TBT Hiponatremia

3
Investigasi Hiponatremia Berbagai macam kondisi yang dapat menyebabkan gejala hiponatremia di dalam clinical practice dan pengobatan bisa menjadi salah satu identifikasi akurat dalam merumuskan ke dalam patologi penderita hiponatremia. Kesalahan dalam mendiagnosis dan tingkat resiko tinggi di setiap terapi bisa menjadi faktor munculnya hiponatremia. Kunci utama dalam mendiagnostik ialah mengetahui statu volume darah pasien baik secara biokimia ataupun klinisnya. Selain itu, dapat dilakukan pengukuran kadar urea darah, tekanan vena sentral, kandungan natrium di urine, dan fungsi ginjal pun dapat dilakukan untuk mendiagnosis hiponatremia pada pasien. Pasien yang menderita hiponatremia dapat diberikan pengobatan dengan terapi diuretik dan pemberian cairan intravena yang berfungsi untuk mengubah konsentrasi natrium di urin. Kesalahan yang sering terjadi di dalam clinical practice ialah menganggap kasus hiponatremia merupakan faktor kedua untuk terjadinya syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Dalam hal ini, bahwa ada kriteria- kriteria minimum yang harus diperhatikan dalam mendiagnosis pasien tersebut menderita SIADH atau tidak. Lalu, catatan penting dalam hal kadar osmolaritas urin yang lebih besar dari 100 mOsm/kg di penderita hiponatremia merupakan indicator dari konstrasi urin. Di beberapa buku menclaim bahwa osmolaritas urine yang berblebih di plasma menjadi salah satu untuk mendiagnosis SIADH. Kemudian studi fisiologi lain berpendapat bahwa volume plasma yang sedikit merupakan ciri- ciri SIADH dan keadaan klinis yang jelas untuk mengindentifikasi ada atau tidaknya SIADH, yang disertai dengan kategori dari euvolaemic hiponatremia. Defisiensi glukokortikoi adalah keadaan penting sebagai ciri-ciri dari penyakit Addison. Dengan karakteristiknya adanya defisiensi pada kortisol dan aldosterone. Keadaan kedua defisiensi ini dimanifestasikan hiponatreimia jadi hipovolaemic hiponatremia dengan hiperkalaemia. Gangguan hipofisis bisa menjadi tanda biokimia dari pasien penderita SIADH dengan adanya tanda klinis, yaitu adanya hipogindism. Defisiensi ACTH merupakan faktor

description

cairan

Transcript of TBT Hiponatremia

Investigasi Hiponatremia

Berbagai macam kondisi yang dapat menyebabkan gejala hiponatremia di dalam clinical practice dan pengobatan bisa menjadi salah satu identifikasi akurat dalam merumuskan ke dalam patologi penderita hiponatremia. Kesalahan dalam mendiagnosis dan tingkat resiko tinggi di setiap terapi bisa menjadi faktor munculnya hiponatremia. Kunci utama dalam mendiagnostik ialah mengetahui statu volume darah pasien baik secara biokimia ataupun klinisnya. Selain itu, dapat dilakukan pengukuran kadar urea darah, tekanan vena sentral, kandungan natrium di urine, dan fungsi ginjal pun dapat dilakukan untuk mendiagnosis hiponatremia pada pasien. Pasien yang menderita hiponatremia dapat diberikan pengobatan dengan terapi diuretik dan pemberian cairan intravena yang berfungsi untuk mengubah konsentrasi natrium di urin.Kesalahan yang sering terjadi di dalam clinical practice ialah menganggap kasus hiponatremia merupakan faktor kedua untuk terjadinya syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH). Dalam hal ini, bahwa ada kriteria- kriteria minimum yang harus diperhatikan dalam mendiagnosis pasien tersebut menderita SIADH atau tidak. Lalu, catatan penting dalam hal kadar osmolaritas urin yang lebih besar dari 100 mOsm/kg di penderita hiponatremia merupakan indicator dari konstrasi urin. Di beberapa buku menclaim bahwa osmolaritas urine yang berblebih di plasma menjadi salah satu untuk mendiagnosis SIADH. Kemudian studi fisiologi lain berpendapat bahwa volume plasma yang sedikit merupakan ciri- ciri SIADH dan keadaan klinis yang jelas untuk mengindentifikasi ada atau tidaknya SIADH, yang disertai dengan kategori dari euvolaemic hiponatremia.Defisiensi glukokortikoi adalah keadaan penting sebagai ciri-ciri dari penyakit Addison. Dengan karakteristiknya adanya defisiensi pada kortisol dan aldosterone. Keadaan kedua defisiensi ini dimanifestasikan hiponatreimia jadi hipovolaemic hiponatremia dengan hiperkalaemia. Gangguan hipofisis bisa menjadi tanda biokimia dari pasien penderita SIADH dengan adanya tanda klinis, yaitu adanya hipogindism. Defisiensi ACTH merupakan faktor utama untuk penyakit intracranial dengan adanya gejala seperti traumatic Karen kerusakan otak atau subrachnoid haemorrhage dan terpapar bersama SIADH. Dan untuk defisiensi glukokortikoid hanya 10 % menjadi penyebab adanya SIADH.Untuk pemeriksaan SIADH meliputi pemeriksaan : urea elektrolit osmolaritas urin konsentrasi Na di urin volume darah tes fungsi tiroid. tes short synacthen untuk mengetahui ada atau tidaknya glukokortikoid.untuk pengobatan SIADH harus melihat dari riwayat obat- obat yang dikonsumsi mulai dari jangka waktu saat mendapat perawatan dari rumah sakit dan dengan scan bagian thoraks dan abdominal pasien.

Manajemen Hiponatremia

Manajemen hiponatremia harus didasari dari keakuratan dalam mendiagnosis.

Hipovolaemic Hiponatremia

Intravenous Saline : untuk mengembalikan keadaan volume darah menjadi normal dan untuk menghentikan terapi diuretic. Terapi corticosteroid: Jika penderita mengidap penyakit Addison maka harus disertai juga terapi untuk penyakit Addison tersebut

Euvolaemic Hiponatremia

Restriksi cairan : kadar cairan yang diberikan ialah 800 - 1200ml/24 jam Demeclocycline: membuat tubulus ginjal tahan dari antidiuretic dari vasopressin Vaptans : untuk meningkatkan konsentrasi plasma sodiumJika pasien Euvolaemic ini memiliki polyuria dengan hipernatremik dehidrasi maka harus dikontrol lebih ketat.

Hipervolaemic Hiponatremia

Terapi diuretic: untuk mengeluarkan cairan yang berlebih di dalam tubuh Vaptans: untuk menormalkan konsentrasi plasma sodium, dan bagus untuk penderita yang mengalami gagal jantung juga

central pontine myelinolisis

Saat keadaan central pontine myelinolisis ada pada penderita hipervolaemic hiponatremia maka akan terjadi kondisi catastrophic dengan karakter penyakitnya ialah koma, quadriplegia, dan cacat saraf kramial. Sehingga bisa menimbulkan kerusakkan otak. Dan untuk mengobatinya dengan retriksi cairan yang berfungsi untuk meningkatkan konsentrasi natrium di dalam plasma. Bagaimanapun meningkatnya kecepatan plasma sodium menjadi penyebab dari CPM, keadaan ini harus diberikan hipertonik saline dalam selang waktu 2 jam yang disesuaikan denga konsenstrasi plasma sodium agar peningkatan konsentrasi sodium tidak terlalu cepat.

Kriteria central pontine myelinolisis pada penderita : Pada pasien hipervolaemic hiponatremia akut , belum tentu ada central pontine myelinolisis Pada pasien hipervolaemic hiponatremia kronik, bisa beresiko adanya CPM. Karena otak pasien akan beradaptasi. Pada ibu hamil muda dan alkoholik