TBR medikolegal

2
c) Virotopsi dan pm pencitraan forensik dalam undang – undang Australia dan Swiss : Dasar hokum virotopsi / forensic pm sebagai “autopsy” / “pemeriksaan postmortem” yang diatur dibawah perjanjian ‘tindakan coroner dari negara bagian Australia’ dalam undang- undang pasal 253 bab 3 SCCP sebagai ‘pemeriksaan lebih lanjut (jika dibutuhkan dilakukan otopsi)’. Kemungkinan kesalahan penilaian dapat meningkat jika hanya dilakukan pemeriksaan luar., seringkali sebab kematian, cara mati, wajar / tidak wajar contohnya kemungkinan pembunuhan tidak dapat ditentukan. Penambahan pemeriksaan virotopsi / forensic pm pada tahap pemeriksaan eksternal / inspeksi meningkatkan penentuan cara kematian dan deteksi kemungkinan pembunuhan atau malpraktik medic secara substansial. Prosedur pencitraan non – invasive dan minimal – invasive seperti angio CT pm dan biopsy pm jika diperlukan memungkinkan ahli patologi untuk memberikan ‘koroner’ atau jaksa penuntut dengan informasi yang lebih luas dan mendalampada tahap penyidikan awal dan sebelum keputusan otopsi. Virtopsy / pm pencitraan forensik memungkinkan penglihatan eksternal di bagian dalam tubuh untuk luka, materi asing dan tanpa pembedahan dalam kasus pencitraan pm non – invasive forensic. Virotopsi / pm CT dapat menghasilkan informasi gambaran yang terperinci tentang kematian korban dan secara bersamaan dapat menyelamatkan agama (misalnya islam, yahudi ) atau budaya lainnya. Tindakan coroner 2008 VIC dan pendahuluan pemeriksaan dibawah pasal 3 dan 23 merupakan contoh baik dari 2 langkah investigasi termasuk imaging dari tubuh seperti pmCT dan pmMRI yang berbunyi : ‘the imaging of the body including the use of computed tomography (CT scan), MRI scan, X rays, ultrasound and photography and any other procedure that is not a dissetion, the removal of tissue or prescribed to be autopsy’ pada praktek victorian, pm CT angio dilakukan dengan informed consent sang coroner. Untuk pm CT angio, sayatan kecil diperlukan untuk mencapai arteri dan vena untuk menginjeksikan agen kontras dalam beberapa tekanan untuk memperlihatkan pembuluh darah sehingga dapat melihat cedera seperti perdarahan.

description

m

Transcript of TBR medikolegal

Page 1: TBR medikolegal

c) Virotopsi dan pm pencitraan forensik dalam undang – undang Australia dan Swiss :Dasar hokum virotopsi / forensic pm sebagai “autopsy” / “pemeriksaan postmortem” yang diatur dibawah perjanjian ‘tindakan coroner dari negara bagian Australia’ dalam undang- undang pasal 253 bab 3 SCCP sebagai ‘pemeriksaan lebih lanjut (jika dibutuhkan dilakukan otopsi)’. Kemungkinan kesalahan penilaian dapat meningkat jika hanya dilakukan pemeriksaan luar., seringkali sebab kematian, cara mati, wajar / tidak wajar contohnya kemungkinan pembunuhan tidak dapat ditentukan. Penambahan pemeriksaan virotopsi / forensic pm pada tahap pemeriksaan eksternal / inspeksi meningkatkan penentuan cara kematian dan deteksi kemungkinan pembunuhan atau malpraktik medic secara substansial. Prosedur pencitraan non – invasive dan minimal – invasive seperti angio CT pm dan biopsy pm jika diperlukan memungkinkan ahli patologi untuk memberikan ‘koroner’ atau jaksa penuntut dengan informasi yang lebih luas dan mendalampada tahap penyidikan awal dan sebelum keputusan otopsi. Virtopsy / pm pencitraan forensik memungkinkan penglihatan eksternal di bagian dalam tubuh untuk luka, materi asing dan tanpa pembedahan dalam kasus pencitraan pm non – invasive forensic. Virotopsi / pm CT dapat menghasilkan informasi gambaran yang terperinci tentang kematian korban dan secara bersamaan dapat menyelamatkan agama (misalnya islam, yahudi ) atau budaya lainnya.

Tindakan coroner 2008 VIC dan pendahuluan pemeriksaan dibawah pasal 3 dan 23 merupakan contoh baik dari 2 langkah investigasi termasuk imaging dari tubuh seperti pmCT dan pmMRI yang berbunyi : ‘the imaging of the body including the use of computed tomography (CT scan), MRI scan, X rays, ultrasound and photography and any other procedure that is not a dissetion, the removal of tissue or prescribed to be autopsy’ pada praktek victorian, pm CT angio dilakukan dengan informed consent sang coroner. Untuk pm CT angio, sayatan kecil diperlukan untuk mencapai arteri dan vena untuk menginjeksikan agen kontras dalam beberapa tekanan untuk memperlihatkan pembuluh darah sehingga dapat melihat cedera seperti perdarahan.

Jarum yang digunakan pada post mortem digunakan untuk mengeluarkan jaringan dari tubuh untuk pemeriksaan histologi dan toxicology. Pemeriksaan ini jelas lebih sedikit invasive daripada full atau partial autopsy. Walaupun begitu, definisi dari pendahuluan pemeriksaan pada sect 3 of the coroners act 2008 VIC tidak memperbolehkan penyayatan atau pembedahan, yang dibutuhkan untuk melakukan minimally-invasive pm CT angio. Maka dari itu, sampel jaringan contohnya post-mortem biopsy, juga tidak termasuk.