TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

17

Click here to load reader

Transcript of TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

Page 1: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

TEKNIK PENANGANAN LIMBAH

TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI

BIDANG PERTANIAN

DISUSUN OLEH :

IWAN HIDAYAT 240110060039

JURUSAN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2009

Page 2: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

Kertas Limbah

Kertas ini dibuat dari kertas-kertas yang sudah tidak terpakai ( limbah ).

Sebenarnya limbah-limbah kertas tadi masih bisa diolah dan dikombinasikan

dengan berbagai bahan, yaitu pada waktu proses pembuatan kertasnya. Tujuannya

untuk menimbulkan efek yang berbeda dari kertas tadi. Sehingga hasil yang di

dapat menjadi lebih indah dan menarik.

Kertas dari Alang-alang

Ini salah satu contoh kertas daur ulang yang dibuat dari jenis rumput

alang-alang. Ukuran kertas setara dengan ukuran kertas HVS jenis Folio atau A4.

Page 3: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

Kertas dari Rumput Gajah

Ini salah satu contoh kertas hasil pengolahan dari jenis tanaman rumput gajah.

Bahan Dasar Kertas Daur Ulang

Di dalam membuat kertas daur ulang, bahan-bahan yang bisa di gunakan

ada dua jenis yaitu dari limbah kertas dan tanaman hasil pertanian atau

tanaman-tanaman non produktif.

Ini merupakan salah satu contoh bahan dari limbah koran yang dapat di

olah atau didaur ulang menjadi kertas dengan hasil yang berbeda. Di dalam proses

pembuatan kertas daur ulang dari limbah koran maupun limbah kertas lainnya,

pertama-tama yang harus dilakukan adalah kertas limbah tadi di potong kecil-

kecil kemudian direndam di dalam air kurang lebih satu hari, baru kemudian

setelah lunak kemudian di blender sampai menjadi bubur kertas. Setelah semua

menjadi bubur, proses selanjutnya adalah di cetak dengan menggunakan alat cetak

dari kawat kasa yang telah terpasang pada sebuah spanram dengan ukuran kurang

lebih 21,5 cm x 33 cm.

Page 4: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

Batang pisang juga dapat di olah menjadi kertas, yaitu setelah mengalami

proses pengeringan dan pengolahan lebih lanjut. proses pembuatan kertas dari

bahan batang pisang pertama-tama yang harus dilakukan adalah, batang pisang

tadi dipotong kecil-kecil dengan ukuran berkisar 25 cm, lalu di jemur di bawah

terik matahari hingga kering. Setelah batang pisang tadi kering proses berikutnya

adalah dengan cara direbus sampai menjadi lunak, namun pada saat proses

perebusan sebaiknya di tambah dengan formalin atau kostik soda maksudnya

adalah di samping untuk mempercepat proses pelunakan juga untuk

menghilangkan getah-getah yang masih menempel pada batang pisang tadi, pada

proses berikutnya batang pisang yang sudah lunak tadi disaring dan dibersihkan

dari zat-zat kimia tadi baru kemudian di buat bubur ( pulp) dengan cara di blender.

Baru kemudian dicetak menjadi lembaran-lembaran kertas.

Alang-alang merupakan jenis rumput-rumputan dan sebagai tanaman non

produktif,sebagian orang tanaman ini di anggap salah satu tanaman pengganggu.

Tapi bagi orang yang memiliki kreativitas tinggi alang-alang justru merupakan

Page 5: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

tanaman yang dapat mengasilkan pendapatan, yaitu sebagai bahan dasar dalam

pembuatan kertas,tentu saja setelah mengalami proses lebih lanjut.

Kotak Perhiasan

Kotak Perhiasan ini terbuat dari kertas daur ulang, dan limbah

pertanian. Sejatinya produk ini dibuat dari tanaman hasil pertanian seperti

misalnya dari batang pisang, dan rumput alang-alang yang telah diproses menjadi

kertas dan dikombinasi dengan kertas daur ulang.

Untuk hiasannya digunakan bahan rempah-rempah seperti lada, ketumbar,

cengkih dll, kenapa di pilih bahan ini ? disamping mudah di dapat juga memiliki

keunikan tersendiri apalagi setelah di tempel dan disusun pada kotak perhiasan

ini, ternyata hasilnya tidak mengecewakan justru tampak indah, artistik yang tentu

saja unik.

Tempat Tissu

Limbah-limbah kertas maupun tanaman yang tidak produktif ternyata dapat

kita manfaatkan atau kita olah menjadi barang yang memiliki nilai ekonomis

seperti contoh Tempat Tissu. Tempat Tissu ini terbuat dari kertas limbah / daur

ulang, juga dari tanaman alang-alang yang telah diproses menjadi kertas, untuk

memperindah tampilan dari tempat tissu ini saya kombinasikan dengan bahan

Page 6: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

rempah-rempah seperti kayu manis, lada, ketumbar dll, semua bahan yang

digunakan dalam pembuatan tempat tissu ini adalah murni dari bahan alam,

kecuali lem sebagai alat perekatnya. Rempah-rempah tadi di susun sedemikian

rupa sehingga terbentuk sebuah hiasan yang menarik dan unik, dan terbentuk satu

kesatuan yang artistik.

Sejarah Kertas

Keberadaan kertas dalam kehidupan manusia cukup penting, karena kertas

berfungsi sebagai pencatat ilmu pengetahuan, media untuk promosi perdagangan,

sarana untuk menyampaikan pikiran serta gagasan, dan lain-lain. Di atas

permukaannyalah terletak berbagai informasi yang ingin disampaikan, misalnya

tulisan atau gambar.

Masalah utama yang dihadapi para pembuat kertas produksi massal saat ini yang

dikerjakan dengan menggunakan mesin yang serba otomatis, serupa dengan

masalah pembuat kertas di China pada zaman dahulu, yaitu masalah untuk

mendapatkan dan menggunakan bahan-bahan yang cocok untuk pembuatan

kertas, masalah bagaimana membuat bubur kertas dan membentuk kertas agar

awet dan wujudnya menarik atau bagus, dan masalah bagaimana membuat kertas

yang halus atau enak untuk disentuh dan menarik untuk dilihat.

Sebelum kertas ditemukan, manusia telah mengetahui bagaimana

mengungkapkan perasaan dirinya melalui bahasa gambar dan bahasa tulisan,

sehingga mereka berusaha mencari permukaan-permukaan benda yang sekiranya

cocok untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Pada awalnya cara mereka

mengungkapkan perasaan melalui suatu kegiatan menggambar, seperti menggurat,

mengukir, mentakik atau menoreh di atas permukaan batu, tulang belulang, dan

sebagainya.

Tanda-tanda yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, dapat dibagi menjadi dua

grup:

1) Piktografi atau tulisan berupa gambar (picture writting) hanya obyek-obyek

tertentu yang digambarkan.

2) Ideografi atau tulisan yang mengungkapkan gagasan (ideawriting),

Page 7: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

memperlihatkan lebih dari satu gambar dan semuanya mempunyai nilai simbolik.

Batu sebagai sarana untuk berkomunikasi lewat tulisan, hampir sama sebagaimana

bahan tersebut digunakan sebagai patung. Melalui medium ekspresi ini, maka

suatu angka yang tidak berurutan dari catatan sejarah telah dibuat dan berlaku

untuk masa dunia moderen saat ini. Orang Mesir telah memahat hieroglyphs

dalam monumen batu yang disebut obelisks. Salah satu obelisks kuno itu,

sekarang ini berdiri tegak di Central Park, New York. Bangsa Sumeria di daerah

sungai Efrat dan Tigris (Irak sekarang), sejarahnya diperkirakan dimulai sejak

3000 tahun yang lalu. Orang-orang Sumeria menciptakan dan menggunakan

huruf-huruf paku (cuneiform), yang merupakan tulisan pertama yang

dikembangkan di dunia. Ketika Sumeria ditaklukan, si pemenang berbaur dengan

orang-orang Sumeria dan mengambil alih tulisannya. Pada waktu itu tulisan paku

masih di atas batu. Orang-orang Chaldea dari Babylonia Kuno, telah mencap

tanda-tanda dengan alat ukur tulang ke dalam tanah liat dalam berbagai ukuran

dengan huruf-huruf paku. Tanah liat tersebut kemudian dibakar sehingga menjadi

keras. Hasil dari kegiatan tresebut dikirimkan dari satu orang ke orang lain, seperti

halnya tulisan kertas berharga dan surat-surat yang dipertukarkan saat ini.

Ashurbanipal, penguasa Assyria, telah membentuk perpustakaan yang berisi

tulisan di atas tanah liat ini.

Penggunaan beberapa logam seperti kuningan, tembaga, perunggu dan

timah, tidaklah diketahui pada awal peradaban. Dalam Bibel, referensi dibuat

terhadap pemakaian timah untuk tulisan-tulisan permanen. Logam-logam yang

lain digunakan dalam pemeliharaan atau pengawetan perjanjian-perjanjian,

hukum-hukum dan persekutuan-persekutuan. Orang-orang Rowawi menggunakan

perunggu dalam mencatat peringatan-peringatan mereka dan dalam medan

pertempuran para serdadu Romawi memahat keinginan-keinginan mereka pada

gesper logam atau pada sarung pedang mereka. Sebagai benda kesayangan, maka

barang-barang perunggu tersebut dipahat dan diukir dengan nama-nama atau

simbol mereka pada awalnya, kemudian ditulisi untuk memperingati suatu

peristiwa atau menerangkan alasan bagi pembuatan benda-benda perunggu

tersebut, atau untuk menerangkan cara menggunakannya, atau untuk mencatat

Page 8: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

nama-nama dari para pembuatnya.

Buku-buku besar tersusun dari lembaran-lembaran kayu telah dipakai

sebelum masa Homer (abad ke 9 SM). Bahan utama berasal dari kotak kayu dan

pohon-pohon citron. Setiap bagian kayu biasanya ditutup dengan suatu lapisan

kayu halus tipis dari lilin, kapur atau plester dan tanda- tanda atau tulisan

ditorehkan pada lapisan itu dengan menggunakan sebuah logam atau tulang yang

berbentuk lancip. Teknik ini memungkinkan untuk menghapuskan tulisan dengan

cara pelapisan kembali lembaran-lembaran kayu tersebut. Papan-papan atau

lembaran kayu itu kemudian diikat bersama-sama dengan sabuk kulit, sehingga

menjadi susunan buku yang disebut codex. Buku meja tetap dipakai hingga abad

ke 14. Di negeri timur tanda-tanda itu ditulis dalam bilah-bilah bambu kering

yang diikat bersama-sama sehingga membentuk bundelan atau ikatan. Barang

tersebut tanggung dan sukar untuk menyimpannya. Setiap kali buku

dipergunakan, maka tali itu harus diikatkan kembali. Orang-orang China dahulu

kala, tidak memberi nomor pada bilah-bilah bambu tersebut, sehingga akan

membingungkan urutannya jika tali-tali yang mengikat putus atau bilah-bilah

tersebut dibongkar. Menempatkan kembali pada urutan semula dari bilah-bilah

tersebut, seringkali tidak bisa dilakukan.

Menulis pada daun-daun palem dan jenis tumbuh-tumbuhan lain telah

dipraktekkan sejak jaman dahulu kala di Romawi dan negara-negara Timur dekat.

Daun-daun palem yang lebar dan berstrip-strip dari berbagai ukuran panjang dan

lebar, kira-kira 2 inchi dipotong. Sebuah alat dari logam yang berbentuk lancip

digunakan untuk menoreh daun tersebut. Hasil torehan kemudian diisi dengan

semacam cat yang dibuat dari arang sehingga tulisan-tulisan tersebut menjadi jelas

dan menonjol. Setiap lembar daun ditusuki untuk membuat 2 buah lubang dan

daun-daun tersebut diikat bersama dengan tali untuk menjadi sebuah buku.

Pemakaian daun-daun dari berbagai pohon tersebut menghadirkan istilah kata

"leaf" yang saat ini mempunyai arti bagian dari sebuah buku.

Kulit dari berbagai macam pohon telah digunakan sebagai bahan tulisan,

hampir pada setiap periode dan daerah. Di jaman latin telah digunakan kulit pohon

bagian dalam, dikenal dengan nama liber. Pada waktu itu, pengertian liber adalah

Page 9: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

istilah untuk buku itu sendiri dan kata "library" berasal dari istilah liber tersebut.

Orang-orang Indian Amerika telah menulis bahasa simbol mereka dengan

tongkat-tongkat kayu dan cat cair pada kulit pohon birch putih dari Amerika

Utara. Penduduk asli Central dan Amerika Selatan, termasuk Mexico telah banyak

mempunyai kesempatan membuat semacam kertas dengan cara memukul kulit

bagian dalam pohon-pohon moraceous. Sejarah tidak memperlihatkan bahwa

penduduk asli apa yang sekarang disebut Amerika Serikat pernah membuat kertas

dari suatu bentuk atau jenis. Parchment adalah suatu bahan berupa lembaran yang

terbuat dari kulit binatang, telah menduduki tempat yang sangat unik dan hebat

dalam sejarah evolusi kertas. Ia membangkitkan suatu perasaan antik dan

dihubungkan dengan kualitas yang secara praktis tiada tara bandingannya.

Parchment mempunyai daya tahan lama dan bisa bertahan sampai ratusan tahun.

Parchment telah menjadi pembawa nilai yang sangat berarti bagi catatan-catatan

dan cerita-cerita dari jaman klasik Yunani hingga abad pertengahan, dan banyak

parchment kuno yang tetap ada hingga sekarang sebagai saksi terhadap bahan

yang sangat bermanfaat ini. Kata " parchment" diambil dari Pergamum, sebuah

kota kuno Mysia di Asia Kecil. Para sarjana berpendapat bahwa parchment atau

kertas dari kulit mungkin sudah digunakan sejak 1500 SM, akan tetapi parchment

tersebut tidak digunakan menjadi permukaan untuk menulis sampai sekitar 200

SM kemudian.

Kulit binatang telah terbukti menjadi yang paling sulit untuk penyediaannya, dan

selalu menjadi masalah; yang lunak kontra yang keras, berlubang-lubang serta

daya penerimaan permukaan terhadap berbagai macam media. Kulit binatang juga

kenyal serta kuat dari banyak manipulasi dan perlakuan tangan penyamak. Ia bisa

diberi warna, disemir. dibengkokkan dan diberi perhiasan dengan cara ditatah,

diukir, dilubangi dan dijahit. Daya tahan pemakaiannya kuat atau tahan lama dan

jika digoresi, diukir, atau disimpan karena tidak terpakai, wujudnya tetap bagus.

Parchment yang sebenarnya tidak seperti halnya kulit, terbuat dari belahan kulit

domba. Bagian terkecil dan sisi bulu-bulu domba dari kulitnya dibuat menjadi

skiver, yaitu bahan yang cocok untuk dipakai dalam penjilidan buku. Daging dan

Page 10: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

sisi-sisi dari kulit diubah menjadi parchment atau kertas kulit dan akan menjadi

kualitas yang paling bagus.

Vellum terbuat dari kulit anak sapi atau kulit anak domba dan biasanya

terbuat dari seluruh kulit itu. Perbedaan antara Vellum dan parchment terlihat

pada butir-butir dan tanda-tanda rambut yang biasanya menghasilkan permukaan

yang tidak teratur. Parchment biasanya lebih konsisten dalam penampilan dan

tidak memiliki sifat-sifat elusive ini. Parchment dan vellum harus digores, digosok

dengan kapur dan direntangkan sehingga kulit mempunyai bentuk penampilan

yang rata. Setelah itu ditaburi dengan pasir dari batu apung yang halus agar

permukaannya menjadi bagus untuk menulis dan kaligrafi. Penulisan selama

berabad-abad telah dilakukan dengaan sangat selektif dengan kulit untuk

menjamin kesamaan warna dan kualitas permukaan dalam penjilidan yang

memerlukan banyak halaman. Parchment tetap terus dipakai sepanjang masa

Renaissance dan disebutkan bahwa untuk menghasilkan sebuah duplikat tunggal

dari Bibel Gutenberg, diperlukan kulit domba sebanyak 300 ekor. Parchment dan

vellum masih selalu dibutuhkan sampai saat ini untuk mendapatkan diploma,

sertifikat, hak-hak patent dan sebagainya dalam keadaan yang bagus dan alamiah.

Para penulis kaligrafi mendapatkan bahan-bahan ini agar sesuai dan ideal dalam

membuat karya.

Percobaan pertama yang telah sangat berhasil dengan gemilang untuk

pembuatan sebuah barang yang menyerupai kertas moderen seperti yang telah

banyak dikenal selama ini, telah dibuat di Mesir pada jaman dahulu. Suatu

tanaman air yang dikenal dengan nama papyrus telah menghasilkan bahan

tersebut. Papyrus merupakan suatu tanaman yang sangat menarik perhatian,

tangkainya tumbuh dari 10 hingga 15 kaki tingginya. Tangkainya berbentuk segi

tiga secara bersilangan dan disekeliling dasarnya tumbuh beberapa daun yang

berserabut pendek. Papyrus sangat halus atau rata, tanpa bonggol-bonggol dan

duri-duri yang menuju pada kelompok bunga besar, nyaman dan berbentuk

rumbai. Tanaman tersebut tumbuh dengan indah ditepian danau yang kecil dan

sungai-sungai di bagiaan Afrika. Berasal dari kulit-kulit tipis atau kulit-kulit

halus, kertas papyrus dibuat. Bagian-bagian ini dipisahkan dengan alat yang

Page 11: TEKNOLOGI RECYCLING (DAUR ULANG) NON COMPOSTING DI BIDANG PERTANIAN

tajam, jarum panjang, atau kepah rumah siput yang lancip dan kemudian

ditaburkan di atas sebuah meja dengan suatu lapisan tipis dari air dalam bentuk

dan ukuran yang diperlukan untuk lembaran-lembaran itu. Pada lapisan pertama

dibuat dari tuangan ini, yang kedua ditempatkan secara melintang untuk

membentuk suatu lembaran dari ketebalan yang dikehendaki, kemudian di-press

dan dikeringkan di panas matahari, kemudian digosok benda-benda yang halus

tapi keras. Paling banyak adalah 22 lembar yang bisa dipisahkan dari satu tangkai

dan yang paling dekat isi batang kayu atau pusat, yang paling baik dijadikan

kertas. Perdagangan kertas orang Mesir telah berkembang dengan pesat pada abad

ke 3 dan berlanjut hingga abad ke 5 SM.

Tumbuhnya pemakaian kulit binatang serta perubahan-perubahan geografis

daerah sungai Nil, telah mendorong terhadap matinya papyrus. Penanaman

menjadi sukar dan papyrus menurun dengan drastis. Kata "paper", "papier" dan

"papel" diambil dari kata latin papyrus. Biblios merupakan terminologi latin yang

digunakan untuk arti bagian dalam serabut (fiber) dari tanaman papyrus dan

tulisan pada lembaran-lembaran papyrus dikenal dengan sebutan biblia.(sumer.

Nooryan Bahari)

DAFTAR PUSTAKA

http://kertas-nyeni.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal 16 Novemebr 2009 pada

pukul 09.30 pm WIB)