dulunya nyanyi dangdut gitu, di elektun, organd.

Akhirnya lulus SMP aku ke SMKI yang sekarang SMKN 8 Surakarta, aku ambil

Jurusan karawitan, itu setara dengan SMK, aku ambil jurusan karawitan nah disitu

aku focus belajar vocal sinden, akhirnya aku bisa nyinden aku meninggalkan

campur sari, bahkan nyanyi orkes gini-gini, aku fokus nyinden. Masuk SMKI ya

sekitar tahun 2009, sampai lulus SMK tahun 2012, langsung ke Perguruan Tinggi

ke ISI Surakarta, Institut Seni Indonesia Surakarta (Jurusannya?) jurusannya juga

sama seni karawitan, tapi ya gara-gara itu tadi pas kesini-sini akhirnya kuliahnya

mundur, ya jadi 5 tahun, terus lulus S1 2017 Agustus langsung daftar ke Paska

Sarjana ISI, nah udah sekarang S2 Jurusan Penciptaan Seni Musik, bagian musik

kotemporer, nah ceritane gitu mba, hehehe.

Penulis : Nah terus menurut mba, abah itu seperti apa mba?

Narasumber : Ee tentang, dari apa?

Penulis : Dari pagelarannya, dari tentang dalangnya abah.

Narasumber : Ohh ya udah, abah itu menurutku seorang dalang superstar yang

multitalent, ia bisa menguasai banyak bahsa kaya bahasa Sunda, bahasa

Page 112: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

101

Indonesia, Mandarin, Jepang, bahasa Inggris, beliau itu menguasai bahasa-bahasa.

Dari situ kalau penyampaian pagelaran abah itu pada saat ndalang dipanggung itu,

itu yang membuat beliau itu berbeda dari dalang-dalang yang lain, kalau dalang-

dalang Jawa pada umumnya kan mereka dalam pementasan wayang itu kan lebih

ya hampir 100% lah bahasa Jawa, yang kaya bahasa kuno itu kan, kalau abah

enggak, abah itu seumpama penanggapnya pewayangan bahasa Indonesia, kalau

wayangannya itu di Jepang ya bahasa Jepang, dan abah itu mengolah ehm apa yah

mengola bahasa itu agar orang awam bisa menangkap apa yang dimaksud cepat

gitu ga bertanya-tanya, nah kalau dari segi dalangnya. Walaupun dipanggung itu

berkata jorok kaya gitu itu cuma akting panggung sih sebenarnya orangnya baik,

kaya gitu

Penulis : Terus mba kan aku ngambil apa judul tema-tema lakon yah mba,

nah setiap pementasan itukan pasti lakonnya berbeda-beda, nah itu ada lagu yang

setiap tampil itu dipentasin atau berbeda-beda gitu ?

Narasumber : Ohh iya kalau lagu-lagunya seperti gendhing klasiknya itu

sebenarnya sama plek, nah kaya lagu-lagu di sesi break limboan goro-goro itu

juga sama, bedanya pada iringan wayang sumpama penanggapnya Ibu Mentri

Susi, ya kaya gitu ya kadang koor suara sinden dan suara putra yang bagian vocal

itu juga dibikin beda syairnya, untuk menyampaikan apa yang disosialisasikan

kaya gitu loh

Penulis : Itu nanti pakainya pakai bahasa Jawa apa bahasa Indonesia?

Narasumber : kebanyakan bahasa Indonesia

Penulis : Pokoknya sinden pun menyesuaikan yah mba?

Narasumber : Iya, iyah bener. Jadi biasanya sebelum wayang dimulai,

seumpama tadi di Kalimantan, di Kalimantan tuh kita mencari tahu berangkat

sehari sebelum pentas, kita disana diskusi dengan orang sana, tentang apa yah,

tentang bahasa disana itu seperti apa?, walaupun dikit kan biar bisa menyatu gitu

dengan bahasanya orang sana. Pas apa, pas berdialog sama sinden, atau pas

Page 113: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

102

berdialog lelucon dagelan itu agar penonton itu tertarik gitu loh, jadi tuh kaya ada

kesan, ko bisa yah bahasa sini, ko bisa lucu gitu.

Penulis : Berarti sebenernya setiap tema itu tidak berbeda yah mba?

Narasumber : Iyah cuman kadang bagian iringan kotemporer yang sifatnya itu

lakon, syair-syairnya bagian vokal dan lakon cuma dirubah, cuma itu

Penulis : Sebelumnya biasanya diskusi dulu atau bagaimana, misal mau

pagelaran mba?

Narasumber : Ohh untuk lakon wayang biasanya request, permintaan dari si

penanggap, aku mau Lakon Dewa Ruci, aku mau Lakon apa gitu. Nah kecuali

kalau si penanggap “ya udahlah terserah Pak Enthus aja, yang penting gayeng

yang penting seru, yang penting bagus wayangannya, yang penting penonton

suka”. Itu terserah abah

Penulis : Berarti sinden juga harus siap yah Mba apapun tema nya?

Narasumber : Iyah betul

Penulis : Terus nanti posisinya, mba kan bukan yang fokus untuk abah

terus, itu tuh ga susah gitu mba ?

Narasumber : Enggak sih, karena sudah terbiasa dari tahun ke tahun ikut

pagelaran abah

Penulis : Biasanya lakon-lakonnya sendiri suka diulang-ulang ga mba

setiap tempat?

Narasumber : Iyah, ya itu tadi tergantung request, seumpama gini yah tanggal

15 penanggapnya Bu Susi di Jakarta lakonnya “Pendawa Layar” sehari setelahnya

tanggal 16 itu di Bandung ya lakonnya ya bu Susi minta itu lagi, ya itu ga apa

apa, berikutnya-berikutnya ya ga apa-apa sampai sebulan, bahkan setahun Bu Susi

minta itu, okeh kita layani lakon itu, kecuali kalau beliau bilang “lakonnya diganti

pak”. Kemaren juga sama bu Susi minta wayangan acaranya kaya sosialisasi jadi

ga mau pake ini, ga mau pake ini, penyampaiannya jadi ya di pelabuhan-

Page 114: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

103

pelabuhan gitu. Bahkan 4 bulanan 5 titik itu juga sama lakonnya itu. Sebenarnya

sih banyak lakon, dan beliau juga pasti sudah mahir, tapi kadang penanggap itu

lebih punya kekusaan sendiri, aku minta lakon ini dong pak, pengin ingin dong

gitu.

Penulis : Kalau mba Suci sendiri itu sinden wayang kulit yah mba, kalau

wayang golek atau wayang santri suka ikut ga mba?

Narasumber : Enggak kalau aku enggak, kalau wayang santri dulu pernah ikut

pas semester-semester awal waktu kuliah, semester 3 kalau enggak 4. Tapi

semenjak mau PA aku udah ga ikut, aku ikut wayang kulit

Penulis : Enak jadi sinden wayang kulit atau wayang santri mba?

Narasumber : Ya, lebih enak jadi wayang santri karena kalau di wayang santri

aku ada iringannya itu ga nyanyi cuma nyanyi di bagian limbuan itu di ganti

Slenteng dan Lupit, cuma nyanyi itu tok, kalau wayang santri cuma sholawat-

sholawat sama Mba Pur. Wayang kulit kan pake gamelan, tapi kalau wayang

santri juga sama pake gamelan, cuman gamelannya lebih ke notasi lagu Islami

kaya music-musik gambus, sama bawa organ, terus nadanya juga beda pada

pentas wayang kulit, jadi beliau mempunyai beberapa set gamelan

Penulis : Kalau wayang kulit sendiri itu kan tema-temanya ada yang

politik, ekonomi, dan Nasionalis, nah itu lagu-lagunya beda ga mba?

Narasumber : Sama sih, tetap sama cuman biasanya kalau ditambahkan dengan

lagu tentang lagu untuk ikan, judulnya “gemar makan ikan” itu lagunya untuk

anak Indonesia sehat, makanlah ikan laut. Nah untuk Nasionalisme itu juga ada

kaya lagu-lagu masr, maju tak gentar, dari Sabang sampai Marauke, 17 Agustus,

pokoknya gitu sih ditambahi sebenarnya sama cuman tambahan itu tadi biar

sesuai dengan acaranya

Penulis : Nah abah kan suka ngutip ayat Al-Qur‟an yah mba, diwayang

kulit juga sama yah mba?

Page 115: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

104

Narasumber : Iyah sama di wayang kulit juga

Penulis : Nah menurut mba dengan abah mengutip ayat Al-Qur‟an itu

bagaimana mba? Kan abah kan memang beda yah bukan wayang kulit yang

identic dengan Jawa, Hindhu-Budha

Narasumber : Iyah beliau itu memang berani beda, berani pentas selain wayang

kulit tadi beliau juga di pengajian ko makannya kalau tentang ayat-ayat tentang

Al-Qur‟an paham banget, sampai apa yang jurusanmu apa yah namanya, yang

Sejarah Islam. Kaya gitu memang beliau mendalami banget, ga tau yah entah

tujuannya apa, kalau kami ga tau, ga nanya mungkin untuk koleksi sendiri.

Penulis : Menurut mba sendiri yang beda dari abah itu dengan dalang-

dalang yang lain itu apa?

Narasumber : Ya itu tadi politiknya matang, terus bagian mengkaji kaji sesuatu

itu ilmu humaniora, ilmu mu loh beliau juga mateng loh, ga tau yah emang beliau

semua tau beliau. Aku baru tahu pas di Lampung mengkaji apa yah sama anaknya

kaya ilmu humaniora, dalam batinku Cuma ko bisa tahu, padahal beliau enggak

kuliah di jurusan humaniora

Penulis : Beliau juga pernah pentas di Belanda kan yah mba?

Narasumber : Iyah di Belanda itu ada wayang-wayang superman, wayang

kartun di Museum Belanda itu ada dan dari luar Negeri itu dapat penghargaan

dalang superstar sama dalang apa gitu pokoknya

Penulis : Berarti mba sudah keliling pagelaran kemana aja mba, di

Indonesia?

Narasumber : Banyak pulau Sumatera, pulau Palembang, Brunei, Lampung,

banyak

Penulis : Itu kalau untuk yang pegang gamelan untuk wayang santri dan

wayang kulit itu beda ga mba, orang-orangnya ?

Page 116: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

105

Narasumber : Ya yang pegang gamelan itu kan ada dua, dari kru Tegal sama

dari Solo, kalau yang bagian Tegal itu kalau wayang santri kebanyakan ikut, tapi

kalau kru Solo enggak, cuma orang yang dipilih saja, kecuali kalau si

penanggapnya minta ada anu bah sinden Solo, itu baru penabuh Solo ikut.

Page 117: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

106

Wawancara 4

Narasumber : Mas Haryo Ja‟far Susilo (Anak kedua Ki Enthus)

Tanggal : 10 Februari 2018

Tempat : Rumah Wayang, Bengle-Tegal

Pukul : 20.00

Penulis : Assalamu‟alaikum Ka

Narasumber : Iyah, Wa‟alaikumsalam Dek,

Penulis : Saya Rizka, mahasiswi UIN Jakarta yang sedang mengadakan

penelitian terkait tentang judul skripsi saya “Tema-tema Lakon Pewayangan

dalang Ki Enthus Susmono di Kabupaten Tegal Tahun 2013-2017”

Narasumber : Iyah, ada yang bisa saya bantu dek

Penulis : Ada perbedaan tidak ka antara pemain wayang golek dan wayang

kulit?

Narasumber : Tidak ada dek, hanya saja biasanya kalau wayang kulit karena

pagelrannya besar dan durasi waktunya lebih lama biasanya ditambahkan untuk

pemain gamelannya dari Solo, atau sinden yang memang wayang kulit. (terlampir

nama-nama pemain alat musik)

Penulis : Kalau lakon-lakon wayang kulit dan wayang golek itu berbeda

tidak ka?

Narasumber : Yang berbeda hanya wayang santri, karena memang wayang

santri kan sifatnya keseharian, jadi Abah membuat tema-tema yang sifatnya

keseharian. Ada beberapa tema yang memang hasil karya Abah sendiri antara lain

: wayang kulit karya Abah, Pandawa Kumpul, Romo Tambak, Pandawa Layar,

Gatotkoco Sang Lelono, Adam Awal Adam Akhir, dll. Untuk wayang golek ada

Jaka Bereg Mbangun Istana, Adam Awal Adam Akhir

Penulis : Untuk temanya itu kan dibagi kebeberapa katagori, seperti

ekonomi, nasionalis, politik, itu ada perbedaannya tidak ka?

Page 118: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

107

Narasumber : Semua tema-tema diatas dapat dikemas dalam satu tema, artinya

pagelaran Abah memang tidak pakem dengan satu tema saja, melainkan

mencangkup semuanya.

Penulis : Munculnya wayang santri sendiri ka kapan? Dan apa

perbedaannya dengan wayang golek?

Narasumber : Kalau wayang golek ken memang sudah lama yah, dan wayang

asntri itu kan memang sudah ada sejak Sunan Kalijaga yang menggunakan

wayang untuk berdakwah

Penulis : Munculnya tokoh Lupit dan Slenteng Ka?

Narasumber : Kalau Lupit itu kan memang sudah sejak lama ya, kalau di Sunda

namanya Cepot. Nah kalau Slenteng memang yang menambahkan si Mbahnya

Abah, jadi peninggalan dari Mbah nya Abah gitu. Tapi untuk lebih jelasnya bisa

tanya ke Pak Hatmanto ya dek.

Page 119: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

108

Wawancara 5

Narasumber : Bapak Hatmanto (Pemain Kendang)

Tanggal : 10 Februari 2018

Tempat : Rumah Wayang, Bengle-Tegal

Pukul : 20.30

Penulis : Assalamu‟alaikum Pak,

Narasumber : Iyah, Wa‟alaikumsalam Dek,

Penulis : Saya Rizka, mahasiswi UIN Jakarta yang sedang mengadakan

penelitian terkait tentang judul skripsi saya “Tema-tema Lakon Pewayangan

dalang Ki Enthus Susmono di Kabupaten Tegal Tahun 2013-2017”

Narasumber : Tahun 2013 Ki Enthus bekerja keras dengan segala kemampuan

dan kondisinya memantaskan diri untuk mencapai cita-cita luhur sebagai

pengendara G 1 melalui kesenian. Bahkan jauh sebelum beliau jadi G 1 antara

tahun 2002-2007 saya sangat dengan beliau, kemudian paska beliau jadi Bupati

sekarang saya jaga jarak.

Penulis : Tema-tema apa saja yang dipagelarkan oleh Ki Enthus tahun

2013-2017 ?

Narasumber : Tema awal 2013 Ki Enthus mulai menata diri untuk bersiap

menjadi G1. Pertama kali lakon yang di pagelarkan adalah Lakon Petruk Dadi

Ratu, lakon ini menceritakan tentang Punakawan Petruk yang di daulat menjadi

raja di sebuah Negara. Lakon yang menggambarkan sosok orang yang paling

bawah, kalau sudah menjadi takdir akan diangkat drajatnya menjadi pemimpin.

Penulis : Tema yang pertama kali dipentaskan Pak?

Narasumber : Tema pertama, tema kepemimpinan yang mencangkup atas hak

dan kewajiban serta kewajiban seorang pemimpin

Penulis :Awal mula Bapak bergabung dengan Ki Enthus

Narasumber : Awal mula perkenalan saya dengan Ki Enthus Susmono

ditengarai oleh Penyelenggaraan Pameran Wayang Planet ditahun 2002, di

Page 120: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

109

Sekolah Tinggi Seni Indonesia Surakarta, dalam rangka Dies Natalis. Kebetulan

saya yang gemar melukis wayang sangatlah tertarik pada karya-karya Ki Enthus

Susmono. Keantosiasan saya pada gelar pameran wayang Ki Enthus itulah

sebagai awal dari perkenalan kami secara pribado, keterbukaan beliau dalam

berkomunikasi, hingga saya menemukan beberapa kecocokan seputar pandang

dan sikap dalam berkesenian. Pandangan saya pribadi pengemasan ragam

pagelaran dan karya wayang Ki Enthus yang beliau raih secara otodidak itu,

secara teori dan praktek sudah melakukan segala yang sudah diajarkan dalam

materi-materi mata kuliah pedalangan STSI Surakarta. Kecocokan cara pandang

itulah yang saya rasa hingga sekarang mengikat keharmonisan hubungan

kesenimanan, kami sebagai dalang dan pengendang.Ki Enthus yang sejak dulu

mempunyai kemampuan dan kecerdasan yang melebihi dalang pada umumnya,

beliau selalu menciptakan ide-ide tak lazim, baik alur cerita, musik, bahkan

properti tambahan penguat sajian pagelaran. Mengenai pemilihan cerita yang

beliau sajikan dari tahun ke tahun selalu menemukan ide-ide yang sangat relevan

dengan zaman.

Penulis : Ada kesulitan tidak Pak selama di pagelaran?

Narasumber : Hebatnya Ki Enthus tetap fokus pada kesuksesan pertunjukannya,

kesulitan tetap ada tapi di pecahkan dengan cara latihan

Penulis : Mnculnya sanggar Satria Laras Pak ?

Narasumber : Munculnya Sanggar Satria Laras saya kurang tau, tapi sama

dengan tanggal lahir Putra pertamanya Ki Enthus, Mas Jendra

Penulis : Bapak sebagai apa di pagelaran ?

Narasumber : Saya sebagai pengendang, juga membantu sebagai composer dan

arranger

Penulis : Ada perbedaan tidak Pak temanya Abah, seperti Nasionalisme,

Ekonomi yang kaya Pendawa Layar, dan Politik. Apakah tema itu muncul sudah

direncanakan atau bagaimana Pak?

Page 121: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

110

Narasumber : Tema menurut kebutuhan pada waktu itu, dari membaaca situasi,

jadi respon, lalu muncullah ide, cerita. Dan pasti seputar politik dan agama

Penulis : Apakah ada teknik-teknis khusus untuk menjadi anggota Satria

Laras Pak?

Narasumber : Yang jelas bisa memainkan alat musik apa saja, kalau vokal ya ga

jelek banget. Dan mau membuka diri meresahkan hati, untuk menerima info dan

perubahan

Penulis : Bapak sendiri latar pendidikannya apa ?

Narasumber : Saya S1 di STSI Solo

Penulis : Bagaimana tanggapan Bapak tentang pagelaran Abah ?

Narasumber : Kecepatan dan ketepatan cara berfikir dan bertindak itu membuat

pentas wayang Ki Enthus menjadi sangat SUPER

Penulis : Kalau dua tokoh Lupit dan Slenteng, apakah peninggalan dari

orang tua Abah atau inovasi Abah Pak?

Narasumber : Lupit dan Slenteng itu peninggalan dari Nenek Moyangnya

Penulis : Ada perbedaan alat music antara wayang golek dan wayang kulit

tidak Pak?

Narasumber : Ada lebih komplit wayang kulit, ada tambahan timpani. Kalau

wayang golek ada rebab, kendang, seruling khusus Sunda, kecapi, gambang,

vokal pria (alok), sinden Sunda

Page 122: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

111

Transkrip Pagelaran Ngaji Budaya

Salah satu transkip dari video Ngaji Budaya Ki Enthus Susmono (dalam

rangka Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1439H) 26 Desember 2017

dalam Lakon Lupit dan Slenteng “Jadikan Sholawat sebagai Pemersatu Bangsa”.

Sebelum memulai pentas Abah selalu mengucap syukur dengan berdo‟a

kepada Allah SWT, serta tidak lupa sholawat untuk Nabi Muhammad SAW,

dengan membaca sholawat fatih Yang berbunyi:

ذ، الفاتح لما أغلق ، والهادي إلى صراطك اللهم صل على سيذنا محم والخاتم لما سبق، ناصر الحق بالحق

المستقيم وعلى آله حق قذره ومقذاره العظ

Sholawat Fatih Latin: “Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammaddinil

Fatihi Lima Ughliqo Wal Khotimi Lima Sabaqo, Nashiril Haqqi Bil Haqqi Wal

Hadi Ila Shirotikal Mustaqim Wa Ala Alihi Haqqo Qodrihi Wa Miq Darihil

Adzim..”

Dengan tokoh Lupit dan Slenteng,

Lupit : Assalamu‟alaikum dek Slenteng…

Slenteng :Wa‟alaikumsalam Warohmatullohi wabarokatuh kakakku Lupit.

(Kayong komplit nemen njawab salame) Sing arane wong njawab salam iku kudu

komplit, paham ya. Angger ana wong njawab salam toli laka warohmatullahe,

karo wabarokatuhe, angger wong wadon kang, njawab salam ora komplit kuwi

berarti rok-an tok kuwi ora nganggo kutang, bisa ngandul, paham ya? (kiye bocah

wadon di rongokena). Aja males, toli angger njawab salam ati-ati ngucapna

assalamu‟alaikummm, kuwi arane kedawan tenggkulah mateni wawu pirang-

pirang. Salamu‟alaikum kaya kuwi ya, warohmatullahi, wabarokatuh, kuwi

angger wong wadon. Tapi angger wong lanang njawabe ora komplit kaosan tok

oara katokan, ora cawetan, (dadi angger mlaku ya gondal-gandel) kaya kerba‟u

Lupit : Salame kudu komplit, kenapa harus komplit ?

Slenteng : Kanjeng Nabi Muhammad SAW (sholawat nariyah), koen wis tau

weruh wujude kanjeng Nabi apa durung?

Lupit : Durung

Slenteng : Urip menangi zamane ora? (Ya mboten)

Page 123: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

112

Lupit : Bisane monine Yaa Nabi salam „alaika? Sing disalami

apane ?. berarti kanjeng Nabi itu meninggal secara bashariyah, secara badaniyah,

secara jazadiyah, meninggal dunia alias wafat. Tetapi kanjeng Nabi sebagai badan

roh, ruhul Muhamadiyah, tetap hadir pada malam hari ini, (Amin, amin) bukti

yang kedua, maknanya Marhaban.

Slenteng : Marhaban kue artine apa ?

Lupit : Ya selamat teka, selamat datang. Sugeng lawuh.

Slenteng : Ohhh iyah yah,,,

Lupit : Terus Yaa Habib salam „alaika, sebab kanjeng Nabi kuwi

sing dicintain karo Gusti Allah, Nabi sing paling dicintai kuwi mung Nabi

Muhammad tok, Nabine dewek tok. Soale kenapa jare kowen ? Kanjeng Nabi

kuwi wong sing paling sabar nemen, yakin sung. (Sabare pripun?), Nabi Adam ya

wong ora seantana, Wong Nabi Adam mendikna Walaa taqroba hadihis syajarota

fatakuna minal dzolimin, kie koen ajak ngemek-ngemek wit-witan kue Dam

(maring Adam sih). Gusti Allah mah ngundang komplit kur maring Nabi

Muhammad tok oh, kuwi sih audzubillahiminas syaitonir rojim, Innallaha

yusholluna „alan Nabi, Ya Ayyuhal ladzina aamanu shollu „alahi wasalimtaslima,

komplit.

Slenteng : Iya yah, bandingna karo nabi-nabi liyane primen?

Lupit : Nabi Adam kuwi, ora olih perek-perek maring wit-witan

diplok wite, iya oh ya, mulane ari dirangkul dadi. Dadi arane wite Khuldi. Ari

dirangkul tok mah ya bangsana raimu ngonong, dirangkul ya mesti dimek-mek-

mek kaya kiye mbuapa (akeh bocah cilik). Merembet, sebab apa karena itu

Sunnatullah bahwa Kanjeng Nabi kuwi pan diturunaken maring bumi, inni jaa

„ilun fil ardhi kholifah (paham?). Di rongokna bae oh aja mbadeg bae koen oh,

menungsa kuwi ari kakeen mbadeg kue goblok, pikirane nggo mangan terus,

mangan kue sing penting nggo cukup nggo urip, aja urip mung pegaweane nggo

mangan, khewan apa?. Mulane (ngebentak) ngageti nemen, ya ben ora pada

ngantuk, mumpung ning Desane dewek, (desane dewek mah mbang nglor oh

Teng), nyong dolane ning kene, ohh ngemeg-ngemeg bangsane bokong mbuapa

ning kene kiye, jaman semono (oh jaman old). (sing meteng pira Teng?), langka,

Page 124: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

113

soale nyong tah ngumpet-ngumpetan, ngumpete ning kandang wedus oh,

tumpukan kaya kiye, lanang karo wadon, ora nyekrum, kuwi jaman semana ora

kaya jaman now, jaman now mbeke uiw, pacaran ari ora mag-meg ya dudu

pacaran. Mulane nyong mah ya, bocah kene ari ana bocah wis seneng, wis ora

usah lamar-lamaran, langsung ijab qabul bae. Nyong tak takon geh, ana ora bocah

wis ngelamar ora sida nikah? (ana) wis soak oh ya, wis di jem-jem-jem, kadang

kala kaya kie oh yu Marifah, anake sampean si Martini di gawa martono maring

Bandung, Ya ora apa-apa wong wis lamaran ikih, aturann kuwi ngomonge wis

ijab ikih, kiye nyong demi menjaga rusaka bocah wadon, soale rusake bocah

wadon kuwi rusake Negara, almar‟atu penyangga bilad, begitu wadone ancur,

negarane ancur. Mulane kiye ning Desa Kejasem (Mejasem)

Slengteng : Kuwi prime Nabi Adam?

Lupit : Siji Nabi Adam kuwi, di ganti bahwa sing mbisiki Nabi

Adam kuwi iblis,

Slenteng : Bisane iblis bisa manjing syuarga?

Lupit : Iblise kue ning asline ning syuarga oh Kang, kiye keprime

sih. Iblis kue gemiyen makhluk sing paling sujud karo gusti Allah 2000 tahun,

ruku 3000 tahun, arane durung iblis oh waktu semono, arane azazil, manjing

syuarga baae 40.000 tahun.

Lupit : Lah terus Nabi Adam ?

Slenteng : Nabi Adam kuwi mah Penduduk syurga baru oh, kabeh pada

gelem sujud iblis tok sing ora. Mulane di usir sing syuarga, minggat raimu, Nabi

Adam di balangakeun maring Bumi, tiba ning Babilonia.

Lupit : Oh,,iyah yah

Slenteng : Tenang bae wis, perkara bayaran mah bisa diutang ikiyen, ora

usah bayaran yah, sing penting nyong bisa ngijoli haul, wong Bupatine nyong

kadang kala acarane akeh nemen. Toli saben dina Jumat, Sabtu, Minggu kue hari

na‟as, nggo weruh sandang pangan endah aja mbadogi uang Negara.

Lupit : Oh dadi kue Kanjeng Nabi ora ngerti bahwa sing mbisikna

kue setan,

Slenteng : Iya ora ngerti,

Page 125: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

114

Lupit : Bisane kanjeng Nabi Adam kue kesasar primen ?

Slenteng : Buah khuldi kuwi cara pelajar kuwi, pelajarane bocah SMA,

(paham). Lah Nabi Adam kue nembe PAUD nembe TK, mulane kesasar,

Lupit : Berarti angger kue Nabi Adam nuruna maring menungsa

ya ?

Slenteng : Bisane teka maring Mejasem pimen carane ? Iya, Nabi Adam

kuwi duwure sewidak loro diro, artine 34 Meter 2 towerlah. Ambane bahu kiwa

maring teneng enem belas meter.

Lupit : Jare enyong krungu, Siti Hawa

Slenteng : Siti Hawa kuwi sekali jebrot kue kembar 4 berarti 8 bayi, terus

saben kembar, biasane lanang karo wadon. Matane dewek-dewek, ana sing sipit

kaya Cina, kaya sing ngantuk. Kulite ya sejen-sejen ana sing putih, sawo mateng,

ireng, bule. Terus semebar ning Bumi

Lupit : Dadi menusa kue dudu penduduk asli bumi ya Teng ?

Slenteng :Dudu, Ning bumi ke mung mampir, kanjeng Nabi Adam, dibebani

sebagai kholifah. (kamu tau ga Suci apa Itu Kholifah), (apa itu Kholifah), kamu

itu kalau ditanya kok balik nanya, wong angger wis ayu ya kaya kuwi yah, (kan

mau diajarkan sama Mas Slenteng), diajarkan apa? (ilmu yang tadi, kholifah itu

apa). Kholifah kuwi gampangane pasangane gusti Allah, sing meliara bumi, aja

dirusak paham? Mulane kanjeng Nabi kuwi ora ngijina. Sunnatullahnya itu begitu,

toil wit-witan kuwi lambange wong Indonesia oh, Istiqomah kan ajeg, kuwi sih

wit-wiotan awit tukul sampe sampean modar, wit-witan kuwi pindah apa ora?

(ora). Wit-witan kuwi tandane wong istiqomah. Mulane wong mangan angger

sing wit-witan ketularan istiqomahe, angger sing ora istiqomah kuwi arane

ngampluk. Angin sing diseruput karo sampean, nafas sing manjing metu, kuwi

deke sapa ?

Lupit : Allah SWT

Slenteng : Pernahkan kamu membayar maring gusti Allah? (enggak)

Lupit : Barokah kuwi apa?

Slenteng : Barokah kuwi terjemahan dari bahasa Arab, barokah yabruku

burukan kuwi nahwu sorofe, burukan kuwi kebo jerum, angger kebo jerum kuwi

Page 126: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

115

kebo anteng apa kebo jelalatan ? (anteng). Sing arane wong ketiban berkah ya

anteng jiwane, kelakuane. Dadi ari pan di gawa karo kanjeng Nabi ya aja mung

sholawatan tok. Sholawatan kuwi hubungan sola yasulu sila (hubungan).

Silaturrahmi itu ada 3, yang pertama silaturrahmi karo gusti Allah (sholat),

silaturrahmi karo Kanjeng Nabi (sholawat), yang ketiga adalah silaturrahmi

sesame kita di Negara Republik Indonesia, ada lima bahasa Jawane panca,

Pancasilaturrahmi. Rahmine diguang dilebokna maring panca, mulane dadine

pancasila, mulane kelima pancasila itu mengandung Rahim semua. Barokah sing

nomer lore kuwi, baroka yubariku birkatan sumur, mbokan kepengin berkah kuwi

kaya sumur,

Lupit : salam kuwi ana pirang perkara sing ora kena dijawab?

Slenteng : Salam ana telung perkara, siji salam sing ora wajib di jawab, yaitu

salame imam ketika mengakhiri sholat (sholat, hukume fardu kifayah), salam sing

ora kena dijaawab kue salame wong kuburan, misale dijawab ya mengko pada

kabur oh.

(Diselingi dengan nyanyi NU dan promosi untuk Pilgub)

Effendi : Assalamu‟alaikum

Lupit dan Slenteng: Wa‟alaikumsalam (jawab dengan kompak)

Effendi : Fafalafat safa? (yang namanya Slenteng mana)

Slenteng : Saya (unjuk Slenteng)

Effendi : fafafalufufit ? (yang namanya lupit)

Lupit : Saya

Effendi : Fafanafafafu (mau tanya tentang Nabi Muhammad)

Slenteng : Kanjeng Nabi iku di berikan amanat dari Allah, sebagai petugas

Allah dan juru bicara kita untuk berbicara kepada Allah SWT, dengan mengikuti

sunnah Nabi sholat 5 waktu, Allah adalah robbul „alamin, kanjeng Nabi

Muhhamad adalah rohmatal lil „alamin, pergaulan NU ahli sunnah wal jama‟ah,

disebut ma‟al al-amin. Artinya selalu berkasih sayang terhadap sesame umat

manusia, walaupun orang itu bukan beragama Islam, didalam Al-Qur‟an

disebutkan “dilarang menghina, menghujat kepada orang yang nyembahnya

bukan Allah SWT, meskipun nyembahnya bukan gusti Allah aja di aniyaya, aja

Page 127: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

116

dihujat. Karena, mereka aduwu fiiqodri „ilmihim, arep pan musuhi tanpa

menggunakan ilmu. Yang terkahir pesannya kanjeng Nabi

Effendi : fufafufafiii

Slenteng : Bener, Qur‟anul Karim, jadi besok kalau kita mati maka nyawa

yang telah dititipkan sejak kita berada 4 bulan dikandungan Ibu akan ditanyakan,

“seberapa jauh kita pada Qur‟anul Karim”

Sampaikan walau satu ayat, maka mudah-mudahan pengajian malam hari

ini tetap di berkahi Allah SWT dan mendapatkan Kitabah, serta Syafa‟at

(Do‟a) dan menyanyikan lagu terakhir Subanul hakim

Dalam cerita di atas menceritakan bahwa Nabi Muhammad adalah kekasih

Allah SWT, dan kholifah (pemimpin umat), maka kita sebegai umatnya harus

mengikuti ajaran dan sunah-sunah Nabi Muhammad. Kita juga tidak boleh

menghujat sesama manusia, manusia harus saling menyayangi dan mengasihi satu

sama lain, agar terciptanya kerukunan dan kedamaian. Bersyukur atas nikmat

yang Allah berikan baik nikmat seaht, bernfasa dan lain-lain. Kita juga harus

mempererat silaturahmi, diantaranya 3 perkara yakni : silaturahmi kepada Allah

(sholat), silaturrahmi dengan Kanjeng Nabi Muhammad (Sholawat) dan

silaturahmi kepada sesama dengan pancasilaturahmi, mengikuti pancasila.

Page 128: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

117

Surat Observasi dan Wawancara

Page 129: TEMA-TEMA LAKON PEWAYANGAN DALANG KI ENTHUS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39061/1/RIZKA... · dalang ki enthus susmono di kabupaten tegal jawa tengah ... g.

118

Surat Bukti Wawancara