TDDYUFYGYGHGHGH

96
ASUHAN KEPERAWATAN KONSTIPASI PADA LANSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstipasi atau hemoroid adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses kurang, atau fesesnya keras dan kering. Konstipasi juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana membengkaknya jaringan dinding dubur (anus) yang mengandung pembuluh darah balik (vena),sehingga saluran cerna seseorang yang mengalami pengerasan feses dan kesulitan untuk melakukan buang air besar. Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut; terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30 – 40 % orang di atas usia 65 tahun mengeluh konstipasi . Di Inggris ditemukan 30% penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar . Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65 tahun mengeluh menderita konstipasi dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas. Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi pada lansia seperti kurangnya gerakan fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah perut. Anamnesis merupakan hal yang terpenting untuk mengungkapkan etiologi dan factor-faktor risiko penyebab konstipasi, sedangkan pemeriksaan fisik pada umumnya tidak mendapatkan kelainan yang jelas. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan banyak informasi yang berguna. Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 sampai 6 bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat- pusat pengelolaan konstipasi tertentu. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan masalah konstipasi? 1.3. Tujuan Tujuan Umum : Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan masalah konstipasi. Tujuan Khusus :

description

BVHJVJHVHVHJ

Transcript of TDDYUFYGYGHGHGH

Page 1: TDDYUFYGYGHGHGH

ASUHAN KEPERAWATAN KONSTIPASI PADA LANSIA

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstipasi atau  hemoroid adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal.

Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses kurang, atau fesesnya keras dan kering.

Konstipasi juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana membengkaknya jaringan dinding dubur

(anus) yang mengandung pembuluh darah balik (vena),sehingga saluran cerna seseorang yang

mengalami pengerasan feses dan kesulitan untuk melakukan buang air besar.

Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut; terjadi peningkatan dengan

bertambahnya usia dan 30 – 40 % orang di atas usia 65 tahun mengeluh konstipasi . Di Inggris

ditemukan 30% penduduk di atas usia 60 tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan

obat pencahar . Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65 tahun mengeluh menderita konstipasi dan

lebih banyak pada wanita dibanding pria. Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991,

sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, wanita dan

orang usia 65 tahun ke atas.

Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya konstipasi pada lansia seperti kurangnya gerakan

fisik, makanan yang kurang sekali mengandung serat, kurang minum, akibat pemberian obat-obat

tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit terjadi atau isi usus menjadi

tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang

berat dapat terjadi akibat yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada

daerah perut.

Anamnesis merupakan hal yang terpenting untuk mengungkapkan etiologi dan factor-faktor risiko

penyebab konstipasi, sedangkan pemeriksaan fisik pada umumnya tidak mendapatkan kelainan yang

jelas. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan banyak informasi yang berguna. Pemeriksaan-

pemeriksaan lain yang intensif dikerjakan secara selektif setelah 3 sampai 6 bulan pengobatan

konstipasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat-pusat pengelolaan konstipasi tertentu.

 

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan masalah konstipasi?

 

1.3. Tujuan

Tujuan Umum :

Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia dengan masalah konstipasi.

Tujuan Khusus :

1. Mengetahui definisi konstipasi.

2. Mengetahui epidemiologi lansia dengan konstipasi.

3. Mengetahui etiologi konstipasi.

Page 2: TDDYUFYGYGHGHGH

4. Mengetahui patofisiologi konstipasi.

5. Mengetahui manifestasi klinis dari konstipasi.

6. Mengetahui penatalaksanaan lansia dengan konstipasi.

7. Mengetahui WOC dari lansia dengan konstipasi.

 

1.4. Manfaat

1. Mengetahui perjalanan penyakit yang terjadi sehingga dapat memberikan asuhan

keperawatan yang tepat.

2. Menambah pengetahuan khususnya di bidang keperawatan gerontik sebagai referensi dalam

memberikan asuhan keperawatan.

3. Meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien lansia

dengan konstipasi

 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

2.1 Definisi

Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali

per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa

sakit saat buang air besar (NIDDK, 2000).

Konstipasi adalah suatu keluhan, bukan penyakit (Holson, 2002;Azer, 2001). Pada umumnya konstipasi

sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi yang berlainan antara

individu (Azer,2001). Penggunaan istilah konstipasi secara keliru dan belum adanya definisi yang

universal menyebabkan lebih kaburnya hal ini (Hamdy, 1984). Sedangkan batasan dari konstipasi

klinik yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah feses pada kolon, rektum atau keduanya

yang tampak pada foto polos perut (Harari, 1999). 

Para tenaga medis mendefinisikan konstipasi sebagai penurunan frekuensi buang air besar, kesulitan

dalam mengeluarkan feses, atau perasaan tidak tuntas ketika buang air besar. Studi epidemiologik

menunjukkan kenaikan pesat konstipasi berkaitan dengan usia terutama berdasarkan keluhan

penderita dan bukan karena konstipasi klinik. Banyak orang mengira dirinya konstipasi bila tidak

buang air besar setiap hari. Sering ada perbedaan pandangan antara dokter dan penderita tentang arti

konstipasi (cheskin dkk, 1990).

 

2.2 Epidemiologi

Sekitar 80% manusia pernah menderita konstipasi dalam hidupnya dan konstipasi yang berlangsung

singkat adalah normal (ASCRS, 2002). Menurut National Health Interview Survey pada tahun 1991,

sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama anak-anak, wanita dan

orang usia 65 tahun ke atas. Hal ini menyebabkan kunjungan ke dokter sebanyak 2.5 juta kali/tahun

dan menghabiskan dana sekitar 725 juta dolar untuk obat-obatan pencahar (NIDDK, 2000).

Page 3: TDDYUFYGYGHGHGH

Konstipasi merupakan  keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut. Terjadi peningkatan dengan

bertambahnya usia dan 30-40 % orang di atas 65 tahun mengeluhkan konstipasi (Holson, 2002). Di

Inggris ditemukan 30% penduduk di atas usia 65 tahun merupakan konsumen yang teratur

menggunakan obat pencahar (Cheskin, dkk 1990). Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65 tahun

mengeluh mendrita konstipasi dan lebih banyak pada wanita dibanding pria (Robert-Thomson, 1989).

Suatu penelitian yang melibatkan 3000 orang usia lanjut usia di atas 65 tahun menunjukkan sekitar

34% wanita dan 26% pria meneluh menderita konstipasi (Harari, 1989).

 

2.3  Etiologi

Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat dari penumpukan sensasi saraf, tidak

sempurnanya pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekasi. Konstipasi

merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas, penurunan

kekuatan dan tonus otot.

Faktor-faktor risiko konstipasi pada usia lanjut:

1. Obat-obatan: golongan antikolinergik, golongan narkotik, golongan analgetik, golongan

diuretik, NSAID, kalsium antagonis, preparat kalsium, preparat besi, antasida aluminium,

penyalahgunaan pencahar.

2. Kondisi neurologik: stroke, penyakit parkinson, trauma medula spinalis, neuropati diabetic.

3. Gangguan metabolik: hiperkalsemia, hipokalemia, hipotiroidisme.

4. Kausa psikologik: psikosis, depresi, demensia, kurang privasi untuk BAB, mengabaikan

dorongan BAB, konstipasi imajiner.

5. Penyakit-penyakit saluran cerna: kanker kolon, divertikel, ileus, hernia, volvulus, iritable bowel

syndrome, rektokel, wasir, fistula/fisura ani, inersia kolon.

6. Lain-lain: defisiensi diet dalam asupan cairan dan serat, imobilitas/kurang olahraga, bepergian

jauh, paska tindakan bedah parut

 

2.4 Patofisiologi

Defekasi merupakan suatu proses fisiologi yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang,

persarafan, sentral dan perifer, koordinasi sisitem reflek, kesadran yang baik dan kemampuan fisik

untuk mencari tempat BAB.

Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik  usus besar yang menghantarkan feses ke rektum untuk

dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula rektum yang diikuti relaksasi sfingter anus

interna. Untuk menghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi refleks anus

eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang dilayani oleh syaraf pudendus. Otak menerima rangsang

keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, dan rektum

mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. Kontraksi ini akan menaikkan

tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani.baik persyarafan simpatis dan para

simpatis terlibat dalam proses ini.

Patogenesis konstipasi bervariasi macam-macam, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor

yang tumpah tindih, motilitas kolon tidak terpengaruh dengan bertambahnya usia. Proses menua yang

Page 4: TDDYUFYGYGHGHGH

normal tidak mengakibatkan perlambatan perjalanan saluran cerna. Pengurangan respon motorik

sigmoid disebabkan karena berkurangnya inervasi instinsik akibat degenerasi pleksus myenterikus,

sedangkan pengurangan rangsang saraf pada otot polos sirkuler menyebabkan memanjangnya waktu

gerakan usus. Pada lansia mempunyai kadar plasma beta- endorfin yang meningkat, disertai

peningkatan ikatan pada reseptor opiat endogen di usus. Ini dibuktikan dengan efek konstipasif

sediaan opiat karena dapat menyebabkan relaksasi tonus otot kolon, motilitas berkurang dan

menghambat refleks gaster-kolon. Terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan

otot-otot polos berkaitan dengan usia khususnya pada wanita. Pada penderita konstipasi mempunyai

kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras, menyebabkan upaya mengejan

lebih keras dan lebih lama. Hal ini berakibat penekanan pada saraf pudendus dengan kelemahan lebih

lanjut.

2.5 Manifestasi Klinis

Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah: (ASCRS, 2002)

1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB

2. Mengejan keras saat BAB

3. Massa feses yang keras dan sulit keluar

4. Perasaan tidak tuntas saat BAB

5. Sakit pada daerah rectum saat BAB

6. Rasa sakit pada daerah perut saat BAB

7. Adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam

8. Menggunakan bantuan jari-jari intuk mengeluarkan feses

9. Menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB

2.6  Penatalaksanaan

2.6.1 Tatalaksana non farmakologik

a)      Cairan

Keadaan status hidrasi yang buruk dapat menyebabkan konstipasi. Kecuali ada kontraindikasi, orang

lanjut usia perlu diingatkan untuk minum sekurang kurangnya 6-8 gelas sehari (1500 ml cairan

perhari) untuk mencegah dehidrasi. Asupan cairan dapat dicapai bila tersedia cairan/minuman yang

dibutuhkan di dekat pasien, demikian pula cairan yang berasal dari sup,sirup, dan es. Asupan cairan

perlu lebih banyak bagi mereka yang mengkonsumsi diuretik tetapi kondisi jantungnya stabil.

b)      Serat

Pada orang usia lanjut yang lebih muda, serat berguna menurunkan waktu transit (transit time). Pada

orang lanjut usia disarankan agar mengkonsumsi serat skitar 6-10 gram per hari. Ada juga yang

menyarankan agar mengkonsumsi serat sebanyak 15-20 per hari. Serat berasal dari biji-bijian, sereal,

beras merah, buah, sayur, kacang-kacangan. Serat akan memfasilitasi gerakan usus dengan

meningkatkan masa tinja dan mengurangi waktu transit usus. Serat juga menyediakan substrat untuk

bakteri kolon, dengan produksi gas dan asam lemak rantai pendek yang meningkatkan gumpalan

tinja. Perlu diingat serat tidaklah efektif tanpa cairan yang cukup, dan dikontraindikasikan pada pasien

dengan impaksi tinja (skibala) atau dilatasi kolon. Peningkatan jumlah serat dapat menyebabkan

Page 5: TDDYUFYGYGHGHGH

gejala kembung, banyak gas, dan buang besar tidak teratur terutama pada 2-3 minggu pertama, yang

seringkali menimbulkan ketidakpatuhan obat.

c)      Bowel training

Pada pasien yang mengalami penurunan sensasi akan mudah lupa untuk buang air besar. Hal tersebut

akan menyebabkan rektum  lebih mengembang karena adanya penumpukan feses. Membuat jadwal

untuk buang air besar merupakan langkah awal yang lebih baik untuk dilakukan pada pasien tersebut,

dan baik juga diterapkan pada pasien usia lanjut yang mengalami gangguan kognitif. Pada pasien

yang sudah memiliki kebiasaan buang air besar pada waktu yang teratur, dianjurkan meneruskan

kebiasaan teresebut. Sedangkan pada pasien yang tidak memiliki jadwal teratur untuk buang air

besar, waktu yang baik untuk buang air besar adalah setelah sarapan dan makan malam.

d)     Latihan jasmani

Jalan kaki setiap pagi adalah bentuk latihan jasmani yang sederhana tetapi bermanfat bagi orang usia

lanjut yang masih mampu berjalan. Jalan kaki satu setengah jam setelah makan cukup membantu.

Bagi mereka yang tidak mampu bangun dari tampat tidur, dapat didudukkan atau didudukkan atau

diberdirikan disekitar tempat tidur. Positioning bagi pasien usia lanjut yang tidak dapat bergerak,

meninggalkan tempat tidurnya menuju ke kursi beberapa kali dengan interval 15 menit, adalah salah

satu cara untuk mencegah ulkus dekubitus. Tentu saja pasien yang mengalami tirah baring dapat

dibantu dengan menyediakan toilet atau komod dengan tempat tidur, jangan diberi bed pan. Mengurut

perut dengan hati-hati mungkin dapat pula dilakukan untuk merangsang gerakan usus.

e)      Evaluasi penggunaan obat

Evaluasi yang seksama tentang penggunaan obat-obatan perlu dilakukan untuk mengeliminasi,

mengurangi dosis, atau mengganti obat yang diperkirakan menimbulkan konstipasi. Obat

antidepresan, obat Parkinson merupakan obat yang potensial menimbulkan konstipasi. Obat yang

mengandung zat besi juga cenderung menimbulkan konstipasi, demikian obat anti hipertensi

(antagonis kalsium). Antikolinergik lain dan juga narkotik merupakan obat-obatan yang sering pula

menyebabkan konstipasi.

 

2.6.2        Tatalaksana farmakologik

a)      Pencahar pembentuk tinja (pencahar bulk/bulk laxative)

Pencahar bulk merupakan 25% pencahar yang beredar di pasaran. Sediaan yang ada merupakan

bentuk serat alamiah non-wheat seperti pysilium dan isophagula husk, dan senyawa sintetik seperti

metilselulosa. Bulking agent sistetik dan serat natural sama-sama efektif dalam meningkatkan

frekuensi dan volume tinja. Obat ini tidak menyebabkan malabsorbsi zat besi atau kalsium pada orang

usia lanjut, tidak seperti bran yang tidak diproses. Pencahar bulk terbukti menurunkan konstipasi pada

orang usia lanjut dan nyeri defekai pada hemoroid. Sama halnya dengan serat, obat ini juga harus

diimbangi dengan asupan cairan.

b)      Pelembut tinja

Docusate seringkali direkomendasikan dan digunakan oleh orang lanjut usia sebagai pencahar dan

sebagai pelembut tinja. Docusate sodium bertindak sebagaisurfaktan, menurunkan tegangan

permukaan feses untuk membiarakan air masuk dam memperlunak feses. Docusate sebenarnya tidak

dapat menolong konstipasi yang kronik, penggunaannya sebaiknya dibatasi pada situasi dimana

mangedan harus dicegah.

Page 6: TDDYUFYGYGHGHGH

c)      Pencahar stimulan

Senna merupakan obat yang aman digunakan oleh orang usia lanjut. Senna meningkatkan peristaltik

di kolon distal dan menstimulasi peristaltik diikuti dengan evakuasi feses yang lunak. Pemberian 20

mg senna per hari selama 6 bulan oleh pasien berusia lebih dari 80 tahun tidak menyebabkan

kehilangan protein atau elektrolit. Senna umumnya menginduksi evakuasi tinja 8-12 jam setelah

pemberian. Orang usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama yakni sampai dengan 10

minggu sebelum mencapai kebiasaan defekasi yang teratur. Pemberian sebelum tidur malam

mengurangi risiko inkontininsia fekal malam hari dan dosis juga harus ditritasi berdasarkan respon

individu. Terapi dengan Bisakodil supositoria memiliki absorbsi sistemik minimal dan sangat menolong

untuk mengatasi diskezia rectal pada usia lanjut. Sebaiknya diberikan segera setelah makan pagi

secara supositoria untuk mendapatka efek refleks gastrokolik. Penggunaan rutin setiap hari dapat

menyebabkan sensasi terbakar pada rectum, jadi sebaiknya digunakan secara rutin, melainkan sekitar

3 kali seminggu.

 

 

d)     Pencahar hiperosmolar

Pencahar hiperosmolar terdiri atas laktulosa disakarida dan sorbitol. Di dalam kolon keduanya di

metabolisme oleh bakteri kolon menjadi bentuk laktat, aetat, dan asam dengan melepaskan

karbondioksida. Asam organik dengan berat molekul rendah ini secara osmotic meningkatkan cairan

intraluminal dan menurunkan pH feses. Laktulosa sebagai pencahar hiperosmolar terbukti

memperpendek waktu transit pada sejumlah kecil penghni panti rawat jompo yang mengalami

konstipasi. Laktulosa dan sorbitol juga sama-sama menunjukkan efektifitasnya dalam mengobati

konstipasi pada orang usia lanjut yang berobat jalan. Sorbitol sebaiknya diberikan 20-30 selama empat

kali sehari. Glikol polietelin merupakan pencahar hiperosmolar yang potensial yang mengalirkan cairan

ke lumen dan merupakan zat pembersih usus yang efektif. Gliserin adalah pencahar hiperomolar yang

dugunakan hanya dalam bentuk supositoria.

e)      Enema

Enema merangsang evakuasi sebagai respon terhadap distensi kolon; hasil yang kurang baik biasanya

karena pemberian yang tidak memadai. Enema harus digunakan secara hati-hati pada usia lanjut.

Pasien usia lanjut yang mengalami tirah baring mungkin membutuhkan enema secara berkala untuk

mencegah skibala. Namun, pemberian enema tertentu terlalu sering dapat mengakibatkan efek

samping. Enema yang berasal dari kran (tap water) merupakan tipe paling aman untuk penggunaan

rutin, karena tidak menghasilkan iritasi mukosa kolon. Enema yang berasal dari air sabun (soap-suds)

sebaiknya tidak diberikan pada orang usia lanjut.

2.7 WOC (terlampir)

Download : WOC ASKEP KONSTIPASI LANSIA

 

BAB 3

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

 

3.1 KASUS

Page 7: TDDYUFYGYGHGHGH

Tn. A berusia 65 tahun datang ke poli umum dengan keluhan tidak bisa buang air besar selama

seminggu.Setelah 1 minggu Tn.A bisa BAB dan mengalami nyeri saat defekasi. Tn. A merasakan nyeri

dan penuh perjuangan dalam mengejan. Saat dikaji, klien mengatakan bentuk fesesnya keras dalam

minggu ini sampai sekarang. Dari hasil pemeriksaan didapatkan :

TD : 150 / 90 mmHg

HR : 106x/menit

RR : 22x/menit

TB : 158 cm

Bising Usus : 2 x/menit

3.2    PENGKAJIAN

 

1. I.     BIODATA

Tgl. Pengkajian : 20 November 2009

Nama : Tn. A                                                  Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 65 tahun                                                Status Perkawinan : Duda

Agama : Islam                                                 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Tidak ada                                      Alamat : Jl. Mawar

Tgl masuk : 19 November 2008                      Ruang : Poli Umum

Diagnosa Medis : Konstipasi

 

Penanggung Jawab

Nama                                   : Tn. P

Hubungan dengan klien          : Anak klien

Pekerjaan                              : Wiraswasta

Alamat                                  : Gunung Sari

 

II.   Keluhan Utama

Tn. A mengatakan nyeri saat buang air besar.

III.  Riwayat Kesehatan Sekarang

Tn. A mengatakan bahwa sakitnya sudah 1 minggu terakhir ini dan Tn. A juga merasakan perutnya

terasa penuh. Klien juga mengatakan bahwa susah buang air besar dan sering buang angin selama 1

minggu terakhir ini.

IV.   Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1. Penyakit yang pernah dialami

Klien mengatakan tidak pernah rawat inap di rumah sakit karena tidak pernah mengalami penyakit

yang parah sebelumnya, paling hanya sakit ringan yaitu demam, flu.

1. Tindakan yang dilakukan

Page 8: TDDYUFYGYGHGHGH

                                    Klien mengatakan bahwa paling hanya dengan obat-obat yang dijual di warung

dan kebetulan cocok (2 sampai 3 hari sembuh).

1. Riwayat operasi

Klien mengatakan tidak pernah di operasi.

1. Riwayat alergi

Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi. Klien tidak mempunyai pantangan makanan apapun.

V.   Riwayat / Keadaan Psikososial

1. Bahasa yang digunakan  : Bahasa Indonesia dan bahasa Jawa.

2. Persepsi klien tentang penyakitnya :  Klien menganggap penyakitnya mengganggu aktifitas

dan mengurangi nafsu makannya. Namun klien tetap bersyukur semua yang dideritanya dan

menganggap semua sakit yang dideritanya tersebut sebagai cobaan dari Tuhan.

3. Konsep diri

1. Body image

Tidak ada masalah dengan body image

1. Ideal diri

Klien mengharapkan dan selalu berdoa kepada Tuhan YME agar diberikan ketabahan dalam

menghadapi penyakitnya dan kesembuhan walau tidak terlalu mengharap.

1. Harga diri

Klien senang tinggal di panti karena tercukupi semua kebutuhannya, dan bebas melakukan apa saja

yang diinginkan.

1. Peran diri

Klien seorang duda yang telah ditinggal istrinya karena meninggal kurang lebih 10 tahun lalu. Dari

perkawinannya klien memiliki 1 orang anak.

1. Personal identity

Klien merupakan anggota panti Tresna Werdha Abdi di wisma Teratai. Klien merupakan duda dengan 1

anak.

1. Keadaan Emosi

Page 9: TDDYUFYGYGHGHGH

            Keadaan emosi klien dalam keadaan stabil.

1. Perhatian terhadap orang lain/lawan bicara

Klien tampak memperhatikan dan menanggapi setiap pertanyaan yang diberikan kepadanya.

1. Hubungan dengan keluarga

Harmonis dengan keluarga yang ada dan masuk ke panti karena keinginan klien sendiri yang tidak

mau menyusahkan keluarga terutama anaknya yang telah berumah tangga.

 

1. Hubungan dengan orang lain

Baik, klien mau bergaul dengan sesama warga panti terutama dengan anggota satu wisma.

1. Kegemaran

            Menonton televisi dan duduk-duduk di ruang tamu wisma

1. Daya adaptasi

Klien dapat beradaptasi dengan warga di panti walaupun klien kurang bisa mengikuti kegiatan yang

ada di panti seperti pengajian, gotong royong dan senam pagi karena keterbatasan karena

penyakitnya.

1. Mekanisme Pertahanan diri

Klien memiliki pertahanan diri yang efektif

VI.  Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum: klien dalam kondisi baik namun teraba adanya distensi abdomen

2. Pemeriksaan B1- B6

a)      Brain : Kesadaran compos mentis

b)      Breath :  RR: 22 kali /menit, tidak ada suara nafas tambahan

c)      Blood : TD: 150/90 mmHg; HR: 106x/menit; tidak ada anemia

d)     Bowel : Sulit BAB, saat BAB terasa nyeri,terdapat distensi abdomen dengan lingkar  perut 50 cm,

bising usus 2x/menit ( kurang terdengar ), sering buang angin.

e)      Bladder : normal, 1200cc/ hari, warna kuning

f)       Bone : normal

VII. Pola Kebiasaan sehari-hari

Page 10: TDDYUFYGYGHGHGH

1. Pola tidur dan kebiasaan

Waktu tidur                          : siang ± ½ jam dan malam ± 6-7 jam

Waktu bangun                      : klien bangun umumnya/seringnya jam

                                          05.00 WIB

Masalah tidur                       : tidak ada masalah

1. Pola Eliminasi

1.  BAB              : tidak lancar dan tidak ada penggunaan laksativ, riwayat perdarahan, tidak ada dan

saat mengkaji tidak terjadi diare, karakter feses: Klien mengatakan fesesnya keras.

2. BAK               : Pola BAK  : ± 5-10 x/hari dan tidak terjadi inkontinensia, Karakter urin: kuning, Jumlah

urine : 1200 ml/hari, tidak ada rasa nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK, tidak ada penggunaan

diuretik    

1. Pola makan dan minum

2. Gejala (Subjektif)

Diit type : Jenis makanan yaitu makanan biasa dan jumlah makanan per hari 3 piring dalam

per hari. Jarang makan sayur. Kurang suka makanan berserat. Minum 5 gelas sehari

Kehilangan selera makan : perut terasa penuh

1. Tanda Objektif

TB: 158 cm                       bentuk tubuh: normal

1. Waktu pemberian makanan : pagi, siang dan sore

2. Jumlah dan jenis makanan: 1 piring sekali makan dan jenis makanan adalah makanan biasa

3. Waktu pemberian minuman: Pengambilan air putih terserah/sesuka hati dan bila teh manis

atau susu 2x/hari pagi dan sore hari

1. Kebersihan/Personal Higiene

Pemeliharaan tubuh/ mandi 2x/hari

Pemeliharaan gigi/gosok gigi 2x/hari

Pemeliharaan kuku/pemotongan kuku kalau panjang

1. Pola Kegiatan/Aktivitas

Klien tidak memiliki kegiatan rutin karena penyakitnya,  hanya jalan-jalan sebentar dan

kadang-kadang berbincang-bincang dengan sesama penghuni wisma.

Page 11: TDDYUFYGYGHGHGH

 

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH

Data Subjektif:

Klien mengatakan sulit BAB

selama 1 minggu ini

Data Objektif:

BAB 1x/minggu

Feses keras

Bising usus

Teraba Skibala

 

 

Usia yang lanjut

 

Penurunan respon terhadap

dorongan defekasi

Gangguan

koordinasi reflek

defekasi

 

Penumpukan feses

 

Konstipasi

Konstipasi

Data Subjektif:

Klien mengatakan permintaan

informasi serta menyatakan

bahwa klien kurang mengerti

manfaat makanan berserat

 

Data Objektif:

Ketidak-akuratan mengikuti pola

diet yang sehat

 

Penatalaksanaan penyakit

 

Ketidakakuratan mengikuti

instruksi

 

Permintaan informasi

 

Kurang

pengetahuan

Kurang pengetahuan

 

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Konstipasi berhubungan dengan penurunan respon terhadap dorongan defekasi

2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang pola diet yang sehat.

 

 

NO. DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN/

KRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1. Konstipasi b.d.

penurunan respon

terhadap dorongan

defekasi

Tujuan:

Pola defekasi normal

 

Kriteria hasil:

Defekasi 3x

1. Pastikan

defekasi klien

sebelumnya dan

pola diet klien

 

1. Membantu

menentukan

intervensi

selanjutnya

2. Cairan membantu

pergerakan cairan,

 

 

Page 12: TDDYUFYGYGHGHGH

seminggu

Konsistensi

feses lunak

 

1. Dorong asupan

harian

sedikitnya 2 liter

cairan, batas

kopi 2-3x/hari

2. Anjurkan 3 gelas

air hangat yang

diminum 30 mnt

sebelum

sarapan

3. Ajari klien untuk

posisi semi

jongkok normal

saat defekasi

 

kopi bersifat

diuretic dan

menarik cairan

3. Cairan dapat

bertindak sebagai

stimulus untuk

evakuasi feses

4. Meningkatkan

penggunaan 

optimal otot

abdomen dan efek

gravitasi optimal

3. Kurangnya

pengetahuan.

Tujuan :

Klien dapat

mengetahui faktor

predisposisi,

pencegahan,

kekambuhan,

deteksi, serta terapi

farmakologi.

 

Kriteria Hasil:

Klien dapat

memahami

proses

penyakit/pro

gnosis.

Klien dapat

mengidentifi

kasi

hubungan

tanda/gejala

proses

penyakit.

Klien mampu

melakukan

1. Kaji ulang

proses penyakit,

pengalaman

klien.

 

 

1. Dorong

klien/orang

terdekat untuk

menyatakan

rasa

takut/perasaan

dan perhatian.

2. Dorong keluarga

secara aktif

dalam proses

perawatan dan

pengobatan

klien.

3. Berikan

informasi

tentang pola

diet yang sehat

1. Memberikan dasar

pengetahuan

dimana klien

dapat membantu

pilihan informasi

terapi.

2. Dapat merupakan

membantu klien

mengalami

perasaan

rehabilitasi vital.

 

1. Keluarga dapat

mengetahui

proses perawatan

serta pengobatan

klien.

 

1. Eliminasi usus

klien berjalan

Page 13: TDDYUFYGYGHGHGH

perubahan

pola hidup.

Klien mampu

ikut aktif

dalam

berpartisipas

i dalam

program

pengobatan.

dan tinggi serat.

 

 

 

 

 

 

normal

 

 

BAB IV

PENUTUP

 

KESIMPULAN

Konstipasi sering diartikan sebagai kurangnya frekuensi buang air besar, biasanya kurang dari 3 kali

per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras dan kadang-kadang disertai kesulitan sampai rasa

sakit saat buang air besar. Konstipasi merupakan  keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut.

Terjadi peningkatan dengan bertambahnya usia dan 30-40 % orang di atas 65 tahun mengeluhkan

konstipasi. Banyak lansia mengalami konstipasi sebagai akibat dari penumpulan sensasi saraf, tidak

sempurnanya pengosongan usus, atau kegagalan dalam menanggapi sinyal untuk defekaasi.

Konstipasi merupakan masalah umum yang disebabkan oleh penurunan motilitas, kurang aktivitas,

penurunan kekuatan dan tonus otot.

Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah kesulitan memulai dan

menyelesaikan BAB, mengejan keras saat BAB, massa feses yang keras dan sulit keluar, perasaan

tidak tuntas saat BAB, sakit pada daerah rectum saat BAB, rasa sakit pada daerah perut saat BAB,

adanya perembesan feses cair pada pakaian dalam, menggunakan bantuan jari-jari intuk

mengeluarkan feses dan menggunakan obat-obat pencahar untuk bisa BAB. Penatalaksanaan

konstipasi pada lansia dengan tatalaksana non farmakologik : cairan, serat, bowel training, latihan

jasmani, evaluasi panggunaan obat. Tatalaksana farmakologik : pencahar pembentuk tinja, pelembut

tinja, pencahar stimulant, pencahar hiperosmolar dan enema.

 

SARAN

         Lansia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya harus manjaga kebutuhan nutrisi yang seimbang

seperti memenuhi asupan cairan yang cukup dan makan makanan yang bergizi dan cukup serat,

selain itu lansia harus bisa menjaga aktivitas yang cukup dengan olah raga agar tidak terjadi

konstipasi. Sebagai perawat kita harus dapat memberikan arahan dan edukasi kepada lansia dan

keluarga tentang pencegahan dan penanganan dini bila terjadi konstipasi.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 14: TDDYUFYGYGHGHGH

Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGC

Darmojo, Boedhi&Martono, Hadi. 2006. Buku Ajar Geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 3. Jakarta:

Fakultas Kedokteran Indonesia

Doenges, E. Marlyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC

Maryam, R Siti. 2008. Mengenal usia lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba Medika

Noedhi, Darmojo. 2009.  Geriatri (Ilmu Kesehatan Lanjut Usia). Jakarta: Balai penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Pudjiastuti, Surini Sri. 2003. Fisioterapi pada Lansia. Jakarta: EGC

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI

 

Page 15: TDDYUFYGYGHGHGH

DI SUSUN OLEH :BAMBANG SURYADINOR

NITA RAHMADANINOVA ZAHROTUL HAYYA

SUMIRLAN TRISNO

AKADEMI KEPERAWATANPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

Jl. Batu Berlian No.11 Sampit2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i akper pemkab kotim maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

            Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah Keperawtan Gerontik  dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI”.

Dalam penulisan makalah ini, penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.               Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Sampit,      Maret 2012

Penulis

Page 16: TDDYUFYGYGHGHGH

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iiDAFTAR ISI ....................................................................................................................    iiiBAB I        PENDAHULUAN                   1.1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1                   1.2  TUJUAN PENULISAN ........................................................................ 2                   1.3  RUMUSAN MASALAH....................................................................... 2                   1.4  METODE PENULISAN......................................................................... 2                   1.5  SISTEMATIKA PENULISAN................................................................     2BAB  II       PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN........................................................................................     32.2  PROSES MENUA...................................................................................     4

2.3  KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA...........................................     72.4. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN GIZI PADA LANSIA                  82.5. GANGGUAN NUTRISI PADA LANSIA............................................     92.6. STATUS GIZI PADA LANSIA.............................................................   112.7. ASKEP....................................................................................................   12

BAB  III      PENUTUPA.      KESIMPULAN .......................................................................................    13B.      SARAN ...................................................................................................    13

DAFTAR PUSTAKALAPORAN KASUS

BAB IPENDAHULUAN

Page 17: TDDYUFYGYGHGHGH

1.1.            Latar BelakangManusia Lanjut Usia (MANULA) dimasukkan ke dalam kelompok rentan gizi,

meskipun tidak ada hubungannya dengan pertumbuhan badan , bahkan sebaliknya

sudah terjadi involusi dan degenerasi jaringan dan sel-selnya. Timbulnya kerentanan

terhadap kondisi gizi disebabkan kondisi fisik, baik anatomis maupun fungsionalnya.

Gigi-geligi pada MANULA mungkin sudah banyak yang rusak bahkan copot, sehingga

memberikan kesulitan dalam mengunyah makanan. Maka makanan harus diolah

sehingga makanan tidak perlu digigit atau dikunyah keras-keras. Makanan yang

dipotong kecil-kecil, lunak dan mudah ditelan akan sangat membantu para MANULA

dalam mengkonsumsi makanannya.

Fungsi alat pencernaan dan kelenjar-kelenjarnya juga sudah menurun, sehingga

makanan harus yang mudah dicerna dan tidak memberatkan fungsi kelenjar

pencernaan.makanan yang tidak banyak mengandung lemak, pada umumnya lebih

mudah dicerna, tetapi harus cukup mengandung protein dan karbohidrat. Kadar serat

yang tidak dicerna jangan terlalu banyak, tetapi harus cukup tersedia untuk

melancarkan peristalsis dan dengan demikian melancarkan pula defaecatie, dan

menghindarkan obstipasi.

Patut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi jangan di

sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan

sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan

atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit

Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

Yang umum sangat ditakuti ialah kemungkinan meningkat untuk mendapat penyakit

kanker.

1.2.            TujuanSetelah membaca makalah ini di harapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan

Keperawatan Dengan Gangguan Nutrisi Pada Lansia

1.3.            Rumusan Masalah1.      Apa pengertian nutrisi

2.      Apa saja kebutuhan nutrisi pada lansia

3.      Faktor apa saja yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi pada lansia

4.      Apa saja gangguan nutrisi pada lansia

5.      Factor apa saja yang mempengaruhi status gizi pada lansia

1.4.            Metode PenelitianMetode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan.

1.5.            Sistematika Penulisan

Page 18: TDDYUFYGYGHGHGH

Sistematika penulisan makalah ini yaitu Halaman Judul, Kata Pengantar, Daftar Isi,

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan

Penulisan, Metode Penulisan, dan Sistematika Penulisan, Bab II Pembahasan, Bab III

Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran, Daftar Pustaka.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1       PengertianNutrisi adalah zat-zat gizi atau zat-zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima

makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan

tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuh serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi juga

dapat dikatakan sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat-zat lain yang

terkandung, aksi, reaksi, dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan

penyakit.

Nutrisi yang adekuat merupakan suatu komponen esensial pada kesehatan lansia.

Faktor-faktor fisiologis yang dapat dikaitkan dengan kebutuhan nutrisi yang unik pada

lansia adalah menurunnya sensitivitas olfaktorius, perubahan persepsi rasa dan

peningkatan kolesistokinin yang dapat memengaruhi keinginan untuk makan dan

peningkatan rasa kenyang. Proses penuaan itu sendiri sebenarnya tidak mengganggu

proses penyerapan vitamin pada berbagai tingkatan yang luas. Namun, laporan-laporan

terakhir mengindikasikan bahwa lansia mengalami defisiensi vitamin B12, vitamin D dan

asam folat. Perubahan-perubahan dan kebutuhan mineral meliputi rendahnya

kebutuhan akan zat besi pada wanita lansia daripada wanita usia produktif. Asupan

kalsium sebagai salah satu mineral esensial lainnya bagi lansia sekitar 600 mg per hari

untuk wanita. Hal ini hanya menggambarkan 30 sampai 40% dari tingkat kebutuhan

yang disarankan. Suplemen kalsium tidak akan diabsorpsi secara merata. Karena

perbedaan derajat keasaman yang dibutuhkan untuk absorpsi yang sesuai, kalsium

sitrat malat merupakan bentuk yang lebih dipilih untuk diberikan bagi lansia yang

mengalami hipoklohidria atau aklorhidria. Pada proses penuaan yang normal,

peningkatan jaringan adipose secara normal dapat menyertai penurunan massa tubuh

dan cairan tubuh total.

2.2       Proses MenuaProses menua dapat terlihat secara fisik dengan perubahan yang terjadi pada tubuh

dan berbagai organ serta penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan

secara biologis ini dapat mempengaruhi status gizi pada masa tua. Antara lain :

      Massa otot yang berkurang dan massa lemak yang bertambah, mengakibatkan juga

jumlah cairan tubuh yang berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut dan kering,

Page 19: TDDYUFYGYGHGHGH

wajah keriput serta muncul garis-garis menetap. Oleh karena itu, pada lansia seringkali

terlihat kurus.

      Penurunan indera penglihatan akibat katarak pada lansia sehingga dihubungkan dengan

kekurangan vitamin A, vitamin C dan asam folat. Sedangkan gangguan pada indera

pengecap dihubungkan dengan kekurangan kadar Zn yang juga menyebabkan

menurunnya nafsu makan. Penurunan indera pendengaran terjadi karena adanya

kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran.

      Dengan banyaknya gigi yang sudah tanggal, mengakibatkan gangguan fungsi

mengunyah yang dapat berdampak pada kurangnya asupan gizi pada usia lanjut.

      Penurunan mobilitas usus, menyebabkan gangguan pada saluran pencernaan seperti

perut kembung, nyeri yang menurunkan nafsu makan, serta susah BAB yang dapat

menyebabkan wasir.

      Kemampuan motorik menurun, selain menyebabkan menjadi lamban, kurang aktif dan

kesulitan menyuap makanan, juga dapat mengganggu aktivitas kegiatan sehari-hari.

      Pada usia lanjut terjadi penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan daya

ingat jangka pendek, melambatnya proses informasi, kesulitan berbahasa, kesulitan

mengenal benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan

(apraksia) dan gangguan dalam menyususn rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan,

daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari-

hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala pertama adalah pelupa, perubahan

kepribadian, penurunan kemampuan untuk pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang

berulang-ulang, dapat juga disertai delusi paranoid atau perilaku anti sosial lainnya.

      Akibat proses menua, kapasitas ginjal untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar juga

bekurang. Akibatnya dapat terjadi pengenceran natrium sampai dapat terjadi

hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah.

      Incontinentia urine (IU) adalah pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan salah satu

masalah kesehatan yang besar yang sering diabaikan pada kelompok usia lanjut,

sehingga usia lanjut yang mengalami IU seringkali mengurangi minum yang dapat

menyebabkan dehidrasi.

      Secara psikologis pada usia lanjut juga terjadi ketidakmampuan untuk mengadakan

penyesuaian terhadap situasi yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas jabatan yang

mengakibatkan sedih yang berkepanjangan.

Penyakit Sistem PencernaanSistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)

adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,

mencernanya menjadi zat- zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran

darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa

proses tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan

juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati

dan kandung empedu.

Page 20: TDDYUFYGYGHGHGH

Penuaan dicirikan dengan kehilangan banyak sel tubuh dan penurunan metabolism

di sel lainnya.Proses ini menyebabkan penurunan fungsi tubuh dan perubahan

komposisi tubuh. Perubahan pada system pencernaan :

Kehilangan gigi,penyebab utama adanya periodontal desease yang biasa terjadi

setelah umur 30 tahun.Penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang

buruk.

Indera pengecap menurun.Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir.atropi indera

pengecap (±80%),hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah teritama rasa

manis,asin,asam,pahit.Selain itu sekresi air ludah berkurang sampai kira-kira 75%

sehingga mengakibatkan rongga mulut menjadi kering dan bisa menurunkan cita rasa.

Usofagus melebar.Penuaan usofagus berupa pengerasansfringfar bagian bawah

sehingga menjadi mengendur(relaksasi) dan mengakibatkan usofagus melebar

(presbyusofagus).Keadaan ini memperlambat pengosongan usofagus dan tidak jarang

berlanjut sebagaiher nianhiatal.Gangguan menelan biasanya berpangkal pada daerah

presofagus tepatnta di daerah osofaring penyebabnya tersembunyi dalam system saraf

sentral atau akibat gangguan neuromuskuler seperti jumlah ganglion yang menyusut

sementara lapisan otot menebal dengan manometer akan tampak tanda perlambatan

pengosongan usofagus.

Lambung,rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun).Lapisan lambung menipis

diatas 60 tahun,sekresi HCL dan pepsin berkurang,asam lambung menurun,waktu

pengosongan lambung menurun dampaknya vitamin B12 dan zat besi menurun.

Peristaltic lemah dan biaanya timbul konstipasi

Fungsi absopsi melemah (daya absorpsi terganggu).Berat total usus halus berkurang

diatas usia 40 tahun meskipun penyerapan zat gizi pada umumnya masih dalam batas

normal,kecuali kalsium (diatas 60 tahun)dan zat besi.

Liver (hati).Penurunan enzim hati yang terlibat dalam oksidasi dan reduksi,yang

menyebabkan metabolisme obat dan detoksifikasi zat kurang efisien.

Produksi saliva menurun sehingga mempengaruhi proses perubahan kompleks 

krbohidrat menjadi disakarida. Fungsi ludah sebagai pelican makanan berkurang

sehingga proses menelan menjadi sukar.

Keluahn-keluhan seperti kembung, perasaan tidak enak di perut dan sebagainya,

seringkali disebabkan makanan yang kurang dicernaakibat berkurangnya fungsi

kelenjar pencernaan. Juga dapat disebabkan karena berkurangnya toleransi terhadap

makanan terutama yang mengandung lemak.

 Keluhan lain yang sering dijumpai adalah konstipasi, yang disebabkan karena

kurangnya kadar selulosa, kurangnya nafsu makan bisa disebabkan karenanya

banyaknya gigi yang sudah lepas. Dengan proses menua bisa terjadi gangguan motilits

otot polos esophagus, bisa juga terjadi  refluks disease (terjadi akibat refluks isi

lambung ke esophagus), insiden ini mencapai puncak pada usia 60 – 70 tahun.

Page 21: TDDYUFYGYGHGHGH

2.3       Kebutuhan Nutrisi Pada Lansiao   Kalori

Hasil-hasil penelitian menunjukan bahwa kecepatan metabolisme basal pada orang-

orang berusia lanjut menurun sekitar 15-20%, disebabkan berkurangnya massa otot

dan aktivitas. Kalori (energi) diperoleh dari lemak 9,4 kal, karbohidrat 4 kal, dan protein

4 kal per gramnya. Bagi lansia komposisi energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein,

20% dari lemak, dan sisanya dari karbohidrat. Kebutuhan  kalori untuk lansia laki-laki

sebanyak 1960 kal, sedangkan untuk lansia wanita 1700 kal. Bila jumlah kalori yang

dikonsumsi berlebihan, maka sebagian energi akan disimpan berupa lemak, sehingga

akan timbul obesitas. Sebaliknya, bila terlalu sedikit, maka cadangan energi tubuh akan

digunakan, sehingga tubuh akan menjadi kurus.o   Protein

Untuk lebih aman, secara umum kebutuhan protein bagi orang dewasa per hari adalah

1 gram per kg berat badan. Pada lansia, masa ototnya berkurang. Tetapi ternyata

kebutuhan tubuhnya akan protein tidak berkurang, bahkan harus lebih tinggi dari orang

dewasa, karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen (protein) oleh

tubuh telah berkurang (disebabkan pencernaan dan penyerapannya kurang efisien).

Beberapa penelitian merekomendasikan, untuk lansia sebaiknya konsumsi proteinnya

ditingkatkan sebesar 12-14% dari porsi untuk orang dewasa. Sumber protein yang baik

diantaranya adalah pangan hewani dan kacang-kacangan.o   Lemak

Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% atau kurang dari total kalori yang

dibutuhkan. Konsumsi lemak total yang terlalu tinggi (lebih dari 40% dari konsumsi

energi) dapat menimbulkan penyakit atherosclerosis (penyumbatan pembuluh darah ke

jantung). Juga dianjurkan 20% dari konsumsi lemak tersebut adalah asam lemak tidak

jenuh (PUFA = poly unsaturated faty acid). Minyak nabati merupakan sumber asam

lemak tidak jenuh yang baik, sedangkan lemak hewan banyak mengandung asam

lemak jenuh.

o   Karbohidrat dan serat makanan

Salah satu masalah yang banyak diderita para lansia adalah sembelit atau konstipasi

(susah BAB) dan terbentuknya benjolan-benjolan pada usus. Serat makanan telah

terbukti dapat menyembuhkan kesulitan tersebut. Sumber serat yang baik bagi lansia

adalah sayuran, buah-buahan segar dan biji-bijian utuh. Manula tidak dianjurkan

mengkonsumsi suplemen serat (yang dijual secara komersial), karena dikuatirkan

konsumsi seratnya terlalu banyak, yang dapat menyebabkan mineral dan zat gizi lain

terserap oleh serat sehingga tidak dapat diserap tubuh. Lansia dianjurkan untuk

mengurangi konsumsi gula-gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat

Page 22: TDDYUFYGYGHGHGH

kompleks, yang berasal dari kacang-kacangan dan biji-bijian yang berfungsi sebagai

sumber energi dan sumber serat.o   Vitamin dan mineral

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa umumnya lansia kurang mengkonsumsi vitamin

A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D, dan E umumnya kekurangan ini terutama

disebabkan dibatasinya konsumsi makanan, khususnya buah-buahan dan sayuran,

kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah kurang mineral kalsium

yang menyebabkan kerapuhan tulang dan kekurangan zat besi menyebabkan anemia.

Kebutuhan vitamin dan mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu

metabolisme zat-zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara

teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat.o   Air

Cairan dalam bentuk air dalam minuman dan makanan sangat diperlukan tubuh untuk

mengganti yang hilang (dalam bentuk keringat dan urine), membantu pencernaan

makanan dan membersihkan ginjal (membantu fungsi kerja ginjal). Pada lansia

dianjurkan minum lebih dari 6-8 gelas per hari.

2.4       Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansiaa.              Tinggal sendiri: seseorang yang tinggal sendiri sering tidak memperdulikan tugas

memasak untuk menyediakan makanan

b.              Kelemahan fisik: akibat kelemahan fisik sehinga menyebabkan kesulitan untuk

berbelanja atau memasak, mereka tidak mampu merencanakan dan menyediakan

makanannya sendiri.

c.       .Kehilangan: terutama terlihat pada pria lansia yang tidak pernah memasak untuk

mereka sendiri, mereka biasanya tidak memahami nilai suatu makananyang gizinya

seimbang..

d.      Depresi: menyebabkan kehilangan nafsu makan, mereka tidak mau bersusah payah

berbelanja, memasak atau memakan makanannya.

e.       Pendapatan yang rendah: ketidak mampuan untuk membeli makanan yang cermat

untuk meningkatkan pengonsumsian makanan yang bergizi.

f.        Penyakit saluran cerna: termasuk sakit gigi dan ulkus.Berkurangnya kemampuan

mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong, Esophagus/kerongkongan

mengalami pelebaran Rasa lapar menurun, asam lambung menurun,Berkurangnya

indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,

dan pahit., Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya menimbulkan

konstipasi,Penyerapan makanan di usus menurun

g.      penyalahgunaan alcohol: penyalah gunaan alcohol mengurangi asupan kalori atau

nonkalori seperti asupan energy dengan sedikit factor nutrisi lain.

h.      Obat-obatan : lansia yang mendapatkan banyak obat dibandingkan kelompok usia lain

yang lebih muda ini berakibat buruk terhadap nutrisi lansia. Pengobatan akan

mengakibatkan kemunduran nutrisi yang semakin jauh.

Page 23: TDDYUFYGYGHGHGH

2.5       Gangguan Nutrisi Pada Lansia1.      Malnutrisi

Malnutrisi adalah suatu keadaan gizi buruk yang terjadi karena tidak cukupnya asupan

satu atau lebih nutrisi yang membahyakan status kesehatan (Watson, Roger. 2003.

Perawatan Pada Lansia.Jakarta:EGC).

2.      Obesitas

Keadaan badan yang amat gemuk dan berat akibat timbunan lemak yang berlebihan,

dimana kelebihan lemak tubuh melebihi dari 20% dari jumlah yang di anjurkan untuk

tinggi dan usia seseorang. Pola konsumsi yang berlebihan terutama yang mengandung

lemak, protein dan karbohidrat yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pencetus

berbagai seperti Hipertensi, Penyakit jantung koroner, Strok, seta Diabetes Melitus.

3.      Osteoporosis

Kondisi dimana sering disebut tulang kropos yang disebabkan oleh penurunan densitas

tulang akibat kurangnya konsumsi kalsium dalam jangka waktu yang lama. Mencapai

maksimum pada usia 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria.

4.      Anemia

Kondisi dimana sel-sel darah mengandung tingkat haemoglobil yang tidak normal, kimia

yang bertugas membawa oksigen di seluruh tubuh yang disebabkan kurang Fe, asam

folat, B12 dan protein. Akibatnya akan cepat lelah, lesu, otot lemah, letih, pucat,

kesemutan, sering pusing, mata berkunang-kunang, mengantuk, HB <8 gr/dL.

5.      Kekurangan vitamin

Bila konsumsi buah dan sayuran dalam makanan kurang dan di tambah dengan

kekurangan protein dalam makanan akibatnya nafsu makn berkurang, penglihatan

menurun, kulit kering, penampilan menjadi lesu dan tidak bersemangat.

6.      Kekurangan anti oksidan

(Banyak dijumpai dalam buah-buahan dan sayuran) mampu menangkal efek merusak

radikal bebas terhadap tubuh, sehingga konsumsi yang kurang dapat meningkatkan

resiko berbagai penyakit akibat radikal bebas, seperti serangan jantung dan stroke,

katarak, persendian hingga menurunnya penampilan fisik seperti kulit menjadi keriput.

7.      Sulit buang air besar Karena pergerakan usus besar semakin lambat, makanan lambat

diolah dalam tubuh.Akibatnya, buang air besar jadi jarang.

8.      Kelebihan gula dan garam

Garam (natrium) dapat meningkatkan tekanan darah, terutama pada orangtua

Makanan tinggi gula membuat tubuh mudah gemuk, meningkatkan kolesterol dan gula

darah

Karena itu, sebaiknya kurangi konsumsi gula dan garam

2.6       Status Gizi Pada Usia Lanjut  Metabolisme basal menurun, kebutuhan kalori menurun, status gizi lansia cenderung

mengalami kegemukan/obesitas

Page 24: TDDYUFYGYGHGHGH

  Aktivitas/kegiatan fisik berkurang, kalori yang dipakai sedikit, akibatnya cenderung

kegemukan/obesitas

  Ekonomi meningkat, konsumsi makanan menjadi berlebihan, akibatnya cenderung

kegemukan/obesitas

  Fungsi pengecap/penciuman menurun/hilang, makan menjadi tidak enak dan nafsu

makan menurun, akibatnya lansia menjadikurang gizi (kurang energi protein yang

kronis

  Penyakit periodontal (gigi tanggal), akibatnya kesulitan makan yang berserat (sayur,

daging) dan cenderung makan makanan yang lunak (tinggi klaori), hal ini menyebabkan

lansia cenderung kegemukan/obesitas

  Penurunan sekresi asam lambung dan enzim pencerna makanan, hal ini mengganggu

penyerapan vitamin dan mineral, akibatnya lansia menjadi defisiensi zat-zat gizi mikro

  Mobilitas usus menurun, mengakibatkan susah buang air besar, sehingga lansia

menderita wasir yang bisa menimbulkan perdarahan dan memicu terjadinya anemia

  Sering menggunakan obat-obatan atau alkohol, hal ini dapat menurunkan nafsu makan

yang menyebabkan kurang gizi dan hepatitis atau kanker hati

  Gangguan kemampuan motorik, akibatnya lansia kesulitan untuk menyiapkan makanan

sendiri dan menjadi kurang gizi

  Kurang bersosialisasi, kesepian (perubahan psikologis), akibatnya nafsu makan menurun

dan menjadi kurang gizi

  Pendapatan menurun (pensiun), konsumsi makanan menjadi menurun akibatnya menjadi

kurang gizi

  Dimensia (pikun), akibatnya sering makan atau malah jadi lupa makan, yang dapat

menyebabkan kegemukan atau pun kurang gizi.

2.7       ASKEPa.PENGKAJIAN

o  Berat badan berhubungan dengan tinggi badan, contoh IMT (indeks massa tubuh)

atau catatan yang tepato  Perubahan berat badanDifokuskan pada kehilangan atau pertambahan berat badan

saat inio  Pertumbuhan gigi, Apakah lansia memakai gigi palsu atau apakah mereka memerlukan gigipalsu?

Apakah gigi palsu yang ada hilang atau rusak?o  Kebiasaan makan, Aspek pribadi, budaya, dan agama mengenal asupan nutrisi

o  Kemampuan untuk makan, Dapatkah lansia memindahkan makanan dari piring ke mult

dan menelannya dengan baik o  Farmakologi, Apakah klien banyak meminum obat-obatan (termasuk medikasi yang

dilakukan sendiri) yang dapat berakibat buruk terhadap nutrisi.

Page 25: TDDYUFYGYGHGHGH

BAB IIIPENUTUP

3.1       KESIMPULANLansia mengalami persoalan khusus tentang nutrisi. Mereka beresiko tinggi

menderita malnutrisi dan lebih rentan terkena dampak malnutrisi. Salah satu indikator

yang sangat penting pada status nutrisi adalah berat badan. Perawat berperan sangat

penting dalam pemenuhan nutrisi lansia terutama di Rumah Sakit. Setiap orang harus

makan. Makanan merupakan bagian yang paling pentingdalam kehidupan sebagian

lansia dan saat-saat bersantap menjadi bagian pentingyang dialami manula setiap

harinya. Makanan juga harus menjadi sumber kesehatan serta kegembiraan bagi orang-

orang yang berusia lanjut ini.

3.2       SARANPatut diingat bahwa keperluan enersi MANULA sudah menurun, jadi jangan di

sediakan seperti masih belum berusia lanjut. Ada baiknya bila mereka dijaga jangan

sampai menjadi kegemukan karena akan lebih mudah menderita berbagai kelainan

atau penyakit gizi yang berhubungan dengan kondisi obesitas. Frekuensi penyakit

Diabetes Mellitus, Cardiovascular diseases terdapat meningkat pada kelompok MANULA.

Page 26: TDDYUFYGYGHGHGH

DAFTAR PUSTAKA

Watson, Roger. 2003. Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGCNugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGCFakultas Kedokteran UI. 2000. Pedoman Pengelolan Kesehatan Pasien Geriatri Untuk Dokter dan Perawat. JakartaBeck, Mary E. 2000. Ilmu Gizi dan Diet Hubungannya dengan Penyakit-penyakit untuk Perawat dan Dokter. Jakarta : Yayasan Essentia MedicoTarwoto, Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba MedikaPanduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Prima Medika

Page 27: TDDYUFYGYGHGHGH

FORMAT PENGKAJIAN INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Tanggal Pengkajian : 25 Maret 2012

A.    DATA BIOGRAFI

Nama                          :Tn “S”

TTL                             :Sampit, 20 Oktober 1945

Jenis Kelamin             :laki-laki

Pendidikan                 : SMA

Agama                                    : Islam

Status Perkawinan     :Duda

TB / BB                       : 162 cm, 50 Kg

Penampilan                :Rapih danbersih        Ciri – ciri tubuh :Kurus

Alamat                        : Jl. Merdeka,  Kel. Ketapang                        RT 3 RW V

Kec.Mentawa Baru Hilir                  Telp/ Hp :  -

Kabupaten. Kotawaringin Timur

Orang Yang Dekat     :Ny “E”

Hubungan                  :Anak

Alamat / Telepon      : Jl. Merdeka No.45

B.     RIWAYAT KEPERAWATAN

1.      Genogram

  

Page 28: TDDYUFYGYGHGHGH

Keterangan     :

: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal dunia

: Tinggal serumah: Garis pernikahan

            : Garis keturunan: Klien

2.      RiwayatKeluarga

Klien seorang duda, mempunyai anak satu. Klien hidup bersama anak laki-lakinya. Di

keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit seperti diabetes, hipertensi, asma,

TB, atau hepatitis.

C.     RIWAYAT PEKERJAAN

Pekerjaan saat ini                   : Berkebun

Alamat pekerjaan                  :  Jl. MajuMundur

Jarak dari rumah                   :  ± 1km

Alat transportasi                    : Jalan kaki

Pekerjaan sebelumnya           : Swasta

Jarak darirumah                    : ± 3 Km

Alat transportasi                    : Sepeda Motor

Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan:

Pendapatan berasal dari hasil berkebun dan dibiayai oleh anak.

D.    RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP

Type tempa tinggal                :Rumah

Jenis lantai rumah                  :Kayu

Kondisi lantai                         :Kering

Tangga rumah                                   :Tidakada

Penerangan                            :Cukup

Tempat tidur                          :Aman

Alatd apur                              :Rapi

WC                                          :Aman

Kebersihan lingkungan         :bersih

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :Sendiri

Derajat privasi                                   :Terjaga

Tetangga terdekat                  : Ada

Alamat dan telepon               : Jl. Merdeka No. 46

Page 29: TDDYUFYGYGHGHGH

E.      RIWAYAT REKREASI

Hobbi / Minat                                    : Memancing

KeanggotaanOrganisasi        : Pengajian

Liburan / Perjalanan             : Jalan – jalan, berkunjung ketempat Anak

F.      SISTEM PENDUKUNG

Perawat / Bidan / Dokter / Fisioterapi       : Perawat

Jarak Dari Rumah                                          : ±1 Km

RumahSakit                                                    : Ada   Jarak   ±5 Km

Klinik                                                              : Ada   Jarak   ±4 Km

Pelayanan Kes. Dirumah                              : Tidakada

Makanan Yang dihantarkan                         : Tidakada

Perawatan Sehari-hari Yang Dilakukan Keluarga  : Check Up kePuskesmas

G.    DISKRIPSI KEKHUSUSAN

Kebiasaan Ritual        : klien shalat 5 waktu, klien kadang menjalankan shalat tahajud.

Yang Lainnya             : Tidakada

H.    STATUS KESEHATAN

Status Kesehatan Umum Selama SetahunYangLalu           : klien pernah menderita

Anemia

Status KesehatanSelama 5 Tahun Yang Lalu                      : Tidak ada masalah

KeluhanUtama                                                          :

Klien mengatakan tidak nafsu makan

Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan        : Klien sering berobat ke

puskesmas

Alergi :

            Obat-Obatan              :Tidakada

            Makanan                    :Tidakada

            FaktorLingkungan     : Tidakada

           

I.       AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)

IndeksKATZ              : B

Oksigenisasi                : Baik, RR 16 x/m

Cairan&Elektrolit       : Cukup, KlienMinum±6gelas /hr

                        : Nafsu makan kurang, PolaMakan : 2x/hr, hanya mampu menghabiskan¼ porsi

makanan, konjugtiva anemis, BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg, klien kurang

makan sayur dan jarang makan buah-buahan, klien hidup sendiri.

            Eliminasi                     : Baik, BAK 2x/hr BAB 1x/hr

Page 30: TDDYUFYGYGHGHGH

            Aktivitas                     : Saat pagi klien berkebun, di rumah klien tidak ada

kegiatan

            Istirahat & Tidur        : Baik, klien tidur 8 jam/hr

            Personal Hygiene       : Baik, Klien Mandi 2x/hr

Seksual                        : Klien tidak ada niat lagi untuk berhubungan, klien tidak ada keinginan untuk

menikah lagi

Rekreasi                      :klien 6 bulan sekali melakukan perjalanan (berkunjung ke rumaha naknya).

J.       PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL

Konsep diri                             : Klien merasa kehidupannya cukupt erpenuhi

Emosi                                      : Stabil

Adaptasi                                 : Baik

Mekanisme Pertahanan Diri : Baik

Status Mental                         : Stabil

Tingkat Keasadaran              : Compos Mentis

Afasia                                     : Tidak

Dimensia                                : Tidak

Orientasi                                 : Normal

Bicara                                      : Normal

Bahasa Yang Digunakan       :BahasaBanjar

Kemampuan Membaca         :Bisa

Kemampuan Interaksi           :Sesuai

Vertigo                                    :  –

Shirt Porteble Mental Status Questionaire (SPMSQ)           : 2 Fungsi Mental Utuh

Mini – Mental State Exam (MMSE)                          : 2 Baik

Geriatrik Depresion Scale                                          : 4 Baik

APGAR                                                                       : 6 Menengah

K.    TINJAUAN SISTEMKeadaanUmum         :BaikTingkat Kesadaran    : Compos mentisTanda-Tanda Vital    : TD     130/90 mmhg                        Nadi    80 x/m                                      RR     16 x/m                       Suhu   36,5oC                                      TB      168 cm                                    BB        50kg

PENGKAJIAN PERSISTEM1)      PERNAFASAN (B1 : BREATHING)1.      Bentuk Dada                                      : Simetris2.      SekresidanBatuk                                : Tidakada

Nyeriwaktubernapas                         : Tidakada3.      PolaNapas                                          : RR 16 x/m, Reguler4.      BunyiNapas                                       : Normal (tidakadaRonchi)

Page 31: TDDYUFYGYGHGHGH

5.      Pergerakan Dada                               : Intercostal6.      TractilFremitis/Fremitus Vokal         :Tidakada7.      Alat Bantu Pernapasan                     : Tidakada

2)      CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)1.      Nadi                            : Frekuensi      80 x/m            nt , Reguler2.      Bunyi Jantung                        : Normal3.      LetakJantung              : Ictus Cordis teraba pada intercostal  V, kira-kira 1 jari medial

darigaris midklavikular4.      Pembesaran Jantung  : Tidakada5.      NyeriDada                 : Tidakada6.      Edema                         : Tidakada7.      Clubbing Finger         : Tidak

3)      PERSARAFAN (B3: BRAIN)Tingkat kesadaran :         Compos Mentis

1.      GCS :Eye : 4             Verbal : 5        Motorik : 6Total GCS                   : 15

2.      Refleks                                    : Normal3.      Koordinasi Gerak       : Ya4.      Kejang                                    : Tidak

4)      PENGINDERAAN1.      Mata (Penglihatan)a.      Bentuk                              : Normalb.      Pupil                                 : Ishokorc.       Gerak Bola Mata              : Normald.      Medan Penglihatan         : Normale.       ButaWarna                       : Tidakf.        TekananInraOkuler         : Tidak2.      Hidung (Penciuman)

Bentuk                                                : NormalGangguanPenciuman                        : Tidak

3.      Telinga (Pendengaran)a.      Aurikel                              : Normalb.      Membran Tympani          : Terangc.       Otorrchea                         : Tidakd.      GangguanPendengaran  : Tidake.       Tinitus                               : Tidak4.      Perasa                                     : Normal5.      Peraba                                     : Normal

Page 32: TDDYUFYGYGHGHGH

5)      PERKEMIHAN - ELIMINASI URI (B4: BLADDER)Tidak ada nyeri saat berkemih, tidak sering berkemih, tidak ada urin yang tertahan saat berkemihMasalahKandungKemih : TidakadamasalahProduksi Urine                 : 600 ml/hr                             Frekuensi : 2x/hr

Warna:Kekuningan               Bau : Amoniak

6)      PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)1.   MulutdanTenggorokana.      Mulut                                 : Rongga mulut bersih, tidak ada bau mulutb.      Gigi                                      : Gigi tidak lengkap, tidak ada lubang gigi,

Selaput Lendir Mulut        : Lembabc.       Lidah                                  : Bersih, ada sariawand.      Kebersihan Rongga Mulut            : Tidak Berbaue.       Tenggorokan                      : Tidak terlihat sulit menelanf.        Abdomen                           : Kenyalg.      Pembesaran Hepar                        : Tidakh.      Pembesaran Lien               : Tidaki.        Asites                                  : Tidak

2.   Masalah Usus Besar dan Rectum / Anus         BAB 1 x/hr         Tidak ada masalah         Obat Pencahar       : Tidak         Lavemen                : Tidak

7)      OTOT, YULANG DAN INTEGUMENT (B6: BONE)1.   OtotdanTulang         Kemampuan Pergerakan Sendi lengan dan Tungkai (ROM)

Bebas         Kemampuan kekuatan otot :       

4                  44                  4                     

         Fraktur       : Tidak         Dislokasi     :Tidak         Haemotom : Tidak2.   Integumen

Warna Kulit                 : Kuning langsatAkral                            : HangatTurgor                         : TidakelastisTulang Belakang          : Normal

8)      REPRODUKSILaki-laki :

Page 33: TDDYUFYGYGHGHGH

Kelamin Bentuk               : NormalKebersihan Alat Kelamin            : Bersih           

9)      ENDOKRIN1.   Faktor Alergi                : Tidak

Manifestasi                   : TidakadaCara Mengatasi           : Tidakada

2.   Kelainan Endokrin      : Tidakada

10)  PENGETAHUANPengetahuan klien tentang kesehatan dirinya :Klien mengetahui tentang kondisi kesehatannya dan klien sering cek up untuk kesehatannya

ANALISA DATA

NO KELUHAN ETIOLOGI PROBLEM

1. DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan

DO :        Gigi tidak lengkap        Lidah ada sariawan        PolaMakan : 2x/hr,

hanyamampumenghabiskan ¼ porsimakanan        Konjugtiva anemis        BB sebelumnya= 51 kg, BB saatini 50 kg        Klien kurang makan sayur dan jarang makan

buah-buahan        klienhidupsendiri

Intake yang tidakadekuat

Ketidak seimbangan

nutrisi : nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

RENCANA KEPERAWATAN

No.Dx. Kep.

Tujuan Intervensi Rasional

1.        1 Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ketidakseimbangan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1.      Timbang berat badan setiap hari

2.      Anjurkan makan sedikit tapi sering

1.     R/mengetahui perubahan keadaan umum nutrisi pada klien

2.     R/Dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makan terlalu cepat setelah

Page 34: TDDYUFYGYGHGHGH

teratasi denganKriteria hasil :

1.      Nafsu makan meningkat

2.      Berat badan meningkat3.      Adanya perubahan pola

makan4.      Konjungtiva  normal5.      Klien tampak tidak

lemah

3.      Anjurkan makan-makanan yang lunak dan mudah dicerna.

4.      Anjurkan keluarga untuk menyediakan makanan kesukaan klien.

5.      Anjurkan makan makanan yang disajikan dalam kondisi hangat

periode puasa 

3.     R/membantu meningkatkan intake makanan

4.     Membantu meningkatkan nafsu makan

5.     R/ Mencegah terjadinya mual dan membantu meningkatkan nafsu makan

No.Dx. Kep.

Implementasi Evaluasi

1.   1.

1 Tgl 25 Maret 2012 (09.00 wib)

1.      Menimbang berat badan setiap hariHasil : BB = 50 kg

2.      Menganjurkan makan sedikit tapi sering Hasil :Anjuran telah di berikan , klien akan melakukan anjuran.

3.      Menganjurkan makan makanan yang lunak dan mudah dicernaHasil :Klien setuju untuk makan makanan yang lunak dan mudah dicerna

4.      Menganjurkan keluarga untuk menyediakan makanan kesukaan klienHasil :

26 Maret 2012 (09.00 wib)DS : “Saya sudah menghabiskan setengah porsi makanan”

DO :        K/u baik        Nafsumakanklienmeningka

t        Konjungtiva normal        TD : 100 / 70 mmhg        N : 80 x/m        RR : 20 x/m        S : 36,6 oC        BB 50 kg

A : Masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi sebagian

1.      Nafsu makan meningkat

Page 35: TDDYUFYGYGHGHGH

Anjuran telah diberikan, keluarga mengungkapkan akan melakukan apa yang di anjurkan.

5.      Menganjurkan makan makanan yang disajikan dalamkondisi hangatHasil :Klien setuju untuk makan makanan yang disajikan dalam kondisi hangat

2.      Adanya perubahan pola makan

3.      Konjungtiva normal4.      Klien tampak tidak lemah

P: Lanjutkan intervensi

DENGAN KONSTIPASI DI DUSUN KEMBANGRT 02/RW 61 MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Profesi NersProgram Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM

Stase Keperawatan Gerontik

Page 36: TDDYUFYGYGHGHGH

Disusun oleh :SATRIO KUSUMO LELONO

02/160241/EIK/00251

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UGM

YOGYAKARTA2004

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny Wt

Nama mahasiswa : Satrio Kusumo Lelono

Tempat praktek : Dusun Kembang Rt 02/Rw 61 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

Tanggal : :01 November- 06 November 2004

I.Identitas diri klien

Nama : Ny Wt

Umur : 75 tahun

Jenis kelamin : PerempuanAlamat : Dusun Kembang Rt 02/Rw 61 Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta

Status perkawinan: Kawin

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Sumber : Klien dan keluarga (anak)

Page 37: TDDYUFYGYGHGHGH

II.Struktur keluarga

No Nama Umur JK Hub dg klien Pendd Pekerjaan Keterangan

1 Bp A 55 th L Menantu SD Swasta Sehat

2 Ny S 53 th P Anak ke-2 SD Buruh Sehat

3 TM 34 th L Cucu SLTP - Sehat

Genogram

+ +

+ + + + + + + + + +

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal 1 rmh

Page 38: TDDYUFYGYGHGHGH

+ : Meninggal

III. Riwayat KeluargaKlien mengatakan keluarganya banyak yang meninggal karena adanya “pageblug” atau kekurangan pangan pada

zaman penjajahan. Menurut klien ada penyakit keturunan dari keluarga yaitu hipertensi.

IV. Riwayat Penyakit

1. Keluhan utama saat ini:Klien merasa perutnya keras dan tidak nyaman karena jarang BAB. Selain itu klien mengatakan mempunyai penyakit mag yang sudah lama dan kadang-kadang masih kambuh. Perut juga sering terasa gemetar, tetapi klien tidak pernah muntah. Klien juga mengeluh sulit tidur baik pada malam maupun siang hari.

2. Apa yang dipikirkan saat ini:Klien mengatakan hanya memikirkan apabila suatu saat akan dipanggil menghadap Allah, maka klien sudah siap dan pasrah.

3. Siapa yang paling dipikirkan saat ini:Klien menyatakan rindu kepada anak pertamanya dan cucu-cucunya yang tinggal di Sumatra dan sudah 2 tahun belum pulang. Klien mengatakan menderita sakit dan mondok selama 9 bulan di RS Panti Rapih sehabis melahirkan anak pertamanya tersebut. Klien mengatakan sudah pernah melihat ke-7 cucunya yang tinggal di Sumatra.

4. Riwayat penyakit dahulu:Klien mengatakan pernah mondok di RS Panti Rapih selama 9 bulan karena melahirkan anak pertamanya. Sebelum klien dibawa ke RS Panti Rapih, klien sudah ditangani di Puskesmas depok I selama 1 minggu. Selain itu, klien mempunyai penyakit mag yang gejalanya masih dirasakan sampai sekarang. Menurut anak ke-2 klien, klien pernah menderita disentri dan keluarga memeriksakan ke Puskesmas. Selain klien minum obat dari Puskesmas, klien juga diberikan Pisang Bandung dengan tujuan untuk menahan keluarnya BAB. Setelah itu, klien tidak BAB selama 1 bulan, kemudian klien diberikan pepaya dan klien dapat BAB.

V. Pengkajian1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Klien mengatakan sehat itu adalah bila kondisi badan mempunyai kekuatan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari seperti mandi sendiri (sibin), memakai pakaian sendiri, makan/minum sendiri, dan BAK sendiri

di tempat tidur. Persepsi klien tentang sakit bila klien merasa tidak enak badan hingga tidak bisa bangun.

Bila merasa sakit akan periksa ke dokter/RS dan minum obat. Klien menyatakan bersyukur karena masih

diberi kesehatan sampai seusia ini.

2. Pola nutrisi

Jumlah : Frekuensi 2-3x perhari. Klien menyatakan nafsu makan menurun, makan hanya 3-5 suap saja

setiap kali makan, sedikit sayur dan lauk, apabila makan terlalu banyak klien merasa tidak

Page 39: TDDYUFYGYGHGHGH

enak. Klien juga jarang ngemil. Klien minum air putih hangat atau air the manis tetapi jarang.

Minum sekitar 1-2 gelas per hari, klien menyatakan tidak suka minum terlalu banyak karena

sering BAK.

Jenis : Nasi, bubur, lauk nabati/hewani, sayur, buah, tidak ada alergi makanan. Apabila merasa bosan

dengan nasi, klien meminta anaknya untuk memasakkan mie. Makanan pantangan klien

yaitu melinjo, makanan pedas, asam, asin. Jenis minuman: air putih dan kadang-kadang the

manis, tidak pernah minum kopi dan alkohol.

3. Pola eliminasi:Klien mengatakan susah BAB, biasanya klien BAB 1-2 kali/bulan, perut teraba keras, terasa tidak nyaman, saat BAB sakit dan harus dibantu dengan mengurut perutnya. Klien mengatakan feces yang keluar keras seperti batu. BAK klien lancar, frekuensi 5-7 kali sehari, malam hari biasanya terbangun untuk BAK. Klien BAB disungai dengan dituntun oleh anaknya, sedang BAK di tempat tidur dengan cara ditampung di waskom, dan setiap pagi urine dibuang oleh anaknya.

4. Pola aktivitas dan latihan

Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan / minum V

Mandi V

Toileting V

Berpakaian V

Mobilitas di tempat tidur V

Berpindah / berjalan V

Ambulasi / ROM V

Keterangan:0 : mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.Klien dapat mengambil makanan/minuman sendiri di meja dari tempat tidur. Biasanya makanan/minuman sudah disiapkan oleh anaknya. Klien mandi sendiri di tempat tidur posisi duduk dengan melap tubuhnya. Dua ember air hangat disediakan oleh anaknya, satu ember untuk sabun dan satu ember untuk membilas. Klien mampu menggunakan pakaian sendiri. Mobilitas di tempat tidur masih mampu sendiri, namun untuk berpindah atau turun dari tempat tidur harus dituntun oleh orang lain. Klien masih mampu melakukan ROM sederhana.

5. Pola tidur dan istirahatKlien tidur sekitar 2-3 jam perhari, selalu terbangun pada malam hari dan susah untuk tidur. Biasanya klien berdzikir saat klien tidak dapat tidur. Klien mengatakan tidak pernah bisa tidur siang.

Page 40: TDDYUFYGYGHGHGH

6. Pola perceptual

1. PenglihatanKlien menyatakan penglihatannya agak kabur. Klien tidak dapat melihat jari perawat yang diacungkan di depan mata klien.

2. PendengaranKlien masih dapat mendengar suara dengan jelas tanpa melihat mimik muka lawan bicara.

3. PengecapKlien masih dapat membedakan rasa antara manis, pahit, asam dan asin.

4. SensasiKlien masih dapat membedakan panas, dingin, sakit maupun nyeri.

7. Pola persepsi diri

1. Gambaran diriKlien merasa tidak terganggu dengan keadaannya /penampilan sekarang ini, klien merasa tetap bersyukur dengan bagaimanapun keadaan tubuhnya, asalkan sehat.

2. Ideal diriKlien merasa keadaannya yang sudah tua, tetapi tidak pernah mematahkan semangatnya untuk mencari keselamatan untuk kehidupannya di akhirat nanti. Saat ini klien tinggal di ruangan tersendiri dan terpisah dari rumah induk. Klien mengatakan bahwa klien lebih suka tinggal dikamar tersebut karena lebih terang dan luas, dapat melihat suasana di luar rumah dan tidak malu dengan banyak orang yang sering berlalu lalang di rumah induk.

3. Harga diriKlien merasa mempunyai kepuasan dan kebanggan terhadap dirinya karena masih diperhatikan oleh orang-orang terdekatnya, seperti anak dan cucu-cucunya. Klien mengatakan, “Kalau tidak ada anak perempuan saya itu, pasti sudah kiamat.” Klien menceritakan bahwa majikan dimana klien bekerja dahulu masih sering menjenguk dan memperhatikan klien.

4. Identitas diriKlien sudah dapat menerima keadaannya, tidak merasa malu dengan keadaannya, masih merasa diperhatikan oleh keluarganya, terutama anaknya.

5. Peran diriKlien merasa perannya dalam keluarga sudah tidak begitu berarti, namun klien merasa masih berperan terhadap dirinya sendiri, yaitu mencari bekal kematian.

8. Pola peran hubunganDi dalam komunikasi sehari-hari klien tidak mengalami hambatan. Dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa. Klien tinggal bersama 1 anak yang tinggal serumah dan cucunya, namun ruangan klien terpisah dari mereka. Anak klien (Ny S) selalu datang ke kamar klien pada saat menyiapkan makanan/minuman atau air hangat untuk mandi. Kadang-kadang Ny S juga datang menjenguk klien untuk sekedar mengajak berbincang-bincang. Apabila klien mempunyai keinginan, klien memanggil dari balik kamar, dan Ny S segera mendatangi klien. Anak klien yang lain telah menikah dan tinggal di Sumatra, dan klien tidak pernah berhubungan, kecuali kalau anaknya pulang. Hubungan antar keluarga di Sumatra dan di Yogyakarta melalui surat.

9. Pola managemen koping stressKlien selalu pasrah kepada Allah atas apapun yang terjadi padanya. Klien menyatakan siap apabila suatu saat dipanggil untuk menghadap Allah.

10. Sistem nilai dan keyakinanKlien beragama islam, dan masih berusaha menjalankan sholat 5 waktu seperti layaknya masih muda dan kuat. Klien menyatakan tidak pernah sholat malam, tetapi sering berdzikir. Klien merasa yakin bahwa kebahagiaan di akhirat dapat diperoleh dengan bekal yang dipersiapkan di dunia.

Page 41: TDDYUFYGYGHGHGH

VI. Pemeriksaan Fisik1. Pemeriksaan fisik Tingkat kesadaran : Compos Mentis TD : 140/90 mmHg. Nadi: 82 x/menit, Respirasi : 18 x/menit dan Temperatur : afebris, BB : 27 Kg dan TB : 143 Cm Kepala : Kulit kepala dan rambut bersih, sudah beruban, jumlah rambut sudah berkurang Leher : tidak ada pembesaran vena jugularis Thorak : Bentuk dada simetris, retraksi otot dada (-), suara nafas vesikuler, ronchi (-), wheezing (-) Abdomen : teraba keras di bagian bawah, tidak ada ascites, tidak kembung, nyeri tekan (-) Ekstremitas : Tidak ada kelainan, kuku jari tangan dan kaki panjang dan agak kotor2. Pemeriksaan Panca Indera

a. Penglihatan (mata) : Bola mata : simetris tidak ada kelainan, kornea nampak keruh Konjunctiva : tidak anemis Sklera : tidak ikterik Reflek pupil : (+/+) Visus : 0/6

b. Pendengaran(telinga) : Bentuk telinga simetris Nyeri tekan tidak ada Liang telinga : serumen tidak ada Gangguan pendengaran tidak ada, tidak menggunakan alat bantu dengar

c. Pengecapan( mulut ) Gigi geligi cukup bersih, gigi sudah banyak yang tanggal, tinggal 1 buah gigi seri, dan beberapa gigi

geraham Lidah bersih Sensasi rasa manis ,asin dan pahit (+)

d. Sensasi(kulit) Sensasi nyeri (+), sensasi taktil (+), sensasi suhu (+) Turgor kulit : baik agak kering

e. Penciuman (hidung) Lubang hidung simetris Septum nasi : lurus Tidak ada sekret

VII. Analisa data

DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS:

Klien mengatakan pernah jatuh di tangga depan pintu

kamarnya 2 kali

Ny S mengatakan bahwa klien sudah tidak pernah pergi-

pergi dari kamarnya, kecuali untuk BAB saja

Resiko untuk jatuh Umur > 65 tahun

Page 42: TDDYUFYGYGHGHGH

Ny S mengatakan klien sudah tidak bisa berjalan sendiri,

apabila pergi BAB harus dituntun

DO:

Usia klien 75 tahun

Penglihatan klien terganggu, visus 0/6

Tremor

Kondisi rumah sempit dan ada tangga yang tinggi tepat di

pintu kamar

DS:

Klien tidak pernah keluar kamar kecuali kalau BAB di

sungai

Klien mengatakan aktivitas sehari-hari hanya di tempat

tidur

Ny S mengatakan bahwa klien masih mampu berdiri

sendiri, tetapi sudah tidak bisa berjalan sendiri, sehingga

lebih banyak tiduran

DO:

Saat kunjungan, klien sedang berbaring di tempat tidur

Klien mampu duduk di tempat tidur

Immobilisasi Penurunan fungsi

sistem tubuh pada

proses menua

DS:

Klien mengatakan sulit BAB

Klien mengatakan, “Kalau BAB kok lama sekali, kadang

hanya 1 atau 2 kali dalam sebulan.”

Klien mengatakan sakit saat BAB/mengeluarkan feces

dan harus dibantu dengan mengurut-urut perutnya

Klien mengatakan, feces yang keluar keras seperti batu

Klien mengatakan perutnya juga keras dan terasa tidak

nyaman

Klien mengatakan minum hanya 1-2 gelas sehari

Klien mengatakan hanya makan 3-5 suap setiap kali

makan

DO:

Perut bagian bawah teraba keras

Konstipasi Penurunan motilitas

traktus

gastrointestinal

DS:

Klien mengatakan makan hanya 3-5 suap, kalau lebih

dari itu makanan terasa tidak enak

Ketidakseimbangan nutrisi

: kurang dari kebutuhan

tubuh

Ketidakmampuan

pemasukan atau

mencerna makanan

Page 43: TDDYUFYGYGHGHGH

DO:

BB : 27 kg, TB : 142 cm

IMT : 13,39 (dibawah ideal >20%)

Intake makanan kurang

Mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah

makanan

Keengganan untuk makan

atau mengabsorbsi

zat-zat gizi

berhubungan dengan

proses menua

DS:

Klien mengatakan sulit untuk tidur

Klien mengatakan tidur hanya 2-3 jam dalam sehari

Klien mengatakan tidak dapat tidur siang

DO:

Saat perawat datang, klien sedang tiduran tetapi tidak

tidur

Gangguan pola tidur Pergantian tidur yang

berhubungan dengan

usia

DS:

Klien mengatakan, “Ngak apa, meskipun saya tinggal di

kolong tikus seperti ini, tetapi saya lebih senang di sini,

karena lebih luas, dapat melihat suasana di luar dan

kalau di sana, saya “perkewuh” (tidak enak) dengan

banyak orang”

Ny S mengatakan bahwa sewaktu klien berada di rumah

induk, pernah terjadi pencurian, oleh karena itu klien

meminta untuk pindah kamar di belakang rumah agar

rumah induk dapat dikunci pada saat semua orang pergi

kerja.

DO:

Klien berada di sebuah kamar sempit dan berada di

belakang rumah

Kamar klien terpisah dari rumah induk

Keluarga jarang menemani klien, kontak sering dilakukan

bila memberi makan dan menyiapkan air hangat untuk

mandi

Resiko untuk kesepian Isolasi fisik

VIII. Diagnosa Sesuai Prioritas1. Resiko untuk jatuh berhubungan dengan umur >65 tahun

2. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem tubuh pada proses menua

Page 44: TDDYUFYGYGHGHGH

3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan

pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua

4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pergantian tidur yang berhubungan dengan usia

6. Resiko untuk kesepian berhubungan dengan isolasi fisik

IX. RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA

KEPERAW

ATAN

RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN INTERVENSI

1.

Resiko

untuk jatuh

b.d umur

>65 tahun

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien Ny Wt tidak mengalami jatuh.

TIK:

Setelah dilakukan 2 x kunjungan klien

dapat mengenal adanya resiko jatuh

kembali dengan kriteria :

1. Dapat menjelaskan perubahan

fisik yang terjadi pada lanjut usia

2. Mampu menyebutkan akibat

perubahan fisik tersebut

3. Mampu menjelaskan cara

pencegahan agar tidak jatuh

4. Dapat mendemonstrasikan cara

1. Kaji

pengetahuan

klien terhadap

perubahan fisik

pada lanjut usia

dan akibatnya

2. Berikan pujian

atas

pengetahuan

positif yang

disampaikan

oleh klien

3. Diskusikan

dengan klien

mengenai

perubahan pada

Page 45: TDDYUFYGYGHGHGH

pencegahan

5. Keluarga menyatakan akan

memodifikasi lingkungan

sehingga menjadi lebih aman

6. Tampak adanya modifikasi

terhadap lingkungan rumah

lanjut usia;

proses menua,

batasan usia

lanjut;

perubahan pada

sistem tubuh,

akibat

perubahan

4. Minta klien untuk

mengulangi hal-

hal yang telah

dijelaskan dan

didiskusikan

5. Beri pujian atas

hasil yang

dicapai

6. Gali

pengetahuan

klien mengenai

upaya

pencegahan

agar tidak jatuh

7. Monitor sumber-

sumber dalam

keluarga yang

ada dan dapat

digunakan;

peralatan, biaya,

tenaga

8. Kaji faktor

pendukung

terjadinya jatuh

ulangan; kondisi

rumah, kondisi

penderita

9. Diskusikan dan

ajarkan cara-

cara

pencegahan

jatuh pada klien

Page 46: TDDYUFYGYGHGHGH

10. Evaluasi

pelaksanaan

cara

pencegahan

sesuai dengan

yang telah

diajarkan

11. Beri motivasi

klien untuk

mempraktekkan

cara

pencegahan

12. Beri pujian atas

usaha yang

dilakukan

13. Gali

pengetahuan

keluarga

terhadap

lingkungan

aman

14. Diskusikan

mengenai

keadaan rumah

yang sekarang

dan

keterkaitannya

dengan

kesehatan klien

15. Diskusikan dan

jelaskan

lingkungan yang

aman bagi usia

lanjut

16. Minta klien

menjelaskan

ulang lingkungan

yang aman

17. Tanyakan pada

klien

Page 47: TDDYUFYGYGHGHGH

kesanggupanny

a untuk

menciptakan

lingkungan

yanga aman

18. Evaluasi

keadaan rumah

setelah diskusi.

2.

Immobilisasi

b.d

penurunan

fungsi

sistem tubuh

pada proses

manua

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien mampu melakukan mobilisasi

sesuai kemampuan

TIK:

Setelah 2 kali kunjungan, klien dan

keluarga mampu melakukan perawatan

pada lansia yang imobilisasi dengan kriteria

:

1. Mampu

menjelaska

n

pengertian,

penyebab,

akibat dan

upaya

pencegaha

n

imobilisasi

2. Mampu

memotivasi

diri untuk

melakukan

mobilisasi

sesuai

kemampua

n

1. Kaji pengetahuan klien tentang imobilisasi :

pengertian, penyebab, akibat, dan upaya

pencegahan

2. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang

imobilisasi

3. Berikan contoh dan demonstrasi mobilisasi yang

aman dan dapat dilakukan oleh klien

4. Motivasi klien untuk melakukan mobilisasi sesuai

kemampuan

5. Libatkan keluarga untuk membantu mobilisasi

klien

6. Beri reinforcement atas upaya pemahaman

informasi dan usaha mobilisasi yang dilakukan

Page 48: TDDYUFYGYGHGHGH

3.

Ketidakseim

bangan

nutrisi:

kurang dari

kebutuhan

tubuh b.d

ketidakmam

puan

pemasukan

atau

mencerna

makanan

atau

mengabsorb

si zat-zat

gizi

berhubunga

n dengan

proses

menua

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien dapat memahami mengenai

keseimbangan nutrisi . pengetahuan klien

bertambah

TIK:

Setelah 2 kali kunjungan, klien dan

keluarga dapat melakukan perawatan

anggota keluarga dengan nutrisi yang

kurang dengan kriteria:

1. Klien dapat menjelaskan alasan

mengapa ia berada pada nutrisi

yang kurang

2. Klien dan keluarga dapat

menyebutkan nutrisi seimbang

1. Diskusikan dengan klien dan keluarganya kondisi

kurang nutrisi

2. Jelaskan pada klien dan keluarga cara

pengaturan diet seimbang

3. Beri motivasi agar meningkatkan makan porsi

kecil tapi sering (ngemil)

4. Anjurkan klien dan keluarga untuk lebih banyak

mengkonsumsi bauh dan sayur

5. Jelaskan komplikasi dari kurang nutrisi

6. Tingkatkan kesadaran klien tentang tindakan-

tindakan yang mendukung masukan makanan

7. Ajarkan teknik-teknik modifikasi jenis makanan

dan cara penyajian

8. Instruksikan kepada keluarga untuk menyajikan

makanan selagi hangat

9. Anjurkan keluarga untuk melakukan

penimbangan BB klien secara periodik

10. Beri reinforcement atas pemahaman informasi

dan partisipasi keluarga dalam peningkatan

nutrisi klien

4.

Konstipasi

b.d

penurunan

motilitas

traktus

gastro

intestinal

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien tidak mengalami konsipasi

TIK:

Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien

dapat:

1. Menggambarkan aturan usus

terapeutik

2. Menjelaskan secara rasional

1. Kaji faktor penyebab konstipasi

2. Tingkatkan tindakan korektif :

Tinjau ulang diet seimbang

Diskusikan pilihan diet

Dorong penggunaan buah dan sayuran

Dorong pemasukan cairan adekuat kira-kira 2

liter (8-10 gelas).

Anjurkan untuk minum segelas air hangat

sebelum sarapan yang bisa menstimulus

pengosongan usus.

Anjurkan waktu yang teratur untuk eliminasi.

Page 49: TDDYUFYGYGHGHGH

untuk intervensi

3. BAB secara lancar dan feses

lembek

3. Libatkan keluarga dalam

penyediaan diet

4. Jelaskan risiko bila

konstipasi terjadi

berkelanjutan.

5. Anjurkan klien untuk

meningkatkan aktifitas fisik

sesuai kemampuan

6. Beri reinforcement atas

upaya pemahaman

informasi maupun upaya

perawatan terhadap

konstipasi

5.

Gangguan

pola tidur

berhubunga

n dengan

pergantian

tidur yang

berhubunga

n dengan

usia

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien dapat memenuhi kebutuhan

tidurnya (tidur 4-5 jam dalam sehari)

TIK:

Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien

dapat:

1. Menggambarkan pergantian pola

tidur yang berhubungan dengan

usia

2. Menjelaskan secara rasional

untuk intervensi

3. Memenuhi kebutuhan tidurnya

setiap hari

1. Kaji pengetahuan klien tentang pola tidur

fisiologis dan patologis

2. Ber penjelasan tentang pergantian pola tidur

yang berhubungan dengan usia lanjut

3. Diskusikan dengan klien cara-cara efektif

pengantar tidur

4. Anjurkan klien untuk memulai tidur pada saat

klien sudah mulai mengantuk

5. Anjurkan klien untuk memanfaatkan waktu

dimana klien tidak dapat tidur untuk melakukan

aktivitas yang bermanfaat, seperti mengajak

ngobrol anak atau cucunya

6. Anjurkan klien untuk menghindari stress atau

banyak pikiran

7. Libatkan keluarga dalam aktivitas sehari-hari

klien

8. Anjurkan keluarga meluangkan waktu untuk

menemani klien bercerita pada saat-saat klien

tidak dapat tidur

9. Beri reinforcement atas upaya yang telah

dilakukan oleh klien dan keluarga

6.

Resiko

untuk

TIU:

Setelah dilakukan perawatan selama 1

minggu klien tidak mengalami kesepian

1. Kaji persepsi klien tentang kesepian dan faktor-

faktor penyebab

2. Temani klien dan terima apa adanya

Page 50: TDDYUFYGYGHGHGH

kesepian

berhubunga

n dengan

isolasi fisik

TIK:

Setelah dilakukan 2 kali kunjungan klien

dapat:

1. Menggambarkan kesepian

karena isolasi fisik

2. Menjelaskan secara rasional

untuk intervensi

3. Menyebutkan upaya mengatasi

kesepian

3. Motivasi klien untuk mengungkapkan perasaan

kepada orang lain

4. Dengarkan cerita-cerita klien dan bersikap

empati

5. Tunjukkan sikap interes terhadap perbincangan

dengan klien

6. Berikan umpan balik setiap tindakan yang

dilakukan klien

7. Beri reinforcement untuk upaya perawatan diri

yang positif

8. Konfrontasi klien untuk keputusan yang tidak

tepat, jika perlu

9. Motivasi kesadaran klien untuk berhubungan

dengan orang lain

10. Fasilitasi klien untuk keinginan/ aktivitas yang

positif

Page 51: TDDYUFYGYGHGHGH

X. CATATAN PERKEMBANGANDx 1. Resiko untuk jatuh b.d. usia >65 tahun

NO WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Selasa, 02

November

2004

Jam 09.00-

10.00 WIB

Kaji pengetahuan klien terhadap

perubahan fisik pada lanjut usia

dan akibatnya

Berikan pujian atas pengetahuan

positif yang disampaikan oleh

klien

Diskusikan dengan klien

mengenai perubahan pada lanjut

usia; proses menua, batasan

usia lanjut; perubahan pada

sistem tubuh, akibat perubahan

Minta klien untuk mengulangi

hal-hal yang telah dijelaskan dan

didiskusikan

Beri pujian atas hasil yang

dicapai

S :

Klien mengatakan “Kalau sudah tua itu

ya sudah peot, ompong,

sempoyongan, berdiri tidak tegap lagi,

gemetaran, dan sakit-sakitan.”

O :

Klien mampu mengulangi hal-hal yang

telah dijelaskan

A : Tujuan tercapai sebagian

P :

Kontrak untuk kunjungan berikutnya

Jelaskan pencegahan jatuh dan

demonstrasikan

2. Rabu, 03

November

2004

Jam 10.00-

10.30 WIB

Gali pengetahuan klien

mengenai upaya pencegahan

agar tidak jatuh

Monitor sumber-sumber dalam

keluarga yang ada dan dapat

digunakan; peralatan, biaya,

tenaga

Kaji faktor pendukung terjadinya

jatuh ulangan; kondisi rumah,

kondisi penderita

Diskusikan dan ajarkan cara-

cara pencegahan jatuh pada

S :

Klien mengatakan “Makanya saya

tidak keluar kamar sendirian, kecuali

dituntun anak saya.”

O :

Klien menjelaskan dan mampu

mendemonstrasikan pencegahan jatuh

A : Tujuan tercapai sebagian

P :

Kontrak untuk kunjungan berikutnya

Jelaskan lingkungan yang aman bagi

klien

Page 52: TDDYUFYGYGHGHGH

klien

Evaluasi pelaksanaan cara

pencegahan sesuai dengan

yang telah diajarkan

Beri motivasi klien untuk

mempraktekkan cara

pencegahan

Beri pujian atas usaha yang

dilakukan

3. Kamis, 04

November

2004

Jam 10.00-

10.45

Gali pengetahuan keluarga

terhadap lingkungan aman

Diskusikan mengenai keadaan

rumah yang sekarang dan

keterkaitannya dengan

kesehatan klien

Diskusikan dan jelaskan

lingkungan yang aman bagi usia

lanjut

Minta klien menjelaskan ulang

lingkungan yang aman

Tanyakan pada klien

kesanggupannya untuk

menciptakan lingkungan yanga

aman

Evaluasi keadaan rumah setelah

diskusi.

S :

Klien mengatakan “Saya bisa kalau

hanya turun dari tempat tidur ini.”

O :

Klien memahami pentingnya

lingkungan rumah yang aman bagi

klien

A : Tujuan tercapai

P :

Evaluasi akhir

Terminasi

4. Sabtu, 06

November

2004

Jam 09.00-

10..30

Mengevaluasi pemahaman klien

tentang resiko jatuh

Mengevalusi kejadian jatuh pada

klien

Terminasi dan pamitan

S :

Klien mengatakan “Terima kasih, cucu

sudah mau nengok Embah dan

memberikan banyak hal yang

bermanfaat untuk Embah, semoga

Allah membalas kebaikan cucu.”

O :

Page 53: TDDYUFYGYGHGHGH

Klien memahami dan akan

melaksanakan anjuran-anjuran

perawat

A : Tujuan tercapai

P : Monitor oleh keluarga

Dx 2. Immobilisasi berhubungan dengan penurunan fungsi sistem tubuh pada proses menua

NO WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Selasa, 02

November

2004

Jam 09.00-

10.00 WIB

Kaji pengetahuan klien tentang

imobilisasi : pengertian,

penyebab, akibat, dan upaya

pencegahan

S :

Klien mengatakan “Saya sudah tidak

kuat lagi kalau jalan-jalan.”

Ny S mengatakan sehari-harinya klien

hanya tiduran di tempat tidur

O :

Klien mengetahui dampak imobilisasi

A : Masalah belum teratasi

P :

Jelaskan manfaat mobilisasi

Berikan contoh dan demonstrasi

mobilisasi yang aman dan dapat

dilakukan oleh klien

2. Rabu, 03

November

2004

Jam 10.00-

10.30 WIB

Diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang imobilisasi,

terutama manfaat mobilisasi

Berikan contoh dan demonstrasi

mobilisasi yang aman dan dapat

dilakukan oleh klien

S :

Klien mengatakan “Sebenarnya saya

berdiri dan jalan-jalan di sekitar kamar

ini jua masih mampu.”

O :

Klien mampu mendemonstrasikan

mobilisasi dengan baik

A : Tujuan tercapai sebagian

P :

Beri motivasi klien untuk melakukan

mobilisasi sesuai kemampuan

Libatkan keluarga dalam motivasi dan

pengawasan

3. Kamis, 04 Motivasi klien untuk melakukan S :

Page 54: TDDYUFYGYGHGHGH

November

2004

Jam 10.00-

10.45

mobilisasi sesuai kemampuan

Libatkan keluarga untuk

membantu mobilisasi klien

Beri reinforcement atas upaya

pemahaman informasi dan

usaha mobilisasi yang dilakukan

Klien mengatakan “Ya.., saya akan

melakukannya setiap hari.”

O :

Klien nampak bersemangat dengan

kegiatan mobilisasi yang dianjurkan

perawat

A : Tujuan tercapai

P :

Evaluasi akhir

Terminasi

4. Sabtu, 06

November

2004

Jam 09.00-

10..30

Mengevaluasi pemahaman klien

tentang imobilisasi

Mengevalusi mobilisasi klien

Terminasi dan pamitan

S :

Klien mengatakan “Terima kasih, cucu

sudah mau nengok Embah dan

memberikan banyak hal yang

bermanfaat untuk Embah, semoga

Allah membalas kebaikan cucu.”

O :

Klien memahami dan akan

melaksanakan anjuran-anjuran

perawat

A : Tujuan tercapai

P : Monitor oleh keluarga

Dx 3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorbsi zat-zat gizi berhubungan dengan proses menua

NO WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Selasa, 02

November

2004

Jam 09.00-

10.00 WIB

Diskusikan dengan klien dan

keluarganya kondisi kurang

nutrisi

Jelaskan pada klien dan

keluarga cara pengaturan diet

seimbang

Beri motivasi agar meningkatkan

makan porsi kecil tapi sering

S :

Klien mengatakan “Buah dan sayur itu

bagus to…, kalau kuahnya bagus apa

tidak?”

O :

Klien nampak bersemangat dengan

diskusi

Klien memahami dan akan

Page 55: TDDYUFYGYGHGHGH

(ngemil)

Anjurkan klien dan keluarga

untuk lebih banyak

mengkonsumsi bauh dan sayur

Ajarkan teknik-teknik modifikasi

jenis makanan dan cara

penyajian

Instruksikan kepada keluarga

untuk menyajikan makanan

selagi hangat

menjalankan anjuran perawat

A : Masalah teratasi sebagian

P :

Jelaskan komplikasi kurang nutrisi

Anjurkan penimbangan BB secara

periodik

2. Rabu, 03

November

2004

Jam 10.00-

11.00 WIB

S :

Klien mengatakan “Biar kalau

dipanggil Allah dalam keadaan sehat

ya Cu..”

O :

Klien dan keluarga memahami dan

akan melakukan anjuran perawat

A : Tujuan tercapai

P :

Evaluasi akhir

Terminasi

3. Kamis, 04

November

2004

Jam 10.00-

11.00

Mengevaluasi pemahaman klien

tentang nutrisi untuk lanisa

Mengevalusi intake yang sudah

masuk

Terminasi dan pamitan

S :

Klien mengatakan “Terima kasih, cucu

sudah mau nengok Embah dan

memberikan banyak hal yang

bermanfaat untuk Embah, semoga

Allah membalas kebaikan cucu.”

O :

Klien memahami dan akan

melaksanakan anjuran-anjuran

perawat

A : Tujuan tercapai

P : Monitor oleh keluarga

Dx 4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal

NO WAKTU IMPLEMENTASI EVALUASI

Page 56: TDDYUFYGYGHGHGH

1. Selasa, 02

November

2004

Jam 09.00-

10.00 WIB

Kaji faktor penyebab konstipasi

Tingkatkan tindakan korektif :

Tinjau ulang diet seimbang

Diskusikan pilihan diet

Dorong penggunaan buah dan

sayuran

Dorong pemasukan cairan

adekuat kira-kira 2 liter (8-10

gelas).

S :

Klien mengatakan “Kalau memang

disuruh untuk banyak minum ya nanti

saya tambahi minumnya.”

O :

Klien mampu menyebutkan penyebab

konstipasi dan pentingnya sayur, buah

dan aminum banyak untuk

melancarkan BAB

A : Tujuan tercapai sebagian

P :

Anjurkan waktu yang teratur untuk

eliminasi.

Libatkan keluarga dalam penyediaan

diet

2. Rabu, 03

November

2004

Jam 10.00-

11.00 WIB

Anjurkan untuk minum segelas

air hangat sebelum sarapan

yang bisa menstimulus

pengosongan usus.

Anjurkan waktu yang teratur

untuk eliminasi.

Libatkan keluarga dalam

penyediaan diet

S :

Ny S mengatakan, “Ya Mas, besok

Embah saya antar turun ke sungai

untuk BAB meskipun tidak ingin BAB.”

O :

Klien menyatakan kesanggupan untuk

mencoba pola eliminasi secara teratur

A : Tujuan tercapai sebagian

P :

Jelaskan risiko bila konstipasi terjadi

berkelanjutan.

Anjurkan klien untuk meningkatkan

aktifitas fisik sesuai kemampuan

3. Kamis, 04

November

2004

Jam 10.00-

11.00

Jelaskan risiko bila konstipasi

terjadi berkelanjutan.

Anjurkan klien untuk

meningkatkan aktifitas fisik

sesuai kemampuan

Beri reinforcement atas upaya

pemahaman informasi maupun

upaya perawatan terhadap

konstipasi

S :

Klien mengatakan “Saya masih bisa

jalan-jalan di kamar ini, meskipun

harus pegangan meja.”

O :

Klien memahami akibat buruk dari

konstipasi berkepanjangan

A : Tujuan tercapai

P :

Evaluasi akhir

Terminasi

Page 57: TDDYUFYGYGHGHGH

4. Sabtu, 06

November

2004

Jam 09.00-

10..30

Mengevaluasi pemahaman klien

tentang konstipasi dan cara

penanganan

Mengevalusi BAB klien

Terminasi dan pamitan

S :

Klien mengatakan “Kemarin saya bisa

BAB meskipun masih keras. Sekarang

perut saya agak nyaman, tidak keras

seperti kemarin.”

Klien mengatakan, “Sekarang saya

sudah minum 3 gelas sehari, apa perlu

ditambah lagi atau sudah cukup?”

O :

Klien dapat BAB setelah

mengkonsumsi buah, sayur dan

minum banyak.

A :

Tujuan tercapai

P :

Monitor oleh keluarga

ASKEP Konstipasi (Sistem Pencernaan)BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

 Konstipasi atau  sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat

diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses kurang, atau fesesnya keras dan kering. Konstipasi juga dapat

diartikan sebagai keadaan dimana membengkaknya jaringan dinding dubur (anus) yang mengandung pembuluh

darah balik (vena), sehingga saluran cerna seseorang yang mengalami pengerasan feses dan kesulitan untuk

melakukan buang air besar. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat

gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain yakni

penggunaan obat-obatan seperti aspirin, antihistamin, diuretik, obat penenang dan lain-lain. Kebanyakan terjadi jika

makan makananan yang kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika

sudah lebih dari tiga hari berturut-turut.

Konstipasi merupakan keluhan saluran cerna terbanyak pada usia lanjut. Kasus konstipasi umumnya diderita

masyarakat umum sekitar 4% sampai 30% pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata wanita lebih sering

mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring

bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas,

Page 58: TDDYUFYGYGHGHGH

terdapat penderita konstipasi sekitar 34% wanita dan pria 26%. Di Inggris ditemukan 30% penduduk di atas usia 60

tahun merupakan konsumen yang teratur menggunakan obat pencahar . Di Australia sekitar 20% populasi di atas 65

tahun mengeluh menderita konstipasi dan lebih banyak pada wanita dibanding pria. Menurut National Health

Interview Survey pada tahun 1991, sekitar 4,5 juta penduduk Amerika mengeluh menderita konstipasi terutama

anak-anak, wanita dan orang usia 65 tahun ke atas.

Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya,

bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi

bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena

faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada

rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik.

Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup.

Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. Jika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan

mengunyah, misalnya karena ompong, caranya haluskan sayur atau buah tersebut dengan diblender.

B.     Tujuan Penulisan

1.      Tujuan Umum:

Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan konstipasi, serta mampu

menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan konstipasi.

2.      Tujuan Khusus:

a.       Untuk  mengetahui dan memahami pengertian konstipasi

b.      Untuk mengetahui dan memahami pembagian konstipasi

c.       Untuk mengetahui dan memahami etiologi konstipasi

d.      Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi konstipasi

e.       Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis konstipasi

f.       Untuk mengetahui dan mampu menerapkan pemeriksaan, penatalaksanaan serta pencegahan untuk pasien dengan

konstipasi

g.       Untuk memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan konstipasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pengertian

Berikut pengertian konstipasi dari beberapa sumber sebagai berikut:

Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang normal pada seseorang, disertai dengan kesulitan keluarnya

feses yang tidak lengkap atau keluarnya feses yang sangat keras dan kering (Wilkinson, 2006).

Konstipasi adalah defekasi dengan frekuensi yang sedikit, tinja tidak cukup jumlahnya, berbentuk keras dan

kering (Oenzil, 1995). 

Konstipasi adalah kesulitan atau kelambatan pasase feses yang menyangkut konsistensi tinja dan frekuensi

berhajat. Konstipasi dikatakan akut jika lamanya 1 sampai 4 minggu, sedangkan dikatakan kronik jika lamanya lebih

dari 1 bulan (Mansjoer, 2000).

Konstipasi adalah kesulitan atau jarang defekasi yang mungkin karena feses keras atau kering sehingga

terjadi kebiasaaan defekasi yang tidak teratur, faktor psikogenik, kurang aktifitas, asupan cairan yang tidak adekuat

dan abnormalitas usus. (Paath, E.F. 2004) .

Page 59: TDDYUFYGYGHGHGH

Konstipasi merupakan gejala, bukan penyakit. Konstipasi adalah penurunan frekunsi defekasi, yang diikuti

oleh pengeluaran feses yang lama atau keras dan kering. Adanya upaya mengedan saat defekasi adalah suatu tanda

yang terkait dengan konstipasi. Apabila motilitas usus halus melambat, masa feses lebih lama terpapar pada dinding

usus dan sebagian besar kandungan air dalam feses diabsorpsi. Sejumlah kecil air ditinggalkan untuk melunakkan

dan melumasi feses. Pengeluaran feses yang kering dan keras dapat menimbulkan nyeri pada rektum. (Potter &

Perry, 2005).  

Normalnya pola defekasi yang biasanya setiap 2 sampai 3 hari sekali tanpa ada kesulitan, nyeri, atau

perdarahan dapat dianggap normal.

B.     Tipe Konstipasi

Berdasarkan International Workshop on Constipation, adalah sebagai berikut:

1.      Konstipasi Fungsional

Kriteria:

Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam 12 bulan:

a.       Mengedan keras 25% dari BAB

b.      Feses yang keras 25% dari BAB

c.       Rasa tidak tuntas 25% dari BAB

d.      BAB kurang dari 2 kali per minggu

2.      Penundaan pada muara rektum

Kriteria:

a.       Hambatan pada anus lebih dari 25% BAB

b.      Waktu untuk BAB lebih lama

c.       Perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses

Konstipasi fungsional disebabkan waktu perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan penundaan pada muara

rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal. Yang terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada

anus.

C.     Etiologi

Penyebab umum konstipasi yang dikutip dari Potter dan Perry, 2005 adalah sebagai berikut:

1.      Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan keinginan untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi.

2.      Klien yang mengonsumsi diet rendah serat dalam bentuk hewani (misalnya daging, produk-produk susu, telur) dan

karbohidrat murni (makanan penutup yang berat) sering mengalami masalah konstipasi, karena bergerak lebih

lambat didalam saluran cerna. Asupan cairan yang rendah juga memperlambat peristaltik.

3.      Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang teratur menyebabkan konstipasi.

4.      Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya reflex defekasi normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang

dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu untuk diisi kembali oleh masa feses.

5.      Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara

lokal pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi. Zat besi juga mempunyai efek mengiritasi dan dapat

menyebabkan diare pada sebagian orang), diuretik, antasid dalam kalsium atau aluminium, dan obat-obatan

antiparkinson dapat menyebabkan konstipasi.

6.      Lansia mengalami perlambatan peristaltic, kehilangan elastisitas otot abdomen, dan penurunan sekresi mukosa usus.

Lansia sering mengonsumsi makanan rendah serat.

7.      Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti obstruksi usus, ileus paralitik,

dan divertikulitus.

Page 60: TDDYUFYGYGHGHGH

8.      Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf ke kolon (misalnya cedera pada medula spinalis, tumor) dapat

menyebabkan konstipasi.

9.      Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia dapat menyebabkan konstipasi.

Ada juga penyebab yang lain dari sumber lain, yaitu:

10.  Peningkatan stres psikologi. Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan menghambat gerak

peristaltik usus melalui kerja dari epinefrin dan sistem syaraf simpatis. Stres juga dapat menyebabkan usus spastik

(spastik/konstipasi hipertonik atau iritasi colon ). Yang berhubungan dengan konstipasi tipe ini adalah kram pada

abdominal, meningkatnya jumlah mukus dan periode bertukar-tukarnya antara diare dan konstipasi.

11.  Umur

Otot semakin melemah dan melemahnya tonus spinkter yang terjadi pada orang tua turut berperan menyebabkan

konstipasi.

D.     Patofisiologi

Defekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos

dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks, kesadaran yang baik dan kemampuan

fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya

mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal (Dorongan untuk defekasi secara normal dirangsang oleh distensi

rektal melalui empat tahap kerja, antara lain: rangsangan refleks penyekat rektoanal, relaksasi otot sfingter internal,

relaksasi otot sfingter external dan otot dalam region pelvik, dan peningkatan tekanan intra-abdomen). Gangguan

dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi. Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang

menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti

relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi

dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima

rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum

mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam

perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses

BAB.

Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang

tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh

oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna.

Perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus

terjadi pada mereka dengan konstipasi.

Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan

adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu pergerakan

usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan.

Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan

usus dari 4-9 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari.

Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat

pengeluaran dari kolon sigmoid. Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien

dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat berkurangnya inervasi intrinsic

karena degenerasi plexus mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang

dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus.

Individu di atas usia 60 tahun juga terbukti mempunyai kadar plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai

peningkatan ikatan pada reseptor opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan

opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon.

Page 61: TDDYUFYGYGHGHGH

Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan

usia, khususnya pada perempuan. Pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan

feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan

pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.

Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya, pada mereka yang

mengalami konstipasi dapat mengalami tiga perubahan patologis pada rektum, sebagai berikut:

1.      Diskesia Rektum

Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum, gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang

kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan

interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena

dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan karena tanggapnya atau

penekanan pada dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah

anus dan rektum

2.      Dis-sinergis Pelvis

Terdapatnya kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan sfingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara

manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan.

3.      Peningkatan Tonus Rektum

Terjadi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada

penyakit Irritable Bowel Syndrome, dimana konstipasi merupakan hal yang dominan.

E.      Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala akan berbeda antara seseorang dengan seseorang yang lain, karena pola makan, hormon,

gaya hidup dan bentuk usus besar setiap orang berbeda-beda, tetapi biasanya tanda dan gejala yang umum

ditemukan pada sebagian besar atau kadang-kadang beberapa penderitanya adalah sebagai berikut:

1.      Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena tumpukan tinja (jika tinja sudah tertumpuk sekitar 1

minggu atau lebih, perut penderita dapat terlihat seperti sedang hamil).

2.      Tinja menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada

biasanya (bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah).

3.      Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang, kadang-kadang harus mengejan ataupun  menekan-

nekan  perut  terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.

4.      Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.

5.      Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan

keras.

6.      Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk daripada biasanya (jika kram perutnya parah,

bahkan penderita akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang

7.      Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu transit buang air besar (biasanya buang air besar

menjadi 3 hari sekali atau lebih).

8.      Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.

Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson, meliputi paling sedikit 2 dari keluhan di bawah ini dan terjadi

dalam waktu 3 bulan :

1.      Konsistensi feses yang keras,

2.      Mengejan dengan keras saat BAB,

3.      Rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB, dan

4.      Frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.

Page 62: TDDYUFYGYGHGHGH

F.      Pemeriksaan

Pemeriksaan fisik pada konstipasi sebagian besar tidak mendapatkan kelainan yang jelas. Namun demikian

pemeriksaan fisik yang teliti dan menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainan yang berpotensi mempengaruhi

fungsi usus besar.

Pemeriksaan dimulai pada rongga mulut meliputi gigi geligi, adanya luka pada selaput lendir mulut dan tumor

yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan.

Daerah perut diperiksa apakah ada pembesaran perut, peregangan atau  tonjolan. Perabaan permukaan perut

untuk menilai kekuatan otot perut.  Perabaan  lebih dalam dapat mengetahui massa tinja di usus besar, adanya tumor

atau pelebaran batang nadi. Pada pemeriksaan ketuk dicari pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ, cairan

dalam rongga perut atau adanya massa tinja.

Pemeriksaan dengan stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara gerakan usus besar serta mengetahui

adanya sumbatan usus. Sedang pemeriksaan dubur untuk mengetahui adanya wasir, hernia, fissure (retakan) atau

fistula (hubungan abnormal pada saluran cerna), juga kemungkinan tumor di dubur yang bisa mengganggu proses

buang air besar.

Colok dubur memberi informasi tentang tegangan otot, dubur, adanya timbunan tinja, atau adanya darah.

Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor risiko konstipasi seperti gula darah,

kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat keluarnya darah dari dubur.

Anoskopi dianjurkan untuk menemukan hubungan abnormal pada saluran cerna, tukak, wasir, dan tumor.

Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi untuk mendeteksi adanya pemadatan tinja atau tinja

keras yang menyumbat bahkan melubangi usus. Jika ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari dubur

atau riwayat keluarga dengan kanker usus besar perlu dilakukan kolonoskopi. Bagi sebagian orang konstipasi hanya

sekadar mengganggu. Tapi, bagi sebagian kecil dapat menimbulkan komplikasi serius. Tinja dapat mengeras sekeras

batu di poros usus (70%), usus besar (20%), dan pangkal usus besar (10%). Hal ini menyebabkan kesakitan dan

meningkatkan risiko perawatan di rumah sakit dan berpotensi menimbulkan akibat yang fatal. Pada konstipasi kronis

kadang-kadang terjadi demam sampai 39,5oC , delirium (kebingungan dan penurunan kesadaran), perut tegang,

bunyi usus melemah, penyimpangan irama jantung, pernapasan cepat karena peregangan sekat rongga badan.

Pemadatan dan pengerasan tinja berat di muara usus besar bisa menekan kandung kemih menyebabkan retensi urine

bahkan gagal ginjal serta hilangnya kendali otot lingkar dubur, sehingga keluar tinja tak terkontrol. Sering mengejan

berlebihan menyebabkan turunnya poros usus.

G.     Penatalaksanaan

Banyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk mengatasi konstipasi, merangsang upaya untuk memberikan

pengobatan secara simptomatik. Sedangkan bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada penyebab dari

konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus

dibatasi. Strategi pengobatan dibagi menjadi:

1.      Pengobatan non-farmakologis

a.       Latihan usus besar:

Melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas

penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus

besarnya. dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon

untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang

untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.

b.      Diet:

Peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. Data epidemiologis menunjukkan

bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit

Page 63: TDDYUFYGYGHGHGH

gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat feses serta

mempersingkat waktu transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-8

gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.

c.       Olahraga:

Cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang

dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat

otot-otot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut.

2.      Pengobatan farmakologis

Jika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan

golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :

a.       Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl selulose, Psilium.

b.      Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga

mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.

c.       Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal,

antara lain : sorbitol, laktulose, gliserin

d.      Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu

diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus

dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein.

Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin

dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini

dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada

respons dengan  pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau

adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.

H.     Pencegahan

Berikut beberapa pencegahan untuk mencegah terjadinya konstipasi:

1.      Jangan jajan di sembarang tempat.

2.      Hindari makanan yang kandungan lemak dan gulanya tinggi.

3.      Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari.

4.      Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan. Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan minimal 2

jam untuk olahraga yang lebih berat.

5.      Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan suka menahan buang air besar.

6.      Konsumsi makanan yang mengandung serat secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

7.      Tidur minimal 4 jam sehari.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KONSTIPASI

A.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian

a.       Biodata Pasien

b.      Keluhan Utama

c.       Riwayat Kesehatan

d.      Riwayat kesehatan

Page 64: TDDYUFYGYGHGHGH

Riwayat kesehatan dibuat untuk mendapatkan informasi tentang awitan dan durasi konstipasi, pola emliminasi saat

ini dan masa lalu, serta harapan pasien tentang elininasi defekasi. Informasi gaya hidup harus dikaji, termasuk

latihan dan tingkat aktifitas, pekerjaan, asupan nutrisi dan cairan, serta stress. Riwayat medis dan bedah masa lalu,

terapi obat-obatan saat ini, dan penggunaan laksatif serta enema adalah penting. Pasien harus ditanya tentang adanya

tekanan rektal atau rasa penuh, nyeri abdomen, mengejan berlebihan saat defekasi, flatulens, atau diare encer.

e.       Riwayat / Keadaan Psikososial

f.       Pemeriksaan Fisik

g.       Pola Kebiasaan Sehari-hari

h.      Analisa Data

Pengkajian objektif mencakup inspeksi feses terhadap warna, bau, konsistensi, ukuran, bentuk, dan komponen.

Abdomen diauskultasi terhadap adanya bising usus dan karakternya. Distensi abdomen diperhatikan. Area peritonial

diinspeksi terhadap adanya hemoroid, fisura, dan iritasi kulit.

2.      Diagnosa

a.       Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.

b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.

c.       Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

3.      Intervensi

4.      Implementasi

5.      Evaluasi

B.     Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Konstipasi

Contoh kasus:

Seorang kakek bernama Evart yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan

bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah

menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran

abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi feses.

1.      Pengkajian

Nama                                 : Evart

Tanggal lahir                      : 5 November 1945

Jenis kelamin                     : Laki-laki

Tanggal MRS                     : 30 November 2010

Alamat                               : Surabaya

Diagnosa Medis                 : Konstipasi

Sumber Informasi              : Klien, pemeriksaan fisik, kolonoskopi

Keluhan utama                  : nyeri pada perut, seminggu belum BAB

Riwayat penyakit sekarang            :

Evart yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu

belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan

sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Riwayat kesehatan keluarga           : -

Review of system              :

a.       B1 (Breath)      : RR meningkat

b.      B2 (Blood)       : denyut jantung meningkat, TD meningkat

c.       B3 (Brain)        : nyeri pada abdomen bawah

d.      B4 (Bladder)    : -

Page 65: TDDYUFYGYGHGHGH

e.       B5 (Bowel)      : nafsu makan turun, BB turun

f.       B6 (Bone)        : -

Hasil pemeriksaan fisik umum :

a.       keadaan umum                        : lemah

b.      TTV                             : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mnt

Pemeriksaan fisik abdomen

a.       Inspeksi           : pembesaran abdomen

b.      Palpasi             : perut terasa keras, ada impaksi feses

c.       Perkusi             : redup

d.      Auskultasi        : bising usus tidak terdengar

Analisa Data:

No Data Etiologi Masalah1. Data subjektif :

Seminggu tidak BAB, kebiasaan BAB tiga kali sehariData objektif :Inspeksi : pembesaran abdomen.Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses.Perkusi : redup.Auskultasi : bising usus tidak terdengar

Pola BAB tidak teratur

Eliminasi feses tidak lancar

      konstipasi

Konstipasi

2. Data subjektif:Klien tidak nafsu makan

Data objektif:Bising usus tidak terdengar

Sulit BAB

Perut terasa begah        Nafsumakan menurun

Menurunnya intake makanan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

3. Data subjektif:Keluhan nyeri dari pasien

Data objektif:Perubahan nafsu makan

konsistensi tinja yang keras

sulit keluar

Akumulasi di kolon

Nyeri Akut

Page 66: TDDYUFYGYGHGHGH

Nyeri abdomen

2.      Diagnosa

a.       Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur.

b.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.

c.       Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen.

3.      Intervensi dan Rasional

a.       Diagnosa                      : Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur

Tujuan                         : pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)

Kriteria hasil                :

1)      Defekasi dapat dilakukan satu kali sehari.

2)      Konsistensi feses lembut

3)      Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan

Intervensi Rasional1.      Mandiri:a.       Tentukan pola defekasi bagi klien dan

latih klien untuk menjalankannyab.      Atur waktu yang tepat untuk defekasi

klien seperti sesudah makanc.       Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai

dengan indikasid.      Berikan cairan jika tidak kontraindikasi

2-3 liter per hari

2.      Kolaborasi:Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi

a.       Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klien

b.      Untuk memfasilitasi refleks defekasi

c.       Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekal

d.      Untuk melunakkan eliminasi feses

Untuk melunakkan feses

Page 67: TDDYUFYGYGHGHGH

b.      Diagnosa          : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

Tujuan             : menunjukkan status gizi baik

Kriteria Hasil   :

1)      Toleransi terhadap diet yang dibutuhkan

2)      Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

3)      Nilai laboratorium dalam batas normal

4)      Melaporkan keadekuatan tingkat energi

Intervensi Rasional1.      Mandiri:a.       Buat perencanaan makan dengan

pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.

b.      Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.

c.       Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi

d.      Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.

e.       Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.

f.       Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.

g.       Kaji turgor kulit pasien

2.      Kolaborasi:a.       Observasi:1)      Pantau nilai laboratorium, seperti Hb,

albumin, dan kadar glukosa darah

2)      Ajarkan metode untuk perencanaan makan

b.      Health EdukasiAjarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal

a.       Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan secara teratur

b.      Pasien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan nafsu makan pasien.

c.       Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.

d.      Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau dibutuhkan selama perawatan.

e.       Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien

f.       Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan.

g.       Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan   

1)      Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah.

2)      Klien terbiasa makan dengan terencana dan teratur.

Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang dibutuhkan.

c.       Diagnosa                : Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen

Page 68: TDDYUFYGYGHGHGH

Tujuan                   : menunjukkan nyeri telah berkurang

Kriteria Hasil         :

1)      Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan

2)      Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecil

3)      Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisi

4)      Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeri

5)      Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat

Intervensi Rasional1.      Mandiri:a.       Bantu pasien untuk lebih berfokus pada

aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau  radio.

b.      Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiat

c.       Perhatikan kemungkinan interaksi obat – obat dan obat penyakit pada lansia

2.      Kolaborasia.       Observasi1)      Minta pasien untuk menilai nyeri atau

ketidak nyaman pada skala 0 – 102)      Gunakan lembar alur nyeri3)      Lakukan pengkajian nyeri yang

komperhensifb.      Health education1)      Instruksikan pasien untuk

meminformasikan pada perawat jika pengurang nyeri kurang tercapai

2)      Berikan informasi tetang nyeri

a.       Klien dapat mengalihkan perhatian dari nyeri

b.      Hati-hati dalam pemberian anlgesik opiate

c.       Hati-hati dalam pemberian obat-obatan pada lansia

a.       Observasi1)      Mengetahui tingkat nyeri yang

dirasakan klien

2)      Mengetahui karakteristik nyeri3)      Agar mngetahui nyeri secara spesifik

b.      Health Education1)      Perawat dapat melakukan tindakan

yang tepat dalam mengatasi nyeri klien

2)      Agar pasien tidak merasa cemas

BAB IV

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Page 69: TDDYUFYGYGHGHGH

Konstipasi atau  sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat

diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses kurang, atau fesesnya keras dan kering. Konstipasi bisa terjadi

di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar

seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek

samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ di kolon

seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis

dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik. Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Kuncinya

adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur.

B.     Saran

Saran dari kami tim penulis adalah sebaiknya bagi penderita kuncinya adalah dengan mengonsumsi makanan

yang berserat.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadsyah I, et al,.1997.Kelainan abdomen nonakut. Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed Sjamsuhidajat R,  Jakarta: EGCBrunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.Carpenito, Juall Lynda. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 10. Jakarta: EGCDoenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.Hadi S,.2001.Psikosomatik pada Saluran Cerna Bagian Bawah, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi ke-3, Gaya baru, Jakarta.Perry, Potter. 2005. Fundamental keperawatan, edisi 4, volume 2. Jakarta : EGC

MAKALAH KONSTIPASI

BAB IPENDAHULUAN

1.1  Latar BelakangKonstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang, atau fesesnya keras dan kering. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat dan kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari berturut-turut.Kasus konstipasi umumnya diderita masyarakat umum sekitar 4-30 persen pada kelompok usia 60 tahun ke atas. Ternyata, wanita lebih sering mengeluh konstipasi dibanding pria dengan perbandingan 3:1 hingga 2:1. Insiden konstipasi meningkat seiring bertambahnya umur, terutama usia 65 tahun ke atas. Pada suatu penelitian pada orang berusia usia 65 tahun ke atas, terdapat penderita konstipasi sekitar 34 persen wanita dan pria 26 persen.

Page 70: TDDYUFYGYGHGHGH

Konstipasi bisa terjadi di mana saja, dapat terjadi saat bepergian, misalnya karena jijik dengan WC-nya, bingung caranya buang air besar seperti sewaktu naik pesawat dan kendaraan umum lainnya. Penyebab konstipasi bisa karena faktor sistemik, efek samping obat, faktor neurogenik saraf sentral atau saraf perifer. Bisa juga karena faktor kelainan organ di kolon seperti obstruksi organik atau fungsi otot kolon yang tidak normal atau kelainan pada rektum, anak dan dasar pelvis dan dapat disebabkan faktor idiopatik kronik.Mencegah konstipasi secara umum ternyata tidaklah sulit. Lagi-lagi, kuncinya adalah mengonsumsi serat yang cukup. Serat yang paling mudah diperoleh adalah pada buah dan sayur. Jika penderita konstipasi ini mengalami kesulitan mengunyah, misalnya karena ompong, haluskan sayur atau buah tersebut dengan blender.1.2  Rumusan MasalahApa konsep teori dari konstipasi dan bagaimana asuhan keperawatan dalam menangani kasus konstipasi?

1.3  TujuanTujuan umum :Mengetahui dan memahami konsep teori konstipasi dan asuhan keperawatan dalam menangani kasus konstipasi

Tujuan khusus :1. Memahami definisi konstipasi

2. Memahami patofisiologis konstipasi

3. Memahami faktor- faktor risiko konstipasi pada usia lanjut

4. Memahami manifestasi klinis konstipasi

5. Memahami komplikasi konstipasi pada usia lanjut

6. Memahami penatalaksanaan konstipasi

7. Memahami web of causes konstipasi

8. Memahami asuhan keperawatan pada konstipasi

1.4  ManfaaatMemberikan konsep dasar teori tentang gangguan sistem gastrointestinal, yaitu diare dan konstipasi pada lansia berdasarkan pertimbangan gerontik, beserta asuhan keperawatannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 DefinisiPada umumnya konstipasi sulit didefinisikan secara tegas karena sebagai suatu keluhan terdapat variasi yang berlainan antara individu. Penggunaan istilah konstipasi secara keliru dan belum adanya definisi yang universal menyebabkan lebih kaburnya hal ini. Biasanya konstipasi berdasarkan laporan pasien sendiri atau konstipasi anamnestik dipakai sebagai data pada penelitian-penelitian. Batasan dari konstipasi klinis yang sesungguhnya adalah ditemukannya sejumlah besar feses memenuhi ampul rektum pada colok dubur, dan atau timbunan feses pada kolon, rektum, atau keduanya yang tampak pada foto polos perut.

Page 71: TDDYUFYGYGHGHGH

Studi epidemiologis menunjukkan kenaikan pesat dari konstipasi terkait dengan usia terutama berdasarkan keluhan pasien dan bukan karena konstipasi klinis. Banyak orang mengira dirinya konstipasi bila tidak buang air besar (BAB) tiap hari sehingga sering terdapat perbedaan pandang antara dokter dan pasien tentang arti konstipasi itu sendiri.Frekuensi BAB bervariasi dari 3 kali per hari sampai 3 kali per minggu. Secara umum, bila 3 hari belum BAB, massa feses akan mengeras dan ada kesulitan samapi rasa sakit saat BAB. Konstipasi sering diartikan sebagai. kurangnya frekuensi BAB, biasanya kurang dari 3 kali per minggu dengan feses yang kecil-kecil dan keras, serta kadangkal disertai kesulitan sampai rasa sakit saat BAB. Orang usia lanjut seringkali terpancang dengan kebiasaan BABnya. Hal ini mungkin merupakan kelanjutan dari pola hidup semasa kanak-kanak dan saat masih muda, dimana setiap usaha dikerahkan untuk BAB teratur tiap hari, kalau perlu dengan menggunakan pencahar untuk mendapatkan perasaan sudah bersih. Ada anggapan umum yang salah bahwa kotoran yang tertimbun dalam usus besar akan diserap lagi, berbahaya untuk kesehatan, dan dapat memperpendek usia. Ada pula yang mengkhawatirkan keracunan dari fesesnya sendiri bila dalam jangka waktu tertentu tidak dikeluarkan.Suatu batasan dari konstipasi diusulkan oleh Holson, meliputi paling sedikit 2 dari keluhan di bawah ini dan terjadi dalam waktu 3 bulan :a. konsistensi feses yang keras;b. mengejan dengan keras saat BAB;c. rasa tidak tuntas saat BAB, meliputi 25% dari keseluruhan BAB;d. frekuensi BAB 2 kali seminggu atau kurang.International Workshop on Constipation berusaha lebih jelas memberikan batasan konstipasi. Berdasarkan rekomendasinya, konstipasi dikategorikan dalam dua golongan : 1) konstipasi fungsional, 2) konstipasi karena penundaan keluarnya feses pada muara rektisigmoid.Konstipasi fungsional disebabkan waktu perjalanan yang lambat dari feses, sedangkan penundaan pada muara rektosigmoid menunjukkan adanya disfungsi anorektal. Yang terakhir ditandai adanya perasaan sumbatan pada anus.Tabel 1. Definisi Konstipasi sesuai international workshop on constipationNo Tipe Kriteria

1. Konstipasi Fungsional

Dua atau lebih dari keluhan ini ada paling sedikit dalam 12 bulan :1. mengedan keras 25% dari BAB

2. feses yang keras 25% dari BAB

3. rasa tidak tuntas 25% dari BAB

4. BAB kurang dari 2 kali per minggu

2.Penundaan pada muara rektum

1. hambatan pada anus lebih dari 25% BAB

2. waktu untuk BAB lebih lama

3. perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan feses

Model tinja atau feses 1 (konstipasi kronis), 2 (konstipasi sedang) dan 3 (konstipasi ringan) dari Bristol Stool Chart yang menunjukkan tingkat konstipasi atau sembelit.

2.2 PatofisiologiDefekasi seperti juga pada berkemih adalah suatu proses fisiologis yang menyertakan kerja otot-otot polos dan serat lintang, persarafan sentral dan perifer, koordinasi dari sistem refleks,

Page 72: TDDYUFYGYGHGHGH

kesadaran yang baik dan kemampuan fisis untuk mencapai tempat BAB. Kesukaran diagnosis dan pengelolaan dari konstipasi adalah karena banyaknya mekanisme yang terlibat pada proses BAB normal. Gangguan dari salah satu mekanisme ini dapat berakibat konstipasi.Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang menghantakan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB.Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel, mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut, motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari perjalanan saluran cerna. perubahan patofisiologi yang menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.Penelitian dengan petanda radioopak yang ditelan oleh orang usia lanjut yang sehat tidak mendapatkan adanya perubahan dari total waktu gerakan usus, termasuk aktivitas motorik dari kolon. Tentang waktu pergerakan usus dengan mengikuti petanda radioopak yang ditelan, normalnya kurang dari 3 hari sudah dikeluarkan. Sebaliknya, penelitian pada orang usia lanjut yang menderita konstipasi menunjukkan perpanjangan waktu gerakan usus dari 4-9 hari. Pada mereka yang dirawat atau terbaring di tempat tidur, dapat lebih panjang lagi sampai 14 hari. Petanda radioaktif yang dipakai terutama lambat jalannya pada kolon sebelah kiri dan paling lambat saat pengeluaran dari kolon sigmoid.Pemeriksaan elektrofisiologis untuk mengukur aktivitas motorik dari kolon pasien dengan konstipasi menunjukkan berkurangnya respons motorik dari sigmoid akibat berkurangnya inervasi intrinsic karena degenerasi plexus mienterikus. Ditemukan juga berkurangnya rangsang saraf pada otot polos sirkuler yang dapat menyebabkan memanjangnya waktu gerakan usus.Individu di atas usia 60 tahun jug aterbukti mempunyai kadar plasma beta-endorfin yang meningkat, disertai peningkatan ikatan pada reseptor opiate endogen di usus. Hal ini dibuktikan dengan efek konstipatif dari sediaan opiate yang dapat menyebabkan relaksasi tonus kolon, motilitas berkurang, dan menghambat refleks gaster-kolon.Selain itu, terdapat kecenderungan menurunnya tonus sfingter dan kekuatan otot-otot polos berkaitan dengan usia, khususnya pada perempuan. pasien dengan konstipasi mempunyai kesulitan lebih besar untuk mengeluarkan feses yang kecil dan keras sehingga upaya mengejan lebih keras dan lebih lama. Hal ini dapat berakibat penekanan pada saraf pudendus sehingga menimbulkan kelemahan lebih lanjut.Sensasi dan tonus dari rektum tidak banyak berubah pada usia lanjut. Sebaliknya, pada mereka yang mengalami konstipasi dapat mengalami 3 perubahan patologis pada rektum :1. Diskesia Rektum

Ditandai dengan penurunan tonus rektum, dilatasi rektum, gangguan sensasi rektum, dan peningkatan ambang kapasitas. Dibutuhkan lebih besar regangan rektum untuk menginduksi refleks relaksasi dari sfingter eksterna dan interna. Pada colok dubur pasien dengan diskesia rektum sering didapatkan impaksi feses yang tidak disadari karena dorongan untuk BAB sering sudah tumpul. Diskesia rektum juga dapat diakibatkan karena tanggapnya atau penekanan pada

Page 73: TDDYUFYGYGHGHGH

dorongan untuk BAB seperti yang dijumpai pada penderita demensia, imobilitas, atau sakit daerah anus dan rektum1. Dis-sinergis Pelvis

Terdapatnya kegagalan untuk relaksasi otot pubo-rektalis dan sfingter anus eksterna saat BAB. Pemeriksaan secara manometrik menunjukkan peningkatan tekanan pada saluran anus saat mengejan.1. Peningkatan Tonus Rektum

Terjadi kesulitan mengeluarkan feses yang bentuknya kecil. Sering ditemukan pada kolon yang spastik seperti pada penyakit Irritable Bowel Syndrome, dimana konstipasi merupakan hal yang dominan.

2.3 Faktor- faktor risiko konstipasi pada usia lanjutDibutuhkan pengenalan faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan konstipasi pada usia lanjut untuk memahami masalah ini. Sebagai contoh, polifarmasi dapat menyebabkan konstipasi karena beberapa golongan obat mempunyai potensi untuk hal ini. Beberapa kelainan neurologis dan endokrin-metabolik juga dapat mengakibatkan konstipasi yang berat.Faktor-faktor resiko konstipasi pada usia lanjut :1. Obat-obatan

yaitu golongan obat-obatan :1. Antikolinergik

2. Narkotik

3. Analgesik

4. Diuretik

5. NSAID

6. Kalsium antagonis

7. Preparat kalsium

8. Preparat besi

9. Antasida alumunium

10. Penyalahgunaan pencahar

11. Kondisi neurologis

1. Stroke

2. Penyakit Parkinson

3. Traauma medulla spinalis

4. Neorupati diabetik

12. Gangguan metabolik

1. Hiperkalsemia

2. Hipokalemia

3. Hipotiroid

13. Kausa Psikologis

1. Psikosis depresi

2. Demensia

Page 74: TDDYUFYGYGHGHGH

3. Kurang privasi untuk BAB

4. mengabaikan dorongan BAB

5. konstipasi imajiner

14. Penyakit-penyakit saluran cerna

1. Kanker kolon

2. Divertikel

3. Illeus

4. Hernia

5. Volvulus

6. Irritable Bowel Syndrome

7. Rektokel

8. Wasir

9. Fistula atau Fissura ani

10. Inersia kolon

15. Lain-lain

1. Diet rendah serat

2. Kurang cairan

3. Imobilitas atau kurang olahraga

4. Bepergian jauh

5. Pasca tindakan bedah perut

2.4 Manifestasi klinisAnamnesis yang terperinci merupakan hal terpenting untuk mengungkapkan adakah konstipasi dan faktor resiko penyebabnya. Konstipasi merupakan suatu keluhan klinis yang umum dengan berbagai tanda dan keluhan lain yang berhubungan.Pasien yang mengeluh konstipasi tidak selalu sesuai dengan patokan-patokan yang obyektif. Misalnya jika dalam 24 jam belum BAB atau ada kesulitan dan harus mengejan serta perasaan tidak tuntas untuk BAB sudah mengira dirinya menderita konstipasi.Beberapa keluhan yang mungkin berhubungan dengan konstipasi adalah :1. Kesulitan memulai dan menyelesaikan BAB

2. mengejan keras saat BAB

3. Massa feses yang keras dan sulit keluar

4. Perasaan tidak tuntas saat BAB

5. Sakit pada daerah rektum saat BAB

6. Rasa sakit pada perut saat BAB

7. Adanya perembesen feses cair pada pakaian dalam

8. Menggunakan jari-jari untuk mengeluarkan feses

9. Menggunakan obat-obatan pencahar untuk bisa BAB

Pemeriksaan fisis pada konstipasi sebagian besar tidak didapatkan kelainan yang jelas. Walaupun demikian, pemeriksaan fisis yang teliti dan menyeluruh diperlukan untuk menemukan kelainan-

Page 75: TDDYUFYGYGHGHGH

kelainan yang berpotensi mempengaruhi khususnya fungsi usus besar. Diawali dengan pemerikssaan rongga mulut meliputi gigi gerigi, adanya lesi selaput lendir mulut dan tumor yang dapat mengganggu rasa pengecap dan proses menelan.Pemeriksaan daerah perut dimulai dengan inspeksi adakah pembesaran abdomen, peregangan atau tonjolan. Selanjutnya palpasi pada permukaan perut untuk menilai kekuatan otot-otot perut. Palpasi lebih dalam dapat meraba massa feses di kolon, adanya tumor atau aneurisma aorta. Pada perkusi dicari antara lain pengumpulan gas berlebihan, pembesaran organ, asietes, atau adanya massa feses. Auskultasi antara lain untuk mendengarkan suara gerakan usus besar, normal atau berlebihan misalnya pada jembatan usus. Pemeriksaan daerah anus memberikan petunjuk penting, misalnya adakah wasir, prolaps, fisur, fistula, dan massa tumor di daerah anus dapat mengganggu proses BAB.Pemeriksaan colok dubur harus dikerjakan antara lain untuk mengetahui ukuran dan kondisi rektum serta besar dan konsistensi feses.Colok dubur dapat memberikan informasi tentang :1. Tonus rektum

2. Tonus dan kekuatan sfingter

3. Kekuatan otot pubo-rektalis dan otot-otot dasar pelvis

4. Adakah timbunan massa feses

5. Adakah massa lain (misalnya hemoroid)

6. Adakah darah

7. Adakah perlukaan di anus

Pemeriksaan laboratorium dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor-faktor resiko penyebab konstipasi, misalnya glukosa darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia yang berhubungan dengan keluarnya darah dari rektum, dan sebagainya. Prosedur lain misalnya anuskopi dianjurkan dikerjakan secara rutin pada semua pasien dengan konstipasi untuk menemukan adakah fisura, ulkus, wasir dan keganasan.Foto polos perut harus dikerjakan pada penderita konstipasi, terutama yang terjadinya akut. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi adakah impaksi feses dan adanya massa feses yang keras yang dapat menyebabkan sumbatan dan perforasi kolon. Bila diperkirakan ada sumbatan kolon, dapat dilanjutkan dengan barium Enema untuk memastikan tempat dan sifat sumbatan. Pemeriksaan intensif ini dikerjakan secara selektif setelah 3-6 bulan pengobatan konstipasi kurang berhasil dan dilakukan hanya pada pusat-pusat pengelolaan konstipasi tertentu.Uji yang dikerjakan dapat bersifat anatomik (enema, proktosigmoidoskopi, kolonoskopi) atau fisiologik (waktu singgah di kolon, cinedefecografi, menometri, dan elektromiografi). Proktosigmoidoskopi bisanya dikerjakan pada konstipasi yang baru tejadi sebagai pprosedur penapisan adanya keganasan kolon-rektum. Bila ada penurunan berat badan, anemia, keluarnya darah dari rektum atau adanya riwayat keluarga dengan kanker kolon perlu dikerjakan kolonoskopi.Waktu persinggahan suatu bahan radio-opak di kolon dapat diikuti dengan melakukan pemeriksaan radioologis setelah menelan bahan tersebut. Bila timbunan zat ini terutama ditemukan di rektum menunjukkan kegagalan fungsi ekspulsi, sedangkan bila di kolon menunjukkan kelemahan yang menyeluruh.Sinedefecografi adalah pemeriksaan radiologis daerah anaorektal untuk menilai evakuasi feses secara tuntas, mengidentifikasi kelainan anorektal dan mengevaluasi kontraksi serta relaksasi otot rektum. Uji ini memakai semacam pasta yang konsistensinya mirip feses, dimasukkan ke

Page 76: TDDYUFYGYGHGHGH

dalam rektum. Kemudian penderita duduk pada toilet yang diletakkan dalam pesawat sinar X. Penderita diminta mengejan untuk mengeluarkan pasta tersebut. Dinilai kelainan anorektal saat proses berlangsung.Uji manometri dikerjakan untuk mengukur tekanan pada rektum dan saluran anus saat istirahat dan pada berbagai rangsang untuk menilai fungsi anorektal. pemerikasaan elektromiografi dapat mengukur misalnya tekanan sfingter dan fungsi saraf pudendus, adakah atrofi saraf yang dibuktikan dengan respon sfingter yang terhambat. Pada kebanyakan kasus tidak didapatkan kelainan anatomik maupun fungsional, sehingga penyebab dari konstipasi disebut sebagai non-spesifik.

2.5 Komplikasi Konstipasi Pada Usia LanjutWalaupun untuk kebanyakan orang usia lanjut, konstipasi hanya sekedar mengganggu, tetapi untuk untuk sebagian kecil dapat berakibat komplikasi yang serius, misalnya impaksi feses. Impaksi feses merupakan akibat dari terpaparnya feses pada daya penyerapan dari kolon dan rektum yang berkepanjangan. Feses dapat menjadi sekeras batu, di rektum (70%), sigmoid(20%), dan kolon bagian proksimal(10%).Impaksi feses penyebab penting dari morbiditas pada usia lanjut, menigkatkan resiko perawatan di rumah sakit dan mempunyai potensi terjadinya komplikasi yang fatal. penampilannya sering hanya berupa kemunduran klinis yang tidak spesifik. kadang-kadang dari pemeriksaan fisis didapatkan panas sampai 39,5o, delirium perut yang tegang, suara usus melemah, aritmia serta takipnia karena karena peregangan dari diafragma. pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis. peristiwa ini dapat disebabkan ulserasi sterkoraseus dari suatu fecaloma yang keras menyebabkan ulkus dengan tepi yang nekrotik dan meradang. dapat terjadi perforasi dan penderita datang dengan sakit perut berat yang mendadak.Impaksi feses yang berat pada daerah rektosigmoid dapat menekan leher kandung kemih menyebabkan retensio urin, hidronefrosis bilateral, dan kadangh-kadang gagal ginjal yang membaik setelah impaksi dihilangkan titik. Inkontinensia alvi juga sering didapatkan, karena impaksi feses di daerah kolorektal.Volvulus daerah sigmoid juga sering terjadi sebagai komplikasi dari konstipasi. Mengejan berlebihan dalam jangka waktu lama pada penderita dengan konstipasi dapat berakibat prolaps dari rektum.

2.6 PenatalaksanaanBanyaknya macam-macam obat yang dipasarkan untuk mengatasi konstipasi, merangsang upaya untuk memberikan pengobatan secara simptomatik. Sedangkan bila mungkin, pengobatan harus ditujukan pada penyebab dari konstipasi. Penggunaan obat pencahar jangka panjang terutama yang bersifat merangsang peristaltik usus, harus dibatasi. Strategi pengobatan dibagi menjadi :1. Pengobatan non-farmakologis1. Latihan usus besar : melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan gerakan usus besarnya. dianjurkan waktu ini adalah 5-10 menit setelah makan, sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.

2. Diet : peran diet penting untuk mengatasi konstipasi terutama pada golongan usia lanjut. data epidemiologis menunjukkan bahwa diet yang mengandung banyak serat mengurangi angka

Page 77: TDDYUFYGYGHGHGH

kejadian konstipasi dan macam-macam penyakit gastrointestinal lainnya, misalnya divertikel dan kanker kolorektal. Serat meningkatkan massa dan berat feses serta mempersingkat waktu transit di usus. untuk mendukung manfaa serat ini, diharpkan cukup asupan cairan sekitar 6-8 gelas sehari, bila tidak ada kontraindikasi untuk asupan cairan.

3. Olahraga : cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat otot-otot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut

2. Pengobatan farmakologisJika modifikasi perilaku ini kurang berhasil, ditambahkan terapi farmakologis, dan biasnya dipakai obat-obatan golongan pencahar. Ada 4 tipe golongan obat pencahar :1. memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal, Methyl selulose, Psilium.

2. melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.

3. golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain : sorbitol, laktulose, gliserin

4. merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon. Contohnya :Bisakodil, Fenolptalein.

Bila dijumpai konstipasi kronis yang berat dan tidak dapat diatasi dengan cara-cara tersebut di atas, mungkin dibutuhkan tindakan pembedahan. Misalnya kolektomi sub total dengan anastomosis ileorektal. Prosedur ini dikerjakan pada konstipasi berat dengan masa transit yang lambat dan tidak diketahui penyebabnya serta tidak ada respons dengan  pengobatan yang diberikan. Pasa umumnya, bila tidak dijumpai sumbatan karena massa atau adanya volvulus, tidak dilakukan tindakan pembedahan.

2.7 WOC DOWNLOAD : WOC ASKEP KONSTIPASI2.8 Asuhan KeperawatanSeorang kakek bernama Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya karena kurang nafsu makan. Setelah dikaji inspeksi terdapat pembesaran abdomen dan saat dipalpasi ada impaksi feses.1. PengkajianNama                                       : IkhwanTanggal lahir                           : 5 November 1945Jenis kelamin                           : Laki-lakiTanggal MRS                          : 30 November 2010Alamat                                                : SurabayaDiagnosa Medis                      : KonstipasiSumber Informasi                   : Klien, pemeriksaan fisik, kolonoskopiKeluhan utama                        : nyeri pada perut, seminggu belum BAB

Page 78: TDDYUFYGYGHGHGH

Riwayat penyakit sekarang     : Ikhwan yang berumur 65 tahun mengeluh nyeri pada perut bagian bawah. Kakek mengatakan bahwa sudah seminggu belum BAB. Biasanya kakek bisa BAB tiga hari sekali. Sejak saat itu kakek tidak pernah menghabiskan porsi makan sehari-harinya. Selain itu, kakek mengaku mudah lelah untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Riwayat kesehatan keluarga   : -Review of system                   :1. B1 (Breath) : RR meningkat

2. B2 (Blood) : denyut jantung meningkat, TD meningkat

3. B3 (Brain) : nyeri pada abdomen bawah

4. B4 (Bladder) : -

5. B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun

6. B6 (Bone): -

Hasil pemeriksaan fisik umum :1. keadaan umum : lemah

2. TTV : tekanan darah 130/95 mmHg, nadi : 90x/mnt, RR 23x/mnt

Pemeriksaan fisik abdomen1. Inspeksi : pembesaran abdomen

2. Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses

3. Perkusi : redup

4. Auskultasi : bising usus tidak terdengar

Analisa dataData Etiologi MasalahData subyektif :Ø  Seminggu tidak BAB, kebiasaan BAB tiga kali sehariData obyektif : Inspeksi : pembesaran abdomen

Palpasi : perut terasa keras, ada impaksi feses

Perkusi : redup

Auskultasi : bising usus tidak terdengar

Pola BAB tidak teraturEliminasi feses tidak lancarkonstipasi

Kontipasi

Data Subjektif:Ø  Klien tidak nafsu makanData Objektif:Ø  Bising usus tidak terdengar

Sulit BABPerut terasa begahNafsu makan menurunMenurunnya intake makanan

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Page 79: TDDYUFYGYGHGHGH

Data SubjektifØ  Keluhan nyeri dari pasienData ObjektifØ  Perubahan nafsu makan

konsistensi tinja yang kerassulit keluarAkumulasi di kolonNyeri anbdomen

Nyeri akut

2. Diagnosa1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen

       3. Intervensi dan Rasional1. Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teraturTujuan: pasien dapat defekasi dengan teratur (setiap hari)Kriteria hasil :Ø  Defekasi dapat dilakukan satu kali sehariØ  Konsistensi feses lembutØ  Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan 

Intervensi RasionalMandiri Tentukan pola defekasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya

Atiur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan

Berikan cakupan nutrisi berserat sesuai dengan indikasi

Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari

KolaborasiØ  Pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi

 Ø  Untuk mengembalikan keteraturan pola defekasi klienØ  Untuk memfasilitasi refleks defekasiØ  Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan eliminasi fekalØ  Untuk melunakkan eliminasi feses

Ø  Untuk melunakkan feses

 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan hilangnya nafsu makanTujuan: menunjukkan status gizi baikKriteria Hasil:Ø  Toleransi terhadap diet yang dibutuhkanØ  Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normalØ  Nilai laboratorium dalam batas normalØ  Melaporkan keadekuatan tingkat energi Intervensi Rasional

Page 80: TDDYUFYGYGHGHGH

Mandiri Buat perencanaan makan dengan pasien untuk dimasukkan ke dalam jadwal makan.

Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah.

Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi

Pastikan diet memenuhi kebutuhan tubuh sesuai indikasi.

Pastikan pola diet yang pasien yang disukai atau tidak disukai.

Pantau masukan dan pengeluaran dan berat badan secara periodik.

Kaji turgor kulit pasien

Kolaborasi

Observasi

Pantau nilai laboratorium, seperti Hb, albumin, dan kadar glukosa darah

Ajarkan metode untuk perencanaan makan

Health Edukasi

Ø  Ajarkan pasien dan keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal

Menjaga pola makan pasien sehingga pasien makan secara teratur

Pasien merasa nyaman dengan makanan yang dibawa dari rumah dan dapat meningkatkan nafsu makan pasien.

Dengan pemberian porsi yang besar dapat menjaga keadekuatan nutrisi yang masuk.

Tinggi karbohidrat, protein, dan kalori diperlukan atau dibutuhkan selama perawatan.

Untuk mendukung peningkatan nafsu makan pasien

Mengetahui keseimbangan intake dan pengeluaran asuapan makanan

Sebagai data penunjang adanya perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan

Untuk dapat mengetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan glukosa dalam darah

Klien terbiasa makan dengan terencana dan teratur.

Ø  Menjaga keadekuatan asupan nutrisi yang dibutuhkan.

   3. Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomenTujuan: menunjukkan nyeri telah berkurang Kriteria Hasil:Ø  Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamananØ  Mempertahankan tingkat nyeri pada skala kecilØ  Melaporkan kesehatan fisik dan psikologisiØ  Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk mencegah nyeriØ  Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan non-analgesik secara tepat 

Intervensi RasionalMandiriØ  Bantu pasien untuk lebih berfokus pada Ø  Klien dapat mengalihkan perhatian dari

Page 81: TDDYUFYGYGHGHGH

aktivitas dari nyeri dengan melakukan penggalihan melalui televisi atau  radioØ  Perhatikan bahwa lansia mengalami peningkatan sensitifitas terhadap efek analgesik opiatØ  Perhatikan kemungkinan interaksi obat – obat dan obat penyakit pada lansiaObservasiØ  Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidak nyaman pada skala 0 – 10Ø  Gunakan lembar alur nyeriØ  Lakukan pengkajian nyeri yang komperhensifHealth educationØ  Instruksikan pasien untuk meminformasikan pada perawat jika pengurang nyeri kurang tercapaiØ  Berikan informasi tetang nyeri

nyeriØ  Hati-hati dalam pemberian anlgesik opiatØ  Hati-hati dalam pemberian obat-obatan pada lansia

Ø  Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan klienØ  Mengetahui karakteristik nyeriØ  Agar mngetahui nyeri secara spesifikØ  Perawat dapat melakukan tindakan yang tepat dalam mengatasi nyeri klienØ  Agar pasien tidak merasa cemas