Tawadhu Alya

9
Tawadhu Tawadhu’ adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu’ merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzari’ah ila Makarim Asy Syari’ah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, “Tawadhu’ adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu’ adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya.” (Fathul Bari, 11: 341) Keutamaan Sifat Tawadhu’ Pertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, اَ مْ تَ صَ قَ نٌ ةَ قَ دَ صْ نِ مٍ الَ م اَ مَ وَ ادَ زُ َ ا اً دْ بَ عٍ وْ فَ عِ نَ لاِ ( ا ا) زِ ع اَ مَ وَ عَ ض اَ وَ تٌ دَ حَ 1 اِ َ ِ َ لاِ ( اُ ةَ عَ فَ زُ َ اSedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhu’nya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142) Tawadhu’ juga merupakan akhlak mulia dari para nabi ‘alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah Nabi Musa ‘alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud ‘alaihis salam makan dari hasil kerja keras

description

Tawadlu

Transcript of Tawadhu Alya

TawadhuTawadhu adalah ridho jika dianggap mempunyai kedudukan lebih rendah dari yang sepantasnya. Tawadhu merupakan sikap pertengahan antara sombong dan melecehkan diri. Sombong berarti mengangkat diri terlalu tinggi hingga lebih dari yang semestinya. Sedangkan melecehkan yang dimaksud adalah menempatkan diri terlalu rendah sehingga sampai pada pelecehan hak (Lihat Adz Dzariah ila Makarim Asy Syariah, Ar Roghib Al Ash-fahani, 299). Ibnu Hajar berkata, Tawadhu adalah menampakkan diri lebih rendah pada orang yang ingin mengagungkannya. Ada pula yang mengatakan bahwa tawadhu adalah memuliakan orang yang lebih mulia darinya. (Fathul Bari, 11: 341)Keutamaan Sifat TawadhuPertama: Sebab mendapatkan kemuliaan di dunia dan akhirat.Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya. (HR. Muslim no. 2588). Yang dimaksudkan di sini, Allah akan meninggikan derajatnya di dunia maupun di akhirat. Di dunia, orang akan menganggapnya mulia, Allah pun akan memuliakan dirinya di tengah-tengah manusia, dan kedudukannya akhirnya semakin mulia. Sedangkan di akhirat, Allah akan memberinya pahala dan meninggikan derajatnya karena sifat tawadhunya di dunia (Lihat Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 16: 142)Tawadhu juga merupakan akhlak mulia dari para nabi alaihimush sholaatu wa salaam. Lihatlah Nabi Musa alaihis salam melakukan pekerjaan rendahan, memantu memberi minum pada hewan ternak dalam rangka menolong dua orang wanita yang ayahnya sudah tua renta. Lihat pula Nabi Daud alaihis salam makan dari hasil kerja keras tangannya sendiri. Nabi Zakariya dulunya seorang tukang kayu. Sifat tawadhu Nabi Isa ditunjukkan dalam perkataannya, Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam: 32). Lihatlah sifat mulia para nabi tersebut. Karena sifat tawadhu, mereka menjadi mulia di dunia dan di akhirat.

Kedua: Sebab adil, disayangi, dicintai di tengah-tengah manusia.Orang tentu saja akan semakin menyayangi orang yang rendah hati dan tidak menyombongkan diri. Itulah yang terdapat pada sisi Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam. Beliau shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda, Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain. (HR. Muslim no. 2865).Mencontoh Sifat Tawadhu Nabi shallallahu alaihi wa sallamAllah Taala berfirman, Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21)Lihatlah Nabi shallallahu alaihi wa sallam masih memberi salam pada anak kecil dan yang lebih rendah kedudukan di bawah beliau. Anas berkata, Sungguh Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berkunjung ke orang-orang Anshor. Lantas beliau memberi salam kepada anak kecil mereka dan mengusap kepala mereka. (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 459. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syuaib Al Arnauth) Subhanallah Ini sifat yang sungguh mulia yang jarang kita temukan saat ini. Sangat sedikit orang yang mau memberi salam kepada orang yang lebih rendah derajatnya dari dirinya. Boleh jadi orang tersebut lebih mulia di sisi Allah karena takwa yang ia miliki.Coba lihat lagi bagaimana keseharian Nabi shallallahu alaihi wa sallam di rumahnya. Beliau membantu istrinya. Bahkan jika sendalnya putus atau bajunya sobek, beliau menjahit dan memperbaikinya sendiri. Ini beliau lakukan di balik kesibukan beliau untuk berdakwah dan mengurus umat. : Urwah bertanya kepada Aisyah, Wahai Ummul Mukminin, apakah yang dikerjakan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tatkala bersamamu (di rumahmu)? Aisyah menjawab, Beliau melakukan seperti apa yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya. Beliau mengesol sandalnya, menjahit bajunya dan mengangkat air di ember. (HR. Ahmad 6: 167 dan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya no. 5676. Sanad hadits ini shahih kata Syaikh Syuaib Al Arnauth). Lihatlah beda dengan kita yang lebih senang menunggu istri untuk memperbaiki atau memerintahkan pembantu untuk mengerjakannya.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tanpa rasa malu membantu pekerjaan istrinya. Aisyah pernah ditanya tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ketika berada di rumah. Lalu Aisyah menjawab, Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat. (HR. Bukhari no. 676). Beda dengan kita yang mungkin agak sungkan membersihkan popok anak, menemani anak ketika istri sibuk di dapur, atau mungkin membantu mencuci pakaian.Nasehat Para Ulama Tentang Tawadhu : : .Al Hasan Al Bashri berkata, Tahukah kalian apa itu tawadhu? Tawadhu adalah engkau keluar dari kediamanmu lantas engkau bertemu seorang muslim. Kemudian engkau merasa bahwa ia lebih mulia darimu. : : : Imam Asy Syafii berkata, Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliannya. (Syuabul Iman, Al Baihaqi, 6: 304) : .Basyr bin Al Harits berkata, Aku tidaklah pernah melihat orang kaya yang duduk di tengah-tengah orang fakir. Yang bisa melakukan demikian tentu yang memiliki sifat tawadhu. : [ (6/298)].Abdullah bin Al Mubarrok berkata, Puncak dari tawadhu adalah engkau meletakkan dirimu di bawah orang yang lebih rendah darimu dalam nikmat Allah, sampai-sampai engkau memberitahukannya bahwa engkau tidaklah semulia dirinya. (Syuabul Iman, Al Baihaqi, 6: 298) : . .Sufyan bin Uyainah berkata, Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabbur), lantas Allah pun melaknatnya. : .Abu Bakr Ash Shiddiq berkata, Kami dapati kemuliaan itu datang dari sifat takwa, qonaah (merasa cukup) muncul karena yakin (pada apa yang ada di sisi Allah), dan kedudukan mulia didapati dari sifat tawadhu. : .Urwah bin Al Warid berkata, Tawadhu adalah salah satu jalan menuju kemuliaan. Setiap nikmat pasti ada yang merasa iri kecuali pada sifat tawadhu. : !! Yahya bin Main berkata, Aku tidaklah pernah melihat orang semisal Imam Ahmad! Aku telah bersahabat dengan beliau selama 50 tahun, namun beliau sama sekali tidak pernah menyombongkan diri terhadap kebaikan yang ia miliki. : .. Ziyad An Numari berkata, Orang yang zuhud namun tidak memiliki sifat tawadhu adalah seperti pohon yang tidak berbuah.[1]Ya Allah, muliakanlah kami dengan sifat tawadhu dan jauhkanlah kami dari sifat sombong. Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau) (HR. Muslim no. 771).http://rumaysho.com/akhlaq/memiliki-sifat-tawadhu-2056TakaburTakabbur secara bahasa artinya sombong atau membanggakan diri. Orang yang takabbur selalu membanggakan dirinya, sehingga lupa bahwa semua yang dimilikinya hanyalah karena karunia Allah SWT semata. Dan karunia itu harus disyukuri bukan untuk dibangga-banggakan kepada orang lain.Sedangkan menurut istilah takabur adalah sikap merasa dirinya lebih daripada orang lain dan memandang rendah orang lain serta tidak mau taat/ tunduk kepada Allah SWT. Penyebab sikap takabur : harta, kedudukaan ,ilmu & keturunan.Sifat takabbur hampir sama dengan sifat ujub. Dimana sifat ujub adalah menganggap kelebihan yang ada pada dirinya adalah atas usahanya sendiri. Sedangkan sifat takbbur mengganggap dirinya lebih mampu dan meremehkan orang lain. Sebagaimana firman Allah swt berikut : Wala tusair khaddaka linnasi wala tamsyi fil ardi maraha. Innallaha la yuhibbu kulla mukhtalin fakhurin(18)Waqsid fi masyyika wagdud min sautika. Inna ankaral aswati lasautulhamiru(19). (QS. Lukman : 31/18 19)Artinya : Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri(18) Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai(19). (QS. Lukman : 31/18 19)B. Jenis-jenis TakaburTakabur secara umum terdiri dari 3 jenis yaitu :1. Takabur kepada Allah swt, sebagaimana yang dilakukan oleh Raja Namrud, Raja Firaun dan Abu Lahab.2. Takabbur kepada Rasulullah saw sehingga jauh dari taat kepada ajaran dan perilaku Rasulullah saw.3. Takabbur kepada sesama makhluk Allah swt, seperti takabbur karena memiliki harta yang banyak, ilmu, amal, dan nasab dihadapan orang lain.C. Ciri-ciri sikap takaburDiantara ciri-ciri manusia yang suka berperilaku takabbur adalah sebagai berikut :1. Sikap memuji diri,Sikap ini muncul karena merasa dirinya memiliki kelebihan harta, ilmu pengetahuan, dan keturunan atau nasab. Oleh karena itu ia merasa lebih hebat dibanding orang lain.2. Merendahkan dan meremehkan orang lain, Sikap ini bisa diwujudkan dengan mamalingkan muka ketika bertemu dengan orang lain yang dikenalnya, karena merasa lebih baik dan lebih hebat darinya.3. Suka mencela dan membesar-besarkan kesalahan orang lain,Orang yang takabbur selalu menyangka bahwa dirinyalah yang benar, baik, dan mulia serta mampu malakukan segala sesuatu. Sedangkan orang lain dianggap rendah, kecil, hina dan tak mampu berbuat sesuatu. Bahkan orang lain dimatanya selalu berbuat salah.D. Bahaya Sikap Takabur :1. Sikap tercela yang sangat dibenci oleh Allah SWT ( Q.S. An Nisa : 36 ) 2. Dibenci oleh orang lain karena keangkuhannya ( Q.S. Lukman ayat 18 )3. Dapat mematikan hati manusia ( Q.S. Al Mukmin ayat 35 )4. Tidak mensyukuri nikmat Allah SWT ( Q.S. Al Israa ayat 83 )5. Akan dimasukan ke dalam neraka ( Q.S. An Nahl ayat 29 )D.Cara Menjauhi Sikap Takabur1. Membiasakan diri dengan perilaku terpuji. Jika urusan dunia atau rezeki lihatlah manusia yang berada dibawah. Jika urusan akherat lihatlah manusia yang ada diatas tingkat kedekatannya dengan Allah swt.2. Membersihkan hati dari sikap takabbur dengan cara memperbanyak zikir kepada Allah swt.3. Memperbanyak sahabat, sehingga dengan semakin banyak sahabat akan semakin tahu sisi kehidupan lain dari sahabatnya. ( : 40/60)Wa qala rabbukumuduni astajiblakum. Innalladina yastakbiruna an ibadati sayadkhuluna jahannama dakhirina.(QS. Al- Mukmin : 40/60)Artinya :Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepadaku, niscaya akan kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk ke neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.(QS. Al- Mukmin : 40/60)Rasulullah saw bersabda : ( )An qatadata wa zada fihi wa innallah auha ilayya an tawadau hatta la yafkhara ahadun ala ahadin wala yabgi ahadun ala ahadin.(HR. Muslim)Artinya :Dari Qatadah dan menambah didalamnya, Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada saya supaya kalian bertawadluk hingga tidak ada seorang pun yang menganiaya orang lain dan tidak ada seorangpun yang menyombongkan diri atas orang lain. (HR. Muslim)Menurut Imam Al- Ghazali ada tujuh kenikmatan yang menyebabkan seseorang memiliki sifat takbbur yaitu :

1. Ilmu pengetahuan, orang yang berilmu tinggi atau berpendidikan tinggi merasa dirinya orang yang paling pandai bila dibandingkan dengan orang yang tidak berilmu atau berpendidikan2. Amal ibadah yang tidak jelas dapat menyebabkan sifat takabbur apalagi bila mendapat perhatian dari orang lain3. Kebangsawanan, dapat menyebabkan takabbur karena menganggap dirinya lebih tinggi derajadnya daripada kelompok atau kasta lain4. Kecantikan dan ketampanan wajah, menjadikan orang merendahkan orang lain dan berperilaku sombong5. Harta dan kekayaan, dapat menjadikan orang meremehkan orang miskinhttp://www.mutiaraislam.web.id/2014/01/sifat-takabur-atau-sombong.html