TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER · PDF fileGambaran tahapan penunjukan APB, dapat...
Transcript of TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER · PDF fileGambaran tahapan penunjukan APB, dapat...
1
TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH
Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.
Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Yogyakarta
2
I. PENDAHULUAN
Sumber benih merupakan tempat dimana koleksi benih dilakukan. Perbedaan
potensi genetik yang dimiliki diantara sumber benih, seringkali sangat besar dan hal
ini akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dan kualitas tegakan yang
dihasilkan dalam program pembangunan hutan tanaman. Kegagalan dalam
pembangunan hutan tanaman yang disebabkan karena kesalahan dalam
penggunaan sumber benih, besar kemungkinan karena keterbatasan informasi dan
pengetahuan terhadap kualitas sumber benih yang tersedia dan diinginkan oleh para
pengguna. Kualitas sumber benih tersebut juga akan berpengaruh terhadap harga
benih sehingga terkesan lebih mahal. Namun demikian, harga benih tersebut pada
umumnya tidak akan melebihi 5% dari biaya total pembuatan tanaman akan tetapi
dapat menghasilkan tegakan dengan peningkatan yang jauh lebih besar. Beberapa
jenis yang telah dilakukan program pemuliaan pohon secara intensif dapat
meningkatkan hasil sampai dengan 300%.
Belakangan ini kesadaran para pengguna (user) untuk menggunakan benih
unggul cukup besar. Bahkan untuk program penghijaun dan rehabilitasi lahan
melalui program “Seed for People” telah mulai menggunakan benih unggul untuk
menghasilkan tegakan hutan yang berkualitas. Seringkali para pengguna ingin
mengembangkan suatu jenis tanaman dengan harapan akan menghasilkan tegakan
yang baik, namun untuk jenis tersebut belum tersedia sumber benih yang
berkualitas. Untuk itu diperlukan suatu informasi dan petunjuk teknis yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam memilih sumber benih maupun membangun
sumber benih yang lebih baik.
Untuk menghindari timbulnya kerugian yang tidak diinginkan dikemudian hari,
perlu diketahui sumber benih yang tersedia dan sesuai dengan tapak dimana jenis
tanaman tersebut akan dikembangkan. Pengetahuan mengenai sumber benih
tersebut juga akan bermanfaat terhadap persiapan dan strategi yang harus
dilakukan sebelum diperoleh sumber benih yang diinginkan.
8
3
II. PENGERTIAN SUMBER BENIH
Sumber benih merupakan tegakan di dalam kawasan hutan dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Sumber benih
dapat ditunjuk dan dibangun sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku terkait
dengan pengetahuan tentang sumber benih.
Sumber benih yang ditunjuk dapat diperoleh dari hutan hutan alam atau hutan
tanaman yang pada awalnya tidak ditujukan sebagai sumber benih. Penunjukan
sumber benih ini dilakukan karena belum tersedianya sumber benih unggul untuk
jenis yang diinginkan dan kebutuhan benih yang mendesak serta terbatas.
Sedangkan melalui pembangunan, tegakan sejak semula telah diputuskan bahwa
tujuan utama pembangunannya adalah untuk sumber benih sesuai dengan tujuan
pengusahaannya. Misalnya: untuk meningkatkan riap volume dan kualitas kayu,
meningktakan kelimpahan produksi buah/ biji dan kualitas minyak yang dihasilkan,
dll.
III. KLASIFIKASI SUMBER BENIH
Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No: P.01/Menhut-II/2009 yang
telah direvisi menjadi P.72/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan
Tanaman Hutan, sumber benih terbagi atas:
1) Tegakan benih teridentifikasi
2) Tegakan benih terseleksi
3) Areal produksi benih
4) Tegakan benih provenan
5) Kebun benih semai
6) Kebun benih klon
7) Kebun pangkas
Urutan klasifikasi sumber benih tersebut didasarkan atas kualitas genetik dari
benih yang dihasilkan. Kualitas benih dari masing-masing sumber benih tersebut
bergantung dari perlakuan dan seleksi yang telah diterapkan pada tegakan
dimaksud, yang penjelasannya akan diuraikan pada bab selanjutnya.
4
IV. TAHAPAN MEMPEROLEH SUMBER BENIH
Penyediaan sumber benih dapat dilakukan sesuai dengan status sumber
benih dari jenis yang akan dikembangkan. Apabila sumber benih dari suatu jenis
belum tersedia, maka penyediaan sumber benih dapat dilakukan dalam jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Sedangkan apabila sumber benih
dari suatu jenis sudah tersedia pada klasifikasi sumber benih tertentu, maka yang
dapat dilakukan adalah peningkatan kualitas sumber benih pada klasifikasi yang
lebih tinggi sehingga diperoleh sumber benih dengan kualitas genetik yang
diinginkan.
Upaya yang dapat dilakukan apabila belum tersedia sumber benih untuk
mencapai tujuan tersebut di atas dapat dilakukan dengan beberapa tahapan sbb.:
1. Jangka Pendek :
Penunjukan sumber benih pada klasifikasi yang memungkinkan (Tegakan
Benih Teridentifikasi-TBI, Tegakan Benih terseleksi-TBS atau Areal Produksi
Benih-APB), di hutan alam atau di hutan tanaman. Informasi potensi sebaran
alam dan tanaman dari species target perlu diketahui untuk memudahkan
dalam perencanaannya.
Peningkatan kualitas sumber benih dengan penunjukan sumber benih pada
klasifikasi di atasnya, misal dari TBI menjadi TBS, atau dari TBS menjadi APB
sesuai dengan kondisi tegakan dan lingkungan sekitarnya. Penerapan
perlakuan pada tegakan tersebut akan meningkatkan kualitas benih yang
dihasilkan.
2. Jangka Menengah:
Pada jangka menengah, upaya pengadaan benih unggul harus mulai
dipikirkan. Oleh karena benih unggul hanya dapat diperoleh dari sumber
benih yang dibangun melalui program pemuliaan pohon, maka uji-uji
pemuliaan harus mulai dipersiapkan. Uji pemuliaan yang dapat dilakukan
pada jangka menengah adalah dengan membangun uji provenan/ras lahan
dan uji keturunan. Agar lebih efisien kedua tahapan tersebut juga dapat
5
dilakukan bersamaan bergantung dari informasi keragaman genetik dari
populasi dasarnya.
Informasi dan materi dari hasil uji pemuliaan tersebut akan digunakan untuk
membangun Tegakan Benih Provenan (TBP) dari hasil uji provenan, Kebun
Benih Semai (KBS) dan Kebun Benih Klon (KBK) dari hasil uji keturunan.
3. Jangka Panjang:
Pada jangka panjang, program perhutanan klon dapat dipersiapkan untuk
mengembangkan klon unggul berdasarkan hasil uji klon. Klon dapat berasal
dari pohon plus hasil uji keturunan pada jangka menengah atau hasil
persilangan antar individu yang mempunyai karakter unggul, misalnya:
persilangan antar individu dengan produksi buah yang berlimpah dan cepat
tumbuh dengan individu yang mempunyai rendemen dan kualitas minyak
tinggi, atau individu dengan riap tinggi dan cepat tumbuh dengan individu
yang mempunyai wood density tinggi dan lignin rendah.
Hasil uji klon dapat digunakan untuk membangun Kebun Pangkas (KP) yang
merupakan sumber benih dengan kualitas genetik tertinggi untuk
memproduksi materi vegetatif dalam pembangunan hutan tanaman.
Secara umum tahapan umum yang harus dilalui untuk menghasilkan sumber
benih sebagaimana dijelaskan di atas disajikan pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Tahapan umum dalam penunjukan dan pembangunan sumber benih
V. TEKNIK PENUNJUKAN SUMBER BENIH
Penunjukan sumber benih dilakukan karena belum tersedianya sumber benih
unggul disamping kebutuhan benih yang mendesak untuk segera dipenuhi. Dengan
pertimbangan tersebut maka tegakan alam atau tanaman dapat dikonversi menjadi
sumber benih. Sumber benih yang masuk dalam klasifikasi sumber benih tersebut
meliputi: 1) Tegakan Benih Teridentifikasi, 2) Tegakan Benih Terseleksi, dan 3)
Areal Produksi Benih.
1. Tegakan Benih Teridentifikasi (TBI).
Syarat untuk menunjuk sumber benih ini adalah telah diketahui batas areal
dan komposisi jenisnya, namun jalur isolasi belum diperlukan. Tegakan tersebut
UJI PROVENAN
TANAMAN
KEBUN BENIH SEMAI F-1
UJI KETURUNAN F-1
TEGAKAN BENIH PROVENAN VEGETATIF GENERATIF
KEBUN BENIH KLON F-1
UJI KLON
KEBUN PANGKAS
UJI KETURUNAN F-2
TANAMAN TANAMAN DST
pohon induk
pohon plus pohon plus
seleksi
seleksi
seleksi
stek
benih
TEGAKAN BENIH TERIDENTIFIKASI, TEGAKAN BENIH TERSELEKSI, AREAL PRODUKSI BENIH
seleksi
TANAMAN
POPULASI PEMULIAAN
POPULASI INFUSI
benih
benih
TEGAKAN ALAM/ TANAMAN
7
harus didominasi oleh jenis yang ditunjuk atau diinginkan (species target) namun
tindakan silvikultur belum dilakukan, seperti: penjarangan, stimulasi pembungaan,
dll. Jumlah pohon induk pada tegakan ini minimal berjumlah 25 pohon untuk
menjaga keragaman genetik. TBI harus masih produktif sehingga mampu
memproduksi benih dalam jumlah yang cukup.
Tahapan penunjukan TBI adalah sebagai berikut:
Tegakan alam atau tanaman yang didominasi species target, diidentifikasi dan
didiskripsi baik kondisi tegakannya, produksi buahnya maupun kondisi
lingkungannya.
Hasil identifikasi dan diskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
menunjuk tegakan tersebut sebagai sumber benih (TBI), antara lain ditentukan
oleh: kesehatan tegakan, aksesibilitas (kemudahan mencapai lokasi), luas areal,
topografi, keamanan, dll.
Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan
tanaman.
Gambaran tahapan penunjukan TBI, dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tahapan penunjukan Tegakan Benih Teridentifikasi (TBI)
8
2. Tegakan Benih Terseleksi (TBS).
Sumber benih ini merupakan peningkatan kualitas dari TBI dengan
menyeleksi tegakan lain dari jenis yang sama karena kualitas tegakannya diatas
rata-rata atau diketahui lebih baik dibandingkan tegakan yang lain. Penjarangan
seleksi dilakukan bila jarak antar pohon penyusunnya terlalu rapat dengan cara
menebang/ menghilangkan pohon-pohon yang kurang baik untuk memacu
pertumbuhan pohon dan produksi benih. Oleh karena TBS harus dijarangi, maka
harus dipilih lokasi yang memungkinkan untuk dilakukan penjarangan/penebangan.
Dalam hal ini areal konservasi, hutan lindung dan zona inti tidak dapat ditunjuk
sebagai TBS. Batas-batas tegakan juga harus dapat diidentifikasi dengan mudah di
lapangan.
Tahapan penunjukan TBS adalah sebagai berikut:
Tegakan alam atau tanaman yang didominasi species target, diidentifikasi dan
didiskripsi baik kondisi tegakannya maupun kondisi lingkungannya.
Hasil identifikasi dan diskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyeleksi tegakan untuk ditunjuk sebagai sumber benih (TBS). Tegakan benih
selain ditentukan oleh persyaratan TBI (kesehatan tegakan, aksesibilitas, luas
areal, topografi) juga ditentukan oleh penampilan tegakan yang di atas rata-rata
tegakan lainnya (pertumbuhan, produksi buah,dll.).
Tegakan yang telah terseleksi dilanjutkan dengan penjarangan dengan
membuang pohon-pohon yang jelek dan produksi buahnya rendah, untuk
mengatur jarak tanam yang optimal untuk menghasilkan buah agar dapat
meningkatkan produksi buah. Jarak tanam tersebut akan bertambah sesuai
dengan lebar tajuk dari pohon hingga tidak bersinggungan.
Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan
tanaman.
Gambaran tahapan penunjukan TBS, dapat dilihat pada Gambar 3
9
Gambar 3. Tahapan penunjukan Tegakan Benih Terseleksi (TBS)
3. Areal Produksi Benih (APB).
Sumber benih ini merupakan peningkatan kualitas dari TBI maupun TBS
dengan penerapan tindakan silvikultur yang lebih intensif seperti pemeliharaan
(penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, dll.) dan stimulasi
pembungaan agar cepat berbunga dan berbuah sehingga dapat memproduksi benih
secara berlimpah. Selain itu, penjarangan seleksi juga telah dilakukan lebih intensif
dibandingkan dengan TBS. Selain itu, pada APB harus dibuat jalur isolasi untuk
menghindari terjadinya kontaminasi tepung sari dari pohon-pohon yang tidak
dikehendaki.
Tahapan penunjukan APB adalah sebagai berikut:
Tegakan alam atau tanaman yang didominasi species target, diidentifikasi dan
didiskripsi baik kondisi tegakannya maupun kondisi lingkungannya.
Hasil identifikasi dan diskripsi digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
menyeleksi tegakan untuk ditunjuk sebagai sumber benih (APB). Persyaratan
untuk APB sebagaimana TBS (kesehatan tegakan, aksesibilitas, luas areal,
topografi, pertumbuhan, produksi buah,dll.).
10
Tegakan yang telah terseleksi dilanjutkan dengan penjarangan dengan
membuang pohon-pohon yang jelek dan produksi buahnya rendah, untuk
mengatur jarak tanam yang optimal agar dapat meningkatkan produksi buah,
sebagaimana dijelaskan pada TBI.
Jalur isolasi dibuat untuk menghindari kontaminasi tepung sari dari pohon-pohon
yang tidak dikehendaki. Jalur isolasi dibuat minimal selebar 50 m mengelilingi
APB. Jalur isolasi ini dapat lebih lebar terganting dari out crossing rate dari
species target.
Untuk meningkatkan produksi buah dilakukan tindakan silvikultur yang lebih
intensif seperti pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, dll.) dan bila diperlukan dengan stimulasi pembungaan.
Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan
tanaman.
Gambaran tahapan penunjukan APB, dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 7. Tahapan penunjukan Areal Produksi Benih (APB)
11
VI. TEKNIK PEMBANGUNAN SUMBER BENIH UNGGUL
Pembangunan sumber benih merupakan penanaman suatu tegakan yang
sejak semula telah diputuskan bahwa tujuan utama pembangunannya adalah untuk
sumber benih. Pembangunan sumber benih dalam kelompok ini didasarkan pada
hasil-hasil uji pemuliaan tanaman hutan untuk mendapatkan informasi populasi atau
individu yang telah teruji sesuai dengan klasifikasi sumber benih yang akan
dibangun, seperti: uji provenan, uji keturunan dan uji klon. Oleh karena telah melalui
proses uji pemuliaan tanaman hutan, benih yang dihasilkan dari kelompok sumber
benih ini dikategorikan sebagai benih unggul. Sumber benih yang masuk didalam
klasifikasi sumber benih ini meliputi: 1) Tegakan Benih Provenan, 2) Kebun Benih
Semai, 3) Kebun Benih Klon, dan 4) Kebun Pangkas.
1. Tegakan Benih Provenan (TBP).
TBP adalah sumber benih yang dibangun dari benih yang provenannya telah
diketahui keunggulannya terhadap sifat-sifat yang diinginkan (pertumbuhan,
produksi buah, rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan, dll.) melalui uji
provenan yang telah dilakukan sebelumnya. Uji provenan merupakan uji yang
membandingkan sumber benih alami (ras geografik) dan terkadang melibatkan ras
lahan (tanaman) dari suatu jenis tanaman untuk mendapatkan informasi provenan/
ras lahan terbaik pada lokasi pengembangan.
Oleh karena tegakan tersebut sejak awal ditujukan untuk produksi benih,
maka tegakan dapat ditanam pada tapak yang kondusif bagi produksi benih dan
diperlakukan untuk menstimulasi produksi benih yang berlimpah serta penebangan
pohon-pohon yang jelek dilakukan melalui penjarangan seleksi hingga jarak antar
pohon optimal untuk persilangan. Hal ini mungkin tidak dapat dilakukan pada TBI,
TBS dan APB, karena penunjukannya dilakukan setelah diketahui bahwa tegakan
tersebut memenuhi syarat sebagai sumber benih sesuai dengan kelasnya.
Manajemen untuk TBP sejak awal diarahkan untuk produksi benih sehingga
pemilihan lokasi, tindakan silvikultur, penjarangan seleksi dan penanganan benih
yang akan dilakukan telah dipersiapkan lebih baik dan lebih terencana.
12
Tahapan pembangunanTBP adalah sebagai berikut:
Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan TBP berasal dari provenan
terbaik dari hasil uji provenan yang telah dilakukan sebelumnya. Benih
dikumpulkan minimal dari 25 pohon induk pada tegakan provenan terbaik.
TBP dibangun dengan menanam bibit dari provenan terbaik dengan jarak tanam
awal yang lebih dekat sehingga setelah dilakukan penjaraangan akan dihasilkan
jarak antar pohon yang optimal untuk produksi buah.
Penjarangan dilakukan setelah tajuk bersinggungan dengan membuang pohon-
pohon yang jelek dan produksi buahnya rendah, untuk mengatur jarak tanam
yang optimal agar dapat meningkatkan produksi buah.
Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada APB.
Untuk meningkatkan produksi buah dilakukan tindakan silvikultur sebagaimana
pada APB.
Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan
tanaman.
Gambaran tahapan penunjukan APB, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tahapan pembangunan Tegakan Benih Provenan (TBP)
13
2. Kebun Benih Semai (KBS).
KBS merupakan kebun benih yang dibangun dengan menggunakan benih
(materi generatif) dari induk-induk terseleksi yang dikelola dan diisolasi untuk
menghindari atau mengurangi penyerbukan dari tepung sari yang tidak diinginkan
serta dikelola untuk memproduksi benih (materi generatif) yang secara genetik
bermutu dan berlimpah.
Oleh karena KBS dibangun dengan tujuan untuk produksi benih, maka KBS
pada dasarnya menyerupai TBP, namun intensitas seleksi pohon induk yang
diterapkan jauh lebih tinggi dan lebih hati-hati. Apabila TBP dibangun berdasarkan
informasi dari hasil uji provenan pada tingkat populasi, maka KBS dibangun
berdasarkan pada hasil uji keturunan pada tingkat individu. Uji keturunan merupakan
suatu cara untuk mengevaluasi individu melalui perbandingan keturunan dalam
suatu eksperimen. Seleksi pada TBP dilakukan berdasarkan fenotipenya tanpa
mempertimbangkan hubungan kekerabatan individu penyusunnya. Sedangkan KBS
didasarkan pada informasi penampilan pohon induk (famili) dari keturunannya dan
nilai parameter genetiknya.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pembangunan KBS harus diidentifikasi
untuk setiap famili yang akan dilibatkan. Sedangkan untuk TBP, benih yang
digunakan adalah benih campuran dari suatu provenan. Pada umumnya KBS
dibangun dengan cara mengkonversi uji keturunan, sehingga dalam waktu yang
bersamaan selain diperoleh informasi parameter genetik dari sifat yang akan
dikembangkan sekaligus dapat memproduksi benih unggul dari individu-individu
superior dan famili-famili terbaik setelah dilakukan seleksi. Benih dapat diproduksi
setelah seleksi selesai dilakukan yaitu setelah 1 pohon terbaik dari setiap plot dari
famili-famili terseleksi.
Tahapan pembangunan KBS adalah sebagai berikut:
Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan KBS berasal dari pohon induk
(famili) dari hutan alam atau tanaman, atau dari pohon plus hasil uji keturunan
yang telah dilakukan sebelumnya. Benih dikumpulkan minimal dari 25 pohon
induk.
Uji keturunan dibangun dengan rancangan tertentu dengan menanam bibit dari
masing-masing famili dengan jarak tanam awal yang lebih pendek. Identitas dari
masing-masing famili harus tetap terjaga hingga seleksi selesai dilakukan.
14
Penjarangan seleksi dilakukan dengan membuang pohon-pohon yang jelek dan
rendah produksi buah. Seleksi dilakukan di dalam famili atau antar famili bla
diperlukan sehingga tertinggal pohon-pohon dari famili terbaik yang dapat
memproduksi buah berlimpah.
Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada TBP.
Untuk meningkatkan produksi buah dilakukan tindakan silvikultur sebagaimana
pada TBP.
Benih dari pohon-pohon induk penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan
tanaman.
Gambaran tahapan pembangunan KBS, dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 9. Tahapan pembangunan Kebun Benih Semai (KBS) 3. Kebun Benih Klon (KBK).
KBK adalah kebun benih yang dibangun dengan bahan vegetatif, antara lain
ranting, tunas dan mata tunas yang berasal dari pohon plus hasil uji keturunan untuk
memproduksi materi generatif (biji). KBK pada dasarnya menyerupai KBS,
perbedaannya terletak pada materi yang digunakan untuk membangun kedua kebun
benih tersebut yaitu dari bagian generatif (KBS) dan dari bagian vegetatif (KBK).
15
Keduanya dibangun berdasarkan hasil uji keturunan dan dengan tujuan untuk
menghasilkan materi generatif. Oleh karena itu, untuk membangun KBK diperlukan
penguasaan teknik pembiakan vegetatif dari species target sehingga dapat tumbuh
dengan baik dan dapat menghasilkan buah yang berlimpah.
Pada prinsipnya KBK merupakan duplikat dari pohon plus hasil uji keturunan
yang dibangun dengan replikasi dan luasan tertentu sebagai populasi perbanyakan,
sehingga dapat menghasilan benih dengan kualitas tinggi dan dalam jumlah yang
berlimpah serta mudah dalam pengunduhannya. Oleh karena uji keturunan dapat
dibangun dengan persilangan terbuka (half-sib) dan persilangan terkendali (full-sib),
maka KBK dapat dibangun dengan rancangan: 1) sistimatik (jarak tanam yang relatif
sama) untuk half-sib dan 2) kelompok (klaster) untuk full-sib. Yang perlu diperhatikan
untuk kedua model KBK tersebut adalah jarak tanam yang optimal antar klon
penyusunnya agar persilangan dapat maksimal, dan jarak antar klaster agar tidak
terjadi kontaminasi tepung sari antar klaster.
Tahapan pembangunan KBK adalah sebagai berikut:
Pengumpulan benih sebagai materi pembangunan KBK berasal dari pohon plus
hasil uji keturunan yang telah dilakukan sebelumnya. Materi vegetatif dikumpulkan
minimal dari 25 pohon plus.
KBK yang dibangun dari uji keturunan half-sib dibangun dengan rancangan
sistematik, dengan menggunakan jarak tanam yang sama dengan menanam bibit
dari masing-masing klon dengan jarak tanam optimal untuk produksi buah.
KBK yang dibangun dari uji keturunan full-sib dibangun dengan rancangan
klaster, dengan menggunakan jarak tanam yang sama di dalam klaster (jarak
tanam optimal) dan jarak antar klaster yang lebih lebar (tidak dimungkinkan
terjadinya persilangan antar klaster).
Pemangkasan pucuk (top prunning) dapat diterapkan untuk memperlebar tajuk
dan meningkatkan produksi buah, namun harus dilakukan dengan hati-hati agar
tidak rusak atau mati.
Jalur isolasi dibuat sebagaimana pada KBS.
Untuk meningkatkan produksi buah dilakukan tindakan silvikultur sebagaimana
pada KBS.
Benih dari klon penyusunnya dikumpulkan untuk program hutan tanaman.
Gambaran tahapan pembangunan KBK dapat dilihat pada Gambar 7.
16
Gambar 7. Tahapan pembangunan Kebun Benih Klon (KBK)
4. Kebun Pangkas (KP).
KP merupakan sumber benih dengan kualitas tertinggi yang dibangun dari
bahan yang telah teruji melalui uji klon untuk memproduksi materi vegetatif berupa
stek, tunas, akar, daun, jaringan tanaman guna perbanyakan bibit unggul tanaman.
KP berasal dari hasil pembiakan vegetatif dari klon yang jelas asal-usulnya serta
memiliki keunggulan tertentu sesuai dengan kaidah penyelenggaraan pemuliaan
tanaman hutan. Klon yang dilibatkan dalam uji klon tersebut dapat berasal dari
pohon plus hasil uji keturunan maupun dari tegakan alam/tanaman.
Oleh karena KP dibangun dengan tujuan untuk memproduksi materi vegetatif
(stek), maka klon yang digunakan dalam KP harus bersifat mudah diperbanyak
secara masal melalui pembiakan vegetatif. Dengan demikian KP dibangun dengan
menggunakan jenis tanaman dan klon unggul yang mempunyai kemampuan tinggi
untuk diperbanyak secara vegetatif. Hal ini yang menyebabkan KP mempunyai
kualitas genetik tertinggi karena diperoleh dari hasil seleksi uji klon dan diturunkan
melalui pembiakan vegetatif untuk mempertahankan keunggulan klon pada
keturunannya.
17
KP dapat dibangun di lapang, di persemaian atau di dalam rumah kaca
bergantung pada ukuran bibit dalam menghasilkan stek dan umur produksi dari jenis
yang bersangkutan. Masing-masing metode tersebut mempunyai kelebihan dan
kekurangan. KP pada umumnya menghasilkan stek yang mempunyai kemampuan
dan umur produksi sangat terbatas. Oleh karena itu dalam satu KP, klon unggul
harus terdiri dari minimal 25 ramet agar dapat memproduksi stek secara masal dan
harus diganti dengan bahan tanaman baru setelah tidak produktif dengan
menggunakan klon yang sama atau klon unggul lainnya. Untuk meningkatkan
produksi stek, maka KP harus dikelola dengan menerapkan teknik pengelolaan KP
yang intensif seperti: pemangkasan, pemupukan, pembersihan gulma,
pemberantasan hama dan penyakit, dan perlakuan lainnya.
Tahapan pembangunan KP adalah sebagai berikut:
Pengumpulan materi genetik (klon) untuk pembangunan KP dapat berasal dari
pohon plus hasil uji keturunan yang telah dilakukan sebelumnya untuk
membangun uji klon atau dari hutan alam/ tanaman yang mempunyai keunggulan
tertentu.
Uji klon dapat dibangun dengan menggunakan beberapa klon untuk
membandingkan klon-klon terseleksi untuk melihat kemampuan berakar dan
beradaptasi pada lingkungan tumbuhnya.
Klon unggul dari hasil evaluasi uji klon, digunakan sebagai materi pembangunan
KP sebagai sumber benih.
KP dibangun dengan menggunakan materi vegetatif dari klon unggul minimal
dengan menggunakan 25 ramet per klon.
KP dapat dibangun dilapang, rumah kaca atau bedeng persemaian dengan jarak
tanam atau antar ramet yang rapat (misal: 1 x 1 m).
Untuk meningkatkan produksi benih (vegetatif) dilakukan tindakan silvikultur
seperti pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan
penyakit, dll.), pemangkasan pucuk dan permudaan tanaman.
Benih (vegetatif) dari setiap klon diproduksi untuk program hutan tanaman.
Gambaran pembangunan KP, dapat dilihat pada Gambar 8.
18
Gambar 8. Tahapan pembangunan Kebun Pangkas (KP)
DAFTAR BACAAN
Barner H, K Olesen, H Wellendroff. 1992. Classification and selection of seed
sources. Lecture Note. Danida Forest Seed Centre. Davidson J. 1992. Tree breeding and propagation-some concepts. Proc. of The
Regional Workshop on Tree Breeding and Propagation. Bangkok, Thailand. Peraturan Menteri Kehutanan No:P.01/Menhut-II/2009 yang telah direvisi dengan
No:P.72/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta
Giertych M. 1975. Seed orchard design. In: E. Faulkner, 1975. Seed Orchard. Forest Commision Bulletin No54. USDA Forest Service.
Lauridsen EB. 1992. Seed source management. Lecture Note. Danida Forest Seed Centre.
Leksono B. dan M Naiem. 2001. Sumber benih dan pemuliaan tanaman hutan. Seminar Perbenihan Regional Wilayah Sulawesi. Balai Perbenihan Tanaman Hutan Ujung Pandang Tanggal 23-24 April 2001. Makasar.
Leksono B. 2001. Teknik pembangunan kebun benih semai uji keturunan generasi kedua. Wana Benih Vo. IV No.1. Th 2001. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan. Yogyakarta.
Leksono B. 2003. Teknik penunjukan dan pembangunan sumber benih. Informasi teknis Vol.1 No.1 Tahun 2003. Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman hutan. Yogyakarta.
Peraturan Menteri Kehutanan No:P.1/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan. Jakarta
19
Vanclay JK. 1991. Seed orchard design by computer. Silvae Genetica 40:89-91. Zobel BJ, JT Talbert. 1984. Applied forest tree improvement. John Wiley & Sons
Inc. Canada.