Teknologi Fuel Cell
-
Upload
asep-andi-s -
Category
Documents
-
view
40 -
download
1
Transcript of Teknologi Fuel Cell
Teknologi Fuel Cell
1 Pendahuluan
2 Pengertian
Fuel cell atau sel bahan bakar merupakan peralatan elektrokimia yang dapat mengkonversi secara
langsung bahan bakar menjadi energy listrik dan panas melalui proses kimia tanpa proses pembakaran.
Prinsip kerja fuel cell mirip dengan prinsip kerja baterai. Tetapi tidak seperti baterai yang merupakan
peralatan penyimpan energi yang pada suatu saat akan habis energinya, fuel cell dapat terus
menghasilkan energy selama terus diberikan reaktan yang biasanya berupa hydrogen dan oksigen.
3 Sejarah teknologi fuel cell (Cook, 2001)
Prinsip fuel cell pertama kali ditemukan oleh Sir William Grove pada tahun 1839, penemuan ini
dilakukan secara tidak sengaja pada saat percobaan elektrolisis. Pada saat Sir William Grove melepas
baterai dan menghubungkan kedua elektroda, dia mengamati terdapat arus yang mengalir dengan arah
berlawanan dan gas oksigen dan hydrogen pada tabung terkonsumsi. Sir William Grove menamakan
fenomena ini dengan nama “Gas Baterry”.
Gambar 1 Proses elektrolisis (gambar kiri) dan proses pada fuel cell (kanan)
Aplikasi fuel cell pertama kali didemonstrasikan secara komersil pertama kali ketika NASA menggunakan
fuel cell dengan bahan bakar nitrogen dan oksigen untuk menyediakan listrik dan air pada misi
penerbangan ruang angkasa Apollo pada tahun 1960. Unit fuel cell yang digunakan mampu
menghasilkan energy listrik sebesar 1.5 kilowatt secara kontinu.
4 Prinsip Kerja Fuel Cell
Pada fuel cell hydrogen di dalam sel dialirkan pada sisi anoda dan oksigen dialirkan pada sisi katoda.
Dengan adanya katalis pada anoda akan memudahkan pemisahan gas hydrogen menjadi electron dan
proton (ion hydrogen). Ion hydrogen ini menyeberangi membrane dan bertemu oksigen pada sisi
katoda, dan dengan bantuan katalis terjadi reaksi kimia antara ion Hidrogen dengan oksigen membentuk
air. Elektron yang mengandung muatan tidak dapat melewati membran dan mengalir menuju katoda
dari anoda melalui rangkaian eksternal. Aliran electron inilah yang menyebabkan aliran listrik.
Gambar 2 Prinsip kerja fuel cell
Pada anoda, hydrogen dioksidasi melepaskan dua proton (ion hydrogen) dan dua electron ;
2H 2→4H+¿+4e−¿¿ ¿
Dan reaksi kimia pada katoda terjadi reduksi oksigen
O2+4H+¿+4e−¿→2H 2O ¿ ¿
Sehingga reaksi keseluruhan adalah
2H 2+O2→2H 2O
5 Jenis fuel cell
Secara umum fuel cell terdiri dari elektroda yang terdiri dari anoda (sisi negative) dan katoda (sisi
positif), dan elektrolit yang memungkinkan muatan untuk bergerak dari satu sisi ke sisi lain pada fuel
cell. Berdasarkan elektrolit yang digunakan terdapat beberapa jenis fuel cell antara lain :
5.1 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEM)
Elektrolit : membrane solid polymer
Catalyst / elektroda : platinum
Temperatur operasi : 50 – 100oC
Efisiensi : 40 – 60 %
Fuel cell jenis PEM beroperasi pada temperature yang relative rendah, dan mempunyai variasi output
yang cepat untuk mengimbangi perubahan kebutuhan beban. PEM sangat cocok digunakan pada
aplikasi yang membutuhkan startup yang cepat seperti pada kendaraan atau forklift selain itu PEM juga
digunakan sebagai backup power, distributed generator, dan lain lain. PEM fuel cell menggunakan
bahan bakar gas hydrogen, methanol. Penggunaan elektrolit yang solid dapat mengurangi terjadinya
korosi dan mempermudah pemeliharaan elektrolit.
5.2 High temperature Proton Exchange Membrane Fuel Cell (HT-PEM)
Fuel cell jenis ini mempunyai karakteristik yang sama dengan fuel cell jenis PEM akan tetapi beroperasi
pada temperature yang tinggi (120oC – 200oC). HT-PEM dapat digunakan pada kendaraan, dan aplikasi
pada bangunan perumahan maupun komersial skala kecil.
5.3 Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)
Elektrolit : membrane solid polymer
Catalyst / elektroda : pada umumnya platinum
Temperatur operasi : 50 – 120oC
Efisiensi : sampai 40 %
Fuel Cell jenis ini mempunyai konfigurasi yang mirip dengan fuel cell jenis PEM. Pada DMFC
menggunakan membrane polimer sebagai elektrolit. Pada DMFC, gas hydrogen akan langsung ditarik
dari cairan methanol pada elektroda anoda sehingga tidak memerlukan fuel reformer. Temperature
operasi yang rendah, dan tidak diperlukannya fuel reformer membuat fuel cell jenis ini dapat
diaplikasikan pada peralatan elektronis seperti laptop, charger batterai dampai aplikasi tingkat
menengah seperti sumber listrik pada perahu, atau perkemahan.
5.4 Alkaline Fuel Cell (AFC)
Elektrolit : Potassium hidroksida telarut dalam air
Catalyst / elektroda : dapat menggunakan berbagai macam elektroda
Temperatur operasi : 90 – 100 oC
Efisiensi : 60 - 70 %
NASA telah menggunakan Alkaline fuel cell dengan bahan bakar sejak misi luar angkasa pada tahu 1960
sebagai sumber listrik dan sumber air bersih. Fuel cell AFC banyak digunakan pada aplikasi militer dan
aplkasi luar angkasa. Katoda bereaksi dengan cepat pada alkali sehingga fuel cell jenis ini mempunyai
performa yang tinggi.
5.5 Phosphoric Acid Fuel Cell (PAFC)
Elektrolit : Larutan asama fosfat
Catalyst / elektroda : elektroda karbon dengan penguat platinum.
Temperatur operasi : 150 – 200 oC
Efisiensi : 36 - 42 %
PAFC dapat dioperasikan dengan bahan bakar hasil pengolahan hidrokarbon atau biogas. Reaksi yang
terjadi pada elektroda anoda dan katoda sama dengan pada PEM. Dengan temperature operasi yang
tinggi membuat fuel cell jenis ini lebih mempunyai toleransi terhadap ketidakmurnian bahan bakar.
PAFC banyak digunakan pada generator combine cycle dimana panas yang dihasilkan oleh fuel cell ini
dimanfaatkan kembali untuk memanaskan air dll. Kelemahan fuel cell jenis ini adalah startup yang cukup
lama.
5.6 Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Elektrolit : pada umumnya terdiri dari alkali karbonat (Na & K) dalam larutan ceramics
Catalyst / elektroda : temperature yang tinggi memungkinkan penggunaan elektroda non platinum
Temperatur operasi : 600 – 700 oC
Efisiensi : 50 - 60 %
Temperature operasi yang tinggi memungkinkan penggunaan bahan bakar gas hidrokarbon dapat
dikonversikan menjadi hydrogen pada fuel cell itu sendiri (internal reforming). Fuel cell jenis MCFC tidak
rentan terhadap CO2, bahkan tipe fuel cell ini dapat menggunakan karbon dioksida sebagai bahan bakar.
MCFC sangat cocok digunakan pada sumber pembangkit dengan daya besar dan aplikasi combine cycle.
Akan tetappi temperature yang tinggi membuat fuel cell ini rentan terhadap korosi, selain itu kelemahan
lain adalah waktu start up yang cukup panjang.
5.7 Solid Oxide Fuel Cells (SOFC)
Elektrolit : Ceramic solid, umumnya yttria-stabilized zirconia (YSZ)
Catalyst / elektroda : temperature yang tinggi memungkinkan penggunaan elektroda non platinum
Temperatur operasi : 700 – 100 oC
Efisiensi : 50 - 60 %
Temperature operasi yang tinggi memungkinkan penggunaan bahan bakar gas hidrokarbon dapat
dikonversikan menjadi hydrogen pada fuel cell itu sendiri (internal reforming), walaupun bentuk
hidrokarbon yang lain dapat digunakan akan tetapi memerlukan eksternal reformer. SOFC sangat cocok
digunakan pada sumber pembangkit dengan daya besar dan aplikasi combine cycle. Penggunaan
elektrolit yang solid memudahkan dalam pemeliharaan, akan tetappi temperature yang tinggi membuat
fuel cell ini rentan terhadap korosi, selain itu kelemahan lain adalah waktu start up yang cukup panjang.
Cook, B. (2001). An Introduction to Fuel Cells and Hydrogen Technology. Vancouver, Canada.