TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

20
17 TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI SUB SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Yulyanah 1 , Sri Yani Kusumastuti 2* 1 Program Studi Diploma IV Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti 2 Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta, 11440, Indonesia *Corresponding author Email: [email protected] ABSTRACT Purpose : This study aimed to examine the effect of profit level, debt level and institusional ownership to tax avoidance. Design/Methodology/ Approach : The population in this study amounted to 18 food and beverage companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2013-2017. Determination of the sample using purposive sampling method and obtained a sample of 5 food and beverage companies based on certain criteria. Independent variables used in this study profit level, debt level and institusional ownership, and the dependent variable was measured using the tax avoidance the measured of the book tax difference (BTD). The analysis tool used is the panel regression and the selected model is a fixed effect model. Findings : The result showed that profit level has positive effect on the tax avoidance. Meanwhile the debt level does not have effect on the tax avoidance and institusional ownership has negative effect on tax avoidance. Keywords : Tax avoidance; profit level, debt level and institusional ownership. JEL Classification : G32, H26, H63 PENDAHULUAN Banyak perusahaan di Indonesia melakukan penghindaran pajak Berdasarkan survey yang dilakukan penyidik IMF Ernesto Crivelly tahun 2016, dianalisa kembali oleh Universitas PBB menggunakan database International Center for Policy and Research (ICTD), dan International Center for Taxation and Development (ICTD) terhadap perusahaan di 30 negara. Indonesia menjadi peringkat 11 dari 30 negara dengan kerugian sekitar U$6,48 milliar akibat perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Praktik penghindaraan pajak yang dilakukan perusahaan di Indonesia berdampak pada penurunan pencapaian penerimaan pajak. Penurunan persentase pencapaian penerimaan Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 : 17-36 ISSN : 2442-9686 (online) DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v27i1.5284 ISSN : 0853-3970 (print) Submission date: 18 Agustus 2019 Accepted date: 19 Agustus 2019

Transcript of TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Page 1: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

17

TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

SEKTOR INDUSTRI BARANG DAN KONSUMSI SUB

SEKTOR MAKANAN DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Yulyanah1, Sri Yani Kusumastuti

2*

1Program Studi Diploma IV Keuangan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Trisakti 2Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,

Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta, 11440, Indonesia

*Corresponding author Email: [email protected]

ABSTRACT

Purpose : This study aimed to examine the effect of profit level, debt level and

institusional ownership to tax avoidance.

Design/Methodology/

Approach

: The population in this study amounted to 18 food and beverage

companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the

period 2013-2017. Determination of the sample using purposive

sampling method and obtained a sample of 5 food and beverage

companies based on certain criteria.

Independent variables used in this study profit level, debt level and

institusional ownership, and the dependent variable was measured

using the tax avoidance the measured of the book tax difference

(BTD).

The analysis tool used is the panel regression and the selected

model is a fixed effect model.

Findings : The result showed that profit level has positive effect on the tax

avoidance. Meanwhile the debt level does not have effect on the tax

avoidance and institusional ownership has negative effect on tax

avoidance.

Keywords : Tax avoidance; profit level, debt level and institusional ownership.

JEL Classification : G32, H26, H63

PENDAHULUAN

Banyak perusahaan di Indonesia melakukan penghindaran pajak Berdasarkan survey yang

dilakukan penyidik IMF Ernesto Crivelly tahun 2016, dianalisa kembali oleh Universitas

PBB menggunakan database International Center for Policy and Research (ICTD), dan

International Center for Taxation and Development (ICTD) terhadap perusahaan di 30

negara. Indonesia menjadi peringkat 11 dari 30 negara dengan kerugian sekitar U$6,48

milliar akibat perusahaan yang melakukan penghindaran pajak.

Praktik penghindaraan pajak yang dilakukan perusahaan di Indonesia berdampak pada

penurunan pencapaian penerimaan pajak. Penurunan persentase pencapaian penerimaan

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 : 17-36 ISSN : 2442-9686 (online)

DOI: http://dx.doi.org/10.25105/me.v27i1.5284 ISSN : 0853-3970 (print)

Submission date: 18 Agustus 2019 Accepted date: 19 Agustus 2019

Page 2: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

18

pajak dipicu oleh banyaknya perusahaan yang melakukan penghindaran pajak. Pajak

menjadi beban perusahaan karena dapat mengurangi laba bersih. Oleh karena itu,

melakukan penghindaran pajak menjadi cara perusahaan untuk mengurangi pembayaran

pajaknya ke kas negara (Kurniasih & Sari, 2013). Perusahaan memanfaatkan celah-celah

(loopholes) dalam peraturan perpajakan sebagai salah satu tindakan legal dalam

penghindaran pajak untuk mengurangi beban pajak yang terutang (Pohan C. A., 2013).

Hal ini dapat dibuktikan dari pencapaian realisasi penerimaan pajak dalam APBN tidak

mencapai target bahkan mengalami penurunan yang dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1

Realisasi Penerimaan Pajak

Tahun Target Penerimaan Pajak

(dalam triliun rupiah)

Realisasi Penerimaan Pajak

(dalam triliun rupiah) (%)

2013 Rp1148,4 Rp1077,3 93%

2014 Rp1246,1 Rp1146,9 92%

2015 Rp1489,3 Rp1240,4 83%

2016 Rp1539,2 Rp1285,0 83%

2017 Rp.1283,6 Rp1151,0 89%

Sumber: www.kemenkeu.go.id

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penghindaran pajak (tax avoidance),

diantaranya adalah tingkat keuntungan, tingkat utang, dan kepemilikan institusional.

Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat

dihasilkan pada periode tertentu tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat utang yaitu

menunjukkan besarnya pembiayaan operasional perusahaan yang dibiayai oleh utang

(Kurniasih & Sari, 2013). Tingkat utang adalah menunjukan sejauh mana aktiva dibiayai

oleh utang perusahaan (Oktagiani, 2015). Tingkat utang merupakan total utang yang

digunakan untuk membeli aset perusahaan (Annisa, 2017). Kepemilikan Institusional

adalah saham yang dimiliki pemerintah dan institusi lainnya seperti institusi keuangan,

institusi berbadan hukum dan institusi luar negeri (Ginting, 2016). Kepemilikan

Institusional adalah kepemilikan saham diatas 5% tetapi bukan merupakan kepemilikan

oleh pihak manajemen (Reinaldo, 2017).

Objek dari penelitian ini yaitu menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri

barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman. Alasan memilih sektor industri

barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman dalam penelitian dikarenakan

industri makanan dan minuman menjadi salah satu sektor manufaktur andalan yang

berkontribusi besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan berkontribusi besar

terhadap penerimaan pajak. Hal ini, dapat tercermin dari hasil pencapaian kinerjanya dan

pergerakan harga sahamnya selama ini tercatat konsisten dan positif, baik dalam

peningkatan produktivitas, investasi, ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Industri

makanan dan minuman menjadi salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap

investasi nasional, industri ini menyumbang hingga Rp56,60 triliun pada tahun 2018 dan

industri makanan dan minuman tumbuh sebesar 7,91% yang melampaui pertumbuhan

ekonomi nasional diangka 5,17% sehingga objek penelitian ini menggunakan sub sektor

makanan dan minuman.

Page 3: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

19

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji

bagaimana pengaruh dari tingkat keuntungan, tingkat utang serta kepemilikan

institusional terhadap penghindaran pajak.

Penghindaran pajak (tax avoidance) adalah strategi yang dilakukan wajib pajak untuk

menghindari pajak secara legal karena tidak melanggar peraturan perpajakan. Teknik

penghindaranya dengan memanfaatkan kelemahan dan celah-celah dalam Undang-

undang perpajakan (Pohan C. A., 2013). Penghindaran pajak merupakan upaya

mengurangi beban pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan baik yang berskala besar

atau beskala kecil. (Reinaldo, 2017)

Tax avoidance dilakukan dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dalam Undang-

undang perpajakan. Komite fiskal OECD menyatakan bahwa terdapat tiga karakter tax

avoidance yaitu (Ifanda, 2016): (1) Adanya unsur artifisial, dimana berbagai pengaturan

seolah-olah terdapat didalamnya padahal tidak, dan ini dilakukan karena ketiadaan faktor

pajak. (2) Memanfaatkan celah-celah dalam Undang-undang dan ketentuan perpajakan

(Loopholess) secara legal untuk berbagai tujuan. (3) Adanya unsur kerahasiaan,

umumnya konsultan yang ditunjuk perusahaan untuk mengurus perpajakannya akan

memberi cara untuk melakukan penghindaran pajak dengan syarat wajib pajak dapat

menjaga kerahasiannya.

Skema penghindaran pajak dibagi menjadi dua yaitu, bentuk penghindaran pajak baik

legal maupun non legal. Pertama, upaya memperkecil pembayaran pajaknya dengan tidak

melanggar peraturan perpajakan yaitu tax avoidance. Kedua, melakukan tindakan yang

melanggar Undang-undang perpajakan yaitu penggelapan pajak (tax evasion) (Zain,

2003).

Pada umumnya, kepatuhan pajak diukur dengan seberapa besar perusahaan melakukan

penghematan pajak (tax saving), penghindaran pajak (tax avoidance) dan penggelapan

pajak (tax evasion) yang bertujuan untuk mengurangi beban pajak perusahaan (Zain,

2003). Berdasarkan teori, tarif pajak adalah sebagai salah satu faktor penentu yang

mempengaruhi kepatuhan pajak secara individual, dan kemungkinan dapat terindikasi

melakukan penghindaran (Hanlon & Heitzman, 2010). Selain itu, faktor yang lain adalah

kurangnya pengawasan didalam perusahaan sehingga manajemen akan bertindak sesuai

dengan kepentingannya sendiri yaitu melakukan tindakan penghindaran pajak.

Undang-undang Perpajakan menjelaskan bahwa membayar pajak merupakan kewajiban

wajib pajak sebagai warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam membangun negara.

Namun, banyak wajib pajak seperti para pelaku bisnis pajak melakukan penghindaran

pajak, karena bagi mereka pajak merupakan beban bagi perusahaan yang akan

mengurangi laba bersih perusahaan (Surbakti, 2012). Ada beberapa cara perusahaan

dalam melakukan penghindaran pajak (Hoque, 2011), yaitu sebagai berikut: (1)

Menambahkan biaya pribadi sebagai biaya perusahaan untuk mengurangi laba

perusahaan. (2) Pembelanjaan modal diakui sebagai pembelanjaan operasional sehingga

dapat mengurangi utang perusahaan. (3) Mencatat biaya bahan baku yang berlebihan

sehingga dapat mengurangi laba sebelum pajak perusahaan.

Page 4: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

20

Bagi perusahaan multinasional, upaya penghindaran pajak dapat dilakukan dengan cara

mengalihkan sebagian laba ke anak perusahaanya yang beroperasi di negara yang

memiliki tarif yang lebih rendah (Puspita, 2014). Ada beberapa keuntungan dari tindakan

melakukan penghindaran pajak diantaranya, dapat memberi keuntungan ekonomis yang

besar (Amstrong & David, 2012), mensejahterakan para pemegang saham yaitu dapat

menekan biaya sehingga laba yang dihasilkan tinggi sehingga tingkat pengembalian

investasi kepada pemegang saham lebih tinggi (Minnick & Noga, 2010).

Penghindaran pajak dapat menimbulkan risiko yaitu berupa bunga, denda dan kehilangan

reputasi perusahaan yang akan berdampak buruk pada keberlangsungan perusahaan

(Amstrong & David, 2012). Risiko-risiko tersebut harus dipertimbangkan oleh

perusahaan dan pemegang saham. Pemegang saham hanya bersedia mengambil risiko jika

manfaat dari melakukan tindakan penghindaran pajaknya lebih besar dari biaya yang

harus dikeluarkan untuk membiayainya (Minnick & Noga, 2010). Pada umumnya,

pemegang saham berusaha untuk mengurangi risiko. Penghindaran pajak yang dilakukan

dalam jangka panjang memberikan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan. Banyak

perusahaan yang berhasil melakukan penghindaran pajaknya dalam jangka waktu yang

berkelanjutan (Dyreng, Hanlon, & Mydew, 2010)

Terdapat tiga pengukuran tax avoidance, yaitu: pertama, CETR yaitu pembayaran pajak

dibagi dengan laba sebelum pajak. Kedua, ETR adalah pengukuran penghindaran pajak

dengan cara membagi beban pajak dengan laba sebelum pajak. Ketiga, BTD adalah rasio

untuk mengukur penghindaran pajak dengan cara mengukur besarnya perbedaan laba

akuntansi dengan laba fiskal yaitu laba akuntasi-laba fiskal dibagi dengan total aset

(Hanlon & Heitzman, A Review of Tax Research, 2010).

Dalam penelitian ini tax avoidance diukur menggunakan Book tax difference (BTD) yang

merupakan perbedaaan antara laba kena pajak menurut ketentuan perpajakan dan

pendapatan sebelum kena pajak menurut standar akuntansi. Peraturan menurut akuntansi

dan pajak memiliki tujuan yang berbeda, sehingga akan menimbulkan peluang terjadinya

manajemen laba (Purwanto, 2016). Perusahaan melakukan perhitungan laba pada setiap

periode dengan tujuan yang berbeda yaitu laporan keuangan yang bertujuan untuk

menghitung keuntungan perusahaan, dihitung dan disusun berdasarkan aturan standar

akuntansi atas dasar akrual kecuali laporan arus kas mengacu pada aturan PSAK No. 1

dan laporan keuangan yang bertujuan untuk menghitung kewajiban perpajakan yang

dihitung dan disusun berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan UU No. 36 Tahun 2008

Pajak Penghasilan (PPh) dan Peraturan pelaksanaanya (Tampubulon & Kartikaningdyah,

2016).

Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat

dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat keuntungan

perusahaan yang tinggi menunjukan perusahaan memiliki laba yang tinggi. Namun,

semakin besar laba perusahaan maka beban pajak penghasilannya akan semakin besar.

Besarnya pajak penghasilan yang dibebankan akan berdampak pada penurunan laba

bersih perusahaan. Oleh karena itu, manajer akan menekan beban pajak perusahaan agar

Page 5: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

21

tidak mengurangi laba bersih perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat keuntungan

yang tinggi akan mendorong manajemen untuk melakukan penghindaran pajak.

Penelitian mengenai pengaruh leverage, return on asset, ukuran perusahaan dan koneksi

politik terhadap tax avoidance menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif antara

leverage terhadap tax avoidance dan terdapat pengaruh negatif antara return on asset

terhadap tax avoidance sedangkan ukuran perusahaan dan koneksi politik tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam penelitian ini menyatakan terdapat hubungan

positif antara leverage dengan penghindaran pajak. Hal ini menunjukan tingginya

leverage (tingkat utang) perusahaan untuk membiayai operasionalnya, maka semakin

tinggi utang maka semakin tinggi beban bunga sebagai pengurang pajak penghasilan

sehingga mengindikasikan adanya tingkat penghindaran pajak yang tinggi (Annisa,

2017).

Penelitian mengenai pengaruh leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional,

return on asset dan kompensasi kerugian fiskal terhadap tax avoidance menunjukan

bahwa leverage, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance sedangkan return on asset dan kompensasi kerugian fiskal

berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam penelitian ini menunjukan leverage tidak

berpengaruh terhadap penghindaran pajak. Hal ini dikarenakan jika perusahaan

menggunakan utang yang tinggi sebagai pembiayaan operasionalnya akan mengakibatkan

beban bunga yang besar, sehingga perusahaan akan mengurangi pembiayaan dari utang

(Reinaldo, 2017).

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, komisaris independen terhadap tax

avoidance menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara profitabilitas terhadap tax

avoidance dan tidak ada pengaruh antara leverage, komisaris independen terhadap tax

avoidance. Dalam penelitiannya tidak terdapat pengaruh antara leverage (tingkat utang)

dengan tax avoidance. Hal ini disebabkan perusahaan tidak tergantung pada utang untuk

pembiayaan operasionalnya (Wirna, 2014).

Penelitian mengenai pengaruh likuiditas profitabilitas, leverage, ukuran terhadap tax

avoidance. menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif antara likuiditas terhadap tax

avoidance secara parsial dan ada pengaruh positif antara leverage, ukuran perusahaan,

profitabilitas terhadap tax avoidance yang diukur dengan BTD. Terdapat hubungan yang

positif antara profitabilitas (tingkat keuntungan) dengan penghindaran pajak sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Tampubolon & Kartikaningdyah, semakin tinggi

rasio profitabilitasnya maka semakin tinggi juga tingkat penghindaran pajaknya dalam

penelitian yang dilakukan oleh (Purwanto, Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen

Laba dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaaan Pada

Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode

2011-2013, 2016).

Tingkat keuntungan adalah salah satu indikator kinerja manajemen perusahaan dalam

mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukan pada seberapa besar laba yang dapat

dihasilkan oleh perusahaan pada periode tertentu (Ifanda, 2016). Tingkat keuntungan

diukur dengan rasio profitabilitas. Rasio Profitabilitas yang tinggi menunjukan bahwa

Page 6: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

22

perusahaan mampu mendapatkan laba yang maksimal. Semakin tinggi laba perusahaan

maka semakin tinggi beban pajaknya. Hal ini mendorong perusahaan untuk melakukan

tindakan penghindaran pajak. Salah satu tindakan penghindaran pajak yang dapat

dilakukan adalah perusahaan dapat memanfaatkan beban-beban yang dapat mengurangi

penghasilan kena pajak seperti, beban penyusutan, beban amortisasi, beban penelitian dan

pengembangan (Damayanti & Susanto, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh (Annisa,

2017) menunjukan bukti bahwa profitabilitas (tingkat keuntungan) memiliki pengaruh

negatif terhadap tax avoidance. (Reinaldo, 2017) dan (Purwanto, Pengaruh Likuiditas,

Leverage, Manajemen Laba dan Kompensasi Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak

Perusahaaan Pada Perusahaan Pertanian dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2011-2013, 2016) menunjukan hasil bahwa profitabiltas (tingkat

keuntungan) memiliki pengaruh positif terhadap tax avoidance.

H1: Diduga tingkat keuntungan berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Tingkat utang merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-

aset perusahaan (Fakhruddin, 2008). Utang menjadi Sumber pendanaan perusahaan dalam

membiayai kegiatan operasional seperti pembelian aset perusahaan dapat bersumber dari

internal maupun eksternal. Sumber internal berasal dari modal perusahaan dan laba dari

hasil kegiatan operasional perusahaan, sedangkan sumber ekternal adalah dana yang

bersumber dari pinjaman baik dari kreditur maupun investor. Perusahaan lebih memilih

untuk menggunakan sumber pendanaan dari utang karena utang akan menimbulkan biaya

bunga, biaya bunga tersebut dapat dibebankan karena bersifat deductible expenses

sehingga beban bunga ini akan mengurangi laba sebelum pajak perusahaan (Ifanda,

2016).

Penelitian mengenai pengaruh ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, leverage dan

komisaris independen terhadap penghindaran pajak membuktikan bahwa ukuran

perusahaan dan kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance sedangkan

leverage, komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance. Dalam

penelitian ini menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran

pajak. Hal ini disebabkan karena perusahaan sangat berhati-hati menggunakan utang

dalam pembiayaan operasional perusahaan (Kurniasih & Sari, 2013).

Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, kompensasi kerugian fiskal, leverage,

ukuran perusahaan dan kepemilikan institusi terhadap tax avoidance menyatakan bahwa

profitabilitas dan kompensasi kerugian fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance,

sedangkan leverage, ukuran perusahaan dan kepemilikan institusi tidak berpengaruh

terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh antara profitabilitas

(tingkat keuntungan) dengan tax avoidance hal ini membuktikan bahwa perusahaan yang

memiliki profitabilitas tinggi akan melakukan penghindaran pajak untuk mengurangi

beban pajaknya (Yunanda, 2016).

Penelitian mengenai pengaruh likuiditas profitabilitas, leverage, ukuran terhadap tax

avoidance. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh negatif

antara likuiditas terhadap tax avoidance secara parsial dan ada pengaruh positif antara

leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas terhadap tax avoidance. Dalam penelitinya

Page 7: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

23

menunjukan hasil bahwa profitabilitas (tingkat keuntungan) berpengaruh positif terhadap

penghindaran pajak. Perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan memiliki beban

pajak penghasilan yang tinggi juga, sehingga perusahaan akan melakukan penghindaran

pajak sebagai upaya untuk mengurangi beban pajaknya dengan cara memanfaatkan biaya-

biaya yang dapat mengurangi laba sebelum pajak seperti beban penyusutan aktiva tetap.

(Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016).

Penelitian mengenai pengaruh return on aset, ukuran perusahaan, kepemilikan

institusional, kerugian fiskal dan leverage menyatakan bahwa return on aset, ukuran

perusahaan, kepemilikan institusional dan kerugian fiskal berpengaruh negatif terhadap

penghindaran pajak, sedangkan leverage tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak.

Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan institusional dengan

penghindaran pajak. Hal ini disebabkan investor institusional mampu melakukan

pengawasan yang efektif terhadap keputusan manajemen sehingga dapat mengurangi

tindakan penghindaran pajak perusahaan (Putri & Putra, 2017).

Tingkat utang merupakan jumlah utang yang digunakan untuk membiayai/membeli aset-

aset perusahaan (Fakhruddin, 2008). Tingkat utang diukur menggunakan rasio leverage.

Biasanya perusahaan menggunakan utang untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya.

Utang tersebut menimbulkan beban bunga. Semakin besar utang semakin rendah laba

sebelum pajak perusahaan. Perbedaan Keputusan investasi dan pembiayaan perusahaan

juga mempengaruhi penghindaran pajak karena adanya perbedaan fiskal mengenai

struktur modal dan pengambilan keputusan aktiva perusahaan.Penelitian yang dilakukan

(Kurniasih & Sari, 2013), (Yunanda, 2016), (Putri & Putra, 2017), menunjukan bukti

bahwa leverage (tingkat utang) tidak memiliki pengaruh terhadap tax avoidance

sedangkan hasil penelitian (Annisa, 2017), (Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016)

menunjukkan bukti bahwa leverage (tingkat utang) berpengaruh positif terhadap tax

avoidance. Perusahaan yang memiliki beban pajak yang tinggi akan memilih untuk

berutang sebagai tindakan penghindaran pajak. Perusahaan dengan leverage (tingkat

utang) yang tinggi akan memiliki tingkat penghindaran pajak yang tinggi.

H2: Diduga tingkat utang berpengaruh positif terhadap tax avoidance.

Struktur kepemilikan saham pada perusahaan publik dapat dibagi menjadi dua kelompok

yaitu pemegang saham institusi dan pemegang saham perorangan termasuk saham yang

dimiliki oleh eksekutif dan direktur merupakan golongan pemegang saham perorangan

(Pohan H. T., 2009). Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki

oleh institusi seperti pemerintah, perusahaan asuransi perbankan, jamsostek, dana

pensiun, perusahaan investasi (Dewi & Jati, 2014). Pada umumnya, investor institusional

menjadi pemegang saham mayoritas pada suatu perusahaan. Hal ini karena investor

institusional memiliki sumber daya yang lebih dibanding pemegang saham yang lainnya

sehingga dianggap mampu melaksanakan mekanisme pengawasan yang baik.

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, komite audit dan kepemilikan

manajerial terhadap tax avoidance menunjukan hasil bahwa terdapat pengaruh positif

antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance, terdapat pengaruh negatif antara

komite audit terhadap tax avoidance sedangkan kepemilikan manajerial tidak terdapat

Page 8: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

24

pengaruh yang signifikan terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya menunjukan

adanya pengaruh positif antara kepemilikan institusional dengan tax avoidance yang

berarti semakin tinggi kepemilikan saham oleh investor instisusional maka semakin tinggi

juga penghindaran pajaknya, hal ini disebabkan karena investor institusional mendukung

tindakan penghindaran pajak yang dilakukan oleh manajemen (Mahulae, Pratomo, &

Annisa, 2016).

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional kepemilikan manajerial dan

proporsi dewan komisaris terhadap tax avoidance menyatakan bahwa terdapat pengaruh

positif antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance sedangkan tidak ada

pengaruh antara kepemilikan manajerial dan proporsi dewan komisaris terhadap tax

avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan

institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan investor institusional tidak

dapat melakukan pengawasan terhadap keputusan manajemen sehingga tidak dapat

mengurangi tindakan penghindaran pajak dalam penelitian yang dilakukan (Prasetyo &

Pramuka, 2018).

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, kompensasi kerugian fiskal dan

ukuran perusahaan terhadap tax avoidance. menyatakan bahwa terdapat pengaruh

signifikan dan negatif antara kepemilikan institusional dan kompensasi kerugian fiskal

terhadap tax avoidance secara parsial dan tidak ada pengaruh antara ukuran perusahaan

terhadap tax avoidance. Dalam penelitiannya menunjukan adanya pengaruh negatif antara

kepemilikan institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini membuktikan bahwa

semakin tinggi kepemilikan saham institusi maka semakin tinggi juga tingkat

pengawasannya terhadap penghindaran pajak, sehingga dapat mengurangi upaya

penghindaran pajak dalam suatu perusahaan dalam penelitian yang dilakukan (Ginting,

2016).

Penelitian mengenai pengaruh kepemilikan institusional, return on asset, ukuran

perusahaan dan kompensasi rugi fiskal, leverage dan koneksi politik terhadap tax

avoidance dihasil penelitiannya menunjukan ada pengaruh signifikan antara, kepemilikan

institusional, return on asset, ukuran perusahaan dan kompensasi rugi fiskal terhadap tax

avoidance serta tidak terdapat pengaruh antara leverage, koneksi politik terhadap tax

avoidance. Dalam penelitiannya terdapat pengaruh negatif antara kepemilikan

institusional dengan penghindaran pajak. Hal ini disebabkan kepemilikan saham

institusional mampu mengawasi kinerja manajemen perusahaan, sehingga upaya untuk

menghindari pajak berkurang karena tindakan ini dapat menimbulkan risiko kehilangan

kepercayaan dari masyarakat atau sampai dikenakan sanksi berupa denda bahkan

hukuman pidana (Fadila & Melisa, 2017).

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh Institusi seperti pemerintah,

perbankan, perusahaan asuransi, jamsostek, dana pensiun dan perusahaan investasi

(Ginting, 2016). Kepemilikan institusional mampu untuk mengontrol kinerja manajemen

melalui proses pengawasan secara efektif. Pengukuran Kepemilikan Institusional yaitu

persentase jumlah pemegang saham institusi dari jumlah saham yang beredar (Ginting,

2016). Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen sangat penting dan dapat

Page 9: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

25

memastikan, mengawasi kinerja manajemen dalam pengambilan keputusan (Dewi & Jati,

2014). Hasil penelitian (Mahulae, Pratomo, & Annisa, 2016) dan (Prasetyo & Pramuka,

2018) menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institusional

terhadap tax avoidance, sedangkan (Ginting, 2016), (Fadila & Melisa, 2017) dan (Putri &

Putra, 2017) menunjukan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional semakin tinggi

juga tingkat pengawasan yang dilakukan sehingga rendahnya tindakan penghindaran

pajaknya.

H3: Diduga Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa pengaruh variabel tingkat keuntungan, tingkat

hutang dan kepemilikan institusional terhadap penghindaran pajak. Penelitian ini

menggunakan sampel perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub

sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan

menggunakan data tahunan perusahaan. Metode Analisa menggunakan Regresi Panel

Data.

Variabel dependenya adalah penghindaran pajak, dimana penghindaran pajak adalah

strategi yang dilakukan wajib pajak untuk menghindari pajak secara legal karena tidak

melanggar peraturan perpajakan. Proksi yang digunakan untuk mengukur tindakan

penghindaran pajak adalah Total Boox Tax Defference (BTD) yang dapat dihitung dengan

cara sebagai berikut:

BTD mengukur seberapa besar perbedaan laba akuntansi dengan laba fiskal yang mana

menentukan semakin besar perbedaannya menunjukan semakin besar juga penghindaran

pajak yang dilakukan. Pengukuran menggunakan BTD sudah dilakukan dalam penelitian

(Pohan H. T., 2009), (Wibawa & Wilopo, 2016), (Tampubulon & Kartikaningdyah,

2016).

Variabel Independen yang digunakan adalah tingkat keuntungan, tingkat utang, dan

kepemilikan institusional. Tingkat keuntungan diukur menggunakan rasio profitabilitas.

Rasio profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur seberapa besar perusahaan mampu

untuk menghasilkan keuntungan (Ifanda, 2016). Proksi yang digunakan dalam penelitian

ini untuk mengukur profitabilitas yaitu menggunakan Return on Asset (ROA) (Lanis &

Richardson, 2013). Pengukurannya yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

Tingkat utang diukur menggunakan rasio leverage dalam arti luas dapat diartikan sebagai

rasio yang dapat mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi seluruh utangnya,

Page 10: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

26

baik utang jangka pendek maupun utang jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi.

Proksi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Debt to Equity Ratio (Kasmir,

2008). Pengukuran leverage dalam penelitian ini menggunakan rumus:

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi seperti

pemerintah, perusahaan asuransi, perbankan, jamsostek, dana pensiun, perusahaan

investasi (Dewi & Jati, 2014). Pengukuran kepemilikan institusional dalam penelitian ini

menggunakan rumus:

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode

2013-2017. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling dengan

kriteria sebagai berikut:

Tabel 2

Hasil Purposive Sampling Kriteria Sampel Jumlah

Jumlah Perusahaan manufaktur sektor barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di BEI selama periode 2013-2017 18

Pengurangan Sampel Kriteria 1:

Perusahaan Manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman yang tidak memiliki total aset lebih dari 1 triliun selama periode penelitian.

(3)

Pengurangan Sampel Kriteria 2:

Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman yang tidak memiliki laba tahun berjalan lebih dari 10 milyar.

(2)

Pengurangan Sampel Kriteria 3:

Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman yang tidak memiliki penjualan lebih dari 500 Milyar.

(2)

Pengurangan Sampel Kriteria 4:

Perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman yang tidak memiliki informasi kepemilikan institusional selama periode

penelitian.

(6)

Total Sampel 5

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan kriteria diatas maka sampel perusahaan yang digunakan dalam tulisan ini

meliputi 5 perusahaan lihat tabel 3.

Page 11: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

27

Tabel 3

Sampel Perusahaan Makanan dan Minuman tahun 2013-2017 NO KODE PERUSAHAAN SUB SEKTOR

1 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan dan Minuman

2 ROTI PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk Makanan dan Minuman

3 SKBM PT. Sekar Sari Tbk Makanan dan Minuman

4 SKLT PT. Sekar Laut Tbk Makanan dan Minuman

5 DLTA PT. Delta Djakarta Tbk Makanan dan Minuman

Sumber: www.sahamok.com

Penelitian ini menggunakan populasi dari sektor manufaktur karena jenis perusahaan ini

menjalankan aktivitas yang kompleks sehingga dalam setiap keputusan bisnisnya,

sebagian besar berkaitan dengan perpajakan dan pertumbuhan harga sektor barang dan

konsumsi positif. Perusahaan manufaktur diharapkan mampu untuk mewakili semua

perusahaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi data panel

yang memiliki jumlah gabungan antara data runtut waktu (Time Series) dan data silang

(Cross section) (Basuki & Prawoto, 2016). Bentuk persamaan regresi data panel dapat

dirumuskan sebagai berikut:

BTDit = ɑit + β1it ROAit + β2it DERit + β3it KIit + εit

dimana BTDit adalah Penghindaran Pajak, ROA adalah Tingkat Keuntungan, DER adalah

Tingkat Utang, KI adalah Kepemilikan Institusional, ɑ dan βi adalah koefisien regresi,

dan ε adalah variable pengganggu.

Dalam penelitian ini untuk menganalisis data memerlukan beberapa langkah yang harus

dilakukan yaitu dengan menggunakan 3 metode yaitu, Common Effect (Ordinary Least

Square), Fix Effect dan Random Effect melalui uji chow test, hausman test dan LM test

setelah langkah tersebut dilakukan maka dapat diinterprestasikan dengan tepat dengan

cara melakukan uji hipotesis dan uji kecocokan model (Widiarjono, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Adapun perkembangan rata-rata BTD, ROA, DER dan kepemilikan institusional pada

masing-masing perusahaan sub sektor makanan dan minuman periode 2013-2017.

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa besarnya nilai BTD pada perusahaan sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftar di BEI pada 2013-2017 berfluktuatif. BTD

tertinggi selama periode 2013-2017 yaitu perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk

(INDF) sebesar 8,70% pada tahun 2017, sedangkan perusahaan yang memiliki nilai BTD

terendah adalah Sekar Bumi Tbk (SKBM) selama periode 2013-2017 sebesar -5.63%.

Tabel 4

Data Perkembangan BTD tahun 2013-2017 dalam (%) TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA

2013 5,97 -0,40 1,02 1,85 7,37

2014 5,45 2,77 -5,63 0,36 8,48

2015 5,40 2,08 1,11 0,67 0,74

2016 6,44 4,39 2,99 1,74 -0,15

2017 8,70 1,21 0,70 1,28 2,38

Sumber: Data BEI (Olah)

Page 12: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

28

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat Besarnya Rasio return on asset (ROA) mengalami

fluktuasi selama periode 2013-2017 pada perusahaan sektor makanan dan minuman.

ROA tertinggi dicapai oleh perusahaan Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan rasio

mencapai 31,19% pada tahun 2013 dan ROA terendah dicapai oleh Sekar Bumi Tbk

(SKBM) sebesar 1,59% pada tahun 2017.

Tabel 5

Data Perkembangan ROA tahun 2013-2017 dalam (%) TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA

2013 4,37 8,66 11,70 3,78 31,19

2014 5,12 8,88 13,72 4,97 28,92

2015 3,51 9,99 5,25 5,32 18,49

2016 5,90 9,58 2,25 3,63 21,24

2017 5,80 2,96 1,59 3,61 20,86

Sumber: Data BEI (Olah)

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat Rasio leverage tertinggi dicapai oleh perusahaan Sekar

Bumi Tbk (SKBM) dengan mencapai 171,90% pada tahun 2016 dan rasio leverage

terendah adalah Delta Djakarta Tbk (DLTA) dengan rasio 17,14% di tahun 2017.

Tabel 6

Data Perkembangan DER tahun 2013-2017 dalam (%) TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA

2013 103,50 131,50 147,43 116,24 28,15

2014 108,44 123,18 104,31 116,19 31,17

2015 112,95 127,70 122,177 148,02 22,20

2016 87,00 102,36 171,90 91,87 18,31

2017 88,07 61,68 58,61 106,87 17,14

Sumber: Data BEI (Olah)

Selanjutnya, pada Tabel 7 variabel kepemilikan institusional paling banyak dimiliki oleh

perusahaan Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dengan kepemilikan institusi mencapai

50.06% dan persentase kepemilikan saham oleh institusi terendah adalah perusahaan

Nippon Indosari Corporindo tbk (SKLT) sebesar 3,60% pada tahun 2017.

Tabel 7

Data Perkembangan Kepemilikan Institusional tahun 2013-2017 dalam (%) TAHUN INDF ROTI SKBM SKLT DLTA

2013 50,06 26,25 48,32 5,65 23,33

2014 50,06 26,25 48,32 5,65 23,33

2015 50,06 25,11 30,07 5,65 23,33

2016 50,06 25,11 30,07 4,39 23,33

2017 50,06 3,60 30,07 4,45 23,33

Sumber: Data BEI (Olah)

Alat Analisa yang digunakan adalah regresi data panel data dengan 3 model estimasi,

yaitu Common Effect, Fixed Effect atau Random Effect. Untuk memilih model terbaik

dilagukan Chow Test dan Hausman Test. Berdasarkan Tabel 8 model yang terpilih adalah

Fixed Effect (0,0002 < 0,05).

Page 13: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

29

Tabel 8

Hasil Estimasi

Variabel Hipotesa Koefisien

Common

Effect

Fixed

Effect

Random

Effect

C 2,157626 4,303456 1,431539

ROA + 0,016330 0,427288 * 0,053067

DER + -0,014213 0,030029 -0,005234

KI - 0,061896 -0,311971 * 0,044724

R-Squared 0,137343 0,670074 0,068517

Adjusted R-Square 0,014107 0,534222 -0,064550

F-Statistic 1,114469 4,932383 * 0,514898

Uji Chow 24,028695 * Fixed Effect

Uji Hausman 19,352596 * Fixed Effect Sumber: Data diolah dengan Eviews 9, 2019

Keterangan: (*) Signifikan pada (5%)

Pengaruh Tingkat Keuntungan terhadap Penghindaran Pajak

Tingkat Keuntungan (ROA) berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak pada

perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

minuman periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Semakin

tinggi tingkat keuntungan perusahaan maka semakin tinggi tingkat penghindaran

pajaknya. Hasil penelitian ini sejalan denga penelitian yang telah dilakukan oleh

(Tampubulon & Kartikaningdyah, 2016), (Putri & Putra, 2017) dan (Purwanto, 2016)

yang menyatakan bahwa ada pengaruh positif antara profitabilitas (tingkat keuntungan)

dengan penghindaran pajak artinya, semakin tinggi tingkat keuntungan (ROA) maka

semakin tinggi tingkat penghindaran pajaknya karena semakin efesien perusahaan,

perusahaan akan membayar pajak yang lebih rendah. Rendahnya beban pajak

dikarenakan ketika laba perusahaan tinggi, maka beban pajak akan meningkat sehingga

manajemen (agen) akan berusaha mengelola beban pajaknya agar tidak mengurangi

kompensasi kinerja agen akibat dari berkurangnya laba perusahaan oleh beban pajak.

Perusahaan sampel mampu mengelola aset dengan baik sehingga memperoleh

keuntungan dari isentif pajak dan kelonggaran pajak lainnya sehingga perusahaan

tersebut terlihat melakukan penghindaran pajak.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Wirna, 2014) dan

(Annisa, 2017) yang menyatakan bahwa ada pengaruh negatif antara profitabilitas

(tingkat keuntungan) dengan penghindaran pajak artinya, semakin tingkat keuntungan

(ROA) perusahaan maka semakin rendah tingkat penghindaran pajaknya. Ketika

perusahaan memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba, maka laba perusahaan akan

semakin meningkat dan beban pajaknya meningkat. Hal ini menunjukan adanya pengaruh

tingkat keuntungan dengan penghindaran pajak, tetapi jika laba perusahaan tinggi tetapi

tindakan penghindarannya rendah, hal ini disebabkan oleh perusahaan yang tidak

melakukan tindakan efesiensi dalam pembayaran pajaknya.

Hal ini karena perusahaan mampu mengelola asetnya dengan baik sehingga perusahaan

menghasilkan keuntungan yang maksimal sehingga laba perusahaan akan meningkat.

Laba perusahaan yang tinggi akan berdampak pada tingginya beban pajak perusahaan.

Page 14: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

30

Oleh sebab itu, perusahaan akan melakukan tindakan penghindaran pajak sebagai upaya

mengurangi beban pajak perusahaan yaitu dengan cara memanfaatkan biaya-biaya yang

bersifat deductible expenses. Deductible expenses adalah biaya yang berhubungan dengan

kegiatan usaha baik secara langsung ataupun tidak langsung yang dinyatakan dalam pasal

6 UU PPh No. 36 Tahun 2008, dimana beban-beban tersebut dapat dibebankan sebagai

pengurang laba sebelum pajak perusahaan dan mengakibatkan beban pajaknya rendah,

beban-beban yang menjadi pengurang beban pajak adalah beban penyusutan aset tetap,

biaya pemeliharaan gedung dan biaya pemeliharaan kendaraan, serta biaya pajak

kendaraan bermotor. Hal ini tentu mengindikasikan adanya tindakan penghindaran pajak

yang tinggi yang dilakukan oleh perusahaan karena perusahaan dapat mengurangi beban

pajak penghasilan dengan memanfaatkan biaya-biaya sesuai dengan ketentuan peraturan

perpajakan.

Pengaruh Tingkat Utang terhadap Penghindaran Pajak

Tingkat utang (DER) tidak berpengaruh terhadap penghindaran pajak pada perusahaan

manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan minuman

periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Artinya, tinggi

rendahnya tingkat utang tidak mempengaruhi penghindaran pajak Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan (Kurniasih & Sari, 2013), (Wirna, 2014),

(Yunanda, 2016), (Putri & Putra, 2017), (Fadila & Melisa, 2017) yang menyatakan dalam

penelitiannya bahwa tidak terdapat pengaruh antara leverage dengan penghindaran pajak.

Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki rasio leverage yang rendah sehingga leverage

tidak memiliki pengaruh terhadap penghindaran pajak, perusahaan lebih banyak

menggunakan modalnya sendiri. Sumber pendanaan operasional perusahaan dibagi

menjadi dua yaitu pembiayaan dari internal yaitu modal sendiri dan pembiayaan dari

eksternal yaitu yang berasal dari pinjaman seperti utang pada bank. Penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh (Annisa, 2017), (Tampubulon &

Kartikaningdyah, 2016) menunjukkan bukti bahwa leverage berpengaruh positif terhadap

tax avoidance. Hal ini disebabkan oleh penggunaan utang yang tinggi oleh perusahaan

untuk membiayai kegiatan operasionalnya akan menimbulkan tingginya juga beban

bunga, dimana beban bunga ini dapat mengurangi laba sebelum pajak perusahaan yang

akan mengurangi beban pajak perusahaan dan hal ini merupakan suatu upaya

penghindaran pajak, sehingga dapat disimpulkan leverage (tingkat utang) berpengaruh

positif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan data menunjukan bahwa DER-nya

rendah, sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat utang yang diukur dengan

menggunakan proksi DER tidak mempengaruhi tindakan penghindaran pajak pada

perusahaan. Selain itu, data menunjukan bahwa sampel perusahaan makanan minuman

memiliki rata-rata rasio leverage yang rendah. Artinya sumber dana yang digunakan

perusahaan lebih banyak menggunakan modal dibanding menggunakan sumber

pendanaan dari utang, sehingga dapat disimpulkan perusahaan tidak tergantung pada

utang untuk membiayai operasionalnya.

Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Penghindaran Pajak

Kepemilikan institusional (KI) berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak pada

perusahaan manufaktur sektor industri barang dan konsumsi sub sektor makanan dan

Page 15: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

31

minuman periode 2013 sampai 2017 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, artinya

semakin tinggi peresentase kepemilikan saham oleh institusional, maka semakin rendah

tingkat penghindaran pajaknya. Penelitian ini sejalan dengan (Ginting, 2016) (Fadila &

Melisa, 2017) dan (Putri & Putra, 2017) yang memaparkan dalam penelitiannya bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif dengan penghindaran pajak. Hal ini

dikarenakan kepemilikan saham institusional yang tinggi mampu mengawasi kinerja

manajemen perusahaan Investor institusional berdasarkan banyaknya saham yang

dimiliki memiliki hak suara yang dapat memaksa manajer untuk fokus pada kinerja

ekonomi dan menghindari peluang yang bertujuan untuk mementingkan kepentingannya

sendiri, sehingga semakin banyak kepemilikan oleh institusi maka semakin rendah

tindakan penghindaran pajaknya.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasil penelitian

(Mahulae, Pratomo, & Annisa, 2016) dan (Prasetyo & Pramuka, 2018) menunjukan hasil

terdapat pengaruh positif antara kepemilikan institusional terhadap tax avoidance. Hal ini

disebabkan semakin besar kepemilikan institusional mendukung tindakan penghindaran

pajak guna menekan biaya pajak untuk memaksimalkan laba. Dengan demikian,

manajemen perusahaan akan memiliki kebijakan dan strategi perpajakan yang tepat

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Hal ini karena perusahaan memiliki persentase kepemilikan saham institusional yang

tinggi seperti kepemilikan oleh pemerintah, perusahaan asuransi, perbankan dan

perusahaan investasi., sehingga investor institusional menjadi pemegang saham mayoritas

pada suatu perusahaan. Hal ini karena investor institusional memiliki sumber daya yang

lebih dibanding pemegang saham yang lainnya sehingga dianggap mampu melaksanakan

mekanisme pengawasan yang baik yang akan meningkatkan pengawasan pada setiap

tindakan manajemen. Oleh karena itu, manajemen perusahaan akan bertindak sesuai

dengan ketentuan yang berlaku yang tidak merugikan pemegang saham karena pemegang

saham institusi merupakan pemegang saham yang independen. Keberadaan investor

institusional dianggap mampu untuk melaksanakan mekanisme monitoring yang efektif

dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini terjadi karena investor

institusional terlibat dalam pengambilan keputusan yang strategis dalam perusahaan.

Kepemilikan saham oleh institusi akan mempengaruhi tindakan penghindaran pajak

sehingga semakin besar kepemilikan institusional maka akan mengurangi tindakan

penghindaran pajak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:

(1) Tingkat keuntungan berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Perusahaan

yang memiliki laba yang tinggi, maka beban pajaknya tinggi juga sehingga perusahaan

akan melakukan efesiensi beban pajak dengan melakukan tindakan penghindaran pajak

yaitu dengan cara memanfatkan biaya-biaya yang dapat mengurangi beban pajak

penghasilan. (2) Tingkat utang tidak berpengaruh terhadap penghindaran. Perusahaan

tidak tergantung pada utang untuk membiayai operasionalnya. Perusahaan lebih banyak

Page 16: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

32

menggunakan modalnya dibanding dana yang bersumber dari utang. (3) Kepemilikan

institusional berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Perusahaaan dengan

kepemilikan saham institusional yang tinggi akan mengurangi tingkat penghindaran pajak

karena investor institusional mampu mengawasi setiap tindakan yang akan dilakukan

pihak manajemen agar pihak manajemen bertindak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

yang tidak merugikan para pemegang saham.

Saran

Berdasarkan hasil analisis pembahasan serta beberapa kesimpulan pada penelitian ini,

adapun saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan

hasil yang lebih baik, yaitu (1) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menambah

variabel dan periode penelitian sehingga dapat dapat memberikan sampel yang lebih

banyak dan hasil yang lebih akurat. (2) Untuk penelitian selanjutnya diharapkan memilih

sampel dengan perusahaan yang memiliki rasio leverage lebih tinggi agar variabel tingkat

utang dapat berpengaruh. (3) Bagi regulator, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan

bahan pertimbangan dalam membuat ketentuan perpajakan bagi badan usaha di

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Agusti, W. Y. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance

Terhadap Tax Avoidance. JOM Fekon, 1(1).

Ajija, S. R. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Selemba Empat.

Amstrong, C. S., jennifer, L. B., & David, F. L. (2012). The Incentives for Tax Planning.

Journal of Accounting and Economics, 53, 391-411.

Annisa. (2017). Pengaruh Return on Asset, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Koneksi

Politik Terhadap Penghindaran Pajak. JOM Fekon, 4(1), 685-698.

Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis regresi Dalam Penelitian Ekonomi &

Bisnis . Depok: PT. Rajagrafindo Persada.

Damayanti, F., & Susanto, T. (2015). Pengaruh Komite Audit, Kualitas Audit,

Kepemilikan Institusional , risiko Perusahaan dan Return on Asset Terhadap Tax

Avoidance. Jurnal Bisnis dan Manajemen, 5(2), 187-198.

Detiknews. (2019, 2 22). Industri Makanan Jadi Salah Satu Sektor Tingkatkan Nilai

Investasi. Retrieved 2 25, 2019, from detiknews: https://news.detik.com/adv-nhl-

detikcom/d-4439261/industri-makanan-jadi-salah-satu-sektor-tingkatkan-nilai-

investasi

Dewi, N. n., & Jati, I. K. (2014). Pengaruh Karakteristik Eksekutif , Karakteristik

Perusahaan dan Dimensi Tata Kelola Perusahaan yang baik Pada Tax Avoidance.

Jurnal Universitas Brawijaya, 4(2), 249-260.

Dyreng, S. D., Hanlon, M., & Mydew, E. L. (2010). The Effect of Executives on

Corporate tax Avoidance. The Accounting Review, 85, 1163-1189.

Page 17: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

33

Fadhilah, R. (2014). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.

Fadhilah, R. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.

Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.

Fadila, & Melisa. (2017). Pengaruh Return on Asset, leverage, Ukuran Perusahaan,

Kompensai Rugi Fiskal, Kepemilikan Institusional dan koneksi Politik Terhadap

Penghindaran Pajak. JOM Fekon, 4(1), 1671-1683.

Fakhruddin, H. M. (2008). Istilah Pasar Modal A-Z. Jakarta: PT. Alex Media

Komputindo.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

UNDIP.

Ginting, S. (2016). Pengaruh Corporate Governance dan Kompensasi Rugi Fiskal

terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel

Moderasi. Jurnal Program Studi Akuntansi STIE Mikrosil, 6(2), 165-176.

Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review of Tax Research. Journal of Accounting

and economics, 50(40), 127-178.

Hoque, e. a. (2011). Tax Avoidance Crimes- A Study on Some Corporate Firms og

Bangladesh. Tax Management, 50-62.

Ifanda, B. A. (2016). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Kompensasi Rugi

Fiskal terhadap Tax Avoidance. Bandar Lampung: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Lampung.

Kasmir. (2008). Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Penerbit Kencana.

Kementrian perindustrian Republik Indonesia. (2019). Sektor-Sektor Manufaktur Andalan

2018. Retrieved 1 11, 2018, from Kementrian perindustrian Republik Indonesia:

http://www.kemenperin.go.id/artikel/18770/Tumbuh-5,14-Persen,-Industri-Masih-

Kontributor-Terbesar-PDB-Nasional

Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Return on Asset, Leverage, Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax

Avoidance. Buletin Studi Ekonomi, 18(1), 58-64.

Lanis, R., & Richardson, G. (2013). Corporate Social Responsibility and Tax

Aggressiveness. Accounting, Auditing & Acountability Journal, 26(1).

Mahulae, E. E., Pratomo, B., & Annisa, N. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional,

Kepemilikan Manajerial dan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance. Jurnal

Fakultas Ekonomi dan Bisnis ,Universitas Telkom, 4(2), 1626-1633.

Minnick, K., & Noga, T. (2010). Do Corporate Governance Characteristics influence Tax

Management. Journal of Corporate Finance, 16, 703-718.

Oktagiani, R. (2015). Analisa Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penghindaran Pajak

(Tax Avoidance). JOM Fekon, 2(2), 1-15.

Page 18: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

34

Pohan, C. A. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.

Pohan, H. T. (2009). Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusi , Rasio Tobin Q, Akrual

Pilihan, Tarif Efektif Pajak dan Biaya Pajak Ditunda Terhadap Penghindaran Pajak

Pada Perusahaan Publik. Jurnal Universitas Trisakti, 4(2), 113-135.

Prasetyo, I., & Pramuka, B. A. (2018). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan

Manajerial dan Proporsi Dewan Komisaris Independen Terhadap Tax Avoidance.

Jurnal Ekonomo, Bisnis, dan Akuntansi, 20(2), 1-15.

Pujiati. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan

Kesempatan Investasi Tehadap Kebijakan Deviden dengan Likuiditas sebagai

variabel moderasi. Yogyakarta: Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta .

Purwanto, A. (2016). Pengaruh Likuiditas, Leverage, Manajemen Laba dan Kompensasi

Rugi Fiskal Terhadap Agresivitas Pajak Perusahaaan Pada Perusahaan Pertanian

dan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013.

JOM Fekon, 3(1), 580-594.

Puspita, S. R. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak.

Journal of Accounting ISSN, 3(2), 1-13.

Putri, V. R., & Putra, B. I. (2017). Pengaruh Leverage, Profitability, Ukuran Perusahaan

dan Proporsi Kepemilikan Institusional Terhadap Tax Avoidance. Daya Saing

Jurnal Ekonomi Manajemen Sumber Daya, 19(1), 1-11.

Reinaldo, R. (2017). Pengaruh Leverage, Ukuran Perusahaan, ROA, Kepemilikan

Institusional , Kompensasi Kerugian Fiskal dan CSR Terhadap TAx Avoidance

Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman Terdaftar di BEI

2013-2015. JOM Fekon, 4(1), 45-57.

Republica. (2019, 1 10). Industri Manufaktur Indonesia Sumbang PDB Terbesar di

ASEAN. Retrieved 1 10, 2019, from Republica.co.id.

SahamOke. (2019, 2 21). Sektor Industri Barang dan Konsumsi (5). Retrieved 2 25, 2019,

from Saham OK: https://www.sahamok.com/emiten/sektor-industri-barang-

konsumsi/

SindoNews.com. (2019, 1 9). Industri Manufaktur Nasional Sumbang PDB Tertinggi di

ASEAN. Retrieved 1 10, 2019, from SindoNews.com:

https://ekbis.sindonews.com/read/1369145/34/industri-manufaktur-nasional-

sumbang-pdb-tertinggi-di-asean-1547036367

Sjahrial, D., & Purba, D. (2013). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana

Media.

Surbakti, T. A. (2012). Pengaruh Karakteristik Perusahaan dan Reformasi Perpajakan

terhadap Penghindaran Pajak di Perusahaan Industri Manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010. Jakarta: Skripsi Akuntansi Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Page 19: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Tax Avoidance pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang dan Konsumsi Sub Sektor

Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia____________________________

35

Tampubulon, M. T., & Kartikaningdyah, E. (2016). Pengaruh Karakteristik Perusahaan

Terhadap Book Tax Differences. Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen

Bisnis, 4(1), 52-59.

Wibawa, A., & Wilopo, Y. A. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Penghindaran Pajak. Jurnal Universitas Brawijaya, 11(1), 1-16.

Widiarjono, A. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia FE UII.

Wirna, y. A. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, dan Corporate Governance

Terhadap Tax Avoidance. JOM Fekon, 1(1), 1-17.

www.tribunnews.com. (2017, 12 20). Retrieved 11 20, 2018, from knjn:

http://www.tribunnews.com/internasional/2017/11/20/indonesia-masuk-peringkat-

ke-11-penghindaran-pajak-perusahaan-jepang-no3

Yunanda, S. D. (2016). Determinasi Return on Asset , Leverage, Ukuran Per usahaan ,

Kompensasi Rugi Fiskal dan Kepemilikan Institusi Terhadap Penghindaran Pajak.

Jurnal Peneitian Ilmu Ekonomi Wiga, 6(2), 131-143.

Zain, M. (2003). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

Zuesty, A. (2016). Pengaruh Kepemilikan Institusional , Risiko Perusahaan dan

Leverage Terhadap Tindakan Tax Avoidance . Jakarta: Skripsi. Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah.

Page 20: TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI …

Media Ekonomi Vol. 27 No. 1 April 2019 ____________________________________________

36