Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan...

5
Musyawarah Kampung, Melihat Masalah Bersama-sama -3 Langkah Awal Menuju Sinergitas Perencanaan - 5 LANDASAN II PAPUA BARAT Kegiatan Pendampingan Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Kampung, Puskesmas dan Sekolah Berjarak sekira 10 km dari Ibukota Kabupaten Kaimana, di bagian Timur terdapat sebuah kampung bernama Kampung Marsi. Jalan menanjak dan berliku membelah perbukitan mewarnai perjalanan menuju kampung ini. Sebagian jalanan menuju kampung adalah jalan tidak beraspal dengan batu kerikil yang membuat perjalanan menjadi lambat. Namun sambutan pemandangan indah dari Kolam Sisir yang hijau dalam perjalanan membuatnya jadi tidak menjenuhkan. Kampung Marsi adalah kampung yang dihuni oleh Suku Mairasi, salah satu suku tertua di Kaimana. Mairasi berarti orang berkulit hitam dan berambut keriting. Namun kini telah banyak pendatang yang bekerja dan menetap di Kampung Marsi. Kondisi ini sedikitnya menggambarkan keterbukaan orang-orang Mairasi kepada pendatang. TEKAD MEMBANGUN PERENCANAAN TERSINERGI DI KAMPUNG MARSI Oleh: Halia Asriyani (KM Officer Landasan II) FEBRUARI 2020

Transcript of Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan...

Page 1: Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesai dengan pemilihan

Musyawarah Kampung,Melihat MasalahBersama-sama -3 Langkah Awal MenujuSinergitasPerencanaan - 5

LANDASAN II PAPUA BARATKegiatan Pendampingan Sinergi Perencanaan dan Penganggaran Kampung, Puskesmas dan Sekolah

Berjarak sekira 10 km dari Ibukota Kabupaten Kaimana, di bagian Timurterdapat sebuah kampung bernama Kampung Marsi. Jalan menanjakdan berliku membelah perbukitan mewarnai perjalanan menujukampung ini. Sebagian jalanan menuju kampung adalah jalan tidakberaspal dengan batu kerikil yang membuat perjalanan menjadi lambat.Namun sambutan pemandangan indah dari Kolam Sisir yang hijaudalam perjalanan membuatnya jadi tidak menjenuhkan. Kampung Marsi adalah kampung yang dihuni oleh Suku Mairasi, salahsatu suku tertua di Kaimana. Mairasi berarti orang berkulit hitam danberambut keriting. Namun kini telah banyak pendatang yang bekerjadan menetap di Kampung Marsi. Kondisi ini sedikitnya menggambarkanketerbukaan orang-orang Mairasi kepada pendatang.

TEKAD MEMBANGUN PERENCANAANTERSINERGI DI KAMPUNG MARSIOleh: Halia Asriyani (KM Officer Landasan II)

FEBRUARI 2020

Page 2: Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesai dengan pemilihan

Kita bertekaduntuk membuatRPJM Kampungsendiri sesuaidengan masukandan kebutuhanmasayarakat

Pagi itu, 3 Februari 2020, satu per satu orang berdatangan di BalaiKampung Marsi. Mereka adalah aparat kampung dan para tokohmasyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan RencanaPembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesaidengan pemilihan kepala kampung pada akhir tahun 2019, kini saatnyamereka menyusun RPJMK. Kali ini, proses penyusunan RPJM KampungMarsi akan dilakukan dengan melibatkan perwakilan dari bidangkesehatan dan pendidikan. Mereka adalah para staf Pustu KampungMarsi serta para pengajar SD YPK SISIR I yang turut hadir pula pagi itu. Pendampingan sinergi Perencanaan dan Penganggaran Kampung,Puskesmas dan Sekolah di Kampung Marsi berlangsung selama lima hari(3-7 Februari 2020). Para peserta belajar sekaligus mempraktikkanlangsung proses perencanaan kampungnya. Kegiatan ini dipandu olehtim fasilitator dari Provinsi Papua Barat dan dari Kabupaten Kaimanayang sebelumnya telah dipersiapkan melalui kegiatan training of trainersinergitas perencanaan oleh tim KOMPAK-LANDASAN pada November2019 lalu. Mereka adalah Umi Riantiny dari DPMK Provinsi Papua Baratyang akan memfasilitasi kelompok kampung bersama dengan BarnesiKetsia Dias dari DPMK Kabupaten Kaimana dan Moh. Dain Warfete dariBappeda Kabupaten Kaimana. Kelompok Kesehatan sendiri difasilitasioleh Richard Tombiling dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kaimana.Sementara kelompok pendidikan difasilitasi oleh Blasius Kilmas dariDinas Pendidikan Kabupaten Kaimana. Melalui sinergitas perencanaan ini akan lahir usulan RencanaPembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK) dan Rencana KerjaPembangunan Kampung (RKPK); Rencana Usulan Kegiatan (RUK) danRencana Kerja Tahunan (RKT) Pustu Kampung Marsi; serta RencanaKerja Sekolah (RKS), Rencana Kerja Tahunan (RKT) dan RencanaKegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) SD YPK Sisir I. Semua dokumenini nantinya akan menjadi acuan dalam melakukan kegiatanpembangunan di Kampung Marsi. Juga menjadi program yang akandilaksanakan Pustu dan Sekolah dalam memberikan pelayanan dasarbagi masyarakat Kampung Marsi.

"Kita bertekad untuk membuat RPJMKampung sendiri sesuai dengan masukandan kebutuhan masyarakat,” tegas KepalaKampung Marsi, Roni Jaisona dalamsambutannya pada pembukaan kegiatan.Roni sendiri sebelumnya adalah kaderkampung yang mengelola SAIK (SistemAdministrasi dan Informasi Kampung) diKampung Marsi. Data SAIK yang tersediainilah kemudian menjadi acuan dalammembuat perencanaan kampung yangberbasis data. Sebelum mulai melakukan perencanaan,para peserta memperoleh materi pengantardari para fasilitator berupa pentingnyamenyusun perencanaan; penyelarasan arahkebijakan perencanaan pembangunanKabupaten Kaimana; penganggaran danadesa; perencanaan dan manajemenpuskesmas bagi kelompok kesehatan; danpenyusunan profil sekolah dan raport mutubagi kelompok pendidikan. Selanjutnya para peserta mulai berfokuspada sektor masing-masing untukmelakukan pengkajian data dan identifikasimasalah. Pada tahap ini pun merekamenentukan prioritas dari masalah-masalahyang telah diidentifikasi bersama. Hasilnyalalu disampaikan dalam musyawarahkampung untuk diverifikasi dan disepakatibersama-sama.

Page 3: Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesai dengan pemilihan

Dalam musyawarah kampung, pihak sekolah dan Pustu hadir untukmenyampaikan hasil identifikasi mereka tentang permasalahankesehatan dan pendidikan di Kampung Marsi berdasarkan data yangmereka miliki. Proses partisipatif pun terjadi dalam tahap ini. Semuapeserta berkesempatan untuk menyampaikan saran dan harapannyaterkait layanan dasar di kampung. Dalam pemaparan perwakilan PustuKampung Marsi, terdapat empat kondisi kesehatan di Kampung Marsiyang  menjadi prioritas. Masalah tersebut antara lain adanya tujuhkasus balita dengan gizi kurang; 80% ibu hamil tidak melahirkan diFasilitas Layanan Kesehatan; terdapat 80% bayi usia 0-11 bulan yangtidak memperoleh Imunisasi Dasar Lengkap (IDL); dan 77,46% keluargatidak menggunakan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan pemaparan dari Pustu Kampung Marsi, banyak dari pesertayang mulai menyadari bahwa masalah-masalah tersebut memang perlumendapat perhatian. Richard Tombiling, fasilitator kelompok kesehatanmenyampaikan bahwa kasus gizi kurang ini perlu ditangani denganbenar. “Ini fakta yang kita temukan. Ada tujuh balita mengalami gizikurang. Kalau ini sampai ke level gizi buruk, itu tidak akan bisadisembuhkan,” tegasnya.   Para peserta tampak kaget, sebagian darimereka mengaku baru mengetahui hal tersebut. Pihak Pustumemaparkan penyebab kondisi ini diantaranya pengetahuan orangtuayang kurang mengenai gizi bahkan sejak masa kehamilan. Sementara itu, Kampung Marsi hingga kini belum memiliki Posyandu.Hal tersebut menyebabkan perkembangan balita tidak terpantaudengan baik oleh petugas kesehatan. Peserta lalu menyimpulkan bahwaketiadaan Posyandu ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinyakasus gizi kurang di kampung mereka dan menjadi penyebab bayi usia0-11 bulan tidak memperoleh Imunisasi Dasar Lengkap. “Ayo Pak KepalaKampung, Posyandu ini penting. Kita bisa periksa anak-anak denganteratur. Anak-anak ini masa depan kita,” ungkap Poibe Sihotang,perawat di Pustu Kampung Marsi.

MUSYAWARAH KAMPUNG, MELIHAT MASALAH BERSAMA-SAMA

Sedangkan untuk kasus gizi kurang yangterjadi, program Pemberian MakananTambahan (PMT) akan dilakukan selamaenam bulan kemudian dievaluasi hasilnya.Untuk itu, mereka membutuhkan bantuandana dari kampung dalam menjalankanprogram tersebut. Mengenai  persoalan ke dua di mana 80% ibuhamil tidak melahirkan di Pustumenyebabkan risiko kematian ibu dan bayisaat persalinan menjadi tinggi. “Ibu-ibumungkin merasa lebih nyaman di rumah saja.Dipikirnya kami juga bisa datang membantuproses persalinan. Tapi tidak bisa kami bawasemua alat-alat kesehatan yang dibutuhkankalau darurat. Belum lagi kondisi tempatnyatidak steril. Ini penting dan harus kitaperhatikan bersama,” ungkap Hasrawati,Bidan Pustu Kampung Marsi. Pada kesempatan tersebut, muncul sarandari peserta untuk melakukan sosialisasibagi ibu-ibu hamil agar melahirkan di pustu.Namun pihak pustu mengaku telahmelakukan hal tersebut kepada ibu-ibu yangdatang memeriksakan kehamilannya.Hasilnya tetap saja ibu tersebut tidakmelahirkan di Pustu. Menurut mereka, akanlebih baik jika terdapat peraturan kampung(perkam) yang mengharuskan ibu hamilmelahirkan di fasilitas kesehatan, termasukkewajiban memeriksakan kehamilan minimalempat kali selama masa kehamilan.

Page 4: Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesai dengan pemilihan

Mengenai air bersih, seluruh peserta menyepakati bahwa memang iniadalah masalah penting. Berdasarkan analisa masalah menggunakan alatsketsa kampung, peserta menemukan bahwa kasus diare memang banyakterjadi di daerah yang tidak memperoleh aliran air bersih. Pihak kampungpun menyetujui untuk membuat jaringan pipa yang mengantarkan airbersih ke rumah-rumah warga yang belum teraliri sebagai solusi masalahini. Dari bidang pendidikan sendiri, pihak sekolah berhasil mengidentifikasibeberapa permasalahan. Salah satunya adalah tidak tercukupinya bukupelajaran untuk menunjang proses belajar siswa. Alokasi dana BOS sendiritidak cukup untuk mengadakan buku-buku pelajaran tersebut. “Anak-anak kami itu ada 66 orang. Masing-masing di kelas ada 9-15 orang. Tapipaling banyak cuma ada 3 buku pelajaran. Solusi kami adalah memintamereka fotokopi, tapi hanya sedikit juga yang mampu fotokopi.” Jelas SriWahyuni, Guru SD YPK Sisir I. “Ya itu anak-anak kami memang berapa kali bilang mau fotokopi buku.Tapi sering kita sedang tidak ada uang juga.” Ungkap Frengki Nanggewa,salah satu peserta musyawarah. Masalah kurangnya jam belajar juga menjadi perhatian penting dalamforum ini. Siswa masuk sekolah seringkali di antara pukul 09.00 hingga10.00, kemudian sudah pulang pukul 12.00. Untuk itu Fitri L.Tawang, GusuSD YPK Sisir I menghimbau kepada orangtua agar bisa mengingatkananak-anaknya ke sekolah tepat waktu serta ikut memperhatikan jambelajar anak-anak mereka di rumah. Kurangnya kemampuan akademiksiswa terbukti dari hasil ujian sekolah yang sebagian besar memperolehnilai di bawah standar juga disampaikan oleh tim sekolah. Merekabermaksud mengadakan jam pelajaran tambahan dengan bantuanpembiayaan guru honor dari kampung. Mengetahui kondisi kesehatan dan pendidikan di kampungnya, KepalaKampung Marsi, Roni Jaisona menyampaikan bahwa musyawarah ini telahmembuka mata kita. Baginya, masalah kesehatan dan pendidikan adalahjuga masalah kampung. Ia berjanji untuk memperhatikan temuan yangtelah disampaikan dalam menyusun program kerjanya. Proses musyawarah ini menjadikan seluruh masalah bisa dilihat bersama-sama. Sebagian besar masalah ini menuntut peran berbagai pihak untukmengatasinya dan forum ini menjadi langkah awalnya.

Beberapa usulan yang berhasil disepakati di bidangkesehatan diantaranya pembuatan peraturankampung untuk mewajibkan ibu-ibu melahirkan difasilitas layanan kesehatan yang tersedia danmemeriksakan diri selama masa kehamila;pembangunan posyandu beserta insentif kaderuntuk memantau perkembangan anak; dukunganpenyelenggaraan kegiatan Pemberian MakananTambahan (PMT) bagi balita gizi kurang; m;mbantupengadaan beberapa alat-alat pemeriksaankesehatan; serta sosialisasi kesehatan. Untuk sektor pendidikan, kampung bersedia untukmembantu pengadaan buku pelajaran siswa danmembiayai guru honor untuk mengajar di kelastambahan bagi siswa. Kampung juga menyisihkandana tambahan untuk menambah buku bacaan danmembangun perpustakaan bagi sekolah. Termasukmembantu perbaikan atap sekolah yang rusak. Selesai dengan RPJMK, selanjutnya pesertabersama-sama menentukan kegiatan yang akandianggarkan pada tahun 2020 dalam RKPK. Prosesmusyawarah pun diakhiri dengan kesepakatanbersama anatara kampung, Pustu dan sekolah. Sampai di sini penyusunan dokumen RPJMK belumberakhir. Masih ada proses panjang yang akanmereka lalui. Terutama Tim 11 sebagai penyusundokumen RPJMK. Namun mereka berkomitmenuntuk menyelesaikan dokumen RPJMK pada akhirMaret 2020. Selama itu, proses pendampingan akanterus berjalan oleh fasilitator lokal dan timKOMPAK-LANDASAN. Begitu pula Pustu dan sekolahyang masih harus menyempurnakan dokumenperencanaan mereka.

Page 5: Tekad membangun sinergitas di kampung marsi · masyarakat yang hendak mengikuti proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kampung (RPJMK). Setelah selesai dengan pemilihan

“Kita yang punyakampung, jadi menjadi

tanggung jawab kitabersama untuk

memajukannya.”

Membuat RPJM bagi peserta adalah hal baru. Sebelumnya,kampung tidak pernah membuat RPJM mereka sendiri. Hal inidiakui oleh Origenes Talahatu, Kepala Kampung Marsi padaperiode sebelumnya yang kini tergabung dalam Tim 11penyusunan RPJMK. “Kita selama ini tidak pernah buat RPJMKsendiri. Apalagi mau melibatkan sekolah dan pustu. Ini langkahyang bagus. Selama lima hari ini kita merasa seperti bermainsaja, karena kegiatannya santai. Tapi terasa manfaatnya.Selanjutnya apa yang sudah diputuskan ini, yang sudah kitasusun di RPJMK, nanti di lapangan yang menentukan. Kitabertugas mendukung dan mengawas, karena kita semua maukampung jadi baik,” ungkapnya. Forum musyawarah kampung yang melibatkan sekolah danPustu juga adalah hal yang baru. Dengan adanya proses ini,semua peserta bisa terbuka mengemukakan pendapat danmelihat masalah bersama-sama. Sebagaimana yangdiungkapkan oleh Rosmina Lodar, Kepala SD YPK Sisir I. “Inipertama kalinya kami dilibatkan dalam penyusunan RPJMKampung. Bersyukur sekali ada proses ini sehingga masalahpendidikan bisa kita pikirkan sama-sama. Selama ini kamimemutar otak bagaimana menyelesaikan masalah pendidikanagar bisa memenuhi delapan standar pendidikan. Apalagidengan jumlah dana BOS yang  jelas tidak mencukupi untukmengatasi permasalahan kami.” “Proses ini bagus sekali, kita benar-benar bersama dari awalmenentukan program. Memang bagusnya begitu, karena tidaksemua paham kondisi kesehatan di sini. Sekarang sudah sadardengan masalah kesahatan di kampung kita toh?” UngkapPoibe Sihotang dari Pustu Kampung Marsi.

Kegiatan ini juga membuat kita belajar menganalisamasalah. Jadi tidak langsung membuat usulan tapi mencaripenyebab masalah terlebih dahulu supaya tidak kelirumenentukan program.” tambahnya. Desiderius Bir, Spesialis Kesehatan tim KOMPAK-LANDASANmenyampaikan bahwa dari 17 kampung yang ada di DistrikKaimana, Kampung Marsi merupakan kampung pertamayang melibatkan masyarakat dalam proses pembuatannya.Riuh tepuk tangan peserta pun menyambut pernyataantersebut. Ia juga tak lupa mengingatkan tugas yang masihharus dijalankan hingga dokumen RPJMK bisa benar-benarselesai dan menjadi dokumen yang resmi. “Harapannyaadalah Kampung Marsi ini ke depan menjadi contoh bagikampung lain. Meski baru dalam tahap awal, namun kitatelah memulainya bersama.” Dalam sambutan penutupnya Kepala Kampung Marsi, RoniJaisona menyampaikan terima kasih kepada tim KOMPAK-LANDASAN yang telah mendampingi jalannya proses ini.Berkali-kali ia juga mengingatkan mengenai pentingnyakordinasi antara kampung, pustu dan sekolah termasukseluruh masyarakat dalam proses selanjutnya dan demikemajuan Kampung Marsi. “Kita yang punya kampung, jadimenjadi tanggung jawab kita bersama untukmemajukannya.”

LANGKAH AWAL MENUJUSINERGITAS PERENCANAAN