TEKNOLOGI PENGASAPAN PADA IKAN ATAU MAKANAN tugas ptp.pdf
-
Upload
leo-willfando-saragih -
Category
Documents
-
view
352 -
download
1
description
Transcript of TEKNOLOGI PENGASAPAN PADA IKAN ATAU MAKANAN tugas ptp.pdf
TUGAS PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN
TEKNOLOGI PENGASAPAN PADA IKAN ATAU MAKANAN
OLEH:
AGUS LEO SARAGIH
05121002012
TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2012
TEKNOLOGI PENGASAPAN PADA IKAN ATAU MAKANAN
Artikel atau berita mengenai teknologi pengasapan
Prinsip Pengawetan Ikan Dengan Cara Pengasapan
Asap kayu terdiri dari uap dan padatan yang berupa partikel-partikel yang amat
kecil yang keduanya mempunyai komposisi kimia yang sama tetapi dalam
perbandingan yang berbeda. Senyawa-senyawa kimia yang menguap diserap oleh
ikan terutama dalam bentuk uap, senyawa tersebut memberikan warna dan rasa yang
diinginkan pada ikan asap. Partikel-partikel padatan tidak begitu penting pada proses
pengasapan dan asap akan mengawetkan makanan karena adanya aksi desinfeksi dari
formaldehid, asam asetat dan phenol yang terkandung dalam asap.
Butiran-butiran asap mengambil peranan penting dalam pewarnaan. Pengeringan
mempunyai fungsi penting dalam pengawetan ikan asap, kecepatan penyerapan asap
kedalam daging ikan dan pengeringannnya tergantung kepada banyaknya asap yang
terjadi, suhu dan kandungan air dari ikan yang diasapi.
Bila kayu atau serbuk kayu dibakar, maka selulose akan diuraikan menjadi alkohol-
alkohol berantai lurus yang lebih pendek, aldehid-aldehid, keton-keton dan asam-
asam organic. Selain lignin diuraikan menjadi turunan-turunan phenol, quinol,
guaikol dan piragatol. Dengan menggunakan teknik kromatografi kertas telah
diketahui adanya kurang lebih 20 macam senyawa kimia dalam asap. Persentase
setiap senyawa kimia pada asap yang dihasilkan tergantung kepada jenis kayu yang
digunakan.
untuk mendapatkan ikan asap yang bermutu tinggi maka harus digunakan jenis
kayu keras ( non-resinous) atau sabut dan tempurung kelapa, sebab kayu-kayu yang
lunak akan menghasilkan asap yang mengandung senyawa-senyawa yang dapat
menyebabkan hal-hal dan bau yang tidak diinginkan.
Tinggi rendahnya efisiensi proses pengeringan dipengaruhi oleh kelembaban udara
sekelilingnya, bila udara dingin yang masuk kedalam unit pengasapan dipanasi,
maka beratnya kan manjadi lebih ringan daripada udara di luar, dan udara ini akan
masuk atau naik dengan cepat ke unit pengasapan dan melintasi ikan-ikan
didalamnya.Banyaknya uap air yang diserap oleh udara tergantung suhunya, jadi bila
udara dingin dipanasi maka kapasitas pengeringan akan lebih tinggi.Dalam keadaan
lembab, udara jenuh yang telah panas tidak dapt dipanasi lagi secara cepat untuk
mengurangi kandungan uap airnya dan oleh karena itu kapasitas menurun.
Jadi pada tahap pengasapan, kecepatan penguapan air tergantung pada
kapasitas pengering udara dan asap juga kecepatan pengaliran asap. Pada tahap
kedua, dimana permukaan ikan sudah agak kering suhu ikan akan mendekati suhu
udara dan asap.Kecepatan pengeringan akan menjadi lambat karena air harus
merembes dahulu dari lapisan dalam daging ikan,bila pengeringan mula-mula
dilakukan pada suhu yang terlalu tingi dan terlalu cepat, maka permukaan ikan akan
menjadi keras dan akan menghambat penguapan air selanjutnya dari lapisan
dalam,sehingga kemungkinan daging ikan bagian dalam tidak mengalami efek
pengeringan.
Pembuatan alat pengasap
Rumah asap dibuat dari kayu dan seng dengan ukuran panjang 120 cm, lebar
100 cm, dan tinggi 2 m, terdiri atas tiga bagian yaitu dapur,rak dan penutup
bagian atas
Dinding ruang dapur dibuat dari seng dengan bingkai kayuu,tinggi dapur
75,cm.
Tempat pengapian dibuat dari drum oli yang sudah dibelah. Drum diberi kaki
dan rel untuk memudahkan menambah bahn bakar dan membersihkannya.
Di antara tungku atau drum dengan rak diberi pembatas besi plat yang
dilubangi dengan diamter 1 cm -1,5 cm untuk meratakan aliaran panas atau
asap ke dalam ruang pengasapan
Rak terbuat dari bingkai kayu beralaskan kerai bambu atau rotan dengan
tinggi rak 15 cm
Tutup rumah asap berbentuk atap rumah yang pada bagian puncak di buat
celah memanjang untuk keluarnya asap. Atap tambahan de litakkan
memanjang di atasnya untuk mencegah air hujan.
Proses pengasapan ikan
1. Isi perut, sisik dan insang dibuang, lalu dibelah dan diambil dagingnya (dibuat
Fillet)
2. Fillet dicuci bersih dan direndam dalam “ brine” 20 % selama 1-3 jam, tergantung
dari tebal fillet dan keasinan yang diingini.
3. Kemudian dicuci dan ditiriskan selama kira-kira 1 jam
4. Fillet lalu ditaruh di ruang pengasapan dan diasapi dengan asap tipis selama 1 jam
pada 77º C, kemudian dengan asap tebal selama 2-3 jam pada 32º C-38º C tau
sampai pada warna dan aroma yang diingini. Hasilnya hanyatahan disimpan selama
4-5 hari, kecuali bila disimpan di cold storage.
5. Kepala dibelah lalu diasap, dan gelembung renang dikumpulkan kemudian dijemur
menjadi ikan asap.
6. Bagian permukaan dilumuri garam halus lalu diatur berlapis-lapis dalam drum / bak
kayu seperti pada pengasinan ikan 7. Jumlah garam yang dipakai kira-kira 25%, tiap kg ikan dicampur dengan 6-8 gram
saltpeter (sendawa=KNO3). Bila daging terlalu tebal ditoreh lebih dahulu.
8. Sebelum pengasapan, ikan harus direndam dulu dalam air tawar selama 12-24
jam. Tindakan ini untuk mengurangi kadar garam.
9. Ikan lalu dikeringkan ditempat yang teduh selama 1-2 hari.
10. Setelah itu diasapi dengan asap tebal (pada 32 – 38 ºC) selama 3 hari atausampai
warna coklat kemerahan. Bila pengasapannya sempurna rasa ikan seperti rasa ham.
Keunggulan rumah asap hasil pengembangan Iptek antara lain
1. Dapat dipindah-pindah sesuai keinginan.
2. Memiliki rak sebayak 4 sap / trap, dengan sistem tertutup yang dapat
menampung 200 sayatan dalam sekali periode pengasapan.
3. Aroma spesifik.
4. Lingkungan tetap bersih.
5. Memiliki hasil sampingan berupa arang yang dapat dijual kembali.
6. Waktu yang diperlukan untuk melakukan pengasapan lebih singkat. Pengasapan
ikan secara tradisional memerlukan waktu selama 4 sampai 6 jam, sedangkan
dengan menggunakan oven pengasap hanya 15 menit
7. Dengan menggunakan asap cair, dapat meningkatkan kematangan ikan asap
yang dihasilkan, sedangkan warna dan flavornya dapat lebih rata
8. Daya simpan ikan asap dapat ditingkatkan dari sehari menjadi 3 hari.
Berbagai keuntungan teknis seperti digambarkan di atas, sudah barang tentu
akan membawa serta keuntungan ekonomi melalui peningkatan jumlah produksi
ikan asap dan kemungkinan terbukanya pasar yang lebih luas.
Teknologi pengasapan telah digunakan secara luas dalam bidang pengolahan
pangan dan hasil pertanian. Pada pangan, teknologi pengasapan digunakan sebagai
upaya pengeringan sekaligus sebagai penghasil aroma dan rasa pangan seperti:
daging asap, ikan asap, sale pisang, mangut lele, produk bebakaran seperti sate, ikan
bakar dan lain sebagainya. Saat ini konsumen produk berasa dan beraroma asap
semakin meningkat seperti meningkatnya produk bebakaran atau barbeque sampai
ke produk jadah bakar, nasi bakar dan lain sebagainya.
Di bidang hasil pertanian, pengasapan digunakan juga untuk proses
pengeringan sekaligus pengawetan seperti bawang merah, jagung dan lain
sebagainya dengan cara menempatkan atau menyimpan di para-para diatas tungku
dapur dengan bahan bakar kayu. Di bidang perkebunan, teknologi pengasapan
digunakan secara tradisional yaitu pada pengolahan karet sheet, pengolahan kopra
dan pengomprongan tembakau. Pengasapan dengan tujuan utama untuk pengurangan
kadar air ini juga berefek positif terhadap keawetan produk yang diasapi, bahkan
kayu yang berada diatas dapur tungku akan lebih awet dibanding kayu dibagian
bangunan lain yang tidak terkena asap. Proses pengawetan ini terjadi karena adanya
senyawa-senyawa phenol, karbonil dan asam serta komponen lain yang jumlahnya
ratusan yang merupakan antimikrobia, antioksidan, dan disinfektan.
Sejarah pengasapan
Ikan asap sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Konon terjadinya tanpa
disengaja. Ketika itu umumnya orang mengawetkan daging dan ikan dengan cara
dikeringkan dibawah terik matahari. Namun pada musim hujan dan musim dingin
orang mengeringkan dengan bantuan api, sehingga pengaruh asap pun tidak dapat
dihindarkan.Ada pula versi lain yaitu pada zaman batu orang mempersiapkan
makanannya termasuk ikan masih dengan cara sangat sederhana yaitu dibakar atau
dipanggang diatas api sebelum disantap. Tentu saja pengaruh asap juga tidak dapat
dihindarkan. ( Wibowo, 2002 )
Akibat pengolahan tersebut makananpun bercita rasa asap dan warnanya
kecokelatan. Aroma asap itu ternyata disukai orang dan tekstur ikan yang diasap
menjadi lebih bagus serta ikan menjadi lebih awet. Sejak itulah pengasapan mulai
berkembang dan teknis pengasapannyapun tidak banyak berubah.
Jika menelusuri sejarahnya, teknik pengasapan diperkirakan sudah dilakukan
oleh orang-orang Inggris & daratan Eropa sejak Abad Pertengahan (sekitar abad ke-
5) pada bahan-bahan makanan seperti daging & ikan mentah. Khusus untuk ikan,
ikan yang banyak diasapkan di kawasan Eropa adalah ikan hering & kod asin (salt
cod).
Tujuan utama dari pengasapan pada masa itu adalah agar daging ikan tahan
lama dalam perjalanan jauh sehingga bisa dikirim ke wilayah-wilayah lain di Eropa,
Timur Tengah, bahkan India. Kemungkinan besar itulah penyebab utama mengapa
metode pengasapan bisa begitu populer di berbagai belahan dunia. Pengasapan juga
dilakukan untuk menyimpan ikan dalam periode lama ketika makanan segar tidak
bisa ditemukan, misalnya pada periode musim dingin.
Pada periode 1840-an, sistem transportasi berkembang pesat dengan
ditemukannya sarana angkutan baru seperti kereta api & kapal uap. Imbasnya,
bahan-bahan mentah seperti daging ikan pun bisa dikirim ke berbagai wilayah tanpa
perlu diawetkan terlebih dahulu karena waktu pengangkutan yang lebih singkat
sehingga metode-metode pengawetan seperti pengggaraman dan pengasapan sempat
ditinggalkan.
Teknik pengasapan kembali populer dengan ditemukannya metode pengasapan
baru yang mirip dengan metode pengasapan sekarang. Bila tujuan utama dari metode
pengasapan yang lama adalah untuk membuat daging ikan lebih tahan lama, metode
pengasapan yang baru bertujuan untuk memberi rasa serta aroma yang khas pada
daging ikan. Meskipun demikian, metode pengasapan lama masih digunakan di
negara-negara terbelakang yang memiliki kendala cuaca & sarana transportasi
sehingga ikan harus tahan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
Ada berbagai macam metode pengasapan, namun konsep & proses awal
pengasapan pada dasarnya adalah sama. Metode pengasapan paling sederhana adalah
membelah daging ikan, lalu menggantungnya di dalam tungku yang menghasilkan
asap atau di udara luar saat cuaca cerah pada negara-negara beriklim tropis. Inti dari
pengasapan dengan metode ini adalah menghilangkan kandungan air dalam daging
ikan sehingga bakteri pembusuk tidak bisa tumbuh. Kadang-kadang ikan yang akan
diasapkan juga digarami atau ditambahi bumbu-bumbu lain seperti rempah-rempah
untuk memberi rasa & aroma tambahan pada daging ikan. Daging ikan yang sudah
diasapi selanjutnya disimpan dalam suatu ruang penyimpanan bawah tanah pada
suhu kamar bila ingin disimpan hingga jangka waktu lama untuk dikonsumsi di
waktu-waktu lain.
Teknologi pengasapan ini juga termasuk dalam kelompok teknologi karena
masih menggunakan alat yang masih sederhana,yaitu rumah berbentuk para-para
(sistem terbuka) dengan bahan bakar kayu bakar yang terdapat di lingkungan tempat
tinggal. kebanyakan penggunaannya di lakukan di daerah pesisir pantai atau para
nelayan.
Seni (art) dari teknologi tersebut
Gambar 1.1 proses pengasapan ikan
Gambar di atas memperlihatkan adannya art yaitu tungkuan api yang merata
dan posisi ikan yang tersusun rapi dalam proses pengasapan, walaupun
menggunakan alat yang begitu sederhana.
Pelaku atau pengguna Teknologi pengasapan
Pelaku atau siapa yang layak menggunakan teknologi pengasapan ini adalah
para petani ikan atau nelayan yang menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan
atai pekerjaannya. Karena pada dasarnya petani ikanlah yang akan mengelolah
awalnya ikan tersebut dan kemudian memasarkannya ke pasar.