Tax Planning 12

16
1. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha Tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah Tertentu Latar belakang dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/ atau di Daerah- daerah Tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 adalah: a. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan pembangunan untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu; b. Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu; c. untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan. Bentuk fasilitas Pajak Penghasilan yang diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan yang berikan kepada Wajib Pajak tersebut adalah sebagai berikut: a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6

description

Pertemuan 12 PPAk

Transcript of Tax Planning 12

1. Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Usaha

Tertentu dan/atau Di Daerah-Daerah Tertentu

Latar belakang dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang

Fasilitas Pajak Penghasilan Untuk Penanaman Modal di Bidang-Bidang Tertentu dan/ atau di

Daerah-daerah Tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 52 Tahun 2011 adalah:

a. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal

dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan

ekonomi, pemerataan pembangunan, dan percepatan pembangunan untuk bidang-

bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu;

b. Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan

ekonomi, serta untuk pemerataan pembangunan dan percepatan pembangunan bagi

bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu;

c. untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan sesuai

dengan Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Bentuk fasilitas Pajak Penghasilan yang diberikan Fasilitas Pajak Penghasilan yang

berikan kepada Wajib Pajak tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah

penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5%

(lima persen) per tahun;

Contoh: PT ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp 100 milyar berupa

pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan, dan mesin. Terhadap PT ABC dapat

diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5%

x Rp 100 milyar = Rp 5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai sejak

tahun pemberian fasilitas.

b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut:

Kelompok AktivaTetap Berwujud

Masa Manfaat Menjadi

Tarif Penyusutan dan Amortisasi Berdasarkan Metode

Garis Lurus Saldo MenurunI. Bukan Bangunan: Kelompok I Kelompok II Kelompok III

2 tahun4 tahun8 tahun

50%25%

12,5%

100% (dibebaskan sekaligus)50%25%

Kelompok IV 10 tahun 10% 20%II. Bangunan: Permanen Tidak Permanen

10 tahun5 tahun

10%20%

--

c. Pengenaan Pajak Penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak Luar

Negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut

Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda yang berlaku;

Contoh: Investor dari negara X memperoleh dividen dari Wajib Pajak (WP) Badan

dalam negeri yang telah ditetapkan untuk memperoleh fasilitas berdasarkan Peraturan

Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 2007 sebagaimana telah diubah dengan PP No. 52

Tahun 2011. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belum

memiliki Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (P3B) dengan Pemerintah

Republik Indonesia (RI), atau bertempat kedudukan di negara yang telah memiliki

P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen untuk WP luar negeri 10% atau

lebih, maka atas dividen hanya akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia

sebesar 10%. Namun apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di suatu

negara yang telah memiliki P3B dengan Pemerintah RI dengan tarif pajak dividen

tersebut dikenakan PPh di Indonesia sesuai tariff yang diatur dalam P3B tersebut.

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10

(sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Tambahan 1 tahun:

Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha tertentu yang dilakukan di

kawasan industri dan kawasan berikat;

b. Tambahan 1 tahun:

Apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga kerja

Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

c. Tambahan 1 tahun:

Apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk

infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp

10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah);

d. Tambahan 1 tahun:

Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri

dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5%

dari investasi dalam jangka waktu 5 tahun; dan/atau

e. Tambahan 1 tahun:

Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam

negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke-4.

Contoh: PT ABC pada tahun 2007 ini, melakukan penanaman modal di

kawasan industri di kota Maumere (Nusa Tenggara Timur) dengan mendirikan

pabrik bumbu masak dan penyedap masakan. Pabrik tersebut mempekerjakan

750 orang tenaga kerja tetap dan direncanakan dipekerjakan sampai tahun

2014. Bahan baku dan komponen yang dipergunakan PT ABC dalam

memproduksi bumbu masak dan penyedap makanan tersebut adalah bahan

baku dan komponen produksi dalam negeri. Terhadap PT ABC diberikan

fasilitas Pajak Penghasilan antara lain berupa kompensasi kerugian selama 5

tahun + 3 tahun atau 8 tahun.

2. Fasilitas PPN dan Bea Masuk

Yang dimaksud dengan Pembebasan Bea Masuk adalah Peniadaan Pembayaran Bea

Masuk. Ketentuan Pembebasan Bea Masuk diatur dalam:

a. Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006

b. Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006

Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006

mengatur tentang Pembebasan Bea Masuk atas barang impor sebagai berikut:

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia

berdasarkan asas timbal balik;

Yang dimaksud dengan barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yaitu

barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing tersebut, termasuk pejabat

pemegang paspor diplomatik dan keluarganya di Indonesia. Pembebasan tersebut

diberikan apabila negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama

terhadap diplomat Indonesia

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di

Indonesia;

Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan badan internasional beserta

pejabatnya yaitu milik atau untuk keperluan badan internasional yang diakui dan

terdaftar pada Pemerintah Indonesia, termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di

Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang

memegang paspor Indonesia

Buku ilmu pengetahuan;

Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait

terhadap buku-buku yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial,

kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;

a. Yang dimaksud barang keperluan ibadah untuk umum yaitu barang-barang yang

semata-mata digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di

Indonesia.

b. Yang dimaksud dengan barang keperluan amal dan sosial yaitu barang yang

semata-mata ditujukan untuk keperluan amal dan sosial dan tidak mengandung

unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana alam atau pemberantasan wabah

penyakit.

c. Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan kebudayaan yaitu barang yang

ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara. Pembebasan

bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait.

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang

terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu

pengetahuan yaitu barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan

penelitian/riset atau percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembebasan bea masuk diberikan

berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang

yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan

pertahanan dan keamanan negara;

Barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan;

Yang dimaksud dengan barang contoh yaitu barang yang diimpor khusus sebagai

contoh, antara lain untuk keperluan produksi (prototipe) dan pameran dalam jumlah

dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek.

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan;

Yang dimaksud dengan barang pindahan yaitu barang-barang keperluan rumah tangga

milik orang yang semula berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah ke

dalam negeri.

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang

kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu;

Obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang

diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;

Barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian;

a. Yang dimaksud dengan perbaikan yaitu penanganan barang yang rusak, usang,

atau tua dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat

hakikinya.

b. Yang dimaksud dengan pengerjaan yaitu penanganan barang, selain perbaikan

tersebut di atas, juga mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi

ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya.

c. Pengujian meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu

serta kapasitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

d. Pembebasan atau keringanan dalam hal ini hanya dapat diberikan terhadap barang

dalam keadaan seperti pada waktu diekspor, sedangkan atas bagian yang diganti

atau ditambah dan biaya perbaikan tetap dikenakan bea masuk.

Barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama

dengan kualitas pada saat diekspor;

a. Pembebasan bea masuk dapat diberikan terhadap barang setelah diekspor,

diimpor kembali tanpa mengalami proses pengerjaan atau penyempurnaan

apapun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, barang

keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan.

b. Terhadap barang yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal diimpor

kembali dalam keadaan yang sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah

diterimanya dikembalikan.

Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan.

a. bahan terapi yang berasal dari manusia, yaitu darah manusia serta turunannya

(derivatif) seperti darah seluruhnya, plasma kering albumin, gamaglobulin,

fibrinogen serta organ tubuh.

b. bahan pengelompokkan darah yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan, atau sumber lain.

c. bahan penjenisan jaringan yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan, atau sumber lain.

 

Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan

No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006 yaitu pembebasan yang relatif, dalam arti

bahwa pembebasan yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu,

sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya keringanan bea

masuk.

Barang dan Bahan untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Dalam Rangka

Penanaman Modal;

Yang dimaksud dengan penanaman modal yaitu penanaman modal asing dan penanaman

modal dalam negeri sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang

berlaku

Mesin Untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri;

Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri yaitu setiap

mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang

digunakan untuk pembangunan dan pengembangan

Pengertian pembangunan dan pengembangan industri meliputi pendirian perusahaan atau

pabrik baru serta perluasan (diversifikasi) hasil produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk

tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau pabrik yang telah ada.

Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan dan Pengembangan Industri untuk Jangka

Waktu Tertentu;

Yang dimaksud dengan barang dan bahan yaitu semua barang atau bahan, tidak melihat jenis

dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan

barang jadi, sedangkan batas waktu akan diatur dalam keputusan pelaksanaannya.

Peralatan dan Bahan yang Digunakan Untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan;

Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Pertanian, Peternakan, atau

Perikanan;

Yang dimaksud dengan bibit dan benih yaitu segala jenis tumbuh-tumbuhan atau hewan yang

diimpor dengan tujuan benar-benar untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka

pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan

Hasil Laut yang Ditangkap dengan Sarana Penangkap Yang Telah Mendapat Izin;

Yang dimaksud dengan hasil laut yaitu semua jenis tumbuhan laut, ikan atau hewan laut yang

layak untuk dimakan seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting yang belum atau sudah diolah

dalam sarana penangkap yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan sarana penangkap yaitu satu atau sekelompok kapal yang mempunyai

peralatan untuk menangkap atau mengambil hasil laut, termasuk juga yang mempunyai

peralatan pengolahan.

Yang dimaksud dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin yaitu sarana penangkap

yang berbendera Indonesia atau berbendera asing yang telah memperoleh izin dari

Pemerintah Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan hasil laut.

Barang yang Mengalami Kerusakan, Penurunan Mutu, Kemusnahan, atau Penyusutan

Volume atau Berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat

diberikan persetujuan impor untuk dipakai;

Dalam transaksi perdagangan kemungkinan adanya perubahan kondisi barang sebelum

barang diterima oleh pembeli dapat saja terjadi. Sedangkan prinsip pemungutan bea masuk

dalam undang-undang ini diterapkan atas semua barang yang diimpor untuk dipakai

sehingga, apabila terjadi perubahan kondisi (kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau

penyusutan volume atau berat karena sebab alamiah), barang tersebut tidak sepenuhnya dapat

dipakai atau memberikan manfaat sebagaimana diharapkan, wajar apabila barang yang

mengalami perubahan kondisi sebagaimana diuraikan di atas tidak sepenuhnya dipungut bea

masuk. Oleh karena itu pembatasan pada saat kapan terjadinya perubahan kondisi barang

tersebut, yaitu antara waktu pengangkutan dan diberikannya persetujuan impor untuk dipakai

Barang oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang Ditujukan untuk Kepentingan

Umum;

Yang dimaksud dengan kepentingan umum yaitu kepentingan masyarakat yang tidak

mengutamakan kepentingan di bidang keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan

umum.

Barang untuk Keperluan Olahraga Yang Diimpor oleh Induk Organisasi Olahraga Nasional;

Barang untuk Keperluan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Pinjaman dan/atau Hibah

dari Luar Negeri;

Barang dan Bahan untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada Barang Lain dengan Tujuan

untuk Diekspor (KITE - Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 231/KMK.03/2001 sebagaimana telah

diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 27/PMK.011/2012

tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah

(PPnBM) atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan dari Bea Masuk, Tidak Dipungut

PPN dan PPnBM atas barang-barang sebagai berikut:

Barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada

Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak

memegang paspor Indonesia;

Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang

terbuka untuk umum;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia

berdasarkan asas timbal balik;

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, mahasiswa

yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional

Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri

sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk

diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia

setempat;

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang

kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

Pabean;

Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan

untuk kepentingan umum;

Perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan

pertahanan dan keamanan Negara;

Barang impor sementara;

Barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas

bumi serta panas bumi, dengan ketentuan :

Barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;

Barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun belum memenuhi spesifikasi

yang dibutuhkan; atau

Barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun jumlahnya belum mencukupi

kebutuhan industri.

 

Dikecualikan dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah

diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 146/PMK.011/2013

tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas

Penyerahan Barang Kena Pajak dan Kegiatan Lain di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha

Bidang Lain, yakni atas barang impor yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau

pajak Pertambahan Nilai, Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 atas barang-barang

sebagai berikut:

Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia

berdasarkan asas timbal balik;

Barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di

Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam

peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan

bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta

para pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

Barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau

untuk kepentingan penanggulangan bencana;

Barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain

semacam itu yang terbuka untuk umum;

Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;

Barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;

Peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;

Barang pindahan;

Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang

kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

kepabeanan;

Barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan

untuk kepentingan umum;

Persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer termasuk suku cadang yang

diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan

pertahanan dan keamanan negara;

Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);

Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;

Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan

penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan

suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang

diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan

penangkapan ikan nasional;

Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat

keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan

digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta

prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. Kereta Api Indonesia;

Peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara

Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia; dan/atau

Barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh

Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS).