telur.doc

35
LAPORAN PRAKTIKUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN TELUR Oleh: Nama : Putri Rizqi Zulhiyati NRP : 123020169 Kelompok : H No Meja : 3 Asisten : Fajar Eka Prabawa Tanggal Percobaan :19 November 2014 LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

Transcript of telur.doc

LAPORAN PRAKTIKUMPENGETAHUAN BAHAN PANGAN

TELUR

Oleh:Nama : Putri Rizqi ZulhiyatiNRP : 123020169Kelompok : HNo Meja : 3Asisten : Fajar Eka PrabawaTanggal Percobaan :19 November 2014

LABORATORIUM PENGETAHUAN BAHAN PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG2014

I. PENDAHULUAN

Bab ini akan menguraikan mengenai : (I) Latar Belakang Percobaan, (2)

Tujuan Percobaan, dan (3) Prinsip Percobaan

1.1 Latar Belakang Percobaan

Dalam mempertahankan kelanggengan hidupnya, hewan tertentu

berkembang biak dengan menghasilkan telur, seperti ikan, unggas, binatang

melata, dan sebagainya (Muchtadi,2013)

Telur adalah salah satu bahan makanan asal ternak yang bernilai gizi tinggi

karena mengandung zat-zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia

seperti protein dengan asam amino yang lengkap, lemak, vitamin, mineral, serta

memiliki daya cerna yang tinggi. Telur merupakan bahan makanan yang bernilai

gizi tinggi. Hal ini ditandai dengan rendahnya zat yang tidak dapat diserap setelah

telur dikonsumsi. Akan tetapi disamping bernilai gizi tinggi, telur juga

mempunyai sifat yang kualitasnya mudah rusak .Oleh sebab itu perlu dilakukan

suatu tindakan atau usaha-usaha bidang teknologi kualitas dan penanganan pasca

produksi telur . Tindakan ini penting agar produksi telur yang dicapai dengan

segala usaha ini dapat sampai ke konsumen dengan kualitas yang masih tetap baik

(Sulistiati, 2003) .

Dari sekian banyak jenis telur yang dihasilkan oleh beberapa hewan, hanya

beberapa jenis telur yang biasa diperdagangkan dan ikonsumsi manusia yaitu telur

ayam, bebek, telur puyuh, dan telur ikan.

Telur dapat diawetkan dengan beberapa cara. Metoda-metoda pengawetan

telur utuh bertujuan untuk mempertahankan kandungan air dan karbondioksida

yang telah ada dalam telur selama mungkin, dan memperlambat kegiatan

mikroorganisme (Buckle, K.A, dkk, 1987)

1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan pengamatan telur utuh adalah untuk mengetahui

kualitas dari telur secara objektif atau subjektif.

Tujuan dari percobaan pengamatan pengukuran kualitas telur metode

spesifik gravity adalah untuk mengetahui kualitas kulit telur.

Tujuan dari percobaan pegamatan porositas kulit telur adalah untuk

mengetahui porositas kulit telur sehingga dapat diketahui apakah telur tersebut

sudah lama disimpan/tidak.

1.3 Prinsip Percobaan

Prinsip dari percobaan pengamatan telur utuh adalah berdasarkan kondisi

kulit telur (keretakan, kebersihan, bentuk, dan tekstur) kantung udara(kedalaman,

volume,dan posisi) serta isi telur.

Prinsip dari percobaan pengamatan pengukuran kualitas telur metode

spesifik gravity adalah berdasarkan perbedaan gravitasi antara berat jenis telur

dengan berat jenis larutan garam serta perbedaan kantung udara dan kuning

telurnya.

Prinsip dari percobaan porositas kulit telur adalah berdasarkan adanya poi-

pori pada kulit telur sehingga ketika ditambahkan metilen blue, larutan tersebut

akan masuk kedalam kulit telur, semakin banyak jumlah bintik warnanya maka

semakin poros kulit-kulit tersebut.

II METODOLOGI PERCOBAAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Bahan-bahan yang digunakan, (2) Alat-

alat yang digunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1 Bahan-bahan yang digunakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan telur utuh adalah telur

ayam ras atau telur ayam negeri.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan isi telur adalah telur ayam

ras atau telur ayam negeri.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan ketebalan kulit telur

adalah telur ayam ras atau telur ayam negeri.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan pengukuran kualitas telur

metode spesifik gravity telur adalah telur ayam ras dan larutan garam.

Bahan-bahan yang digunakan dalam pengamatan porositas kulit telur adalah

air, telur ayam ras, dan metilen blue.

2.2 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan telur utuh adalah alat candling

yang dilengkapi sinar lampu.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan isi telur adalah jangka sorong,

timbangan digital, penggaris.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ketebalan kulit telur adalah

jangka sorong.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan pengukuran kualitas telur

metode spesifik gravity telur adalah gelas kimia.

Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan porositas kulit telur adalah

gelas kimia, pipet tetes, batang pengaduk.

2.3 Metode Percobaan

1. Pengamatan Telur Utuh

Gambar 1. Pengamatan Telur Utuh

Prosedur pengamatan telur utuh adalah dengan alat candling mengamati

keadaan kulit (kebersihan dan keretakan), kantung udara (volume dan posisi),

kuning dan putih telur.

2. Pengamatan Isi Telur

Gambar 2. Pengamatan Isi Telur

Prosedur pengamatan isi telur adalah dengan alat jangka sorong. Pecahkan

telur, ukur tinggi dan diameter putih telur serta ukur tinggi dan diameter kuning.

3. Pengamatan Ketebalan Kulit Telur

Gambar 3. Pengamatan Ketebalan Kulit Telur

Prosedur pengamatan ketebalan kulit telur adalah dengan alat jangka sorong

ukur ketebalan kulit telur.

4. Pengamatan Pengukuran Kualitas Telur Metode Spesifik Gravity Telur

Gambar 4. Pengamatan Pengukuran Kualitas Telur Metode Spesifik Gravity Telur

Prosedur pengamatan pengukuran kualitas telur metode spesifik gravity telur

adalah telur dicelupkan pada larutan garam yang berbeda. Amati telur.

5. Pengamatan Porositas Kulit Telur

Gambar 4. Pengamatan Porositas Kulit Telur

Prosedur pengamatan porositas kulit telur adalah siapkan air yang telah

ditetesi metilen blue. Jika telur besar 10-12 tetes metilen blue. Jika telur kecil 5-6

tetes metilen blue. Celupkan telur. Diamkan 60 menit. Pecahkan kulit. Amati.

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Hasil Pengamatan dan, (2)

Pembahasan.

3.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan keadaan telur

utuh dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1. Hasil Pengamatan Keadaan Telur Utuh

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Keadaan Kulit Kurang baik

Kebersihan Kurang baik

Keretakan Baik

Kantung Udara Terlihat

Volume Kantung Udara Terlihat

Putih Telur Tidak Terlihat

Kuning Telur Tidak Terlihat

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan pemeriksaan isi

telur secara subjektif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Isi Telur Secara Subjektif

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Kebersihan

Putih telur Bersih

Kuning Telur Bersih

Kejernihan

Putih Telur Jernih

Kuning Telur Terdapat 1 bintik putih di bagian tengah

Warna

Putih Telur Bening

Kuning Telur Kuning

Ketegaran

Putih telur Tidak tegar

Kuning Telur Tegar

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan pemeriksaan isi

telur secara objektif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Hasil Pengamatan Pemeriksaan telur Secara Objektif

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Berat telur 70,8 gram

Tnggi Kuning Telur 13,2 mm

Diameter kuning telur 46,35 mm

Indeks Kuning Telur 0,285

Nilai Z 0,621

Tinggi Putih telur 2,45 mm

Diameter Putih Telur 237 mm

Indeks Putih Telur 0,0103

Unit Haugh 25,486

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan ketebalan kulit

telur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Hasil Pengamatan Ketebalan Kulit Telur

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Ketebalan Kulit 0,05 cm

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan spesifikasi

gravity telur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Hasil Pengamatan Spesifikasi Gravity Telur

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Hasil Mengapung pada larutan garam 1,065

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

Hasil pengamatan pengetahuan bahan pangan pengamatan porositas kulit

telur dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Hasil Pengamatan Porositas Kulit Telur

Keterangan Hasil

Sampel Telur Ayam Ras

Hasil Terdapat bintik biru

Sumber : Kelompok H, Meja 3, (2014)

3.2. Pembahasan

Berdasarakan hasil pengamatan keadaan telur pada sampel telur ayam ras

memiliki keadaan kulit yang kurang baik, kebersihan yang kurang baik, keretakan

pada telur yang baik, terlihat kantung udara dan volume kantung udaranya, putih

telur dan kuning telurnya tidak terlihat.

Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan telur secara subjektif pada

sampel telur ayam ras didapatkan kebersihan putih telur dan kuning telurnya

bersih, kejernihan pada putih telur jernih sedangkan pada kuning telur terdapat 1

bintik putih di bagian tengah, kemudian warna putih telur berwarna bening dan

kuning telur berwarna kuning, serta putih telur tidak tegar, kuning telur

kondisinya tegar.

Berdasarkan hasil pengamatan pemeriksaan telur secara objektif pada

sampel telur ayam ras didapatkan indeks kuning telur 0,285, indeks putih telur

0,0103, nilai Z 0,621 dan nilai unit haugh 25,486 yang berarti kualitas telur

digolongkan dengan grade “C”.

Berdasarkan hasil pengamatan ketebalan kulit telur didapatkan ketebalan

kulit telur yaitu 0,05 cm.

Berdasarkan hasil pengamatan spesifikasi gravity telur didapatkan mutu

telur kurang baik karena mengapung pada larutan garam 1,065. Dimana telur

dikatakan kurang baik bila mengapung pada larutan garam < 1.075.

Berdasarkan hasil pengamatan porositas kulit telur didapatkan kualitas

kulit telur tidak baik karena terdapat bintik biru yang menandakan pori-pori

membesar.

Dalam mempertahankan kelanggengan hidupnya, hewan tertentu

berkembang biak dengan menghasilkan telur, seperti ikan, unggas, binatang

melata, dan sebagainya (Muchtadi,2013) .

Unggas merupakan hewan yang bertelur, telur yang sering di konsumsi oleh

manusia adalah telur ayam. Telur ayam mempunyai struktur yang sangat khusus

yang mengandung zat gizi yang cukup untuk mengembangkan sel yang telah

dibuahi menjadi seekor nak ayam. Ketiga komponen pokok telur adalah : kulit

telur, putih telur atau albumen dan kuning telur (Buckle, K.A, 1987).

Telur ayam terdapat 2 jenis yaitu telur ayam kampung (buras) dan telur

ayam negeri (ras). Telur ayam kampung harganya lebih mahal dibandingkan telur

ayam negeri karena penawarannya yang sangat terbatas dan dianggap lebih

berkhasiat (Muchtadi,2013).

Penentuan mutu telur utuh sering dilakukan dengan cara candling, yaitu

pengamatan kondisi telur utuh dengan menggunakan bantuan sumber sinar yang

cukup sebagai latar belakang. Dengan beberapa kelemahan, candling dapat

digunakan untuk mengetahui adanya penyimpangan pada kulit dan isi telur

(Muchtadi,2013)

Penanganan telur bertujuan untuk memperlambat penurunan mutu dan

kerusakan telur. Penurunan mutu tersebut dapat disebabkan oleh penguapan air,

penguapan karbondioksida dan aktivitas mikroba. Sedangkan faktor-faktor yang

mempengaruhi penyebab kerusakan tersebut adalah waktu penyimpanan, suhu,

dan kelembaban ruang penyimpanan, kotoran yang ada pada kulit telur dan teknik

penanganan serta peralatan yang digunakan dalam penganganan (Muchtadi,

2013).

Berikut beberapa cara untuk memperpanjang masa simpan telur segar :

1. Pembersihan

Perlakuan pembersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran dari

permukaan kulit telur. Biasanya telur dibersihkan dengan larutan deterjen

sanitizer. USDA (US Department of agriculture) telah merekonmendasikan

metode untuk pencucian telur yaitu pencucian segera dilakukan setelah

dipungut (Muchtadi,2013)

2. Pendinginan

Suhu yang rendah akan memperlambat hilangnya CO2 dan air dalam telur

maupun penyebaran air dari putih ke kuning telur. Pengendalian kelembaban

udara dalam ruangan yaitu 80-90% dibutuhkan untuk memperlambat

kehilangan air (Buckle, K.A, 1987)

3. Pelapisan kulit telur dengan minyak

Tujuan perlakuan ini adalah untuk menutupi pori-pori kulit sehingga

penguapan air dan karbon dioksida terhambat. Dengan demikian telur

menjadi lebih tahan lama. Minyak yang sering digunakan terdiri dari minyak

mineral (paraffin dan pentana) atau minyak nabati (minyak biji kapas)

(Muchtadi, 2013).

Cara penanganan telur lain untuk mempertahankan masa simpan nya yang

lain antara lain dengan pemanasan telur pada suhu 600C selama 10 menit dapat

digunakan dengan tujuan pengawetan (Muchtadi, 2013)

Pada sebuah penelitian, menunjukan bahwa nilai gravitasi telur mempunyai

hubungan yang nyata dengan kualitas telur, fertilitas dan daya tetas, tetapi tidak

terdapat hubungan antara nilai gravitasi spesifik dengan berat anak ayam.

Peningkatan nilai gravitasi spesifik menyebabkan peningktan indeks kerabang

telur, nilai HU, fertilitas dan daya tetas, tetapi menurunkan berat telur dan berat

kuning telur. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai gravitasi

spesifik telur dapat digunakan sebagai parameter terhadap sleksi telur tats ayam

kampung (Yuwanta, 1997).

Pada percobaan spesifikasi gravity telur, telur dikatakan tidak baik apabila

telur mengapung pada spesifik grafity <1,075 dan apabila mengapung pada

spesifik gravity >1,075 dikatakan kualitas telur baik, hal itu deibabkan karena

apabila <1,075 berarti albumen dan kuning telur telah mengalami pengenceran

dan kantung udara yang terdapat pada telur telah membesar yang berarti berat

jenis telur telah berkurang dan berat jenis telur tersebut lebih kecil daripada berat

jenis larutan garam. Perbedaan berat jenis telur juga yang membuat telur ada yang

mengapung dan ada yang tenggelam.

Larutan garam dapat diganti dengan larutan yang lain yang berat jenisnya

lebih besar daripada air.

Telur yang normal, segera setelah ditelurkan mempunyai mutu yang terbaik.

Hal ini disebabkan keadaan kulit telur, besarnya ruang udara, kondisi putih telur

dan kuning telur serta lembaga masih dalam keadaan normal. Terjadinya ruang

udara atau pemisahan membran kulit luar dan dalam disebabkan oleh perubahan

suhu tersebut. Sesaat setelah ditelurkan besarnya ruang udara 1/8 inci dan terus

bertambah besar sebanding dengan bertambahnya waktu yang menyebabkan

kehilangan air dan gas karbon dioksida. Besarnya ruang udara tersebut dipakai

sebagai atribut mutu telur (Muchtadi,2013), kantung udara/kantung hawa

berfungsi sebgai sumber oksigen untuk embrio telur.

Indeks Kuning Telur adalah perbandingan tinggi kuning telur dengan garis

tengahnya yang diukur sesudah kuning telur dipisahkan dari putih telurnya.

Indeks putih telur merupakan parameter yang serupa yaitu perbandingan tinggi

albumen tebal dengan rata-rata garis tengah panjang dan pendek albumen tebal

(Buckle, K.A, 1987)

Nilai Z merupakan perhitungan untuk objek yang diukurnya adalah kuning

telur sacara keseluruhan, sedangkan Unit Haugh adalah satuan yang digunakan

untuk mengukur kesegaran isi telur terutama putih telur secara keseluruhan.

Unit Haugh merupakan pengukuran tidak langsung terhadap ketegaran putih

telur atau kuning telur. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA)

menerapkan standar kualitas individu telur atas dasar dua faktor yaitu kualitas

interior dan eksterior.

Haugh unit merupakan satuan yang digunakan untuk mengetahui kesegaran

isi telur, terutama bagian putih telur. Untuk mengukurnya, telur harus dipecah lalu

ketebalan putih telur diukur dengan alat micrometer. Telur yang segar biasanya

memiliki putih telur yang tebal. Semakin tinggi nilai haugh unit suatu telur

menunjukkan bahwa kualitas telur semakin baik (Ismail, 2011).

Menurut standar United State Departement of Agriculture (USDA), nilai

Haugh unit lebih dari 72 digolongkan kualitas AA (sangat baik), antara 60-72

digolongkan kualitas A (baik), antara 31-60 digolongkan kualitas B (cukup baik),

dan kurang dari 31 digolongkan kualitas C (kurang baik).

Kerusakan yang terjadi pada kuning telur yang disebabkan oleh bakteri

antara lain:

1. Red-rots

Ditandai dengan warna kemerahan pada kuningtelur dan dapat dideteksi

dengan peneropongan. Pada kerusakan tersebut biasanya albumen mengalami

pengenceran dan berwarna keabuan yang diselimuti warna kemerahan.

Kerusakan ini disebabkan oleh Pseudomonas (Muchtadi, 2013)

2. Green rots atau sour rots

Kerusakan ini terlihat pada bagian albumen, kuning telur dan membrane

vitelin. Albumen mengalami pengenceran, berserabut dan biasanya tampak

berwarna hijau. Kuning telur diselimuti bintik-bintik berwarna pink atau putih

serta mengeras seperti telah dimasak. Sedangkan pada membran vitelin akan

mengalami penebalan dan berwarna putih atau kadang-kadang berwarna

hitam. Kerusakan ini disebabkan Pseudomonas yang mengkontaminasi pada

saat ditelurkan dan dipercepat oleh kotoran yang menempel (Muchtadi,

2013).

3. Black Rots

Tanda-tanda kerusakan ini adalah ruang udara besar, albumen berwarna

coklat kehijauan dan encer serta kuning telur berwarna hitam. Jika dibuka

terjadi perubahan bau yaitu bau busuk dan kuning telur liat seperti karet.

Dalam kerusakan ini ditemukan bermacam-macam mikroba antara lain

Proteus Alcaligenes, Escherichia, dan sebagainya. Sumebr kontaminan

berasal dari debu yang menempel pada kulit telur dan penggunaan air

terkontaminasi oleh mikroba tersebut (Muchtadi, 2013).

Penentuan Kualitas Telur (Ismail, 2011):

Bagian

Telur

Kualitas Telur

AA A B

1. Kulit

telur

- Bersih

- Tidak retak

- Bentuk normal

- Bersih

- Tidak retak

- Bentuk

normal

- Terang, ada sedikit

noda

- Tidak retak

- Bentuk kadang-kadang

tidak normal

2. Ruang

udara

- 0,3 cm atau

lebih kecil

- 0,5 cm atau

lebih kecil

- Lebih dari 0,5 cm

3. Putih

telur

- Jernih

- Pekat

- Jernih

- Agak pekat

- Jernih

- Encer

4. kuning

telut

- Letak terpusat

baik

- Kuning jernih

- Letak

berpusat baik

- Kurang

- Letak tidak terpusat

- Kurang jernih

- Kadang-kadang ada

- Bebas dari

noda

jernih

- Kadang-

kadang ada

sedikit noda

noda

Pada pengamatan porositas telur penambahan methylene blue, akan

membentuk bintik-bintik biru, hal tersebut terjadi disebabkan telur yang disimpan

sudah cukup lama pori-porinya kulit telurnya terus membesar sehingga methylene

blue yang partikelnya kecil dapat masuk kedalam pori-pori kulit telur dan

terbentuk bintik biru yang menandakan bahwa telur sudah kurang baik.

Penggunaan methylene blue dapat diganti dengan metil merah, dan kristal

violet, namun dalam percobaan kali ini kita menggunakan methylene blue karena

ukuran partikelnya yang lebih kecil sehingga mudah masuk kedalam pori-pori,

dan juga untuk memudahkan melihat tanda bintik. Selain itu bila digunakan metil

merah, dikhawatirkan pengamatannya keliru dengan akibat penyimpanan telur

yang menghasilkan noda darah.

Ciri-ciri telur yang baik antara lain sebagai berikut (Mahmud, 2012):

a. Kondisi cangkang tidak retak, bersih dari kotoran yang menempel serta

kontaminasi mikroba.

b. Telur yang baik akan terlihat jernih.

c. Ciri lain telur yang baik adalah, tidak terapung ketika direndam didalam air.

IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menguraikan mengenai : (1) Kesimpulan dan (2) Saran.

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari pengamatan keadaan telur pada sampel telur ayam ras yaitu

memiliki keadaan kulit yang kurang baik, kebersihan yang kurang baik, keretakan

pada telur baik, kantung udara dan volume kantung udara terlihat, putih telur tidak

terlihat, dan kuning telurnya pun tidak terlihat.

Kesimpulan dari pengamatan pemeriksaan isi telur secara subjektif pada

sampel telur ayam ras yaitu didapatkan kebersihan putih telur dan kuning telurnya

bersih, kejernihan pada putih telur jernih sedangkan pada kuning telur terdapat 1

bintik putih di bagian tengah, kemudian warna putih telur berwarna bening dan

kuning telur berwarna kuning, ketegaran putih telur sudah tidak tegar dan kuning

telur tegar.

Kesimpulan dari pengamatan pemeriksaan isi telur secara objektif pada

sampel telur ayam ras yaitu didapatkan indeks kuning telur 0,285, indeks putih

telur 0,0103, nilai Z 0,621 dan nilai unit haugh 25,486 yang berarti kualitas telur

digolongkan dengan grade “C”.

Kesimpulan dari pengamatan ketebalan kulit telur pada sampel telur ayam

ras yaitu didapatkan ketebalan kulit telur sebebsar 0,05 cm.

Kesimpulan dari pengamatan spesifikasi gravity telur pada sampel telur

ayam ras yaitu mengapung pada larutan garam 1.065 dimana telur yang

mengapung pada larutan garam < 1.075 kualitasnya kurang baik.

Kesimpulan dari pengamatan porositas kulit telur pada sampel telur ayam

ras yaitu terdapat bintik biru pada bagian dalam kulit telur yang mendadakan

kualitas kulit telur tidak baik.

4.2 Saran

Sebaiknya pada saat praktikum berlangsung, praktikan memahami prosedur

dengan benar dan lebih teliti agar mendapatkan hasil pengamatan dan perhitungan

yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A., R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M.Wooton. 1985. Ilmu Pangan. Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. UI Pres. Jakarta.

Ismail, Risman. 2011. Kualitas dan Kelas Telur. Diakses 20 November 2014. http://rismanismail2.wordpress.com/2011/08/05/kualitas-dan-kelas-telur/.

Mahmud, Ayu Mahdalia. 2012. Tht Telur. Diakses 20 November 2014. https://www.scribd.com/doc/80917948/tht-telur.

Muchtadi, T. R., Sugiyono., Ayustaningwarno, F. 2013. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Alfabeta. Bandung.

Yuwanta, Tri. 1997. Hubungan Nilai Gravitasi Spesifik Telur Terhadap Kualitas dan Daya Tetas Telur Ayam Kampung. Diakses 20 November 2014. www.scribd.com/doc/58479451/spesific-grvty.

LAMPIRAN PERHITUNGAN

1. Pemeriksaan Isi Telur Secara ObjektifSampel : Telur Ayam RasBerat telur : 70,8 gramTinggi kuning telur : 13,2 mmDiameter kuning telur : 46,35 mmTinggi putih telur : 2,45 mmDiameter putih telur : 237 mm

a. Indeks Kuning Telur =

=

= 0,285

b. Indeks Putih Telur =

=

= 0,0103

c. Nilai Z =

=

= 0,621d. Unit Haugh = 100 log (h + 7,57 – 1,7 (W0,37))

= 100 log (2,45 + 7,57 – 1,7 (70,80,37))= 25,486